You are on page 1of 77

PROPOSAL

SID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO


HIDRO
PLTMH LOKOMBORO
I . I . LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG
Pada saat sekarang ini, Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan disegala bidang yang dilakukan mulai dari kota besar sampai
ke pelosok-pelosok pedesaan. Hal ini merupakan salah satu program pemerintah yang
berkesinambungan untuk setiap tahunnya, yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil dan makmur.
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa mayarakat Indonesia sudah hidup secara
makmur yaitu terpenuhinya kebutuhan energi listrik bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun
pada kenyataannya sampai saat ini jaringan listrik PLN hanya mencapai daerah kota dan
pedesaan yang mudah dijangkau dari kota, dan belum terjangkau sampai ke pelosok-
pelosok desa.
Dengan belum terjangkaunya jaringan listrik PLN ke pelosok-pelosok desa maka dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang makmur sampai ke tingkat pelosok-pelosok desa,
diperlukan solusi yang tepat dengan mencari alternatif untuk memperoleh energi listrik di
pelosok-pelosok pedesaan.
Upaya untuk mendapatkan sumber energi listrik di pelosok pedesaan dapat di peroleh
melalui beberapa metode konversi energi, misalnya dengan sistem pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), maupun sistem lainnya. Pemanfaatan energi tersebut harus di sesuaikan dengan
potensi alam yang tersedia lokasi desa yang bersangkutan dan besar kapasitas yang
diinginkan.
I I . I I . MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD DAN TUJUAN
PT. LAPI-ITB 1
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Maksud dari pelaksanaan pekerjaan SID Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) Lokomboro yaitu melakukan kegiatan survei investigasi dan perencanaan detail
pembangkit listrik mikro hidro di Desa Wareda Kecamatan Wewewa Barat Kab.
Waikabubak Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Adapun tujuannya yaitu mendapatkan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis
pembangkit listrik mikro hidro yang mencakup, intake, saluran pembawa, pipa pesat, dan
rumah turbin.
I I I . I I I . SASARAN SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu terwujudnya
pembangunan pembangkit listrik mikro hidro di Desa Wareda Kecamatan Wewewa Barat
Kab. Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur.dengan memanfaatkan potensi
bendung yang sudah ada (eksisting).
I V . I V . LOKASI PEKERJAAN LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pelaksanaan pekerjaan SID Pembangkit Listrik Mikro Hidro ini berada di Desa
Wareda Kecamatan Wewewa Barat Kab. Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Saat ini di lokasi pekerjaan sudah terdapat PLTMH Lokomboro yang mempunyai
output sebesar 0.8 MW.
PT. LAPI - ITB 2
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Peta Lokasi PLTM Lokomboro
Foto foto lokasi dapat dilihat sebagai berikut :
Lokasi PLTMH Lokomboro Saluran pembawa melewati goa alam
Pipa pesat eksisting Bangunan bak penenang
V . V . RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP
Dalam melaksanakan pekerjaan SID Pembangkit Listrik Mikro Hidro mempunyai ruang
lingkup seperti berikut:
1. Kegiatan persiapan
2. Kegiatan Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data sekunder
2. Survei lapangan
PT. LAPI - ITB 3
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Orientasi lapangan
Pengukuran topografi
Investigasi geoteknik
Pengambilan sampel sedimen
3. Kegiatan Analisa Data
1. Analisa hidrologi
2. Analisa hidraulika
3. Penggambaran hasil pengukuran
4. Analisa geoteknik
4. Kegiatan Detail Desain
1. Perencanaan hidraulis
2. Perencanaan struktur
3. Penggambaran
V I . V I . METODOLOGI PEKERJAAN METODOLOGI PEKERJAAN
Metodologi pelaksanaan pekerjaan untuk setiap item kegiatan yang disebutkan dalam
ruang lingkup, dapat dijelaskan sebagai berikut:
V I . 1 V I . 1 KEGIATAN PERSIAPAN KEGIATAN PERSIAPAN
Kegiatan persiapan yang dimaksud yaitu persiapan teknis. Kegiatan ini lebih banyak
berkaitan dengan hal mobilisasi personil dan peralatan. Persiapan teknis mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
1. Mobilisasi Personil
1. Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan
pendidikan.
2. Kemampuan fisik personil terutama untuk personil pada pelaksanaan survei
lapangan.
3. Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab personil.
2. Mobilisasi peralatan:
1. Persiapan peralatan yang akan digunakan.
2. Persiapan bahan yang akan digunakan.
PT. LAPI - ITB 4
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 V I . 2 KEGIATAN PENGUMPULAN DATA KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
V I . 2 . 1 V I . 2 . 1 Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Peta dasar/topografi
Peta dasar yang dimaksud yaitu peta topografi dengan skala 1:25.0000 yang mencakup
Daerah Aliran Sungai dimana lokasi rencana pembangkit listrik mikro hidro berada.
Peta ini dapat diperoleh di BAKOSURTANAL yang berada di Kabupaten Bogor.
2. Peta geologi
Peta geologi yang dimaksud yaitu peta yang menjelaskan geologi teknis permukaan
tanah lokasi rencana pembangkit listrik mikro hidro, dan peta ini dapat diperoleh di
Departemen Geologi Jl Diponegoro Bandung.
3. Data hidrologi
Data ini mencakup data hujan dan data aliran yang dikumpulkan minimal untuk 10
tahun terakhir. Data aliran sungai dan hujan dapat diperoleh di Balai Besar Wilayah
Sungai Cimanuk-Cisanggarung atau PUSLIBANG AIR yang ada di Jalan Dago
Bandung.
V I . 2 . 2 V I . 2 . 2 Survei Lapangan Survei Lapangan
V I . 2 . 2 . 1 V I . 2 . 2 . 1 Orientasi Lapangan Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kondisi lapangan,
sehingga diharapkan personil yang terlibat akan paham terhadap kondisi lapangan. Ada
beberapa kegiatan dalam pekerjaan orientasi lapangan ini, antara lain.
1. Penelusuran sungai
Pada kegiatan penelusuran sungai dilakukan dengan mengamati badan sungai dan
daerah yang ada disekitar sungai. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk melakukan
inventarisasi dan mengidentifikasi kondisi morfologi sungai yang akan direncanakan
sebagai lokasi bangunan utama bendung. Dari hasil identifikasi diharapkan didapatkan
rekomendasi hidraulis terhadap lokasi bangunan utama bendung.
2. Penentuan titik patok pengukuran
Dari rekomendasi hidraulis lokasi bangunan utama bendung yang dihasilkan dari
kegiatan penelurusan sungai, kemudian dapat ditentukan batas-batas areal pengukuran
topografi, survei geoteknik, dan lokasi pengambilan sedimen.
PT. LAPI - ITB 5
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 . 2 . 2 V I . 2 . 2 . 2 Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan situasi trase sungai dan
rencana saluran, penampang melintang dan memanjang sungai dan rencana saluran, serta
ketinggian muka air disetiap penampang. Dalam pengukuran topografi yang harus
dilakukan yaitu:
1. Pengukuran situasi mencakup situasi lokasi bangunan utama bendung dan lokasi rumah
turbin.
2. Pengukuran trase sungai dan rencana saluran dilakukan untuk skala 1:2.000 dengan
garis ketinggian pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah
berbukit.
3. Pengukuran profil memanjang dilakukan untuk skala horisontal 1:2.000 dan skala
vertikal 1:200.
4. Pengukuran profil melintang dilakukan untuk skala horisontal dan vertikal 1:200
dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 pada bagian tikungan.
5. Situasi trace dan profil melintang diukur dengan lebar 50 m kekiri dan 50 m kekanan
dari tepi sungai.
V I . 2 . 2 . 2 . 1 V I . 2 . 2 . 2 . 1 Persiapan Pengukuran Persiapan Pengukuran
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan survei topografi yaitu:
1. Persiapan personil yang akan melaksanakan survei
2. Persiapan peralatan yang akan digunakan.
PT. LAPI - ITB 6
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 . 2 . 2 . 2 V I . 2 . 2 . 2 . 2 Penetapan Tinggi Referensi Proyek Penetapan Tinggi Referensi Proyek
Penetapan tinggi referensi proyek (PRL) ditujukan untuk memperoleh satu referensi
ketinggian yang sama/seragam pada semua titik pengukuran di lokasi pekerjaan. Penetapan
titik tinggi referensi ini dilakukan dengan mengacu BM yang diterbitkan oleh
BAKOSURTANAL.
V I . 2 . 2 . 2 . 3 V I . 2 . 2 . 2 . 3 Pemasangan Pemasangan Bench Mark Bench Mark (BM) dan Patok Pengukuran (BM) dan Patok Pengukuran
BM dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM akan
difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z) BM
dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada
pengukuran topografi ini, jumlah BM yang akan dipasang di lokasi pekerjaan sebanyak 2
(dua) buah dan setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan
pemeriksaan. Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat. Bentuk,
ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100)cm. Bench Mark besar
dipasang seperti berikut:
1. BM harus dipasang pada jarak tertentu sepanjang jalur poligon utama atau cabang.
Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 80 cm
(yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih
aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base
Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan. Pemotretan BM dalam posisi
"Close Up", untuk lembar deskripsi BM.
2. Baik patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda Bench Mark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
3. Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok
diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
4. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)cm3
ditanam sedalam 30cm, dicat merah dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan
nomor yang teratur.
PT. LAPI - ITB 7
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
40
2
0
1
5
6
5
2
0
1
0
0
Beton1:2:3
Pasir dipadatkan
Penkuningan
Tulangantiang10
Sengkang5-15
Pelatmarmer 12x12
20
1
0
2
0
1
0
6cm
PipapralonPVC 6cm
Nomor titik
Dicorbeton
Dicor beton
7
5
2
5
Benchmark Control Point
Gambar 1. Contoh konstruksi BM
V I . 2 . 2 . 2 . 4 V I . 2 . 2 . 2 . 4 Pengukuran Trase dan Profil Sungai dan Saluran Pengukuran Trase dan Profil Sungai dan Saluran
Pengukuran trase dan profil rencana saluran dilakukan sesuai dengan pengukuran kerangka
dasar vertikal dan horizontal. Sedangkan pengukuran trase dan profil sungai dilakukan
dengan pemeruman (sounding). Pelaksanaan sounding dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan topografi badan sungai.
Prinsip pelaksanaan sounding yang telah kami laksanakan yaitu Echo Sounder GPSMap
dan perlengkapannya mempunyai fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan
memberikan posisi alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas
ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi
diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur
kedalaman perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar
perairan.
PT. LAPI - ITB 8
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Gambar 2. Penggunaan Alat Sounding GPSMap 178C Sounder
V I . 2 . 2 . 2 . 5 V I . 2 . 2 . 2 . 5 Pengukuran Situasi Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan pengukuran kerangka dasar horizontal dan vertikal.
1. Pengukuran Poligon (Kerangka Dasar Horizontal)
Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan. Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan
dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran
poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran
sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai
adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari
pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.
1. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 m. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di bawah.
PT. LAPI - ITB 9
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
d1
d2
d3
A
B
2
1
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Gambar 3. Pengukuran jarak pada permukaan miring
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran
jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
2. Pengukuran Sudut Jurusan
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat gambar di bawah.
A
B
C

AB

AC

Gambar 4. Pengukuran sudut antara dua titik


Keterangan:
= sudut mendatar

AB
= bacaan skala horisontal ke target kiri

AC
= bacaan skala horisontal ke target kanan
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
PT. LAPI - ITB 10
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Jarak antara titik-titik poligon adalah 50m.
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100m.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan 5 (lima detik).
Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut:
( )
000 . 5 : 1
2 2

d
f f
KI
y x
Bentuk geometris poligon adalah loop.
3. Pengamatan Azimuth Astronomis
Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada
sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat
satu dengan yang lainnya.
Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran
yang bersifat lokal/koordinat lokal.
Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:
Alat ukur yang digunakan Theodolite T
2
Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada dibawah, Azimuth
Target ( T) adalah:
PT. LAPI - ITB 11
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Matahari
U (Geografi)
Target
A

M

T
Gambar 5. Pengamatan azimuth astronomis

T
=
M
+ atau
T
=
M
+ (
T
-
M
)
Dimana:

T
= azimuth ke target

M
= azimuth pusat matahari
(
T
) = bacaan jurusan mendatar ke target
(
M
) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target
2. Pengukuran Sipat Datar (Kerangka Dasar Vertikal)
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi
pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah
diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan
dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
(BM) seperti digambarkan di bawah.
PT. LAPI - ITB 12
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Bidang Referensi
Slag 1
Slag 2
b1
b2
m1
m21
D
D
Gambar 6. Pengukuran waterpass
Pengukuran waterpass mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
4. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
5. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan
rambu ukur harus betul dan rambu harus menggunakan nivo.
6. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
7. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
8. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
9. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang
atas dan benang bawah.
10. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu: 2 BT = BA + BB.
11. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
12. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m.
13. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
14. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).
T = 10 D mm, dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam
satu km.
PT. LAPI - ITB 13
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 . 2 . 2 . 6 V I . 2 . 2 . 2 . 6 Perhitungan Hasil Pengukuran Perhitungan Hasil Pengukuran
Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau ada
kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu juga.
1. Penghitungan data di lapangan, merupakan penghitungan sementara untuk mengetahui
ketelitian ukuran.
2. Penghitungan definitif yaitu penghitungan yang sudah menggunakan hitungan
perataan. hasil penghitungan ini yang akan digunakan dalam proses penggambaran.
3. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan.
4. Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.
5. Elevasi muka tanah diproyeksikan dalam elevasi peil tertentu.
V I . 2 . 2 . 3 V I . 2 . 2 . 3 Investigasi Geoteknik Investigasi Geoteknik
Investigasi geoteknik yang dimaksud pada pekerjaan ini terdiri dari sondir dan hand
boring. Tujuan dari survei geoteknik yaitu:
1. Sondir:
1. Mengetahui kedalaman tanah keras.
2. Menduga kekuatan tanah dan mendapatkan gambaran mengenai keadaan lapisan
tanah
3. Mengetahui kepadatan relatif.
2. Hand Boring
1. Mengambil contoh tanah tidak terganggu pada kedalaman-kedalaman tertentu
guna percobaan di laboratorium.
2. Mendeskripsi secara visual contoh-contoh tanah tersebut pada saat itu juga
PT. LAPI - ITB 14
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Metodologi yang dilakukan dalam investigas geotekni, dijelaskan seperti di bawah ini.
V I . 2 . 2 . 3 . 1 V I . 2 . 2 . 3 . 1 Penentuan Lokasi Pemboran Penentuan Lokasi Pemboran
Penentuan/pemilihan lokasi titik-titik investigasi geoteknik yang tepat diharapkan dapat
menghasilkan gambaran tentang kondisi lapisan tanah, baik dalam arah vertikal maupun
dalam arah memanjang as rencana. Adapun lokasi titik-titik investigasi geoteknik,
dijelaskan sebagai berikut:
1. 2 (dua) titik sondir dilaksanakan di sepanjang as bangunan utama bendung yaitu di sisi
kanan dan kiri sungai. Setiap titik sondir ini juga dilaksanakan pengambilan sampel
tanah dengan hand boring.
2. Disepanjang rencana saluran dilakukan 3 (tiga) titik pengambilan sampel tanah dengan
hand boring.
3. Dilokasi rencana rumah turbin dilakukan 1 titik sondir dan hand boring.
V I . 2 . 2 . 3 . 2 V I . 2 . 2 . 3 . 2 Pelaksanaan Sondir Pelaksanaan Sondir
Tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini yaitu:
1. Stang sondir beserta mantel, konis dan bikonis dipasang, alat penggeser ditekan, katrol
diputar sehingga semua alat tersebut bergerak ke bawah, sampai kedalaman 20 cm.
2. Alat penggerak ditarik, kran manometer dibuka, katrol diputar ke bawah, mantel diam.
Dan kemudian baca pada manometer, harga qc.
3. Katrol terus diputar, konus dan bikonus bergerak bersama-sama. Harga ( qc + F/2 )
dibaca pada manometer.
4. Alat penggeser ditekan kembali, katrol diputar lagi, mantel konus dan bikonus bergerak
ke bawah sampai kedalaman berikutnya. Kemudian sama seperti langkah 1 dan 2.
5. Jika kedalaman sudah mencapai 1 meter, batang sondir disambung.
6. Jika pembacaan sudah maksimum, maka manometer kapasitas 60 kg/cm diganti dengan
manometer kapasitas 250 kg/cm.
PT. LAPI - ITB 15
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 . 2 . 3 . 3 V I . 2 . 2 . 3 . 3 Pelaksanaan Hand Boring Pelaksanaan Hand Boring
Tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini yaitu:
1. Batang penghantar yang bermata bor dipasang verikal, kemudian diputar sambil
ditekan searah jarum jam.
2. Setiap mencapai kedalaman kira-kira 20 cm, tanahnya dikeluarkan dan kemudian
diidentifikasi.
3. Pada kedalaman 1 m bor dicabut lalu diganti dengan tabung sampel untuk mengambil
sampel tanahnya. Dengan memukul drive head, tanah akan masuk kedalam tabung
sampel.
4. Tabung yang telah penuh dengan tanah dikeluarkan, lalu kedua ujung tabung diberi
parafin agar tanah terlindung dari pengaruh luar.
5. Demikian selanjutnya pemboran dilanjutkan dan pengambilan sampel dilakukan pada
setiap 1 m.
6. Setiap tabung diberi data kedalaman dan keterangan lain.
PT. LAPI - ITB 16
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 2 . 2 . 4 V I . 2 . 2 . 4 Pengambilan Sampel Sedimen Pengambilan Sampel Sedimen
Contoh sedimen yang di ambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang
(suspended load). Pengambilan contoh sedimen dasar dan sedimen layang diperlukan
untuk mengetahui diameter butiran dan kecepatan endap butiran sedimen yang mengendap.
Pelaksanaan kegiatan pengambilan sedimen dilakukan dengan cari mengambil sampel
sedimen dan dimasukan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari pengaruh
luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium.
V I . 3 V I . 3 KEGIATAN ANALISA DATA KEGIATAN ANALISA DATA
V I . 3 . 1 V I . 3 . 1 Analisa Hidrologi Analisa Hidrologi
V I . 3 . 1 . 1 V I . 3 . 1 . 1 Ketersediaan Data Ketersediaan Data
Diusahakan dalam melaksanakan analisa hidrologi digunakan data aliran dengan analisa
frekuensi. Apabila data aliran tidak didapat, maka dalam melaksanakan analisa hidrologi
digunakan data hujan yang didapat dari stasiun hujan yang paling mewakili.
V I . 3 . 1 . 2 V I . 3 . 1 . 2 Validasi Data Validasi Data
Data-data hidrologi yang dibutuhkan dalam analisis hidrologi sering kali keberadaanya
tidak begitu valid. Hal tersebut terjadi karena data-data hidrologi seperti hujan yang berada
di stasiun hujan keberadaannya tidak konsisten. Data yang tidak konsisten dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (Subarkah, 1980:28):
1. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan hidrologis, misalnya pembangunan
gedung-gedung, tumbuhnya pohon-pohon, gempa bumi, gunung meletus, dan
lain-lain.
2. Pemindahan alat pengukur hujan.
3. Perubahan cara pengukuran, misalnya berhubungan dengan adanya alat baru atau
metode baru.
PT. LAPI - ITB 17
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan uji konsistensi data pengamatan dari stasiun
yang bersangkutan. Pada dasarnya metoda pengujian tersebut merupakan pembandingan
data stasiun yang bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya. Perubahan
meteorologi tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis hubungan antara data
stasiun tersebut dengan data stasiun disekitarnya, karena stasiun-stasiun lainnya pun akan
ikut terpengaruh oleh perubahan tersebut dengan cara yang sama. Konsistensi data-data
hujan bagi masing-masing stasiun dasar (stasiun yang akan digunakan untuk menguji)
harus diuji terlebih dahulu dan yang menunjukkan catatan yang tak konsisten harus
dibuang sebelum dipergunakan. Jika tidak ada stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar
atau tidak terdapat catatan historis mengenai perubahan data, maka langkah awal terhadap
data adalah menghapus data-data yang dianggap meragukan. Berdasarkan konsep tersebut,
dikenal dua cara uji konsistensi data yang sering dipakai yaitu:
1. Cara Regresi/Korelasi: mencari korelasi antara stasiun yang akan diuji konsistensinya
dengan data stasiun pembanding. Bila korelasi kedua data mendekati satu maka data
tersebut dapat dikatakan konsisten. Cara ini dipakai jika karakteristik daerah tangkapan
air (cathment area) dari stasiun-stasiun pengamatan data dapat diasumsikan homogen.
2. Cara Massa Ganda: data hujan pada suatu stasiun akan diuji konsistensinya dengan
meninjau data pos stasiun pengamat di sekitarnya. Caranya adalah dengan memplot
data kumulatifnya (sebagai absis). Jika dari data-data tersebut bisa ditarik suatu garis
lurus dengan kemiringan tertentu, maka data tersebut dianggap konsisten. Apabila
terdapat perubahan kemiringan, maka data-data yang menyebabkan kemiringan
tersebut harus disesuaikan dengan perbandingan kemiringan dari kedua segmen kurva.
Deviasi di sekitar garis rata-rata, dan perubahan kemiringan hanya dapat diterima
harusn memenuhi standar yang telah ditentukan.
PT. LAPI - ITB 18
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
1962 1950
5000 500
(mm)
m
a
s
s

o
f

c
h
e
c
k
e
d

s
t
a
t
t
i
o
n
10000
Hz
Z
o observed data
x0
+ corrected data
mass of base stattion
beginning of
Double mass curve
records
10000
H0
y
0
y
1
y
x
x
x
x
x
x
x
Gambar 7. Kurva massa ganda
V I . 3 . 1 . 2 . 1 V I . 3 . 1 . 2 . 1 Analisa Hujan Rencana Analisa Hujan Rencana
Selain menggunakan perhitungan manual, analisa curah hujan rencana dapat dilakukan
dengan menggunakan SMADA 6.4.6 / DISTRIB 2.2, program aplikasi ini bersifat free
ware dan dapat di download langsung pada URL : http://www-cee.engr.ucf.edu.
V I . 3 . 1 . 2 . 2 V I . 3 . 1 . 2 . 2 Analisis Frekuensi Curah Hujan Analisis Frekuensi Curah Hujan
1. Distribusi Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi normal dirumuskan:
dx
x
dx x f x F

]
]
]
]

(
|

2
2
1
exp
2
1
) ( ) (


Dimana:
dar s deviasi
rata rata
tan

( )
+


Z X
x F Z
.
) (
^
1
Dalam distribusi ini harus mengubah parameter = 0 dan = 1
PT. LAPI - ITB 19
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
2. Distribusi Gumbel
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari ditribusi Gumbel dirumuskan:
[ ] ) exp( exp ) ( y x F
Dimana:

5772 . 0
6

x
S
x
y
Untuk x = x
T
maka
]
]
]
]

(
|

T
T
x F
Ln Ln y
(
1
]
]
]

(
|


1 Tr
Tr
Ln Ln y
T
Menurut Gumbel persamaan peramalan dinyatakan sebagai berikut:
S K x x
T T
+

'

'

]
]
]

(
|

+
1
5772 . 0
6
Tr
Tr
Ln Ln K
T

Dimana:
y
N
= reduced mean
S
N
= reduced standar deviasi
3. Pearson Type III
Parameter yang ada dalam perhitungan stastitik Pearson:
Nilai rata-rata (mean)
Standar deviasi
Koefisien
Garis besar dalam menghitungnya:
1. X
1
, X
2
, X
3
,.......X
n
2. Hitung nilai mean:
( )
N
X
X

3. Hitung standar deviasi: S =


PT. LAPI - ITB 20
( )
( ) 1
2


N
X X
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
4. Hitung koefisien kemencengan:
( )
( ) ( ) ( )
3
3
* 2 * 1
log log
S N N
X X
C
S

5. Hitung curah hujan:

T
X

T
K S X * +
3. Distribusi Log Pearson Type III
Fungsi distribusi kumulatif (CDF) dari distribusi Log Pearson dirumuskan:
dx e
a
x
po x f
cx
c
2 /
1 ) (


(
|

Dimana:
2
adalah varian dan (x) adalah fungsi gamma
Parameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi log Pearson Tipe III
adalah:
Nilai rata-rata (mean)
Standar deviasi
Koefisien
Garis besar dalam menghitungnya:
1. Ubah data hujan X
1
, X
2
, X
3
,.......X
n
menjadi LogX
1
, LogX
2
, LogX
3
,.......LogX
n
.
2. Hitung nilai mean:
( )
N
X
X
log
log

3. Hitung standar deviasi: S


log
=
( )
1
2


N
X Log LogX
4. Hitung koefisien kemencengan:
( )
( ) ( ) ( )
3
log
3
* 2 * 1 S N N
LogXi LogXi
C
S

5. Hitung logaritma hujan:

T
X log
T
K S X * log
log
+
4. Log Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi Log Normal dirumuskan:
dx
x
dx x f x F
n
n

]
]
]
]

(
|

2
2
1
exp
2
1
) ( ) (


Dimana:
Lnx y untuk dar s deviasi
Lnx y untuk rata rata
n
n


tan

PT. LAPI - ITB 21


SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Dalam perhitungannya sama sedangan distribusi Log Pearson Type III, tetapi dengan
mengambil harga koefisien asimetri C
s
= 0.
V I . 3 . 1 . 2 . 3 V I . 3 . 1 . 2 . 3 Uji Kecocokan Uji Kecocokan
Dalam menghitung curah hujan rencana digunakan beberapa distribusi, dari beberapa
distribusi ini hanya satu yang akan dipakai. Untuk menentukan distribusi mana yang akan
dipakai dilakukan uji kecocokan dengan maksud untuk memberikan informasi apakah
suatu distribusi data sama atau mendekati dengan hasil pengamatan dan kelayakan suatu
fungsi distribusi. Ada empat metoda yang digunakan untuk pengujian tersebut:
1. Rata-rata prosentase error, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas
dan fungsi kerapatan kumulatif.
2. Deviasi, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi kerapatan
komulatif.
3. Chi-Kuadrat, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas.
4. Kolmogorof-Smirnov, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan kumulatif.
Adapun penjelasan dari metode uji kecocokan di atas yaitu:
1. Rata-rata Prosentase Error
Pengujian dengan rata-rata prosenase error digunakan untuk menentukan nilai
prosentase kesalahan antara nilai analitis dengan data lapangan, dinyatakan dalam:
Rata-rata error =
i
i
N
X X
% 1 0 0 *
^

Dimana:
^
i
X
= nilai analitis
X
i
= nilai aktual
i

=

nomor urut data (1,2,3, ......N)
N = jumlah data
PT. LAPI - ITB 22
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Jika nilai rata-rata prosentase error mendekati 100% atau lebih, maka suatu fungsi
distribusi memiliki nilai kepercayaan error besar, dengan kata lain fungsi distribusi
tidak cocok dengan data lapangan, dan sebaliknya.
2. Deviasi
Nilai deviasi sebanding dengan nilai simpangan data analisa terhadap data lapangan.
Semakin kecil nilai deviasi maka sebaran nilai fungsi akan mendekati, dengan data
pengamatan dan sebaliknya jika nilai deviasi besar maka sebaran fungsi tersebut akan
menjahui data. Nilai deviasi dinyatakan dengan:
1
1
2
1
^

(
|

N
X X
N
i
i

Fungsi distribusi dikatakan cocok dengan data lapangan jika memiliki nilai deviasi
kecil jika dibandingkan terhadap fungsi yang lain maka yang dipilih adalah yang
terkecil.
3. Chi-Kuadrat
Pengujian Chi-kuadrat yaitu dengan membandingkan frekuensi-frekuensi pengamatan
n
1
, n
2
, n
3
, .....n
k
sejumlah nilai-nilai variat (atau dalam k selang) terhadap frekuensi-
frekuensi pengamatan e
1
, e
2
, e
3
, .....e
k
yang bersangkutan dari suatu fungsi distribusi.
Dasar untuk memeriksa kebenaran perbandingan ini digunakan distribusi dari besaran:
( )
f
k
i
i
i i
C
e
e n

<

1
1
Dimana C
1- f
adalah nilai distribusi komulatif (1- ) dari X
f
2
distribusi teoritis yang
diasumsikan merupakan model yang dapat diterima pada taraf nyata . Biasanya nilai
yang digunakan adalah 5%. Jumlah drajat kebebasan untuk fungsi distribusi dengan
PT. LAPI - ITB 23
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
jumlah c buah parameter dilakukan dengan (k c - 1) drajat kebebasan. Untuk
memberikan hasil yang memuaskan digunakan k 5 dan e
i
5.
4. Kolmogorof-Smirnov
Prinsip dari metoda ini yaitu membandingkan probabilitas kumulatif lapangan dengan
distribusi komulatif fungsi yang ditinjau. Data yang ditinjau berukuran N, diatur
dengan urutan semakin meningkat. Dari data yang diatur ini akan membentuk suatu
fungsi frekuensi kumulatif tangga sebagai berikut:
{
{
N
k k
x x
x x x
N
k
x G
x x

'

<
+
1
) (
0
1
1

Dimana:
x
i
= nilai data ke i
k = nomor urut data (1,2,3,4,.......,N)
) (x G
= CDF data aktual
G(x) = CDF data teoritis
Selisih maksimum antara
) (x G
dan G(x) untuk seluruh rentang x merupakan ukuran
penyimpangan dari model teoritis terhadap data aktual. Selisih maksimum dinyatakan
dalam:
) ( ) ( x G x G D
N

Secara teoritis, D
N
merupakan suatu variabel acak yang ditribusinya tergantung pada
N. Untuk taraf nyata yang tertentu, pengujian K-S membandingkan selisih
maksimum pengamatan dengan nilai kritis
DN

, yang didefinisikan dengan:

1 ) (
D D N N
P
PT. LAPI - ITB 24
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Jika D
N
yang diamati kurang dari nilai kritis
DN

, maka distribusi dapat diterima pada


taraf yang ditentukan, jika tidak maka distribusi akan ditolak.
V I . 3 . 1 . 2 . 4 V I . 3 . 1 . 2 . 4 Analisis Banjir Rencana Analisis Banjir Rencana
Dengan perkembangan dibidang hidrologi, perhitungan debit banjir rencana dapat
dilakukan dengan hidrograf banjir Nakayasu, Gama I, SCS-USA, dan Snyder. Untuk dapat
melakukan perhitungan hidrograf banjir ini, harus dilakukan perhitungan curah hujan DPS,
pola distribusi hujan badai, dan hujan efektif.
1. Curah Hujan DPS (Basin Rainfall)
Curah hujan DPS diperoleh dari hujan rata-rata dikalikan dengan faktor reduksi. Disini
sangat di sarankan faktor reduksi tersebut ditetapkan dari kurva hubungan antara
Kedalaman-Luas-Durasi hujan atau dikenal sebagai DAD (Depth Area Duration).
Untuk menyiapkan kurva DAD diperlukan tersediannya data hujan dari beberapa Pos
Hujan Otomatis dan juga data topografi daerah studi.
Apabila penyiapan kurva DAD ini mengalami kesulitan, faktor reduksi dapat
ditetapkan berdasarkan Areal Reduktion Factor yang dapat dilihat pada Tabel 1 atau
Gambar 8.
Dalam perhitungan ini curah hujan rencana yang digunakan yaitu curah hujan rencana
dengan periode ulang 100 tahun. Jadi besarnya curah hujan DPS yaitu:
RDPS = x R
Tr
PT. LAPI - ITB 25
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tabel 1. Faktor reduksi luas
No. Luas DPS (km
2
) Faktor Reduksi
1 10 1.000
2 30 0.980
3 100 0.935
4 200 0.890
5 300 0.858
6 400 0.832
7 500 0.819
8 600 0.789
9 700 0.770
10 800 0.752
11 900 0.735
12 1000 0.720
13 2000 0.610
14 3000 0.515
15 4000 0.435
16 5000 0.370
Faktor Reduksi Luas
0.0
0.3
0.5
0.8
1.0
10 100 1000 10000
Luas DPS (km
2
)
F
a
k
t
o
r

R
e
d
u
k
s
i
Gambar 8. Kurva faktor reduksi luas
2. Pola Distribusi Hujan Badai
PT. LAPI - ITB 26
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Bila data hidrograf banjir dari Pos Duga Air Otomatis dan data distribusi hujan jam-
jaman dari Stasiun Hujan Otomatis tidak tersedia, pola distribusi hujan dapat
ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 2 yang diambil dari PSA 007. Gambar 9
adalah merupakan grafik yang digambar dari data yang ada pada Tabel 2 dengan
sedikit penghalusan.
Tabel 2. Intensitas hujan dalam % yang disarankan PSA - 007
Tr
Tahun 0.5 0.8 1 2 3 6 12 24
5 32 41 48 59 66 78 88 100
10 30 38 45 57 64 76 88 100
25 28 36 43 55 63 75 88 100
50 27 35 42 53 61 73 88 100
100 26 34 41 52 60 72 88 100
1000 25 32 39 49 57 69 88 100
CMB 20 27 34 45 52 64 88 100
Durasi Hujan (jam)
Persentase CMB Terhadap Hujan 24 J am
30
40
50
60
70
80
90
100
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu (jam)
C
u
r
a
h

H
u
j
a
n

(
%
)
Gambar 9. Persentase CBM terhadap hujan 24 Jam
Pemilihan durasi hujan yang menimbulkan banjir sangat berperan penting untuk
menetapkan debit banjir rencana. Sebaiknya pola durasi hujan diambil dari hasil
pengamatan pada daerah yang akan ditentukan debit banjirnya, durasi hujan apa yang
PT. LAPI - ITB 27
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
pernah menimbulkan banjir pada daerah tersebut. Kadang kala hal tersebut didapatkan
maka PSA 007 menganjurkan optimasi sebagai berikut:
1. Untuk bendungan-bendungan kecil disarankan dilakukan optimasi durasi untuk
hujan 6 jam sampai 24 jam, misal 6, 9, 12, 15 dan seterusnya.
2. Sedangkan untuk bendungan yang besar disarankan optimasi untuk durasi hujan
1, 2, 3 hari bahkan dapat lebih tergantung pada besarnya DPS dan dimensi
wakduk.
PSA 005 menyarankan bentuk pola distribusi hujan berbentuk topi atau genta
sedemikian rupa dimana hujan tertinggi diletakkan ditengah, tertinggi kedua
diletakkan sebelah atas dan tertinggi ketiga diletakkan disebelah bawah dan begitu
selanjutnya. Untuk kasus banjir di Kabupaten Bogor dipilih durasi hujan 12 jam yang
menimbulkan banjir, dengan distribusi setiap jam-nya sesuai saran PSA 007.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan (Volume II, Analisis Hidrologi, Juli
1999), untuk durasi hujan 12 jam didapatkan distribusi hujan dalam persen seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari distribusi hujan ini kemudian disusun dalam bentuk topi atau genta sehingga
dapatkan hasil seperti yang dapat dilihat pada .
PT. LAPI - ITB 28
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tabel 3. Distribusi hujan 12 jam
Dist
jam % %
1 44 44
2 60 16
3 68 8
4 75 7
5 82 7
6 88 6
7 90 2
8 92 2
9 94 2
10 96 2
11 98 2
12 100 2
Durasi Hujan
Tabel 4. Distribusi hujan 12 jam berbentuk Topi (Genta)
Dist
%
2
2
6
7
16
44
8
7
2
2
2
2
5
12
Jam
6
7
8
9
1
2
3
4
Durasi Hujan
10
11
Curah Hujan 12 J am Distribusinya Disusun
Berbentuk Topi Genta
2.91
8.72
23.25
63.95
11.63
10.17
2.91 2.91 2.91 2.91 2.91
10.17
0
10
20
30
40
50
60
70
D
i
s
t
r
i
b
u
s
i

H
u
j
a
n

J
a
m
2
a
n

K
r
i
t
i
s

(
m
m
)
Gambar 10. Distribusi curah hujan 12 jam
PT. LAPI - ITB 29
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
3. Hujan Efektif
Hujan efektif adalah merupakan bagian dari curah hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung (direct run off). Limpasan langsung ini terdiri dari limpasan
permukaan (surface run off) dan aliran antara atau interflow (air yang masuk kedalam
lapisan tipis di bawah permukaan tanah dengan permeabilitas rendah yang keluar lagi
ditempat yang rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).
Jadi hujan efektif yaitu curah hujan total dikurangi kehilangan pada awal turun akibat
intersepsi dan infiltrasi.
Untuk menghitung kehilangan hujan dipergunakan metode Indeks Phi ( indeks) yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
4
1 3 6
1 0 * 6 9 8 5 , 1 1 0 * 8 5 9 , 3 4 9 0 3 , 1 0

(
|
+

S N
A
A
Curah hujan efektif didapat dengan mengurangi curah hujan jam-jaman kritis dengan
nilai Phi Indeks. Bentuk distribusi curah hujan efektif dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Distribusi Hujan Effektif (mm)
-7.57
-1.75
12.78
53.47
1.15
-0.30
-7.57 -7.57 -7.57 -7.57 -7.57
-0.30
-10
0
10
20
30
40
50
60
Gambar 11. Distribusi hujan efektif
V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 1 V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 1 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Penentuan debit banjir rencana dengan Metode Unit Hidrograf (Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu), dipergunakan rumus rational dengan koefisien atau konstanta yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil empiris sebagai berikut:
) 3 , 0 ( 6 , 3
3 , 0
T T
R A C
Q
p
o
p
+

PT. LAPI - ITB 30


SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Dimana:
Q
p
= debit puncak banjir (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
R
o
= hujan effektif (mm)
T
p
= tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T
0,3
= waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi
30 % dari debit puncak (jam)
1. Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai persamaan:
4 , 2
p
T
t
Qp Qa

(
|

Dimana:
Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak dengan waktut (m
3
/dt)
t = waktu (jam)
2. Bagian lengkung turun (decreasing limb)
Dalam menentukan besarnya debit bagian lengkung turun, dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian yang dimulai dari puncak debit dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Bagian atas: Qd > 0,3 Qp
3 , 0
p
T
T t
3 . 0 * Qp Qd

2. Bagian tengah: 0,3 Qp > Qd >0,3


2
Qp
3 , 0
3 , 0 p
T 5 , 1
T 5 , 0 T t
3 , 0 * Qp Qd
+

3. Bagian bawah: 0,3


2
Qp > Qd
3 , 0
3 , 0 p
T 2
T 5 , 1 T t
3 . 0 * Qp Qd
+

3. Waktu sampai ke puncak banjir, Tp = tg + 0,8 tr


1. L < 15 km t
g
= 0,21 L
0,7
2. L > 15 km t
g
= 0,4 + 0,058 L
Dimana:
L = panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = satuan durasi hujan (jam), besarnya yaitu 0,5 tg sampai tg
4. Parameter alfa/parameter hidrograf ()
Besarnya parameter hidrograf dipengaruhi oleh kondisi daerah pengaliran yaitu
kondisi topografi dan kelandaian sundai. Dari hasi percobaan di Jepang besarnya
parameter ini dapat ditentukan sebagai berikut:
PT. LAPI - ITB 31
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
1. daerah pengaliran biasa = 2
2. bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
3. bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat =3
PT. LAPI - ITB 32
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 2 V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 2 Hidrograf Satuan Sintetik Gama I Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
Metode ini dikembangkan ole Dr. Ir Sri Harto, berdasarkan penelitian pada 30 DAS di
Pulau Jawa. Hidrograf satuan sintetik gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu
waktu naik (tr), debit puncak (Qp) dan waktu dasar (tb). Untuk mendapatkan unit hidrograf
gama I dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Panjang sungai (L) 14.6 km
Kemiringan sungai (S) 0.00039
Faktor sumber (SF) 0.495
Faktor simetri (SIM) 0.636
Waktu naik hidrograf (t
r
) 1.956 jam
t
r
= 0,43 (L/100 SF)
3
+ 1,0665 SIM + 1,2775
Jumlah pertemuan sungai (JN) 20 buah
Luas DAS (A) 65 km
2
Kerapatan jaringan kuras (D = L/A) 0.225
Debit puncak (Q
p
) 3.341 m
3
/dt
Debit naik merupakan gairs lurus
Q
p
= 0,1836 A
0,5886
JN
0,2381
t
r
-0,4008
Debit turun (Q
t
)
Debit turun merupakan liku exponensial, e = 2,718
Q
t
= Q
p
x e
- ( t/K)
t = waktu kearah turun (jam)
(dimulai dari puncak t = 0, lihat tabel perhitungan)
Koefisien tampungan (k) 7.451
k = 0,5617 . A
0,1798
. S
- 0,1446
. SF
-1,0897
. D
0,0452
Frekuensi sumber (SN) 0.409
Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) 0.29836
Waktu dasar dimulai dari titik (0,0) sampai akhir hidrograf (t
b
) 24.324 jam
t
b
= 27,4132 t
r
0,1457
S
-0,0956
SN
0,7344
RUA
0,2574
Base flow (perkiraan aliran dasar) (Q
b
)
1.712 m
3
/dt
Q
b
= 0,4751 A
0,6444
D
0,943
Selang waktu turung (t
b
-t
r
) 22.368
Perhitungan Parameter Unit Hidrograf Gama I
V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 3 V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 3 Hidrograf Satuan Sintetik Snyder Hidrograf Satuan Sintetik Snyder
Rumus ini dirancang dengan tinggi hujan (P) = 1 inchi dengan durasi (tr) = 1 jam,
penelitian dilakukan oleh FF Snyder di banyak sungai Amerika Timur pada Tahun 1938.
Satuan yang digunakan untuk panjang adalah mile, waktu yaitu jam, tinggi curah hujan
adalah inchi dan luas DPS mile square (mile
2
) sehingga debit puncak (Qp) dalam cubic feet
per secon. Parameter yang diperlukan dalam perhitungan unit hidrograf Snyder diantaranya
yaitu:
1. Debit Puncak (Qp)
1. Satuan MKS (km, m, cm, jam)
PT. LAPI - ITB 33
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
A
tp
Cp
Qp 78 , 2
2. Satuan Inggeris (mile, feet, inchi, jam)
A
t p
C p
Q p 6 4 0
Dimana:
Qp : debit banjir
Cp : koefisien yang dipengaruhi oleh waktu kelambatan (0,56 0,69) semakin
rendah
semakin lambat
tp : waktu dari titik berat curah hujan ke puncak hidrograf
A : luas DPS
2. Lama Hujan Efektif (te)
5 , 5
t p
t e
3 , 0
) ( LLc Ct t p
Dimana:
tp : waktu dari titik berat curah hujan ke puncak hidrograf (jam)
Ct : koefisien yang dipengaruhi oleh kelandaian slope basin (1,35 1,65)
semakin rendah nilainya semakin terjal slop basin.
L : panjang sungai
Lc : panjang sungai dari titik berat basin ke outlet
3. Waktu untuk Mencapai Puncak (Tp)
1. Jika te < tr
tr tp Tp 5 , 0 +
2. Jika te > tr
tr Tp Tp
te tr tp Tp
5 , 0 '
) ( 25 , 0 '
+
+
tr merupakan lama hujan efektif standar = 1 jam.
4. Waktu Dasar HSS (Tb)
Tb = 72 + tp/8
5. Lengkung Hidrograf
Untuk menggambatkan lengkung hidrograf dengan memakai persamaan Alexeyev:
Dimana debit merupakan fungsi dari waktu==== Q = f(t)
y = Q/Qp atau y = 10
k
x = t/tp
PT. LAPI - ITB 34
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
k = -a{(1/x) 1}
1
h A
T p Q p
a
x
x
a y
6 , 3
0 4 5 , 0 1 5 , 0 3 2 , 1
1
e x p 1 0
2
2

+ +

(
|


Dimana:
Qp = (m
3
/dt)
h = (mm)
Tp = (jam)
A = (km
2
)
Untuk menjadikan satuan cgs (cm, gram, second) agak sukar maka dengan konversi
satuan:
1 mile = 1,609 km
1 inchi = 2,54 cm
Maka setiap Qp (cfs) dikalikan dengan besaran (0,3048
3
/2,54), menghasilkan Qp
(m
3
/dt), curah hujan P = 1 cm dan tp (jam).
V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 4 V I . 3 . 1 . 2 . 4 . 4 Hidrograf Satuan Sintetik SCS-USA Hidrograf Satuan Sintetik SCS-USA
Untuk mendapatkan unit hidrograf satuan sintetik SCS-USA dilakukan perhitungan seperti
berikut:
C = konstanta 2,08 ditetapkan secara empiris
A = luas DAS (km
2
)
Tp = waktu naik atau waktu yang
diperlukan antara permulaan hujan
hingga mencapai puncak hidrograf (jam)
tr = lama terjadi hujan efektif (jam)
tp = waktu kelambatan yaitu titik berat
hujan sampai puncak hidrograf (jam)
Kirpich (1940) Tc = waktu konsentrasi (menit)
L (m), Tc (mnt) S = kemiringan slope perbandingan tinggi titik
terjauh dengan jaraknya
L = panjang maksimum lintasan air (m)
Waktu naik hidrograf = Tp
Waktu turun hidrograf = 1,67 Tp
Waktu dasar hidrograf (tb) = Tp + 1,67Tp = 2,67 Tp
Hasil data dan perhitungan akan didapatkan Unit Hidrograf berbentuk
segitiga
Tp
A
q
p
0 8 , 2
2
6 , 0
t r
T c T p +
385 , 0 77 , 0
01947 , 0

S L Tc
Tc t
p
6 , 0
PT. LAPI - ITB 35
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 1 . 2 . 5 V I . 3 . 1 . 2 . 5 Curah Hujan Regional Curah Hujan Regional
V I . 3 . 1 . 2 . 5 . 1 V I . 3 . 1 . 2 . 5 . 1 Pengisian Data Kosong Pengisian Data Kosong
Data yang diperoleh dari stasiun curah hujan tidak semua tercatat atau dengan kata lain ada
data yang kosong. Dalam perhitungan intensitas curah hujan dari masing-masing stasiun
harus lengkap, oleh karena itu untuk melengkapi data curah hujan yang kosong ini
dilakukan perhitungan sebagai berikut:
1. Rata-rata Aritmatik
Jika ada suatu stasiun hujan terdapat data curah hujan yang hilang dan bila perbedaan
antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya tersebut < 10%, maka
perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dicari dengan mengambil harga rata-
rata aritmatik dari stasiun-stasiun yang mengelilinginya.

n
R R R
R
n
X
+ + +

........
2 1
Dimana:
R
X
= curah hujan yang hilang
R
1
, R
2
, ......R
n
= curah hujan pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama
2. Normal Ratio Method
Bila perbedaan antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya tersebut
> 10%, maka perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dihitung dengan metoda
perbandingan normal:

(
|
+ +
n
n
X X X
X
R
N
N
R
N
N
R
N
N
n
R .....
1
2
2
2
1
Dimana:
R
X
= curah hujan yang hilang
R
1
, R
2
, .R
n
=curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama (datanya
lengkap)
N
X
= curah hujan tahunan rata-rata pada stasiun yang hilang datanya.
N
1
, N
2
, .Nn = curah hujan rata-rata pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama
PT. LAPI - ITB 36
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
3. Reciprocal Method
Cara perhitungan yang dianggap lebih baik, adalah cara reciprocal method, yang
memanfaatkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi. Hal ini dapat dimengerti
karena korelasi antara dua stasiun hujan menjadi makin kecil dengan besarnya jarak
antar stasiun tersebut. Metode ini dapat digunakan jika dalam DPS terdapat lebih dari
dua stasiun pencatat hujan. Umumnya, dianjurkan untuk menggunakan paling tidak
tiga stasiun acuan.

( ) ( ) ( )
2 2
2
2
1
2 2
2
2
2
1
1
/ 1 ........ / 1 / 1
......
Xn X X
Xn
n
X X
X
d d d
d
R
d
R
d
R
R
+ + +

(
|
+ +

(
|
+

(
|

Dimana:
R
X
= curah hujan yang hilang
R
1
, R
2
, .R
n
= curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama
(datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama
d
X1
, d
X2
, ..., d
Xn
= jarak stasiun dengan stasiun yang datanya tidak ada
V I . 3 . 1 . 2 . 5 . 2 V I . 3 . 1 . 2 . 5 . 2 Analisa Curah Hujan Wilayah Analisa Curah Hujan Wilayah
Analisa curah hujan wilayah adalah untuk menentukan curah hujan harian maksimum rata-
rata suatu daerah dari beberapa stasiun pengamat curah hujan yang ada di daerah
bersangkutan. Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan
rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan dibeberapa titik pos penakar atau
pencatat curah hujan.
1. Cara Tinggi Rata-rata
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung
(arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut:
n
R R R R
R
n
+ + + +

........
3 2 1
Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata.
R
1
, R
2
, R
3
...R
m
= tinggi curah hujan pada pos penakar.
N = jumlah pos penakar hujan.
PT. LAPI - ITB 37
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya
ditempatkan secara merata di area tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos
penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal.
2. Cara Poligon Thiessen
Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average). Masing-masing penakar
mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung diantara dua pos penakar yang
berdekatan.
7 2 1
2 7 2 2 1 1
..........
.......
A A A
A R A R A R
R
+ + +
+ + +

Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata.
R
1
, R
2
,........R
7
= tinggi curah hujan pada pos penakar.
A
1
= luas daerah pengaruh pos penakar 1.
A
2
= luas daerah pengaruh pos penakar 2.
.............
A
7
= luas daerah pengaruh pos penakar 7.

A
1

A
5

A
7

A
6

A
4

A
3

A
2


1
2
3
4
6
7
5
Gambar 12. Poligon Thiesen
3. Cara Isohyet
Dengan cara ini, kita harus menggambarkan dulu kontur tinggi hujan yang sama
(isohyet), seperti gambar di bawah:
PT. LAPI - ITB 38
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro

R
2

R
1
R
3
R
4
R
5
R
6

R
7
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
A
5
Gambar 13. Penggambaran Isohyet
Kemudian luas bagian diantara isoyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rata-
ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai berikut:
6 2 1
6
7 6
2
3 2
1
2 1
. ..........
......
2 2
A A A
A
R R
A
R R
A
R R
R
+ + +

(
| +
+ +

(
| +
+

(
| +

Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata
R
1
, R
2
,........R
7
= tinggi curah hujan pada isohyet
A
1
, A
2,
........, A
6
= luas daerah yang dibatasi oleh isohyet-isohyet berdekatan
V I . 3 . 1 . 2 . 6 V I . 3 . 1 . 2 . 6 Curah Hujan Andalan Curah Hujan Andalan
Untuk memperoleh curah hujan andalan diperlukan curah hujan bulanan yaitu curah hujan
yang turun selama satu bulan. Curah hujan andalan untuk memenuhi suatu kebutuhan air
berbeda-beda tergantung dari kebutuhan yang dipenuhi. Dimana curah hujan andalan untuk
kebutuhan PLTA adalah dengan ketersediaan air 95 %, yang artinya curah hujan dengan
probabilitas 95% yang terlampaui atau curah hujan dengan probabilitas 5% tidak
terlampaui. Dalam perhitungan probabilitas terlampaui ini digunakan rumus weibull:
1 +

N
m
p
Dimana:
p = probabilitas terlampaui
m = posisi dalam rangking yang dibuat dari besar ke kecil
N = jumlah titik data
PT. LAPI - ITB 39
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 1 . 2 . 7 V I . 3 . 1 . 2 . 7 Ketersediaan Air Ketersediaan Air
Ketersediaan air merupakan besarnya debit yang ada dan bisa dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan. Besarnya ketersediaan air dicerminkan kedalam debit andalan. Debit
andalan ini adalah debit yang harus tersedia (terpenuhi) untuk penyediaan kebutuhan air
yang besarnya dinyatakan dalam ketersediaan air yang melampaui atau sama dengan suatu
nilai yang keberadaannya dikaitkan dengan prosentasi waktu atau kemungkinan terjadinya.
Besarnya debit andalan ini dihitung berdasarkan ketersediaan air dengan jumlah kebutuhan
air. Perhitungan ketersediaan air meliputi perhitungan evapotranspirasi dan aliran limpasan
(runoff) yang masuk ke bendung. Sedangkan kebutuhan air dapat disesuaikan dengan
proyeksi kebutuhan air dimasa yang akan datang dengan memperhatikan perkembangan
jumlah penduduk dan pembangunan daerah. Debit ketersediaan air diperkirakan dengan
menggunakan Nreka.
V I . 3 . 1 . 2 . 7 . 1 V I . 3 . 1 . 2 . 7 . 1 Dasar Pemikiran Dasar Pemikiran
Metode ini merupakan model matematik hubungan hujan dan limpasan yang
dikembangkan di Amerika oleh Norman H. Crowford (USA) yang merupakan
penyederhanaan dari Stanford Watershed Model IV yang memiliki 34 parameter.
Besarnya aliran permukaan adalah sebesar kelebihan air pengisi lengas tanah ditambah
aliran dari air tanah. Kelebihan air pengisi lengas tanah atau Excess Moisture Storage
adalah berasal dari air hujan yang jatuh mengisi pori-pori tanah dan turun kebawah
mengisi air tanah bila hujanya lebat dan lama atau berintensitas tinggi, terjadi kelebihan air
maka terjadi aliran permukaan dan air tanah sebagian akan menjadi aliran yang juga
menambah aliran permukaan.
Dalam metode ini dikenal beberapa parameter Daerah Aliran Sungai antara lain sebagai
berikut:
A. Nominal
Merupakan Index Soil Moisture Capacity daerah tangkapan (DAS). Nominal dalam
satuan (mm/bln) = 100 + C.Rt, Rt = curah hujan tahunan (mm), 100 mm/bln anggapan
tanah tidak pernah betul-betul kering, tetapi masih ada berisi air sebesar 100 mm/bln.
Sedangkan nilai C ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan Nreka di DAS.
1. C = 0.2 untuk daerah dengan hujan sepanjang tahun
2. C < 0.2 untuk daerah dengan hujan musiman
PT. LAPI - ITB 40
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Harga Nominal dapat dikurangi hingga 25% untuk DAS dengan vegetasi terbatas atau
tanah penutup tipis. Hubungan antara perbandingan Moisture Storage (MS) dan
Nominal dengan perbandingan kelebihan MS dan hujan efektif (Water Balance (WB)
tersedia Grafik NR.1, sedangkan hubungan antara perbandingan (Rb/PET) dengan
(AET/PET) tersedia Grafik NR.2.

Gbr. NR.1 GRAFIK HUBUNGAN ANTARA
(MS/Nom) & (EM/WB)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
- 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0
Ratio tampungan kelengasan tanah = MS / Nom
R
a
t
i
o

K
e
l
e
b
i
h
a
n

k
e
l
e
n
g
a
s
a
n

=

E
M

/

W
B
Gbr NR.2 GRAFIK HUBUNGAN ANTARA
(Rb/PET) & (AET / PET)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
- 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Hujan bulanan Rb / PET
A
E
T

/

P
E
T
1.2
0.8
0.4
0.0
perbandingan MS/Nom
(storage ratio MS/Nom)
1.6
Gambar 14. Hubungan Antara (MS/Nom) Versus (EM/WB)
Gbr. NR.1 GRAFIKHUBUNGANANTARA
(MS/Nom) & (EM/WB)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
- 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0
Ratio tampungan kelengasan tanah = MS / Nom
R
a
t
i
o

K
e
l
e
b
i
h
a
n

k
e
l
e
n
g
a
s
a
n

=

E
M

/

W
B
Gbr NR.2 GRAFIKHUBUNGANANTARA
(Rb/PET) & (AET / PET)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
- 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Hujan bulanan Rb / PET
A
E
T

/

P
E
T
1.2
0.8
0.4
0.0
perbandingan MS/Nom
(storage ratio MS/Nom)
1.6
Gambar 15. Hubungan (Rb/PET) versus (AET/PET)
B. Koefisien PSUB (P1) dan GWF (P2)
PT. LAPI - ITB 41
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Lapisan tanah tempat tersimpan atau dapat ditembus oleh air hujan sebagai Infiltrasi
dibagi dua:
1. 0 2 m disebut lapisan permukaan disini berlaku koef. P1 (PSUB).
2. 2 10 m lapisan tanah bawah permukaan berlaku koef. P2(GWF).
Masing-masing diperkirakan koefisen kelulusan berdasarkan pengamatan.
1. PSUB = P1, persentase air kelebihan pengisi lengas tanah (EM) yang masuk
kebawah menjadi air tanah (GW) pada jalur subsurface/lapisan permukaan tanah
sedalam 0 2 m, nilai P1 berkisar antara 0.3 0.9 tergantung sifat lulus air tanah:
P1 = 0.5 untuk daerah tangkapan hujan normal / biasa
P1 = 0.3 untuk tanah bersifat kedap air
P1 = 0.9 untuk tanah bersifat lulus air
2. GWF = P2, persentase tampungan air tanah (GW) yang menjadi aliran permukaan
(GWF) menuju ke sungai P2 merupakan parameter karateristik lapisan tanah pada
kedalaman 2 10 m, besarnya nilai P2 adalah:
P2 = 0.2 untuk lapisan tanah bersifat kedap air
P2 = 0.8 untuk lapisan tanah bersifat lulus air
V I . 3 . 1 . 2 . 7 . 2 V I . 3 . 1 . 2 . 7 . 2 Aliran Permukaan Aliran Permukaan
Merupakan penjumlahan dari aliran permukaan langsung (DRO) ditambah aliran dari air
tanah (GWF) yang dirumuskan sebagai berikut:
EM P P GW AET R c Ro
maka
EM P P GW P GWF
GW AET R c GW WB c DRO
GWF DRO Ro
. . ) (
) . ( .
) ( .
2 1
1 2 2
+


+
Dimana:
DRO : aliran permukaan langsung/direct run-off
GWF : aliran dari air tanah yang mengalir keluar menjadi run-off
GW : persentase kelebihan air pengisi lengas tanah yang menjadi air tanah
WB : curah hujan dikurangi evapotranspirasi aktual disebut water balance
EM : porsentase air hujan kelebihan yang menjadi sebagian aliran permukaan
R : data Curah hujan bulanan (mm)
c : nilai perbandingan excess moisture dan water balance
PT. LAPI - ITB 42
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 1 . 2 . 8 V I . 3 . 1 . 2 . 8 Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Kebutuhan air yang dimaksud yaitu kebutuhan air untuk pembangkit listrik tenaga air.
Listrik yang dihasilkan berupa Pembangkit Listrik Mikro Hidro. Air disini digunakan
sebagai penggerak turbin.
V I . 3 . 2 V I . 3 . 2 Analisa Hidraulika Analisa Hidraulika
Analisis ini terdiri dari kajian kondisi sungai dan analisis sedimen.
V I . 3 . 2 . 1 V I . 3 . 2 . 1 Kajian Kondisi sungai Kajian Kondisi sungai
Kajian kondisi sungai untuk mengetahui morfologi sungai yang ketersediaan airnya
dipakai sebagai pembangkit listrik mikro hidro. Morfologi sungai yang dikaji disini yaitu
bentuk arus dan klasifikasi saluran, kemungkinan kelongsoran tebing saluran, dan material
dasar saluran. Dari hasil kajian kondisi sungai, maka secara hidraulis dapat ditentukan
lokasi bangunan utama bendung. Secara hidraulis lokasi bangunan utama bendung harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1. Lokasi ditetapkan agar dapat menghasilkan bangunan yang paling ekonomis sehingga
biaya pembangunan menghasilkan nilai yang paling kecil
2. Sumbu bangunan utama bendung harus tegak lurus arah aliran di bagian hilirnya.
3. Apabila lokasi bangunan utama bendung pada tikungan sungai, harus dilakukan
tinjauan hidraulik terhadap kemungkinan limpasan dan gerusan pada tebing luar
tikungan baik hulu maupun di hilir bangunan
PT. LAPI - ITB 43
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 2 . 2 V I . 3 . 2 . 2 Analisa Sedimen Analisa Sedimen
Contoh sedimen yang diambil di lokasi akan dianalisa dengan test laboratorium. Jenis
sedimen yang diambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang (suspended
load). Dari hasil test laboratorium tersebut akan dihasilkan diameter butiran dan kecepatan
endap butiran untuk masing-masing jenis sedimen.
Analisa sedimentasi dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metoda dimana
masing-masing metoda mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam hal
ini keseluruhan metoda yang didetailkan telah terangkum dalam satu paket program
SEDDISCH yang dikembangkan oleh Chih Ted Yang.
V I . 3 . 3 V I . 3 . 3 Penggambaran Hasil Pengukuran Penggambaran Hasil Pengukuran
Penggambaran hasil pengukuran survei topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan
gambaran situasi lokasi bangunan utama bendung dan lokasi rumah turbin, potongannya
(cross section), dan gambaran badan saluran (sungai dan rencana saluran) serta permukaan
tanah yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan badan saluran dan
daerah yang ada disekitar saluran.
V I . 3 . 3 . 1 V I . 3 . 3 . 1 Hitungan Kerangka Horizontal Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan poligon
ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan
diuraikan berikut ini:
1. Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon A
yang telah diketahui sebagai berikut:
AP AP A P
Sin d X X

+
AP AP A P
Cos d Y Y

+
Dalam hal ini:
X
A
, Y
A
= koordinat titik yang akan ditentukan
d
AP
Sin
AP
= selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)
d
AP
Cos
AP
= selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)
d
AP
= jarak datar AP definitif

AP
= azimuth AP definitif
PT. LAPI - ITB 44
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai
berikut:
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:
1. Sarat geometriks sudut:

Akhir
-
Awal
- + n.180
0
= f
Dimana:
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut
( )
( )
( )
( )
( )

180 4
180
180 3
180
180 2
180
180 1
4 3 2 1 A 43
4 34 4 43 B 4
3 2 1 A AP
3 23 3 32 34
2 1 A AP
2 12 1 21 23
1 A AP
1 A 1 12
+ + + + +
+ +
+ + + +
+ +
+ + +
+ +
+ +
+








2. Syarat geometriks absis:

( )


m
i
i Awal Akhir
X X X
1
0
Dimana:
D
i
= jarak vektor antara dua titik yang berurutan
d
i
= jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
3. Koreksi ordinat:
Y f
d
Y K
di
i


Dimana:
d
i
= jarak vektor antara dua titik yang berurutan
d
i
= jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
PT. LAPI - ITB 45
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya
kesalahan linier jarak (KL):
( )
2 2
Y f X f SL +
( )
000 . 5 : 1
2 2

D
Y f X f
KL
2. Pengamatan Azimuth Astronomis
Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:
m Cos Cos
Sinm Sin Sin
Cos
M
. .
.

Dimana:

M
= azimuth matahari
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
i p d r m m
atau i p d r Z Z
u d
u d
t + t
t t +
2
1
2
1

Dimana:
Z
d
= sudut zenith definitif
M
d
= sudut miring definitif
Z
u
= sudut zenith hasil ukuran
M
u
= sudut zenith hasil ukuran
R = koreksi refraksi
1/2
d
= koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
I = salah indeks alat ukur
PT. LAPI - ITB 46
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 3 . 3 . 2 V I . 3 . 3 . 2 Hitungan Kerangka Vertikal Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).
1. Syarat geometris

t FH H H H
Awal Akhir
( )mm D T 8
2. Hitungan beda tinggi
Btm Btb H
2 1
3. Hitungan tinggi titik
KH H H H + +
12 1 2
Dimana :
H = tinggi titik
H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi

FH
d
d


T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
V I . 3 . 3 . 3 V I . 3 . 3 . 3 Pengambaran Hasil Pengukuran Pengambaran Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran yang selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisa terhadap data
yang diperoleh. Dari analisa terhadap data hasil pengukuran maka selanjutnya dilakukan
penggambaran peta:
1. Peta situasi lokasi bangunan utama bendung dan lokasi rumah turbin dibuat dengan
skala 1:5.000.
2. Peta situasi trase sungai dan rencana saluran dibuat dengan skala 1:2.000.
3. Profil memanjang digambar dengan skala horisontal 1:2.000 dan skala vertikal 1:200.
4. Profil melintang digambar dengan skala horisontal dan vertikal 1:200.
PT. LAPI - ITB 47
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
5. Peta situasi bangunan dibuat dengan skala 1:200.
V I . 3 . 4 V I . 3 . 4 Analisa Geoteknik Analisa Geoteknik
Pekerjaan analisa geoteknik dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter tanah.
Adapun dalam analisa geoteknik pada pekerjaan ini terdiri dari:
V I . 3 . 4 . 1 V I . 3 . 4 . 1 Daya Dukung Tanah Daya Dukung Tanah
Perhitungan daya dukung tanah dari data sondir dilakukan dengan cara mendapatkan
kedalaman tanah keras dari data hasil sondir. Dan daya dukung dihitung dengan
menggunakan rumus:
F/2 = {( qc + F/2 ) - qc}
V I . 3 . 4 . 2 V I . 3 . 4 . 2 Analisa Laboratorium Analisa Laboratorium
1. Pengukuran Berat Volume (Bulk Density)
Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari contoh
tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung daya dukung
tanah, perhitungan stabilitas talud, dan sebagainya.
2. Triaxial Test
Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan untuk
mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah. Pengujian dilakukan
atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa pengaliran air pori tanah dan tanpa
menunggu proses konsolidasi contoh tanah. Triaxial test dilakukan pada sampel tanah
yang telah diambil pada saat pengeboran berlangsung. Kondisi tanah yang diambil
diusahakan berada pada pada kondisi lapangan atau dengan kata lain undisturbed. Hai
ini dilakukan agar kondisi lapangan dapat digambarkan melalui test triaxial ini. Pada
triaxial test didapatkan parameter kekuatan tanah yang lebih spesifik yaitu dan c.
Prosedur untuk melakukan test ini adalah sebagai berikut:
1. Ambil 3 buah sampel dari tabung, cetak dengan alat pencetak sampel sehingga
berbentuk silinder dengan diameter 1.5 " dan tinggi 3 ".
2. Timbang masing-masing sampel dan cari berat satuan volumenya { = berat
sampel/volume sampel (= 86.875 cm
3
)}.
3. Reservoir harus penuh, tutup dahulu semua kran dan periksa semua
sambungan ke pesawat ukur tegangan air pori, bila pada tabung yang berisi air
raksa terdapat gelembung-gelembung udara maka hal tersebut harus
PT. LAPI - ITB 48
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
dihindarkan (harus dikeluarkan) karena akan mempengaruhi pengukuran
tekanan air pori.
4. Buka klep-klep saluran yang menghubungkan alat triaxial dengan alat ukur
tegangan air pori, kemudian pasang batu berpori (porous stone) pada alat
triaxial.
5. Buka klep buret agar air dari buret masuk ke saluran menuju alat triaxial.
6. Tutup klep buret bila batu berpori sudah jenuh air.
7. Pasang kertas saring di atas batu berpori tersebut.
8. Masukkan membran karet ke dalam stetcher, kemudian jalankan pompa
vakum sehingga membran karet menempel pada dinding dalam stetcher.
9. Masukan sampel dalam stetcher dan membran diselubungkan.
10. Letakkan silinder kaca di atas sampel dan letakkan butir penekan yang akan
meneruskan tekanan sampel di atas silinder kaca tersebut.
11. Pasang chamber, kencangkan ketiga baut, buka klep pada bagian atas
chamber.
12. Isi chamber dengan air hingga penuh sampai tegangannya sama dengan nol,
kemudian tutup klepnya.
13. Biarkan tanah berkonsolidasi dulu, dial gauge dan null indicator dinolkan dulu
dengan menyetel screw control sehingga tinggi air raksa pada buret tetap.
14. Tutup kran pengukur tekanan air pori.
15. Jalankan pesawat triaxial dengan menjalankan motor mesin sehingga sampel
mendapatkan tegangan vertikal dengan kecepatan penurunan sampai 2%.
16. Lakukan pembacaan dial gauge dan tegangan air pori tiap menit dan air raksa
diatur agar tetap pada posisinya sampai terjadi keruntuhan, yaitu dial gauge
menunjukan angka yang tetap.
17. Matikan mesin, null indikator dinolkan.
18. Buka kran reservoir air dengan membuka klep bagian atas chamber sehingga
air akan keluar dari chamber.
19. Buka chamber, kemudian keluarkan sampel tanah.
20. Keluarkan batu pori.
21. Lakukan percobaan pada ketiga sampel dan masing-masing sampel diberi

3
yang sudah ditentukan dengan rumus

3
=

x h, h adalah kedalaman rata-


rata yang besarnya 2m.
PT. LAPI - ITB 49
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Pada percobaan triaxial, pengukuran kekuatan geser dilakukan dengan memberikan
tekanan vertikal pada sampel. Dari proving ring dapat diketahui tekanan vertikal
maksimum, yaitu pada waktu terjadi failure. Untuk menentukan kondisi awal tanah
maka rumus yang dipergunakan adalah:
1. Untuk menentukan berat volume tanah dipakai persamaan:
V
W
s

Dimana:
= Berat volume tanah (gr/cc)
W
s
= Berat tanah (gr)
V = Volume tanah (cc)
2. Untuk menentukan berat volume tanah kering dipakai persamaan:
w
d
+

Dimana:

d
= Berat volume tanah kering (gr/cc)
w = kadar air (%)
3. Untuk menentukan berat spesifik butiran padat dipakai persamaan:
w
w
s
w
W
G
.

Dimana:
G
s
= Berat spesifik butiran padat
W
w
= Berat air (gr)
= Berat volume air (gr/cc)
4. Untuk menentukan derajat kejenuhan dari suatu sampel tanah yang diuji
adalah:

(
|

s d
r
G
S
1 1
1

Dimana:
S
r
= Derajat kejenuhan dari tanah.
Sedangkan pada tahap pembebanan persamaan yang digunankan adalah sebagai
berikut:
Jika M adalah pembacaan pada proving ring yang maksimum maka:
Gaya vertikal = K x M
Dimana:
K = kalibrasi alat proving ring = 0,1770 kg/cm
2
PT. LAPI - ITB 50
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tegangan vertikal =
3
=
A
M K x
+
Dimana:
A = luas sampel pada saat pembacaan M tercapai tegangan vertikal

3
= tegangan sel
3 1
+
A
M K x

Maka
A
M K x
= -
3 1

Dimana:

1
-
3
= tegangan deviator
Dengan mengukur u maka:

3
=
3
- u
Untuk mengukur harga c', c, , dan ' digunakan lingkaran Mohr yaitu cara grafis
untuk menentukan tegangan-tegangan yang bekerja pada suatu badan. Dengan
menggunakan ketiga sampel didapat tiga buah lingkaran Mohr. Garis singgung dari
ketiga lingkaran ini adalah garis kekuatan geser yang bersangkutan.
PT. LAPI - ITB 51
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
PT. LAPI - ITB 52
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 4 V I . 4 KEGIATAN DETAIL DESAIN KEGIATAN DETAIL DESAIN
Secara umum pembangkit listrik mini hidro terdiri dari :
1. Bangunan pengambilan (bending)
2. Saluran pembawa
3. Sand trap
4. Bak penenang (forebay)
5. Pipa pesat (penstock)
6. Rumah daya (Power house)
7. Tail race
Lay out bangunan bangunan tersebut dapat dolihat pada gambar berikut :
Gambar 16. Lay out PLTMH
V I . 4 . 1 V I . 4 . 1 Perencanaan Hidraulis Perencanaan Hidraulis
V I . 4 . 1 . 1 V I . 4 . 1 . 1 Bangunan Utama Bendung Bangunan Utama Bendung
PT. LAPI - ITB 53
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Telah banyak dilakukan penyelidikan bentuk pelimpah dengan model, dimana dari masing-
masing bentuk pelimpah yang dihasilkan dari penyelidikan model ini mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan. Dengan beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada, memacu
para ahli hidraulis untuk melakukan penyelidikan bentuk pelimpah dengan maksud
mengurangi kelemahan dan menambah kelebihan dari bentuk pelimpah yang sudah ada
dengan bentuk pelimpah yang baru atau dengan cara menggabungkan beberapa bentuk
pelimpah yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan bentuk dari mercu atau limpasan
bendung maka bendung/pelimpah dapat digolongkan kedalam beberapa jenis, diantaranya
adalah pelimpah tipe ogee dan MDO
V I . 4 . 1 . 1 . 1 V I . 4 . 1 . 1 . 1 Pelimpah Tipe Ogee Pelimpah Tipe Ogee
Bentuk pelimpah tipe Ogee merupakan tipe pelimpah yang berbentuk luapan bawah dari
bendung ambang tajam aerasi. Oleh Karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan
subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana.
Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu. Untuk
merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, US Army Corps of Engineers telah
mengembangkan persamaan berikut ini:
'
1
n
d d
h
X
K h
Y
]
]
]

PT. LAPI - ITB 54


SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Dimana X dan Y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir seperti yang terlihat pada
gambar di bawah.

Gambar 17. Bentuk bendung Ogee (US. Army Corps Engineers, Waterways
Experimental Station)
Sedangkan hd adalah tinggi energi rencana di atas mecu. Harga-harga K dan n
merupakan parameter. Harga-harga ini tergantung kepada kecepatan dan kemiringan
permukaan belakang. Harga-harga K dan n untuk berbagai kemiringan hilir dan
kecepatan pendekatan yang rendah dapat disajikan seperti tabel di bawah.
Tabel 5. Harga-harga K dan n
Kemiringan Permukaan Hilir K n
Vertikal 2,000 1,850
3 : 1 1,936 1,836
3 : 2 1,939 1,810
3 : 1 1,873 1,776
Persamaan aliran di atas pelimpah untuk mercu Ogee dapat dirumuskan sebagai
berikut:
PT. LAPI - ITB 55
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
( )
5 , 1
1
2 / 1
. . 3 / 2 3 / 2 H b g C Q
d
, dengan b = lebar mercu , H
1
= tinggi energi di atas
ambang, dan koefisien debit efektif (C
d
) besarnya adalah:
2 1 0
. . C C C C
d

Dimana:
C
0
= konstanta (1,3)
C
1
= fungsi p/h
d
dan H
1
/h
d
C
2
= faktor koreksi untuk permukaan hulu
Faktor koreksi C
1
dapat dicari melalui grafik yang disajikan pada Gambar 18 di
bawah, dan sebaiknya dipakai untuk berbagai tinggi bendung di atas dasar sungai.
Harga-harga C
1
pada Gambar 18 berlaku untuk bendung mercu Ogee dengan
permukaan hulu vertikal. Jika permukaan bendung bagian hulu miring, koefisien
kontraksi tanpa dimensi C
2
harus dipakai, ini merupakan fungsi baik kemiringan
permukaan bendung maupun perbandingan p/H
1
. Harga-harga C
2
dapat diperoleh dari
dibawah.
PT. LAPI - ITB 56
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro

Gambar 18. Faktor koreksi untuk selain tinggi energi rencana pada bendung Ogee
(Ven Te Chow, 1959, disebutkan dalam KP-02)
Gambar 19. Faktor koreksi untuk selain tinggi energi rencana pada bendung Ogee
(Ven Te Chow, 1959, disebutkan dalam KP-02)
V I . 4 . 1 . 1 . 2 V I . 4 . 1 . 1 . 2 Pelimpah Tipe MDO Pelimpah Tipe MDO
PT. LAPI - ITB 57
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Bendung tipe MDO merupakan jenis bendung yang merupakan hasil pengembangan dari
jenis bendung mercu bulat dan bendung tipe Ogee. Bendung tipe ini mempunyai
kelengkapan tubuh bendung seperti tubuh bendung tetap yang lain seperti:
1. Tubuh bendung bentuk trapesium.
2. Mercu tubuh bendung bulat beradius.
3. Peredam energi tipe MDO.
4. Tembok sayap hilir miring atau tegak.
5. Tembok sayap udik miring atau tegak tembok pengarah arus.
Peredam energi tipe MDO yang digunakan pada jenis bendung ini merupakan struktur
yang dibangun di hilir tubuh bendung yang berfungsi untuk meredam energi air akibat
pembendungan agar terjunan aliran air ke hilir tubuh bendung tidak menimbulkan
penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang mudah tergerus dan dapat
membahayakan struktur tubuh bendung. Peredam energi tipe ini terdiri dari lantai datar, di
ujung hilir lantai dilengkapi dengan ambang akhir tipe gigi ompong dan dipasangi riprap
(tumpukan bongkah batu alam atau buatan).
Dimensi hidraulik kelengkapan tubuh bendung yang ditentukan:
1. Kemiringan tubuh bendung bagian hilir 1 : m, m = 1 atau lebih tegak.
2. Kemiringan tubuh bendung bagian udik 1 : z, z = 0 (tegak) atau lebih landai.
3. Radius mercu bendung = r.
4. Kedalaman peredam energi = Ds.
5. Panjang lantai peredam energi = Ls.
6. Tinggi ambang hilir peredam energi = a.
7. Lebar ambang hilir peredam energi = 2a.
8. Diameter riprap = atau berat riprap = Gr.
9. Panjang tembok pangkal bendung = Lbp.
10. Kemiringan bidang udik = 1 : u dan panjang = Lpu tembok sayap udik.
11. Panjang tembok pengarah arus udik = Lpa.
12. Kemiringan bidang hilir = 1 : i dan panjang = Lpi tembok sayap hilir.
PT. LAPI - ITB 58
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Karena pelimpah pada bendung/pelimpah tipe MDO tidak didesain berdasarkan tirai
luapan maka akan terjadi kavitasi, dimana untuk mengetahui terjadinya kavitasi digunakan
perhitungan dengan menggunakan gambar di bawah.

Gambar 20. Hubungan M.A udik dan mercu bendung (SNI, 2001)
V I . 4 . 1 . 2 V I . 4 . 1 . 2 Perencanaan Intake Perencanaan Intake
Supaya air dari sungai dapat diambil untuk dimanfaatkan, harus dibuat intake. Intake
merupakan sebuah bangunan pengambilan yang berupa pintu air yang berfungsi supaya air
dapat masuk ke saluran melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan
bangunan pengambilan adalah debit rencana atau pengaturan pemasokan debit ke saluran.
Pada intake dilengkapi dengan pintu dan dinding penahan banjir dengan alat angkat pintu
yang mempunyai fungsi untuk mengendalikan debit yang harus dipasok ke intake dan
pintu harus dapat dijadikan sebagai alat pengatur dan pengukur debit. Dalam mendesain
kelengkapan dari intake harus diperhitungkan dan diperhatikan masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Debit desain saluran
PT. LAPI - ITB 59
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
2. Kehilangan energi, rumus atau grafik aliran di bawah pintu berdasarkan model
test.
3. Sampah tidak masuk ke lubang pintu.
Untuk menahan sampah supaya tidak masuk ke lubang pintu maka dipasang saringan
sampah (trash rack) dengan pembersih/pengangkat sampah. Untuk mendesain trash rack ini
perlu diperhatikan dan diperhitungkan kehilangan energi oleh sumbatan sampah dan
konstruksi trash rack.
V I . 4 . 1 . 3 V I . 4 . 1 . 3 Perencanaan Sand Trap Perencanaan Sand Trap
Sediment trap mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus
(0,06-0,07mm). Sediment trap dilengkapi dengan ruang bebas endapan, kantong endapan,
pintu pembilas, oftake, guide dan devaider wall serta penenang gelombang, pelimpah
banjir, dan saluran pembuang bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam
sediment trap biasa dan harus diangkut melalui saluran pemberi. Masalah yang harus
diperhatikan dan diperhitungkan dalam mendesain sand trap, antara lain:
Debit ke saluran dan debit bilas.
1. Dapat mengendapkan sedimen yang tidak dikehendaki masuk kesaluran, dengan
efisiensi statis dan efektifitas yang baik.
2. Volume kantong yang cukup, disesuaikan dengan sedimen yang akan mengendap dan
frekuensi pembilasan.
3. Kantong harus dapat dibilas dengan waktu yang relatif singkat.
4. Kalau diperlukan, pembilasan dilakukan dengan cara tertentu sehingga di saluran masih
bisa dipasok air.
5. Bahaya overtopping akibat debit intake melampaui batas aman.
PT. LAPI - ITB 60
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Pembilasan sediment trap/pembuangan endapan sedimen dari tampungan dapat dilakukan
secara hidraulis (hydraulic flushing) atau secara manual/mekanis. Metode pembersihan
secara hidraulis lebih disukai karena biayanya tidak terlalu mahal, sedangkan cara mekanis
akan dipakai apabila metode hidraulis tidak mungkin dilakukan.
V I . 4 . 1 . 4 V I . 4 . 1 . 4 Perencanaan Saluran Perencanaan Saluran
Perencanaan saluran pada pelaksanaannya perlu ditinjau terlebih dahulu dari beberapa segi:
1. Ditinjau dari segi ekonomis, saluran umumnya dipergunakan saluran tanah meskipun
demikian pada tempat-tempat tertentu dimana tidak memungkinkan dipergunakan
saluran tanah, dan saluran tanah tersebut diproteksi dengan cara-cara perbaikan tanah
(pudel, blanket) diberi pasangan batu atau beton.
2. Penampang saluran biasanya berbentuk trapesium.
3. Kecepatan aliran yang dipergunakan adalah:
v = 0.25 - 0.70 m/det, untuk saluran tanah
v = 0.25 - 3.00 m/det, untuk saluran pasangan
4. Lebar dasar saluran minimum (b) = 0.3 meter.
5. Perbandingan antara lebar dasar saluran (b), dalamnya air (h), kecepatan (v), minimum
freeboard/waking (f), talud saluran serta koefisien kekasaran saluran tergantung dari
besarnya debit yang akan dialirkan.
6. Lengkung saluran yang diperkenankan sebenarnya tergantung dari:
Ukuran dan kapasitas saluran
Jenis tanah
Kecepatan aliran
Untuk saluran tanah, minimum radius kelengkungan ada = as saluran diambil tujuh
kali lebar permukaan air rencana.
7. Freeboard/waking pada saluran harus diperhitungkan agar kapasitas saluran cukup
untuk menampung debit rencana maksimum.
PT. LAPI - ITB 61
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 4 . 1 . 5 V I . 4 . 1 . 5 Perencanaan Tanggul Perencanaan Tanggul
Perencanaan tanggul pada prinsipnya adalah penentuan elevasi dan kekuatan tanggul itu
sendiri. Sedangkan kekuatan tanggul meliputi:
1. Ukuran tanggul/dimensi tanggul
2. Bahan tanggul
Ukuran minimum tanggul harus memenuhi kriteria stabilitas (faktor keamanan > 3) sesuai
dengan data tanah yang ada. Bahan tanggul sedapat mungkin menggunakan tanah yang ada
di tempat, hal ini menimbang terbatasnya ketersediaan tanah dengan kualitas baik di sekitar
lokasi. Dalam hal dipakai tanah setempat, maka harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Penurunan muka tanggul yang akan terjadi
2. Metode pelaksanaan konstruksi pemadatan, tahapan pelaksanaan, dll.
V I . 4 . 1 . 6 V I . 4 . 1 . 6 Perencanaan Bak Penenang dan Pengendap (Head Perencanaan Bak Penenang dan Pengendap (Head Tank) Tank)
Perhitungan dimensi bak penenang dilakukan dengan beberapa kriteria, yaitu:
1. Volume bak 10 - 20 kali debit yang masuk untuk menjamin aliran steady di pipa pesat
dan mampu meredam tekanan balik pada saat penutupan aliran di pipa pesat.
2. Bak penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal partikel sedimen
0.03 m/dt.
3. Pipa pesat ditempatkan 15 cm di atas dasar bak penenang untuk menghindarkan
masuknya batu atau benda-benda yang tidak diijinkan terbawa memasuki turbin,
karena berpotensi merusak runner turbin.
4. Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat) dari muka air
untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang memungkinkan masuknya
udara bersama aliran air di dalam pipa pesat
5. Bak penenang dilengkapi trash rack untuk mencegah sampah dan benda-benda yang
tidak diinginkan memasuki pipa pesat bersama aliran air.
6. Pipa penguras ditempatkan di bak pengendap dan bak penenang sebagai kelengkapan
untuk perawatan (pembuangan endapan sedimen).
PT. LAPI - ITB 62
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
7. Bak penenang diiengkapi pelimpas yang direncanakan untuk membuang kelebihan
debit pada saat banjir. Bangunan bak penenang dan saluran pembawa direncanakan
terjaga ketinggian permukaan pada saat banjir sampai maksimum 25% dari debit
desain.
8. Konstruksi bak penenang dan pengendap berupa pasangan batu diplester dengan dasar
bak berupa cor-an beton tumbuk (tanpa tulangan) kedap air.
V I . 4 . 1 . 7 V I . 4 . 1 . 7 Pipa Pipa Pesat (Penstock) Pesat (Penstock)
Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bak
penenang (forebay tank). Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan material, diameter
penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point). Pemilihan material berdasarkan
pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat, sistem penyambungan dan biaya.
Diameter pipa pesat dipilih dengan pertimbangan keamanan, kemudahan proses
pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugirugi (fiction losses) seminimal mungkin.
Ketebalan penstock dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat
terjadi.
1. Pemilihan pipa pesat
Data dan asumsi awal perhitungan pipa pesat:
a. Material pipa pesat menggunakan plat baja diroll dan dilas (welded rolled
steel. Hat ini dipilih sebagai alternatif terbaik untuk mendaotkan biaya
terkecil. Material yang digunakan adalah mild steel (St 37) dengan kekuatan
cukup.
b. Head losses pada sistem pemipaan (penstock) diasumsikan sekitar 4%
terhadap head gross.
2. Diameter pipa pesat
Diameter minimum pipa pesat dapat dihitung dengan persamaan
D=( 10,3 n
2
Q
2
L / hf ) 0,1875
Di mana:
n = koefisien kekasaran (roughness) untuk welded steel (0,012)
Q = debit desain sebesar (m
3
/dt)
L = panjang penstock (m)
H = tinggi jatuhan air (gross head) (m)
PT. LAPI - ITB 63
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tabel 6. Material pipa pesat
Material
Young's Modulus
of Elasticity
E (N/m
2
)E9
Linear
Expansion
a (n/m QC)E6
Ultimate
Tensile Strength
(N/m
2
)E6
N
Weleded Steel 206 12 400 0,012
Polyethylene 0,55 140 5 0,009
Polyvinyl Chloride
(PVC)
2,75 54 13 3,009
Asbestos Cenent n.a 8,1 na 0,011
Cast Iron 78,5 10 140 0,014
Dutiie Iron 16,7 11 340 0,015
3. Tebal plat
Perhitungan tebal plat dapat menggunakan persamaan:
t
p
= (P
1
.D/ 2s
f
.K
f
)+t
s

Dimana:
t
s
= adalah penambahan ketebalan pipa untuk faktor korosi
P
1
= tekanan hidrostatik, kNi P mm
2

D = diameter dalam pipa
K
f
= faktor pehgelasan sebesar 0,9 untuk pengelasan dengan inspeksi x-ray
faktor pengelasan sebesar 0,8 untuk pengelasan biasa
s
f
= desaintegangan pipa yang diijinkan
Pendekatan paling sederhana menggunakan rekomendasi ASME untuk tebal penstock
minimum (mm) adalah 2,5 kali diameter pipa (m) di tambah 1,2 mm.
t
min
= 2,5D + 1,2 mm
Rekomendasi lain adalah:
t
min
=(D+508)/1400
4. Waterhammer
Pada saat penutupan inlet valve dapat terjadi tekanan gelombang aliran air di dalam
pipa yang dikenal sebagai waterhammer. Tekanan baik akibat tertahannya aliran air
oleh penutupan katup akan berinteraksi dengan tekanan air yang menuju inlet valve
sehingga terjadi tekanan tinggi yang dapat merusak penstock. Besarnya tekanan
tersebut dipengaruhi oleh faktor:
a. Kecepatan gelombang tekanan ( pressure wave speed ), c yang besarnya
C= [ 10 -3 K/(1+ KD/Et)]
0.5

Dimana :
K = modulus bulk air (2,1 x 10
1
N/m
2
)
PT. LAPI - ITB 64
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
E = modulus elastilk material (untuk welded steel 2,1 x 11C N/m
2
)
D = diameter pipa (mm)
T = tebal pipa (mm)
b. Surge pressure pada pipa, Ps (m kolom air)
P S = c. V/g
Dimana:
V = kecepatan aliran air didalam pilpa adalah 4Q/D
2

g = percepatan gravitasi m/dt
2

Tekanan total (tekanan kritis) di dalam pipa adalah sebesar (Pc):
Pc = PO + PS
= (0,96 H
gross
) + PS
Dimana Po adalah tekanan hidrostatik dalam pipa dengan asumsi headloss 4%.
Sementara itu tegangan yang terjadi pada dinding pipa adalah:
s = Pc. D/2.t
Tegangan pada dinding pipa tersebut dibandingkan dengan kekuatan tarik material
dan tegangan yang diijinkan. Apabila tegangan pada dinding pipa lebih besar
maka penentuan diameter dan ketebalan pipa diulang (iterasi) sampai diperoleh
kondisi yang aman. Perhitungan rinci kekuatan dan keamanan pipa dilampirkan
pada setiap lokasi rencana pengembangan PLTMH.
5. Tumpuan pipa pesat (saddles support)
Tumpuan pipa pesat, baik pondasi anchor block, saddle support, berfungsi untuk
mengikat dan menahan penstock. Jarak antar tumpuan (L) ditentukan oleh besarnya
defleksi maksimum penstock yang diijinkan. Jarak maksimum dudukan pondasi
penstok dapat dihitung dengan formula:
L = 182.61 x {[(D + 0.0147) 4 - D 4 ]/ p}
0.333

Dimana:
D = diameter dalam penstock (m)
P = berat satuan dalam keadaan penuh berisi air (kg/m).
Berat satuan pipa pesat dihitung dengan formula:
W
pipa
= D x t x l x p
baja

Di mana
W
pipa
= kg 1 m pipa pesat
D = diameter pipa (m)
t = tebal pipa (m)
PT. LAPI - ITB 65
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
p
baja
= 7860 kg/m
3

6. Rugi-rugi head (Head Losses)
Rugi-rugi head (head losses) diberikan oleh flaktor:
c. Kerugian karena gesekan saat aliran air melewati trashrack.
d. Kerugian gesekan aliran fluida di dalam pipa.
e. Kerugian karena turbulensi aliran yang dipengaruhi belokan, bukaan katup,
perubahan penampang aliran.
Reduksi head losses dapat dilakukan dengan cara:
a. Penggunaan diameter pipa yang lebih besar (harus mempertimbangkan
biaya).
b. Mengurangi belokan pada penstock dan pemilihan dimensi yang terbaik
untukmendapatkan rugi-rugi yang kecil.
Besarnya rugi-rugi pada pipa pesat terdiri dari:
Rugi-rugi karena gesekan selama aliran didalam pipa, hfriction
H
friction
= f.L.v
2
/ 2.g.D
Dimana:
f = koefisien gesekan berdasarkan diagram Moody, bilangan Reynolds dan
koefisien kekasaran material
L = panjang penstock (m)
v = kecepatan rata-rata (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/t
2
)
D = diameter pipa pesat (m)
Persamaan empiris lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung rugi-rugi gesekan
ini adalah:
(H
f
/ L) = 10.29 n 2 Q21 D5 .333
Dimana:
H
f
= head losses karena gesekan aliran di dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
n = koefisien kekasaran nanning (0.012 untuk material welded steel)
Q = debit (m
3
/dt)
D = diameter penstock (m)
Kerugian karena gesekan pada aliran metalui trashrack dapat dihitung dengan formula
Kirchmer.
PT. LAPI - ITB 66
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 4 . 2 V I . 4 . 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur
V I . 4 . 2 . 1 V I . 4 . 2 . 1 Perhitungan Struktur Perhitungan Struktur
Perhitungan struktur dilakukan terhadap bangunan utama bendung dan bangunan
pelengkapnya, serta rumbah turbin. Dalam melakukan perhitungan-perhitungan tersebut
harus mengikuti standar-standar dan peraturan yang ada (misalnya: PPKI, SK-SNI).
Pengecekan desain struktur bangunan dilaksanakan dengan mencari pembebanan yang
terjadi pada bangunan untuk selanjutnya dilakukan analisa dengan bantuan software
struktur (SAP, ETABS atau software lainnya). Pembebanan yang terjadi antara lain beban
mati, hidup, dan hosozotal.
V I . 4 . 2 . 2 V I . 4 . 2 . 2 Perhitungan Stabilitas Bangunan Perhitungan Stabilitas Bangunan
Untuk memperhitungkan kestabilan bangunan utama bendung harus diketahui terlebih
dahulu gaya-gaya yang bekerja pada bangunan air, yaitu:
1. Gaya akibat tekanan air
2. Gaya akibat tekanan lumpur
3. Gaya akibat berat sendiri
4. Gaya akibat reaksi pondasi
5. Dan gaya gempa
Perhitungan stabilitas bangunan utama bendung ini harus dilakukan dalam kondisi banjir
(aliran debris) dan kondisi kering (debit rendah).
V I . 4 . 2 . 2 . 1 V I . 4 . 2 . 2 . 1 Gaya-gaya yang Bekerja Gaya-gaya yang Bekerja
Dalam perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan utama bendung dihitung dalam
satu satuan meter lebar.
1. Gaya Akibat Tekanan Air
Gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air dibedakan menjadi tiga yaitu gaya hidrostatis,
gaya up lift dan gaya hidrodinamik.
2. Gaya Akibat Tekanan Lumpur
Sedimen yang ada di hulu bangunan utama bendung akan menyebabkan gaya searah
aliran air yang besarnya dapat dihitung dengan menggunakan formula:

(
|
+


sin 1
sin 1
2
h
F
s
s
G
G
s s
1
'


PT. LAPI - ITB 67
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Dimana:
F
s
= gaya lumpur yang bekerja 2/3 dari atas yang lumpur (KN)

s
= berat lumpur (KN)
h = kedalaman lumpur (m)
= repose of angle (sudut gesekan dalam ( )

s
= berat volume kering tanah (KN/m
3
)
G = berat volume butir
3. Gaya Akibat Berat Sendiri
Karena dalam perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan utama bendung ini
dihitung untuk satu satuan meter lebar maka besarnya berat bangunan bisa dihitung
dengan mengalikan luas penampang melintang bangunan dengan berat jenisnya.
4. Gaya Akibat Reaksi Pondasi
Gaya akibat reaksi pondasi akan memperbesar tekanan pasif tanah yang nantinya akan
memperbesar faktor keamanan terhadap geser. Karena perkembangan tekanan pasif
memerlukan gerak, maka hanya setengah dari tekanan yang benar-benar berkembang
yang dihitung.
5. Gaya Gempa
Dalam merencanakan bangunan bendung, harus diperhitungkan gaya gempa yang
kemungkinan terjadi. Dengan adanya gaya gempa ini akan menambah gaya horisontal
atau gaya geser yang sifatnya menyebabkan bangunan menjadi sliding.
V I . 4 . 2 . 2 . 2 V I . 4 . 2 . 2 . 2 Stabilitas terhadap Gaya-gaya yang Bekerja Stabilitas terhadap Gaya-gaya yang Bekerja
1. Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
Semua konstruksi yang pondasinya berada di dalam air harus dicek stabilitasnya
terhadap erosi bawah tanah (piping) dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
(heave) atau rekahnya pangkal bangunan. Bahaya erosi bawah tanah bisa dihitung
dengan menggunakan metode lane. Metode lane biasa disebut dengan metode angka
rembesan lane (weight creep ratio method). Konsep dasar dari metode ini yaitu
membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan disepanjang bidang
kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan.
Disepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45 dianggap
vertikal dan yang kurang dari 45 dianggap horisontal. Jalur vertikal mempunyai daya
PT. LAPI - ITB 68
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
tahan terhadap aliran tiga kali lebih kuat dari jalur horisontal sehingga dengan metoda
lane ini angka rembesan dapat dirumuskan sebagai berikut:
H
l
C
w
W

H
L L
C
h v
W


3 / 1
Dimana:
C
W
= angka rembesan lane
lw = total panjang jalur rembesan (m)
Lv = total panjang vertikal (m)
1/3L
h
= total panjang sepertiga horisontal (m)
H = beda tinggi muka air di hilir dengan muka air di hulu (m)
Untuk mengurangi rembesan dibawah tubuh bangunan utama bendung diperlukan
beberapa bangunan pelengkap, yaitu:
1. Dinding Halang
Dinding halang (cut off wall) dibuat tegak lurus terhadap bangunan utama
bendung, hal ini merupakan cara mengurangi rembesan dibawah bangunan yang
efektif. Dalam teori angka rembesan lane dijelaskan bahwa dinding vetikal dalam
perhitungan angka lane diambil penuh, sedangkan bidang horisontal hanya
diambil sepertiga dari panjangnya.
Dalam desain cut off ini disarankan memakai sheet pile, tujuan cut off dari sheet
pile ini untuk memperpanjang jalur rembesan sehingga tidak terjadi bahaya piping
dan mengurangi up lift pressure.
2. Koperan
Koperan dibuat di hulu apron (lantai hulu bangunan), di hilir ambang peredam
energi dan disekeliling tembok sayap hilir dan hulu yang menyambung dengan
koperan di hulu apron atau hilir ambang peredam energi. Fungsi dari koperan
yaitu:
Melindungi terhadap erosi.
Melindungi terhadap aliran rembesan yang terkonsentrasi.
Dalam desain koperan disarankan disambung dengan sheet pile supaya posisi
koperan bisa lebih panjang kedalam. Alasannya sama dengan dinding halang.
3. Filter
PT. LAPI - ITB 69
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Filter diperlukan untuk mencegah kehilangan butiran tanah akibat aliran air di
bawah dasar bangunan utama bendung. Posisi filter diletakan di bawah peredam
energi tepat dihulu ambang peredam energi. Filter dapat dibuat dengan beberapa
bahan:
Campuran pasir dan kerikil yang bergradasi baik
Kain sintetis atau filter alamiah (ijuk)
Kombinasi keduanya.
2. Stabilitas Terhadap Guling
Dalam menentukan stabilitas terhadap guling, dilakukan dengan menghitung faktor
keamanan terhadap guling.
h
v
Guling
M
M
n meruntuhka yang Momen
menahan yang Momen
SF
3. Stabilitas Tekanan Tanah
Tekanan tanah yang ada di bawah bangunan utama bendung dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tekanan tanah ():

(
|
t
P P
v
L
e
L
R 6
1
4. Stabilitas Terhadap Geser
Dalam perhitungan stabilitas terhadap geser ini tidak hanya memperhitungkan gaya
vertikal (tahan) dengan gaya geser (runtuh) akan tetapi kekuatan pondasi pile yang
dalam menahan gaya geser juga harus diperhitungkan, sehingga dalam perhitungan ini
akan dibahas dalam desain pondasi.
5. Stabilitas Terhadap Gempa
Dengan adanya gempa akan menambah beban horisontal yang sifatnya meruntuhkan
bangunan. Dengan adanya gaya horisontal ini akan menambah momen guling.
V I . 4 . 3 V I . 4 . 3 Penggambaran Penggambaran
Gambar desain yang dihasilkan dalam pekerjaan SID Pembangkit Listrik Mikro Hidro
yaitu:
1. Peta situasi lokasi BUB dan lokasi rumah turbin digambar dengan skala 1:5.000.
2. Peta situasi trase saluran (sungai dan rencana saluran) dibuat dengan skala 1 : 2.000.
PT. LAPI - ITB 70
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
3. Profil memanjang dengan skala horisontal 1:2.000 dan skala vertikal 1:200 (atau skala
1:100 untuk saluran berkapasitas kecil, bilamana diperlukan).
4. Profil melintang dengan skala horisontal dan vertikal 1:200 (atau 1:100 untuk saluran-
saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25
pada bagian tikungan.
5. Peta situasi bangunan dibuat dengan skala 1:200.
PT. LAPI - ITB 71
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan alat yang dapat menunjukkan kapan
berlangsungnya setiap kegiatan dalam pekerjaan Pekerjaan Studi Kelayakan (Feasibility
Study), Desain Rinci, dan Penyusunan Dokumen Lelang untuk lokasi PLTM di Batang
Tebo, Batang Ule, Batang Pelepat, Kabupaten Muara Bungo, Propinsi Jambi, sehingga
dapat digunakan pada waktu merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk pengendalian
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan.
Untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan global kegiatan agar
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah selama 7 (Tujuh) bulan kalender yang
dirasa sudah cukup. Untuk itu maka diperlukan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan
monitoring yang jelas dan ketat, mengingat antara kegiatan satu dengan yang lainnya
saling terkait dan saling ketergantungan. Terjadinya keterlambatan salah satu kegiatan saja
mengakibatkan keterlambatannya kegiatan yang lain. Dengan monitoring yang ketat,
permasalahan tersebut dapat segera diatasi dan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
normal kembali.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilihat pada Tabel V.1
PT. LAPI - ITB 72
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tabel 5. 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
PT. LAPI - ITB 73
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
V I . 5 V I . 5 KEGIATAN TENAGA AHLI KEGIATAN TENAGA AHLI
Untuk pelaksanaan pekerjaan ini konsultan mengusulkan personil:
1. Ketua Tim : Hany Zaim, ST
2. Ahli Hidrologi/Bangunan air : Rustamaji, ST.
3. Ahli Geologi/Geoteknik : Wiji Nugroho, ST
4. Ahli Struktur : Ir. Suhara, MT
V I . 5 . 1 V I . 5 . 1 Uraian Tugas Tenaga Ahli Uraian Tugas Tenaga Ahli
Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,
maka perlu disusun uraian tugas untuk tiap-tiap personil yang terlibat sehingga tidak terjadi
tumpang tindih penanganan antara masing-masing personil. Uraian tugas dan tanggung
jawab masing-masing personil pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Ketua Tim
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses dan hasil pekerjaan.
Bertanggung jawab terhadap kelengkapan administratif yang diperlukan
untuk setiap tahap pelaporan dan penyerahan pekerjaan.
Bersama dengan tenaga ahli lainnya membuat perencanaan yang holistik dan
komprehensif
Melakukan survei lapangan dan pengumpulan data.
Menyusun lternatif layout bangunan PLTMH.
Memimpin dan mengkoordinasikan anggota tim dalam melaksanakan
pekerjaan, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan menyelesaikan
pekerjaan sehingga dapat dihasilkan tim kerja yang solid dan kompak.
Membuat program kerja, jadwal dan target pekerjaan secara rinci untuk setiap
tahapan pekerjaan.
Memonitor kemajuan pekerjaan berdasarkan jadwal dan target yang telah
disepakati dan melakukan perubahan jadwal dan target internal apabila
diperlukan.
Melakukan kontrol kualitas terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh tim.
Sebagai penghubung antara anggota tim yang satu dengan anggota tim
lainnya.
Menyiapkan semua laporan dengan dibantu oleh anggota tim.
Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan oleh anggota tim.
PT. LAPI - ITB 74
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Memimpin tim dalam melakukan rapat dan pembahasan dengan pengguna
jasa, dan diskusi-diskusi penting yang diadakan secara rutin diluar rapat
resmi.
2. Ahli Hidrologi/Bangunan Air
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Menyiapkan program kerja dan pengumpulan data-data di wilayah studi
Melakukan survey / identifikasi ke lokasi kajian
Melakukan pekerjaan analisa data, menyusun pola pemanfaatan sungai, serta
menganalisa kelayakan pemanfaatannya
Memberikan masukan dalam penyusunan laporan akhir dari studi yang
dilakukan dan membantu mempresentasikannya
Melakukan analisa-analisa/ evaluasi data-data hidrologi di wilayah studi
Survei orientasi lapangan dan pengumpulan data hidrologi
Membuat sketsa & catatan selama survey lapangan.
Saling koordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli yang lain.
Membantu Team Leader dalam kegiatan pembuatan laporan-laporan.
Mendampingi Team Leader dalam kegiatan diskusi pembahasan.
3. Ahli Goeteknik
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Bertanggung jawab kepada Team Leader atas penyelidikan geologi dan
mekanika tanah untuk menunjang perencanaan saluran/ sungai
Mengkoordinir dalam pelaksanaan survai, analisa, kajian dan pemetaan
kondisi tanah
Mengawasi penyelidikan lapangan dan penelitian laboratorium.
Melakukan analisis perhitungan dan perencanaan mekanika tanah
Mengkaji perhitungan data mekanik tanah dan identifikasi hasil investigasi
lapangan untuk pekerjaan detail desain.
Mengkaji perhitungan data mekanik tanah dan identifikasi hasil investigasi
lapangan untuk pekerjaan detail desain.
Mengawasi penyelidikan lapangan dan penelitian laboratorium untuk
mengetahui sifat-sifat teknis tanah
Memberikan rekomendasi dari hasil penyelidikan tanah kepada tim untuk
perencanaan dan desain bangunan air
Menganalisa kondisi tanah lokasi studi.
Saling koordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli yang lain.
Menjaga kualitas pekerjaan.
Membantu Team Leader dalam kegiatan pembuatan laporan-laporan.
Mendampingi Team Leader dalam kegiatan diskusi pembahasan.
4. Ahli Geodesi
PT. LAPI - ITB 75
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Bertanggung jawab kepada Team Leader atas pekerjaan survey, pengukuran
dan pemetaan untuk menunjang perencanaan sungai
Memimpin dan mengkoordinasi tim survei dalam kegiatannya setiap hari.
Melakukan survei lapangan dan pengumpulan data
Membantu Team Leader dalam kegiatan pengumpulan data pemetaan dan
analisis data pengukuran yang terletak di dalam area pekerjaan.
Menyelenggarakan perhitungan pengamatan untuk siap digambar.
Mempersiapkan buku ukur secara lengkap dan konsisten sebagai bahan acuan
dan pengukuran hasil topografi yang kemudian diserahkan kepada direksi dan
menyusun dokumentasi berupa foto-foto lapangan.
Menyelenggarakan perhitungan pengamatan untuk siap digambar.
Mengadakan koreksi data primer terhadap gambar.
Merencanakan dan menyelenggarakan serta mengawasi kegiatan pengukuran
topografi dilapangan
Melakukan analisa dan pengawasan pembuatan peta topografi yang digambar
oleh seorang Juru Gambar (Draftsman).
Membantu untuk mempersiapkan presentasi perencanaan (penjelasan gambar
peta topografi).
Saling koordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli yang lain.
Menjaga kualitas pekerjaan.
Membantu Team Leader dalam kegiatan pembuatan laporan-laporan.
Mendampingi Team Leader dalam kegiatan diskusi pembahasan.
5. Ahli Struktur
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Membuat laporan dan berkoordinasi dengan tenaga ahli lainnya
Melakukan penghitungan seluruh struktur bangunan yang terdapat dalam
perencanaan.
Penentuan jenis dan design dari struktur pondasi berdasarkan pada kondisi
daya dukung tanah yang ada.
Pembuatan dan pengawasan atas gambar-gambar rencana pembuatan memo
design atas seluruh struktur bangunan yang direncanakan.
Penyusunan spesifikasi teknis atas pekerjaan struktur.
Menetapkan jenis tanah urug untuk timbunan.
Bersama dengan tenaga ahli yang lain membantu team leader dalam
menyusun laporan-laporan.
Mendampingi Team Leader dalam kegiatan diskusi pembahasan.
6. Ahli Bangunan Air
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
PT. LAPI - ITB 76
SID Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH) Lokomboro
Dalam melaksanakan Pekerjaan, Tenaga Ahli akan di bantu oleh Asisten Tenaga Ahli dan
Pendukung.
V I . 5 . 2 V I . 5 . 2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan ditangani, dalam pelaksanaan pekerjaan ini
diperlukan Jadwal Penugasan personil/ tenaga ahli, agar dalam memobilisasi personil bisa
tepat waktu dan tidak mengganggu hubungan kerja antar personil/ tenaga kerja, sehingga
koordinasi antar tenaga ahli berjalan dengan lancar dan tentunya pekerjaan juga bisa
diselesaikan dengan tepat waktu.
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Konsultan sebagai penyedia jasa
telah menyiapkan semua Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung yang diusulkan dalam usulan
teknis ini dan dalam kondisi siap untuk dimobilisasi.
Jadwal penugasan Tenaga ahli dan Tenaga Pendukung disesuaikan dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun.
PT. LAPI - ITB 77

You might also like