You are on page 1of 2

Kata suaka sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu asylon atau asylum dalam bahasa latin, yang

artinya tempat yang tidak dapat dilanggar di mana seseorang yang dikejarkejar mencari tempat berlindung. pada dasarnya suaka merupakan bentuk dari perlindungan yang telah diberikan oleh suatu negara kepada warga negara lain yang apabila terancam keselamatannya. Di dalam hukum internasional, dibedakan antara suaka territorial (territorial asylum) dan suaka diplomatik (diplomatic asylum atau extra territorial asylum). a. Suaka territorial merupakan suatu bentuk suaka yang diberikan kepada seseorang yang lari ke dalam wilayah suatu negara. Tempat suaka territorial adalah wilayah dari negara pemberi suaka itu sendiri, baik darat dan laut. b. Suaka diplomatik adalah suaka yang diberikan kepada seseorang yang meminta perlindungan di wilayah perwakilan diplomatik negara asing sebagaimana yang dilakukan oleh lima pemuda Timor Timur beberapa tahun yang lalu. Dalam suaka jenis ini, tempat suaka adalah tempat-tempat yang menjadi milik atau yang digunakan untuk keperluan resmi negara pemberi suaka yang memiliki kekebalan dari yurisdiksi negara dimana tempat tersebut berada. Yang termasuk dalam tempat-tempat di atas adalah :     Gedung perwakilan diplomatik Rumah dinas kepala misi diplomatik atau konsuler Pangkalan militer Kapal atau pesawat terbang milik pemerintah yang digunakan untuk tujuan non komersil. Dibandingkan dengan suaka diplomatik, suaka territorial tidak terlalu menimbulkan persoalan, karena diberikan di wilayah territorial suatu negara, keputusan suatu negara untuk memberi atau menolak memberi suaka bisa langsung dibuat oleh penguasa negara tersebut. Persoalan menjadi lebih kompleks berkenaan dengan pemberian suaka diplomatik, mengingat bahwa suaka diplomatik dilakukan di wilayah perwakilan asing yang secara de facto terletak di wilayah negara lain. Menurut salah satu ahli mendefinisikan suaka adalah: Oppenheim Lauterpacht: Suaka adalah dalam hubungan dengan wewenang suatu negara mempunyai kedaulatan di atas teritorialnya untuk memperbolehkan seorang asing memasuki dan tinggal di dalam wilayahnya dan atas perlindungannya.

Berkenaan dengan hal suaka itu, pihak yang berwenang dan terkait dalam penanganan suaka adalah: a. Departemen luar negeri b. Perwakilan diplomatik di luar negeri c. Departemen dalam negeri d. Departemen kehakiman dan HAM e. Departemen sosial f. Pemda g. Kepolisian h. Intelijen

HI modern menyatakan bahwa tidak mengakui pemberian suaka oleh kepala perwakilan. Konvensi Wina 1961 tidak atur secara khusus tentang. Pasal 41 ayat 1, Tanpa merugikan hakhak istimewa dan kekebalan hukum mereka itu adalah menjadi kewajiban semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu untuk menghormati hukum dan peraturan negara. kekebalan hukum itu untuk menghormati hukum dan peraturan negara penerima. Mereka juga berkewajiban tidak mencampuri masalah dalam penerima. Mereka juga berkewajiban tidak mencampuri masalah dalam negeri negara tersebut. Pasal 41 ayat 3Pasal 41 ayat 3, Gedung misi tidak dapat digunakan untuk setiap hal yang bertentangan dengan setiap hal yang bertentangan dengan fungsi misi sebagaimana yang diatur dalam Konvensi ini atau oleh aturan umum HI atau oleh setiap persetujuan khusus yang berlaku antara negara pengirim dan negara penerima.

Contoh suaka : Beberapa tahun yang lalu lima orang pemuda Timor Timur masuk ke kantor Kedutaan Besar asing di Jakarta untuk minta suaka. Mereka mengaku sebagai clendestein (suatu gerakan bawah tanah) anti integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI, yang merasa terancam keselamatannya. Sementara itu pemerintah RI menyatakan, bahwa kelima pemuda Timor Timur tersebut bukan clendestein, melainkan anggota Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), sehingga mereka dianggap bukan sebagai political refugee (pelarian politik), tetapi sebagai pelaku tindak pidana biasa yang tak patut diberi suaka.

You might also like