You are on page 1of 72

BAB II KAJIAN TEORI

A. MANAJEMEN PENDIDIKAN 1. Manajemen Kurikulum a. Konsep Manajemen Kurikulum Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan, diharapkan mampu nengoptimalkan potensi sekolah dalam proses mencapai tujuan pendidikan, termasuk bagaimana mensukseskan implementasi kurikulum yang berlaku. Sehubungan dengan suksesnya pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah setidaktidaknya melaksanakan fungsi-fungsi penggerakan manajemen: perencanaan, motivasi,

pengorganisasian

(kordinasi),

(kepemimpinan,

komunikasi), dan pengendalian (George R Terry, 1985;31) Misi yang dikembangkan dalam bidang pendidikan adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa (pembukaan UUD 1945). Pemerintah menyelenggarakan suatu sistem nasioanl yang diatur dengan UUD (UUD 1945, bab XXXI pasal 31, ayat 1). Atas tuntutan mewujudkan masyarakat yang cerdas, berkepribadian tinggi dan dapat bersaing pada zaman yang serba modern ini, diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspekaspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui

pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil dimasa yang akan datang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan kurikulum sekolah dan madrasah yang berbasis pada kompetensi peserta didik (Depag, 2003). Penyempurnaan kurikulum ini dilandasi oleh kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. UUD 1945 dan perubahannya; 2. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewnangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 20/2003. Standar Kompetensi Lulusan merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan harus dicapai peserta didik sebagai hasil belajarnya dalam setiap satun pandidikan, yang meliputi Taman Kanak-Kanak,dan Raudlatul Athfal, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Sekiolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Standar Kompetensi Lulusan pada TKKh, SDKh, SMPKh, SMAKh disesuaikan dengan ketunaan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sesuai dengan pengertian tersebut, kurikulum 2004 berisi seperangkat rencanadan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengn keadaan dan kemampuan daerah dan satuan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pasal 26, PP 19/2005,SNP). Dalam PERMEN (N0 23/2006, SKL SD, MI), kompetensi kelulusan Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut: 1. Menjalankan agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak. 2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri . 3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan. 4. Mengargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya. 5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif. 6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik. 7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya. 8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 9. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

10. menunjukkan kecintaandan kebanggaan terahadap bangsa, negara dan tanah air. 11. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal. 12. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan

memanfaatkan waktu luang. 13. Berkomunikasi secara jelas dan santun. 14. Bekerjasama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sndiri dalam lingkungan teman sebaya dan keluarga. 15. Menunjukkan kemampuan mengamati gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar. 16. Menunjukkan kegemaran membaca dan manulis. 17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Standar Kompetensi Lulusan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam standar isi yang memuat bahan kajian , dan mata pelajaran serta kegiatan belajar pembiasaan. Pengorganisasian bahan kajian tersebut di atas ke dalam mata pelajaran untuk MI adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan agama Islam (Al-Quran, Aqidah Akhlaq, Fiqih, dan SKI) 2. Pendidikan kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial 3. Bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris) 4. Matematika 5. Sains 6. PKPS

7. Penjaskes 8. Kertakes 9. Bahasa Daerah 10. Praktek Komputer 11. Muatan Lokal (Depag 2006) Mata pelajaran adalah sekumpulan bahan kajian dan bahan pelajaran yang memperkenalkan konsep, pokok bahasan, tema, dan nilai yang dihimpun dalam satu kesatuan disiplin pengetahuan (Hendyat Sutopo,2001;121). Pendidikan dasar adalah kegiatan terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang di selenggarakan 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP. Kurikulum pendidikan dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasioanl, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Kurikulum pendidikan dasar yang di selenggarakan di SD menekankan pada kemampuan dan keterampilann dasar baca, menulis dan menghitung, sebagaimana bahasa (menulis, membaca, bicara), serta berhitung (menambah, mengurangi, geometri) yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Sutopo 2003;28-29) b. Strategi Pendidikan 1. Perencanaan Setiap kegiatan yang betujuan perlu dipikirkan secara rasioanl dan sistematis, agar langkah-langkah kegiatan beserta sumber daya penunjangnya dan Implementasi Manajemen Kurikulum dalam

dapat ditentukan secara tepat, alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dapat diantisipasi secara proporsional, sehingg target dan tujuan yang diharapkan tercapai secara efektif dan efesien. Implementasi manajemen kurikulum merupakan pendekatan yang relatif bagus bagi kepala sekolah dan guru untuk pengelolaan sekolah. Sedangkan suksesnya implementasi manajemen kurikulum

tegantung pada kemampuan dan kemauan kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan manajemen. Oleh karena itu kepala sekolah perlu

mengidentifikasi kemampuan dan kemauan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya kemampuan guru dapat ditanggulangi melalui pelatihan dan penataran. Sedangakan rendahnya

kemauan guru tergantung pada sikap dan motivasi guru terhadap pengelolaan kurikulum di sekolah. Maka kepala sekolah harus dapat menyakinkan guru bahwa manajemen kurikulum merupakan pendekatan yang mempermudah dan memperlancar guru dalam proses pembelajaran (lebih berhasil) dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya. Keyakinan itu tumbuh dan berkembang apabila guru-guru dapat membuktikan secara rasional dan objektif melalui pengalaman sendiri atau orang lain. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dapat dikembangkan melalui pengalaman ikut serta dalam seminar, diskusi, demontrasi melalui audio visual, ini meupakan instrumen altrrnatif pengembangan dan pertumbuhan kemauan dan sikap. Dalam tahap implementasi kurikulum di sekolah melalui perencanaan dapt diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan Kurikulum Kepala sekolah sebagai administrator sekolah menyelenggarakan berbagai bidang tugas di sekolah, salah satunya adalah manajemen pengajaran. Tugas kepala sekolah dalam manajemen pengajaran atau kurikulum adalah bahwa tugas kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, meliputi: 1) penyusunan kalender dekolah; 2) penyusunan program tahunan; dan 3) penyusunan jadwal. Uraian tersebut di atas merupakan sebagian dari proses pikir yang rasional dan sistematis. Diknas (2004) menguraikan alternatif proses perencanaan implementasi kurikulum disuatu sekolah sebagai berikut: 1) Menetapkan tujuan dalam implementasi kurikulum di sekolah. Setidak tidaknya kepala sekolah mempunyi harapan bahwa setiap guru yang ada di sekoahnya mampu dan mau menerapkan kurikulum dalam proses pembelajaran. 2) Menganalisis situasi dan kondisi sekolah dengan acuan harapan yang tersebut pada butir a) di atas. Visi atau gambaran sekolah yang ideal, kondusif bagi implementasi kurikulum dirumruskan secara oprasional, dan data-data rinci tentang situasi dan kondisi sekolah sehubungan dengan visi sekolah yang ideal tadi dapat dijadikan dasar untuk menentukan alternatif pemecahannya. 3) Masalah yang ditemukan perlu ditetapkan secara oprasional subtansi, kualitas, dan kuantitasnya, kejelasan masalah memudahkan

perencanaan

kepala

sekolah

dalam

menentukan

alternatif

pemecahannya dan menyusun program kegiatannya. 4) Program-program kegiatan yang ditetapkan sebagai solusi pemecahan masalah dijadwalkan secara sequensial menurut skala prioritas urgensinya agar hasil tercapai secara efektif dan efesien. Programprogram kegiatan tersebut yang menjadi rencana kegiatan sekolah harus jelas tujuannya, siapa yang bertangguang jawab mengerjakan apa, kapan dilaksanakan, dimana pelaksanaannya, bagaimana

pelaksanaannya, dan dengan sarana dan prasarana serta dana yang jelas. b. Analisis untuk mencapai tujuan yang seperti digambarkan pada butir (a) di atas; perencanaan (kepala sekolah) perlu menganalisis situasi dan kondisi sekolah secara objektif. Sebarapa jauh komponen-komponen sekolah yang ideal bagi pelaksanaan kurikulum sudah terpenuhi. Komponen-komponen yang belum terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas dalam menunjang pelaksaan kurikulum, merupakan masalah atau kendala yang harus ditangani. Jadi gap antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada baik kualitas maupun kuantitas merupakan masalah. c. Masalah yang berkaitan dengan komponen silabus, sarana prasarana, alat bantu mangajar, guru, dan iklim organisasi sekolah harus dirumuskan secara baik, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya. Umpamanya; semua guru disekolah belum memahami konsep pendekatan yang terdapat pada kurikulum yang berlaku. Dengan rumrsan yang jelas akan memudahkan perencanaan dalam menetapkan alternatif pemecahan.

d. Alternatif pemecahan masalah: setiap masalah perlu dicarikan alternatif pemecahannya. Tentunya alternatif yang paling efektif dan efesien ditetapkan sebagai suatu solusi dan menjadi program kegiatan sekolah yang direncanakan dalam proses implementasi kurikulum disekolah e. Program-program kegiatan-kegiatan tersebut disusun secara sequensial sesuai dengan skala prioritas menurut urgensinya. Begiyu juga tujuannya dirumuskan secara operasional, siapa yang bertangung jawab, bagaimana pelaksanaannya, kapan dan dimana, serta berapa dana yang diperlukan. 2. Pengorganisasian Pelaksanaan program-program kegiatan yang telah direncanakan harus dikordinasikan secara baik. Jadwal pelaksanaan program disusun secara sequensial. Umpanya program penyusunan dijadwal setelah guru-guru memahami kandungan konsep kurikulum dan menguasi yang diperlukan dalam proses menyusun analisis materi pelajaran. Tujuan setiap program kegiatan diintegrasikan, artinya tujuan setiap program kegiatan dipadukan sehingga saling menunjang kearah terwujudnya pelaksanaan kurikulum. Disamping itu progam-program kegiatan yang telah direncanakan disingkronisasikan. Kordinasi diperlukan untuk menghindari adanya konflik antar program, baik dari segi pelaksanaan maupun tujuan. Langkah selanjudnya mengimplementasikan tahap

pengorganisasian dan kordinasi kepala sekolah mengatur pembagian tugas

mengajar, menyusun jadwal pelajaran, dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler, sebagai berikut: a. Pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan tugas beban minimal. Pemerataan tugas akan menumbuhkan rasa kebersamaan. Pemberian tugas yang sesuai dengan keahlian dan minat akan meningkatkan motivasi kerja guru. Memperoleh sesuai dengan beban tugas minimal akan membuat guru merasa aman dan dapat naik pangkat dengan tepat waktu. b. Penyusunan jadwal pelajaran di upayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari/minggu, sehingga ada satu hari tidak mengajar untuk pertemuan MGMP. Setiap hari guru sebaiknya tidak mengajar lebih dari 6 jam pelajaran sehingga ada waktu istirahat. c. Menyusun jadwal perbaikan kegiatan dan pengayaan. Secara normal setiap mata pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas penugasan terhadap bahan ajar. Oleh karena itu, ketika menyusun jadwal mata pelajaran sudah harus dialokasikan waktu untuk kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi yang sudah tuntas. d. Penyusunan jadwal kegiatsn ekstra kurikuler. Kegiatan eksrta kurikuler perlu difokuskan untuk mendukung kegiatan kurikuler dan kegiatan lain yang mengarah pada pembentukan keimanan dan ketaqwaan,

kepribadian dan kepemimpinan dengan keterampilan tertentu. Setiap

awal cawu kegiatan ekstra kurikuler sudah harus disusun bersamaan dengan penyususna jadwal pelajaran. e. Penyusunan jadwal penyegaran guru. Guru secara periodik perlu mendapat penyegaran tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun metode mangajar, penyegaran perlu dijadwalkan, dengan memanfaatkan waktu-waktu libur sekolah. (Depdikbud, 1994) 3. Actuating (penggerakan) Tugas kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dalam

mengarahkan guru-guru dalam menyusun kegiatan belajar, meliputi: a) program mengajar dalam satu tahun; b) program mengajar dalam semester; c) program persiapan mengajar; d) progaram mingguan/harian dalam bentuk catatan kemajuan belajar; dan e) program perbaikan dan pengayaan. Fungsi manajemen yang ke tiga adalah fungsi penggerakan, artinya kepala sekolah harus dapat menggerakkan guru agar dapat menerapkan konsep kurikulum yang berlaku dalam proses pembelajaran. Kemauan guru tumbuh berkembang apabila mereka termotivasi oleh rasa puas terhadap hasil kerja mereka: yakni hasil penerapan kerikulum dalam proses pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah harus mampu mengembangkan tumbuhnya iklim organisasi sekolah yang kondusif bagi terlaksananya kurikulum di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, kepala sekoah harus memiliki kemauan sosial yang efektif. Kemauan ini tumbuh berkembang oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, kemauan personil yang manusiawi, dan kemauan berkomunikasi yang efektif. Iklim organisasi sekolah atau situasi lingkungan psikis maupun fisik dan hubungn sosial antar individu yang

manusiawi , wajar dan menyenangkan akan menumbuhkan morale (semangat) kerja yang tinggi bagi guru-guru dalam upaya mengimplementasikan kurikulum. Tahap pelaksanaan atau actuating, tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi, dengan tujuan untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan itu guru akan merasa didampingi pimpinan, sehingga akan membangkitkan semangat kerja (Dedikbud, 1994). Tugas kepala sekolah dalam mangarahkan guru kelas. Guru adalah sumber daya insani yang sangat penting perannya dalam mendidik dan mengajar. Berhasilnya kegiatan belajar mengajar bergantung pada kemampuan guru dalam menyusun atau merancang program belajar mengajar. Oleh karena itu, kepala sekolah mempunyai tugas untuk mengarahkan guru-guru dalam menyusun program belajar mengajar, yaitu menyusun program belajar mengajar yaitu menyusu program pengajaran tahunan dan semester. Program ini disusun oleh guru kelas untuk tiap mata pelajaran sebelum tahun ajaran dimulai. Dalam rangka menyusun Program Pengajaran Tahunan dan Semister. Guru perlu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai beikut: a) secara umum/garis besar mempelajari tentang penyusunan program dan GBPP; b) mempelajari kalender pendidikan/sekolah; c) memperhatikan alokasi waktu yang ada dalam GBPP mata pelajaran yang bersangkutan setiap semister; d) menganalisis pokok bahasan/ konsep/tema/bahan kajian yang ada dalam GBPP mata pelajara yang bersangkutan; e) memperhatikan jadwal pelajaran; F) menyusun program tahunan dan semister.

Dalam menganalisis pokok bahasan/konsep/tema/ bahan kajiandan menentukan alokasi waktunya, guru harus mengalokasikan waktu baik tes formatir maupun untuk ulangan umum pada setiap semister, serta menentukan jadwal ulangan tersebut. Disamping itu perlu diketahui bahwa untuk Program Pengajaran Tahunan, guru tidak perlu menyusun secara tersendiri dengan menggunakan format tertentu. Dalam hal ini guru cukup menggabungkan dua program semesteran yang telah dibuatnya menjadi Program Pengajaran Tahunan. 4. Pengendalian Pengendalian merupakan upaya manajerial untuk mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan program dari rencananya. Meskipun setiap program kegiatan telah direncanakan secara rasional dan sistematis serta di tunjang oleh data-data yang akurat dan objektif, pelaksanaan program tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar. Banyak hambatan atau masalah yang relatif dapat menggagalkan tercapainya tujuan atau target yang telah ditetapkan. Hambatan datang dari berbagai faktor baik manusia maupun non manusia. Kepala sekolah sebagai manajer berkewajiban membantu

mengatasi hambatan dan masalah yang dihadapi oleh pelaksana program agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan baik, apabila kepala sekolah tidak bertindak selaku atasan yang selaku pengendali bersikap colegial dan kesejawatan, serta bersifat kemitraan hubungan kerjanya dengan staf dan guru-guru di sekolah, tidak bertindak sebagai atasan kepada bawahan.

Sikap dan prilaku kepala sekoah yang demikian itu itu memudahkan proses pengambilan keputusan yang objektif dalam menetukan alternatif pemecahan masalah secara objektif dan memperlancar proses pelurusan penyimpangan yang terjadi. Pada tahap pengendalian, ada dua aspek yang perlu diperhatikan , yaitu: 1) jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya, 2) pemanfaatan evaluasi. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah: a. Kepala sekolah perlu mengingatkan guru bahwa eveluasi memiliki tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan mengetahui kesulitan siswa. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran guru dapat mengunakan berbagai alat penilaian yang sesuai, sedangkan untuk mengetahui kesulitan siswa menggunakan dianogstik. b. Hasil evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah harus selalu

mengingatkan guru, jika siswa belum menguasai bahan ajar yang sensial perlu diadakan perbaikan. Siswa yang mengalami kesulitan perlu dicarikan jalan, misalnya dibentuk kelompok belajar, perlu juga diadakan pembelajaran kooperatif, sehingga siswa yang kurang pandai terbantu oleh siswa yang lebih pandai. Mengingat pentingnya evaluasi maka perlu dirancang sejak awal. Untuk itu kepala sekolah perlu mengarahkan guru untuk menyusun kisi-kisi evaluasi , menyusu butir soal dan kemudian menelaah (memvalidasi ), sampai dihasilkan perangkat soal yang baik , serta cara pensekorannya. Sedangkan menurut peraturan Pemerintah NO 19 tahun 2005, penialian pada jenjang pendidikan

dasar diatur dalam bab X tentang standar penilaian. Penyusunan soal semacam itu sebaiknya tidak dilakukan oleh guru sendiri sendiri , tetapi dilakukan oleh beberap guru bidang guu sejenis atau oleh MGMP, mengarah pada soal standar (Depdikbud, 1994) Secara singkat, Efendi (2002) menegaskan bahwa dalam proses implementasi manajemen kurikulum, kepala sekolah berkewajiban

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara efektif. Setidak tidaknya empat fungsi manajemen berikut dibawah ini dilaksanakan : a. b. c. d. Perencanaan Pengkordinasian /pengorganisasian Penggerakan Pengendalian.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia a. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bentuk pengakuan pentingnya anggota organisasi (personel) sebagai sumber daya yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi, pelaksanaan fungsi dan kegiatan-kegiatan organisasi untuk menjamin bahwa mereka dipergunakan secar efektif dan adil demi kepentingan organisasi, individu dan

masyarakat.istilah manajemen personalia dipergunakam di kebanyakan organisasi sebagai departemen yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan rekrutmen pegawai, , seleksi, kompensasi, dan pelatihan,. Namun dalam halhal tertentu istilah manajemen sumber daya manusia juga sering

dipergunakan. Ini semua adalah wujud pengakuan peran vital personalia dalam organisasi, tantangan tantangan pengelolaan sumber daya manusia secara efektif, dan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan profesionalisme dalam bidang MSDM. Manajemen sumber daya manusia secara garis besar memiliki fungsi dan aktivitas pokok yang ditetapkan oleh kebanyakan Departemen Personalia di segenap organisasi. Menurut Sculer, Dowling, dan Smart dalam Burhanuddin (2003) ada lima fungsi pokok manajemen sumber daya manusia, yaitu: 1. Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia atau staf 2. Pengadaan sumber daya manusia atau staf 3. Penilaian prestasi kerja 4. Pelatihan dan pengembangan 5. Penciptaan dan pembinaan hubungan kerja yang efektif Meskipun di kebanyakan departemen persunalia tidak melakukan kesemua fungsi tersebut, namun kecendrungan yang terjadi saat ini sudah mengarah kepada kelima fungsi di atas. Tujuan umum manajemen Pendidikan (sekoah) tidak lain untuk menjamain berlangsungnya sistem sekolah sesuai dengan tujan dan rencana yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dituntut untuk menyatu padukan berbagai sumber daya yang ada, seperti sumber daya manusia, dana, fasilitas, sarana dan prasarana dalam upaya dan kegiatan yang dapat mengefektifkan sumber-sumber itu untuk mewujudkan misi sistem. Kepala sekolah adalah unsur yang paling menentukan di dalam mendayagunakannya melalui proses

tranformasi. SDM adalah darah kehidupan lembaga (sekolah). SDM itulah yang melakukan kerja terpadu semua kegiatan sekolah yang dipersembahkan oleh masing-masing SDM, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana rencana yang perlukan untuk mewujudkan tujuan dan jaga menyerasikan rencana dan pelaksanaannya. Strukterformal, ketetapan dan peraturan-peraturan, materi pelajaran, pedoman jabatan dan kebijaka-kebijakan bisa saja dikembangkan sedemikian rupa , namun itu semua akan berarti bila oraang bisa melaksanakannya (Morphet, dkk, 1982) Menurut Gutrie dan Reed (1991), sekolah adalah lembaga kerja yang intensif, karena itu sekolah berorientasi pada orang. Walaupun perhatian utamanya adalah mendidik siswa melalui proses yang hampir semuanya terdiri dari sumber daya manusia, seperti guru, kepala sekolah, dan penjaga sekolah untuk SD, ditambah lagi konselor, petugas perpustakaan, karyawan tata usaha untuk tingkat sekolah lanjutan. Namun manajemen SDM lebih dititik beratkan pada terpenuhinya rasa aman para staf sekolah sesuai dengan harapan mereka ketika mereka baru memulai karirnya. Walaupun kondisi itu lebih banyak mengandung arti ekonomi, namaun faktor-faktor non ekonomi cukup berpengaruh pula pada kondisi kerja semacam itu. b. Strategi dan Implementasi Manajemen SDM dalam Pendidikan 1) Perencanaan Kebutuhan sumber daya manusia Perencanaan Kebutuhan sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi yang menjadi dasar efektifitas penyelenggaraan MSDM. Secara spesifik perencanaan sumber daya manusia melibatkan kegiatan memperkirakan (forecasting) sumber daya manusia atau anggota organisasi, sekaligus

merencanakan langkah-langkah pemenuhannya. Kegitan fungsi ini terdiri dari pengembangan dan penerapan rencana dan program-program untuk menjamin agar jumlah maupun tipe personel yang diperlukan dapat terpenuhi sesuai dengan tempat dimana mereka akan bekerja, memenuhi prinsip the right man on the right place. Karena itu terkait langsung dengan perencanaan organisasi kedepan, maka fungsi ini dipandang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi dimasa yang akan datang. Perencanaan SDM memiliki keterkaitan dan berpengaruh kepada hampir semua fungsi MSDM. Meskipun demikian, secara khusus memiliki kaitan yang sangat erat pada dua aktifitas manajemen sumber daya, yaitu (1) pengadaan staf, dan (2) manajemen karir sebagaimana digambarkan:

Pengadaan Pegawai Rekrutmen Seleksi Perencanaan Pengadaan pegawai Program-programmanjemen karir Perencanaan karir Gambar 1. Hubugan Sistematis Fungsi perencanaa SDM

a) Tujuan perencanaan SDM Secara umum tujuan strategis perencanaan SDM adalah untuk

mengidentifikasi kebutuhan ketersediaan SDM dan mengembangkan

program-program kepegawaian dalam mengeliminir penyimpampanganpenyimpangan atas dasar kepentingan individu dan organisasi. Secara khusu tujuan adalah sebagai berikut: (1) Mengurangi beban biaya dalam bidang ketenagaan dengan cara mengatisipasi kekurangan maupun kelebihan jumlah tenaga yang diperlukan. (2) Menjadi dasr yang baik untuk pengembangan staf dalam rangka mengoptimalkan pendayagunaan SDM. (3) Meningkatkan proses perencanaan organisasi secara menyeluruh. (4) Memberikan kesempatan organisasi untuk meningkat karier dan mengidentifikasi khusus yang tersedia (5) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya SDM yang baik. (6) Menyediakan alat untuk menilai pengaruh segenap alternatif tindakan dan kebijakan personalia (Burhanuddin, M,Ed, dkk,2003;70) b) Kegiatan Utama Perencanaan SDM dan Analisis Jabatan (Job Analisis) Pada dasarnya perencanaan SDM mengemban 2 (dua) buah tugas pokok, yakni (1) merencanakan dan memperkirakan kebutuhan tenaga kerja organisasiuntuk jangka panjang, 9@) melakukan analisis jabatan untuk menentukan jenis keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan, dan atas dasar itu sekaligus merancang jenis jabatan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi dan individual. 2) Pengadaan Staf Begitu perencanaan kebutuhan tenaga telah dilaksanakan, tiba saatnya organisasi berusaha memenuhi kebutuhan tenaga sesuai denga tipe

pekerjaan, jumlah karakteristik tenaga yang diperlukan. Terdapat jumlah aktivitas pokok fungsi pengadaan, antara lain: (a) melaksanakan rekrutmen atau penarikan calon tenaga kerja atau SDM (job aplicants) (b) pelaksanaan seleksi terhadap calon tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan karakteristik tenaga yang diperlukan; dan (c) penempatan / penugasan staf Kegiatan rekrutmen dilakukan dengan memperhatikan aspek legalitas yang berlaku dalam rangka memperoleh sejumlah tenaga yang diperlukan. Adapaun maksud dan pentingnya rekrutmen ini adalah: (1) menentukan kebutuhan penarikan tenaga kerja, (2) meningkatkan jumlah pelamar secara efesien, (3) membantu meningkatkan rating proses seleksi dengan mengurangi jumlah pelamar kerja yang anderqualified atau overqualified, (4) mengurangi kemungkinan berhenti atau mutasi setelah diangkat, (5) memenuhu kewajiban organisasi melaksanakan program pemerataan kesempatan kerja, (6) mengidentifikasi dan menyiapkan caloncalon tenaga kerja yang potensial, (7) meningkatkan efektifitas organisisi dan individu baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, (8) menilai efektifitas dan lokasi rekrutmen (Burhanuddin, M,Ed, dkk,2003;73)

3) Penilaian Prestasi Kerja


Pentingnya penilain prestasi kerja yang rasional dan ditetapkan secara obyektif terlihat pada peling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasioanl, diterapkan secara objektif, serta didokumentasikan secara sistematis (Sondang, 2002;224). Namun demikian tidak sedikit para menejer yang beranggapan bahwa penilaian penilain prestasi hanya penjadi gangguan terhadap pelaksanaan oprasional. Mereka tidak setuju dengan penilain formal tetapi penilain cukup diserahkan kepada atasannya, para manajer itulah yang paling kompeten dalam melakukan penilaian kepada bawahannya. Teori sumber daya manusia memberi petunjuk bahwa terdapat tiga kelemahan argumentasi tersebut. Pertama, tanpa kriteria yang relatif seragam, gaya penilaian akan sangat beraneka ragam dengan kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda. Kedua, tdak ada jaminan atasan melakukam penilaian berdasarkan penilaian kriteria yang obyektif. Ketiga, hasil penilaian sangat mungkin tidak terdokumentasi dengan baik padahal hasil penilaian tersebut harus merupakan bagian dari keseluruhan dokumen kepegawaian pegawai yang dinilai. Pentingnya penilaian terhadap bawahan diantara juga adalah untuk mengukur sejauh mana karyawan tersebut melaksanaka tugas pekerjaannya. Dengan kata lain dapat juga menentukan seberapa produktif karyawan tersebut dan apakah ia dapat bekerja efektif di masa yang akan datang, sehingga baik karyawan itu sendiri, organisasi, dan masyarakat sama-sama akan mendapat keuntungan. Menurut Rowlan and Ferris dalam Burhanuddin (2003), maksud dilaksanakannya penilaian prestasi kerja ini sebagai berikut:

(a) Pengembagan manajemen. Hasil penilaian terhadap prestasi kerja menjadi acuan bagi pengembangan staf di masa yang akan datang dengan mengidentifikasi dan menyiapkan individu-individu tertentu untuk memegang tanggung jawab manajemen yang lebih besar. (b) Pengukuran prestasi. Hasil penilaan meggambarkan individu terhadap organisasi. (c) Peningkatan prestasi. Penilaian mendorong peningkatan prestasi secara kontinyu dan mengurangi kelemahan individu dalam bekerja sehingga menjadi lebih efektif dan produktif. (d) Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi kompensasi, yakni pengaturan sistem penggajian atau upah dan bonus secara tepat. (e) Mengidentifikasi karyawan yang akan di promosikan (f) Menyediaka bahan balikan terhadap tindakan yang perlu diambil terhadap kinerja pegawai tertentu. (g) Pembantu fungsi perencanaan MSDM ke depan terutama dalam kaitannya dengan persediaan tenaga dan kebutuha sekarang. (h) Komunikasi. Penilaian prestasi akan menjadi media komunikasi antara atasan dan bawahan sekaligus menumbuhkan kepercayaan antara penilai dan yang dinilai 4) Pelatihan dan Pengembangan Fungsi ini merupakan suatu usaha peningkatan prestasi kerja para pegawai saat ini dan masa depan dengan kegiatan belajar untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bekerja. Tujuan utama fungsi pelatihan dan pengembangan ini adalah untuk mengatasi kekurangan nilai relatif

kekurangan para pegawai dalam bekerja yang disebabkan oleh kemungkinan ketidak mampuan dalam melaksanakan pekerjaan, dan sekaligus upaya membina mereka agar menjadi lebih produktif. Pertanggung jawaban pelatihan ini adalah piminan pada sstiap level yang dibantu oleh staf khusus (Smart Dkk, 1989). Program pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan dalam model: (1) on the job programs yakni pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman langsung dalam bekerja di organisasi tertentu. Model ini dapat dilakukan secara formal maupun non formal. (2) off the job program adalah model pelatihan di luar jabatan yang dilaksanakan secara formal misal melalui kursus, pendidikan dan pelatihan (Sutopo Dkk, 2003). Pelaksanaan progaram pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan organisasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahap ini, aspek organisasi perlu dianalisisuntuk menetukan kebutuhan pengembangan staff baik sekarang maupun yang akan datang. Hasil analisis pekerjaan /jabatan akan memudahkan menetapkan jenis keterampilan maupun

keterampilan yang akan dikembangkan.

5) Penciptaan dan Pembinaan Hubungan Kerja yang Efektif Begitu organisasi telah mendapat jumlah karyawan anggota yang diperlukan, maka tiba saatnya untuk memelihara mereka, memberikan penghargaan, dan berusaha menyediakan kondisi kerja yang menarik sehingga dapat membuat mereka betah di tempat kerja. Sebagai bagian dari usaha-usaha tersebut, organisasi harus menciptakandan dan mempertahankan hubungan-

hubungan kerja yang efektif dengan para karyawan. Sehubungan dengan itu terdapat 3 tugas fungsi penciptaan dan pembinaan hubungan kerja ini , yaitu: (a) Mengakui dan menghargai hak-hak pegawai (b) Memahami alasan-alasan dan metode yang digunakan para pegawai di dalam berorganisasi (c) Melakukan bargaining dan menyelesaikan komplain dengan para pegawai maupun organisasi yang mewakili mereka (Tim Pakar

Manajemen Pendidikan UNM Malang; 2003;82) Dikalangan teoritis dan praktisi manajemen telah lama diketahui bahwa masalah motivasi bukanlah sesuatu yang mudah, baik memahaminya apalagi menerapkannya. Oleh karena itu bagi pengelola sumber daya manusia mutlak perlu memahami hal ini dalam upaya memelihara hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota organisasi. Salah satu ilmuan yang dipandang sebagai peloporteori motivasi yaitu Abrahan H Moslow berpendapat bahwa dalam bukunya yang bejudul Motivation and Personality bahwa manusia mempunayi lima tingkat kebutuhan atau hierarki kebutuhan, yaitu 1. Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan 2. Kebutuhan keamanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal da, intelektual 3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbolsimbol status

5. Aktualisai diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemepuan nyata. Jika konsep tersebut diaplikasiakan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua _dalam hai ini keamanan _sebelum kebutuhan tingkat pertama terpenuhi ; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasannya sebelum seseorang merasa aman, begitu seterusnya 3. Manajemen Sarana dan Prasarana a. Konsep Manajemen Sarana dan Prasarana Gorton (1976) berpendapat, bahwa the Phisical environment in

which we workcan and does influence what we do how we feel, yang berarti bahwa pembinaan kemampuan guru itu memang diperlukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun dalam rangka itu pula di sekolah perlu adanya layanan profesional di bidang sarana prasarana kerja bagi guru dalam menerapkan kemampuannya secara maksimal. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan salah satu bidang kajian manajemen sekolah (school manager) atau administrasi pendidikan (educational administration) dan sekaligus menjadi tugas pokok manajer sekolah atau kepala sekolah. Secara sederhana manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat di definisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien (Bafadal, 2003;86)

Secara umum tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan disekolah adalah untuk memberikan layanan secara profesioanl dibidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efesien. Secara rinci tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan parasarana yang baik, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efesien. 2) Untuk mengupayakan pengunaan sarana dan parasarana sekolah secara tepat dan efesien 3) Untuk mengupayakan perawatan sarana dan parasarana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam keadaan siap pakai.(Bafadal, 2003;87) Agar tujuan sebagaimana diuraikan di atas dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu: 1) Prinsip pencapaian tujuan. Yaitu bahwa sarana dann prasaran pendidikan di sekoalah harus selalu dalam keadaan siap pakai bilamana akan didayagunakan oleh pesonel sekolah dalam rangaka pencapaian tujuan proses belajar mengajar. 2) Prinsip efesiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana yang baik dengan harga yang murah.

Demikian juga pemekaiannya harus denga hati-hati sehingga mengurangi pemborosan. 3) Prinsip administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasara di sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, perturan, intruksi, dan petunjuk teknis yang telah diberlakukan oleh yang berwenang. 4) Prinsip Kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana di sekolah harus didelegasikan kepada personel sekolah yang mampu bertanggung jawab. Apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya diskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personel sekolah. 5) Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa bahwa manajemen sarana dan prasara

di sekolah harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak (Bafadal, 2004;5-6) b. Strategi dan Aplikasi Manajemen Sarana dan Prasaraa di Sekolah Perlu ditegaskan kembali bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan itu merupakan proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien. Oleh karena itu manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu secara sistematik. Adapun lanhgkah-langkah yang terpenting dalam manajemen sarana dan prasarana tersebut menurt Ibrohim (2003) yaitu: (1) pengadaan sarana dan prasarana; (2) pemeliharaan sarana dan prasarana; (3) pengadaan sarana dan prasarana sekolah.(Ibraohim,2002;88). Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan program sekolah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan, atau sebab lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama, bahawa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus melalui perencanaan yang hati-hati. Kedua, bahwa banyakk cara dalam pengadaan sarana dan parasarana pendidikan di sekolah. Ketiga, bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus di administrasikan denga tertib, sehingga semua pengeluaran keuangan dat dipertanggung jawabkan baik kepada pemerintah, yayasan, dan masyarakat.

a) Perencanaan Sarana dan Prasarana sekolah Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah harus direncanakan dengan hati, sehingga semua pengadaannya sesuai dengan kebutuhan. Soekarno (1987) mendiskripsikan langkah-langkah perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah sebagai berikut: (1) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kurangan perlenglapan sekolah (2) Penyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk perode tertentu, misalnya ubtuk satu triwulan atau satu tahun ajaran

(3) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumnya (4) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia, apalgi uang yang ada tidak mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan itu, maka perlu melakukan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan

mempertimbangkan yang lebih urgen di butuhkan. (5) Penetapan rencana keputusan akhir .

b) Cara Pengadaan Sarana dan Prasana Sekolah Pengadaan sarana dan prasarana pendidikanpada hakikatnya

merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan yang telah disusun sebelumya. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah, yaitu sebagai berikut: (1) Pengadaan perlengkapan dengan cara membeli langsung atau memesan terlebih dahhulu (2) Pengadaan perlengkapan dengan cara mendapatkan hadiah artau meminta sumbangan kepada orang tua murid, lembaga sosial tertentu yang tidak mengikat. (3) Pendapatlan perlengkapan denag cara tukar menukar barang lebih yang dimiliki sekolah dengan barang lain yang belum dimiliki sekolah (4) Pengadan perlengkapan dengan meminjan /menyiwa.

c) Administrasi Sarana dan Prasarana Perlengkapan Setiap sarana dan prasana perlu di administrasikan dengan sebaikbaiknya sejak mengadaannya. Istilah lazimnya iventarisasi sarana an prasarana. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor Kep 225/MK/ V / 4 / 1971barang milik negara berupa semua barang yang berasal atau di beli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau sebagiannya dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) atau dana lainnya yang barang-barangnya di bawah penguasan Kantor Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang DIKNAS) baik yang berada di dalam negeri atau luar negeri. Kegiatan iventarisasi sarana dan prasarana pendidikan meliputidua kegiatan, yaitu: 1). Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan di dalam: (a) Buku Penerimaan Barang (b) Buku Pembelian Barang (c) Buku Induk Inventaris (d) Buku Golongn Inventris (e) Buku Bukan Inventaris (f) Buku (Kartu) Stok Barang 2). Pembuatan kode khusus pada barang inventaris. Caranya dengan

menemp;kan atau menuliskannya pada badan barang inventaris. Kode yersebut sebagai tanda kepemilikan, kode tersebut dituliskan pada barang yang sekiranya mudah di baca dan dilihat.

3). Semua barang perlengkapan inventaris di sekolah harus dilaporkan (laporan mutasi barang), pelaporan dilakukan pda priode tertentu pada tahun berikutnya

2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Idealnya semua sarana dan prasarana sekolah, sepeti perabot, peralatan kantor, dan sarana belajar selau dalam keadaan siap pakai pada setiap saat diperlukan, selau tertata, enak dipandang, tidak cepat rusak. Ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasaranapendidikan di sekolah ditinjau dari sifat maupun waktunya. a) Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Empat macam pemeliharaan tersebut cocok untuk perawatan mesin: (1) Pemeliharaan perlengkapan yang bersifat pengecekan (2) Pemeliharaan yang bersifat pencegahan (3) Pemeliharan yang bersifat perbaiakan ringan (4) Perabaikan berat b) Ditinjau dari waktu pemeliharaannya ada dua macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikandi sekolah (1) Pemeliharaansehari-hari, seperti mnyapu, mengepel lantai, dll (2) Pemeliharaan berkala, misalnya pengontrolan genting, mengapuran tembok.

3. Penghapuasan Sarana dan Prasarana Sekolah Selama mengelola saran adan prasarana pendidikan di sekolah tentu kadang-kadang ditemukan barang atau perlenkapan sekolah yang rusak berat. Barang itu tidak dapat dipakai lagi, dan seandainya kalau diperbaiki biayanya akan lebih besar sehingga lebih baik membeli yang baru. Dan begitu pula dengan barang-kuno yang tidak lagi sesuai dengan situasi, dan apabila barang tersebut tetep disimpan, maka antara biaya pemeliharaannya deanga

pemenfaatannya secara teknis adan ekonomis tidak seimbang, oleh karena itu perlu diadakan penghapusan. Adapun tujuan dari penghapusan adalah Untuk:1) mencagah atau membatasi kerugian yang lebh besar, 2) mencagah terjadainya pemborosan biaya, 3) membebaskan lembaga dari tanggung jawab pengamanan, 4) meringankan beben iventarisasi. Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhdap perlengkapan sekolah. Namaun demikian penghapusan barang harus memenuhi syarat-syarat penghapusan, dan melalui prosedur perundangundanganyang berlaku. Adapun syarat-syarat penghapusan yaitu: (a) Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat digunakan lagi (b) Barang yang tidak sesuai denag kebutuhan (c) Barang-barang kuno yang penggunaannya tidak efesien lagi. (d) Barang-barang yang terkena larangan (e) Barang-barang yang mengalami penyusutan di luarkekuasaan pengurus barang

(f) Barang

barang

yang

pemeliharaannya

tidak

seimbang

dengan

kegunaanya (g) Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi (h) Barang-barang yang dicuri (i) Barang-barang yang disewakan (j) Barang-barang yang terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam Adapun prosedur penghapusan barang-barang yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut (a) Kepala sekolah mengelompokkan barang-barang yang akan dihapus dengan meletakkan di tempat yang aman namun tetap dilingkungan sekolah (b) Menginventarisasi barang yangnakan dihapus dengan cara mencatat jenis, dantahun pembuatan barang tersebut (c) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan dan membentuk panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang akan dihapaus ke Kantor Dinas Pendidikan (d) Setelah SK penghapusan terbit, panitia memeriksa kembali barang yang akan di hapus dengan membuta berita cara pmeriksaan (e) Begitu selesai dalam melakukan pemeriksaan, maka panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar di dalam berita acara pemeriksaan. Dalm rangka itu biasanya perlu adanya pengantar dari kepala sekolahnya, lalu diteruskan ke Kantor Pusat

(f) Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Kantor Pusat , biasanya segera dilakukan penghapusan barang-barang tersebut, dengan dua cara penghapusan yaitu dimusnahkan,atau dileleng .

4. Manajemen Keuangan di Lembaga Pendidikan a) Konsep Manajemen Keuangan di Lembaga Pendidikan Manajemen diartikan sebagai suatu proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakkan tenaga orang lain manajemen keuangan berarti suatau proses melakukan kegiatan pengaturan keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Menurut Depdiknas (2000: 277) bahwa manajemen keuangan adalah suatu tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencacatan data, perencanaan, pe;aksanaan, pertanggung jawaban, dan pelaporan. Kegiatan tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pengawasan. Dalam manajemen keuangan di sekolah kegiatan tersebut dimulai dari perencanaan anggaran sampai dengan pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan. Adapun tujuan manajemen keuangan sekolah adalah untuk

mewujudkan tertib administrasi keuangan. Sehingga urusan keuangan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Depdiknas, 2000; 277). Sedangkan manfaat manajemen keuangan adalah (1) semua kegitan keuangan yang terkait dilaksanakan di sekolah dasar dapat diketahui dengan jelas. (2) tersedianya bahan penyusunan laporan, (3) sebgai alat menganalisa terhadap data hasil pencatatan, (4) pengendalian terhadap segala kegiatan yang

akan berakibat pada keuangan dan pertanggungjawaban dapat dilakukan dengan baik, (5) sebagai bahan penyusunan RAPBS (Depdiknas, 2000;277). Menurut Soetopo (1982:221) bahwa sumber-sumber penerimaan keuangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu, (1) Bantuan dari masyaraka, (2) Bantuan dari siswa atau orang tua murid, (3) Bantuan dari pemerintah. Soerjani (1989;165) menyatakan bahwa penggunaan anggaran

dankeuangan didasarakan pada prinsip-prinsip (1) Hemat, tidak mewah, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, (2) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, (3) Keharusan

penggunaan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh ini dimungkinkan. Laporan pertanggung jawaban sekolah harus dibukukan secara terperinci, yaitu memuat pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah. Semua keuangan yang masuk maupun yang keluar harus diperinci secara mendetail dalam laporan pertanggungjawaban dan harus dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran, berupa kwitansi maupun bon secara jelas (Soetopo, 1989;233). Pada dasarnya manajemen keuangan meliputi tiga tahap yaitu (1) pengadaan keuangan, (2) penggunaan keuangan, (3) pertanggungjawaban keuangan. Dalam hal pengelolaan keuangan di sekolah, kepala sekolah berfungsi sebagai otorisator dan ordonator berfungsi sebagai otorisator , yaitu kepala sekolah diberi wewenangan untuk mengambil tindakan yang berkaitan

dengan penerimaan / pengeluaran anggaran. Sedangkan berfungsi sebagai ordonator adalah kepala sekolah sebagai pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan (Direktur Diknas,1995/1996) Selain berfungsi sebagai ototrisator dan ordoanator, masih ada satu fungsi lagi yaitu bendaharawan. Bendaharawan berwenang melakukan penerimaan dan pengeluaran keuangan atau surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang, dan diwajibkan membuat perhitungan dan

pertanggungjawaban. Kepala sekolah selaku pimpinan satuan kerja, wajib melakukan pengawasan ke dalam. Sehubugan dengan hal tersebut, kepala sekolah tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendahara.

b) Strategi dan Implementasi Manajemen Keuangan di Lembaga Pendidikan 1) Perencanaan Anggaran Sekolah Sebagai pemimpin oganisasi sekolah , Kepala Sekolah diharapkmn menyusun rencana angaran pendidikan dan belanja (RAPBS). Untuk itu kepala sekolah hendaknya mengetahui sumber0sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah. Sumber dana tersebut antara lain meliputi Anggran Rutin, Dana Penunjang Pendidikan (DPP), Subsidi Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP), Bantuan Oprasional dan Perawatan (BOP), Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), Donatur serta Banntuan lain. Setelah mengetahui sumber dana yang ada, selanjudnya sekolah membuat RAPBSA. Dalam menyusun RAPBS kepala sekolah sebaiknya

membentuk tim dewan guru. Setelah tim dan kepala sekolah menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja sekolah, kepala sekolah menyetujuinya. Dengan pelibatan para guru ini akan diperolah rencana yang mantap, dan secara moral semua guru dan kepala sekolah merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan rencana tersebut. Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu Unit Cost (satuan biaya) dan volume kegiatan. Untuk anggaran rutin, SBPP, BOP, jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala sekolah dan guru diharapkan menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara cermat (Maissyaraoh, 2003;98) 2) Pelaksanaan Anggaran Sekolah Dalam mempergunakan anggaran, ada asas yang lazim yang bisa dibuat pedoman yaitu asas umum pengeluaran negara, bahwa manfaat

penggunaan ung negara minimal harus sama apabila uang tersebut digunakan sendiri oleh masyarakat. Asas ini tercermin dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam pelaksanaanAPBN seperti prinsip efesien, pola hidup sederhana dan sebagainya. Setiap pelaksanaan kegiatan yang memberatkan anggaran belanja , ada ikatan- ikatan yang berupa: pembatasan pembatasan, laranga-larangan, keharusan-keharusan, dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan setiap petugas yang diberi wewenang dan kewajiban mengelola uang negara. Ketentuan yang berupa pembatasan dan larangan-larangan terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara antara lain: undang-undang pembendaharaan negara pasal, 24, 28, 30, yaitu pengeluaran yang melampaui kridit anggaran atau tidak tersedia

anggarannya, tidak boleh terjadi. Kredi-kredit yang disediakan dalam angaran tidak boleh ditambah baik langsung maupun tidak langsung karena adanya keuntungan bagi negara. Barang-barang milik negara berupa apapun tidak boleh diserahkan kepada mereka yang mempunyai tagihan kepada negara . ketentuan-ketentuan tersebut pada hakikatnya mengacu pada hal yag sama yaitu membatasi penggunaan anggaran oleh pemerintah dalam jumlah seperti yang diterapkan tercantum dalam anggaran dan hanya untuk keiatan-kegiatan seperti yang dimaksud dalam kredit anggaran masing masing Widjanarko, sahertian, 1996/1997) Selanjudnya pengunaan dana di sekolah, sebagaimana telah

dikemukakan di atas, dana rutin, DPP, BOP, dipergunakan sesuai mata anggaran yang ditentukan. Sedang untu dana BP3 dan dana lainnya dipergunakan untuk: (a) Kegiatan peningkatan mutu pendidikan, antara lain peningkata kemapuan profesional, supervisi pendidikan, dan eveluaso. (b) Kegiatan ekstra kurikuler, antra lain usaha kesehata sekolah (UKS), pramuka, olah raga kreativitas seni. (c) Bahan pengajaran praktek, keterampilan antara lain penambanhan sarana pengajaran, bahan praktek. (d) Gaji dan kesejahtraan kepala sekolah, guru dan pagawai. (e) Pembelian alat-alat kantor dan alat-alat tulis kantor. (f) Pengembangan perpustakaan (g) Pembangunan sarana fisik sekolah. (h) Biaya litrik , telepun, air, dan surat menyurat.

(i) Dana sosial, seperti bantuan kesehatan, pakaian seragam. (j) Biaya pemeliharaan gedung, pagar dan pekarangan sekolah Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, perlu pengelolaan sumber daya terpadu antra sumber tenaga (manusia ), sarana dan prasarana (material) dan dana(keuangan), ketiganya salin terkait satu sama lain..Dalam hal ini kepala sekolah dituntut untuk mengatur keuangan sekolah dengan sebaik-baiknyasehingga tidak ada kegiatan yang semestinya mendapat prioritas pendanaan, tapi tapi tidak memperoleh anggaran. Bendaharawan sekolah dalam mengatur keuangan henaknya

memperhatikan beberapa hal berikut: (a) Hemet dan sesuai denga kebutuhan (b) Terarah dan terkendali sesuai denga rencana (c) Tidak diperkenankan untuk kebutuhan yang tidak menunjang proses belajar mengajar, seperti ucapan selamat, hadiah, dan

pesta.(Maisyaroh ,2003;100)

3) Penyelenggaraan Pembukuan dan Penyampaian Laporan Orang orang atau badan yang menerima , menyimpan, dan membahas uang atau surat-surat berharga milik negara diwajibkan membuat catatan secara tertib teratur. Pedoman yang digunakan adalah petunjuk yang ditetapkan oleh menteri keuangan. Dalam pasal 34 Keputusan Presiden No 24 tahun 1984 disebutkan : kepala kantor, kesatuan kerja, pimpinan proyak, bendaharawan, dan orang atau badan yang menerima/menguasai uang negara wajib menyelenggarakan pembukuan. Sekolah sebagai penerima uang

dariberbagai

sumberjuga

harus

mengadakan

pembukuan.

Pembukuan

mencakup: sumber dana dan besarnya, distrubusu penggunaannya. Pembukuan anggaran baik penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib, teratur dan benar. Pembukuan yang tertib, akan mudah diketahui pembandingan antaran proyek baik fisik maupun sumber daya manusia. Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan mutasi yang paling akhir. Dari membukuan, tertib, teratur, lengkap dan up to date akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap dan bermanfaat. Pembuatan laporan dilakukan secara teratur dan periodik dan dipertangungjawabkan sesuai dengan dengan ketentuan yang berlaku. Selanjudnya untuk menunjang terlaksananya pemgelolaan keuangan yang baik, kepala sekolah hendaknya memperhatikan: (a) Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu sekolah memiliki keuangan tempat khusus untuk menyimpan perlengkapan administrasi keuangan, memilki alat hitung, dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan. (b) RAPBS, yaitu sekolah memiliki RAPBS yang telah disahkan oleh yang berwenang, serta memiliki program penjabarannya. (c) Pengadministrasian keuangan, yaitu sekolah memiliki catatan logistik (uang dan barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-masing, sekolah memiliki buku setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan gaji/honor guru dan tenaga lainnya, dan yang terkhir sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan tahunan (Ditdikdas, 1995/1996).

4) Pengawasan Pelaksanaan Anggaran Sekolah Pemeriksaan kas sewaktu-waktu dan penutupan buku kas umum secara bulanan merupakan tanggungjawab kepala sekolah. Pemeiksaan kas ini didasarkna pada buku kas umum yang dipergunakan oleh bendaharawan untuk mencatat transaksi kas yangmenjadi tanggungjawab kepala sekolah. Dalam elaksanakan pengawasan yang diteruskan dengan pemeriksaan, beberapa butir pertanyaan perlu diajukan, yaitu: (a) Apakah laporan keuangan disusun menurut ketentuan yang berlaku? (b) Apakah laporan keuangan disusun secara konsisten dari waktu ke waktu? (c) Apakah penjelasan dalam laporan keuangan diberikan secara memedai? Ketiga pertanyaan tersebuthendaknya dijawab ya agar memudahkan penentuan keberhasilan keuangan (Maisyaroh, 2003;101)

5. Manajemen Partisipasi Masyrakat Dengan Sekolah a. Konsep Manajemen Partipasi Masayarakat dengan Sekolah Sukiswa (1986:13) mendefinisikan manajemen adalhsuatu proses sosial, yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi dan keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau yang telah ditetapkan dengan efektif. Handoko (1995: 8) manajemen adalahproses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dharma (2001:1) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian hasil melalui dan dengan orang lain dengan memaksimumkan pendayagunaan sumber daya yang tersedia. Menurut burhanuddin (2002:10)manajemen dalam dunia pendidikan adalah usaha pencapaian tujuan melaui p[roses kerjasama dengan mendayagunakan segenap resources yang dimiliki sekolah, khusus sumber daya manusia agar penyelenggaraan sistem pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah usaha pencapaian tujuan melalui proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan mendayagunakan sumber daya yang tersedia agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan hubungan masyarakat dilaksanakan lembaga-lembaga pendidikan atau badan-badan penyelenggara pendidikan dimaksudkan untuk mengabdi pada kepentingan pendidikan. Kegiatan itu disebut humas pendidikan. Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat meiliki latar belakang pemikiran yang tidak berbeda dengan kegiatan hubungan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu proses kegiatan dalam kehumasan perlu memperioleh perhatian semestinya apabila sekolah melakukan hubungan dengan masyarakat (Suryosubroto, 2001:4). Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan masyarakat di lingkungan organisasi kerja / instansi pemerintah termasuk juga di bidang pendidikan harus diartikan sebagai rangkaian kegiatan organisasi/instansi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihalk tertentu

di luar organisasi tersebut agar mendapat dukungan terhadap efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela (Nawawi, 1988:73). Pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat dikemukakan oleh Leslie (dalam Indra Fachrudi, 1994:8) sebagai berikut: School public relation is a process of communication between the school and community for purpose of increasing citizen of educational need and practices encouraging intelligent citizen inters and cooperation in the work of improving the school. Pengertian tersebut dapat diterjemahkan menjadi hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian warga masyarakat akan kebutuhan dan pelaksanaan pendidikan serta mendorong kerjasama untuk memajukan sekolah. 1) Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Berdasarkan beberapa definisi mengenai manajemen dan hubungan sekolah dengan masyarakat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen hubungan masyarakat dengan sekolah adalah usaha pencapaian tujuan melalui proses kerjasama dan komunikasi antara sekolah dan masyarakat dengan mendayagunakan segenap resources yang dimiliki sekolah agar penyelenggaraan sistem pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Suryosubroto (2001:18), jika ditinjau dari sudut pandang manajemen hubungan asyarakat adalah suatu realisasi fungsi komunikasi,

sementara tugas hubungan masyarakat itu sendiri merupakan salah satu fungsi manajemen. 2) Fungsi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Fungsi utama hubungan masyarakat secara umum adalah

menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya emenciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan

lembaga/organisasi (Rachmadi, 1996:21). Adnan (1996:19) engemukakan bahwa ada tiga fungsi utama hubungan masyarakat, antara lain: (1) Menilai dan menentukan pendapat umum yang berkaitan dengan organisasinya, (2) Memberi saran kepada pimpinan tentang cara-cara mengendalikan pendapat umum sebagaimana mestinya, dan (3) Menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum. Dari ketiga fungsi tersebut, fungsi yang sesuai dengan pokok bahasan dalam penelitian ini adalah fungsi ketiga, yaitu menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum, dalam hal ini adalah pendapat masyarakat di luar lingkungan sekolah. Sedangkan fungsi pokok dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menarik simpati masyarakat sehingga dapat meningkatkan relasi serta animo masyarakat terhadap sekolah tersebut, yang pada akhirnya menambah masukan bagi sekolah yang bermanfaat bagi bantuan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Gunawan, 1996:188). Pelaksanaan fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dilaksanakan dengan kegiatan

komunikasi sesuai dengan pesan yang akan disampaikan atau disebarkan, dan tujuan yang akan dicapai (Effendy, 1991:123). 3) Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk memajukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan proses belajar anak, memajukan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat, serta

menumbuhkan minat masyarakat untuk mebantu dan memajukan program pendidikan Elsbree (dalam Indrafachrudi, 1994:10). Menurut Djanaid (1990), tujuan hubungan masyarakat yaitu untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dari sebuah organisasi dengan mengusahakan pengertian umum, kepercayaan umum, kerjasama umum dan bantuan umum. Menurut Cultip (1999:538), tujuan umum yang utama dari hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi: (1) Meningkatkan kesadarn tenteang pendidikan dan meninggalkan kesalahan informasi dan rumor, (2)

Membangun dukungan masyarakat yang diperlukan untuk memperoleh dana yang mencukupi, (3) Mendapatkan penerimaan dan kerjasama masyarakat dalam membuat perubahan pendidikan, dan (4) Membangun hubungan yang ramah dengan eksekutif berita dan reporter. Dari keempat tujuan umum tersebut yang sesuai dengan tema penelitian ini adalah butir kedua, yaitu membanguan dukungan masyarakat yang diperlukan untuk memperoleh dana yang mencukupi. Sianipar (dalam Widodo, 1997:9) mengemukakan tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat, ditinjau dari sudut kepentingan sekolah

yaitu: (1) Memelihara kelangsungan hidup sekolah, (2) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan, (3) Memperlancar proses belajar mengajar, dan (4) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah. Gunawan (1996:188) menambahkan bahwa tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan popularitas sekolah di mata masyarakat, sehingga prestise sekolah dapat meningkat pula. Berdasarkan pendapat beberapa pakar diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk membangun dukungan masyarakat terhadap sekolah dan meningkatkan popularitas sekolah sehingga sekolah memperoleh dana yang dapat mencukupi kebutuhan sekolah. b. Strategi dan Implementasi Manajemen Partisipasi Masyarakat dengan Sekolah. Effendy (1991:28) berpendapat bahwa kegiatan hubungan

masyarakat perlu dilakukan secara sistematis. Sistematika kegiatan hubungan masyarakat terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penelitian, (2) perencanaan, (3) penggiatan/pelaksanaan, dan (4) penilaian. Menurut Ruslan (dalam Khutobah, 2000:20) dalam melakukan kegiatan hubungan masyarakat, selalu memulainya dari penemuan fakta di lapangan, lalu membuat rencana, menentukan teknik komunikasi dan terakhir melakukan evaluasi. Penelitian bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data mengenai pendapat atau keinginan masyarakat secara terencana dan

teratur. Penelitian digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari publik, dalam penelitian dilakukan kegiatan pengumpulan data (data collecting) dan pengkajian fakta (fact finding). Penelitian dalam hubungan masyarakat ada jenis penelitian opini (opinion research) atau penelitian

motivasi (motivation research). Penelitian opini adalah kegiatan untuk menyelidiki pendapat yang berbeda mengenai suatu masalah atau hal. Sedangkan penelitian motivasi merupakan kegiatan mencari, menghimpun, dan mengelola data faktual mengenai kebutuhan dan keinginan publik (Effendy, 1991: 128). Menurut Adnan (1996:50) kegunaan penelitian antara lain : (1) Dapat memberi arti terhadap konsep-konsep komunikasi dua arah, (2)Membantu para pleksana, (3) Memberi penilaian obyektif guna memahami keadaan diri sendiri (lembaga), (4) Mengendalikan masalah dan berusaha serta mempengaruhi pendapat umum, (5) Mempelancar komunikasi, dan (6) Menyediakan informasi penting. Tujuan penelitian menurut Adnan (1996:52) sebagai berikut: (1) Mengumpulkan dan menganalisis informasi, informasi yang dikumpulkan dari penelitian dapat dimanfaatkan untuk membuat program kehumasan seperti rancangan kegiatan komunikasi, memilih media, menyusun pesan dan menyampaikannya kepada khalayak, dan (2) Mengetahui sikap pendapat dan kehendak masyarakat sasaran, bertujuan unutuk mengetahui bagaimana sikap publik atau masyarakat tertentu terhadap organisasi serta bagaimana pendapat masyarakat terutama pendapat masyarakat yang dipengaruhi oleh sekelompok orang tertentu. Dengan mengetahui tujuan penelitian, maka kita dapt mengetahui arah dan petunjuk tentang kekuatan dan kelemahan pelaksanaan

program-program kehumasan, selain itu hasil penelitian juga dapat dimanfaatkan sebagai diagnose untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan juga untuk meningkatkan efektifitas dalam mencapai sasaran yang diinginkan. Djanaid (1986:58) mengemukakan bahwa sebelum kita melakukan komunikasi kepada masyarakat, pertama-tama kita harus tahu siapa yang akan diberi pesan dan bagaimana keadaan komunikasi, untuk itu kita perlu ada penelitian. Penelitian ditinjau dari segi arahnya, yaitu untuk: (1) Meneliti bagaimana metode kerja karyawan, (2) Meneliti factor-faktor mana yang disenangi dan tidak disenangi publik, (3) Mengetahui selera publik, (4) Mengetahui karakteristik publik, (5) Mengetahui struktur masyarakat, (6) Mengetahui latar belakang masyarakat, (7) Mengetahui motivasi publik, (8) Mengetahui public opinion yang berkembang dalam masyarakat. Dari kedelapan tujuan diatas yang masuk ke dalam hubungan sekolah dengan masyarakat eksternal adalah tujuan kedua sampai kedelapan. Sedangkan tujuan pertama ditujukan untuk masyarakat internal. Menurut Meinanda (1982:12) pada tahapan penelitian perlu diketahui: (1) apa yang diperlukan publik, (2) siapa yang termasuk dalam publik, (3) bagaimana keadaan publik dipandang dari berbagai segi, (4) mengapa publik bersikap masa bodoh, menentang dan sebagainya. Penjelasan lain

dikemukakan oleh Widjaja (2002:56) tahap penelitian meliputi penelitian pendapat, sikap dan reasi orang-orang atau publik. Dengan demikian dapat diketahui masalah apa yang sedang dihadapi.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tahap penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang meliputi keinginan dan pendapat mereka mengenai sekolah, serta untuk mengetahui gambaran kondisi masyarakat yang meliputi karakteristik, sikap dan reaksi publik yang menjadi sasaran kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Pada tahap kedua yaitu perencanaan, dalam menyusun rencana harus benar-benar berpijak pada fakta. Fakta adalah kenyataan, baik berupa hal yang dilihat sendiri maupun keterangan yang didapat dari sumber lain. Rencana harus terbagi menjadi program-program dalam rangka memecahkan masalahmasalah khusus, tetapi tetap terpadu dalam rencana yang merupakan program induk (Effendy, 1991:131). Perencanaan harus dilakukan apabila ingin membuat program hubungan masyarakat, sebab hubungan masyarakat mengandung perencanaan komunikasi baik kedalam maupun keluar. Perencanaan hubungan masyarakat adalah suatu proses yang berkesinambungan. Adnan (1996:80)

mengemukakan tahap-tahap perencanaan antara lain: (1) penilaian situasi, meliputi kegiatan mengumpulkan informasi, menganalisis masalah,

menentukan factor-faktor penyebab dan mengkaji kasus yang sama, agar dapat mengetaui bagaimana pandangan orang terhadap organisasi, (2) menetapkan tujuan, penting dalam memberi arah atau target yang ingin dicapai, (3) menetapkan publik sasaran yang akan dilayani, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, (4) pemilihan media komunikasi dan teknik penggunaannya, meliputi banyaknya media yang tersedia dan jenis pesan yang sesuai dengan

tipe media yang dipilih, (5) anggaran, setiap perencanaan program hubungan masyarakat harus disertai dengan perencanaan anggaran/biaya, dan (6) evaluasi keputusan, dilakukan agar sesuai dengan tujuan organisasi yang ingin dicapai. Djanaid (1986:63) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam perencanaan adalah dasar-dasar pemikiran, tujuan, sasaran, kegiatan, lokasi, waktu, organisasi pelaksana, materi, biaya dan time schedule. Pendapat lain dikemukakan oleh Effendy (1991:131) bahwa pada tahap perencanaan perlu ditentukan: (1) apakah yang dijadikan tujuan, (2) apakah tujuan itu menyenagkan, (3) apakah tujuan itu mungkin dicapai, (4) apakah upaya tujuan itu dapat dilakukan dengan personil yang ada, (5) factorfaktor apa yang mendukung pencapaian tujuan itu, (6) factor-faktor apa yang diduga dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, (7) apakah sudah diperhitungkan dengan kebijaksanaan hubungan masyarakat, (8) apakah sudah diperhitungakan dengan kebijaksanaan organisasi, (9) apakah tidak

menghambat usaha lain, (10) darimana biaya diperoleh, (11) apakah akibatnya bila upaya yang dilakukan gagal, (12) kenapa dilakukan sekarang, (13) siapa yang harus memberikan persetujuan, (14) siapa yang harus diberi informasi, dan (15) kapan tujuan itu harus selesai dilaksanakan. Sedangkan menurut Meinanda (1982:3) perencanaan hendaknya didasarkan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) siapa yang akan menjalankan rencana itu, (2) dimana tempat yang kita pilih, (3)kapan pekerjaan itu dimulai dan kapan pekerjaan itu selesai,(4) berapa biaya yang disediakan, dan (5) bagaimana caranya untuk berhasil.

Pada tahap ini, ditetapkan juga publik yang menjadi sasaran kegiatan. Sasaran yang dimaksud adalah publik ekstern, yang meliputi orang-orang yang berada di luar lingkungan atau jajaran yaitu para anggota masyarakat. Widjaja (2002:59) mengemukakan bahwa strategi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan mekanisme komunikasi dua arah antar lembaga dengan sasaran, agar hasil-hasil yang dicapai oleh lembaga itu dapat dikenal oleh ssaran, sehingga ssaran akan ikut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan lembaga. Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tahapan perencanaan yang umum dilakukan yaitu: (1) penetapan tujuan, (2) penetapan biaya/anggaran, (3) penetapan publik sasaran, (4) penetapan waktu, dan (50 penetapan media komunikasi. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan, yaitu pelaksanaan secara aktif rencana yang telah disusun berdasarkan data factual yang telah dikerjakan pada tahaptahap sebelumnya. Yang penting dalam tahap ini adalah mapannya mekanisme kerja sehingga koordinasi dan sinkronisasi benar-benar dapat direalisasi secara integrative (Effendy, 1991: 132). Djanaid (1986:64) mengemukakan bahwa tahap pelaksanaan pada hakekatnya adalah mengkoordinasikan tenaga kerja, dana, alat kerja, lokasi dan lingkungan, serta waktu. Dalam tahap ini beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) bagaimana memperoleh penilaian yang baik dari publik terhadap setiap kegiatan komunikasi, (2) menghindari setiap hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kerja, (3) menciptakan kerjasama tim yang baik, (4) menjaga semangat kerja petugas, (5) menghindari prasangka-prasangka yang tidak perlu terjadi, (6)

mengembangkan pemikiran-pemikiran yang bersumber pada situasi dan kondisi secaratepat, dan (7) sambil melakukan kegiatan secara tidak langsung meneliti factor-faktor yang dapat menghambat dan menunjang jalannya komunikasi. Tahap pengiatan seringkali disebut sebagai tahap pelaksanaan atau pengkomunikasian. Disebut tahap pengkomunikasian karena pada tahap ini dilakukan pelaksanaan komunikasi dari sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang. Adnan (1996:96) mengartikan komunikasi sebagai usahausaha yang dapat dilakukan untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian melalui berbagai penyebaran informasi yang efektif. Hubungan, penyebaran, penerangan dan informasi merupakan aspek-aspek dan kegiatan komunikasi yang memiliki fungsi penting dalam praktek kehumasan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas, bahwa pada tahapan pelaksanaan yang lebih banyak disoroti adalah pada: (1) penggunaan tenaga kerja, yang meliputi penciptaan kerjasama tim yang baik, (2) pemakaian dana untuk kegiatan komunikasi, dan (30 pengkomunikasian dengan penyebaran pesan menggunakan media komunikasi. Penilaian merupakan tahap akhir dari proses hubungan masyarakat yang sering diabaikan. Padahal tahap ini penting sekali dalam rangka membina kegiatan hubungan masyarakat secara dinamis. Penilaian berfungsi mengkaji pelaksnaan suatu rencana yang terdiri atas program-program yang dalam penyusunannya ditunjang oleh hasil penelitian yang dilakukan secara seksama. Pada tahap penilaian ini ditelaah apakah rencana yang ditunjang oleh hasil penelitian itu dilakukan sebagaimana mestinya dan apakah dijumpai kesulitan

yang menyebabkan tujuan yang ditetapkan pada perencanaan tidak tercapai. Penilaian ini dimaksudkan agar di kemudian hari jika suatu kegiatan yang sama dilakukan tidak menjumpai lagi hambatan yang sama (Effendy, 1991:135). Menurut Adnan (1996:129), setiap usaha atau kegiatan perlu dinilai atau dievaluasi agar dapat diketahui sejauh mana hasil yang telah dicapai terutama jika kegiatan itu telah menelan banyak biaya, waktu dan tenaga. Penilaian atau evaluasi merupakan kesimpulan yang diambil untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan telah dicapai atau belum. Evaluasi hubungan masyarakat bertujuan untuk menentukan factor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan atau keberhasilan suatu program. Jadi evaluasi dalam hubungan masyarakat ialah suatu kegiatan pengukuran yang dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil yang telah diperoleh, selain itu juga merupakan umpan balik yang bias dimanfaatkan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat agar lebih efektif. Djanaid (1986:65) mengemukakan bahwa tahap penilaian

dimaksudkan untuk mencocokkan sampai dimana program/rencanan yang telah ditentukan dilaksanakan. Pada tahap ini, diadakan penilaian mengenai: (10 apakah semua program dapat dilakukan seluruhnya, (20 apakah kesulitankesulitan yang dialami selama kegiatan, (30 apakah pesan-pesan yang disampaikan semua dengan intruksi, (4) apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien, dan (5) apakah tujuan dalam merebut public opinion dapat tercapai. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tahapan penilaian digunakan untuk mengetahui : (1) apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai, (2) pesan

yang disebarkan telah tersampaikan, (3) apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien. Hal yang senada mengenai proses manajemen hubungan masyarakat juga dikemukakan oleh Baskin (1997:5). Sebagai suatu fungsi manajemen, proses/sistematika kegiatan hubungan masyarakat meliputi: (1)

mengumpulkan informasi, (2) membuata rencana, (3) menerapkan tindakan, (4) mengevaluasi hasil. Publik masyarakat menjadi target dari tindakan hubungan masyarakat. Publik juga menjadi sumbr dari tanggapan untuk evaluasi. 1) Tahap-Tahap Pelaksanaan Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Burhanuddin (2002:5) mengemukakan bahwa keberhasilan sekolah melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan manajemen yang baik. Manajemen memiliki kedudukan strategis dalam memberikan dukungan penyelenggaraan pendidikan terutama dalam proses peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ruang lingkup tugas manajerial dapat diterapkan ke dalam segenap aspek administrasi pendidikan yaitu proses belajar mengajar atau kurikulum, kemuridan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan mencapai taraf produktivitas yang tinggi. Program hubungan sekolah dengan masyarakat dirancang untuk mewujudkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kekuatan, permasalahan dan kebutuhan sekolah. Pada akhirnya, tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk membangun kepercayaan dan

dukungan terhadap sekolah (Guthrie, 1986:8). Manfaat dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menambah simpati masyarakat yang dapat meningkatkan harga diri (prestise0 sekolah, serta dukungan masyarakat terhadap sekolah secara spiritual dan material/finansial (gunawan, 1996:188). Hubungan masyarakat sebagai kegiatan manajemen operatif

merupakan kegiatan yang memikul bebean tugas mewujudkan sebagaian kegiatan komunikasi keluar. Beban tugas hubungan masyarakat adalah melakukan publisitas tentang kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui oleh publik secara luas. Kegiatannya dilakukan dengan menyebarkan informasi dan memberikan penerangan untuk menciptakan pemahaman sebaik-baiknya di kalangan masyarakat luas mengenai tugas-tugas dan fungsi yang diemban organisasi kerja tersebut, termasuk juga mengenai kegiatankegiatan yang sudah, sedang dan akan dikerjakan berdasarkan volume dan beban kerjanya (Nawawi, 1988:73). Menurut kurikulum tahun 1975 (dalam Suryosubroto, 2001:19) kegiatan yang menyangkut hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa ahal: (1) menjaga hubungan sekolah dengan orang tua siswa, (2) memelihara hubungan baik dengan BP3, (3) memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah denga lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan organisasi social, (4) memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermacam-macam teknik/sarana komunikasi, seperti melalui majalah, surat kabar atau mendatangkan nara sumber. Dari keempat hal tersebut, kegiatan ke-4 lebih mengarah pada kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat, terutama publikasi sekolah.

Jika sekolah akan memberikan informasi kepada masyarakat sebagaimana halnya mengurangi kekhawatiran masyarakat, maka penggunaan berbagai macam media komunikasi dapat memungkinkan mencapai khalayak yang lebih luas 9Guthrie,1986:337). Dalam hal ini proses pemberian informasi lebih ditekankan pada amasyarakat di luar sekolah (masyarakat eksternal). Menurut Gorton (1991:562) untuk melakukan program hubungan masyarakat sesuai dengan tujuan program hubungan masyarakat, yaitu untuk menjual program pendidikan kepada orang-orang di masyarakat, sehingga mereka akan bangga dan mendukung sekolahnya, maka program hubungan sekolah dengan masyarakat harus mempublikasikan secara luas kakuatan dari program sekolah yang ada. Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi empat tahap yaitu: (1) penelitian, (2) perencanaan, (3) pelaksanaa, (4) dan penilaian. Pelaksanaan proses manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi tanggung jawab pimpinan lembaga kependidikan. Sebagai manajer, pimpinan sekolah harus merencanakan, mengorganisasikan, memimpin/mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Berdasarkan hal tersebut diatas, pengaruh positif yang diinginkan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah tergugahnya minat masyarakat untuk membantu dan mendukung program-program sekolah yang telah ditetapkan bersama, sehingga peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai.

2) Program-Program Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Menurut Indrafachrudi (1994:20) sebelum menyusun program hubungan sekolah dengan masyarakat diperlukan pengetahuan tentang: a) .Tradisi Tradisi adalah ide-ide umum, sikap dan kebiasaan

masyarakat/rakyat yang nampak/terlihat sebagai perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat. Tradisi merupakan factor kekuatan dalam menentukan perbuatan yang berbentuk tindakan social. Perbedaan-perbedaan yang ditemukan diantara kelompok tentang tradisi itu karena dipengaruhi ras, keluhan , kebangsaan, ekonomi, politik, dan struktur kelas social. Dengan informasi ini sekolah akan memperoleh pedoman untuk membimbing hubungan dengan anak, orang tua dan lain-lain. Proses pembinaan ini janganlah bertentangan dengan sikap-sikap, keyakinan dan kebiasaan mereka. b) Ciri-ciri penduduk Ciri-ciri penduduk merupakan masalah penting dalam program pengembangan pendidikan dan perencanaan hubungan masyarakat, cirri-ciri penduduk meliputi: (a) pendidikan yang sudah dicapai, (b) umur, (c) sek, (d) ras, (e) suku, (f) latar belakang kebangsaaan, (g) keyakinan. Mempelajari sifat penduduk sekitar data-data tentang ras, religius, suku, dan latar bealakang kebangsaan akan bermanfaat besar pada penyusunan perencanaan program humas. Factor-faktor kebudayaan ini penting dalam

usaha mengerti tentang masyarakat dari beberapa sebab yang menimbulkan suasana keresahan masyarakat (social tension). (1) Saluran Komunikasi Melalui saluran-saluran komunikasi ini cita-cita dan opini yang mendasar dapat dibentuk. Karena itu perluasan dan penggunaan yang lebih efektif perlu dikembangkan dalam program hubungan sekolah dengan masyarakat. Fase pertama mengetahui tentang bahasa pengantar yang digunakan di rumah-rumah, terutama di orang tua murid. Selanjutnya kita harus mengerti dari mana dan bagaimana mereka menerima kabar berita/informasi-informasi melalui saluran-saluran komunikasi tersebut. Melalui saluran-aluran komunikasi itu kita dapat mengembangkan dan membentuk pendapat umum masyarakat beserta orang tua murid. (2) Kelompok-kelompok Organisasi dalam Masyarakat Dalam masyarakat terdapat banyak organisasi. Kelompok organisasi itu mempunyai minat khusus dalam masyarakat, baik berupa organisasi politik, social, dan lain-lain. Kerjasama dengan kelompok masyarakat tentang pendidikan hendaknya didorong oleh sikap hati-hati, didasarkan pada kepentingan anak, dan bukan untuk kepentingan guru. Sikap yang demikian akan meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sekolah. (3) Kepemimpinan Yang perlu diadakan survey dan analisis dalam persoalan ini ialah bagaimana maslah proses kepemimpinan dalam masyarakat terjadi. Biasanya masalah seacara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh recognized

leadership (kepemimpinan yang sudah dikenal) baik terhadap sikap-sikapnya, maupun pendapat anggota kelompok. Mengetahui masalah tersebut ada pentingnya, karena merupakan dasar untuk pendekatan bagaiamana kita mengadakan pendekatan keapada mereka tentang masalah-masalah pendidikan. (4) Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat atau konflik dapat kita jumpai di mana saja orang bekerja dan hidup bersama, walaupun hal tersebut merupakan sesuatu yang sudah umum bagi kelakuan manusia, yang merupakan cirri sebagai kelemahan dalam struktur social. Sekolah hendaknya sadar akan adanya konflik tersebut dan sekolah sebaiknya merencanakan program untuk mengadakan survey perihal tersebut. Tindakan ini dapat diperoleh dengan jalan mengadakan penyesuaian untuk menyelaraskan tentang perbedaan di antara tiap-tiap individu atau kelompok dalam masyarakat. Disinilah diperlukan kemampuan kepemimpinan dalam mensukseskan proses pelaksanaan program. (5) Riwayat Usaha Masyarakat Riwayat usaha masyarakat ini penting untuk membimbing perencanaan aktivitas yang akan datang . Dalam masyarakat banyak proyek-proyek yang diusahakan oleh mereka. Tentang sukses atau kegagalan mereka dalam usaha sangat penting, karena antar sekolah dan masyarakat mempunyai kepentingan yang sama terhadap lulusan.

Salah satu tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat. Apabila sekolah itu dapat mengembangkan program ketrampilan murid-murid yang dibutuhkan oleh perusahaan di dalam masyarakat itu, maka lulusan sekolahakan dapat bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Dengan kata lain program ketrampilan itu hendaknya relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang berarti mengurangi pengangguran masyarakat. Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa salah satu tanggung jawab sekolah adalah mendidik anak memahami cara hidup bermasyarakat dengan mendayagunakan secara maksimal kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata. Dalam kenyataannya sekolah harus menyelenggarakan program-program pendidikan yang mendorong anak untuk menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan energi yang dimilikinya secar efektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dalam kehidupan bersama guna menciptakan generasi yang mampu mencapai sukses dalam menghadapi masa depan. 3) Teknik-Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Supaya hubungan sekolah dengan masyarakat dapat mencapai sasaran yang diinginkan harus menggunakan teknik yang tepat. Dalam menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat ada beberapa teknik yang digunakan menurut (Indrafachrudi, 1994: 6-73): a) Teknik pertemuan kelompok Sekolah melakukan pertemuan ini karena menguntungkan kedua belah pihak, pihak masyarakat dapat melihat bukti-bukti kegiatan secara langsung

demikian juga sebaliknya sekolah akan memperoleh ide-ide dari orang tua serta dapat membina persatuan. Teknik ini terdiri dari : (1) Temu Fakta Biasanya sekolah mengadakan pertemuan dengan menggunakan teknik pada permulaan tahun ajaran. Dalam pertemuan ini membahas perkembangan dan pertumbuhan anak dilihat dari psikologis, masalah kesulitan yang dihadapi anak. (2) Pertemuan dan Berdiskusi Yaitu suatu pertemuan yang dalampelaksanaannya menggunakan pertunjukan-pertunjukan menggugah minat orang tua siswa, misalnya: drama, mengobrol sejenak, membaca puisi dan kegiatan menarik lainnya. Tujuan pertemua ini adalah memecahkan masalah pribadi anak, masalah kesulitan anak di sekolah atau di rumah. (3) Bekerja dan Bermain Pertemuan ini bersifat rekreasi yang berbentuk pertemuan keluarga. Tujuan pertemua ini adalah untuk mengakrabkan hubungan sekolah dengan masyarakat (orang tua siswa), dalam pertemuan ini sambil rekreasi juga membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh hubungan sekolah dengan masyarakat. b) Teknik Pertemuan Tatap Muka Pertemuan ini berlangsung antara dua orang dengan pokok pembicaraan menurut minat maing-masing, pertemuan ini mengarah pada pertemuan secara individu. Teknik pertemuan ini terdiri dari :

(1) Kunjungan ke Rumah Yaitu guru atau perangkat sekolah menyempatkan diri mengunjungi rumah siswanya, hal ini akan memperlancar pencapaian tujuan program pendidikan. (2) Laporan kepada Orang Tua Dalam pelaporan kepada orang tua harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Akan tetapi laporan itu jangan terlalu sering dilakukan, cukup per catur wulan atau semester. 4) Teknik Observasi dan Partisipasi Yaitu orang tua atau masyarakat perlu menyaksikan atau melibatkan dirinya pada proses pendidikan dalam suatu sekolah. Teknik ini terdiri dari: a) Orang Tua masyarakat sebagai observer Orang tua atau masyarakat sekali-kali perlu mengadakan observasi ke sekolah, hal ini untuk mengetahui kegiatan siswa bila di sekolah, dan mengetahui perkembangan sekolah. b) Orang tua atau masyarakat sebagai Peserta Teknik ini adalah kelanjutan dari teknik kunjungan rumah dan observasi yang kemudian ditingkatkan dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengumpulan dana untuk kegiatan sekolah, misalnya bazaar, pameran sekolah dan lain-lain. Tujuan teknik ini adalah untuk memberi pengertian yang lenih mendalam kepada orang tua atau masyarakat tentang pendidikan anaknya.

c) Ibu-Ibu sebagai pembantu kelas. Yaitu orang tua siswa yang sukarela mewakili suatu kelompok orang tua yang bertugas untuk membantu guru dalam kelas selama guru itu mengajar. Melalui teknik ini maka ibu itu akan merupakan sumber informasi bagi ibuibu yang lain. 5) Teknik Berucap di Kertas. Yaitu teknik yang menghubungi orang tua atau masyarakat melalui kertas, keuntungan dari teknik ini adalah pelaksanaannya mudah, dapat digunakan pada setiap waktu, dan jika terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki. Tujuan dari hal-hal yang telah diuraikan diatas adalah untuk meningkatkan minat masyarakat agar mau menyekolahkan putra-putrinya pada sekolah tersebut dan berusaha mempengaruhi masyarakat, apabila ada iuran orang tua siswa tidak merasa keberatan. Hal tersebut dapat terlaksana apabila mutu dari lulusan sekolah tersebut dapat diandalkan dan mempunyai ketrampilan khusus.

B. PROBLEMATIKA MANAJEMEN PENDIDIKAN Poblematika dalam kamus besar Indonesia berasal dari kata problematik: problem, masalah, persoalan, yang berarti: hal-hal yang menimbulkan masalah, sesuatu yang belum dapat dipecahkan (Departemen P & K:1989)

Secara etimologi problem dapat berarti masalah, persoalan (Trisno & Pius, 1994), hambatan, kesulitan, tantangan,rintangan (Bawani,2001). Dalam bahasa arab problem dapat diartikan muskilah atau mudilah yang sama-sama mempunyai arti persoalan aytau problema (Atabik, 1996). Sedangakan problematika berarti sesuatu yang dapat dipecahkan atau sesuatu yang dapat menimbulkan masalah (Trisno & Pius, 1994) Sedangkan manajemen berasal dari kata bahasa Inggis yaitu manajement yang berarti pengelolaan, pengurusan, penyelengaraan dsb (Poerwadarminta, 1976). Maka manajemen berarti suatu proses membangun, memelihara, dan membina sesuai dengan yang diharapkan, sehingga substansi dari pengelolaan ini mencakup sistem, teknik, pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dari aktifitas manajemen. Madrasah merupakan isim makan dari darosa yang berarti tempat untuk belajar. Istilah madrasah kini telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan. Tetapi menurut Steenbrink (1985), istilah madrasah dan sekolah berbeda, karena keduanya mempunyai ciri dan sejarah yang berbedadalam implementasinya di Indonesia. namun demikian, pada penelitian ini, peneliti mtidak membedakan arti madrasah dan sekolah. Sekolah berasal dari bahasa asing yaitu school atau scola. Secara termenologi berarti suatu masalah atau beberapa masalah yang belum dapat dipecahkan oleh seseorang atau kelompok dan perlu dicarikan jalan keluarnya atau pemecahannya. Oleh karenanya, bisa ditarik suatu penegertian bahwa yang dimaksud dengan problematika manajemen

pendidikan dalam hal ini madrasah adalah suatu masalah atau beberapa

masalah yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok , organisasi, lembaga yang menyangkut tentang pengembangan pendidikan yang masih belum dapat dipecahkan serta memerlukan jalan keluar atau pemecahan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan mengenai problematika manajemen pendidikan (madrasah) yang dimaksud adalah : 1. Problematika Kurikulum Kurikulum yang merupakan berkembangnya pencapaian mutu proses belajar mengajar, secara umum untuk madrasah telah ditetapkan melalui paket dari pusat, hanya sebagian kecil yang dikembangkan sendir oleh madrasah, misalnya muatan lokal. Secara subtansi kurikulum yang dipaket dari pusat tersebut sama dan memiliki mutu yang bagus, hanya saja yang menjadi masalah adalah pelaksanaannya yang serba setengahsetengah, dimana kebijakan dibidang kurikulum tidak diimbangi dengan kebijakan-kebijakan sehinga terdapat di bidang perangkat-perangkat antara pendukungnya, dengan

kesenjangan

idealitas kurikulum

kemampuan perangkat-perangkat oprasional. Problem yang mendasar lagi adalah kemampuan tenaga guru ataupun pimpinan madrasah yang kurang faham dengan pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum dijalankan apa adanya, tanpa dikembangkan dan bahkan tidak sesuai dan tidak mencapai target yang disebabkan sumber daya manusia di madrasah itu sendiri

Menurut Malik Fadjar (1999), bahwa kurikulum SKB Tiga Mentri masih cukup ideal dan strategis. Hanya saja, yang menjadi masalah adalah pelaksanaannya yang serba setengah-setengah. Kebijakan kurikulum tidak dibarengi dengan kebikan dibidang perangkat-perangkat pendukungnya, sehingga terdapat kesenjangan antara idealitas kurikulum dengan kemampuan-kemampuan perangkat-perangkat operasional. Pada masa Munawir Syadzali yang menjabat sebagai Mentri Agama pada tahun 1983-1993, mengambil kebijakann kurikulum madrasah, yang pada masa Mentri Mukti Ali kurikulumnya 70% pelajaran umum dan 30% pelajaran agama menjadi 100% kurikulum umum plus kurikulum agama (Hidayat & Prasetyo, 2000: 137). Dalam kurikulum 2004 yang menekankan kepada kompetensi peserta didik seringkali menghadapi problem yang sama, bahkan para guru tidak mengerti apa itu kurikulum KBK. Para guru seringkali kesulitan untuk memancing kreativitas siswa sebagaimana yang disarankan dalam kurikulum KBK, dalam kurikulum KBK, seorang guru dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif di dalam kelas, dengan harapan dalam

pelaksanaan KBMnya terjadi proses pendidikan yang aktif, kreatif, efesien, dan menyenangkan (PAKEM), sehingga tidak lagi ada istilah gurulah yang paling tahu, gurulah yang paling benar(Ujang

Sukandi,2003: 11) Selain itu yang menjdi problem implementasi kurikulum adalah faktor lingkungan siswa yang tidak mendukung, hal ini terjadi karena tidak sedikt orang tua yang tidak mau tahu dengan pendidikan anaknya, hal ini

terjadi karena rendahnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya pendididikan, faktor ekonomim atau karna kesibukan orang tua sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan perkembangan pendidikan anaknya. 2. Problematika Sumber Daya Manusia Mengenai kualitas sumberdaya manusia dalam kontek ini adalah elemen-elemen yang berinteraksi dengan dunia pendidikan, baik tenaga kependidikan, input dan output pendidikan serta masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan, namun dalam hal ini akan difokuskan dalam tenaga kependidikan khususnya kepada administrator sebagai pemegang polici pendidikan, dan guru sebagai pelaksana pendidikan , kualitas yang dimaksud adalah yang memenuhi tataran kualitatif, yaitu, memenuhi syratsyarat administratif, seperti syarat jenjang pendidikan formal serta ketentuan administratif lainnya (Yusuf, 2001: 33). Melihat hal tersebut, sangat betentangan sekali apabila dibandingkan dengan SDM yang ada di madrasah khususnya yang dikelola oleh pihak swasta. Dan masalah SDM madrasah bila harus memenuhi tataran kualitatif seperti yang di atas, maka sangat sulit sekali untuk direalisasikan, terutama di madrasah yang dikelola swasta. Sedangkan penyediaan tenaga guru dalam bidang mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika sebagai realisasi SKB Tiga Mentri, semula tenaga ini akan disediakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi pada kenyataannya, untuk keperluan sekolah umum saja masih kurang, sehingga tidak mungkin tenaga guru tersebut diperbantukan ke madrasah. Maka sebagi jalan keluarnya di beberapa

fakultas Tarbiyah, IAIN akhirnya dibuka jurusan khusus untuk mencetak tenaga-tenaga guru tersebut (Bawani,1987: 94). Secara kuantitas jumlah untuk mata pelajaran umum masih kurang, terutama mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris. Di sisi lain mata pelajaran agama jumlahnya melimpah, oleh karena itu sering guru mata pelajaran agama ditugaskan untuk mengajarkan mata pelajaran umum (Fadjar, 1999; 94). Selain tidak sesuai dengan keahlian mata pelajaran yang diajarkan, pembinaan tenaga guru juga dihadapkan pada masalah belum memadainya tingkat kemampuan profesional guru, baik dari segi substansi ilmu dalam mata paelajaran yang dipegang, kemampuan dan juga masalah penguasaan metodologi. Masalah kualitas guru, adalah belum terpenuhinya standar kualifikasi guru, sebagaimana yang di syaratkan untuk guru MI belum memiliki ijasah D-2, demikian juga MTs, masih bayak ditemukan guru yang mempuyai ijasah di bawah D-3, bahkan di MA pun ada yang masih iajahnya di bawah D-3 (Fadjar, 1999; 95). Untuk mengatasi problem guru tersebut, walaupun sudah di upayakan membuka jurusan eksak pada IAIN dan STAIN namun masih belum bisa menyelesaikan permasalahan tersebut melihat problematika guru dalam madrasah seprti itu, maka secara tidak langsung berimplikasi terhadap output madrasah.

3. Problemtika Sumber Dana/Keuangan Sumber dana pembiyaan madrasah terutama yang dikelola oleh pihak swasta adalah dari uang sekolah siswa dan dana BP3, dana yayasan, sedikit hibah dari Propinsi dan Kabupatenamal keagamaan (zakat, hibah, waqof, dsb). Bantuan pemerintah kepada madrasah swasta kebanyakan diberikan dalam bentuk natura misalnya guru yang diperbantukan, pelatihan guru, lahan pemerintah, buku-buku teks, dsb (Malik,2001: 2). Perbandingan antara madrasah negeri dengan swasta yang tidak seimbang jumlahnya. Madrasah yang dikelola oleh pesantren dan di biayai oleh masyarakat sendiri, namun dana yang dikumpulkan oleh masyarakat muslim masih sangat terbatas untuk memenuhi biaya oprasional dan administrasi madrasah, akibatnya dalam perkembangan sering tertinggal dari madrasah negeri atau sekolah umum dalam menyediakan dan menunjang kegiatan belajar mengajar secara modern. (Fadjar, 1999: 78) Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sumber pembiayaan pendidikan di Indonesia itu bersumber dari: a) pemerintah kurang lebih 70%, b) orang tua murid kurang lebih 10-24%, c) masyrakat kurang lebih 5%, d) bantuan atau pinjaman dari luar negeri kurang lebih 1% (Arikunto, 1993: 96). Sedangkan dana dari pemerintah intuk membantu madrasah swasta tidak dapat diharapkan karena pemerintah masih mengutamakan strategi bagi pembangunan sekolah-sekolah negari (Fadjar, 1999: 79). Dari kondisi keuangan pendidikan tersebut di atas, maka madasah yang dikelola pihak swasta, harus berfikir keras untuk menyediakan

sumber dana pengelolaan pendidikan. Dengan demikian kendala untuk pengelolaan dan pengembangan madrasah dapat diatasi secepat mungkin, sehingga untuk pengelolan dan pengembangan madrasah dengan seluruh elemen-elemennya dapat berjalan sesuai dengan perencanaan. 4. Problematika Sarana Prasarana Sarana madrasah adalah meliputi semua peratan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidian di sekolah seperti gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, dan alat peraga. Sedangkan prasarana yang secara tidak langsung munjang proses pendidikan madrasah, seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolahdal lain sebagainya. Pada saat sekarang diketahui akan pentingnya tersedianya alat-alat pendidikan untuk membangun sekolah yang bermutu. Untuk pengadaan diperlukan perencanaan yang matang dan mendalam ditambah dana yang tersedia. Sebagian besar madrasah swasta dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendidikan memang kurang memadai, baik itu secara kualitas maupun kuantitas. Adanya perencaan secara matang untuk menghindari pemborosan dakam pembangunan gedung madrasah, seperti tahap pertama, menyusun rencana, tahap kedua pencarian dana, dengan adanya tahapan dan perencanaan terlebih dahulu maka pengadaan sarana dan prasarana akan terpenuhi. Madrasah swasta parasarana, merasa kekurangan pada tersedianya sarana

baik berupa gedung, ataupun alat-alat pendidikan. Hal ini

disebabkan terbatasnya sumber daya dan sumber dana. (Fadjar, 1999: 95). Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan menyusun perencanaan serti tersebut diatas, kemudian pengembangan langakah berikutnya. 5. Problematika Keterlibatan Masyarakat dalam Pendidikan (Humas) Lembaga pendidikan keberadaannya sangat di butuhkan masyarakat, sebaliknya masyarakat juga di butuhkan oleh lembaga pendidikan. Agar penyelengaraan lembaga pendidikan bisa maksimal, maka keterlibatan semua pihak baik pemerintah, keluarga, swasta, dan masyarakat pada umumnya sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan. Kerjasama yang baik antar komponen tersebut, baik dari segi pemikiran, tenaga, pembiayaan, serta pemecahan masalah yang dihadapi lembaga pendidikan akan memacu perkembangan pendidikan yang di harapkan. Proses hubungan masyarakat dengan lembaga pendidikan

meniscayakan adanya dua arus informasi yang berjalan, yakni, satu, dari fihak lembaga pendidikan yang menginformasikan segala hal yang terkait dengan program-programya, dan dua, dari msyarakat yang memberikan informasi tentang apa yang diharapkan terhadap sebuah lembaga pendidikan. Dua arus informasi tersebut tidakdapat dipisahkan satu dengan yang lainnyakarena lembaga pendidikan dan masyarakat masing-masing memiliki kepentingan terhadap informasi tersebut. Namun demikian, pada prakteknya, seringkali suatu lembaga

pendidikan mengalami kesulitan untuk memberikan informasi-informasi kegiatan yang mereka lakukan kepada masyarakat, dimana hal itu kemudian

berimplikasi pada kurang terjalinnya hubungan yang baik antara keduanya. Kesulitan itu dapat disebabkan antara lain oleh kurangnya sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Akibatnya dukungan masyarakat terhadap lembaga pendidikan sangat rendah, masyarakat apatis terhadap lembaga pendidikan. Akibat jangka panjangnya adalah lembaga pendidikan tersebut sulit berkembang dengan pesat.

You might also like