You are on page 1of 13

s Kimia Tuga

rokimia Elekt
Anggota Kelompok : Cecilia Margareth Y (11) . Claresta Rahma N.Z (13) Dian Puspa Pratiwi (16) Shofwatun Nida (38)

XII-IA 1

Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia merupakan suatu alat yang terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu larutan atau lelehan ionis dan dihubungkan dengan konduktor logam pada rangkaian luar. Sel elektrokimia dapat berupa sel galvani maupun sel elektrolisis.

A.

Sel Volta 1. Deret Volta

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au. semakin mudah dioksidasi sukar direduksi semakin mudah direduksi sukar dioksidasi.

2. Prinsip Kerja
a)Terdiri atas elektrode dan elektrolit yang dihubungkan dengan sebuah jembatan garam. b)Pada anode terjadi reaksi oksidasi dan pada katode terjadi reaksi reduksi. c)Arus elektron mengalir dari katode ke anode. d)Arus listrik mengalir dari katode ke anode. e)Adanya jembatan garam untuk menyetimbangkan ion-ion dalam larutan. f)Terjadi perubahan energi: energi kimia menjadi energi listrik.

3. Macam-macam Sel Volta 1. Sel Kering atau Sel Leclance

= Katoda : Karbon = Anoda : Zn = Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air 2. Sel Aki = Katoda: PbO2 = Anoda : Pb = Elektrolit: Larutan H2SO4 = Sel sekunder

3. Sel Bahan Bakar

= Elektroda : Ni = Elektrolit : Larutan KOH = Bahan Bakar : H2 dan O2

4. Baterai Ni - Cd

= Katoda : NiO2 dengan sedikit air = Anoda : Cd

B. Sel Elektrolisa
Merupakan terjadinya reaksi kimia karena adanya energi dari luar dalam bentuk potensial atau arus listrik.

Dalam sel elektrolisa katoda merupakan kutub negatif dan anoda merupakan kutub positif. Arus listrik dalam larutan dihantarkan oleh ion-ion, ion positif (kation) bergerak ke katoda (negatif) dimana terjadi reaksi reduksi. Ion negatif (anion) bergerak Pada elektrolisa larutan reaksi oksidasi. ke anoda (positif) dimana terjadielektrolit dalam air, ion-on hidrogen dan ion-on logam yang bermuatan positif selalu bergerak ke katoda dan ion-ion OH- dan ion-ion sisa asam yng bermuatan negatif menuju ke anoda. Dengan menggunakan daftar potensial elektroda standart dapat diketahui apakah suatu reaksi redoks dapat berlangsung atau tidak, yaitu bila potensial reaksi redoksnya positif, maka reaksi redoks tersebut dapat berlangsung. Sebaliknya jika potensial reaksi redoksnya negatif, reaksi redoks tidak dapat berlangsung.

Contoh
Potensial reaksi redoks sebagai penentu berlangsung atau tidaknya suatu reaksi.

Reaksi yang terjadi pada proses elektrolisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu reaksi yang terjadi pada katoda dan pada anoda.

Reaksi pada katoda; ion-ion yang brgerak menuju katoda adalah ionon positif dan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Perhatikan Gambar Sel Elektrolisis, Katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi oksidasi

Hukum Faraday
adalah banyaknya zat yang dihasilkan dari reaksi elektrolisis sebanding dengan banyaknya arus listrik yang dialirkan kedalam larutan. dapat digambarkan dengan hukum faraday 1

W = massa zat yang dihasilkan i = arus dalam ampere t = waktu dalam satuan detik F = tetapan Farady, 1 F = 96500 C i.t = Q = arus dalam satuan C

Mol elektron dari suatu reaksi sama dengan perubahan biloks 1 mol zat. Dari rumusan disamping dapat diperoleh Jumlah Faraday = mol elektron = perubahan bil.oksidasi 1 mol zat Dalam penentuan massa zat yang dihasilkan dalam reaksi elektrolisis, biasanya data yang diketahui adalah Ar bukan e, sedangkan

sehingga rumusan Hukum Faraday 1 menjadi :

n = valensi atau banyaknya mol elektron untuk setiap mol zat.

2. Hukum Faraday II
" dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut." Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2

m = zat (garam) e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

D. Korosi
merupakan proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses elektrokimia Lihat Gambar Korosi logam Fe dan berubah menjadi oksidanya

Korosi dapat terjadi oleh air yang mengandung garam, karena logam akan bereaksi secara elektrokimia dalam larutan garam (elektrolit). Pada proses elektrokimianya akan terbentuk anoda dan katoda pada sebatang logam. Untuk itu, kita bahas bagaimana proses korosi pada logam besi. Pertamatama besi mengalami oksidasi; Fe Fe2+ + 2e E0 = 0.44 V dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen; O2 + 2 H2O + 4e 4OH- E0 = 0.40 V Kedua reaksi menghasilkan potensial reaksi yang positif (E = 0.84 V) menunjukan bahwa reaksi ini dapat terjadi. Jika proses ini dalam suasana asam maka, proses oksidasinya adalah O2 + 4 H+ + 4e 2 H2O E0 = 1.23 V dan potensial reaksinya semakin besar yaitu: E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt. Dengan kata lain proses korosi besi akan lebih mudah terjadi dalam suasana asam.

Faktor yang mempengaruhi proses korosi meliputi potensial reduksi yang negatif, logam dengan potensial elektrodanya yang negatif lebih mudah mengalami korosi. Demikian pula untuk dengan logam yang potensial elektrodanya positif sukar mengalami korosi. Cara mencegah korosi yaitu dengan cara mencegah logam kontak langsung dengan oksigen atau air, serta dengan cara galvanisasi atau perlindungan katoda. Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

You might also like