You are on page 1of 9

KELUARGA SAKINAH A.

Pengertian Keluarga Sakinah

Pengertian keluarga menurut etimologi berasal dari dua kata yakni kawulan dan warga, kawulan berarti hamba dan warga berarti anggota sedangkan menurut terminology keluarga adalah satu kesatuan (unit) di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit tersebut. Keluarga juga terdiri dari beberapa pengertian antara lain menurut Hurlock (1999 : 220) Keluarga adalah Lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga juga berfungsi sebagai transmater budaya atau mediator sosial anak. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga diartikan dalam berbagai arti ada yang kaitannya dengan hubungan darah dan ada kaitannya dengan hubungan sosial. Baik keluarga yang di dasarkan pada hubungan darah maupun hubungan sosial dapat kita temukan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Keluarga dalam arti luas yaitu keluarga yang berkaitan dengan hubungan yang meliputi semua pihak yang ada hubungan darah. Sedangkan keluarga dalam arti sempit yaitu keluarga yang di dasarkan pada hubungan darah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijuluki dengan istilah keluarga inti. ( Solaeman, 1994 : 6 ) Menurut Zaitunah Subhan (2004 : 3) Kata sakinah (Arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa. Dalam surat al-Baqarah : 248 Allah SWT. Berfirman : Dan nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Terdapat pernyataan fihi sakinatun min rabbikum (sakinah dari Tuhanmu terdapat pada tabut atau kota suci). Ungkapan ini di sebabkan oleh penghormatan bani Israil pada tabut sebagai kotak penyimpanan kitab Taurat. Di sebutkan bahwa nabi Musa a.s, bila berperang selalu membawa tabut tersebut sehingga pengikutnya merasa tenang dan tidak lari dari medan perang. Sakinah pada surat at-Taubah : 26 Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (Depag, 1999: 281) Berkaitan dengan perang Hunain di masa Rasulallah SAW. Dalam peristiwa itu pasukan Islam bercerai berai karena serbuan dahsyat dari pihak musuh sementara jumlah mereka lebih sedikit. Pada saat itulah Allah menurunkan sakinah kepada Rasulallah SAW. Beserta orangorang beriman dengan menurunkan tentara malaikat yang tidak terlihat untuk mengalahkan musuh (kafir). (Zaitunah Subhan 2004 : 6)

Dari sejumlah ungkapan yang diabadikan dalam Al-Quran tentang sakinah, maka muncul beberapa pengertian, sebagai berikut : 1) Menurut Rasyid Ridla, sakinah adalah sikap jiwa yang timbul dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari goncangan batin dan kekalutan. 2) Al-Isfahan (ahli fiqh tafsir) mengartikan sakinah dengan tidak adanya gentar dalam menghadapi sesuatu. 3) Menurut al-Jurjani (ahli bahasa), sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang tidak diduga dibarengi satu nur (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan ketentraman pada yang menyaksikannya, dan merupakan keyakinan berdasarkan penglihatan (ain al-yaqin) (Ensiklopedi Islam, 1993, IV:2002) 4) Ada pula yang menyamakan sakinah itu dengan kata rahmah dan thumaninah, artinya tenang, tidak gundah dalam melaksanakan ibadah. Menurut Zaitunah Subhan (2004 : 6) Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi; kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga yang tenang, tenteram bahagia dan sejahtera. Dengan demikian dari teori dan ayat di atas, bahwa keluarga sakinah dapat berarti keluarga yang tangguh dan di dalamnya setiap anggota menemukan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Keluarga sakinah tidak lain adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta kasih mawaddah wa rahmah. B. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

Menurut Zaitunah Subhan, 2004 : 7 Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri atau tandatanda terbentuknya karakteristik keluarga sakinah, di antaranya adalah: 1. Terwujudnya kesadaran akan kewajiban sebagai suami-istri Kewajiban-kewajiban suami-istri antara lain adalah: a. Menghormati orang tua serta keluarga kedua belah pihak. b. Saling menghormati dan mengembangkan sikap sopan santun. c. Saling pengertian serta bergaul secara baik. d. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang, saling beradaptasi (menyesuaikan diri), bersikap setia sekata. e. Senantiasa melaksanakan musyawarah untuk kepentingan bersama. f. Saling memelihara kepercayaan dan menyembunyikan rahasia kedua belah pihak. g. Bertindak secara matang serta penuh pemikiran dan tidak terbawa emosi dalam menghadapi serta memecahkan masalah. h. Sabar serta ridha terhadap kekurangan dan kelemahan kedua belah pihak. 2. Terwujudnya hubungan suami-istri secara harmonis Agar hubungan antara suami istri dapat berjalan secara harmonis diperlukan usaha-usaha antara lain seperti: a. Saling pengertian b. Saling memaafkan c. Saling berpartisipasi untuk kemajuan bersama d. Saling mencintai e. Saling menyesuaikan diri f. Saling menerima kenyataan g. Selalu bermusyawarah 3. Terwujudnya hubungan yang baik antara anggota keluarga serta lingkungan Secara makro, keluarga itu tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi juga

menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih besar, yaitu hubungan antara keluarga maupun hubungan dengan masyarakat sekitar. Adapun tentang hubungan antar anggota keluarga, hubungan tersebut haruslah terjalin secara baik, yaitu hubungan baik terhadap famili kedua belah pihak, memelihara hubungan baik, terhadap famili ini sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Allah di dalam firman-Nya surat An Nisaa ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. Maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah. Sedangkan hubungan dengan lingkungan masyarakat, merupakan keharusan dan haruslah secara baik pula. Perlu diketahui bahwa masyarakat, khususnya tetangga, adalah orang-orang yang terdekat dan umumnya para tetangga itu adalah orang-orang yang pertama kali mengetahui serta dimintai pertolongan. Oleh karena itu dianggap aneh apabila hubungan dengan tetangga ini tidak mendapatkan perhatian serius. (Zaitunah Subhan, 2004 : 7) 4. Terciptanya nilai-nilai agama dalam keluarga. Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang benar-benar memperhatikan nilai-nilai ke-Islaman di dalam keluarga. Salah satu yang termasuk di dalam lingkup tersebut adalah mengenai makanan, minuman serta kebutuhan lain yang diperoleh secara halal. Di samping itu dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, dalam hal makanan juga harus diperhatikan gizinya. Makanan yang bergizi dapat menyehatkan seluruh anggota keluarga. Islam telah mengajarkan kepada umatnya agar masing-masing keluarga mewariskan keturunan yang baik serta sehat. Selayaknya juga seorang ayah membiasakan anaknya untuk tidak berlebihan dalam hal ini, di samping juga mengajarkan kepada mereka untuk tidak terlalu sedikit makan. Hal ini karena kebanyakan makan akan menyebabkan dispepsi (kerusakan alat pencernaan).Sedangkan terlalu sedikit makan menyebabkan hal yang lebih berbahaya daripada dispepsi. Terciptanya keakraban orang tua dengan anak Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan Al-Quran sebagai dasarnya dan hadits sebagai penjelasannya, telah memberi pedoman jelas kepada orang tua sepanjang zaman tentang langkah dan cara yang praktis dan mudah untuk membina keakraban orang tua dan anak. Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan keakraban antara orang tua dan anak.

5.

Ciri-ciri keluarga sakinah menurut Abdul Hakam Ash-Shaidi, 2001 : 122 yakni terjalinnya cinta kasih dan tergapainya ketentraman hati, dalam surat Ar-Ruum Ayat 21 Allah berfirman :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 1) Keluarga yang dibina di atas prinsip-prinsip Islam; rabbani, menghormati hak dan kebebasan individu yang dikawal oleh ajaran Islam, mengamalkan persamaan status manusia kecuali yang telah ditentukan berbeda oleh Islam, melaksanakan keadilan, musyawarah dan mendukung perdamaian sejagat. Dapat menyempurnakan rukun-rukun keluarga; sakinah, muwaddah dan rahmah. Rumahtangga mestilah mampu menjadi tempat tinggal yang menenangkan, tempat membina rasa cinta dan kasih sayang sesama keluarga dan menjadi sumber memupuk rasa belas kasihan dan tanggung jawab. Dapat memainkan peranan sebagai institusi mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi generasi yang muttaqin, amilin, solihin, muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba Allah

2)

3)

Dengan demikian Dari teori dan ayat di atas, bahwa ciri-ciri keluarga sakinah adalah Keluarga yang dibina di atas prinsip-prinsip Islam. Dapat menyempurnakan rukun-rukun keluarga. Dapat memainkan peranan sebagai institusi mendidik anak-anak.

C.

Pendidikan Islam dalam Keluarga

Agar dapat pengertian yang lebih jelas tentang pengertian pendidikan, maka akan di kutif beberapa definisi yang di kemukakan oleh para ahli, sebagai berikut : Pendidikan adalah Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani atau rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Ahmad D Marimba, 1989 : 19). Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup long life education ( Zuhairini, 2004 : 149). Pendidikan adalah proses dalam potensi-potensi ini (kemampuan /kapasitas) manusia yang mudah di pengaruhi oleh kebiasaan- kebiasaan yang baik, oleh alat atau media yang di susun sedemikian rupa dan di kelola oleh manusia untuk menolong orang lain untuk dirinya sendiri mencapai tujuan yang di tetapkan. Bagi umat Islam agama adalah merupakan dasar utama dalam mendidik anak-anaknya melalui sarana-sarana pendidikan. Karena dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama akan sangat membantu terbentuknya sikap dan kepribadian anak kelak pada masa dewasa. Dengan demikian bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang di arahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau upaya dengan ajaran Islam, memikirkan, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta mampu bertanggung jawab dengan ajaran-ajaran islam pula. Dari kedua definisi tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan itu sangat penting sekali bagi kehidupan, karena manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan harus dididik. Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut pedoman latihan peningkatan wawasan kependidikan guru agama SLTP dan SLTA dinyatakan sebagai berikut : Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan cara melalui ajaran-ajaran Agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran Agama

Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat (1993:4). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan ajaran-ajaran Agama Islam melalui proses penyentuhan batin, berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai yang perlu dihayati, diketahui, digali, dipahami, diyakini kemudian diamalkan anak didik sehingga menjadi milik dan jiwa kepribadian hidup seharihari. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Orang tua harus menempati posisi dalam keadaan bagaimanapun juga karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkannya dan mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama, terutama bagi anak.pendidikan di keluarga bertujuan membentuk fondasi kepribadian Islam pada anak, yang akan dikembangkan setelah anak masuk sekolah. Pendidikan yang pertama dan utama yang di tanamkan kepada anak adalah pendidikan agama dan berakhlak mulia, hal ini dapat di terapkan kepada anak melaui teladan perbuatan keluarganya, sehingga agama betul betul di jadikan sebagai bagian dari kehidupannya yang merupakan kendali hidup di kemudian hari. Pembinaan agama seseorang harus di muali dari sejak kecil, karena semua pengalaman yang di lalui sejak kecil baik di lakukan secara sadar itu ikut menjadi unsure-unsur yang bergabung dalam kepribadian seseorang. Darajat Zakiah, berpendapat sebagai berikut : Di unsure-unsur terpenting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang di kemudian hari adalah nilai-nilai yang di ambil dari lingkungan, terutama keluarganya sendiri, nilai-nilai yang di maksud adalah niali-nialai agama. (Zakiah Darajat, 1980 : 90 ). Untuk prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan dalam Al-Quaan surat Lukman ayat 3 : 1. Pendidikan keimanan kepada Allah SWT. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Pendidikan yang pertama dan utama untuk di laksanakan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang harapkan dapat di landasi sikap, tingkah laku, dan kepribadian anak didik. 2. Pendidikan akhlakul karimah Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka di perlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya. Akhlak termasuk di antara makna yang terpenting dalam hidup ini. Tingkatannya berada setelah keimanan atau kepercayaan kepada Allah, malaikatnya, rasul-rasulnya hari kiamat yang terkadang hasyar, hisab. Apabila beriman dan beribadah kepada-Nya pertama-tama berkaitan rapat dengan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, maka akhlak pertama sekali berkaitan dengan hubungan muamalah manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun secara kolektif. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi melebihi itu. Juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini,

malah melampauiitu yang mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya. (Oman Muhammad, 1979 : 312) Mengenai hal tersebut di atas Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Luqman ayat 14 : Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 3. Pendidikan ibadah Menurut Hamidullah (1974 : 109) Ibadah secara awam di artikan sesembahan, pengabdian sebenarnya adalah yang paling luas dan mencakup tidak hanya peenyembah tetapi juga berhubungan dengan prilaku manusia meliputi kehidupan yang paling beradab, dari segi pandangan spiritual, adalah mereka yang mematuhi dengan sangat rapat kemauan Tuhan, di dalam semua perbuatan-perbuatan mereka. Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual. Upaya untuk ini Islam memberikan aturanaturan peribadatan sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluk terhadap khaliqnya. Praktekpraktek keagamaan atau peribadatan menjadi suatu manifestasi yang lebih baik dari kesatuan badan dan jiwa ini dari pada kenyataan bahwa penyembahan suatu Tuhan dan penunaian kewajiban terhadap masyarakat di perintahkan di dalam satu napas yang sama. Kewajibankewajiban spiritual bukan tidak mempunyai kepentingan-kepentingan nilai-nilai spiritual, semuanya tergantung juga kepada tujuan-tujuan dan motif-motif yang mengatur perbuatanperbuatan Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Luqman ayat 17 : Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Nilai nilai utama untuk di berikan pada anak ialah nilai agama, adapun pengalamannya dapat dilakukan dengan cara melalui sikap orang tua (teladan yang baik), lemah lembut, tenang, sabar, dan penuh dengan kasih saying. Agar kepribadian anak tidak mudah tergoyahkan baik mental, maupun sosial. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama yang memiliki tanggung jawab, perlu mendalami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, karena di dalam mendidik yang perlu ditanamkan kepada anak yakni keyakinan akan agama yang baik dan benar adalah Islam. Karenanya untuk keyakinan kebenaran ajaran Islam perlu di yakinkan kebenaran Islam yang universal yang di barengi dengan pengalamannya, dimana agama ini disesuaikan dengan fitrah manusia, sehingga kehidupan manusia dapat sempurna jika berpedoman kepada AlQuran dan Hadits yang membawa manusia kea rah jalan yang benar. Pendidikan yang baik akan berlangsung jika sipendidik tidak hanya menyuruh dan melarang untuk berbuat sesuatu, tetapi sipendidik dapat memberi teladan yang baik mengamalkan segala sesuatu dengan rasa tanggung jawab, karena anak didik pada hakekatnya bukanlah benda mati yang dapat di perbuat semuanya, tetapi anak adalah manusia yang mempunyai kemampuan dasar yang perlu di kembangkan dan di bina terutama oleh orang tuanya dan sipendidik mempunyai peranan sangat penting serta tidak dapat berbuat semuanya, karena yang dihadapi itu adalah benda hidup yang di names yang mengalami perkembangan.

Karena yang paling penting bagi sipendidik memiliki kemampuan untuk menanamkan nilainilai kemanusiaan yang sesuai dengan apa yang telah di gariskan di dalam ajaran Islam. Di dalam klingkungan keluarga orang tua kedudukannya sebagai guru dan anak sebagai peserta didik. Dalam ruang lingkup ini orang tua di tuntut adanya tanggung jawab terhadap keluarga untuk mengembangkan potensi karena kedudukan orang tua sebagai pemimpin dirinya, anaknya, keluarga, lengkungan dan negaranya. Setiap orang bertugas untuk memimpin yang lainya, akan tetapi yang paling utama adalah pemimpin dirinya, keluarganya supaya dapat di jadikan cermin untuk keluarga yang lainya. Suatau keluarga akan menjadi baik jika di dalamnya terjalin hubungan yang erat dan harmonis antara orang tua dan anaknya hal ini harus merupakan hubungan timbal balik atau hubungan saling berpengaruh satu dengan yang lainya. Karena setiap orang tua mempunyai rencana dan cita-cita yang di kehendaki agar anaknya kelak menjadi anak yang soleh yang di ridhoi Allah SWT. Begitu pula si anak mempunyai harapan yang khusus sari orangtuanya terutama perhatian, bimbingan, dan kasih saying yang utuh dalam segala hal, orang yang jadi sasaran utama dari rasa keterkaitannya adalah orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban penuh, membimbing dan melindungi keluarga dari semua bahaya akan menimpanya baik itu bahaya dunia, maupun bahaya akhirat yang kesemuanya memerlukan tanggung jawab dari orang tua sebagai pendidik pertama, oleh karenanya kepala keluarga mempunyai tanggung jawabyang berat dalam menjalani samudra hidup dan kehidupan sehari-hari, di tuntut untuk mampu menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan keluarga yang praktek tata kehidupannya mencerminkan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan agama keluarga di perlukan sekali sebagai pendidikan awal bagi anak anaknya sebagaimana yang di kutif oleh Marimba Ahmad (1989 : 40 ) sebagai berikut : Islam sebagai agama yang lengkap yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Yang merupakan Rasul terakhir, mengatur hidup dan kesejahterahan di dunia maupun akhirat, dan rumah tangga adalah pemegang peran terpenting dalam kehidupan masyarakat (Ahmad Marimba, 1989 : 40) Tugas orang tua dalam mendidik anak bukanlah hal yang mudah, akan tetapi harus melalui usaha-usaha yang maksimal dan bertahap sesuai dengan perkembangan pribadi anak karena proses mendidik itu bukan hanya sekedar bimbingan dengan sadar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, begitu pula pendapat Marimba Ahmad sebagai berikut : Para pendidik dapat memilih kemana arah tujuan pendidikan, dasar-dasar apa yang di pakainya, alat alat apa yang di pakainya serta bagaimana memakai alat itu, di samping itu merekapun merupakan contoh yang hidup siterdidik dan tempat siterdidik beridentifikasi ( menyamakan diri ). (Ahmad Marimba, 1989 : 40). Dari uraian di atas jelas bahwa orang tua memegang peran penting dalam keluarga, yang menjadi Pembina dan pemberi motifasi untuk keluarga. D. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anaknya

Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anaknya. Menurut Natsir Ali (1989 : 77-78) mengatakan bahwa : ayah adalah sebagai kepala keluarga dimana mempertanggung jawabkan segala sesuatu mengenai rumah tangga. Adapun peran seorang ibu dalam arti menghayati tugasnya sebagai ibu yang berkoordinasi dengan ayah. (M. Natsir Ali, 1989:77-78). Untuk itulah orang tua sangat berperan dalam usaha membentuk pribadi anak yang mempunyai mental sehat, perkembangan psikologinya maupun intlektualnya secara normal.

Pentingkah keselarasan dan kerja sama dalam mendidik anak ayah dan ibu. Dalam hal ini penyusun membagi dua bagian : a. Peranan Ayah dalam Keluarga Seorang ayah dalam keluarga memiliki fungsi dan kewajiban sebagai berikut :

1. Sebagai kepala keluarga, ayah mempunyai kewajiban memberi nafkah kepada keluarga (istri dan anaknya) Allah dalam firman dalam surat An-Nisa ayat 34: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. 2. 3. 4. Ayah sebagai pelindung keluarga seperti disebutkan diatas, bahwa ayah sebagai pemimpin dengan demikian juga merupakan pelindung dari istri dan anak-anaknya dalam hubungannya dengan masyarakat. Bertanggung jawab atas urusan keluarga dan kebutuhan keluaraga. Sebagai pendidik keluarga, yaitu : a. Pendidik istri, agar dapat menjadi istri yang sholeh , yang dapat berbakti pada suami dan menjaga keutuhan keluarga. b. Pendidik anak, yaitu membantu istri dalam mendidik anak, sebagaimana salah seorang ahli mengatakan dalam syairnya : Dan tumbuhlah pemuda-pemuda kita menurut apa yang telah dibiasakan oleh ayahnya atas diri mereka.

Dan Allah berfirman dalam surat Asy Syuara 214 : Sungguh mereka telah mendustakan (Al Quran), Maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. Kata peringatan diatas maksudnya adalah : memberi nasihat agar bersikap sesuai ketentuan agama. Sedangkan maksud dari kata family adalah keluarga terdekat. Dalam hal ini keluarga yang mempunyai ikatan darah yang erat, yaitu mulai dari orang tua kepada anaknya. Dengan demikian walaupun kesibukan tak henti-hentinya dihadapi oleh seorang ayah, diharapkan dapat meluangkan waktu demi pendidikan anak-anaknya. b. 1. Peranan ibu dalam keluarga Seorang ibu mempunyai fungsi dan kewajiban dalam keluarga, yaitu: Sebagai pendamping suami yang sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa: 34 : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. Maksud ayat di atas adalah bahwa seorang istri harus menjaga dirinya dan keluarga dari aib/rahasia kehidupan rumah tangga dan menjaga rahasia harta suaminya ketika tidak ada dirumah, diwajibkan untuk meminta izin ketika akan meninggalkan rumah, melayani suami dari jasmani maupun rohani, mentaati segala perintah suami selagi tidak menyimpang dari syariat islam. 2. Sebagai pendidik keluarga bersama-sama suami (ayah dari anak-anak) memberi pendidikan yang baik kepda anak-anaknya agar menjadi anak sholeh. Walaupun dalam mendidik anak dibantu oleh suami, pada dasarnya adalah ibulah yang lebih banyak pengaruh pada anaknya . Hal ini disebabkan sering bertemunya antara ibu di rumah, sedangkan ayah lebih jarang bertemu/ berkomunikasi dengan anaknya. Karena adanya berbagai kesibukan pekerjaan diluar rumah.

You might also like