You are on page 1of 20

ALIRAN CIMANDE

Sumber: Apresiasi Generasi Muda terhadap Pencak Silat di Daerah Jawa Barat, Penulis: Siti M, Herliswanny R

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA Menurut informan Pencak Silat aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat

Cimande. Mbah Kahir bertempat tinggal di kampong Cogreg, Bogor, ditepi Cimande. Di Cogreg itulah ia mengajarkan dan memberi latihan Pencak Silat kepada murid-muridnya. Kemudian muridmuridnya menyebar luaskan Pencak Silat tidak hanya di daerah Bogor, tetapi sebagian besar daerah Jawa Barat seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Subang, Priangan (Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon). Sewaktu masih tinggal di Cogreg Bogor Mbah Kahir sering berpergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah dengan jual beli kuda. Perjalanan yang ditempuhnya masih rawan, karena itu dalam perjalanannya Mbah Kahir sering mengalami gangguan baik dari binatang buas maupun dari perampok. Untuk mengatasi itu, Mbah Kahir berusaha menciptakan suatu gerakan yang dapat melindungi dirinya daridari ancaman pihak lawan. Untuk itulah menurut informan, Mbah Kahir beristikharah dan shalat tahajud yang bertujuan untuk meminta inspirasi dari Allah SWT intuk mendalami Silat. Akhirnya Mbah Kahir mempelajari Silat berdasarkan Al Quran Dalam mencari nafkah dengan jual beli kuda Mbah Kahir sering pergi ke Betawi. Di Betawi ia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat orang Sumatera dan Cina yang ahli dalam persilatan.Perkenalannya dengan para pendekar itu menjadikannya tambahan ilmu pengetahuan tentang Pencak Silat. Ilmu yang didapat itu kemudian ia kembangkan sehingga Mbah Kahir menjadi terkenal sebagai Pendekar Pencak Silat yang tiada bandingannya. Kecepatan gerak langkah dan pukulan serta kuda-kuda yang selalu disertai dengan keseimbangan badan merupakan gerakan ampuh dalam serangan dan tangkisan.

Dalam menjalankan usaha dagangnya, Mbah Kahir sampai ke Cianjur. Dalam perjalanannya pernah diganggu perampok-perampok, tetapi berkat ilmu Pencak Silat yang dipunyainya, beliau selalu selamat dan sampai tujuannya ke Cianjur dan kembali ke Cogreg Bogor. Pada tahun 1770, Mbah Kahir menikah dengan orang Cianjur dan kemudian pindah ke Cianjur dan bertempat di Kampung Kamurang, Kecamatan Mande. Disana ia mengajarkan ilmu Pencak Silat Cimandenya. Kepada para pemuda. Pada waktu itu yang menjadi Bupati Cianjur adalah Bupati ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar, yang disebut Dalem Cikundul ( 1776-1813 ) Begitu tekenalnya Mbah Kahir sebagai Pendekar Pencak Silat, maka putera Bupati Wiratanudatar disuruh belajar Pencak Silat padanya. Begitu pula para pegawai Kabupaten dan para petugas keamanan belajar Silat kepadanya. Pada suatu ketika, Mbah Kahir diuji oleh Bupati Cianjur untuk bertanding Silat dengan perantauan Cina dari Macao. Pertandingan Silat ini diadakan di alun-alun Cianjur dengan dihadiri para pembesar, keluarga Bupati dan masyarakat setempat. Dalam pertandingan ini ternyata dimenangkan oleh Mbah Kahir. Semenjak itulah Mbah Kahir jadi bahan cerita dimana-mana. Pada tahun 1815 Mbah Kahir kembali ke Bogor dan meninggal tahun 1825. Mbah Kahir mempunyai 5 orang anak laki-laki, yakni Bp. Endut, Bp. Ocod, Bp. Otang, Bp. Komar, dan Bp. Oyot. Kelima anaknya inilah yang kemudian menyebar luaskan Pencak Silat Cimande dari Bogor melalui Cianjur ke Bandung dan hampir ke seluruh Jawa Barat. Sementara itu daerah Bogor, yang meneruskan Pencak Silat Cimande adalah murid-murid Mbah Kahir bernama Mbah Ace yang meninggal di Tarikolot / Cimande. Hingga sekarang keturunannya menjadi sesepuh Pencak Silat Cimande. Oleh karena itu dalam permulaan abad ke XIX Pencak Silat dan Mbah Kahir di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan. Pakaian Mbah Kahir sehari-hari jadi model pakaian Pencak Silat hingga sekarang, yaitu celana dibawah lutut berkolor (sontog) atau panjang lepas model Cina disebut pangsi baju kampret bertali atau berkancing dan di kiri kanan sebelah bawah terbuka sepanjang selebar tangan. Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cimande diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat dan menyebar ke segala pelosok. Berdasarkan pola Cimande berkembang pula anak-anak aliran seperti Sera dan Ciwaringin. Dalam perkembangannya, ada yang kemudian mengadakan perubahan-perubahan jurus, seperti yang dilakukan oleh Bp. H. Abdul Rosid. Akan tetapi perubahan itu tidak prinsipil hingga gerakan dasar dan aliranpun tidak berubah namanya, tetap Cimande. Banyak murid-murid Mbah Kahir yang meneruskan dan mengajarkan Ilmu Pencak Silat ditempatnya masing-masing. Dewasa ini, Pencak Silat aliran Cimande sudah terkenal dan tersebar diseluruh Nusantara. Di desa Cimande sendiri, Pencak Silat tidak berada dalam satu tatanan organisasi. Maksudnya tidak ada struktur organisasi. Penyebarannya lebih bersifat kekeluargaan. Jelasnya Pencak Silat Cimande menyebar melalui para keturunan dan anak muridnya dengan tahapan yang tidak terorganisir. Dalam rentang waktu yang panjang tersebut. Pencak Silat ini telah melahirkan murid-murid yang banyak. Para murid ini berguru kepada para sesepuh, kemudian mengembangkan kembali ilmu yang dimilikinya. Hasil berguru inilah kemudian baik

sepengetahuan gurunya atau tidak, telah melahirkan berbagai perguruan atau Padepokan Silat masing-masing daerah asalnya. Pencaplokan nama Cimade sebagai symbol perguruan Pencak Silat tidaklah menjadi larangan. Selain itu ada pula yang mendirikan padepokan dengan nama lain tetapi isinya adalah jurusjurus Cimande. Hal ini menunjukkan bahwa Pencak Silat Cimande sedikit banyaknya telah dijadikan dasar bagi berkembangnya suatu aliran Pencak Silat. DESKRIPSI PENCAK SILAT CIMANDE Pencak Silat sebagai salah satu jenis permainan tradisional yang digemari oleh masyarakat Cimande. Permainan ini dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Pencak Silat ini merupakan olah raga atau seni bela diri dan dapat dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan lawan. Artinya, mempertahankan diri dari ancaman dengan taktik seranghindar Pada dasarnya Pencak Silat aliran Cimande ini mempunyai suatu strategi tertentu yang sangat erat hubungannya dengan kekuatan atau tenaga, kecepatan dan keseimbangan. Pencak Silat Cimande cenderung menggunakan tenaga ledak ( Kari, Sunda ) karena dilihat dari caranya menggunakan jarak . Dalam arti merupakan aliran jarak jauh yang pendekar-pendekarnya mengambil jarak selepas kaki dan setuntas tangan dari lawannya. Mereka cenderung memelihara jarak, sebagai titik tolak serangan maupun titik tolak penghindaran. Pencak Silat ini biasanya dipertunjukkan jika ada hajatan, misalnya khitanan atau upacara lainnya dengan iringan tabuh-tabuhan seperti kendang. Dalam pertunjukan, alat yang dipergunakan berupa sebilah pedang, dan jika pedang ini tidak ada maka dapat dilaksanakan tanpa peralatan apapun. Selain itu, dalam pertunjukan diperlukan arena permainan dan dalam memainkan menggunakan teknik tertentu serta menggunakan atribut sebagai cirri khas dari Pencak Silat aliran Cimande.

TEKNIK PERMAINAN
Yang dimaksud dengan teknik permainan adalah bagaimana cara Pencak Cimande dilakukan. Dalam kata lain Pencak Silat Cimande sebagai refleksi menjaga diri dari berbagai serangan musuh, yang diwujudkan Cimande sebenarnya tidak sulit untuk dipelajari. Menurut informan bahwa setiap manusia memiliki naluri dalam menggerakkan anggota tubuh, misalnya ketika akan jatuh sempat memegang dan merubah posisi kakinya atau menangkis dengan reflek apabila ada yang jatuh tepat disisi badannya. Gerakan seperti itu dianggap sebagai gerakan yang menjurus ke Pencak Silat hanya saja belum teratur dan tersistematis. Silat adalah strategi yang digunakan untuk serangan lawan. Begitu pula Silat Cimande mempunyai kiat tertentu berupa strategi dan tekhnik dalam merobohkan atau merobohkan atau mempertahankan diri dari serangan lawan. Secara umum pola dasar Pencak Silat Cimande yang pertama kalinya menggunakan jarak jauh, yaitu para pendekar yang mengambil jarak selepas kaki setuntas tangan. Siasat ini digunakan untuk menghindari serangan lawan. Biasanya dengan menggunakan teknik seperti ini, maka serangan pukul tendang merupakan teknik dominan dalam Pencak Silat Cimande.

Setiap pendekar dalam melakukan serangan harus memperhatikan setiap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda yang diterapkan ini harus dapat dipindahpindahkan dan dapat dubah-ubah dalam frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak jauh dalam bentuk pukulan dan tendangan dengan kecepatan tinggi. Untuk merobohkan lawan, maka diperlukan suatu jurus Silat sehingga si pendekar dapat mengimbangkan serangan lawan. Secara garis besar jurus Pencak Silat Cimande ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu : Jurus Kelid Cimande, Jurus Pepedangan, dan Jurus Tepak Selancar. Adapun jurus kelid Cimande dan jurus pepedangan merupakan beladiri, sedamgkan tepak selancar termasuk seni. 1. Jurus Kelid Cimande Jurus ini merupakan jurus pokok aliran Cimande yang bertujuan untuk menangkis pukulan serangan lawan sambil berusaha merubuhkannya. Kelid artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merubuhkannya. Jurus kelid Cimande ini seluruhnya berjumlah 33 jurus, berturut-turut yaitu : tinjok bareng, tonjok sabeulah, kelid, selup, timpah sabeulah, timpah serong, timpah dua kali, batekan, teke tampa, teke purilit, tewekan, kedutan, guaran, kedut guar, selup tonjok, kelid tilu, kelid lima, selup lima, peuncitan, timpah bohong, serong panggul, serong guwil, serong guar, singgul serong, singgul sabeulah, sabet pedang, beulit kacang, pakala alit, pakala gede. Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada kemampuan tangan sebagai inti kekuatannya, seperti tonjok, bentuk tangan mengepal, teke dilakukan ruas jari tangan, tewekan bentuk tangan menusuk. Jurus kedutan menggunakan telapak tangan. Jurus guaran menggunakan sisi tangan luar maupun dalam, singgulan menggunakan pangkal tangan. Dalam keseluruhan gerakan jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lain yang biasanya kekuatan optimalnya tertumpu pada kaki. Biasanya untuk melatih jurus kelid ini dilakukan dengan cara duduk ditempat. Cara berlatihnya adalah dua orang yang saling berhadapan dengan kaki sebelah dilipat dan sebelah lagi dilonjorkan kedepan. Tujuan latihan dengan sikap duduk dilantai adalah untuk melatih daya imajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dilakukan berdir. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otomatis dapat mengatur kuda-kuda sesuai jurus yang digunakan, dan juga akan lebih mudah dalam mempelajari jurus selanjutnya. 2. Jurus Pepedangan Jurus ini bertumpu pada sikap kaki dan teknik menyerang dengan menggunakan senjata pedang. Dalam latihan jurus pepedangan ini para pendekar membuat pedang dari bambu sebagai pengganti pedang sebenarnya. Jurus pepedangan didominasi sikap kaki yang disejajarkan, seperti serongan merupakan posisi kaki miring dengan membentuk sudt 45 derajat, kenudian tagogan adalah gerakan kaki yang merendah dengan posisi tumit kaki menempel pada pinggul dengan kakinya sedikit berjingka.

Jurus pepedangan ini berjumlah satu jurus, berturut-turut yaitu : ela-ela sabeulah, selup kuriling, jagangan, tagogan, piceunan, balungbang, balumbang, sabeulah, opat likur, buang dua kali, selup kuriling langsung, selup bohong. 3. Jurus Tepak Selancar Jurus tepak selancar ini sebagai tambahan yang biasanya hanya digunakan untuk pertunjukan. Karena sifatnya hanya pertunjukan, maka jurus-jurusnya mengandung aspek seni. Jurus tepak selancar ini harus diiringi dengan seperangkat alat musik tetabuhan yakni terdiri dari 2 buah gendang besardan 2 buah gendang kecil (Kulanter Sunda) yang berfungsi sebagai pengisi gerak dan pengatur tempo lagu. Kenudian sebuah terompet sebagai melodi lagu, dan sebuah gong kecil yang disebut kempul atau bende. Dalam hal pengiringan, gerak-gerak Pencak Silat lebih dititik beratkan pada pukulan gendang. Disamping itu, pukulan gendang mempunyai motif-motif tertentu yang sudah dikenal, yaitu : tepak dua, tepak tilu, golempang, padungdung.

Profil Pencak Silat Cimande

Mythos maempo Cimande Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Kahir hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama. Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi. Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya. Kejadian ini detik demi detik diperhatikan dan diamati oleh Ibu Kahir direnungkan kembali teknik perkelaian itu. Sebagai akibatnya pekerjaannya tertinggal tidak terselesaikan tepat waktu, sehingga Ibu Kahir kembali ke rumah terlambat dan belum memasak makanan siang. Keterlambatan memasak ini membuat Pak Kahir marah terhadap istrinya tak mau mengerti . Istrinya mencoba menjelaskan tetapi suaminya marah dengan menempeleng istrinya, dengan gerakan cepat berkelid , serangan itu dapat dihindari.Kemarahan yang tidak terkontrol itu meluap-luap dilakukan dengan pukulan demi pukulan namun tak berhasil menyentuh istrinya, cukup diatasi dengan gerakan kelid.

Pak Kaher nafasnya terengah-engah, bertanya kepada istrinya: "Di mana kamu belajar maen poho?" (artinya "menipu gerakan" dipersingkat menjadi "maempo"). Istrinya menjelaskan kepada suaminya , dia terlambat kembali dari sungai disebabkan lama sedang asik menikmati perkelaian (maung) macan dan monyet. Sejak itu Kahir bertanya-tanya bagaimana gerakan tadi, istrinya dengan rajin memberikan contoh gerakan kelid. Kahir dengan cermat memulai memikirkan menjadi gerakan perkelaian yang kini dikenal dengan nama "jurus kelid pamonyet", monyet menyerang dengan tangkai kayu menjadi "jurus pepedangan" dan serangan tangan yang kokoh dikenal"jurus pamacan". Karena posisi macan sewaktu menyerang monyet kedua kakinya sedang berada di posisi duduk dan monyet menggunakan posisi kuda-kuda rendah, maka latihan dasar Cimande pertama-tama jurus kelid dimulai dari posisi macan yaitu duduk dan tingkat berikutnya mulai latihan dari posisi berdiri dengan kuda-kuda pamonyet(rendah). Berikutnya teknik mempo' ini terus dikembangkan oleh Kahir dan masyarakat setempat memberikan nama maenpo' Cimande. (Sumber wawancara dengan Bapak Rifai Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta 1993) Hidup guru Kahir (kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:18-19) Kahir tinggal di kampung Cogreg, Bogor menjadi pendekar yang disegani kira-kira pada tahun 1760 pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus mempo' Cimande. Kemudian murid-muridnya menyebarkan luaskan kedaerah lainnya seperti Batavia, Bekasi, Karawang, Cikampek, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon. Sewaktu beliau tinggal di Cogreg Bogor, Kahir sering bepergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda. Pengalamannya sering di begal oleh rampok dan bandit namun keadaan itu dapat diatasi karena kepiawaiannya bermain maempo'. Di Batavia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat Minangkabau dan Cina yang ahli dalam dunia persilatan untuk saling mencoba dengan bertukar pengalaman. Pertemuan dengan ahli silat lain ini memberikan cakrawala untuk membuka wawasan pandangan tentang permainan yang dimilikinya berinteraksi dengan budaya lain. Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar(1776-1813) Beliau menetapkan pindah ke Cianjur dan berdomisili di kampung Kamurang. Raden Adipati Wiratanudatar mengetahui bahwasanya Kahir mahir bermain mempo' untuk itu memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan. Untuk membuktikan ketrampilannya, bupati mengadakan adu tanding melawan pendekar dari Cina dengan permainan kuntao Macao di alun-alun Cianjur. Pertandingan yang dimenangkan oleh Kahir ini membuat namanya semakin populer di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 1815 Kahir kembali ke Bogor, beliau memiliki 5 putra yaitu Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Dari kelima anak inilah Cimande disebarkan keseluruh Tanah Pasundan. Sementara di Bogor yang meneruskan penyebaran Cimande adalah muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir. Pada permulaan abad XIX di Jawa Barat adalah masa-masa kejayaan Cimande sehingga cara berpakaian Kahir dengan menggunakan pakaian celana sontok atau pangsi dengan baju kampret menjadi model pakaian pencak silat hingga kini. Pada tahun 1825 Kaher meninggal dunia sedangkan buah karyanya terus berkembang dan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak

didiknya seperti Sera' dan aliran Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem mempo'Cimande . Dewasa ini Cimande sudah berkembang ke seluruh pelosok dunia, masalahnya Kahir meninggalkan maempo Cimande tidak berupa catatan tertulis , oral tradisi yang tidak sistimatis. Di desa Cimande, maempo' Cimande tidak berada di dalam tatanan yang terpadu seperti organisasi. Maempo Cimande perkembang bermula dari keturunan dan keluarga yang tidak terorganisir dalam waktu yang panjang telah menghasilkan murid-murid yang banyak dan dari senilah berkembang dengan seizin atau tidak menjadi perguruan-perguruan Cimande yang baru yang satu dengan yang lain tidak aling mengenal lagi. Setidak tidaknya Cimande menjadi bagian dasar pendidikan aliran-aliran pencak silat baru yang sudah banyak tersebar diseluruh dunia. Pola dasar Cimande (kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22) Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelaian dengan jarak jauh, yaitu pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk serang balik. Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan dapat dengan mudah dipindah-pindah, dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk pukulan atau tendangan cepat dan tinggi, untuk mengatasinya maka diperlukan jurus agar pesilat dapat mengimbanginya. Secara garis besar Comande dibagi dibagi dalam tatanan yaitu: Kelid Cimande, Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan jurus beladiri, sedangkan Tepak Selancar Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak). 1. Jurus Kelid Cimande Jurus ini adalah jurus inti yang bertujuan menangkis serangan lawan dengan berusaha merobohkannya. Kelid artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merobohkannya. Jurus ini berjumlah 33 jurus yaitu: 1.tonjok bareng, 2.tonjok saubelah, 3.kelid selup, 4.timpah seubelah, 5.timpah serong , 6.timpah duakali, 7.batekan, 8.teke tampa, 9.teke purilit 10.tewekan, 11.kedutan, 12.guaran, 13.kedut guar 14.kelid dibeulah 15.selup dibeulah,

16,kelid tonjok 17.selop tonjok 18.kelid tilu, 19.selup tilu 20.kelid lima 21.selup lima 22 peuncitan, 23.timpah bohong 24.serong panggul, 25.serong guwil, 26.serong guar, 27.singgul serong, 28.singgul sebelah, 29.sabet pedang, 30.beulit kacang, 31.beulit jalak pengkor 32.pakala alit 33.pakala gede Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan, seperti: Tonjok : bentuk tangan mengepal Teke : menggunakan ruas jari tangan Tewekan : bentuk tangan pipih menusuk Kedutan : menggunakan telapak tangan Guaran : menggunakan sisi tangan bagian luar aupun dalam Singgulan : menggunakan pangkal tangan Secara keseluruhan gerakan jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lainnya yang pada biasanya keuatan serangan bertumpu kepada kaki seperti silat Minangkabau. Untuk melatihnya: Biasanya dilakukan dengan duduk ditempat, sepasang duduk saling berhadapan salah satu kaki dilipat dan lainnya dilonjorkan kedepan demikian pula pasangannya dengan posisi sebaliknya. Pasangan itu melakukan serang bela dalam posisi duduk . Tujuan latihan ini untuk melatih daya emajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dilakukan dengan posisi berdiri. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otumatis dapat dengan mudah menggunakan kuda-kuda dan serang bela. 2. Jurus pepedangan Cimande Jurus ini bertumpu kesigapan kaki dan teknik serangan senjata golok. Dalam latihan digunakan senjata dari bambu sebagai pengganti senjata yang sesungguhnya. Jurus pepedangan ini berjumlah 1 rangkaian jurus yaitu elakan sebeulah - selup kuriling jagangan - tagongan - piceunan - balungbang- balumbang - sabeulah - opat likur - buang dua kali - selup kuriling langsung - selop bohong. 3. Jurus Tepak Selancar Jurus ini hanya disajikan sebagai keindahan gerak karena jurus jurusnya memiliki unsur keindahan dan setiap penampilannya harus diiringi musik gendang pencak yang terdiri dari dua gendang besar(indung) dan dua gendang kecil(kulantir) yang berperan sebagai pengiring gerakan dan mengatur tempo lagu. Terompet sebagai melody lagu dan gong kecil (kempul) atau bende

dalam penampilannya gerakan pencak selalu ditikberatkan dengan iringan gendang. Pakem musik yang sudah baku ialah: tepak dua, tepak dungdung , paleredan, golempang dan tepak tilu. Calon murid dan kode etik (kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22) Setiap calon murid Cimande yang akan mengikuti latihan terlebih dahulu harus menyatakan kesediaannya mematuhi tatacara atau etika perguruan yang amat dihormati; Syarat-syaratnya ialah harus melalui rangkaian upacara tradisi seperti puasa selama 7 hari yang dimulai dari hari Senin atau Kamis. Selanjutnya membacakan sumpah atau janji (Patalekan Cimande) 1. Harus taat sdan taqwa kepada Allah dan Rasulnya 2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak 3. Jangan melawan kepada guru dan ratu(pemerintah) 4. Jangan berjudi dan mencuri 5. Jangan ria, takabur dan sombong 6. Jangan berbuat zinah 7. Jangan bohong dan licik 8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat 9. Jangan jahil dan menganiaya sesama mahluk Tuhan 10. Jangan memetik tampa ijin, mengambil tampa minta, 11. Jangan suka iri hati dan dengki 12. Jangan suka tidak membayar hutang 13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai diantara sesama manusia. 14. Berguru Cimande bukan untuk gagah-gahan , kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Patalekan Cimande dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid hingga murid benar-benar memahaminya dan mematuhinya dengan dipegang tangannya oleh guru sebagai tanda kesanggupan . Berikutnya guru membacakan do'a tawasul dan meneteskan air bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh) tradisi ini disebut upacara keceran untuk menajamkan pandangan mata. Pada dasarnya Cimande ini berfungsi sebagai media siar agama Islam oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjahui larangannya merupakan syariat yang harus ditaati warga Cimande. Cimande merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat merugikan semua pihak. Hal ini Cimande bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Talek Cimande adalah roh dari pencaknya, tampa Talek Cimande, pencak Cimande ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang menyesakkan. Semoga informasi ini berfana'at memberi gambaran apa dan bagaimana Cimande. Selamat menjalankan ibadah puasa dan semoga tetap afdol puasanya. Amin Wassalam O'ong Maryono

Sejarah Singkat TTKDH Khasanah persilatan di Indonesia tidak asing lagi dengan istilah kata Tjimande, yaitu sebuah aliran pencak silat yang tergolong besar, terkenal dan memiliki pengaruh pada aliran persilatan lainnya. Khususnya di Jawa, Indonesia hingga mancanegara. Bagi khalayak umum di Jabodetabek, Tjimande lebih dikenal sebagai ahli patah tulang yaitu memperbaiki atau mengobati dan menyembuhkan tulang yang patah dengan cara tradisional. Di situlah Tjimande terkenal pada umumnya.
Tjimande sendiri adalah merupakan nama sungai di satu desa yang mengalir dimana di tepi sungai tersebut dulunya Eyang (Mbah) Khair tinggal sehingga aliran pencak silat yang diwariskan oleh mbah Khair dinamakan aliran Tjimande. Di tepi sungai ini pula selain mbah Khair tinggal menetap, dengan murid-muridnya berlatih maenpo (pencak silat Sunda). Belakangan waktu makna baru diberikan pada nama Tjimande baik dalam konteks bernuansa religi maupun budaya Sunda. Tjimande diyakini diciptakan oleh Eyang (Mbah) Khair. Mbah Khair mempunyai murid Eyang Rangga, sementara yang meneruskan dan melestarikan amanat leluhur ini adalah keturunan Eyang Rangga. Bahwa Tjimande memiliki 5 aspek dan bukan sekadar 4 aspek dalam maenpo (pencak silat Sunda) yaitu aspek Olahraga, Seni Budaya (tradisi), Bela Diri, Spiritual dan Pengobatan. Aspek terakhir yaitu pengobatan pijat/urut gaya Tjimande dan pengobatan/penyembuhan patah tulang. Desa Tarikolot dianggap sebagai sumber dan asal-usul Tjimande. Di desa ini yang kebanyakan adalah keturunan Eyang Rangga dan memiliki banyak murid berbakat. Hingga saat ini ilmu warisan karuhun tersebut masih dilestarikan dan terus dikembangkan khususnya di kampung Tarikolot, desa asal usul Tjimande. Pencak silat sebenarnya adalah bagian dari keseharian pada kehidupan manusia. Misalnya jika ada yang mau memukul maka secara refleks tangan kita menangkis, dan jika kita mau jatuh, maka tubuh dan kaki kita langsung menyesuaikan keseimbangan. Hanya sajalah oleh mbah Khair, hal tersebut diramu dan dirumuskan dalam bentuk pelajaran yang sistematik dan gampang untuk dipelajari sehingga jadilah maenpo Tjimande.

Kehidupan Eyang (Mbah) Khair. Mbah Khair tinggal di kampung Cogrek Bogor, yang merupakan pendekar yang disegani pada tahun 1760 M. Pada tahun tersebut pertama kali Eyang (mbah) Khair memperkenalkan pada murid-muridnya jurus maenpo Tjimande. Kemudian, murid-muridnya menyebarkan dan meluaskan ke daerah lainnya seperti Batavia, Bekasi, Karawang, Cikampek, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan dan Cirebon. Mbah Khair sering bepergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda.

Pada perjalanan usahanya dia sering mengalami pembegalan oleh perampok dan bandit. Namun keadaan itu semua dapat diatasi karena kebisaan maenpo-nya. Di Batavia dia berkesempatan berkenalan dengan pendekar silat dari Minangkabau dan China yang sangat ahli dalam dunia persilatan. Untuk saling mencoba dengan bertukar pikiran dan pengalaman, pertemuan dengan para pesilat lain ini memberikan cakrawala yang menambahkan wawasan pandangan tentang permainan yang dimilikinya dan berinteraksi dengan budaya lain. Pada saat berdagang di daerah Cianjur, Mbah Khair bertemu dengan bupati Cianjur VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar (1776-1813). Mbah Khair pun memutuskan untuk menetap di Cianjur dan berdomisili di kampung Kamurang. Raden Adipati Wiratanudatar mengetahui bahwasanya Mbak Khair mahir bermaenpo, dan dimintalah Mbah Khair untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan. Untuk membuktikan keterampilannya Bupati mengadakan adu tanding melawan pendekar dari Cina dengan permainan Kuntaw Macao di alun-alun Cianjur. Pertandingan adu keahlian beladiri tersebut dimenangkan oleh Mbah Khair. Inilah yang membuat namanya semakin populer di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 1815 Mbah Khair kembali ke Bogor, beliau memiliki 5 putera yaitu Endut, Ocod, Otong, Komar dan Oyot. Dari kelima putranya inilah Silat Tjimande disebarkan ke seluruh tanah Pasundan. Sementara di Bogor yang meneruskan penyebaran Silat Tjimande adalah muridnya yang bernama Ace, yang kemudian meninggal di desa Tarikolot dan hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencak silat Tjimande Tarikolot Kebon Djeruk Hilir. Pada permulaan abad ke-19 di Jawa Barat adalah merupakan masa-masa kejayaan silat Tjimande, hingga cara berpakaian Mbah Khair dengan menggunakan celana sontok atau pangsi dengan baju kampret menjadi pakaian pencak silat hingga kini. Pada tahun 1825 Mbah Khair meninggal dunia, sedangkan buah karyanya terus berkembang dan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera dan Aliran Ciwaringin yang dalam perkembangan mengadakan perubahan jurus seperti yang dilakukan oleh H. Abdur Rosid. Akan tetapi perubahan itu tidak jauh berbeda dari pakem maenpo Tjimande. Dewasa ini Silat Tjimande sudah berkembang ke seluruh pelosok dunia, namun Mbah Khair mewariskan maenpo Tjimande tidak dalam bentuk catatan tertulis. Tradisi disampaikan secara lisan tidak sistematik di desa Tjimande. Sehingga maenpo Tjimande tidak berada dalam tatanan yang terpadu seperti organisasi. Maenpo Tjimande berkembang mula dari keturunan dan keluarga yang tidak terorganisir rapih, namun begitu dalam kurun waktu yang panjang telah menghasilkan murid-murid yang banyak dan dari sinilah berkembang pesat menjadi perguruan silat Tjimande baru baik dengan izin maupun tidak, sehingga satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal lagi. Setidak-tidaknya silat Tjimande menjadi bagian dasar dari perkembangan pendidikan aliran-aliran pencak silat baru yang sudah banyak tersebar di seluruh dunia.

Silat Tjimande pada mulanya menggunakan teknik perkelahian jarak jauh, yaitu pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki. Jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah menghindari serangan lawan. Jarak ini juga menjadi jarak dominan untuk serangan balik. Setiap pesilat dalam memulai sebuah serangan harus melihat sikap kaki atau kuda-kuda, yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan dan dapat diubah-ubah dengan kecepatan dan frekwensi tinggi. Karena lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk pukulan atau tendangan cepat dan tinggi. Untuk mengatasinya maka diperlukan jurus supaya pesilat dapat mengimbanginya. Secara garis besar Silat Tjimande dibagi-bagi dalam tatanan, yaitu: - Kelid Tjimande - Pepedangan Tjimande - Tepak Selancar Kelid dan pepedangan merupakan jurus beladiri, sedangkan tepak selancar merupakan jurus seni dengan iringan musik gedang pencak. I. JURUS KELID TJIMANDE Jurus ini adalah jurus inti dari silat Tjimande yang bertujuan menangkis serangan lawan sambil berusaha merobohkannya. Jurus ini berjumlah 33 jurus, yaitu: 1. Tonjok Bareng 2. Tonjok Saubelah 3. Kelid Selup 4. Timpah Saubelah 5. Timpah Serong 6. Timpah Dua Kali 7. Batekan 8. Teke Tampa 9. Teke Purilit 10. Tewekan 11. Kedutan 12. Guaran 13. Kedut Guar 14. Kelid Dibeulah 15. Selup Dibeulah 16. Kelid Tonjok 17. Selup Tonjok 18. Kelid Tilu 19. Selup Tilu 20. Kelid Lima 21. Selup Lima 22. Peuncitan 23. Timpah Bohong 24. Serong Panggul 25. Serong Guwil

26. Serong Gual 27. Singgul Serong 28. Singgul Sebeulah 29. Sabet Pedang 30. Beulit Kacang 31. Beulit Jarak Pengkor 32. Pakala Alit 33. Pakala Gede Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan seperti: - Tonjok : Bentuk tangan mengepal - Teke: Menggunakan ruas jari tangan - Telekan: Bentuk tangan pipih menusuk - Kedutan: Menggunakan telapak tangan - Guaran: Menggunakan sisi tangan bagian luar maupun dalam - Singgulan: Menggunakan pangkal tangan Bentuk Latihan: Biasanya dilakukan duduk di tempat. Pasangan duduk saling berhadapan. Salah satu kaki dilipat dan kaki lainnya diselonjorkan ke depan demikian pula pasangannya dengan posisi berlawanan. Pasangan itu melakukan serangan bela dalam posisi duduk. Tujuan Latihan: Gunanya untuk melatih daya imajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dalam posisi berdiri. Dengan dikuasainya gerakan tangan, tentunya secara otomatis dapat dengan mudah menggunakan kuda-kuda dan serang bela. II. JURUS PEPEDANGAN TJIMANDE Jurus ini bertumpu pada kesigapan kaki dan teknik serang senjata golok. Dalam latihan digunakan senjata yang sesungguhnya dan harus tajam. Jurus pepedangan ini berjumlah satu rangkaian jurus, yaitu: - Elakan Sabeulah - Selup Kuriling - Jagangan - Tagongan - Piceunan - Balungbang - Sabeulah - Opat Likur - Buang Dua Kali - Selup Kuriling - Selup Bohong III. JURUS TEPAK SELANCAR

Jurus ini disajikan sebagai keindahan gerak. Karena jurus-jurusnya memiliki unsur keindahan dan setiap penampilannya harus diiringi musik (gendang pencak) terdiri dari: Dua gendang besar (Indung) dan dua gendang kecil (kulantir) yang berperan sebagai pengiring gerakan dan pengatur tempo lagu, terompet sebagai melodi lagu dan gong kecil (kempul/bende). Dalam penampilannya gerakan pencak selalu dititikberatkan dengan iringan gendang. * PAKEM MUSIK BAKU: - Tepak Dua - Tepak Dung-dung - Paleredan - Galempang dan Tepak Tilu * CALON MURID DAN KODE ETIK Setiap calon murid Tjimande yang akan mengikuti latihan terlebih dahulu harus menyatakan kesediaannya mematuhi tata cara atau etika perguruan yang amat dihormati. Syarat-syaratnya ialah harus melalui rangkaian upacara tradisi seperti: Puasa selama 7 hari, yang dimulai dari hari Senin atau Kamis. Selanjutnya membacakan sumpah atau janji (Pertalekan Tjimande) 1. Harus ta'at dan taqwa kepada Allah dan RasulNya 2. Jangan melawan kepada Ibu dan Bapak 3. Jangan melawan kepada Guru dan Ratu (pemerintah) 4. Jangan berjudi dan mencuri 5. Jangan riya, takabur dan sombong 6. Jangan berbuat zinah 7. Jangan bohong dan licik 8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat 9. Jangan jahil dan menganiaya sesama makhluk Tuhan 10. Jangan memetik tanpa izin, mengambil tanpa meminta 11. Jangan suka iri hati dan dengki 12. Jangan suka tidak membayar hutang 13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai di antara sesama manusia 14. Berguru Tjimande bukan untuk gagah-gagahan, kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Pertalekan Tjimande dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid sehingga murid benar-benar memahaminya dan dipegang tangannya oleh guru sebagai tanda kesanggupan. Berikutnya Guru membacakan do'a tawassul dan meneteskan air bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh). Tradisi ini disebut upacara keceran untuk menajamkan pandangan mata. Pada dasarnya Tjimande berfungsi sebagai media syiar agama Islam, oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan RasulNya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya merupakan syarat yang harus ditaati warga/anggota persilatan Tjimande. Tjimande merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat

merugikan semua pihak. Tjimande bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Ta'lek Tjimande adalah ruh dari pencaknya, tanpa Ta'lek Tjimande, pencak Tjimande ibarat mayat yang menyebarkan bau busuk menyengat. Demikian sejarah Tjimande, mudah-mudahan bermanfaat dan memberi gambaran apa dan bagaimana Silat Tjimande. Wassalam ttd H. Sugito Jl. Wijaya Kusuma II/14 No 56 RT 015/07 Kel Malaka Sari, Duren Sawit Jakarta Timur

Silat Cimande (Sejarah) - Bagian 2


Jumat, 09-03-2007 13:41:19 oleh: Kiki Rizki Noviandi

2. Versi Kedua Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuhsesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan "pengotoran" akan kesucian tanah Badui. Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu'un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati... Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih... menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk "menghaluskan" Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan.

Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang... misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan. Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di US oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka. 3. Versi Ketiga Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot - Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande. Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini... apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut... tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini... Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dll. Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok... tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dasyat dan juga mengangkat namanya. Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (17761813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" (pamuk=guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat. Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur

mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot - Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan muridmuridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat. http://www.kupload.com/out.php/i5010_AbahKhaer.JPG Dan ini adalah gambaran dari salah seorang anak Rd. Aria Wiratanudatar VI, yaitu Aom Abas, yang setelah menjadi Bupati di Limbangan Garut juga bergelar Rd. Aria Wiratanudatar. http://www.kupload.com/out.php/i5009_4.jpg Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa beliau: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau "ibing" di atas panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" - istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira). Cat: lain kali saya posting soal apa itu pangsi dan kampret seperti yang dipakai Abah Khaer yang diduga mempengaruhi cara berpakain pesilat-pesilat sekarang terutama dari Sunda.

Jurus dan Gerakan Cimande ARTI JURUS DAN GERAKAN :JURUS : Perbuatan tangan atau kerja tangan seperti :1. Memukul2. Mematahkan3. Memegang, mengunci, mengkis, anggota tubuh4. Mencakar, mencubit, menjambret dan menonjok5. Mencolek, menjitak, menyikut, menamparGERAKAN / LANGKAH : Perbuatan Kaki atau Kerja Kaki (Kuda Enam) ada Lima gerakan ditambah 1 gerakan Opat Likur :1. Kuda Sejajar2. Kuda Kaki Kanan/kiri3. Kuda Balik4. Kuda Menyerang5. Kuda Hindaran6. Kuda Opat Likur KAIDAH GERAKAN DAN JURUS SENI :1. Perpaduan gerak dan kaidah seni2. Penjiwaan3. Penghayatan4. Perwatakan5. Pengisian jurus/gerakanPAKAIAN KODE ETIK DAN PREDIKAT :PAKAIAN : Berwarna hitam yang mengandung arti PENDEKAR berlambang Bumi yang selalu mempunyai sifat rendah hati dan mempunyai perasaan bahwa dirinya kotor dan banyak dosa sehingga dalam kehidupannya sehari-hari senantiasa menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya Perwujudan dari : Budi - Bakti SaktiIKAT PINGGANG : Melambangkan ikatan yang kuat bahwa seorang pesilat harus selalu siap siaga dalam menegakkan keadilan dan membela kebenaran agar terwujudnya persatuan dan kesatuan yang

berBhineka Tunggal IkaPREDIKAT : KLASIFIKASI TINGKAT KBPC1. Sabuk Putih (Dasar / Seni Budaya)Batas penguasaan 1 s.d 5 jurus2. Sabuk Kuning (Wira Putra)Batas penguasaan 1 s.d 10 jurus3. Sabuk Hijau (Wira Muda)Batas penguasaan 1 s.d 16 jurus4. Sabuk Biru (Wira Utama/Asisten Dua(ASDA))Batas penguasaan 1 s.d 21 jurus5. Sabuk Coklat ( Satria Muda / Asisten Satu (ASTU))Batas penguasaan 1 s.d 26 jurus6. Sabuk Hitam (Satria Utama/Pelatih Utama (PELATU))Batas penguasaan 1 s.d 33 jurus, termasuk puepuedangan7. Sabuk Merah (Pendekar Muda (PERMUDA)8. Sabuk Merah Besar (Utama (GURU BESAR) Diposkan oleh padjadjaran cimande kota depok di 00:04 0 komentar

Sabtu, 17 November 2007


Lambang Perguruan

PADJADJARAN CIMANDE:PADJADJARAN : Nama Kerajaan Prabu Siliwangi di Kota Bogor yang ditaklukkan oleh Kerajaan Islam Banten pada tahun 1579CIMANDE : Nama daerah 20 Km dari Kota Bogor, Tari Kolot Cimande, terletak di Desa Lembah Duhur, Kecamatan Caringin Kabupaten BogorCIMANDE : Nama kali yang selalu dipergunakan untuk mandi dan wudhu oleh para santri-santri diwaktu siang dan malam sehingga disebut CIMANDE asal kata dari : CAI IMAN ANU HADE. Di sanalah daerah pesantren banyak para kiayi dan ulama-ulama mengajarkan Ilmu Beladiri Pencak SIlat kepada santri-santrinya.KELUARGA BESAR PADJADJARAN CIMANDE berdiri tanggal 23 Februari 1962 di Bogor, sehingga Bogor merupakan Pusat dari Keluarga Besar Padjadjran Cimande.PENCAK SILAT : Asal kata dari PANCA : Lima Indra dan SILAT : Silaturahmi.Istilah populernya mengambil lima indra sebagai alat untuk membela diri dan mengambil hikmahnya menjadi panca kaki, silaturahmi yaitu suatu pekerjaan yang suci.LIMA INDRA : Mata - Mulut Telinga - Hidung - Lidah - serta tangan dan kai anggota tubuh yang dibutuhkan dan digunakan dalam ilmu Pencak Silat Cimande.PENCAK SILAT ALIRAN/TRADISIONAL : Dianggap penting dan tangguh oleh para inohong dan pendekar, apabila dapat melatih dan memelihara kelima indra tersebut di atas.

Pencak Silat Cimande di samping memberikan pelajaran lebih yakin kepada kekuatan Tuhan serta percaya pada diri sendiri.PENCAK SILAT CIMANDE : Diciptakan oleh para Alim Ulama yang memiliki Ilmu Lahir Bathin, lahir dari hasil Istiqoproh dan Istiqomah.Diciptakan pada tahun 1835 oleh :1. Embah Khair2. Ayah Ursi3. Eyang Atje4. Ayah Otjod (Embah Haji Abdullah Somad) meninggal setelah menjadi Haji, makamnya terletak di Tarikolot Cimande Kabupaten Bogor.PERKEMBANGAN : Dekembangkan kepelosok tanah Jawa oleh Embah Khair pada tahun 1835 dan makamnya terletak di TAnah Sareal Bogor, murid utama mbah khair ialah Embah Dato, istilah dato ialah ajudan terkemuka Embah Khair, yang makamnya di Bantar Jati Kaum.ALIRAN CIMANDE : Disamping memberikan pelajaran-pelajaran beladiri juga memberikan pelajaran ilmu tubuh manusia (Panca Indera), atau Anatomi, juga memberikan pelajaran ilmu obat-obatan tradisional sampai turun menurun ke anak cucu, cicit dan anak didiknya.KESIMPULAN ATAU KETERANGAN PENCAK SILAT CIMANDE : Greakan tubuh atau gerakan lima Indera sebagai alat untuk mempertahankan diri atau membela diri dengan menggunakan jurus lima indera/jasmani ilmu raga yang bertujuan untuk mecari keselamatan dunia dan akhirat, dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan yang sesuai dengan motto Cimande BUDI - BHAKTI - SAKTI, dan arti Pencak Silat itu sendiri yaitu : PENCAK : PANCA KAKI, dan SILAT : SILATURAHMICARA MEMPELAJARI ILMU BELADIRI CIMANDE :1. Dengan kemauan yang keras tanpa paksaan2. Dengan kesadaran tinggi tanpa disuruh3. Dengan ketekunan, kesabaran dan sanggup ditabliq (disumpah) menurut agama yang dianut4. Dikecer yang terkenal dengan PEUREH CIMANDE5. Dilatih Kekebalan6. Bersedia membeli ilmu-ilmu yang telah diajarkan dengan cara berpuasa.SETELAH MEMPELAJARAI ILMU BELADIRI CIMANDE :1. Untuk disimpan, dipelihara dan diamalkan/diajarkan.2. Bertujuan membela Agama, Bangsa, dan Negara.3. Dilarang untuk berbuat jahat, sombong, congkak dan jadi tukang pukul4. Menyelamatkan diri di Dunia dan Akherat5. Memelihara rasa Kesetiakawanan dan Toleransi Kesatuan dan Persatuan sesuai dengan sumpah Perguruan yang telah diajarkan.TUJUAN UTAMA : Mencari keselamatan dunia akhirat, safaat dan barokah, kebahagioaan lahir dan batin.TUJUAN II : Bersilaturahmi mengembangkan ajaran agama.TUJUAN III : Mendidik para pemuda-pemudi menjadi kuat, sehat jasmani dan rohani.TUJUAN IV : Menerapkan ajaran perguruan intisari dari Guru Ratu Waga (Wong) Tuo Karo. Digugu Ditiru Sing Tuladan (Bi'at).TUJUAN V : Menanamkan tata tertib, disiplin, kekeluargaan sebelum latihan berbaris memberikan penghormatan baik kepada guru, pelatih, pengurus dan para tamu,pembacaan Sumpah Perguruan dilanjutkan dengan berdo'a bersama saling asah, saling asuh dan saling asih (gotong royong)TUJUAN VI : Menerapkan jurus-jurus, tidak lepas dari kaidah ajaran CIMANDE yang mempunyai arti tersendiri sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan sejarah para nenek moyang penyebar agamaTUJUAN VII : Menerapkan percaya pada diri sendiri, berani karena benar takut karena salah, tidak pengecur, tidak sombong dan lain-lain yang akan membawa kehancuran lahir batin, Dunia dan Akhirat.TUJUAN VIII : Menanamkan Kepercayaan : Para Guru, Masyarakat, Agama dan Pemerintah, Anggota dan Orang Tua, Perwujudan dari Budi - Bakti - Sakti.

You might also like