You are on page 1of 7

TUGAS MENULIS SASTRA NAMA NIM PRODI : MISLAN FAUZI : 076105 : Bahasa dan Sastra Indonesia : MUMININ, M.Pd.

DOSEN PEMBIMBING Puisi 1 :

DI BALIK KERAMAIAN Ku masih tetap berdiri Ku rasakan sepi dan seakan mati Di antara ribuan kata Di antara jutaan suara Yang terdengar keras di telinga Entahlah, ragaku seakan tanpa daya Yang kian kaku ditinggal jiwa Mungkinkah, jiwaku kembali dan Dapat membawaku dalam keramaian Dapat membebaskanku dari kesunyian Kesunyian yang kurasakan diantara jutaan kegembiraan (Mislan Fauzi) 26 apr 11

1. Bunyi/sound stratum Pembahasan lapis bunyi hanyalah ditujukan pada bunyi-bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu bunyi-bunyi yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misalnya pada baris pertama puisi di atas ada asonansi a dan u; di baris ketiga ada aliterasi a (Di antara ribuan kata). Demikian juga pada baris terahir ada asonansin a (Kesunyian - yang kurasakan - diantara jutaa - kegembiraan). Kecuali asonansi dan aliterasi, terdapat pula rima teratur yang digarap dengan sangat mengesankan oleh pengarang. Baris pertama dan terahir mempunyai rima yang sama (a b), yang nampaknya mengapit bait-bait di antaranya yang berpola rima a a bb. Rima vokal berdiri mati

dipertentangkan dengan rima kata suara yang juga merupakan bunyi vokal. Rima telinga daya (vokal) dipertentangkan dengan rima konsonan dan keramaian. Rima yang berupa asonansi dan aliterasi pada puisi di atas berfungsi sebagai lambang rasa (klanksymboliek) sehingga menambah keindahan puisi dan memberi nilai rasa tertentu.
2. Arti/units of meaning

Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. Baris pertama, Ku masih berdiri berarti tokoh aku masih dalam keadaan yang tegak. Ku rasakan sepi dan seakan mati namun jiwanya seakan direlung oleh rasa kesepian. Di antara ribuan kata / Di antara jutaan suara, kesepian yang sebenarnya terdapat diantara sebuah keramaian, keramaian yang tak dapat ia rasakan. Jiwa pengarang yang merasakan adanya kesepian diantara keramaian yang tak dapat ia rasakan. Mungkinkah, jiwaku kembali dan / Dapat membawaku dalam keramaian /Dapat membebaskanku dari kesunyian // Kesunyian yang kurasakan diantara jutaan kegembiraan//. Artinya sang penyair mulai merindukan rasa yang mestinya dapat ia rasakan, dia tak inginkan kesepean-kesepian itu ada di antara berjuta-juta keramaian yang tak dapat ia rasakan.
3. Objek-objek, latar, pelaku, dunia pengarang dan lain-lain

Lapis arti menimbulkan lapis ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dunia pengarang, makna implisit, dan metafisis. Pada puisi Diantara keramaian, objek yang dikemukakan adalah sepi, rasa, telinga, mati, keramaian, kegembiraan. Kesunyian. Pelaku atau tokohnya adalah si aku , dalam ruangan yang penuh keramaian. Jika objek-objek, latar, dan pelaku yang dikemukakan dalam puisi digabungkan, maka akan menghasilkan dunia pengarang atau isi puisi. Ini merupakan dunia (cerita) yang diciptakan penyair di dalam puisinya.

Puisi 2 : MUNAJAT Di saat ku jumpa dengan malam yang bercahaya Malam yang berhiaskan tebaran-tebaran bintang di angkasa Aku berkata Dapatkah aku bertemu lagi dengan terangnya surya Di saat ku jumpa dengan dengan pancaran pesona mentari yang seakan menghipnotis setiap mata yang melihat Aku berkata Dapatkah ku bertemu kembali dengan kilau bintang-bintang yang bertebaran Ku tak tau kapan ku tak bisa lagi Ku tak tau dimana ku tak bisa lagi Dan ku juga tak tau kemana ku tak bisa lagi aku hanya bisa berkata aku lah sosok hina penuh akan dosa-dosa yang haus akan ridho illah (Mislan Fauzi) 19 feb 11 Kata Munajat adalah kata ganti dari doa, akan tetapi kata Munajat lebih dalam artinya dari pada Doa atau permintaan. Karena kata Munajat bukan sekedar berdoa akan tetapi memohon dengan penuh harapan. Dengan pemberian judul Munajat , maka puisi ini kelihatan lebih memiliki makna yang dalam dari hanya sekedar berdoa atau meminta. Dengan pemberian judul Munajat sang penyair ingin menonjolkan sesuatu, atau mencatat, atau merekam suatu hal yang terjadi saat ia berdoa. Berdasarka logika biasa dan makna harfiah, apa yang di ungkapkan dalam puisi tersebut adalah ungkapan penyair akan kerendahan dirinya di hadapan Tuhannya serta permohonan ia kepada Tuhannya.

Puisi 3 : PERMINTAAN (Muhammad Yamin) Mendengarkan ombak pada hampirku Debar-mendebar kiri dan kanan Melagukan nyanyian penuh santunan Teritlah rindu ke tempat lahirku

Sebelah timur pada pinggirku Diliputi langit berawan Kelihatan pulau penuh keheranan Itulah gerangan tanah airku Dimana laut debur meredup Serta mendesir tiba di pasir Di sanalah jiwaku, mula tertabur Dimana ombak sembur-menyembur Membasahi barisan sebelah pasir Di sanalah hendaknya aku terkubur 1. Bunyi/sound stratum Seperti halnya yang dijelaskan di atas, bahwa embahasan bunyi hanyalah ditujukan pada bunyi-bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu bunyi-bunyi yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Begitu juga yang terdapat dalam puisi M. Yamin, pada baris pertama puisi di atas terdapat asonansi a dan u; di baris ketiga terdapat aliterasi n (melagukan nyanyian penuh santunan). Sama halnya dengan rima teratur yang digarap dengan sangat mengesankan. Bait 1 baris pertama dan kedua mempunyai rima yang sama dengan bait 2 baris pertama dan kedua. Bait 1 baris ketiga dan keempat mempunyai rima yang sama dengan bait 2 baris ketiga dan keempat. Hampirkukanan dipertentangkan dengan pinggirku-berawan. Kemudian santunan-lahirku dipertentangkan dengan keheranan-airku

2. Arti/units of meaning Bait I Mendengarkan ombak pada hampirku berarti ketika tokoh aku sampai di suatu tempat ia di sambut oleh suara-suara ombak. Debar-mendebar kiri dan kanan seakan jiwanya terasa berdebar-debar. Melagukan nyanyian penuh santunan debaran yang ia rasakan seakan menjadi sebuah nyanyian, sebuah alunan-alunan yang tak asing baginya. Terbitlah rindu ke tempat lahirku seketika itu ia teringat akan tanah kelahirannya, tanah kelahiran yang penuh akan kedamaian. Pada bait II, si tokoh aku mencari arah dimana tanah kelahiran yang dia maksud. An ketikan dia menemukan sebuah pulau yang seakan ia kenal Kelihatan pulau penuh keheranan. Si aku kemudian yakin bahwa di sanalah tempatku dilahirkan itulah gerangan tanah airku. Bait III menceritakan perasaan si aku yang sadar ketika melihat deburan laut kumparankumparan pasir. Ia sadar bahwa di tanah lah ia akan kembali Di sanahlah hendaknya ia terkubur.
3. Objek-objek, latar, pelaku, dunia pengarang dan lain-lain

Pada puisi Permintaan, objek yang dikemukakan adalah ombak, nyanyian, kerinduan, arah, penlihatan, awan, pulau, tanah air, pasir, pesisir, kubur. Tokohnya adalah si aku , sedang latarnya di pesisir laut yang penuh akan gemuruh ombak lautan. Puisi 4 : PUPUS Saat snyum manismu tak bisa ku lihat Tawa merdumu tak bisa ku dengarkan Aku hanya bisa berkata Aku sedih Aku sepi Aku mati Aku tak tahu Kapankah Mata ini Telinga ini Jiwa ini Dapat kembali merasakan kerinduan-kerinduan yang menyiksa ini Namun, aku akan tetap menanti Meski jiwa dan raga initelah benar-benar mati (Mislan Fauzi) 13 mei 09

Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Adapun tema/makna dari puisi diatas yakni kegelisahan, kegelisahan sang penyair terhadap kerinduan-kerinduan kepada pacarnya yang ian ia rasakan. Dapat kembali merasakan kerinduankerinduan yang menyiksa in / Namun, aku akan tetap menanti// (2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Dalam puisi Pupus di atas penyair seakan-akan tidak punya daya serta kekuatan ketika ketidak adanya senyuman, kemerduan suara sang pacar, dan kerinduan-kerinduan yang tinggal penantian.. (3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ketika kita membaca puisi Pupus di atas seakan kita di ingatkan akan sakitnya sebuah penantian. Sebuah penantian akan kedatangan sang pacar. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Sakitnya pengarang yang ia rasakan ketika menanti datangnya pacar.

Puisi 5 : SEPISAUPI (Sutardji Calzoum Bachri) sepisau luka sepisau duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi sepisaupa sepisaupi sepisapanya sepikau sepi sepisaupa sepisaupi sepikul diri keranjang duri sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi

sepisaupa sepisaupi sampai pisauNya kedalam nyanyi

Bunyi dalam puisi bunyi bersifat estetik, merupakan unsur puisi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Kecuali itu bunyi juga bertugas memperdalam makna, menimbulkan suasana yang khusus, menimbulkan perasaan tertentu, dan menimbulkan bayangan angan secara jelas. Demikian pentingnya peranan bunyi dalam puisi, sehingga dalam perjalanannya ada puisipuisi yang sangat menonjolkan unsur bunyi. Dalam hal ini bunyi-bunyi yang dipakai disusun sedemikian rupa, sehingga menimbulkan daya evokasi (daya kuat untuk membentuk pengertian). Walaupun puisi di atas seolah-olah merupakan permainan bunyi belaka, namun jika kita teliti, bunyi-bunyi yang dipakai oleh Sutardji ternyata diolah dengan sangat baik, sehingga memiliki daya evokasi. Fungsi bunyi dalam mendukung suasana puisi diatas yaitu: Efoni (euphony), bunyi yang merdu dan indah. Kakofoni (cacophony), bunyi yang tidak merdu, parau. Sedangkan fungsi bunyi dalam mendukung perasaan, dan imaji pada puisi adalah: suasana mesra, penuh kasih sayang, gembira, bahagia. Suasana kacau, tidak menyenangkan, tidak teratur.

You might also like