You are on page 1of 12

BAB I STATUS PASIEN MATA

I.IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Alamat

: Ny. Kh : Wanita : 46 tahun : Ibu Rumah Tangga : Jakarta Pusat

Datang ke poli mata : 4 Januari 2010

II.ANAMNESIS

y y

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

: Mata kiri merah sejak 5 hari SMRS : Perasaan seperti mengganjal di mata, perih, sakit, silau, penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli mata dg keluhan mata kiri merah sejak 5 hari SMRS. Awalnya mata hanya berwarna merah 5 hari yang lalu, kemudian makin bertambah perih dan berair, terutama bila kontak dengan angin, air atau cahaya dan kadang ada kotoran mata. Bila terkena cahaya mata juga terasa silau. Kelopak mata kiri juga semakin membengkak. Pasien tidak merasa keluhan mata merahnya timbul setelah kemasukan pasir, atau kecolok, atau kontak dengan suatu zat tertentu. Pada mata kiri terdapat bercak putih pada bola mata hitamnya, sejak 10thn yll dan mata juga sudah terasa kabur sejak saat itu, namun makin memburuk 4 hr terakhir. pasien tidak mengetahui penyebab adanya bercak putih tersebut, menurutnya bercak tersebut muncul dengan sendirinya. Pasien merasa pusing sejak timbul gejala, dan juga mengeluh pilek. Sebelum timbul gejala pasien juga tidak merasa tidak enak badan, nyeri-nyeri badan atau sedang sakit.

Sejak timbul gejala mata merah, pasien telah menggunakan obat tetes mata (tp pasien lupa nama obatnya) namun keluhan tidak membaik
y

Riwayat penyakit dahulu :


o

Pasien belum pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya

o Riwayat alergi (-) o Riwayat infeksi pneumonia disangkal o Riwayat TBC disangkal o Defisiensi vitamin A (xeroftalmi) disangkal y

Riwayat Lingkungan

: Tidak ada orang yang sakit mata disekitar pasien.

III.PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Fisik Umum

Tanda vital
y y y y y y

Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu

: sakit ringan : composmentis : 120/ 80 mmHg : 88 kali/ menit : 20 kali/ menit : afebris

Status generalis
y y y y y

Kepala : normocephal Leher : pembesaran kelenjar (-) Dada : dalam batas normal Perut : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal

Pemeri

i i

MER O : 6/7 OS : 4/60

AAN VIS S

O Keduduka Bola Mata ergeraka Bola Mata alpebra Superior

O Ort o oria Baik ke segala ara dem (+), hiperemis (-) alpebra Inferior dem (-), hiperemis (-) Konjungti a Tarsalis Superior Konjungti a Bulbi Hiperemis (+), papil (-), folikel (-) Injeksi siliar (+), injeksi konjungti a (-) Konjungti a Tarsalis Inferior Kornea Hiperemis (-), apil(-), folikel(-) lkus dgn Infiltrat (+), ukuran 2x3 mm, di bagian nasal, bentuk tidak beraturan, warna putih

Ort o oria Baik kesegala ara dem ( - ) hiperemis (-) dem (-), hiperemis (-) Hiperemis (-) papil (-), folikel (-) Injeksi siliar (-), injeksi konjungti a (-) Hiperemis (-), papil(-), folikel (-) ernih, infiltrat (-)

Sedang Coklat, kripte (+) Bulat isokor, reflex cahaya lsg/ tdk lgs(+) ernih

COA Iris upil

Sedang Coklat, kripte (+) Bulat isokor, reflex cahaya lgs/tdk lgs(+)

Lensa

Keruh, shadow test (-)

Tidak dapat di evaluasi Tidak dilakukan

Vitreous Humor Funduskopi

Tidak dapat di evaluasi Tidak dilakukan

IV.RESUME Seorang wanita 46thn, ibu rumah tangga, datang ke poli mata RSIJ dgn keluhan mata kiri merah sjk 5 hr SMRS, keluhan disertai rasa mengganjal, perih, dan berair terutama saat kontak dgn cahaya, angin, dan air dan kadang ada kotoran mata. Kelopak mata kiri jg membengkak. Terdapat bercak putih pada bola mata hitam kiri sejak 10thn yll, dan penglihatan sudah kabur sejak saat itu, namun sejak 4hr yll makin memburuk. Riwayat trauma (-), riwayat penyakit sistemik (-), riwayat alergi (-) Pada pemeriksaan fisik, pasien komposmentis, tampak sakit ringan, status generalis dalam batas normal, Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan: Visus : OD : 6/ 5 dan OS : 4/60 Palpebra OS : edema palpebra (+) Konj bulbi OS : tampak injeksi siliar Konj tarsal sup & inf OS hiperemis Kornea OS : ulkus dgn infiltrat (+) di bagian nasal, bentuk tdk beraturan, ukuran 2x3mm, warna putih Lensa OS : keruh, shadow test (-)

V. DIAGN SA KERJA OS : Ulkus kornea dgn Katarak matur

VI.PENATALAKSANAAN Terapi :
o Antibiotik topikal o Sikloplegik o Vit C

Edukasi : jangan mengucek mata, gunakan kaca mata untuk keluar rumah namun jangan bebat mata.

Rencana pemeriksaan penunjang : a. Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan Giemsa, Gram b. Uji flouresein

BAB II PEMBAHASAN Seorang wanita 46 tahun, Ibu rumah tangga, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan :
Anamnesis sejak 5hr SMRS Mata kiri merah Rasa mengganjal Perih & berair terutam a saat kontak dgn cahaya, angin, dan air Kelopak mata kiri jg membengk ak Kadang ada kotoran m ata Penglihatan m akin menurun sejak 10thn yll Terdapat bercak putih pada mata hi tam kiri penglihatan sudah kabur sejak saat itu Riwayat trauma (-) Pemeriksaan fisik Status generalis : dbN Status oftalmologis : Visus : OD : 6/75 dan OS : 4/60 Pal pebra OS : edem a palpebra (+) Konj bulbi OS : tam pak i njeksi siliar Konj tarsal sup & inf OS hiperemis Kornea OS : ulk us dgn infiltrat (+) di bagian nasal, bentuk tdk beraturan, ukuran 2x3m m, warna putih Lensa OS : keruh, shadow test (-) Diagnosis OS : Ulkus kornea + katarak matur

Diagnosa ulkus kornea ini ditegakkan karena ditemukan adanya penurunan visus disertai dengan mata yang merah, silau, berair, adanya sekret dan rasa gatal. Walaupun pasien menyangkal adanya riwayat trauma sebelumnya, kemungkinan adanya trauma atau kontak kornea dengan partikel tertentu belum dapat disingkirkan, karena di daerah dimana terdapat daerah yg menggaung tsb telah mengalami sikatrik pada kornea (leukoma) sejak +10 tahun yg lalu, dan hal tersebut memungkinkan penurunan sensitivitas kornea pasien, sehingga pasien tidak menyadari bila partikel halus menempel lebih lama pada daerah tersebut dan menimbulkan infeksi dan ulkus. Pada pemeriksaan oftalmologis, pada mata kiri ditemukan adanya injeksi siliar serta ulkus ukuran diameter 2 x 3 mm, juga lensa keruh padat dengan shadow test (-) Penatalaksanaan pada pasien :
o Anjuran pemeriksaan : y o Terapi y

Pemeriksaan sekret Giemsa, Gram

Antibiotik topikal : kloramfenikol tetes mata : 6 dd Igtt

Pemberian antibiotik ini untuk mengobati dan mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas. Karena kemungkinan terjadinya ulkus yang disebabkan bakteri yang menyebabkan kerusakan yang hebat dan cepat pada mata dapat saja terjadi.
y

Sikloplegik : atropin sulfat Sulfas Atropin 1% dimaksudkan untuk menekan peradangan dan untuk melepaskan dan mencegah terjadinya sineki anterior, a karena Sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis, sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea (sinekia anterior) akibat reaksi inflamasi yang terjadi pada bilik mata depan dan mengurangi rasa sakit akibat spasme silier, berguna untuk menghilangkan akomodasi, sehingga mata dalam keadaan istirahat dan dapat meredakan inflamasi yang terjadi.

y y

Vitamin C, dapat diberikan untuk reepitelisasi kornea. Penatalaksanaan terhadap kekeruhan lensa (katarak) dapat ditunda hingga keadaan kornea membaik.

Prognosis Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya masih dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena walaupun dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan juga katarak pasien perlu diterapi.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA a. Definisi Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang menyeb abkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea. Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam. Koloboma adalah kelainan kongenital akibat defek genetik, di mana palpebra tidak terbentuk dengan sempurna. b. Patogenesis Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengan dung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke chamber oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. 8

Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis, panoftalmi dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekhia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel. Pada waktu adanya perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul peradangan iris dan badan siliar maka cairan COA mengandung fibrin dan fibrin ini menutup fistel sehingga tekanan intraokuler meningkat lagi. Dengan naiknya tekanan intraokuler, fibrin yang menutup fistel terlepas kembali dan fistelpun terbuka lagi. Jadi fistel hilang timbul berganti-ganti sampai terbentuk sikatrik di kornea. Karena itulah maka pada pemerikasaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinya dari fistel sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel tersebut. Bila pada tempat perforasi kornea dan iris prolaps kemudian terjadi jaringan parut, maka disebut leukoma adherens di mana pada tempat tersebut terjadi penyempitan sudut COA oleh adanya sinekia anterior, menyebabkan aliran balik cairan di sudut COA menjadi terganggu, yang dapat menyebabkan timbulnya peninggian tekanan intraokuler dan menjadi glaukoma sekunder. Berhubung jaringan parut pada leukoma adherens tidak kuat, adanya glaukoma sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang disebut stafiloma kornea yang tampak seperti anggur. c. Etiologi Faktor-faktor pencetus terjadinya ulkus kornea: 1.Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal, sumbatan saluran lakrimal.

2.Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka. 3.Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure keratitis (lagoftalmus, anastesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti koloboma).4 4.Kelainan-kelainan sistemik: malnutrisi, alkoholisme, sindroma Steven Jhonson, sindroma defisiensi imun. 5.Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun misalnya kortikosteroid IDU (Idoryuridine), anastetik lokal dan golongan imunosupresif lainnya. Etiologi atau penyebab ulkus kornea adalah; 1.Bakteri 2.Virus 3.Jamur 4.Reaksi hipersensitivitas. d. Gejala Klinik Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari jenis ulkus apakah steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi inokulum. Ulkus akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga ber fotofobia, at, penglihatan menurun dan kadang kotor. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi irirs), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekhia posterior. Biasanya kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila ulkus disebabkan oleh pseudomonas, maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning kehijauan terlihat melekat pada permukaan ulkus. Bila ulkus disebabkan oleh jamur, maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit).

10

Bila ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Ulkus yang berjalan cepat dapat membentuk Decemetocele atau terjadi perforasi kornea yang berakhir dengan suatu leukoma adherens. Bila proses ulkus berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit, fotofobia, berkurangnya infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambah kecil. e. Penatalaksanaan Ulkus kornea sembuh dengan dua cara: migrasi sel-sel epitel sekeliling ulkus disertai dengan mitosis dan masuknya vaskularisasi dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil akan sembuh dengan cara yang pertama, ulkus yang lebih besar dan dalam biasanya akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah untuk mensuplai sel-sel radang. Leukosit dan fibroblas menghasilkan jaringan granulasi dan sikatrik sebagai hasil penyembuhan. Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika yang sesuai dengan topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdpat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik. Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteridengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umu ulkus diobati m sebagai berikut: Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder. Debridemen sangat membantu penyembuhan. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan.

11

Daftar Pustaka Ilyas,Sidharta;dkk, Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran edisi II, Sagung Seto, 2002, Jakarta Olver, Jane, et al, Ophthalmology at a Glance, Blackwell Publishing company, 2005, USA Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. KDT. 2000,Jakarta

12

You might also like