You are on page 1of 4

CERITA FAYNA Fayna sibuk mengutak-atik komputernya yang rusak di kamar.

Berbagai macam alat mulai dari majalah, buku pegangan komputer, tas, pensil dan kawan-kawannya, obeng ukuran kecil sampai besar, kabel, juga CD program berserakan dimana-mana. Setelah melewatkan tiga jam dengan susah payah, akhirnya Fayna berhasil membetulkan komputernya yang rusak. Fayna, anak SMU Negeri 08 yang biasa saja. Ia tidak terlalu cantik juga tidak terlalu pintar. Tapi menjadi istimewa saat bersama sahabatnya, begitu pula sebaliknya. Ina, begitu teman sekelasnya memanggil. Namun ia akan tetap menengok bila ada yang memanggilnya Fayapalagi jika yang memanggil sahabat karibnya : Ryo, Risa, dan Zahra. Hari ini, Fayna bertekad mengikuti sebuah lomba bercerita yang diadakan oleh PT CITRA LESTARI dengan tema pengalamanku. Hadiahnya lumayan, uang tunai sebesar satu juta rupiah. Fayna berharap bisa mendapatkannya. Tentu saja hadiah itu diperuntukkan untuk para sahabatnya. Lomba itu dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Februari 2015. untuk itulah, Fayna membetulkan komputer yang sudah lama tidak dijamahnya. Faynapun menjatuhkan pilihannya untuk menceritakan salah satu pengalaman yang menurutnya sangat menarik bersama para sahabatnya. Iapun mulai menulis Selamat pagi semuanya namaku Fayna. Aku punya tiga orang sahabat. Namanya Risa, Zahra, dan Ryo. Mereka adalah sahabatku yang paling baik dan paling mengerti aku. Mengapa aku memilih bercerita tentang mereka pada kalian semua daripada bercerita tentang hal lainnya? Karena pengalaman itu aku belajar untuk bisa jadi sahabat yang baik. Karena pengalaman itu aku belajar untuk selalu percaya pada mereka. Karena pengalaman itu aku belajar untuk lebih peduli dan berusaha untuk memahami perasaan mereka. Dan aku ingin membagi perasaan itu pada kalian. Semua itu bermula saat aku dan Zahra bertengkar karena hasutan temanku yang lain, Tya. Saat itu, tentu saja aku marah, bayangkan saja, aku dituduh telah mencoreng nama baik sekolah karena dikabarkan ketahuan sedang mengutil di sebuah mall ternama!. Tentu saja itu tidak benar!. Saat itu aku, Zahra, dan Jukitetanggakusedang melihat-

lihat CD terbaru, tiba-tiba seorang satpam mendekati kami dan menyuruh kami membuka tas. Tanpa curiga aku dan Zahra segera membukanya. Namun Juki menolak. Menurutnya, ia tidak mengambil apapun jadi tidak perlu diperiksa. Bahkan Juki sempat beradu mulut dengan bapak satpam itu. Dan akhirnya, Juki kalah dan diperiksa bapak satpam. Ternyata ada tiga buah CD yang masih disegel rapi dalam tasnya. Tentu saja kami kaget. Akhirnya, aku dan Zahra membantu Juki untuk keluar dari masalah itu. Kamipun sepakat untuk melupakan kejadian itu setelah Juki berjanji tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Seminggu kemudian, sekolahkuterutama kelaskudigemparkan oleh berita aku ditangkap karena ketahuan mengutil. Aku sangat marah. Saat itu Tya memberitahuku bahwa ia mengetahui berita itu dari Zahra. Segera saja kudatangi Zahra. Dengan marah kutanyakan padanya tentang berita itu, apakah ia memberitahukan pada yang lain atau tidak. Tapi sayangnya, saat itu sepertinya aku terlalu emosi dan tidak mempedulikan semua bantahannya. Semua pernyataan positifnya kutolak mentah-mentah. Yang ada dipikiranku hanyalah Zahralah yang menyebarkan berita bohong itu. Hal itu terus berlanjut, bahkan meluas sampai kepada Ryo dan Risa. Saat Ryo lupa membawakan makalah yang sudah kukerjakan seminggu lebih, aku meluapkan semua rasa kesalku. Semua kata-kata yang tak pantas diucapkan seorang sahabat aku ucapkan begitu saja dengan entengnya. Tentu saja hal itu membuatnya marah dan enggan berkomunikasi lagi denganku. Bahkan Risa yang tidak melakukan kesalahan apapun padaku, tetap terkena dampaknya. Aku marah dan mengungkit semua hal baik yang pernah aku lakukan padanya dan mengatakan bahwa ia hanya memberikan hal buruk padaku. Tentu saja ia kaget dan berlari pergi meninggalkanku sendirian. Selama satu bulan penuh semua orang menjauhiku. Teman-temanku, sahabatku, bahkan orang tuakupun tak peduli padaku dan tetap sibuk di kantor. Aku benar-benar merasa sendirian. Rasanya sungguh ah! Menyakitkan. Sampai pada satu titik dimana aku tidak kuat menanggung semua sendirian dan menangis sendirian di sudut kelas sepulang sekolah. Aku berharap, dan sangat berharap, ada satu orang saja yang berusaha menghiburku. Cukup satu orang saja. Walaupun tidak terlihat siapapun. Dua hari setelah kejadian itu, guru BP memanggilku dan mengatakan bahwa banyak guru kecewa melihat nilaiku yang terus menerus turun. Sudah kukatakan padanya aku telah berusaha sekuat mungkin namun sang guru tidak mau mendengarkan

penjelasanku. Menurutnya, itu hanya akal-akalanku saja. Alhasil, aku diberikan tugas yang sangat banyak titipan dari beberapa guru dan harus diselesaikan dalam waktu lima hari. Aku semakin pusing. Sepertinya dunia tidak ramah padaku. Akhirnya, kukerjakan semua tugas itu mulai dari sepulang sekolah sampai pagi hari setiap hari. Sampai akhirnya, pada hari keempat aku ambruk dan masuk rumah sakit. Menurut dokter, aku terkena tipes, jadi tidak boleh melakukan apapun selain istirahat. Kontan saja aku menolak. Bagaimana mungkin aku bisa tidur seenaknya padahal tugas menungguku. Namun sang dokter bersikeras menyuruhku beristirahat. Aku berteriak meminta pada sang dokter untuk pulang. Aku tidak peduli lagi. Aku sungguh-sungguh lelah pada semuanya. Tanpa sadar aku menangis sejadinya. Tidak peduli pada si mbok yang dengan khawatir terus memperhatikanku, pada suster yang memandang aneh kearahku. Akhirnya, si dokter menyuntikkan obat penenang padaku. Akupun terlelap tidur. Ketika terbangun keesokan harinya, aku sangat kaget. Aku tersadar tugas-tugasku harus dikumpulkan hari ini. Sedangkan aku baru mengerjakan setengahnya, bagaimana mungkin aku bisa menyelesaikan semua itu hanya dalam waktu beberapa jam saja. Saat itu aku tersadar ada tiga kepala bersandar pada tempat tidurku. Astaga!!! Setelah kuteliti ternyata mereka Ryo, Risa dan Zahra! Aku sungguh kaget. Bahkan lebih kaget lagi saat kulihat dimeja tunggu, banyak kertas dan buku berserakan. Tidak tega membangunkan mereka, aku beranjak dari tempat tidur dengan sangat perlahan. Gerakan pelanku ternyata bisa membangunkan Risa yang disusul Ryo dan Zahra. Mereka tersenyum dan menyuruhku kembali ke tempat tidur. Saat aku ingin protes, mereka bilang aku tidak perlu protes karena semuanya sudah mereka selesaikan. Aku bingung dan tentu sajamalu. Malu pada semua sifat kekanakanku yang telah kuluapkan pada mereka. Malu karena tidak bisa berpikir dengan jernih dan tidak sadar bahwa sahabatku Ryo,Zahra, dan Risaselalu ada dan membantuku dalam keadaan apapun dan bagaimanapun aku. Kuluapkan semua perasaanku pada mereka sambil menangis sesegukan. Aku katakan pula pada mereka kalau aku merindukan mereka. Dan ternyata mereka juga merindukanku! Mereka terus memperhatikanku semenjak aku menyakiti hati Risa. Aku yang sendirian kemanapun, aku yang menangis sendirian di sudut kelas, aku yang terus-menerus dimarahi guru. Mereka mengatakan, mereka sangat ingin datang menghampiriku. Namun mereka ingin aku yang mendatangi mereka. Mereka ingin aku

tahu kalau mereka akan tetap menerimaku sebagai sahabat walaupun aku sudah melakukan berbagai macam kesalahan. Sungguh, saat itu aku benar-benar menangis. Bahkan saat mereka tahu aku masuk rumah sakit dari si mbok, mereka langsung datang. Tidak peduli saat itu sudah tengah malam. Merekapun merelakan waktu istirahat mereka untuk mengerjakan tugasku. Bahkan mereka masih sempat bercanda dengan mengatakan bahwa aku dengan sombongnya berusaha mengerjakan tugas yang sangat bertumpuk itu sendirian padahal aku tahu tidak mungkin bisa menyelesaikan semuanya. Saat itu aku hanya bisa mengucapkan kata maaf . betapa aku dengan bodohnya menyia-nyiakan persahabatanku. Ya Allah aku sungguh bersyukur dan sangat berterimakasih pada-Mu telah memberikan sahabat yang begitu tulus padaku. Semoga aku bisa melakukan sesuatu yang paling baik untuk mereka semua. Amiin Setelah menyelesaikan karangannya Faynapun terlelap tidur.

You might also like