You are on page 1of 11

1.

DEGRADASI TANAH Faktor-faktor yang Menyebabkan Kerusakan Tanah dan Lahan Menurut Meneg KLH (1991) beberapa aktivitas manusia yang dapat menurunkan kualitas tanah adalah: (1) Usaha tani tanaman semusim terutama di daerah miring, yang tidak dibarengi dengan usaha konservasi tanah dan air akan berdampak pada terjadinya erosi dan pengangkutan bahan organik, sehingga mengakibatkan terjadinya lahan kritis, (2) Perladangan berpindah, yang mengubah hutan menjadi lahan pertanian, jika lahan tersebut berubah menjadi alang-alang akan menurunkan kualitas lingkungan, (3) Penggembalaan berlebihan, yang melampaui kapasitas lahannya mengakibatkan rumput tidak sempat tumbuh sehingga menimbulkan tanah gundul (penggurunan), (4) Penempatan permukiman transmigrasi, yang tidak tidak memiliki kesesuaian lahan akan berkembang menjadi lingkungan yang berkualitas buruk, tidak produktif, dan menyengsarakan transmigran, (5) Pembukaan lahan secara serampangan, dapat menyebabkan pemadatan tanah sehingga menurunkan infiltrasi, meningkatkan limpasan, dan memicu terjadinya erosi, (6) Cara pengelolaan bahan organik, pengangkutan dan pembakaran limbah pertanian dapat menurunkan kadar bahan organik. Hal ini dapat menyebabkan memb uruknya sifat fisik dan erodibilitas tanah, (7) Perubahan tata guna lahan, dapat merubah kualitas tanah dan lingkungan, misalnya peningkatan erosi dan menurunnya kesuburan/produktivitas tanah, dan (8) Penambangan bahan galian yang dilakukan secara besar besaran yang berbenturan dengan kepentingan permukiman, pertanian, dan kehutanan dapat menimbulkan masalah lingkungan Degradasi Tanah Pada Kualitas Tanah Secaraetimologi, degradasi berarti penurunan mutu atau kemerosotan kedudukan (Daryanto, 1997).Dalam kaitannya dengan tanah, pengertian degradasi adalah penurunan atau kemerosotan mutu tanah akibat perilaku manusia atau aktivitas alam, sehingga kondisi tanah lebih buruk disbanding sebelumnya. Degradasi tanah dapat meliputi aspek fisik, kimiawi, dan biologi tanah (Chen, 1998). Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan degradasi adalah berkurang dan habisnya nutrisi, dan erosi tanah (IBSRAM, 1994, dalam Chen, 1998).

Sebagai salah satu factor penyebab degradasi, erosi tanah yang disebabkan oleh air dan angin merupakan bentuk terpenting dari degradasi (Chen, 1998). Menurut Suripin (2001), erosi tanah merupakan suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Berarti, limpasan

permukaan sebagai factor pemicu utama erosi, pada akhirnya berakibat pada terjadinya degradasi lahan. Degradasi tanah dapat berdampak pada menurunnya kualitas/ mutu tanah. Kualitastanah :
y

Karlen et al, (1996) adalah kapasitas tanah sesuai fungsinya. Apabila kapasitas fungsi tanah sudah mengalami penurunan dan tidak dapat berfungsi seperti sedia kala, maka tanah tersebut telah mengalami degradasi

Larson dan Pierce (1996) adalah gabungan dari sifat fisik, kimia, dan biologi yang menentukan pertumbuhan tanaman, mengatur dan membagi aliran air pada lingkungan, dan sebagai filter lingkungan yang efektif .

Utomo (2000), merupakan kemampuan suatu tanah, di dalam batas-batas lingkungannya, untuk berfungsi dalam kapasitasnya menghasilkan produk biologi secara berkesinambungan, mengatur tata air dan aliran larutan, memelihara dan memperbaiki kualitas lingkungan untuk kesehatan dan kenyamanan manusia dan hewan.

Salah satu bentuk degradasi tanah dapat berupa perubahan sifat biofisik tanah. Perubahan sifat biofisik tanah. terjadi karena perubahan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan setiap perubahan penggunaan lahan selalu diikuti dengan perubahan penutup lahan (vegetasi). Oleh karena setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996), maka ketika vegetasi penutup lahan berubah maka sifat biofisik tanah juga akan berubah. Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah ini Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan penutupan lahan dapat mempengaruhi aktivitas makro invertebrata dalam tanah. Perubahan penggunaan lahan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan tanah permukaan berupa penurunan bahan organik, jumlah ruang pori, dan ketebalan. Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap sifat biofisik tanah dapat mengganggu karakteristik hidrologi lahan di kota. 2. PENCEMARAN TANAH Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa

lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organic serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkanbahwa Kerusakan tanah untuk

produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui criteria baku kerusakan tanah.

PenyebabPencemaran Tanah Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah..Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia juga. Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian .
y

Limbah industry berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industry berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.

Limbahcair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industry pelapisan logam dan industry kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industry pelapisan logam.

Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah / tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.

DampakPencemaran Tanah

Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestic dapat mengganggu / mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selainitu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikro-organisme di dalam tanah pun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, olibekas, cat, jika meresap ke dalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Limbah padat hasil buangan industry berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mongering dan mengundang bahaya kebakaran. Limbah cair sisa hasil industry pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah

organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut. 3. SUMBER DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN TANAH Karena pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari: a. Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit. b. Gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor. c. Limbah industri. d. Limbah reaktor atom/PLTN. Komponen Bahan Pencemar Tanah Komponen-komponen bahan pencemar yang diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemar tersebut di atas antara lain berupa: a) Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. b) Senyawa organic dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. c) Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman. d) Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industry seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.

e) Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif. Pupuk buatan, obat pembasmi hama seperti pestisida, herbisida, bila digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah, merubah sifat fisis, sifat kimia dan sifat biologis tanah, sehingga menganggu pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Sampah dan bahan buangan dan benda padat yang makin meningkat jumlahnya dapat menjadi bahan pencemar tanah, apalagi yang sukar diuraikan oleh bakteri pengurai. Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. Banyak dari gas SO2 yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batubara atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk ke dalam tanah atau tertampung di atas tanah. Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan tanah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organic berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Mikroorganisme tanah melalui aktivtasnya dapat menghilangkan CO dari atmosfir. Oleh karena itu tanah merupakan tempat penampungan dari karbon monoksida. Degradasi kimia dari pestisida telah dibuktikan secara eksperimen dalam tanah yang telah disterilkan dari semua aktivitas mikroba. Sejumlah pestisida mengalami reaksi fotokimia, yaitu suatu reaksi yang berlangsung dengan terjadinya absorbsi dari cahaya. Dari reaksi ini dihasilkan terutama isomer-isomer dari pestisida yang terlibat reaksi. Akhir-akhir ini telah dapat dibuktikan bahwa Rhizosphere merupakan bagian yang paling penting dari tanah dalam kemampuannya untuk menyelenggarakan biodegradasi dari sampah-sampah. Rhizosphere adalah lapisan dari tanah di mana akar-akar tanaman secara umum beraktivitas. Ini merupakan lapisan dimana biomassa meningkat dan sangat penting bagi sistem akar tanaman dan bergabungnya mikroorganisme -mikroorganisme dengan akar tanaman. Rhizosphere dapat mengandung 10 x biomassa mikroba per satuan volume lebih banyak daripada tanah yang tidak mempunyai lapisan rhizophere. Populasinya bervariasi sesuai dengan karakteristik dari tanah, tanaman dan karakteristik akarnya, kandungan uap air, dan eksposure pada oksigen. Bila suatu daerah terespose oleh senyawasenyawa bahan pencemar, mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap biodegradasi dan bisa tetap tinggal di daerah tersebut Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bahan Pencemar Tanah Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisahpisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang,

apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan. Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
y

Langkah pencegahan Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah / mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain: 1) Sampah organik yang dapat membusuk / diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapislapis dengan tanah. 2) Sampah senyawa organic atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastic dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling / dipotong-potong menjadi partikelpartikel kecil, kemudian dikubur. 3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian. 4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, missal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.

5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan. 6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan / diuraikan oleh mikroorganisme.
y

Langkahpenanggulangan Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi

sebagaimanamestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: 1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang barang lain yang bermanfaat, missal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastic dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah. 2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batubata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak / kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih. 3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang. 4. PEMULIHAN KERUSAKAN TANAH DAN LAHAN Penanggulangan Degradasi Lahan Secara Komprehensif Telah banyak usaha dilakukan untuk mencegah menurunnya kualitas lahan, maupun usaha rehabilitasi lahan yang telah rusak. Selama ini untuk menangani lahan kritis dilakukan penghijauan, sedangkan untuk mencegah erosi dilakukan usaha konservasi

tanah yang mencakup pembuatan teras bangku, pembuatan saluran pembuang air, penanaman rumput penguat, dan pembangunan check dam (KLH, 1991). Upaya tersebut lebih banyak menyangkut aspek teknis, dan belum dilaksanakan secara komprehensif. Dalam hubungannya dengan pencegahan degradasi, penanggulang-an masalah erosi dan hanyutan unsur hara harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi pencegahan erosi dan mempertahankan keseimbangan nutrisi, sehingga tanah tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Suripin (2001) mengemukakan bahwa secara garis besar metode konservasi tanah dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (1) secara agronomis, merupakan usaha melindungi tanah dengan memanfaatkan vegetasi, (2) secara mekanis, merupakan usaha untuk mengendalikan energi aliran permukaan yang erosif dengan cara memanipulasi topografi mikro dan pengaturan tanah, dan (3) secara kimiawi, merupakan upaya meningkatkan daya tahan tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah agar lebih tahan erosi. 1. Penanggulangan Secara Agronomis Penanggulangan erosi secara agronomis dilakukan dengan menggunakan tumbuhan dan sisa tumbuhan. Sasaran utama metode agronomis adalah mengurangi daya rusak tetesan air hujan, memperlambat aliran permukaan, mengurangi volume aliran permukaan, mengurangi daya rusak aliran permukaan, dan meningkatkan evapotranspirasi. Penanggulangan erosi menggunakan tumbuhan selalu menghadapi kendala waktu, karena pertumbuhan tanaman membutuhkan waktu lama. Sisa tumbuhan cukup efektif digunakan untuk mengurangi laju erosi. Mengenai pemanfaatan sisa tumbuhan ini, penelitian Indrawati (2000) yang dilakukan pada tanah alfisol di Inlitkabi Meneng pada tahun 1999/2000, menunjukkan bahwa pembenaman sekam, bagas, atau jerami ke dalam tanah dapat menurunkan limpasan permukaan sebesar 15% pada saat curah hujan rendah, dan menurunkan 20% pada saat curah hujan tinggi. Pemanfaatan sisa tumbuhan selain dapat menekan laju limpasan permukaan, ternyata juga dapat menjaga kondisi kelengasan tanah. Driessen dan Konijn (1992) mengemukakan bahwa penutupan tanah kering dengan jerami dapat menjaga kelengasan tanah. Hal ini disebabkan tingkat evaporasi dari tanah terbuka lebih tinggi dibanding tanah yang ditutup jerami. Selain itu, lapisan jerami di permukaan tanah juga dapat meningkatkan daya kapiler air tanah, sehingga proses ini dapat meningkatkan kelengasan tanah.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam penanggulangan erosi secara agronomis adalah tekstur tanah. Apabila dikaitkan dengan teori hubungan ukuran butir dengan tingkat kemudahan untuk tererosi, maka perlakuan penanggulangan agronomis perlu mempertimbangkan faktor tersebut. Dalam hal ini, perlakuan pada tanah bertekstur liat berbeda dengan debu dan pasir. Berdasarkan teori di atas maka tanah bertekstur pasir yang mudah tererosi harus ditangani secara lebih hati-hati. 2. Penanggulangan Secara Mekanis Penanggulangan erosi secara mekanis dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara benar, pembuatan teras, pembuatan saluran air, dan pembuatan dam pengendali. Upaya secara mekanis ini mempunyai sasaran memperlambat aliran permukaan, mengatur aliran air, memperbesar infiltrasi dan aerasi, dan menyediakan air bagi tanaman (Suripin, 2001). Pada beberapa kasus, pembuatan teras cukup efektif untuk pencegahan erosi. Sebagai contoh dikemukakan KLH (1991), bahwa teknik pembuatan teras pada tanah latosol, dengan kemiringan 15-22% di Sub DAS Tapan dapat menurunkan kehilangan tanah dari 21 mm pertahun menjadi 2 mm pertahun. Jika dicermati, sebenarnya angka penurunan erosi tersebut adalah angka semu, karena tingkat erosi tersebut diperoleh dari pengukuran sedimen di outlet DAS Tapan. Oleh karena itu kita tidak dapat mengetahui erosi sesungguhnya terjadi di seluruh DAS. Tingkat erosi di seluruh DAS mungkin masih tinggi, tetapi karena material erosi tertahan di teras-teras, maka seolah-olah tidak terjadi erosi secara besar-besaran. Perlu diketahui bahwa pembuatan terasitu sebenarnya sudah merusak eksistensi tanah dan mengganggu proses alamiah. Celakanya, oleh petani teknis terassering telah dianggap sebagai dewa penyelamat dalam pengolahan lahan, sehingga aspek teknis yang dipersyaratkan dalam pembuatan teras sama sekali diabaikan. Sebagai contoh, persyaratan teknis kemiringan maksimum dari berbagai macam teras yang hanya 15%, pada kenyataannya tidak diindahkan oleh petani. Akibatnya lahan perbukitan dan pegunungan yang memiliki kemiringan sangat besar juga diteras dan dijadikan lahan pertanian. Oleh karena itu perlu pemberian kembali informasi tentang pembuatan teras yang benar kepada semua petani. 3. Penanggulangan Secara Kimiawi Pada prinsipnya penanggulangan erosi secara kimiawi bertujuan menjaga keseimbangan kimia tanah. Umumnya sasaran utama upaya tersebut adalah perbaikan struktur tanah, karena dengan kondisi struktur tanah yang ideal dapat

menopang upaya mempertahankan kondisi kimiawi tanah. Menurut hemat kami upaya memperbaiki struktur tanah tidak dapat menyelamatkan lahan dari degradasi, apabila cara bertani petani kita masih mengandalkan penggunaan pupuk kimia secara besar-besaran. Seharusnya dalam kegiatan pertanian perlu memperhitungkan keseimbangan unsur hara dalam lahan pertanian. Dalam hal ini jumlah pupuk yang diberikan pada setiap jenis tanaman diperhitungkan berdasarkan kebutuhan optimum tanaman, sisa unsur hara dalam tanah dari musim tanam sebelumnya, dan jumlah kehilangan unsur hara melalui erosi, limpasan permukaan, dan perkolasi. Unsur atau senyawa kimia yang tersisa dari pupuk, sebagian memang berupa residu yang bersifat racun bagi tanaman, tetapi sebagian dapat berupa sisa hara yang masih dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu, apabila limpasan permukaan dan erosi dapat dikendalikan, dan kandungan hara yang tersisa dalam tanah dapat diperhitungkan, maka kebutuhan hara tanaman dapat diberikan sesuai kebutuhan. Dengan demikian maka petani dapat melakukan penghematan dalam penggunaan pupuk. Tidak seperti selama ini, petani menabur pupuk dengan dosis tinggi dan dilakukan secara terus-menerus setiap musim tanam, sehingga kelebihan unsur kimia dari pupuk justru dapat mengganggu kestabilan tanah dan selebihnya hanyut bersama aliran air dan erosi mencemari lingkungan sekitar. 5. LOGAM BERAT TANAH

You might also like