You are on page 1of 4

ANTARA EKSISTENSI DAN NILAI TAWAR

By, Mansur Amriatul Bercermin pada sebuah sejarah memberikan suatu sugesti bagi semua orang untuk membenah diri, baik itu berangkat sebuah Ideologi ataukah hanya sekedar tuntutan nafsu artisme. Keberadaan suatu lembaga, Institusi atau Yayasan tidak akan ada yang namanya marjinalisasi antara unsur unsur pendukung dan penggerak yang senantiasa selalu berkiprah untuk kemajuan dan kemaslahatan. Berangkat dari asas asas keberadaannya, seringkali kita tidak menyadari bahwa diantara sendi sendi, pondasi, dan gerbang gerbang penyambungan antara visi dan misi dengan eksistensi dan implimentasi rill seringkali terjadi tumpang tidih dalam potret realita. Kondisi ini bisa kita lihat bersama dalam tubuh kampus IKIP Mataram yang mana organ organ yang semestinya saling memilki keterkaitan dan korelasi aplikasi sedang dirundu abrasi kepercayaan. merunut dari awal keberadaanya, IKIP Mataram hanyalah sebuah Universitas Swasta yang mana keberdaannya sama dengan universitas universitas swasta lainnya, sebut saja UNTB, Universitas 45, UMM, STKIP Bima, dan lain sebagainya. Seiring dengan rotasi waktu yang tak perna berhenti, kini kampus ikip mataram telah mengalami beberapa kali proses metamorfosa guna mendapatkan fomulasi terbaik untuk terus berkiprah untuk masyarakat NTB. Dimata publik, kampus IKIP Mataram ibarat Dewa Penolong,yang dikala haus dengan cepat membawa air,disaat susah dengan antisias memberikan solusi, dan dikala masyarakat NTB dihadapkan pada problematika pendidikan, dengan sigap dan semangat 45 IKIP Mataram menawarkan berbagai macam bentuk atau formulasi pengembangan pengajaran dan pendidkan guna mencetak seorang pendidik yang memiliki Integritas, Kewibawaan, Etika dan Estetika serta Profesionalisme.

Lain di mulut lain di lapangan, itulah plesetan pribahas yang pantas


dinangkringkan di kampus IKIP Mataram. Apakah ini sebuah pribahasa yang berlebihan ? penulis berani bertanggung jawab atas pribahasa ini. Sejenak mari kita lihat bersama, mulai dari atap Gedung GD, GP, GB,Ruang Kelas, Ruang Rektor, Ruang BAAK, Ruang BAU, 4 Ruang Fakultas sampai ke tingkat dasar yang merupakan ruang pengakomodir sahabat lambung mahasiswa/i IKIP Mataram yaitu

kantin. Kemudian dari sekian banyak sarana yang tersebut di atas mari kita korelasikan dengan visi dan misi yang telah diploklamirkan oleh IKIP Mataram sejak ....... tahun yang lalu hingga kini. Apakah ada kemiripan paradigma dan orientas antara tekstual dan aplikasi? ataukah setiap tahunnya selalu ada sekat yang misahkan antara keduanya? Sebagai mahasiswa yang berstatus pelajar yang paripurna yang di pundaknya. Senantiasa ditorehkan sebuah kata yang sakral Agen

Of Change dan Agen Of Control tentu kita semua akan berbisik dan berteriak
bahwa kampus IKIP Mataram sedang dilanda kontradiksi antara eksistensinya sebagai kampus pendidik dengan nilai tawar yang telah disodorkan ke kita genarasi NTB. Mari kita mereviw kembali rekam jejak kampus IKIP Mataram dalam regulasi pengajaran dan pembelajaran serta penyediaan sarana dan prasarana. Tetapi kita tidak terlalu menelaah terlalu kelipatan waktu yang lebih dalam karena semua itu akan memakan energi yang ekstra, cukuplah kita menyediakan tenaga untuk berhadapan dengan masalah kekinian di kampus. Beberapa tahun terakhir birokrasi IKIP telah melakukan gebrakan gebrakan baru terkait dengan penyediaan fasilitas perkuliahan maupun link link dengan Institusi atau Lembaga lain. Dalam hal fasilitas, IKIP tidak ketinggalan, berbagai sarana telah disulap dari yang paling sederhana sampai ke yang super elit ala universitas negeri . Salah satu contoh lapangan basket dan lapangan volly. Begitu juga dengan gedung perkuliahan, IKIP Mataram bersedia menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk dua lokal gedung, masing masing empat lantai dengan total 40 ruangan yang masih dalam proses pembangunan. Lain sarana lain jaringan, IKIP Mataram baru baru ini menandatangani MoU dengan IKIP Surabaya. Kerjasama dengan Balai Pengembangan Formal dan NonFormal dalam hal melaksanakan program paket A dan B serta membuat PAUD Center. Maka jangan heran kalau IKIP Mataram dari tahu ke tahun terus dibidik oleh masyarakat NTB untuk dijadikan wahan penggeblengan ilmu. Sekilas ini merupakan sederet prestasi yang diraih oleh kampus IKIP Mataram, tapi kita semua hampir hampir dibiasakan oleh keadaan yang sebenarnya, yang merupakan inang dari lahirnya situasi kampus yang prematur, yaitu sistem kenaikan Sumbangan Pembinaan Pembelajaran ( SPP ), Intensitas dan

keaktifan Dosen, jadwal perkuliahan dan regulasi kebijakan Birokrasi. Inilah empat isue yang menjadi deadline masyarakat kampus yang setiap detik gempar diteriakan oleh orator orator kampus yang mengentas dari dorongan moral dan idiologi kemahasiswaan. Empat masalah inilah yang sebenarnya yang sedang dihadapkan oleh birokrasi kampus kepada kita semua. Sebelum anda melihat secarik kertas ini, mari kita membedah empat masalah diatas yang masih menggurita ditataran kampus IKIP Mataram supaya tidak ada kesimpang siuran antara amensifasi kemahasiswaan dalam mengontrol dan mengawasi siklus perkuliahan yang ideal. Dan memadai. SPP ? Ahh....tiga huruf yang selalu ada di adat base mahasiswa dan birokrasi kampus. Kalau kita mengangkat masalah SPP begitu banyak keluhan mahasiswa terkait dengan kenaikannya setiap pergantian tahun ajaran yang tidak ada relevasi sedekitpun dengan perekonomian mahasiswa yang rata rat di bawah standar pendapatan. Ibarat luka yang menganga kemudian disiram dengan air garam, keperihan hati mahasiswa masih membekas serangan beruntun dari birokrasi IKIP pun tidak bisa di elak oleh mahasiswa,atau yang lebih populernya sudah jatuh ketimpa tangga kemudian diinjak,itulah sedikit analogi dari keadaan perkuliahan kita sekarang. Kehadiran dosen yang tidak sesuai denga harapan sudah menjadi frekuensi primer untuk diperdengarkan pada mahasiswa. Di samping itu ada juga yang datangnya hanya sekedar tidur tidur dan yang lebih parah lagi ada juga dosen yang populasi dan tersohornya eksistensi. Pembaca! itulah sekelumit cerita tabu yang dilantunkan oleh birokrasi kampus kita kepada mahasiswanya. Apakah ini terjadi tanpa sebab ? anda sendirilah yang bisa menjawab. Tapi satu hal yang perlu kita ketahui bahwa dari sekalian lama kampus IKIP Mataram menghujam ditanah NTB, belum ada satupun dosen murni yang lahir dari rahim IKIP Mataram apalagi menyebut alumninya dengan gelar Frofesor atau Doktor. Sampai detik ini dosen yang mengabdi tidak ada yang berstatus dosen tetap semuanya adalah prodak universitas lain yang didatangkan dengan sedikit uluran tangan dari pimpinan IKIP. Maka pantaslah bahwa sesungguhnya keberadaan IKIP bukan semata-mata hadir untuk menjawab tantangan jaman melainkan menambah beban bangsa dan negara karena setiap NAKAL . ini realita bukan sekedar basa basi dari mahasiswa yan ingin mencari

tahunnya mewisudakan mahasiswa yang tidak memiliki ilmu pasti, kreativitas semakin jauh dari pribadi pengangguran dan kemalasan semakin dekat dengan melambungnya data dibalai pusat statistik. Masalah jadwal perkuliahan ? semua sama, setali mata uang atau bagai dua sisi uang dengan dua permasalahan di atas.Carut marutnya jadwal perkuliahan menjadi salah satu sumbangsi terbesar akan lahirnya suatu kegagalan. Apalagi ditambah dengan kebijakan yang tidak memihak terhadap tuntutan mahasiswa. Aksi, Demo dan diskusi diskusi baik itu diprakarsai oleh UKM UKM, Organisasi Ekstra kampus maupun BEM BEM yang ada sudah sering digalar. Tetapi yang terjadi hanyalah ketimpangan dan kegagalan yang terus ada, seakan birokrasi kampus menutup telinga, mata dan hati ketika dilontarkan sebuah masukan dan kritikan. Bumi itu bulat dan dia akan terus berputar selama itu kehendak Sang Ilahi masi berlaku. Keadaan sekarang tidak mutlak harus tetap terjadi. Kebaikan yang sama sama kita harapkan sekarang adalah sebuah KENISCAYAAN. Keberadaanya di kampus IKIP Mataram semua civitas kampus harus berusaha mengembalikan hakikat dari sinergitas antara eksistensi dan nilai tawar kampus IKIP Mataram. Satu langkah yang harus kita ambil untuk mengembalikan jati diri dan asas kampus pendidikan, yaitu revolusi total dari berbagai aspek. Semua itu tidak akan tercapai tanpa dukungan dan animo mahasiswa yang haus akan perubahan. Maka pertanyakanlah pada diri kita masing masing apakah kita sudah berkonstribusi dalam perbaikan dan perwujudan estetika pendidikan ? wallahualam bissawab.

You might also like