Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Adanya instabilitas membuat seseorang berisiko untuk jatuh. Kemampuan untuk mengontrol posisi
tubuh dalam ruang merupakan suatu interaksi kompleks sistem saraf dan muskuloskeletal yang
dikenal sebagai sistem kontrol postural. Jatuh terjadi manakala sistem kontrol postural tubuh gagal
mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang (kaki,
saat berdiri) pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Kondisi ini
seringkali merupakan keluhan utama yang menyebabkan pasien datang berobat (keluhan utama
dari penyakit – penyakit yang juga bisa mencetuskan sindromdeliriut akut).
DIAGNOSA
Subyektif: terdapat keluhan perasaan seperti akan jatuh, disertai atau tanpa dizzi-ness, vertigo, rasa
bergoyang, rasa tidak percaya diri untuk transfer atau mobilisaasi mandiri; atau terdapat riwayat
jatuh
Obyektif: terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik untuk terjadi jatuh. Faktor intrinsik terdiri atas
faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor interinsik lokal:osteoaritis genu/vertebra lumbal, plantar
fascitis, kelemahan otot kuadrisep femoris, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
gagngguan pada alat keseimbangan seperti vertigo yang dapat ditimbulkan oleh gangguan aliran
darah ke otak akibat hiperkoagulasi, hiperagregasi, atau spondiloartosis servikal. Faktor intrinsik
sistemik: penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pnemonia, infark miokard akut, gagal jantung,
infeksi salurankemih, gangguan aliran darah ke otak (hiperkoagulasi, strok, dan transient ischemic
attac?TIA), diabetes militus dan/atau hipertensi (terutama jika tak terkontrol), paresis inferior,
penyakit atau sindrom parkinson, demensia, gangguan saraf lain serta gangguan metabolik seperti
hiponatremia, hipoglikemia atau hiperglikemia, dan hipoksia. Faktor risiko ekstrinsik/lingkiungan
antara lain: alas kaki yang tidak sesuai, kain/pakaian bagian bawah, atau tidak rata, furnitur yang
terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu
rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantuuntuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan
dilantai,karpet yang terlipat, dan benda – benda di lanatai yang membuat seseorang terantuk.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan seperti the timed up-and-go test (TUG), uji menggapai fungsional (functional
reach test), dan uji keseimbangan Berg (the Berg balance sub-scale of the mobility index) dapat
untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis bermakna yang
menyebabkan seseorang beresiko untuk jatuh atau timbul disabilitas dalam mobilitas.
Hipotensi ortostatik Hipovolemia atau kardiak output yang rendah, disfungsi otonom, gangguan aliran darah
balik vena, tirah baring lama, hipotensi akibat obat – obatan, hipotensi postprandial
Opbat - obatan Diuratika, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia,
alkohol
Evaluasi Keterangan
Anamnesis
Riwayat medis umum
Tingkat mobilitas
Riwayat jatuh sebelumnya
Obat – obatan uang Tyerutama obat antihipertensi dan psikotropika
dikonsumsi
Apa yang dipikirkan pasien Apakah pasien sadar bahwa akan jatuh?;apakah kejadian jatuh tersebut
sebagai penyebab jatuh sama sekali tak terduga?; apakah pasien terpeleset atau terantuk?
Lingkungan sekitar tempat Waktu di tempat jatuh; saksi; kenyataanya dengan erubahan postur, batuk,
jatuh buang air kecil, memutar kepala
Gejala yang terkait Kepala terasa ringan, dizziness, vertigo;palpitasi; nyeri dada, sesak; gejala
neurolgis fokal mendadak (kelemahan, gan gguan sensorik, disertai,
ataksia, bingung, afaksia);aura; inkontinensia urin atau alvi
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital Demam, hipotermia, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan tekanan darah saat
berbaring, duduk, dan berdiri
mata Visus
kardiovaskular Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta, sensitivitas sinus karotis
ekstermitas Penyakit sendi degeneratif, lingkup gerak sendi, deformitas, fraktur, masalah
podiatrik (kalus, bunion, ulserasi, sepatu yang tidak sesuai, kesempitan/kebesaran,
atau rusak)
Neurologis Status mental, tanda fokal, otot(kelemahan, rigiditas, spastisitas), saraf perifer
(terutama sensasi posisi), propripseptif, refleks, fungsi saraf kranial, fungsi
serebellum (terutama uji tumit ke tulang kering), gejala ekstrapiramidal: tremor saat
istirahat, bradikinesia, gerakan involunter lain, keseimbangan dan cara berjalan
dengan mengobservasi cara pasien berdiri dan berjalan (uji get up and go).
Tabel 3. Penilaian Klinis dan Tatalaksana yang direkomendasikan bagi orang usia lanjut
yang berisiko jatuh
PENGERTIAN
Antara fungsi kognitif yang normal untuk usia lanjut dan demensia yang jelas, terdapat suatu kondisi
penurunan fungsi kognitif ringan yang disebut dengan mild cognitive impairment (MCI) dan vascular
cognitive impairment (VCI), yang sebagian akan berkembang menjadi demensia, baik penyakit Alzheimer
maupun demensia tipe lain.
Mild cognitive impairment (MCI) merupakan suatu kondisi “sindrom predemensia” (kondisi transisi fungsi
kognisi antara penuaan normal dan demensia ringan), yang pada berbagai studi telah dibuktikan sebagian
akan berlanjut menjadi demensia (terutama demensia Alzheimer) yang simtomatik.
Vascular cognitive impairment (VCI) merujuk pada keadaan penurunan fungsi kognotif ringan dan
dihubungkan dengan iskemia serta infrak jaringan otak akibat penyakit vaskular dan aterosklerosis.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual (berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasas, praksis,
dan visuospasial) dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
ganguan tingkat kesadaran, sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.
Demensia Alzheimer merupakan demensia yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer; munculnya gejala
perlahan – lahan namun progresif. Demensia vaskular merupakan demensia yang terjadinya berhubungan
dengan sarangan strok (biasanya terjadi 3 bulan pasca strok); munculnya gejala biasanya bertahap sesuai
serangan strokyang mendahului (step ladder). Pada satu pasien pasca strok bisa terdapat kedua jenis ini
(tipe campuran). Pada kedua tipe ini lazim terdapat faktor risiko seperti: hipertensi, diabetes militus,
dislipidemia, dan faktor risiko aterosklerosis lain.
Demensia dapat disertai behavioral and psychological symptoms of dementia (BPSD) yang lazim disebut
sebagai perubahan perilaku dan kepribadian. Gejala BPSD dapat berupa depresi, wandering/pacing,
pertanyaan berulang atau manerism, kecemasan, atau agresivitas.
DIAGNOSIS
Tabel 1. kriteria Diagnosis untuk MCI dan VCI
S. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua keadaan berikut:
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau untuk
mengingat informasi yang baru saja dipelajari)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut
a. Afasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik masih normal)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walupun fungsi sensorik masih normal)
d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan, mengorganisasi, berpikir rumit, berpikir abstrak)
W. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial
dan okupasi serta menunjukan penurunan yang bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan
terjadi khusus saat timbulnya dilirium.
DIAGNOSIS BANDING
Acut confusional state, depresi, Penyakit Parkinson
catatan: demensia sering terdapat bersamaan dengan depresi dan/atau Penyakit
Parkinson
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan neuropsikiatri dengan the Mini-Mental State Examination Ratings (CDR)
Nilai MMSE dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan, sehingga pemeriksaan harus
mempertimbangkan hal – hal tersebut dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
MMSE.
• Fungsi tiroid, hati, dan ginjal
• Kadar vitamin B12
• Kadar obat dan darah (terutama yang bekerja pada susunan saraf pusat)
• CT scan, MRI
Tabel 3. kriteria untuk Diagonasis Klinis Penyakit Azheimer menurut the national Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Strok (NINCDS) dan the Alzheimer’s
Disease and Related Disorders Association (ADRDA)
Hipertensi • Kurangi asupan garam • Rekomendasi JNC VII dan penelitian ALLHATT
• Obat antihipertensi: awal dengan diuretik, dapat
dikombinasiakan dengan ACE-inhibitor, ARB,
penyekat β (β_blocker), atau antogis kalsium
• Target: TDS <130 mmhg, TDD <80 mmhg
Dislipidemia • Kurangi asupan makanan berlemak • Konsensus pengendalian dislipidemia yang
• Obat antidislipidemik dikeluarkan oleh PERKENI dan NCEP-ATP III
• Target: trigleserida <150 mg/dl, HDL kolesterol >40 •Beberapa pemnulis melaporkan statin dapat
mg/dl untuk perempuan serta LDL kolesterol <100 menurunkan fu ngsi kognitif (terutama memory
mg/dl loss)
Diabetes Melitus • 5 pilar penatalaksanaan DM: edukasi, • Konsensus penatalaksanaan DM tipe 2 oleh
perencanaan makan )diet), latihan fisik, obat PERKENI
hipoglikemia oral dan insulin • Penggunaan insulin sering menimbulkan efek
• Perhatian pada pemillihan OHO dan insulin, hipoglikemia pada usia lanjut yang dapat
disesuaikan dengan penurunan fungsi organ bermanifestasi sebagi gangguan kognitif
• Target: GDP <120 mg/dl, pada usia lanjut GDP
<160 mg/dl, masih diterima
Obesitas • Penatalaksanaan sejak usia dini
•Target : IMT <25 kg/m2
Gagal jantung, • Indentifikasi etiologi yang bisa dikoreksi
Fibrilasi atrium, • Terapi farmakologi dan nonfarmakologis yang
Hiperkoagulasi, sesuai untuk mengendalikan dan mengatasinya
Hiperagregasi, • Rujuk ke konsultan yang sesuai pada keadaan –
keadaan khusus
Trombosit,
Hiperhomosistein
emia,
PPOK
Keterangan Ace = angiotensin-converting-enzyme, ARB= angiotensin receptor bloker, TDS=tekanan darah osmotik,
TDD=tekanan darah diastolik, HDL=high-density-lipoprotein,LDL=low-density-lipoprotein,JNC VII=the sevent report of the joint
national committee on prevention,detection,evaluation, and treatment of high blood pressur, PERKENI=perkumpulan
endrokinologi indonesia,DM=diabetes militus, OHO=obat hipoglikemia oral,GDP=gula darah puasa,IMT=indeks massa tubuh.
Tabel. Obat – obatan yang dipergunakan untuk menghambat penurunan dan memperbaiki fungsi kognitif pada demensia dan
ganguan kognitif ringan*
NamaObat
*
Modifikasi dari Cummings (2004). NMDA=N-methyl D-aspartate
TERAPI
• Libatkan seorang usia lanjut pada kehidupan sosial yang lebih intensif serta
partisipasi pada aktivitas yang menstimulasi fungsi kognitif dan stimulasi mental
maupun emosional untuk menurunkan risiko penyakit Alzheimer danmemperlambat
munculnya klinis gangguan kognitif
• Latihan memori multifaset dan latihan relaksasi
• Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga, latihan orientasi realitas,
rehabilitas, dukungan kepada keluarga, manipulasi lingkungan, program harian untuk
pasien, reminiscence, terapi musik, psikoterapui, modifikasi perilaku, konsultasi untuk
pramuwedha, jaminan nutrisi yang optimal.
• Pemberian obat BPSD ditunjukan untuk target gejala tertentu dengan pembatasan
waktu. Tentukan target gejala yang hendak diobati, identifikasi pencetus gejala;
psikoterapi dan konseling diberikan bersama dengan obat (risperidon, sertralin, atau
haloperidol, sesuai dengan gejala yang muncul
• Tatalaksana pada demensia berat terutama modalitas non-farmakologi
• Tatalaksana faktor risiko gangguan kognitif
Pasien usia lanjut dengan keluhan memori subyektif / dilaporkan keluarga
Lanjutan pengelolaan
MMSE<24 MMSE 24 - 28 MMSE.28 faktor risiko:
Dugaan demensi •Terapi antihipertensi
Dugaan MCI / VCI Normal ?
•Injeksi/obat
hipoglikemik
•Obat penurun kadar
Edukasi Rujuk Edukasi Evaluasi fungs lemak
SpKJ/SpS/kons Inhibitor kolinesterase (masih kognitif tiap 6 •Antikoagulan
ultan Geriatri kontrovensi) kerjasamadengan •Olahraga yang teratur
bulan •Suplementasi asam
spesialis terkait
folat & vit B12
•Konsumsi serat larut air
•Asupa kalori yang
Evaluasi 6 bulan baik(proper caloric
intake)
•Berhenti meroko
Gambar 1.Algoritme Evaluasi dan penatalaksanaan pasien usia lanjut dengan penurunan fingsikognitif
KOMPLIKASI
Jatuh, rusaknya struktur sosial keluarga, isolasi, malnutrisai
PROGNOSIS
Tergantung stadium diagnosis
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Psikiater – Geriatri; Neurolog – Geriatri
UNIT TERKAIT
Devisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Psikiatri-Geriatri Departemen
Psikiatri, Departemen Neurologi, Departemen Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi
Farmasi, Perawat Gerontik