Professional Documents
Culture Documents
o
= Sudut simpang akhir ayunan pendulum tanpa spesimen (
o
)
c. Energi aktual yang dibutuhkan (Verma, ER. CL, 1976: 86).
E
a
= f E
'
................................................................................................(2.3)
dengan:
E
a
= Energi aktual yang dibutuhkan (J)
d. Energi aktual yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen tiap satuan luas
penampang (Verma, ER. CL, 1976: 86).
E =
A
E
a
.....................................................................................................(2.4)
dengan:
E = Kekuatan impak atau nilai pukul takik (J/mm
2
)
A = Luas penampang patahan benda kerja (mm
2
)
Bentuk konstruksi mesin uji impak ditunjukkan seperti pada Gambar 2.9. Terdapat
bagian berupa batang berpendulum yang dapat memutar membentuk ayunan yang ditumpu
pada batang tegak yang dihubungkan ke alas mesin uji. Ayunan pendulum akan
17
membentuk sudut yang besarnya tergantung pada seberapa besar ketangguhan spesimen
menerima tumbukan.
Gambar 2.9 Mesin Uji Impak
Sumber : Davis, 1982:228
2.10 Ketangguhan dan Daerah Heat Affected Zone (HAZ)
Ketika pengelasan berlangsung, logam induk di sekitar logam las mengalami siklus
thermal berupa pemanasan sampai mendekati titik cair kemudian diikuti pendinginan.
Sebagai akibatnya struktur mikro dan sifat-sifat mekanisnya berubah dari keadaan semula.
Daerah atau zona ini dinamakan heat affected-zone (HAZ).
Sambungan las memiliki daerah Heat Affacted Zone (HAZ) yang berbeda dan dari
luasan daerah HAZ ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh panas terhadap perubahan
struktur material disekitar sambungan. Lin et al (1999), membagi daerah sambungan las
gesek menjadi tiga bagian, yaitu the fully plasticized region (Zpl) atau daerah sambungan
las gesek yang menyatu secara sempurna, the partly deformed region (Zpd) atau daerah
yang mengalami pengaruh panas sebagian atau sering disebut daerah HAZ (Heat Affected
Zone) dan the undeformed region (Zud) atau daerah yang tidak terpengaruh panas, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.10. Pembagian daerah HAZ ini dapat dilihat melalui foto
makrostruktur dari sambungan las gesek yang terbentuk.
18
fully plasticized (Zpl), partly deformed (Zpd) and undeformed (Zud) regions
Gambar 2.10 Bagian Sambungan Las Gesek
Sumber : Lin et al (1999)
Hilangnya kekuatan di HAZ sangat dipengaruhi oleh proses pengelasan, masukan
panas, dan kecepatan pengelasan. Jika masukan panas yang diberikan semakin tinggi,
maka HAZ yang terbentuk semakin lebar dan semakin banyak kekuatan yang hilang. Oleh
karena itu, masukan panas seharusnya diminimalisir ketika mengelas paduan aluminium
(Sindo Kou, 2002).
Menurut Avinash et al (2007), pada pengelasan gesek, sambungan las yang
memiliki daerah HAZ yang sempit akan menghasilkan kekuatan impak sambungan las
yang tinggi. Hal ini disebabkan pada daerah HAZ terjadi perubahan struktur material yang
menjadi lebih besar dan homogen, sehingga gaya ikat antar atom menjadi lebih tinggi dan
semakin besar energi yang akan diserap material untuk mematahkan spesimen. Jika daerah
HAZ lebar, energi yang akan diserap material untuk mematahkan spesimen semakin kecil.
Luasan daerah fully plasticized menunjukkan seberapa besar material dapat
menyatu satu sama lain selama proses pengelasan berlangsung dan seberapa besar
kekuatan sambungan yang terbentuk. Semakin luas daerah fully plasticized maka
sambungan yang terbentuk semakin baik dan kekuatan impaknya tinggi (Lin et al, 1999).
19
2.11 Aplikasi Pengelasan Gesek
Las gesek telah banyak dipergunakan sebagai salah satu metode penyambungan
beberapa componen permesinan dalam bidang otomotif, industri perkapalan dan industri
militer. Beberapa contoh aplikasi las gesek ditunjukkan pada Gambar 2.10
Gambar 2.11 Aplikasi Las Gesek pada Paduan Al-Mg-Si,
Sumber : Manufacturing Technology Inc. 2000
cluster gears
crygenic
rocket
component
rear axle aluminium heat pipes
axle yoke shaft agridrive shaft
20
2.12 Hipotesis
Penggunaan friction time yang berbeda pada pengelasan gesek akan mempengaruhi
masukan panas (heat input), yang akan mempengaruhi lebar daerah HAZ pada hasil lasan,
sehingga akan mempengaruhi kekuatan impak pada hasil sambungan las gesek.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental sejati (true
experimental research), untuk mendapatkan data-data dan informasi tambahan diperoleh
melalui kajian literatur dari buku dan jurnal penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan sebelum dilakukan
penelitian. Variabel bebas yang digunakan adalah:
Friction time yang digunakan adalah 30s; 60s; 90s; 120s; 150s; 180s.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang besar nilainya tergantung oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kekuatan impak.
3.2.3 Variabel Kontrol
Variabel yang besarnya dikendalikan selama penelitian yaitu:
Gaya tekan pengelasan 156,8 kgf
Holding time 2 menit
Putaran spindle 1600 rpm
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 Februari 2010. Tempat yang
digunakan untuk penelitian yaitu:
1. Laboratorium Proses Produksi Teknik Mesin Universitas Brawijaya
2. Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin Universitas Brawijaya
3. Laboratorium pengujian material ITN Malang
3.4 Alat yang Digunakan
a. Stopwatch
b. Jangka sorong
c. Mesin bubut
d. Mesin power hacksaw
21
22
e. Mesin Sekrap
f. Kamera digital
g. Mesin uji Impak
h. Alat bantu cekam
3.5 Bahan yang Digunakan
Sesuai dengan judul skripsi ini, maka bahan yang akan digunakan adalah paduan
Al-Mg-Si dengan komposisi unsur paduan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Komposisi kimia paduan Al-Mg-Si
Kandungan Unsur (% berat)
Al Mg Si Fe Cu Zn Mn Cr Pb Ti Ni Sn
97,3843 0,90732 0,69491 0,43594 0,20956 0,19028 0,09383 0,03647 0,02147 0,01362 0,00812 0,00423
3.6 Dimensi Benda Kerja
Gambar 3.1 Dimensi benda kerja
23
3.7 Skema Alat Pengelasan Gesek
Gambar 3.2 Skema Alat Pengelasan Gesek
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pengelasan gesek
Proses pengelasan gesek dilakukan pada mesin bubut dengan langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Penghalusan permukaan kedua benda kerja
b. Pemasangan benda kerja pada cekam
c. Pengaturan kecepatan putaran spindle yang digunakan
d. Mesin dihidupkan
e. Pengaturan tekanan yang diberikan
f. Proses pengelasan dimulai, perhitungan waktu pengelasan
g. Mesin dimatikan
h. Holding selama 2 menit dengn gaya tekan sebesar 156,8 kgf.
i. Pelepasan benda kerja pada cekam
j. Pengecekan hasil lasan
3.8.2 Pengujian Kekuatan Impak
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian kekuatan impak dengan bentuk spesimen
seperti ditunjukkan Gambar 3.3.
24
45
0
Gambar 3.3 Spesimen Pengujian Kekuatan Impak
Sumber: ASTM E23-82
Prosedur pengujian sebagai berikut:
1. Spesimen dipasang erat pada cekam penjepit dengan arah takikan membelakangi
pendulum
2. Pendulum dilepaskan dengan nilai beban yang telah ditentukan
3. Pencatatan penunjukan jarum sesuai hasil pengujian impak
3.8.3 Pengujian Makrostruktur
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan waktu pengelasan terhadap
perubahan kondisi daerah Heat Affected Zone (HAZ) dari sambungan pengelasan gesek
yang terbentuk.
Prosedur pengujian sebagai berikut:
1. Pemotongan spesimen uji
2. Pembuatan pemegang spesimen uji dengan bahan resin Polyester pada cetakan
dengan perbandingan 50 gram resin Polyester dicampur 3 ml larutan katalis
pengeras, didiamkan selama 48 jam.
3. Penghalusan permukaan spesimen uji menggunakan kertas gosok dengan nomor
800, 1000, 1200 dan 1500 dan terakhir dengan Autosol
4. Pengetsaan dilakukan dengan pemberian larutan Hydroflouric Acid (HF), ditahan
selama 1 menit.
5. Pencucian specimen
6. Dilakukan pemeriksaan dengan camera, kemudian hasilnya dicetak.
Dari hasil foto makrostruktur kemudian dihitung luas daerah Zpl, daerah HAZ dan
porositas, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Masukkan hasil foto makrostruktur kedalam program AUTOCAD
2. Batasi tiap daerah dari hasil pengelasan dengan menggunakan polyline
3. Hitung luasan tiap daerah dengan memilih tools area kemudian select daerah
yang akan dihitung luasnya.
2
m
m
55 mm
10 mm
1
0
m
m
Sambungan Las Gesek
25
3.9 Rancangan Penelitian dan Analisa Data
Rancangan penelitian ini merupakan cara untuk menentukan keberhasilan suatu
penelitian atau eksperimen dan juga menentukan analisis yang sesuai sehingga didapat
suatu kesimpulan yang tepat.
Pencatatan data merupakan hal yang sangat penting dalam proses analisis data
untuk memperoleh informasi tentang sesuatu hal yang benar. Oleh karena itu, diperlukan
ketelitian serta adanya sampel yang cukup mewakili populasi dari masalah yang akan
diteliti.
Pada penelitian ini menggunakan model analisa varian satu arah dengan
pengulangan 3 kali dalam tiap interaksi. Dengan analisa varian satu arah ini akan diketahui
apakah friction time berpengaruh terhadap kekuatan impak sambungan las gesek pada
paduan Al-Mg-Si
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Pengulangan Uji
Kekuatan Impak
Friction Time (detik)
30 60 90 120 150 180
Percobaan 1 x
11
x
21
x
31
x
41
x
51
x
61
Percobaan 2 x
21
x
22
x
32
x
42
x
52
x
62
Percobaan 3 x
31
x
23
x
33
x
43
x
53
x
63
3.9.1 Uji Kecukupan Data Observasi
Untuk menganalisis hasil penelitian dimana akan menguji apakah pengulangan
percobaan yang dilakukan telah memenuhi maka dilakukan penghitungan uji kecukupan
data observasi.
Tabel 3.3 Rancangan Uji Kecukupan Data Observasi
No sample (n
i
) Data Observasi (x
i
) x
i
2
(x
i
- x )
(x
i
- x )
2
1 x
11
x
11
2
2 x
21
x
21
2
3
X31
x
31
2
. . .
. . .
. . .
N x
n
x
n
2
x
n
Total x
n
x
n
2
x
n
26
- Median (rata-rata) sampel ( x )
n
xi
x
n
i
=
=
1
............................................................................................................(3-1)
- Variasi sampel (
2
)
( )
1
1 2
=
=
n
x xi
n
i
o
.............................................................................................(3-2)
- Standart deviasi ()
( )
1
1
=
=
n
x xi
n
i
o
............................................................................................(3-3)
- Tingkat ketelitian (Degree of accuracy) DA
% 100 x
x
DA
o
=
..............................................................................................(3-4)
- Tingkat keyakinan (Confidence level) CL
DA CL = % 100 ...........................................................................................(3-5)
- Batas kontrol
a) Kontrol atas (Upper control limit) UCL
o . k x UCL + = .........................................................................................(3-6)
b) Kontrol bawah (lower control limit) LCL
o . k x LCL = .........................................................................................(3-7)
- Tingkat keyakinan (S)
100
DA
S =
..........................................................................................................(3-8)
- Kecukupan data observasi (N)
2
1
2
1 1
2
'
|
.
|
\
|
=
= =
n
i
n
i
n
i
xi
xi xi n
S
k
N
....................................................................(3-9)
3.9.2 Analisis Statistik
- Data rata-rata
............................................................................................................(3-10)
n
x
x
=
_
27
- Standar Deviasi
1
2
=
n
x x
o ................................................................................................(3-11)
- Standar Deviasi Rata-Rata
n
o
o = ..............................................................................................................(3-12)
- Interval Penduga
|
.
|
\
|
+ < <
|
.
|
\
|
o
o
u o
o
db t x db t x ,
2
,
2
.......................................................(3-13)
3.9.3 Analisis Ragam Klasifkasi Satu-Arah
Analisis ragam klasifikasi satu-arah digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh holding terhadap kekuatan impak sambungan las gesek. Harga tengah dianggap
sebagai
1,
2,
3,
4,
5
dan
6
sehingga hipotesis penelitian dapat ditulis sebagai berikut:
H
o
:
1=
2=
3=
4=
5=
6
(friction time tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kekuatan impak sambungan las gesek)
H
1
: sekurang-kurangnya dua nilai tengah tidak sama
(friction time memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kekuatan impak sambungan las gesek)
Pengamatan ditabelkan seperti Tabel 3.4 sebagai berikut
Variasi Nilai waktu pengelasan yaitu: 30; 60; 90; 120; 150 dan 180 detik, dengan
putaran spindle 1600 rpm dan gaya tekan sebesar 156,8 kgf.
Tabel 3.4 Rancangan Penulisan Data Penelitian
Pengulangan
Uji Kekuatan
Impak
(N.mm/mm
2
)
Friction time (detik)
30 60 90 120 150 180
1 x
11
x
21
x
31
x
41
x
51
x
61
2 x
12
x
22
x
32
x
42
x
52
x
62
3 x
13
x
23
x
33
x
43
x
53
x
63
Jumlah T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
T
i
Rata-rata
1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x x
Berdasarkan pada tabel (Ronald E Walpole, 1995)
28
- Jumlah seluruh perlakuan =
= =
k
i
n
j
ij
x
1 1
...............................................................(3-14)
- Jumlah kuadrat seluruh perlakuan=
= =
k
i
n
j
ij
x
1 1
2
..................................................(3-15)
- Faktor Koreksi (fk)
nk
Ti
fk
k
i
2
1
|
.
|
\
|
=
=
...................................................................................................(3-16)
- Jumlah Kuadrat Total (JKT)
nk
Ti
x JKT
k
i
k
i
n
j
ij
2
1
1 1
2
|
.
|
\
|
=
=
= =
.............................................................................(3-17)
- Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
nk
Ti
n
T
JKP
k
i
k
i
i
2
1
1
2
.
|
.
|
\
|
=
=
=
..................................................................................(3-18)
- Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKP JKT JKG = ............................................................................................(3-19)
- Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
1
=
k
JKP
KTP .......................................................................................................(3-20)
- Kuadrat Tengah Galat
) 1 (
=
n k
JKG
KTG ..................................................................................................(3-21)
Dari rumus diatas dapat dicari F
hitung
yang digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan metode uji F.
-
KTG
KTP
F
hitung
= ...................................................................................................(3-22)
Setelah dilakukan perhitungan data, kemudian hasil perhitungan tersebut ditabelkan
seperti pada Tabel 3.5 dibawah ini.
29
Tabel 3.5 Analisis Ragam Klasifikasi Satu-Arah Data kekuatan Impak
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Rata-rata
F
hitung
F
tabel
Perlakuan k-1 JKP KTP
KTG
KTP
F(,k,db)
Galat k(n-1) JKG KTG
Total nk-1 JKT
Pengujian ada tidaknya pengaruh perlakuan adalah dengan membandingkan antara F
hitung
dengan F
tabel
1. Jika F
hitung
>
F(,k,db) berarti H
o
ditolak, menyatakan bahwa ada pengaruh antara
antara friction time terhadap kekuatan impak sambungan las. gesek pada paduan Al-
Mg-Si.
2. Jika F
hitung
<
F(,k,db) berarti H
o
diterima, menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
antara friction time terhadap kekuatan impak sambungan las gesek pada paduan Al-
Mg-Si.
30
3.10 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Material dan Alat bantu
Perumusan Masalah
Pembuatan Spesimen Uji Impak
Waktu pengelasan dengan variasi
30s; 60; 90s; 120s; 150s dan 180s
Proses Pengelasan
Apakah Hasil Pengelasan Baik
/Secara Visual Bebas Cacat
Pengujian Impak
Pengolahan Data Hasil Pengujian
Analisa dan
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pembuatan Spesimen Makrostruktur
Foto Makrostruktur
ya
tidak
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian Kekuatan Impak
Berikut ini akan disajikan data nilai kekuatan impak (N.mm/mm
2
) yang diperoleh
dari penelitian yang dilakukan dan pada setiap pengamatan dilakukan replikasi/
pengulangan sebanyak 3 kali. Data-data tersebut disusun dalam tabel yang sistematis
sehingga bisa memudahkan untuk pengolahan selanjutnya. Data ini merupakan hasil dari
pengujian impak hasil lasan.
Tabel 4.1. Data Hasil Pengujian kekuatan Impak
Pengulangan
Uji Kekuatan
Impak
(N.mm/mm
2
)
Friction time (detik)
30 60 90 120 150 180
1 118,11 180,34 136,41 145,4 127,31 108,81
2 127,31 188,81 127,31 145,4 108,81 89,9
3 127,31 163,08 118,11 136,41 118,11 108,81
Jumlah 372,73 532,23 381,83 427,21 354,23 307,52 2375,75
Rata-rata 124,24 177,41 127,28 142,40 118,08 102,51 131,98
Standart
Deviasi
5,31 13,11 9,15 5,19 9,25 9,75
4.2 Analisa Statistik
4.2.1 Uji Kecukupan Data Observasi
Table 4.2 Uji kecukupan data observasi
No sampel (ni) Data Observasi (xi) xi
2
) ( x xi
2
) ( x xi
1 118,11 13949,97 -13,88 192,55
2 127,31 16207,84 -4,676 21,866
3 127,31 16207,84 -4,676 21,866
4 180,34 32522,52 48,35 2338,1
5 188,81 35649,22 56,82 3229
6 163,08 26595,09 31,09 966,83
7 136,41 18607,69 4,424 19,571
8 127,31 16207,84 -4,676 21,866
9 118,11 13949,97 -13,88 192,55
10 145,4 21141,16 13,41 179,93
11 145,4 21141,16 13,41 179,93
12 136,41 18607,69 4,424 19,571
13 127,31 16207,84 -4,676 21,866
14 108,81 11839,62 -23,18 537,13
15 118,11 13949,97 -13,88 192,55
16 108,81 11839,62 -23,18 537,13
17 89,9 8082,01 -42,09 1771,2
18 108,81 11839,62 -23,18 537,13
Total 2375,75 324546,3 0 10981,31
31
32
- Median (rata-rata) sampel ( x )
n
xi
x
n
i
=
=
1
18
75 , 2375
=
98 , 131 =
- Variasi sampel (
2
)
( )
1
1 2
=
=
n
x xi
n
i
o
1 18
03 , 10981
=
94 , 645 =
- Standart deviasi ()
( )
1
1
=
=
n
x xi
n
i
o
1 18
03 , 10981
=
42 , 25 =
- Tingkat ketelitian (Degree of accuracy) DA
% 100 x
x
DA
o
=
% 100
98 , 1131
42 , 25
x =
% 25 , 19 =
- Tingkat keyakinan (Confidence level) CL
DA CL = % 100
% 25 , 19 % 100 =
% 75 , 80 =
33
- Batas kontrol
c) Kontrol atas (Upper control limit) UCL
o . k x UCL + =
42 , 25 307 , 1 98 , 131 x + =
2 , 165 =
d) Kontrol bawah (lower control limit) LCL
o . k x LCL =
42 , 25 307 , 1 98 , 131 x =
77 , 98 =
- Tingkat keyakinan (S)
100
DA
S =
100
25 , 19
=
1925 , 0 =
- Kecukupan data observasi (N)
2
1
2
1 1
2
'
|
.
|
\
|
=
= =
n
i
n
i
n
i
xi
xi xi n
S
k
N
( )
2
2
75 , 2375
75 , 2375 3 , 324543 18
1925 , 0
307 , 1
=
x
( )
2
27 , 1 =
6 , 1 =
Kesimpulan yang didapat dari uji kecukupan data observasi sebagai berikut:
1. Bila N < n, yaitu 1,6 < 18, maka data yang diambil dalam percobaan ini telah
memenuhi nilai minimum kecukupan data observasi.
34
4.2.2 Analisis Statistik Kekuatan Impak
Analisis statistik kekuatan impak diambil contoh pada friction time 30 detik
- Data rata-rata
=
3
372,73
= 124,24 N.mm/mm
2
- Standar Deviasi
1
2
E
=
n
x x
o
=
1 - 3
56,426
31 , 5 =
- Standar Deviasi Rata-rata
n
o
o =
=
3
31 , 5
= 3,07
- Interval penduga
|
.
|
\
|
+ < <
|
.
|
\
|
o
o
u o
o
. ,
2
. ,
2
db t x db t x
db = n-1
= 3-1 = 2
Dari dengan mengambil o = 5 % dapat diketahui
t (o/2 ; db) = t (0,025 ; 2) = 4,303
maka
( )( ) | | ( )( ) | | 07 , 3 303 , 4 24 , 124 07 , 3 303 , 4 24 , 124 + < < u
192 , 13 24 , 124 192 , 13 24 , 124 + < < u
43 , 137 05 , 111 < < u
n
x
x
=
_
35
Jadi interval penduga kekuatan impak sambungan las gesek dengan friction time 30
detik didapatkan 111,05 N.mm/mm
2
sampai 137,43 N.mm/mm
2
dengan tingkat keyakinan
95 %.
Dengan perhitungan yang sama seperti di atas, didapatkan interval penduga
kekuatan impak beberapa friction time yang berbeda kemudian disusun pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Interval penduga kekuatan impak
Friction time
(detik)
Kekuatan Impak
Rata-rata
(N.mm/mm
2
)
Standar
Deviasi
Standar
Deviasi
Rata-rata
Interval Penduga
Kekuatan Impak
30
124,24 5,31 3,07 111,05 < < 137,43
60
177,41 13,11 7,57 144,83 < < 209,99
90
127,28 9,15 5,23 104,55 < < 150,01
120 142,40 5,19 2,99 129,5 < < 155,31
150 118,08 9,25 5,34 95,09 < < 141,06
180 102,51 9,75 5,63 78,26 < < 126,75
4.2.3 Analisis Ragam Klasifikasi Satu-Arah
Dari data hasil perhitungan di atas, dilakukan analisis statistik menggunakan
analisa ragam klasifikasi satu-arah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh friction time
terhadap kekuatan impak sambungan las gesek. Hipotesis yang digunakan pada analisis ini,
yaitu :
H
o
:
1=
2=
3=
4=
5=
6
(friction time tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kekuatan impak sambungan las)
H
1
: sekurang-kurangnya dua nilai tengah tidak sama
(friction time memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kekuatan impak sambungan las)
Dengan mengacu pada data di atas dapat diketahui nilai
- n (jumlah pengulangan) = 3 kali
- k (jumlah variasi) = 6 variasi
- N (jumlah seluruh data yang diambil) = 18 data
Perhitungan ragam klasifikasi satu-arahnya sebagai berikut :
- Jumlah keseluruhan perlakuan
=
= = = =
=
4
1
7
1 1 1 i j
ij
n
i
k
j
ij
x x
= 118,11 + 180,34 + 136,41 + ..........+ 118,11 + 108,81
= 2375,75
36
- Jumlah kuadrat seluruh perlakuan
=
2
1 1
= =
n
i
k
j
ij x
= (118,11)
2
+ (180,34)
2
+ (136,41)
2
+ ..........+ (118,11)
2
+ (108,81)
2
= 324546,63
- Faktor koreksi (fk)
nk
Ti
fk
k
i
2
1
|
.
|
\
|
=
=
=
( )
18
75 , 2375
2
= 313566
- Jumlah kuadrat total (JKT)
nk
Ti
x JKT
k
i
k
i
n
j
ij
2
1
1 1
2
|
.
|
\
|
=
=
= =
= 324546,63 313566
= 10980,63
- Jumlah kuadrat perlakuan (JKP)
nk
Ti
n
T
JKP
k
i
k
i
i
2
1
1
2
.
|
.
|
\
|
=
=
=
=
3
4 , 970546
- 313566
= 9949,46
- Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKP JKT JKG =
= 10980,63 9949,46
= 1031,17
- Kuadrat tengah perlakuan (KTP)
1
=
k
JKP
KTP
89 , 1989
1 6
46 , 9949
=
=
37
- Kuadrat tengah galat (KTG)
) 1 (
=
n k
JKG
KTG
( ) 1 3 6
17 , 1031
=
93 , 85 =
-
KTG
KTP
F
hitung
=
93 , 85
89 , 1989
=
16 , 23 =
Dengan menentukan tingkat kesalahan () sebesar 5 %, maka untuk
F
tabel
(; k-1; N-k) = F
tabel
(0,05; 5; 12) adalah 3,11
Tabel 4.3 Analisis Ragam Klasifikasi Satu-Arah Data Kekuatan Impak
Sumber
Varian
db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
hitung
F
tabel
Perlakuan 5 9949,46 1989,89
23,16 3,11
Galat 12 1031,17 85,93
Total 18 10980,63 - - -
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa F
hitung
> F
tabel
, maka H
0
ditolak dan H
1
diterima yang berarti ada pengaruh yang nyata antara friction time terhadap kekuatan
impak sambungan las gesek dengan resiko kesalahan 5%.
4.3 Pembahasan
Dari hasil pengujian dan perhitungan data dengan nilai friction time yang berbeda
maka didapatkan besarnya kekuatan impak sambungan las gesek. Untuk mempermudah
dalam menganalisa maka hasil perhitungan tersebut digambarkan dalam bentuk grafik.
Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara besarnya friction time terhadap kekuatan
impak sambungan las gesek pada paduan Al-Mg-Si.
Kekuatan impak merupakan ketahanan suatu bahan terhadap pukulan (beban kejut)
yang dinyatakan dengan banyaknya energi yang diserap untuk mematahkan bahan tersebut
per satuan luas.
38
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara friction time terhadap Kekuatan Impak
Sambungan Las Gesek Pada Paduan Al-Mg-Si
Dari Gambar 4.1 grafik hubungan antara friction time terhadap kekuatan impak
rata-rata sambungan las gesek pada paduan Al-Mg-Si, dapat diketahui bahwa kekuatan
impak rata-rata tertinggi pada friction time 60 detik yaitu sebesar 177,41 N.mm/mm
2
. Hal
ini menunjukkan peningkatan yang berarti jika dibandingkan dengan pengelasan yang
dilakukan pada friction time 180 detik, dimana rata-rata nilai kekuatan impaknya hanya
sebesar 102,51 N.mm/mm
2
yang merupakan kekuatan impak rata-rata terendah.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik analisis varian satu arah didapatkan nilai
F
hitung
sebesar 23,16 dan dari tabel statistik dapat diketahui nilai F
tabel
sebesar 3,11. Dengan
demikian, nilai F
hitung
lebih besar dari nilai F
tabel
, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan friction time pada sambungan las gesek memberikan pengaruh yang nyata
pada kekuatan impak sambungan las gesek yang terbentuk.
Pada gambar 4.2 (a) merupakan patahan hasil uji impak sambungan las gesek
dengan friction time 30 detik, dimana permukaannya rata dan mengkilap. Apabila
potongan ini disambung kembali maka kedua potongan ini akan menyambung dengan baik
dan rapat, dan patahan ini termasuk patahan getas. Hal ini disebabkan pada saat proses
patahnya spesimen tidak mengalami deformasi. Bahan yang memiliki jenis patahan ini
mempunyai kekuatan impak yang rendah. Hal ini juga terjadi pada gambar (c), (e), (f). jadi
dapat disimpulkan bahwa friction time 30s; 90s; 150s dan 180s merupakan jenis patahan
getas yang mempunyai kekuatan impak yang rendah.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 50 100 150 200
K
e
k
u
a
t
a
n
I
m
p
a
k
(
N
.
m
m
/
m
m
2
)
Friction Time (detik)
kekuatan impak rata-rata pengulangan 1 pengulangan 2 pengulangan 3
39
Pada gambar 4.2 (b) merupakan patahan hasil uji impak sambungan las gesek
dengan friction time 60 detik, dimana permukaannya tidak rata dan tampak seperti beludru,
buram dan berserat. Apabila potongan ini disambung kembali, maka sambungannya tidak
akan rapat. Bahan yang memiliki jenis patahan ini mempunyai kekuatan impak yang
tinggi, karena sebelum patah bahan mengalami deformasi terlebih dahulu. Hal ini juga
terjadi pada gambar (d). Jadi dapat disimpulkan bahwa friction time 60 detik dan 120 detik
merupakan jenis patahan liat yang mempunyai kekuatan impak yang tinggi.
(a) (b) (c)
(d) (e)
(f)
Gambar 4.2 Kondisi patahan hasil Uji Impak Sambungan Las gesek
Pada friction time 30s; 60s; 90s; 120s; 150s dan 180s
Sambungan las memiliki daerah Heat Affected Zone (HAZ) yang berbeda dan dari
luasan daerah HAZ ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh panas terhadap perubahan
struktur material di sekitar sambungan. Penggunaan friction time yang berbeda akan
berpengaruh pada masukan panas, sehingga akan membentuk luasan daerah HAZ yang
beerbedapula. Lin et al (1999), membagi sambungan las menjadi menjadi tiga bagian, yaitu
fully plasticized (Zpl) atau daerah sambungan las dimana terjadi penyatuan kedua material
secara sempurna, partially deformed (Zpd) atau daerah yang mengalami pengaruh panas
sebagian yang sering disebut daerah HAZ (Heat Affected Zone) dan undeformed (Zud)
regions atau daerah yang tidak terpengaruh panas, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Pembagian daerah HAZ ini dapat dilihat melalui foto makrostruktur dari sambungan las
gesek yang terbentuk.
40
fully plasticized (Zpl), partially deformed (Zpd) and undeformed (Zud) regions
Gambar 4.3 Bagian Sambungan Las Gesek
Sumber : Lin et al (1999)
Dari Gambar 4.4 berikut, dapat diketahui luasan daerah HAZ, luasan dearah fully
plasticized (Zpl) dan luasan derah porositas dari masing-masing sambungan las gesek pada
lebar 10 mm sesuai dengan spesimen pengujian impak dalam foto makrostruktur dari
berbagai variasi friction time dan disajikan pada tabel 4.5. Daerah porositas ditentukan
berdasarkan cacat yang terdapat pada luasan daerah fully plasticized.
a) Friction time 30 detik
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
5 mm
41
b) Friction time 60 detik
c) Friction time 90 detik
d) Friction time 120 detik
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
5 mm
5 mm
5 mm
42
e) Friction time 150 detik
f) Friction time 180 detik
fully plasticized (Zpl), daerah HAZ atau partially deformed (Zpd) and undeformed (Zud) regions
Gambar 4.4 Kondisi Makrostruktur Sambungan Las Gesek Paduan Al-Mg-Si
pada friction time 30s; 60s; 90s; 120s; 150s dan 180s
Menurut Avinash et al (2007), pada pengelasan gesek, sambungan las yang
memiliki daerah HAZ yang sempit akan menghasilkan kekuatan impak sambungan las
yang tinggi. Hal ini disebabkan pada daerah HAZ terjadi perubahan struktur material yang
menjadi lebih besar, sehingga menurunkan kemampuan dalam menerima beban yang
diterima. Jika daerah HAZ lebar, maka kemampuan sambungan las gesek dalam menerima
beban menjadi kecil.
Pada pengelasan ini kecepatan pengelasan konstan yaitu 1600 rpm dengan gaya
tekan sebesar 156,8 kgf dan holding selama 2 menit. Akan tetapi masukan panas yang
terjadi akan berbeda pada tiap pengelasan, hal ini disebabkan oleh waktu pengelasan
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
1
0
m
m
s
e
s
u
a
i
s
p
e
c
i
m
e
n
u
j
i
i
m
p
a
k
5 mm
5 mm
43
(friction time) yang berbeda, sehingga luas daerah HAZ dan luas Zpl yang terbentuk akan
berbeda pada tiap pengelasan, hal ini dapat kita amati pada table 4.5.
Tabel 4.5 Luas daerah HAZ pada diameter 10 mm
Friction time
(detik)
Luas Porositas
(mm
2
)
Luas Daerah HAZ
(mm
2
)
Luas Daerah
Fully Plasticized
(mm
2
)
30 0,072 35,56 12,69
60 0 37,51 19,75
90 0,154 43,59 19,47
120 0 46,55 22,32
150 0,186 63,84 22,29
180 0,053 66,86 26,36
Mengacu pada Gambar 4.3, dapat diperoleh luas daerah HAZ, Luasan daerah fully
plasticized, dan luas porositas dari masing-masing sambungan pada lebar 10 mm sesuai
dengan spesimen pengujian impak dan disajikan pada Tabel 4.5. Dari luasan daerah HAZ,
fully plasticized dan porositas tersebut dapat diketahui seberapa besar pengaruh panas
terhadap perubahan struktur material di sekitar sambungan las.
Menurut Sindo Kou (2002), jika masukan panas yang diberikan semakin tinggi,
maka HAZ yang terbentuk semakin lebar dan kekuatannya akan berkurang. Masukan
panas (heat input) pada masing-masing penelasan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
waktu pengelasan (friction time) yang berbeda. Berikut adalah salah satu contoh
perhitungan masukan panas pada friction time 60 detik.
Dengan mengacu pada data diatas, dapat diketahui:
- Putaran (n) = 1600 rpm = 26,66 rps
- Tekanan (N) = 156,8 kgf = 1536,64 N
- Koefisien gesek (s) = 0,42
- Jari-jari (r) = 1 cm = 0,01 m
- Variasi waktu (t) = 30s; 60s; 90s; 120s; 150s; dan 180s.
Fs = N. s
= 1536,64 N x 0,42
= 645,39 N
V = .r
= 26,66 rps x 0,01 m
= 0,27 m/s
P = Fs.V
= 645,39 N x 0,27 m/s = 174,25 J/s
44
Q = P.t
= 147,29 J/s x 60 s
= 10455 J
Q = 8837,4/4,2
= 2489,28 kal
Jadi masukan panas sambungan las dengan friction time 60 detik adalah sebesar
2104,18 kal. Dengan perhitungan yang sama seperti di atas, didapatkan masukan panas
(heat input) beberapa friction time yang berbeda kemudian disusun pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Heat Input
Friction Time
(detik)
Heat Input
(kalori)
30 1244,64
60 2489,28
90 3733,93
120 4978,57
150 6223,21
180 7467,86
Pada Gambar 4.3 (a), sambungan las dengan friction time 30 detik memiliki luas
daerah HAZ sebesar 35,555 mm
2
, luasan daerah fully plasticized pada sambungan las
dengan friction time 30 detik adalah 12,693 mm
2
, dan luas porositas yang terbentuk
sebesar 0,072 mm
2
. Kekuatan impak sambungan las dengan friction time 30 detik cukup
besar tetapi masih dibawah friction time 60 detik yaitu sebesar 124,24 N.mm/mm
2
. Hal ini
terjadi karena luas daerah fully plasticized yang terbentuk sempit, walaupun luas daerah
HAZ dan luas porositas yang terbentuk relatif kecil, sehingga kekuatan impak menjadi
rendah. Luasan daerah fully plasticized menunjukkan seberapa besar material dapat
menyatu satu sama lain selama proses pengelasan berlangsung dan seberapa besar
kekuatan sambungan yang terbentuk. Semakin luas daerah fully plasticized maka
sambungan yang terbentuk semakin baik dan kekuatan impaknya tinggi (Lin et al, 1999).
Masukan panas pada friction time 30 detik adalah yang paling kecil jika dibandingkan
dengan variasi friction time yang lain yaitu sebesar 1244,64kal. Hal ini disebabkan karena
gesekan yang terjadi pada friction time 30 detik lebih singkat dibandingkan dengan friction
time yang lain, sehinggga daerah HAZ yang terbentuk paling sempit dibandingkan daerah
HAZ friction time yang lain.
Pada Gambar 4.3 (b), sambungan las dengan friction time 60 detik memiliki luas
daerah HAZ sebesar 37,507 mm
2
, luasan daerah fully plasticized sebesar 19,747 mm
2
, dan
45
tidak terdapat porositas. Sambungan las dengan friction time 60 detik memiliki kekuatan
impak sebesar 171,41 N.mm/mm
2
dan merupakan kekuatan impak tertinggi. Hal ini terjadi
karena luas daerah HAZ yang terbentuk sempit dan tidak terdapat porositas. Pada
penelesan gesek, sambungan las yang memiliki daerah HAZ yang sempit akan
menghasilkan kekuatan impak yang tinggi, Avinash et al (2007). Masukan panas pada
friction time 60 detik adalah relatif kecil tetapi masih lebih besar dibandingkan dengan
friction time 30 detik yaitu sebesar 2489,28 kal. Hal ini disebabkan karena waktu
pengelasan yang lebih lama sehingga menyebabkan gesekan yang terjadi pada saat
pengelasan menjadi lebih lama. Besarnya masukan panas menyebabkan daerah yang
terpengaruh panas pada logam induk semakin besar, sehingga daerah HAZ yang terbentuk
lebih lebar dibandingkan friction time 30 detik.
Pada Gambar 4.3 (c), sambungan las dengan friction time 90 detik memiliki luas
daerah HAZ sebesar 43,586 mm
2
, luas daerah fully plasticized pada sambungan las
dengan friction time 90 detik adalah 19,471 mm
2
, dan luas porositas yang terbentuk
sebesar 0,154 mm
2
. Kekuatan impak pada sambungan las dengan friction time 90 detik
terjadi penurunan atau dibawah friction time 60 detik yaitu sebesar 127,28 N.mm/mm
2
. Hal
ini terjadi karena luas daerah HAZ dan luas porositas yang terbentuk lebih luas. Semakin
besar luas porositas yang terbentuk pada sambungan las akan menyebabkan kekuatan
impaknya menurun. Pada friction time 90 detik, masukan panasnya lebih besar
dibandingkan dengan friction time 60 detik yaitu sebesar 3733,93 kal. Hal ini disebabkan
karena gesekan yang terjadi pada friction time 90 detik lebih lama dibandingkan dengan
friction time 60 detik, sehingga daerah HAZ yang terbentuk menjadi lebih lebar.
Pada Gambar 4.3 (d), sambungan las dengan friction time 120 detik memiliki luas
daerah HAZ sebesar 46,574 mm
2
, luas daerah fully plasticized pada sambungan las dengan
friction time 90 detik adalah sebesar 22,318 mm
2
, dan tidak terdapat porositas. Kekuatan
impak pada sambungan las dengan friction time 120 detik terjadi peningkatan
dibandingkan dengan sambungan las dengan friction time 90 detik yaitu sebesar 142,4
N.mm/mm
2
. Hal ini terjadi karena luas daerah fully plasticized yang terbentuk lebih lebar
dan tidak terdapat porositas, walaupun luas daerah HAZ yang terbentuk juga lebih lebar.
Pada friction time 120 detik. masukan panasnya lebih besar dibandingkan dengan friction
time sebelumnya yaitu sebesar 4978,57 kal. Hal ini disebabkan karena gesekan yang terjadi
pada friction time 120 detik lebih lama dibandingkan dengan friction time sebelumnya,
sehingga daerah HAZ yang terbentuk menjadi lebih lebar.
46
Pada Gambar 4.3 (e), sambungan las dengan friction time 150 detik memiliki luas
daerah HAZ sebesar 63,837 mm
2
, luas daerah fully plasticized pada sambungan las dengan
friction time 90 detik adalah sebesar 22,289 mm
2
, dan luas porositas sebesar 0,186 mm
2
.
Sambungan ini memiliki kekuatan impak sebesar 118,08 N.mm/mm
2
dan lebih kecil dari
kekuatan impak sambungan las dengan friction time 120 detik. Hal ini terjadi karena luas
daerah HAZ yang terbentuk lebih lebar dan luas porositas yang yang lebih besar sehingga
kekuatan impaknya mengalami penurunan atau lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan
impak sambungan las dengan friction time 120 detik. Pada friction time 90 detik, masukan
panasnya relatif tinggi yaitu sebesar 6223,21 kal. Hal ini disebabkan karena waktu
pengelasan yang lebih besar sehingga menyebabkan gesekan yang terjadi pada saat
pengelasan menjadi lebih lama. Besarnya masukan panas menyebabkan daerah yang
terpengaruh panas pada logam induk semakin besar sehingga daerah HAZ yang terbentuk
lebih lebar. Daerah HAZ yang luas mengakibatkan menurunnya kekuatan impak
sambungan las dengan friction time 150 detik.
Pada Gambar 4.3 (f), sambungan las dengan friction time 180 detik memiliki luas
daerah HAZ yang paling lebar dibandingkan sambungan yang lain yaitu sebesar 66,857
mm
2
. Luas daerah fully plasticized relatif besar yaitu sebesar 26,36 mm
2
, dan luas
porositas yang terbentuk yaitu sebesar 0,053 mm
2
. Kekuatan impak pada sambungan las
dengan friction time 180 detik adalah sebesar 102,51 N.mm/mm
2
yang merupakan
kekuatan impak paling rendah. Hal ini terjadi karena luas daerah HAZ yang terbentuk
paling lebar dan luas porositas yang yang relatif besar sehingga mengakibatkan kekuatan
impaknya menurun walaupun luas daerah fully plasticized relatif besar. Pada friction time
180 detik, masukan panasnya adalah yang paling tinggi dibandingkan sambungan yang lain
yaitu sebesar 7467,86 kal. Hal ini disebabkan karena waktu pengelasan yang lebih besar
sehingga menyebabkan gesekan yang terjadi pada saat pengelasan menjadi lebih lama.
Besarnya masukan panas menyebabkan daerah yang terpengaruh panas pada logam induk
semakin besar sehingga daerah HAZ yang terbentuk paling lebar, yang menyebabkan
kekuatan impaknya paling kecil.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat dihasilkan beberapa kesimpulan, yaitu;
Penggunaan friction time yang berbeda pada proses pengelasan gesek pada paduan
Al-Mg-Si memberikan pengaruh pada kekuatan impak sambungan las gesek, dimana
didapatkan bahwa kekuatan impaknya akan menurun seiring dengan bertambahnya friction
time. Kekuatan impak rata-rata tertinggi terjadi pada sambungan las gesek dengan friction
time 60 detik sebesar 177,41 N.mm/mm
2
, dan kekuatan impak rata-rata terendah terjadi
pada sambungan las gesek dengan friction time 180 detik sebesar 102,51 N.mm/mm
2
.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh friction time terhadap kondisi
mikrostruktur daerah HAZ sambungan las gesek.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh friction time terhadap kekuatan impak
sambungan las gesek pada material yang berbeda.
.
47
1
Lampiran 1. Foto Benda Kerja
a) Friction time 30 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
2
b) Friction time 60 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan Setelah Proses Pengelasan Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
3
c) Friction time 90 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
4
d) Friction time 120 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
5
e) Friction time 150 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
6
f) Friction time 180 detik
SPESIMEN I SPESIMEN II SPESIMEN III
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Setelah Proses Pengelasan
Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak Sebelum Pengujian Impak
Setelah Pengujian Impak
SetelahPengujian Impak
SetelahPengujian Impak
7
Lampiran 2. Komposisi Kimia Paduan Al-Mg-Si
Hasil Uji Komposisi Menggunakan Spark Spectrometer
No. Kandungan Unsur Nilai (%) No. Kandungan Unsur Nilai (%)
1. Al 97,3843 7. Mn 0,09383
2. Mg 0,90732 8. Cr 0,03647
3. Si 0,69491 9. Pb 0,02147
4. Fe 0,43594 10. Ti 0,01362
5. Cu 0,20956 11. Ni 0,00812
6. Zn 0,19028 12. Sn 0,00423
1
Lampiran 3. Tabel distribusi F ( ; v
1
; v
2
) untuk = 5%
Sumber : Walpole, 1995
2
Lampiran 4. Tabel distribusi t
Sumber : Walpole, 1995
3
Lampiran 5. Gambar Alat Bantu Cekam
4
5
6
7
Prosedur perhitungan konstanta pegas:
1. Berikan gaya tekan pada pegas sebesar 156,8 kgf
2. Setelah diberikan gaya, maka pegas akan mengalami penyusutan
3. Hitung perubahan panjang pegas
4. Hitung nilai konstanta pegas dengan menggunakan rumus x k F A = .
Perhitungan konstanta pegas
Diketahui: - Gaya yang diberikan (F) : 156,8 kgf
- Penyusutan panjang pegas (x) : 28 mm
x k F A = .
x
F
k
A
=
28
8 , 156
=
mm
kgf
6 , 5 =
Jadi, besarnya nilai konstanta pegas adalah sebesar 5,6 kgf/mm
8
Lampiran 6. Foto Alat yang Digunakan
Mesin Bubut
SPESIFIKASI:
Tipe : C 6232 A1
Daya (P) : 3 4,5 KW
Produksi : Guang Zhou Machine Tool Works
Power Hacksaw
SPESIFIKASI:
Tipe : BSM 210 R40
9
Daya (P) : 0,5 KW
Produksi : Kasto machinebau Gmbh-German
Mesin Uji Impak
SPESIFIKASI:
Maker : Hung Ta
Model : HT 8041 A
Country of Original : Taiwan
Capacity : 30 kgf
Angel of hammer knife edge : 30
Life angel of hammer : 140
Weight of hammer (W) : 26,32 kg
Diameter mata pisau (L) : 0,075 m
Panjang lengan pendulum (R) : 0,647 m
Mesin Penggosok Spesimen
10
Kamera Digital Mistar Sorong
2 cm