You are on page 1of 11

Details title: the threat of affront genre : friendship, school, action,crime, dark theme song: Time, shinku, thank

you (of HSJ) author: amel~chan

He was killing for absolution.., Too young.. When you have knew too much

character: Yamada Ryosuke as Yamada Ryosuke Yuto Nakajima Chinen Yuri Yabu Kota as Yuto Nakajima as Yamada Yuri/ Chinen Yuri as Yabu Kota

Hikaru Yaotome as Hikaru Yaotome Keito Okamoto as Keito Ballard Ryutaro Morimoto as Ryutaro Wood Yuya Takaki Daiki Arioka Kei Inoo Tonny Wood Byrnisson Nagae Tomomi as Takaki Brynisson as daiki Arioka as Kei Inoo

Di dalam keramaian ini, Ada seseorang yang tak pernah ada, Berjalan dengan telanjang kaki, Di bawah kakinya jalanan terselubung es, Kegelapan itu tidak sanggup menutupi matanya, Karena dia buta Tapi dia tahu segalanya, Kecuali dirinya sendiri

Ryosuke Yamada

CHAPTER ONE Child of Heaven


IN NETHERLAND Ryo, saatnya minum obat. Seorang pria mengenakan seragam dokter berbicara dengan anak yang terbaring dikasur. Badannya sangat kurus. Kulit pucat dan matanya kosong. Seorang perawat membawa nampan yang berisi dua buah ampul dan dua buah spuit lengkap dengan alkohol dan kapas. Perawat itu menyodorkan nampan kehadapan

orang yang dipanggil dokter. Di dada sebelah kiri seragam dokter itu berderet huruf bertuliskan Tonny Wood. Setelah dokter Wood memakai sarung tangan, ia mengambil spuit dan mengisinya dengan cairan yang ada pada ampul pertama. Lalu membersihkan lengan pasien dengan kapas yang sudah diberi alkohol dan menyuntikkan larutan tersebut pada lengan pasiennya. Dan dengan cekatan dokter Wood menutup bekas suntikan dengan kapas kering yang steril untuk menghentikan pendarahan. Kemudian ia mengulang kembali mengisi spuit yang satunya lagi dengan cairan didalam ampul kedua, dan menyuntikkannya dilengan yang sama tapi pada tempat yang berbeda. Ia kembali menutup bekas masuknya jarum berukuran sedang itu dengan kapas. Sepertinya jarum suntik ini tidak berarti apa-apa lagi baginya. Ucap suster Palmela lirih. Ya, itu karena dia sudah mati rasa. Setiap hari disuntikkan dengan obat-obat. Aku rasa dia sudah tidak bisa merasakan jarum ini masuk kebawah kulitnya. Bukankah bagus kalau begini? Kita tidak perlu memanggil beberapa perawat lagi untuk memegangi anak ini kan setiap kali akan memberinya obat. Sahut dokter Wood. Sudah setengah bulan terakhir Ryo tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dokter Wood memasang stetoskop pada telinganya dan memeriksa keadaan pasien kecilnya. Denyut nadi 45 permenit. dokter Wood memberikan aba-aba kepada suster Palmela untuk segera mencatat. Palmela membuka lembaran tempat ia harus mencatat data-data. Dibagian atas lembaran itu terdapan kop surat rumah sakit jiwa. Beberapa baris dibawahnya tertulis biodata pasien; Namanya Ryosuke Yamada, umur 9 tahun, tinggi badan 149 cm, berat badan 31 kg. dan ada beberapa item yang harus diisi oleh suster Palmela. lebih rendah dari kemarin, tekanan darahnya 80/60. Dokter Wood menghembuskan napas panjang sambil melanjutkan pemeriksaannya. Beberapa menit kemudian pemerikasaan selesai. Dokter Wood menyuruh Palmela mengantarkan data Karel hari ini ke pusat informasi. Mereka keluar dan mengunci ruangan kecil berukuran 4x4 meter itu.

Didalam ruangan itu hanya ada sedikit barang, diantaranya AC, sebuah meja dan kasur. Sudah hampir satu tahun Ryo tinggal di ruangan ini. Gerakan yang ia lakukan setiap hari dapat dihitung. Kasur terletak merapat kedinding disampingnya ada tiang infuse, meja dan kursi. Tempat favoritnya dibagian paling sudut ruangan yang berada diujung kasur. Melipat kedua kakinya dan menyandarkan kepala ke dinding seharian. Mungkin tepatnya bukan tempat favorit, tapi tempat yang membuatnya merasa sedikit aman. Karena tidak ada satu hal pun dari tempat ini yang membuatnya senang. Satu tahun yang lalu, Ryo sama dengan anak-anak lainnya. Sekolah dan bermain. Bahkan kecerdasannya membuat Karel menjadi anak yang populer dilingkunganya. Orang tuanya mendidiknya dengan baik. Keluarganya membuka usaha pembuatan tahu skala kecil. Mereka tidak memiliki karyawan. Setiap hari sampai tengah malam Ryo membantu ibu dan ayah membuat tahu. Kemudian pagi harinya pagi-pagi sekali mereka bangun membuka toko. Ibu menjaga toko, dan ayah berkeliling dengan skuter metiknya untuk mengantarkan pesanan tahu ketoko-toko lain. Sampai suatu ketika. Ryo diculik oleh komplotan mafia lokal. Komplotan ini sudah sangat sering menjalankan aksinya. Polisi sampai saat ini belum berhasil melumpuhkan komplotan ini. yang bekerja sama dengan FBI dan CIA sampai saat ini belum berhasil melumpuhkan komplotan ini. Mereka memiliki jaringan yang luas dan hampir tersebar di seluruh Negara eropa, state, dan beberapa Negara maju asia. Kegiatan mereka termasuk obat-obatan dan perdagangan senjata api, pengeboman, penyelundupan, pornografi, penipuan internet, pemalsuan mata, kontrak pembunuhan, perjudian dan pencurian gen, bisnis seks dan penyelundupan manusia secara illegal. Gerakkan mereka terorganisir dengan sangat rapi. Sore itu, Yuto Nakajima, 9 tahun, anak politikus Jepang yang sedang berlibur di Newtherland menjadi target penculikan mereka selanjutnya. Ryo bolos dari les matematika, ia pergi ketempat jajanan pinggir jalan yang menjual gula-gula kapas. Itu tempat bolos langganannya. Secara tidak sengaja Ryo melihat 3 orang didalam mobil sport yang mencurigakan diseberang jalan. Wajah mereka ditutup dengan topi dan kaca mata hitam . Pakaian mereka serba hitam. Satu orang diantara mereka berkulit putih dan yang lainnya berkulit hitam, seperti keturunan orang aborigin. Kemudian sebuah mobil mercy hitam berhenti di depan mobil sport itu. Seorang pria paruh baya mengenakan jas keluar dari mobil dan menyandarkan tubuhnya kemobil. Ia menunggu seseorang.

PUSAT PELATIHAN JUDO, Ryo dapat membaca tulisan itu dengan jelas walaupun ditulis dengan huruf kanji Jepang. Ryo bukan orang Jepang, tapi dia sudah mempelajari bahasa Jepang sejak masih taman kanak -kanak. Kemudian seorang anak laki-laki seumuran Ryo keluar dari tempat pelatihan judo. Suasana sore itu cukup lengang. Hanya ada satu dua orang yang melintasi jalan. Otousan! anak itu berbicara dengan bahasa Jepang dan berlari senang kearah pria tua itu. Yutotunggu disana biar ayah yang menyeberang. Yuto keras kepala, ia tetap berjalan kearah ayahnya. Tapi, ketiga orang yang ada didalam mobil sport keluar serentak dan memukuli pria tua itu, tuan Akai Nakajima. Melihat hal itu Yuto berhenti berjalan. Yuto mundur beberapa langkah sambil memanggil-manggil ayahnya. Komplotan itu mengeluarkan pistol untuk mengancam Nakajima. Karena posisi yang tersedut dan yakin tidak akan menang, Nakajima mencoba merebut pistol dari tangan pengeroyoknya. Terjadi pergulatan perebutan senjata. DOOR! Secara tidak sengaja pistol menembak tepat dikepala Nakajima. Darah segar mengucur deras seperti air keran. Nakajima jatuh tersungkur. Yuto shock berat. Ia terduduk dan mematung. Lalu menangis kencang. Komplotan penjahat itu tidak ingin menghabiskan banyak waktu. Dua orang berkulit hitam segera berlari menuju Yuto dan seorang lagi berlari kemobil dan

mengemudikannya kearah ke dua orang temannya. Ryo dengan refleks berlari kearah Yuto yang masih terduduk dijalan, lalu menarik tangan Yuto dengan paksa. Ayo cepat lari!! Ryo berbicara dalam bahasa Jepang. Ia menyeret Yuto. Ayah! Ayah!! Lepasin! Aku mau ayah! Yuto berontak. Kedua penjahat semakin dekat. Sudah, ayo lari! Ryo terus menyeret Yuto. Yuto berlari pelan sambil terus memanggil ayahnya. Melihat pengejar mereka semakin dekat Yuto mempercepat langkahnya.

Ryo berlari dengan terus menarik tangan Yuto. Ditempat itu ada banyak persimpangan dan lorong. Mereka berkelok memasuki lorong sebelah kiri yang penuh dengan lumpur karena hujan kemari malam. Yuto hampir terpeleset saat melompati sampah yang berserakan diatas lumpur. Tiga ekor kucing mengais tong sampah yang terguling. Orang berkulit hitam itu sama sekali tidak merasa kesulitan saat melewati lorong berlumpur. Tangan seorang dari pengejar hampir berhasil meraih baju Yuto saat ia terpeleset. Ryo dan Yuto mempercepat lari mereka sekuat mungkin. Mereka terus berlari melewati lorong yang bercabang-cabang. Ada persimpangan. Mereka belok kekanan dan berhenti karena itu jalan buntu. Tanpa berpikir panjang Ryo menyeret Yuto berbalik arah. Semoga kedua penculik itu belum sampai persimpangan tadi pikir Ryo. Keringat menetes seperti air hujan. Baju Ryo basah dengan keringat. Tepat dipersimpangan Ryo terkejut karena penculik itu sudah sangat dekat, satu langkah lagi jika tidak cepat mereka akan tertangkap. Mereka berhasil lolos. Ryo dan Yuto terus berlari dan entah sudah kelokan yang mereka lewati. Mereka keluar dari lorong panjang itu. Paru-paru terasa hampir pecah. Udara berdesakakan memasuki paru-paru dan berdesakan lagi untuk keluar. Kedua penculik itu sudah tidak terlihat. Tapi Ryo yakin cepat atau lambat mereka pasti akan menyusul. Mereka terus melanjutkan pelarian sampai- BRUKK!!! Yuto tersungkur. Kaki kanannya terantuk sending trotoar saat terjatuh. Aagh..!! Aku tidak kuat lagi. Tinggalkan saja aku disini. Hiks Yuto menangis sambil memegangi kaki kanannya. Aku harus kembali, ayahku tertinggal disana. Yuto mencoba bangkit, lalu meringis karena kakinya terasa sangat sakit. Bodoh! Kalau kembali kamu akan tertangkap! Ryo menghalangi Yuto. Aku tidak perduli! Ayahku harus segera diselamatkan. Kalau tidak ayah bisa mati. Percayalah seseorang pasti menolong ayahmu. Bagaimana aku bisa percaya dengan kata-katamu?! Kenapa kau membawa aku lari?!! Aku harus segera menolong ayah.! Yuto memaksa kakinya untuk melangkah.

Dari kaca jendela sebuah rumah yang berhadapan langsung dengan lorong yang ada tidak jauh dari tempat mereka, Ryo dapat melihat dua orang penculik itu sudah hampir sampai ketempat mereka. Hentikan pikiran bodohmu. Sudah tidak ada waktu lagi! Dengan terburu-buru Ryo membuka penutup lobang saluran pembuangan yang terbuat dari baja di tengah jalan. Tangan Ryo lecet karena penutup itu sangat berat. Lalu Ryo mendorong Yuto masuk kelobang itu. Dan menutupnya kembali. Yuto jatuh dengan tangan mendarat lebih dulu. KRAAK!!! Yuto berteriak histeris. Pergelangan tangan kirinya patah. Ia meringis kesakitan lalu mencoba menggapai penutup itu dengan tangan kanan tapi tidak sampai. Saluran pembuangan itu cukup luas dan tinggi. Maaf, tapi aku akan kembali. Tetaplah disana sampai aku kembali dan jangan bersuara karena mereka sudah ada disini sekarang. Yuto tidak perduli. Ia tetap berteriak-teriak minta dikeluarkan. Diamlah kalau kau tidak mau mati!! teriak Ryo. Ryo berlari meninggalkan Yuto. Yuto terdiam dan ketakutan setengah mati saat dua orang penculik itu berlari tepat menginjak penutup lobang pembuangan tempat ia berada. Ia menutup mulutnya untuk mencegah suaranya keluar. Dia berbelok kekanan! Cepat jangan sampai membuang banyak waktu!! Yuto dapat mendengar samar-samar saat seorang dari mereka memberikan instruksi. Suara langkah kaki mereka menghilang perlahan. Ryo memasuki wilayah perumahan kumuh. Rumah-rumah bertingkat yang tersusun rapat. Jalanan tampak sepi. Ia sudah lelah berlari. Betisnya terasa akan pecah. Ia haus sekali dan energinya tidak cukup lagi untuk melanjutkan pelarian. Akhirnya Ryo memutuskan untuk bersembunyi dibalik tangga sebuah rumah tua. Rumah itu terbuat dari kayu dan berbau pesing. Ryo menyelinap dibalik tangga sampai tubuhnya tidak terlihat lagi. Ia mencoba untuk tidak melakukan gerakan sekecil apapun. Kakinya yang baru sudah berlari jauh terasa sangat sakit saat dia mencoba untuk jongkok. Dua orang penculik yang mengejarnya dari tadi tidak menyadari keberadaan Ryo. Mereka tetap berlari menjauh dari tempat Ryo bersembunyi. Merasa sudah aman, ia keluar dari persembunyiannya. Ryo bermaksud kembali ketempat ia meninggalkan Yuto. Tapi, tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram erat pundaknya dan menutup hidung Ryo

dengan sapu tangan. Ryo merasa tubuhnya melemas dan pandangannya mengabur. Ryo pingsan. Orang itu menggendong Ryo dan memasukkannya kedalam mobil sport. Aku sudah mendapatkan anak penngganggu. Kalian berdua bagaimanapun caranya harus menangkap Yuto Nakajima secepat mungkin. Aku tidak mau misi ini gagal! orang itu berbicara dengan ponselnya. Baik! sebuah suara menyahut melalui speaker ponsel. Orang-orang bergerombolan mengelilingi korban pembunuhan. Sekitar lima buah mobil polisi dan dua mobil ambulans berhenti di tempat kejadian perkara. Orang-orang bergeser memberikan jalan untuk polisi dan tim dokter. Beberapa orang polisi dan dokter segera berlarian kearah tuan Akai Nakajima yang sudah tidak bernyawa. Mereka segera menaikkan tuan Nakajima kedalam mobil ambulans dan membawanya kerumah sakit. Polisi dengan sigap mengamankan lokasi tempat kejadian perkara. Polisi memasang police line. Tampak beberapa orang wartawan berdatangan berburu informasi. Berlomba menyodorkan microphone kearah narasumber manapun yang bisa memberikan informasi. Beberapa reporter stasiun TV menyiarkan berita pembunuhan Nakajima secara langsung. Dibagian lain beberapa tim polisi masih memburu pelaku pembunuhan yang diduga menculik anak tuan Nakajima. ***************************************************************** Yuto dapat mendengar suara aungan mobil polisi dari dalam terowongan saluran pembuangan. Beberapa ekor tikus bergantian hilir-mudik lewat dihadapan Yuto. Langit sudah gelap. Suasana diterowongan itu semakin menakutkan. Cahaya temaram masuk melewati celah penutup saluran pembuangan. Suara tetesan dan aliran air terdengar jelas dan mengerikan, seolah-olah ada hal mengerikan yang ikut mengalir tenang. Suhu berangsur-angsur mendingin. Menembus pori-pori kulit dan perlahan terserap kedalam tulang. Yuto gemetaran. Giginya gemerutuk. Suara langkah kaki yang berlari terdengar sedikit berdentum dari terowongan. Yuto mendengar suara bisikan tepat diatasnya. Beberapa polisi dengan anjing pelacak berjalan menelusuri Mushroom street. Kemudian seekor anjing pelacak berlari ngebut sambil menggonggong kearah terowongan tempat Yuto terjebak. Anjing itu berusaha mengais-ngais penutup saluran pembuangan. Lalu polisi-polisi itu segera berlari kearah anjing pelacak.

Hey, apa ada orang didalam?! polisi mengarahkan senter kedalam terowongan. Tolong! Aku ada didalam sini! Yuto merasa lega dan senang. Akhirnya polisi akan menolongnya. Disini! Ada seorang anak terjebak dibawah. Polisi dengan sigap mengangkat penutup saluran pembuangan. Seorang polisi yang lain turun kedalam terowongan. Siapa namamu nak? polisi itu menggendong Yuto naik kepermukaan. Yuto, Yuto Nakajima. Penyelamatnya saling berpandangan dan tersenyum senang. Tanpa ada aba-aba mereka langsung berbagi tugas. Ada yang melapor kepada atasan bahwa korban telah ditemukan. Mereka membawa Yuto masuk kedalam mobil. Pak polisi, kalian harus menolong ayahku. Ayahku dikeroyok penjahat. Desak Yuto. Tenanglah, ayahmu sudah kami temukan dan sekarang ada dirumah sakit. Kita ke sana sekarang ya. Ibu mu juga ada di rumah sakit. Dia mencemaskanmu. Mobil polisi beriringan melaju meninggalkan Mushroom street. *************************************************************** Brengsek!! Kalau anak sialan ini tidak mengganggu, semua ini tidak perlu terjadi! Ryo merasa kulit kepalanya sakit. Ia belum sadar benar. Kepalanya terasa berputar-putar. Penjahat yang dia lihat tadi sore sekarang ada dihadapannya. Laki-laki itu menarik rambut Ryo sampai terasa kulit kepalanya akan mengelupas. Ryo meringis sakit. Byrnison, anak ini bukan siapa-siapa. Aku sudah menyelidiki latar belakangnya. Orang tuanya hanya penjual tahu keliling. Seorang lagi yang belum pernah Ryo lihat melaporkan informasi tentang keluarganya. Dan Ryo baru menyadari kalau tidak hanya satu-dua orang yang ada diruangan tempat ia ditawan. Menurut perkiraan Ryo umur mereka diatas dua puluh tahunan. Yang satu berkumis dan berjenggot. Yang satunya lagi tidak memiliki sehelai rambutpun di kepalanya. Dan yang lainnya ada yang mempunyai badan yang sangat besar, orang itu terlihat tinggi dan mencolok diantara yang lain, ada juga yang berambut gondrong. Kebanyakan dari mereka berkulit hitam. Ryo merasa

sangat takut. Jantungnya berdegup kencang. Sekarang ia tidak bisa melarikan diri lagi, karena tangan dan kakinya terikat. Lagi pula, lari sekuat apapun ia tidak akan lolos dari penjagaan sebanyak ini. Ryo menghitung dalam hati. Ada empat orang. Oh. Jadi keluargamu tidak punya uang. Walaupun kami menawarkan uang tebusan untuk melepaskanmu pun keluargamu tidak akan bisa bayar. Hahaha Anak sialan, apa kau tahu sedang bermain-main dengan siapa, ha?!? Aku akan membuat kau menyesal karena sudah mengganggu permainan kami! Kau harus mengganti semua kerugian yang kami alami." Byrnison melepaskan tali pinggangnya yang terbuat dari kulit. Lalu mengayunkannya ketubuh Ryo. Ryo berteriak sakit. Byrnison kembali mengayunkan tali pinggangnya kearah Ryo berulang kali.. Kulit Ryo terasa tercabik saat tali pinggang itu mendarat diwajahnya. Lagi dan lagi. Sebelas, dua belas, tiga belas. Sstas!! Sstas! Ryo meringkuk melindungi wajahnya. lima, dua puluh enam. Pikiran Ryo memecah. Ia tidak tahu hitungan keberapa lagi sekarang. Ryo terbaring di lantai. Rasa perih menjalar kesemua tubuhnya. Bekas cambukkan itu terasa panas. Ia yakin dapat mendegar suara pembuluh darah dan jantungnya memompa darah dengan cepat dan melambat drastis. Ia tidak dapat menggerakkan tangan dan kakinya. Tangan dan kakinya m rasa. Tubuhnya ati mengalami trauma akibat cambukkan yang keras dan berulang kali. Sambil berbaring Ryo merasakan laki-laki itu berhenti mencambuknya.

Byrnison memasang kembali tali pinggangnya. Ia tampak lelah setelah melayangkan cambukkan dengan rasa benci yang sangat. Bunuh anak ini. Lalu kirim

mayatnya kehadapan polisi. Tunjukkan kalau tidak ada satu orang pun yang dapat menghalangi kita. Tunjukkan kalau kita adalah yang terhebat. Gunakan anak ini untuk menunjukkannya. Dua jam lagi aku akan menghadap bos besar. Sebelum itu aku ingin kalian mengabarkan kalau mayat anak ini sudah tergeletak di kamar otopsi dan membuat polisi meradang! Byrnison memakai kaca matanya lalu meninggalkan ruangan. *************************************** TO BE CONTINUE...... SEE YA IN PART 2.... *_____^ amelchan ^^

You might also like