You are on page 1of 20

INSTABILITAS DAN JATUH

INSTABILITAS DAN JATUH

PENGERTIAN
Adanya instabilitas membuat seseorang berisiko untuk jatuh. Kemampuan untuk mengontrol posisi
tubuh dalam ruang merupakan suatu interaksi kompleks sistem saraf dan muskuloskeletal yang
dikenal sebagai sistem kontrol postural. Jatuh terjadi manakala sistem kontrol postural tubuh gagal
mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang (kaki,
saat berdiri) pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Kondisi ini
seringkali merupakan keluhan utama yang menyebabkan pasien datang berobat (keluhan utama
dari penyakit – penyakit yang juga bisa mencetuskan sindromdeliriut akut).

DIAGNOSA
Subyektif: terdapat keluhan perasaan seperti akan jatuh, disertai atau tanpa dizzi-ness, vertigo, rasa
bergoyang, rasa tidak percaya diri untuk transfer atau mobilisaasi mandiri; atau terdapat riwayat
jatuh
Obyektif: terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik untuk terjadi jatuh. Faktor intrinsik terdiri atas
faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor interinsik lokal:osteoaritis genu/vertebra lumbal, plantar
fascitis, kelemahan otot kuadrisep femoris, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
gagngguan pada alat keseimbangan seperti vertigo yang dapat ditimbulkan oleh gangguan aliran
darah ke otak akibat hiperkoagulasi, hiperagregasi, atau spondiloartosis servikal. Faktor intrinsik
sistemik: penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pnemonia, infark miokard akut, gagal jantung,
infeksi salurankemih, gangguan aliran darah ke otak (hiperkoagulasi, strok, dan transient ischemic
attac?TIA), diabetes militus dan/atau hipertensi (terutama jika tak terkontrol), paresis inferior,
penyakit atau sindrom parkinson, demensia, gangguan saraf lain serta gangguan metabolik seperti
hiponatremia, hipoglikemia atau hiperglikemia, dan hipoksia. Faktor risiko ekstrinsik/lingkiungan
antara lain: alas kaki yang tidak sesuai, kain/pakaian bagian bawah, atau tidak rata, furnitur yang
terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu
rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantuuntuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan
dilantai,karpet yang terlipat, dan benda – benda di lanatai yang membuat seseorang terantuk.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan seperti the timed up-and-go test (TUG), uji menggapai fungsional (functional
reach test), dan uji keseimbangan Berg (the Berg balance sub-scale of the mobility index) dapat
untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis bermakna yang
menyebabkan seseorang beresiko untuk jatuh atau timbul disabilitas dalam mobilitas.

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu mengidentifikasi faktor risiko, menemukan


penyebab/pencetus:
• Lakukan pemeriksaan neurologis untuk medeteksi defisit neurologis fokal, adakah cerebro
vascular disease atau transient ischemic attack;lakukan brain CT scan jika ada indikasi
• Darah perifer lengkap
• Elektrolit (terutama natrium dan kalium), ureum, kreatinin, dan glukosa darah
• Analisis agas darah
• Urin lengkap dan kultur resistensi urin
• Hemostase darah dan agregasi trombisit
• Foto toraks, vertebra, genu, dan pergelangan kaki (sesuai indikasi)
• EKG
• Identifikasi faktor domisili (lingkungan tempat tinggal)
Tabel 1. Penyebab jatuh

Penyebab jatuh Keterangan

kecelakaan Kecelakaan murni (terantuk, terpleset, dll)


Interaksi anatara bahaya dilingkungan dan faktor yang meningkatkan kerentanan

Sinkop Hilang kesadaran mendadak


Drop attacks
Kelemahan tungkai bawah mendadak yang menybabkan jatuh tanpa kehilangan
kesadaran
Dizziness dan/atau Penyakit vestibular, penyakit sistem sistem saraf pusat
vertigo

Hipotensi ortostatik Hipovolemia atau kardiak output yang rendah, disfungsi otonom, gangguan aliran darah
balik vena, tirah baring lama, hipotensi akibat obat – obatan, hipotensi postprandial

Opbat - obatan Diuratika, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia,
alkohol

Proses penyakit Berbagai penyakit akut


Kardiovaskular: aritmia, penyakit katup jantung (stenosis aorta), sinkop sinus karotid
Neurologis: TIA, strok akut, gangguan kejang, penyakit parkinson, spondilosis lumbar atau
servikal (dengan komjpresi pada korda spinalis atau cabang saraf), penyakit serebelum,
hidrosefalus tekanan normal (gangguan gaya berjalan), lesisitem saraf pusat(tumor,
hematomi subduraal)
Tak ada penyebab yang dapat diidentifikasi
idiopatik
Tabel 2. Evaluasi pada pasien usia lanjut yang jatuh

Evaluasi Keterangan
Anamnesis
Riwayat medis umum
Tingkat mobilitas
Riwayat jatuh sebelumnya
Obat – obatan uang Tyerutama obat antihipertensi dan psikotropika
dikonsumsi

Apa yang dipikirkan pasien Apakah pasien sadar bahwa akan jatuh?;apakah kejadian jatuh tersebut
sebagai penyebab jatuh sama sekali tak terduga?; apakah pasien terpeleset atau terantuk?

Lingkungan sekitar tempat Waktu di tempat jatuh; saksi; kenyataanya dengan erubahan postur, batuk,
jatuh buang air kecil, memutar kepala

Gejala yang terkait Kepala terasa ringan, dizziness, vertigo;palpitasi; nyeri dada, sesak; gejala
neurolgis fokal mendadak (kelemahan, gan gguan sensorik, disertai,
ataksia, bingung, afaksia);aura; inkontinensia urin atau alvi

Hilangny akesadaran Apakah yang langsung diingat segera setelah jatuh?


Apakah pasien dapat bangkit setelah jatuh dan jika dapat, berapa lama
waktu yang diperlukan untuk dapat bangkit setelah jatuh?
Apakah adanya hilangnya kesadaran dapat dijelaskan oleh saksi?
Lanjutan….!

Pemeriksaan fisik:
Tanda vital Demam, hipotermia, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan tekanan darah saat
berbaring, duduk, dan berdiri

kulit Turgor, trauma, kepucatan

mata Visus

kardiovaskular Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta, sensitivitas sinus karotis

ekstermitas Penyakit sendi degeneratif, lingkup gerak sendi, deformitas, fraktur, masalah
podiatrik (kalus, bunion, ulserasi, sepatu yang tidak sesuai, kesempitan/kebesaran,
atau rusak)

Neurologis Status mental, tanda fokal, otot(kelemahan, rigiditas, spastisitas), saraf perifer
(terutama sensasi posisi), propripseptif, refleks, fungsi saraf kranial, fungsi
serebellum (terutama uji tumit ke tulang kering), gejala ekstrapiramidal: tremor saat
istirahat, bradikinesia, gerakan involunter lain, keseimbangan dan cara berjalan
dengan mengobservasi cara pasien berdiri dan berjalan (uji get up and go).
Tabel 3. Penilaian Klinis dan Tatalaksana yang direkomendasikan bagi orang usia lanjut
yang berisiko jatuh

Lingkungan saat jatuh sebelumnya Perubahan liingkungan dan aktivitas untuk


mengurangi kemungkinan jatuh berulang

Konsumsi obat – obatan Review dan kurangi konsumsi obat – obatan


 Obat – obatberisiko tinggi (benzodiazepin, obat
tidur lain, neuroleptik, antidepresi, antikonvulsi, atau
antiaritmia kelas IA)
Konsumsi 4 macam obat atau lebih
Penglihatan Penerangan yang tidak menyilaukan; hindari
Visus <20/60 pemakaian kacamata multifokal saat berjalan; rujuk
Penurunan persepsi kedalam(depth perception) ke dokter spesialis mata
Penurunan sensitivitas terhadap kontras
katarak
Tekanan darah postural (setelah ≥ 5 menit dalam Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
posisi bebaring/supine, segera setelah berdiri, dan 2 memungkinkan; review dan kurangi obat – obatan;
menit setelah berdiri) tekanan sistolik turun ≥ 20 modifikasi dari restriksi garam; hidrasi yang adekuat;
mmhg (atau ≥ 20%), dengan atau tanpa gejala, strategi kompensaasi (evevasi bagian kepala tempat
segera atau setelah 2 menit berdiri tidur, bangkit perlahan, atau latihan dorsofleksi);
stoking kompresi; terapi farmakologi jika strategi di
atas gagal.
Keseimbangan dan gaya berjalan Diagnosis dan tetelaksana penyebab dasar jika
•Laporan pasien atau observasi adanya memungkinkan; kurang obat – obatan yang
•Gangguan pada penilaian singkat (uji get up and go) mengganggu keseimbangan; intervensi lingkungan;
atau performance-oriented assessment of mobility) rujuk ke rehabilitasi medikj untuk alat bantu dan
latihan keseimbangan dan gaya berjalan

Lanjutan….!

Pemeriksaan neurologis Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika


•Gangguan proprioseptif memungkinkan; tingkatkan input proprioseptif
•Gangguan kognitif (dengan alat bantu atau alas kaki yang sesuai,
berhak rendah dan bersol tipis); kurangi obat –
•Penurunan kekuatan otot
obatan yang mengenai adanya defesit kognitif;
kurangi faktor mengganggu fungsi kognitif,
kewaspadaan pendamping risiko lingkungan;
rujuk ke rehabilitas medik untuk latihan gaya
berjalan, keseimbangan dan kekuatan
Pemeriksaan muskuluskeletal; pemeriksaan Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
tungkai (sendi dan lingkup gerak sendi) dan memungkinkan; rujuk ke rehabilitas medik untuk
pemeriksaan kaki latihan kekuatan, lingkup gerak sendi, gaya
berjalan, dan keseimbangan serta untuk alat
bantu; gunakan alas kaki yang sesuai; rujuk ke
podiatrist
Pemeriksaan kardiovaskular Rujuk ke konsultan kardiologi; pemijatan sinus
•Sinkop karotis (pada kasus sinkop)
•Aritmia (jika telah diketahui adanya penyakit
kardiovaskular, terdapat EKG yang abnormal,
dan sinkop)
Evaluasi terhadap “bahaya” dirumah setelah Rapikan karpet yang terlipat dan gunakan lampu
dipulangkan dari rumah sakit malam hari, bathmats yang tidak licin, dan
penggang tangga; intervensi lain yang diperlukan
TERAPI
• Rinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah
identifikasi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik,mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh;
mengobati bebagai kondisi yang mendasari instibilitas dan jatuh; memberikan terapi fisik dan
penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai; mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup; peganga; lantai
yang tidak licin, dan sebagainya.
• Latihan desensitisasi faal keseimbangan, latihan fisik (penguatan otot, fleksibilitas sendi, dan
keseimbangan), latihan Tai Chi, adaptasi perilaku (bangun dari duduk perlahan – lahan,
menggunakan pegangan atau perabot untuk mencegah morbiditas akibat instabilitas dan jatuh
berikutnya.
• Perubahan lingkungan acapkali penting dilakukan untuk mencegah jatuh berulang karena
lingkungan tempat orang usia lanjut tinggal seringkali tidak aman sehingga upaya perbaikan
diperlukan untuk memperbaiki keamanan mereka agar kejadian jatuh dapat dihindari.
KOMPLIKASI
Fraktur, memar jaringan lunak, isolasi dan depresi, imobilisasi
PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
Dokter spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
UNIT YANG MENANGANI
Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Rehabilitasi Medik
UNIT TERKAIT
Divisi di Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang terkait dengan keterlibatanetiologi/faktorrisiko
instabilitas, Departemen Rehabilitasi Medik, Departemen Psikiatri, Instalasi Gizi, Instalasi
Farmasi, Bidang Keperawatan, Departemen Neurologi, Departemen Bedah Ortopedi.
GANGGUAN KOGNITIF
RINGAN DAN DEMENSIA
GANGGUAN KOGNITIF RINGAN DAN DEMENSIA

PENGERTIAN
Antara fungsi kognitif yang normal untuk usia lanjut dan demensia yang jelas, terdapat suatu kondisi
penurunan fungsi kognitif ringan yang disebut dengan mild cognitive impairment (MCI) dan vascular
cognitive impairment (VCI), yang sebagian akan berkembang menjadi demensia, baik penyakit Alzheimer
maupun demensia tipe lain.
Mild cognitive impairment (MCI) merupakan suatu kondisi “sindrom predemensia” (kondisi transisi fungsi
kognisi antara penuaan normal dan demensia ringan), yang pada berbagai studi telah dibuktikan sebagian
akan berlanjut menjadi demensia (terutama demensia Alzheimer) yang simtomatik.
Vascular cognitive impairment (VCI) merujuk pada keadaan penurunan fungsi kognotif ringan dan
dihubungkan dengan iskemia serta infrak jaringan otak akibat penyakit vaskular dan aterosklerosis.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual (berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasas, praksis,
dan visuospasial) dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
ganguan tingkat kesadaran, sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.
Demensia Alzheimer merupakan demensia yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer; munculnya gejala
perlahan – lahan namun progresif. Demensia vaskular merupakan demensia yang terjadinya berhubungan
dengan sarangan strok (biasanya terjadi 3 bulan pasca strok); munculnya gejala biasanya bertahap sesuai
serangan strokyang mendahului (step ladder). Pada satu pasien pasca strok bisa terdapat kedua jenis ini
(tipe campuran). Pada kedua tipe ini lazim terdapat faktor risiko seperti: hipertensi, diabetes militus,
dislipidemia, dan faktor risiko aterosklerosis lain.
Demensia dapat disertai behavioral and psychological symptoms of dementia (BPSD) yang lazim disebut
sebagai perubahan perilaku dan kepribadian. Gejala BPSD dapat berupa depresi, wandering/pacing,
pertanyaan berulang atau manerism, kecemasan, atau agresivitas.
DIAGNOSIS
Tabel 1. kriteria Diagnosis untuk MCI dan VCI

Mild cognitive Impairment (MCI)


• Keluhan memori, yang diperkuat oleh informan
• Fungsi memori yang tidak sesuai untuk umur dan pendidikan
• Fungsi kognitif umum masih baik
• Aktivitas sehari – hari masih baik
• Tidak demensia

Vascular Cognitive Impairment (VCI)


• Gangguan kognitif ringan sampai sedang, terutama fungsi eksekutif
• Tidak memenuhi kriteria demensia
• Mempunyai penyebab vaskular berdasarkan adanya tanda iskemia atau infrak jaringan otak
• Bukti lain adanya aterosklerosis
• Hachinski Ischemic Score (HIS) yang tinggi

Tabel 2. Kriteria Diagnosis untuk Demensia (Sesuai dengan DSM IV)

S. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua keadaan berikut:
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau untuk
mengingat informasi yang baru saja dipelajari)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut
a. Afasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik masih normal)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walupun fungsi sensorik masih normal)
d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan, mengorganisasi, berpikir rumit, berpikir abstrak)
W. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial
dan okupasi serta menunjukan penurunan yang bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan
terjadi khusus saat timbulnya dilirium.
DIAGNOSIS BANDING
Acut confusional state, depresi, Penyakit Parkinson
catatan: demensia sering terdapat bersamaan dengan depresi dan/atau Penyakit
Parkinson

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan neuropsikiatri dengan the Mini-Mental State Examination Ratings (CDR)
Nilai MMSE dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan, sehingga pemeriksaan harus
mempertimbangkan hal – hal tersebut dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
MMSE.
• Fungsi tiroid, hati, dan ginjal
• Kadar vitamin B12
• Kadar obat dan darah (terutama yang bekerja pada susunan saraf pusat)
• CT scan, MRI
Tabel 3. kriteria untuk Diagonasis Klinis Penyakit Azheimer menurut the national Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Strok (NINCDS) dan the Alzheimer’s
Disease and Related Disorders Association (ADRDA)

1. Kriteria Diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencangkup:


Demensia yang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan pemeriksaan the
mini-mental test, blessed Demention Scale, atau pemeriksaan sejenis, dan dikonfirmasi oleh
tes neuropsikologis. Defisit pada dua atau lebih area kognitif. Tidak ada gangguan kesadaran.
Awitan antara umur 40 dan 90, umumnya setelah umur 65 tahun. Tidak adanya kelainan
sistemik aau penyakit otak lain yang dapat menyebabkan defisit pada memori dan kognitif.
3. Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
penurunan progreisf fungsi kognitif spesifik seperti afasia, apraksia, dan agnosia. Ganguan
aktivitas hidup sehari – hari dan perubahan pola perilaku. Riwayat keluarga dengan gangguan
yang sama, terutama bila sudah dikonfirmasi secara neuropatologi. Hasil laboratorium yang
menunjukan. Pungsi normal yang dievaluasidenagn teknik standar. Pola normal atau
perubahan yang nonspesifik pada EEG, seperti peningkatan aktivitas slow-wave. Bukti
adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan terdokumentasi oleh
pemeriksaan serial.
5. Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit Alzheimer, setalah
mengeksekusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau). Gejala – gejala yang
berhubungan seperti depresi, insomnia, inkontinensia, delusi, halusinasi, verbal katastrofik,
emosional, gangguan seksual, dan penurunan berat badan. Abnormalitas neurologis pada
beberapa pasien, terutama pada penyakit tahap lanjut, seperti peningkatan tonus otot,
mioklonus, dan gangguan melangkah (gait disorder). Kejang pada penyakit yang lanjut.
Pemerikasaan CT normal untuk usianya.
1. Gamabaran yang membuat doagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak cocok adalah:
Onset yang mendadak dan apolectic. Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,
gangguan sensorik, defisit lapang pandang, dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit; dan kejang
atau gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit.
3. Diagnosis possible penyakit Alzheimer:
Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia, tanpa adanya gangguan neurologis, psikiatrik, atau
sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia, dan adanya variasi pada awitan, gejala klinis,
atau sistemik sekunder yang cukup untuk menyebabkan demensia, namun penyebab primernya
bukan merupakan penyebab demensia
5. Kriteria untukdiagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:
kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer. Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau
autopsi.
7. Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk ujuan penelitian dilakukan bila terdapat gambaran khusus yang
mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer, seperti:
Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama. Awitan sebelum usia 65 tahun. Adanya
trisom-21. Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit parkinson
Tabel 4. Penatalaksanaan terhadap Faktor Risiko Timbulnya Ganguan Kognitif pada Usia Lanjut
Faktor Risiko Penatalaksanaan Keterangan

Hipertensi • Kurangi asupan garam • Rekomendasi JNC VII dan penelitian ALLHATT
• Obat antihipertensi: awal dengan diuretik, dapat
dikombinasiakan dengan ACE-inhibitor, ARB,
penyekat β (β_blocker), atau antogis kalsium
• Target: TDS <130 mmhg, TDD <80 mmhg
Dislipidemia • Kurangi asupan makanan berlemak • Konsensus pengendalian dislipidemia yang
• Obat antidislipidemik dikeluarkan oleh PERKENI dan NCEP-ATP III
• Target: trigleserida <150 mg/dl, HDL kolesterol >40 •Beberapa pemnulis melaporkan statin dapat
mg/dl untuk perempuan serta LDL kolesterol <100 menurunkan fu ngsi kognitif (terutama memory
mg/dl loss)

Diabetes Melitus • 5 pilar penatalaksanaan DM: edukasi, • Konsensus penatalaksanaan DM tipe 2 oleh
perencanaan makan )diet), latihan fisik, obat PERKENI
hipoglikemia oral dan insulin • Penggunaan insulin sering menimbulkan efek
• Perhatian pada pemillihan OHO dan insulin, hipoglikemia pada usia lanjut yang dapat
disesuaikan dengan penurunan fungsi organ bermanifestasi sebagi gangguan kognitif
• Target: GDP <120 mg/dl, pada usia lanjut GDP
<160 mg/dl, masih diterima
Obesitas • Penatalaksanaan sejak usia dini
•Target : IMT <25 kg/m2
Gagal jantung, • Indentifikasi etiologi yang bisa dikoreksi
Fibrilasi atrium, • Terapi farmakologi dan nonfarmakologis yang
Hiperkoagulasi, sesuai untuk mengendalikan dan mengatasinya
Hiperagregasi, • Rujuk ke konsultan yang sesuai pada keadaan –
keadaan khusus
Trombosit,
Hiperhomosistein
emia,
PPOK
Keterangan Ace = angiotensin-converting-enzyme, ARB= angiotensin receptor bloker, TDS=tekanan darah osmotik,
TDD=tekanan darah diastolik, HDL=high-density-lipoprotein,LDL=low-density-lipoprotein,JNC VII=the sevent report of the joint
national committee on prevention,detection,evaluation, and treatment of high blood pressur, PERKENI=perkumpulan
endrokinologi indonesia,DM=diabetes militus, OHO=obat hipoglikemia oral,GDP=gula darah puasa,IMT=indeks massa tubuh.

Tabel. Obat – obatan yang dipergunakan untuk menghambat penurunan dan memperbaiki fungsi kognitif pada demensia dan
ganguan kognitif ringan*

NamaObat

karakteristik Denepzil Rivastigmin Galantamin Memantin

Mekanisme Kerja Inhibitor Inhibitor Inhibitor Anatgonis reseptor


kolinesterase kolinesterase kolinesterase NMDA

Waktu untuk 3-5 0,5 - 2 0,5 - 1 3–7


mencapai
konsentrasi
maksimal (jam)
Absorpsi dipengaruhi tidak ya ya Tidak
makanan

Waktu – paruh 70 - 80 2 5-7 60 – 80


serum (jam)

Metabolisme Sitokrom P-450 Non-hepatik Sitokrom P-450 Non-hepatik

dosis 1 X 5 mg/ 2 X 1,5 mg/ 2 X 4 mg 2 X 5 mg

( inisial / maksimal) 1 X 10 mg 2 X6 mg 2 X 12 mg 2 X10 mg

*
Modifikasi dari Cummings (2004). NMDA=N-methyl D-aspartate
TERAPI
• Libatkan seorang usia lanjut pada kehidupan sosial yang lebih intensif serta
partisipasi pada aktivitas yang menstimulasi fungsi kognitif dan stimulasi mental
maupun emosional untuk menurunkan risiko penyakit Alzheimer danmemperlambat
munculnya klinis gangguan kognitif
• Latihan memori multifaset dan latihan relaksasi
• Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga, latihan orientasi realitas,
rehabilitas, dukungan kepada keluarga, manipulasi lingkungan, program harian untuk
pasien, reminiscence, terapi musik, psikoterapui, modifikasi perilaku, konsultasi untuk
pramuwedha, jaminan nutrisi yang optimal.
• Pemberian obat BPSD ditunjukan untuk target gejala tertentu dengan pembatasan
waktu. Tentukan target gejala yang hendak diobati, identifikasi pencetus gejala;
psikoterapi dan konseling diberikan bersama dengan obat (risperidon, sertralin, atau
haloperidol, sesuai dengan gejala yang muncul
• Tatalaksana pada demensia berat terutama modalitas non-farmakologi
• Tatalaksana faktor risiko gangguan kognitif
Pasien usia lanjut dengan keluhan memori subyektif / dilaporkan keluarga

Anamnesis: Faktor risiko: Laboratorium:


• Lama keluhan •Fungsi tiroid
• Awitan • Hipertensi’ •Gagal jantung •Fungsihati Kelola
• Progresivitas •Diabetes militus •Hiperkoagulasi •Fungsi ginjal semua faktor
• Aktivitas hidup •Dislipidemia •Hiperagregasi •Kadar vit B12 risiko
sehari – hari •Merokok trombosit •Kadar obat dalam sesegera &
• Riwayat keluarga •Obesitas •Neurosifilis & HIV darah (terutama yang seoptimal
• Penggunaan obat •PPOK bekerja pada SSP) mungkin
– obtanan dan
alkohol Terapi sesuai penyebab Optimalisassi
• Riwayat CABG Modifikasi/terapi bila ada bila abnormal pengelolaan
faktor risiko

Lanjutan pengelolaan
MMSE<24 MMSE 24 - 28 MMSE.28 faktor risiko:
Dugaan demensi •Terapi antihipertensi
Dugaan MCI / VCI Normal ?
•Injeksi/obat
hipoglikemik
•Obat penurun kadar
Edukasi Rujuk Edukasi Evaluasi fungs lemak
SpKJ/SpS/kons Inhibitor kolinesterase (masih kognitif tiap 6 •Antikoagulan
ultan Geriatri kontrovensi) kerjasamadengan •Olahraga yang teratur
bulan •Suplementasi asam
spesialis terkait
folat & vit B12
•Konsumsi serat larut air
•Asupa kalori yang
Evaluasi 6 bulan baik(proper caloric
intake)
•Berhenti meroko
Gambar 1.Algoritme Evaluasi dan penatalaksanaan pasien usia lanjut dengan penurunan fingsikognitif
KOMPLIKASI
Jatuh, rusaknya struktur sosial keluarga, isolasi, malnutrisai

PROGNOSIS
Tergantung stadium diagnosis

WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Psikiater – Geriatri; Neurolog – Geriatri

UNIT YANG MENANGANI


Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Devisi Psikiatri-Geriatri Departemen
Psikiatri, Departemen Neurologi

UNIT TERKAIT
Devisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Psikiatri-Geriatri Departemen
Psikiatri, Departemen Neurologi, Departemen Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi
Farmasi, Perawat Gerontik

You might also like