You are on page 1of 50

UJIAN NASIONAL: DAPATKAH MENJADI TOLAK UKUR STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN?

(Hasil Kajian Ujian Nasional Matematika pada Sekolah Menengah Pertama)

Disusun oleh: YUYUN YUNENGSIH I MADE AGUS ANA WIDIATMIKA ASTRID CANDRASARI

Research Department PUTERA SAMPOERNA FOUNDATION JAKARTA 2008

ABSTRAK

Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa dan kurikulum nasional merupakan standar acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan menentukan arah kebijakan pengembangan pendidikan. Pemerintah menggunakan Ujian Nasional sebagai salah satu tolak ukur untuk mengidentifikasi ketercapaian standar pendidikan nasional. Namun sampai saat ini penelitian mengenai Ujian Nasional sebagai metode pengukuran ketercapaian standar pendidikan nasional belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting dan signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi penyebaran soal Ujian Nasional Matematika dari aspek topik, 2) mengidentifikasi penyebaran soal Ujian Nasional Matematika dari aspek kognitif, 3) mengidentifikasi tingkat keterkaitan Ujian Nasional Matematika dengan standar kurikulum nasional. Empat topik dalam mata pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama, yaitu: 1) Bilangan, 2) Aljabar, 3) Geometri dan 4) Statistika dan Peluang yang tercakup dalam Ujian Nasional SMP tahun 2005 sampai 2007 dianalisa dengan menggunakan metode dan prosedur Survey of Enacted Curriculum (SEC). Hasil analisa menunjukan bahwa empat topik tersebut tidak tersebar merata dalam aspek-aspek kognitif: 1) Mengingat (fakta, definisi, formula), 2) Penerapan prosedur dan perhitungan, 3) Mendemonstrasikan konsep, 4) Pembuktian, dan 5) Problem solving. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ujian Nasional belum merefleksikan ketercapaian standar pendidikan nasional. Beberapa rekomendasi terhadap implementasi Ujian Nasional menjadi hasil yang penting dari penelitian ini. Keywords: Ujian Nasional, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Aspek Kognitif, Kurikulum Nasional.

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ...........................................................................................................i DAFTAR ISI .......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 BAB II Latar Belakang ........................................................................ 1 Identifikasi Masalah ................................................................ 4 Tujuan Penelitian..................................................................... 4 Ruang Lingkup Penelitian ................. ...................................... 6 Metode Penelitian .......................................... .......................... 6

KAJIAN TEORI............................................................................... 8 2.1 2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .................................... 8 Survey of Enacted Curriculum ............................................... 12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.....13 3.1. 3.2. Pemetaan Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs dalam Aspek Topik ..................................14 Pemetaan Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs ke dalam Aspek Kognitif dengan menggunakan Survey of Enacted Curriculum (SEC) .............16 3.3. 3.4. Pemetaan soal-soal UN Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs dalam Aspek Topik ..................................18 Pemetaan soal-soal UN Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs ke dalam Aspek Kognitif dengan menggunakan Survey of Enacted Curriculum (SEC) .....................................19 3.5. Analisis Perbandingan Pemetaan UN Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dengan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs ...............................................23 3.6. Perbandingan soal-soal UN Mata Pelajaran Matematika

ii

dengan Soal PISA dan TIMSS................................................24 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. 4.2. Kesimpulan ............................................................... ...............35 Saran ....................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................38

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa dan kurikulum nasional merupakan standar dan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan menentukan arah kebijakan pengembangan pendidikan. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional pendidikan yang mencakup standar isi dan standar kompetensi lulusan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pasal 22 ayat 1 menetapkan bahwa penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan/atau afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Pemerintah menggunakan ujian nasional (UN) sebagai instrumen evaluasi hasil pembelajaran. Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta sebagai penentuan kelulusan siswa. UN adalah instrumen pengukur standar kompetensi lulusan dari segi aspek kognitif. Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UN hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut pasal 57 ayat 2 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yaitu matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari tingkat sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Perkembangan teknologi modern yang sangat pesat terjadi di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya tidak ingin tertinggal dan harus melakukan banyak perubahan diantaranya dibidang pendidikan. Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Di era teknologi modern dewasa ini, penguasaan mata pelajaran matematika oleh para pelajar Indonesia masih sangat kurang. Rendahnya penguasaan matematika oleh para pelajar Indonesia tercermin dalam rendahnya prestasi siswa Indonesia baik di tingkat internasional maupul di tingkat nasional. Prestasi siswa Indonesia di tingkat internasional masih tertinggal di bandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan ranking TIMSS 2003, Indonesia menempati rangking ke 34 dari 45 negara yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika. Sedangkan untuk rangking PISA 2006, Indonesia menempati rangking 52 dari 57 negara. Di tingkat nasional, matematika bersama dua mata pelajaran lainnya yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris diujikan dalam ujian nasional (UN) untuk mengukur kompetensi kelulusan siswa. Pelaksanaan UN dimulai pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Rendahnya prestasi kompetensi matematika siswa Indonesia juga tercermin dari hasil ujian nasional (UN). Selama beberapa tahun penyelenggaraan, nilai terendah dari hasil UN tingkat SMP/Mts, dicapai oleh mata pelajaran matematika.

Di tahun pertama pelaksanaan UN, yaitu tahun 2003, pemerintah menetapkan standar minimal nilai kelulusan bagi siswa adalah 3,01 dengan ratarata angka kelulusan siswa SMP, SMA dan SMK sebesar 71,55 %. Pada tahun ajaran 2006/2007, nilai rata-rata untuk UN matematika tingkat SMP/MTs mengalami penurunan yang signifikan. Nilai terendah UN matematika tingkat SMP/Mts untuk tahun ajaran 2005/2006 adalah 0,67 dan turun menjadi 0,33 di tahun ajaran 2006/2007. Pelaksanaan ujian nasional (UN) memasuki tahun keenam. Lima tahun sudah kebijakan pemerintah ini dijalankan, dan sudah dapat di lihat capaiannya. Amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nampaknya masih belum tercapai. Berdasarkan fakta diatas, departemen riset Putera Sampoerna Foundation melakukan penelitian guna mengetahui standar kompetensi matematika dari segi kognitif. Dan dengan fakta tersebut, kami juga mengkaji dapatkah standar kompetensi lulusan (SKL) dijadikan tolak ukur dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Departemen riset Putera Sampoerna Foundation membentuk tim penelitian yang melakukan hal hal sebagai berikut : 1. 2. Mengkaji sebaran soal-soal ujian nasional mulai dari tahun ajaran 2005/2006 hingga tahun ajaran 2006/2007. Tim ini juga mempelajari keterkaitan antara kurikulum nasional dengan UN yang diharapkan berperan sebagai penilai outcome dari kurikulum. Karena jika kurikulum nasional tidak sejalan dengan UN maka UN tidak dapat dikatakan sebagai penilai pencapaian kompetensi lulusan. 3. Identifikasi tingkat kognitif soal UN matematika dan standar isi KTSP untuk mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs. Tim riset Putera Sampoerna Foundation berharap, hasil kajian ini dapat memberi kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH Kurikulum nasional merupakan standar dan acuan untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional dan menentukan arah kebijakan pengembangan pendidikan. Pemerintah menggunakan Ujian Nasional sebagai salah satu tolak ukur untuk mengidentifikasi ketercapaian standar pendidikan nasional. Namun sampai saat ini penelitian mengenai Ujian Nasional sebagai metode pengukuran ketercapaian standar nasional pendidikan belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting dan signifikan. Kurikulum seharusnya mencakup tujuan, isi, metode dan proses evaluasi. Kurikulum nasional tergantung pada guru, metode, dan pemahaman serta interpretasi dari tujuan, panduan, buku teks dan lainnya (Howson.,et al, 1981, Hal.2). IEA melalui studinya dalam TIMSS menganggap bahwa kurikulum mempunya makna yang luas. Perbedaan tingkatan dalam kurikulum dijelaskan dalam model IEA seperti ditunjukkan pada gambar 1.1. Oleh IEA model ini diberi nama intended, implemented and attained curriculum (Robitaille., et al, 1993).

National, Social and Educational Context

Intended curriculum Implemented curriculum Attained curriculum

School, Teacher and Classroom Context

Student Outcomes and Characteristics

Gambar1.1 Ruang lingkup kurikulum menurut IEA Gambar 1.1 secara tersirat menggambarkan bahwa kurikulum mata pelajaran matematika bertujuan untuk pembelajaran siswa dan pengaturan sistem pendidikan yang baik untuk memfasilitasi pembelajaran. Sistem pendidikan IEA

juga memfasilitasi pembelajaran di kelas, pengajar, metode pembelajaran dan pencapaian oleh siswa tentang matematika. (TIMSS, 2006). The intended curriculum (Kurikulum Kebijakan Nasional) berada pada tingkat pendidikan nasional. Intended curriculum secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai kurikulum nasional di anggap sebagai kebijakan nasional dan resmi yang merefleksikan visi pemerintah, rencana pembelajaran, dan sanksi untuk tujuan pendidikan (Robitaille et al., 1993; Schmidt et al.,). Intended curriculum yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum berbasis kompetensi. The implemented curriculum (Kurikulum Tingkat Pelaksanaan) berada pada level sekolah. Implemented curriculum adalah kurikulum yang digunakan dalam buku teks atau kurikulum yang berasal dari strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru (Scmidt et al., 1997). The attained curriculum (Kurikulum Tingkat Pencapaian) adalah kurikulum yang berada pada tingkatan siswa dan mengukur pencapaian oleh siswa. Pemerintah Indonesia menerapkan UN sebagai instrumen pengukur pencapaian pendidikan. Dengan kata lain, attained curriculum yang di terapkan di Indonesia di wakili oleh UN. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan 8 standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). UN merupakan instrumen pengukur standar kompetensi lulusan dari segi aspek kognitif. Dan berdasarkan metode SEC, UN seharusnya dapat memenuhi seluruh tingkatan dalam aspek kognitif.

Berdasarkan penjelasan diatas, ada dua hal utama yang menjadi masalah dan akan dikaji dalam makalah ini. Pertama, attained curriculum, dalam hal ini diwakili oleh UN, apakah memiliki keterkaitan dengan intended curriculum (KTSP). Karena idealnya attained curriculum merupakan instrumen pengukur pencapaian intended curriculum. Kedua, UN sebagai instrumen evaluasi kurikulum dapat mengukur aspek kognitif dari kurikulum nasional dalam hal ini KTSP, dan apakah SKL dapat menjadi tolak ukur dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. 1.3. TUJUAN Tujuan dari penelitian adalah: 1. mengidentifikasi penyebaran soal UN matematika dari aspek topik dan aspek kognitif, 2. mengidentifikasi penyebaran intended curriculum (kurikulum nasional) matematika dari aspek topik dan aspek kognitif 3. mengidentifikasi keterkaitan antara UN matematika dengan kurikulum nasional. 1.4. RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada kajian mengenai soal-soal UN mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs tahun 2005/2006 dan 2006/2007. Pembatasan dilakukan karena terdapat perbedaan kurikulum nasional yang dipakai oleh pemerintah dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2006/2007, digunakan kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Sedangkan tahun 2005/2006, pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Pada tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah menerapkan kurikulum 1994 dan 2004 yang sangat jauh berbeda dengan KTSP dan KBK. 1.5. METODE PENELITIAN Tahapan penelitian yang digunakan adalah:

1. Pemetaan kurikulum nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs ke dalam aspek topik. 2. Pemetaan kurikulum nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs ke dalam aspek kognitif dengan menggunakan metode Survey of Enacted Curriculum (SEC). 3. Pemetaan soal-soal UN mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs ke dalam aspek topik. 4. Pemetaan soal-soal UN mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs ke dalam aspek kognitif dengan menggunakan metode Survey of Enacted Curriculum (SEC). 5. Analisis perbandingan pemetaan UN mata pelajaran matematika SMP/MTs dengan kurikulum mata pelajaran matematika SMP/MTs. 6. Membandingkan soal-soal UN berdasarkan kognitif levelnya dengan soal-soal kompetisi matematika berskala internasional.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

di masing-masing satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum nasional pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Delapan standar nasional pendidikan ini antara lain: 1. Standar Isi 2. Standar proses 3. Standar kompetensi lulusan 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5. Standar sarana dan prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan 8. Standar penilaian pendidikan Dua dari delapan standar nasional pendidikan diatas, yaitu standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama dalam mengembangkan kurikulum. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Mata pelajaran Matematika pada kurikulum satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Bilangan

2. 3. 4.

Aljabar Geometri dan Pengukuran Statistika dan Peluang Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. 2.2. Surveys of Enacted Curriculum (SEC) adalah instrumen yang dalam

Surveys

of

Enacted

Curriculum

menyediakan metode yang praktis dan dapat diandalkan dan memetakan kurikulum. SEC

mengumpulkan data, menulis laporan, dan menganalisa data mengenai bagaimana didesain untuk memberikan data yang dapat diandalkan yang dikumpulkan oleh guru dan siswa di kelas. SEC memetakan kurikulum dan soal evaluasi ke dalam tingkatan aspek kognitif (cognitive demand). Survei ini dikembangkan oleh The Council of Chief State School Officers (CCSSO) bermitra dengan Andrew Porter dan John Smithson dari Wisconsin Center for Education Research (WCER) di Amerika Serikat. Survei ini dapat diterapkan untuk mata pelajaran bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (sains) pada sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.

Analisa data dan laporan SEC bertujuan untuk membantu guru, administrator, pembuat kebijakan, dan pemerintah dalam perencanaan untuk peningkatan pembelajaran dengan beberapa cara, seperti: 1. Menghubungkan kurikulum dengan standar dan sistem penilaian yang menyeluruh. 2. Memonitor indikator pembelajaran dan hubungannya dengan prestasi siswa. 3. Menganalisis perbedaan intruksi dan isi pembelajaran di semua sekolah dan mengidentifikasi strategi-strategi perbaikan melalui tim-tim pimpinan sekolah. 4. Mengevaluasi efek inisiatif, seperti pengembangan profesional, dalam mengubah pelatihan matematika dan ilmu pengetahuan. Metode SEC telah dikembangkan dengan bantuan dari banyak pendidik dan peneliti dan instrumen pengumpul datanya telah diuji di ratusan sekolah di Amerika. Proses penelitian dan pengembangannya pun didukung oleh pemerintah negara-negara bagian, Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional, dan Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Metode penelitian makalah ini menggunakan metode SEC untuk memperlihatkan pola cakupan materi pelajaran yang diujikan pada ujian nasional, pemetaan kurikulum sebagai standar nasional pendidikan serta pemetaan soal ujian nasional yang digunakan sebagai alat ukur mutu pendidikan nasional ke dalam tingkatan aspek kognitif (cognitive demand categories). Enacted Curriculum (SEC). Tingkatan aspek kognitif untuk mata pelajaran matematika dapat dibagi menjadi 5 tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu antara lain: Memorize, Perform procedure, Demonstrate understanding, Conjecture / Generalize / Prove, dan Solve non-routine problems/make connection. Tabel dari tingkatan aspek kognitif matematika disajikan dalam lampiran. Evaluasi dan peningkatan kurikulum juga menjadi acuan penting pada Metode Surveys of

10

1.

Memorize merupakan tingkatan level kognitif yang pertama. Memorize mempunyai beberapa kriteria seperti: recite basic mathematics fact recall mathematics term and definitions recall formulas and computational procedure. Dalam tingkatan yang pertama ini, kognitif yang dicakup masih dalam

level rendah yaitu level mengingat. Diantaranya menyebutkan fakta-fakta dalam matematika, menyebutkan definisi-definisi dan pola matematika, serta menyebutkan rumus-rumus dan prosedur perhitungan. 2. Perform procedures adalah tingkatan yang kedua dan mempunyai tujuh kriteria, yaitu: use numbers to count, order or denote, do computational procedure/instructions follow procedures/instructions make measurements, do computations solve equations/formulas, routine word problems organize or display data, read or produce graphs and tables execute geometric constructions Tingkatan ini sudah meliputi perhitungan, pengurutan angka, melakukan pengukuran untuk mendukung perhitungan, menampilkan grafik atau diagram dari data yang ada, juga termasuk melakukan perhitungan geometri. 3. Demonstrate understanding adalah tingkatan ketiga dan mempunyai lima kriteria, seperti: communicate mathematical ideas use representations to model mathematical ideas explain findings and results from data analysis develop/explain relationships between concepts explain relationships between models, diagrams, and other representations

11

Level ini sudah menggunakan ide-ide matematika dalam pemecahan soal, merepresentasikan ide dalam meginterpretasikan model, menjelaskan hasil dari analisa data, dan mengembangkan/menjelaskan hubungan antara konsep, model serta diagram. 4. Conjecture/generalize/prove adalah tingkatan keempat dan melibatkan tujuh kriteria, yaitu: determine the truth of a mathematical pattern or proposition write formal or informal proofs analyze data find a mathematical rule to generate a pattern or number sequence identify faulty arguments or misrepresentations of data reason inductively or deductively use spatial reasoning Level ini sudah mulai menuntut siswa untuk bisa menentukan kebenaran dari suatu pola, serta menulis pembuktian matematika, menganalisa data, serta mampu memberikan alasan secara induktif dan deduktif. 5. Solve non-routine problems adalah tingkatan tertinggi dalam aspek kognitif. Tingkatan ini mempunyai empat kriteria, yaitu: apply and adapt a variety of appropriate strategies to solve problems apply mathematics in context outside of mathematics recognize, generate or crate patterns synthesize content and ideas from several source Level ini menuntut siswa untuk bisa mengaplikasikan dan mengadaptasi permasalahan-permasalahan yang menyangkut problem solving, serta mengenali dan membuat pola matematika. Di level ini, siswa juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin ditemui sehingga dapat memperkaya kemampuan siswa dalam mengasah logika, penalaran dan kemampuan matematisnya.

12

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ujian nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda. Jumlah soal sebanyak 30 soal dengan alokasi waktu 120 menit. Kurikulum acuan yang digunakan dalam UN tahun ajaran 2005/2006 adalah kurikulum KBK 2004. Sedangkan kurikulum acuan yang digunakan dalam UN tahun ajaran 2006/2007 adalah KTSP. Untuk mata pelajaran matematika, tidak ada perubahan standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk kedua tahun ajaran meskipun kurikulum acuannya berbeda. Ujian Nasional tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007, memiliki standar nilai kelulusan yang berbeda. Di tahun ajaran 2005/2006, standar nilai minimal kelulusan adalah 4,50 dengan tidak ada nilai pada mata pelajaran apapun yang dibawah 4,25. Sedangkan untuk tahun ajaran 2006/2007, standar nilai minimal kelulusannya adalah 5,00 dengan dua pilihan. Pilihan pertama adalah rata-rata minimal 5,00 dan tidak ada nilai dibawah 4,25. Pilihan kedua adalah diperbolehkan ada satu mata pelajaran yang mendapatkan nilai 4,00 tetapi dua mata pelajaran lainnya harus mendapatkan nilai minimal 6. Dengan standar tersebut, pencapaian UN pada dua tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007 masih cukup baik, seperti ditunjukkan oleh tabel 3.1. Tabel 3.1. Hasil Ujian Nasional SMP
2005/2006 Bahasa Matematika Rata-rata Standar Minimal Kelulusan Rata-rata Nilai UN Niai UN Terendah Nilai UN Tertinggi 7,08 0,67 10 Indonesia 4,50 7,39 0,80 10 6,61 0,80 10 6,92 0,33 10 Bahasa Inggris Matematika 2006/2007 Bahasa Indonesia 5 7,31 0,60 10 6,70 0,40 10 Bahasa Inggris

Source: Laporan hasil UN, http://puspendik.com

13

Dari tabel diatas, nilai UN terendah dicapai untuk mata pelajaran matematika meski nilai rata-ratanya cukup baik. Untuk melihat identifikasi kurikulum dan penyebaran soal UN, tim penulis membagi kajiannya ke dalam dua aspek yaitu aspek topik dan aspek kognitif. 3.1. Pemetaan Kurikulum Nasional Matematika SMP/Mts Terhadap Aspek Topik Kurikulum nasional (KTSP) terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar. Aspek topik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah standar kompetensi dalam kurikulum. Kurikulum satuan pendidikan SMP/MTs untuk mata pelajaran matematika mempunyai aspek-aspek topik sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Bilangan Aljabar Geometri dan Pengukuran Statistika dan Peluang Standar kompetensi (aspek topik) dan kompetensi dasar dari kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP/Mts untuk mata pelajaran matematika berdasarkan aspek topiknya disajikan dalam tabel 3.1. Sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari KTSP matematika berdasarkan jenjang kelas disajikan lengkap dalam lampiran. Tabel 3.1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Mata Pelajaran Matematika SMP/Mts Standar Topik Kompetensi
Memahami sifat-sifat bilangan, operasi

Kompetensi Dasar
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sederhana Memahami barisan dan deret bilangan serta penggunaannya

Bilangan

hitung dan menggunakannya dalam pemecahan

14

masalah

dalam pemecahan masalah Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan

Memahami bentuk aljabar dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian bagiannya, serta menentukan ukurannya Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

Aljabar

menggunakannya dalam pemecahan masalah

Memahami konsep garis, segitiga, segiempat, bangun ruang dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Geometri dan Pengukuran

Melakukan

Statistika dan Peluang

pengolahan dan penyajian data serta memahami peluang kejadian sederhana

Melakukan pengolahan dan penyajian data

Memahami peluang kejadian sederhana

Penyebaran topik kurikulum matematika tingkat SMP/Mts, disajikan dalam gambar 3.2. Hasil pemetaan kurikulum matematika tingkat SMP/MTs menunjukkan bahwa topik geometri mencakup aspek topik paling besar yaitu

15

sebesar 41%. Topik aljabar mencakup 37% dari aspek topik, bilangan 15% dan statistika dan peluang sebesar 7%.

Statistika dan Peluang 7%

Aljabar 37%

Geometri 41%

Bilangan 15%

Gambar 3.1. Sebaran Topik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Mata Pelajaran Matematika SMP/Mts

Pemetaan kurikulum nasional/KTSP mata pelajaran matematika terhadap aspek topik dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan seluruh aspek topik dalam KTSP terpenuhi oleh standar kompetensi. 3.2. Pemetaan Kurikulum Nasional Matematika SMP/Mts Terhadap Aspek Kognitif Berdasarkan landasan teori pada bab 2, SEC telah membagi level aspek kognitif ke dalam 5 kategori, yaitu memorize; perform procedures; demonstrate understanding; conjecture/generalization/prove dan solve non routine problems. Penyebaran kurikulum KTSP terhadap aspek kognitif disajikan dalam gambar 3.2.

16

16 14 12 10 8 6 4 2 0
MEMORIZE Aljabar Bilangan Geometri Statistika dan Peluang 4 1 8 PERFORM PROCEDURES 13 8 16 3 1

DEMONST RAT E UNDERST ANDIN G 5

CONJECT URE, GENERALIZE, PROVE

SOLVE NONROUT INE PROBLEMS,

Gambar 3.2. Penyebaran Kurikulum Nasional berdasarkan Cognitive Demand Categories

Pengelompokan kurikulum KTSP terhadap aspek kognitif didasarkan atas kata-kata kunci yang dituangkan dalam kompetensi dasar seperti: menggunakan, memahami, menggambar, menyelesaikan, pemecahan masalah, pengolahan serta menentukan ukuran. Berdasarkan gambar 3.2, aljabar mencakup tiga aspek kognitif, yaitu: memorize, perform procedures, dan demonstrate understanding. Sedangkan aspek conjecture dan solve non-routine problems belum tersentuh oleh kompetensi dasar pada topik aljabar. Topik bilangan mencakup dua aspek yang terdiri dari memorize dan perform procedures. Geometri terfokus pada dua aspek, yaitu memorize dan perform procedures. Dan topik statistika dan peluang terpetakan pada dua aspek juga yakni perform procedures dan demonstrate understanding. melakukan

17

Hasil

pemetaan

kurikulum

matematika

terhadap

aspek

kognitif

menunjukkan bahwa 68% kompetensi dasar dari topik aljabar, bilangan, geometri dan statistika dan peluang dititikberatkan pada aspek perform procedures. Aspek memorize mencakup 22% dan hanya 10% kompetensi dasar yang terfokus dalam aspek demonstrate understanding. Sedangkan aspek conjecture/generalize/prove dan solve non-routine problems belum dicapai sama sekali.

DEMONSTRATE UNDERSTANDING 10%

MEMORIZE 22%

PERFORM PROCEDURES 68%

Gambar 3.3. Sebaran aspek kognitif terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Mata Pelajaran Matematika SMP/Mts

3.3. Pemetaan Soal Ujian Nasional Matematika Tingkat SMP/Mts Terhadap Aspek Topik Penyebaran soal ujian nasional matematika tingkat SMP/Mts terhadap aspek topik disajikan dalam gambar 3.4. Hasil pemetaan soal ujian nasional matematika tingkat SMP/MTs menunjukkan bahwa topik geometri mencakup aspek topik paling besar yaitu sebesar 41%. Topik aljabar mencakup 37% dari aspek topik, bilangan 15% dan statistika dan peluang sebesar 7%.

18

Penyebaran Soal Ujian Nasional Matematika SMP/Mts


14 12 10 8 6 4 2 0

Bilangan 2006 2007 8 5

Aljabar 8 10

Geometri Statistika dan dan 12 13 2 2

Gambar 3.4. Penyebaran soal UN 2005/2006 dan 2006/2007 terhadap aspek topik

Dari gambar 3.4, terlihat bahwa sebaran soal UN matematika cukup merata. Perbedaan yang muncul hanya pada UN 2005/2006 dan UN 2006/2007, soal operasi hitung bentuk aljabar tidak muncul. Meski demikian, sebaran yang cukup merata ini telah menunjukkan konsistensi antara standar isi dalam kurikulum dan standar kompetensi kelulusan serta UN sebagai instrumen evaluasi. 3.4. Pemetaan Soal Ujian Nasional Matematika Tingkat SMP/Mts Terhadap Aspek Kognitif Pemetaan soal UN Matematika tahun pelajaran 2005/2006 dan 2006/2007 berdasarkan aspek kognitif disajikan dalam gambar 3.5. Untuk tahun ajaran 2005/2006, terlihat bahwa soal-soal UN terfokus pada level aspek perform procedurs. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lapisan warna pada titik pertemuan antara aspek perform procedures dan aspek topik. Perform procedurs adalah tingkatan yang kedua dalam aspek kognitif dan mempunyai tujuh kriteria, yaitu:

19

use numbers to count, order or denote, do computational procedure/instructions follow procedures/instructions make measurements, do computations solve equations/formulas, routine word problems organize or display data, read or produce graphs and tables execute geometric constructions Tingkatan ini sudah meliputi perhitungan, pengurutan angka, melakukan pengukuran untuk mendukung perhitungan, menampilkan grafik atau diagram dari data yang ada, juga termasuk melakukan perhitungan geometri. Gambar 3.5 juga menunjukkan bahwa level kognitif penyebaran soal UN maksimal berada di level pemahaman dan penalaran (demonstrate understanding). Untuk tingkatan terendah dalam level aspek kognitif yakni memorize, hanya dipenuhi oleh topik aljabar dan geometri. Sementara, aspek demonstrate understanding dipenuhi oleh topik geometri untuk tahun ajaran 2005/2006, dan dipenuhi oleh topik gometri dan statistika dan peluang untuk tahun ajaran 2006/2007. Sedangkan untuk dua aspek lainnya yaitu conjecture/generalize/prove serta solve non-routine problems sama sekali tidak tersentuh oleh soal ujian nasional untuk mata pelajaran matematika baik di tahun ajaran 2005/2006 maupun 2006/2007. Padahal dua aspek ini menempati tingkatan tertinggi dalam aspek kognitif.

20

Tahun ajaran 2005/2006

Tahun ajaran 2006/2007

Bilangan Aljabar Geometri dan Pengukuran Statistika dan Peluang

MEMOR PERFO DEMON CONJEC SOLVE IZE RM STRATE TURE, NONPROCE UNDERS GENER ROUTIN DURS TANDIN ALIZE, E G PROVE PROBLE MS, MAKE CONNE CTIONS

MEMOR PERFO DEMON CONJEC SOLVE IZE RM STRATE TURE, NONPROCE UNDERS GENER ROUTIN DURS TANDIN ALIZE, E G PROVE PROBLE MS, MAKE CONNE CTIONS

Gambar 3.5. Penyebaran soal UN 2005/2006 dan 2006/2007 terhadap aspek kognitif

21

Demonstrate Understanding 10%

memorize 13%

Perform procedurs 77%

Gambar 3.5. Sebaran UN 2005/2006 dan UN 2006/2007 terhadap aspek kognitif

Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa lebih dari 75% soal UN terletak pada aspek perform procedure. 13% soal ujian nasional mencakup level memorize dan 10% saja yang terpetakan pada level demonstrate understanding. Tidak ada sebaran soal UN di level conjecture/generalize/prove dan solve non-routine problems. Penyebaran soal-soal Ujian Nasional 2005/2006 dan 2006/2007 berdasarkan Cognitive Demand Categories disajikan dalam tabel 3.3. Tabel 3.2. Matriks Penyebaran soal-soal Ujian Nasional 2005/2006 dan 2006/2007 berdasarkan Cognitive Demand Categories
Perform Procedure 2006 5 7 9 2 2007 5 9 9 0 Demonstrate Understanding 2006 0 0 3 0 2007 0 0 1 2 Conjecture, Generalize, Prove 2006 0 0 0 0 2007 0 0 0 0 Solve NonRoutine Problems, Make Connection 2006 2007 0 0 0 0 0 0 0 0

TOPIK

Memorize

Bilangan Aljabar Geometri Statistika dan Peluang

2006 0 3 1 0

2007 0 1 3 0

22

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran soal UN masih sangat kontekstual, yakni penuh dengan penghitungan. Matematika tanpa berhitung serasa sayur tanpa garam. Sehingga siswa banyak dituntut melakukuan penghitungan dengan menerapkan rumus-rumus tanpa menekankan problem solving atau penalaran. Pembelajaran matematika memang hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Akan tetapi, untuk tingkat SMP, sebaiknya siswa sudah diperkenalkan dengan pemecahan masalah (problem solving). Hal ini bertujuan agar siswa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan permasalah sehari-hari dengan menggunakan ilmu yang mereka miliki dan mengasah kemampuan logika dan penalaran mereka. 3.5. Analisis Perbandingan Pemetaan UN Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMP/MTs Dari penjelasan di atas mengenai pemetaan soal-soal UN mata pelajaran matematika dan pemetaan kurikulum nasional/KTSP mata pelajaran matematika terhadap aspek topik dapat dikatakan konsisten. Artinya standar isi dalam KTSP untuk mata pelajaran matematika SMP/Mts diukur melalui standar kompetensi lulusan yang sesuai. Keempat aspek topik dalam KTSP matematika SMP/Mts, juga terpetakan dalam standar kompetensi lulusan dan akhirnya dipetakan menjadi soal-soal dalam ujian nasional. Akan tetapi, jika dilihat dari aspek kognitif, kurikulum nasional dan UN mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2005/2006 dan 2006/2007 juga terpetakan dalam aspek kognitif yang sama akan tetapi tidak sejalan dengan undang-undang sisdiknas. Hal tersebut terlihat dari pemetaan UN (lihat tabel 3.2) dan pemetaan KTSP terhadap aspek kognitif (lihat gambar 3.2) yang hanya menyebar dalam aspek kognitif memorize, perform procedurs dan demonstrate understanding. Di sisi lain peraturan pemerintah mengenai KTSP matematika

23

mengisyaratkan lain, yakni terpenuhinya aspek kognitif sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan. Apabila dilihat tingkatan kognitifnya, apa yang telah digariskan oleh pemerintah dirasa terlalu tinggi dalam realitanya yang tidak diimbangi dengan kurikulum dan soal-soal UN yang sesuai dengannya. Soal-soal UN dan kompetensi dasar dalam KTSP masih berada pada level-level kognitif yang rendah hingga menengah. Baik Soal UN maupun kompetensi dasar KTSP matematika masih belum tersebar merata kedalam lima aspek kognitif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa UN belum dapat merefleksikan attained curriculum. Dan kompetensi dasar dalam KTSP pun masih harus di tingkatkan karena belum memenuhi seluruh aspek kognitif. Sehingga kurikulum naional yang diwakili oleh KTSP masih belum memenuhi intended curriculum seperti yang terjabarkan dalam undang-undang. Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa UN belum dapat merefleksikan attained curriculum dan KTSP masih belum memenuhi intended curriculum seperti yang terjabarkan dalam undang-undang. Sehingga model kurikulum dalam studi IEA belum dapat diimplementasikan di Indonesia. Dengan kata lain, UN masih belum dapat dijadikan tolak ukur pendidikan di Indonesia. 3.6. Perbandingan Soal Ujian Nasional dengan Soal PISA dan TIMSS The Programme for International Student Assessment (PISA) didesain dan dikembangkan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) diakhir tahun 1990. PISA adalah kompetisi international untuk siswa dengan usia 15 tahun ke atas. PISA menyelenggarakan kompetisi matematika, bahasa Inggris dan Sains (IPA) setiap 3 tahun. Di tahun 2006, 57 negara dari seluruh penjuru dunia berpartisipasi dalam PISA, termasuk Indonesia. Indonesia menempati rangking ke 52 untuk matematika, rangking 54 untuk sains dan rangking 51 untuk bahasa Inggris. Sebagai lembaga internasional, OECD menyelenggarakan PISA dengan melibatkan banyak pakar pendidikan mulai dari pembuatan soal hingga menilai hasil / jawaban dari para peserta.

24

The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah kompetisi matematika dan sains bertaraf internasional yang dikembangkan oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). TIMSS diselenggarakan empat tahun sekali dan diikuti oleh pelajar di tingkat 4 (grade 4) atau setara dengan tingkat SD dan pelajar di tingkat 8 (grade 8) setara dengan tingkat SMP. Di tahun 2003, 45 negara dari seluruh dunia berpartisipasi mengikuti kompetisi TIMSS. Indonesia menempati rangking 34 dari 45 untuk matematika dan untuk sains (IPA) menempati rangking 38 dari 45 negara. Seperti halnya PISA, penyelenggaraan TIMSS juga melibatkan banyak pakar pendidikan. Baik PISA maupun TIMSS, keduanya banyak digunakan oleh negara-negara diseluruh dunia untuk membandingkan kualitas para pelajarnya dengan pelajar dari negara lain. Dengan mengikuti kompetisi ini, pemerintah dapat mengetahui tingkat kualitas siswa dari suatu negara dan dapat dijadikan acuan guna memotivasi siswa. Tingkatan soal-soal PISA dan TIMSS telah tersebar merata dalam aspek kognitif. Disamping itu, variasi soalnya pun lebih banyak menekankan pada pemecahan masalah (problem solving). Oleh karenanya, tim riset Putera Sampoerna Foundation, juga membandingkan soal-soal UN matematika dengan soal-soal matematika yang diujikan pada kompetisi PISA dan TIMSS. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran soal matematika yang memenuhi kaidah aspek-aspek kognitif dalam metode SEC. Perbandingan soal-soal matematika yang berasal dari Ujian Nasional, PISA dan TIMSS dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tingkatan cognitive demand dari metode SEC. Untuk menjaga orijinalitas dari soal-soal PISA dan TIMSS, penulis menyajikan soal-soal tersebut dalam versi asli yaitu dalam versi bahasa Inggris. I. Memorize Ujian Nasional 2006/2007

25

A A. (AB)2 = (AC)2 + (BC)2 B. (AC)2 = (AB)2 - (BC)2 C. (BC)2 = (AC)2 + (AB)2 D. (BC)2 = (AB)2 - (AC)2

Teorema pythagoras yang berlaku adalah...

PISA 2006 NUMBER CUBES


On the right, there is a picture of two dice. Dice are special number cubes for which the following rule applies:

The total number of dots on two opposite faces is always seven. You can make a simple number cube by cutting, folding and gluing cardboard. This can be done in many ways. In the figure below you can see four cuttings that can be used to make cubes, with dots on the sides. Which of the following shapes can be folded together to form a cube that obeys the rule that the sum of opposite faces is 7? For each shape, circle either Yes or No in the table below.

26

Shape I II III IV

Obeys the rule that the sum of opposite faces is 7? Yes / No Yes / No Yes / No Yes / No

TIMSS 2003 In the coordinate plane beside, which point could have coordinates (2,-4)? A. P B. Q C. R D. S

Meskipun ketiga soal diatas berada pada level memorize, akan tetapi terlihat bahwa soal PISA 2006 dan soal TIMSS 2003 tingkat kesulitan dan kreatifitas soalnya lebih tinggi daripada soal UN. II. Perform Procedures Ujian Nasional 2006/2007 Pada sebuah gedung pertunjukkan, banyak kursi pada baris paling depan adalah 15 buah, banyak kursi pada baris di belakangnya selalu lebih 3 buah dari baris di depannya. Berapa banyak kursi pada baris ke-12 dari depan?

27

A. B. C. D.

42 kursi 48 kursi 51 kursi 54 kursi

PISA 2006:

A farmer plants apple trees in a square pattern. In order to protect the apple trees against the wind he plants conifer trees all around the orchard. Here you see a diagram of this situation where you can see the pattern of apple trees and conifer trees for any number (n) of rows of

apple trees: Complete the table:


n 1 2 3 4 5 Number of apple trees 1 4 Number of conifer trees 8

TIMSS 2003 Which of the following triangle is similar to the triangle shown above?

28

Meskipun ketiga soal diatas berada pada level perform procedures, akan tetapi terlihat bahwa soal PISA 2006 dan soal TIMSS 2003 tingkat kesulitan dan kreatifitas soalnya lebih tinggi daripada soal UN. Tipe soal dalam UN terlihat umum, sementara tipe soal PISA dan TIMSS terihat tidak umum. Sehingga kreatifitas soal UN masih kurang dibandingkan dengan soal PISA dan TIMSS. III. Demonstrate Understanding Ujian Nasional 2006/2007 Tabel dibawah menunjukkan data nilai ulangan matematika dari sekelompok siswa.
Nilai 4 5 6 7 8 Frekuensi 4 2 6 5 3

Banyak siswa yang mendapat nilai lebih dari nilai rata-rata adalah... A. 3 orang B. 5 orang C. 8 orang D. 14 orang

29

PISA 2006 The following table shows the recommended Zedland shoe sizes corresponding to various foot lengths. Marinas feet are 163 mm long. Use the table to determine which Zedland shoe size Marina should try on.
Conversion table for kids shoe sizes in Zedland From (in mm) 107 116 123 129 135 140 147 153 160 167 173 180 187 193 200 207 213 220 To (in mm) 115 122 128 134 139 146 152 159 166 172 179 186 192 199 206 212 219 226 Shoe size 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

30

TIMSS 2003 ABCD is a trapezoid. Another trapezoid, GHIJ (not shown), is congruent (the same size and shape) to ABCD. Angles G and J each measure 70. Which of these could be true?

A. GH = AB B. Angle H is a right angle C. All slides of GHIJ are the same length D. The perimeter of GHIJ is 3 times the perimeter of ABCD. E. The area of GHIJ is less than the area of ABCD. Soal UN, PISA dan TIMSS yang disajikan dalam level ini mempunyai tingkatan yang sama. Sehingga soal UN yang disajikan sudah cukup baik. Akan tetapi terlihat bahwa soal PISA masih memiliki keunggulan dalam hal kreatifitas dibandingkan soal UN maupun TIMSS. IV. Conjecture, generalization and prove Tidak ada soal UN pada level ini

PISA 2006 The first four numbers of a number pattern are shown below. 89, 78, 67, 56, Which rule could be used to find the nth term of the pattern? A. 11n + 1 B. 11n + 56 C. -11n + 89 D. -11n + 100

31

TIMSS The graph shows the number of pens, pencils, rulers, and erasers sold by a store in one week.

The names of the items are missing from the graph. Pens are the item most often sold, and fewer erasers than any other item were sold. More pencils than rulers were sold. How many pencils were sold? A. B. C. D. 40 80 120 140

Untuk level conjecture, generalize and prove, ada 7 kriteria yang menjadi kunci atas kategori ini, yaitu: determine the truth of a mathematical pattern or proposition write formal or informal proofs analyze data find a mathematical rule to generate a pattern or number sequence identify faulty arguments or misrepresentations of data reason inductively or deductively use spatial reasoning

32

Soal PISA 2006 yang disajikan dalam level ini memenuhi kriteria find a mathematical rule to generate a pattern or number sequence. Sedangkan soal TIMSS 2003, memenuhi kriteria analyze data. V. Solve non routine problems Tidak ada soal UN pada level ini

PISA 2006 In a Sprinting event, the reaction time is the time interval between the starters gun firing and the athlete leaving the starting block. The final time includes both this reaction time, and the running time. The following table gives the reaction time and the final time of 8 runners in a 100 metre sprint race.

Lane 1 2 3 4 5 6 7 8

Reaction time (sec) 0.147 0.136 0.197 0.180 0.210 0.216 0.174 0.193

Final time (sec) 10.09 9.99 9.87 Did not finish the race 10.17 10.04 10.08 10.13

Identify the Gold, Silver and Bronze medallists from this race. Fill in the table below with the medallists' lane number, reaction time and final time.

33

Medal GOLD SILVER BRONZE

Lane

Reaction time (secs)

Final time (secs)

TIMSS 2003 Oranges are packed in boxes. The average diameter of the orange is 6 cm.And the boxes are 60 cm long, 36 cm wide, and 24 cm deep. Which of these is the BEST approximation of the number of oranges that can be packed in a box?

A. 30 B. 240 C. 360 D. 1920 Kedua soal diatas termasuk dalam kategori solve non-routine problems. Solve non-routine problems mempunyai empat criteria, yaitu: apply and adapt a variety of appropriate strategies to solve problems apply mathematics in context outside of mathematics recognize, generate or crate patterns synthesize content and ideas from several source Level ini menuntut siswa untuk bisa mengaplikasikan dan mengadaptasi permasalahan-permasalahan yang menyangkut problem solving, serta mengenali dan membuat pola matematika.

34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dari hasil kajian tim riset Putera Sampoerna Foundation, tim penulis mendapati adanya beberapa penyimpangan dengan digulirkannya UN khususnya dalam aspek pendidikan. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Akan tetapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan saja, yaitu aspek kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Mengacu pada PP 19 tahun 2005 dan UU Sisdiknas, UN tidak dapat memenuhi standar kompetensi lulusan karena hanya menilai dari aspek kognitif saja. Selain itu, dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut. 1. Soal-soal UN mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs tahun pelajaran 2005/2006 dan 2006/2007 tidak tersebar merata secara aspek aspek kognitif meskipun UN telah memenuhi aspek topik. Dalam kaitannya dengan aspek kognitif, soal-soal tersebut tersebar dalam 3 cognitive demand categories yang pertama yaitu memorize, perform procedurs dan demonstrate understanding. Sedangkan tingkatan conjecture, generalization and prove serta solve non-routine problems evaluate dan generate sama sekali tidak tersentuh oleh soal-soal UN tersebut. 2. Kurikulum nasional Indonesia tingkat SMP/MTs yang digunakan pada tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007 adalah KBK dan KTSP. Keduanya memiliki standar isi dan kompetensi dasar yang sama. Kedua kurikulum ini memiliki standar isi dan standar kompetensi lulusan yang tersebar merata dalam aspek topik. Sehingga keduanya mampu menjaga konsistensi antara standar isi dan standar kompetensi lulusan. Akan tetapi untuk aspek kognitif, keduanya masih terpetakan pada 3 cognitive demand categories yang sama

35

dengan UN. Dengan kata lain, kedua kurikulum ini belum mampu memenuhi aspek kognitif secara keseluruhan. 3. Kelemahan lain dari soal-soal UN matematika tingkat SMP/MTs terletak pada tingkat kesulitan soal-soal itu sendiri. Soal-soal ini terlalu kontekstual, dengan didominasi oleh tingkatan kognitif perform procedurs. Hal ini terlihat jelas dalam perbandingan antara soal-soal UN, dengan soal-soal yang diujikan di tingkat internasional seperti PISA dan TIMSS. Ini menunjukkan bahwa siswa hanya diminta untuk melakukan penghitungan sementara rumus/petunjuk yang diberikan dalam soal sudah cukup jelas arahannya. Sehingga siswa tidak dilatih untuk menggunakan penalaran, logika dan kemampuan analisanya. Alasan inilah yang mendasari mengapa dalam kompetisi internasional siswa Indonesia menemapti posisi rendah, serta pencapaian UN di tingkat nasional juga rendah. Soal-soal yang diujikan tidak cukup kreatif dan kurang mengaplikasikan problem solving. Padahal melalui problem solving, siswa dibimbing untuk menggunakan dan melatih kemampuan (skill) mereka dalam penalaran, logika dan analisa. 4. UN belum dapat merefleksikan attained curriculum dan KTSP masih belum memenuhi intended curriculum seperti yang terjabarkan dalam undangundang. Sehingga model kurikulum dalam studi IEA maish belum dapat terimplementasikan dengan sempurna di Indonesia. Dengan kata lain, UN masih belum dapat dijadikan tolak ukur pendidikan di Indonesia.

B. SARAN Dari kesimpulan serta hasil kajian terhadap UN mata pelajaran matematika tingkat SMP/Mts, tim riset Putera Sampoerna Foundation ingin memberikan beberapa saran untuk perbaikan UN. Saran ini didiharapkan dapat memperbaiki kualitas UN sebagai instrumen peniliai kelulusan serta juga diharapkan dapat meningkatan kualitas pendidikan nasional secara umum

36

Dalam kurikulum KTSP, dijelaskan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Sehingga disarankan agar UN dapat lebih menekankan problem solving dibanding soal-soal yang sangat kontekstual. Sehingga siswa dibimbing untuk menggunakan dan melatih kemampuan (skill) mereka dalam penalaran, logika dan analisa. Ujian Nasional sebagai instrumen evaluasi yang baik hendaknya memenuhi aspek-aspek utama dalam ilmu pendidikan. Aspek topik dan aspek kognitif adalah standar minimal yang harus dipenuhi. Kekurangan aspek kognitif yang telah dijabarkan dalam penelitian ini diharapkan dapat diatasi oleh UN di tahun-tahun berikutnya. Dan alangkah baiknya lagi jika UN dapat memenuhi aspek topik, kognitif, afektif dan psikomotorik dengan lengkap sehingga UN telah memenuhi syarat sebagai instrumen evaluasi yang baik serta memenuhi amanat UU sisdiknas dan PP 19 tahun 2005. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran matematika dan agar dapat bersaing di era teknologi modern, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan (skill) siswa dan sebagai alternatif metode pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat menguasai pelajaran matematika dengan lebih baik lagi.

37

DAFTAR PUSTAKA

1. Ari Damari, dkk. 2008. Kumpulan Soal dan Pembahasan: Sukses Ujian Nasional SMP 2008. Jakarta: WahyuMedia. 2. Howson, G., Keitel, C., & Kilpatrick, J. (1981). Curriculum Development in Mathematics . Cambridge: Cambridge University Press. 3. Robitaille, D.F., Schmidt, W.H., Raizen, S.A., McKnight, C.C., Britton, E., and Nicol, C. (1993). TIMSS monograph no. 1: Curriculum frameworks for mathematics and science. Vancouver, Canada: Pacific Educational Press 4. Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2008, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 6. See, Blank, Porter, and Smithson. 2003, New Tools for Analyzing Teaching, Curriculum and Standards in Mathematics, Language, & Science. CCSSO. 7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 8. IEA, 2007. TIMSS released set, eight grade. TIMSS and PIRLS international study centre, Boston College. 9. OECD, 2006. PISA release items, mathematics.

38

LAMPIRAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata pelajaran matematika tingkat SMP/Mts

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII, Semester 1


Standar Kompetensi Bilangan 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Aljabar 2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel Komptensi Dasar Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah Mengenali bentuk aljabar dan unsurunsurnya Melakukan operasi pada bentuk aljabar Menyelesaikan persamaan linear satu variabel Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel 3. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana

Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII, Semester 2


Standar Kompetensi Aljabar 4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya Memahami konsep himpunan bagian Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen pada himpunan Menyajikan himpunan dengan diagram Venn Geometri 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain Melukis sudut Membagi sudut

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VIII, Semester 1


Standar Kompetensi Aljabar 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar Melakukan operasi aljabar Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya Memahami relasi dan fungsi Menentukan nilai fungsi Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat Cartesius Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus

2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras

Geometri dan Pengukuran 3. Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VIII, Semester 2

Standar Kompetensi Geometri dan Pengukuran 4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya

Kompetensi Dasar Menentukan unsur dan bagianbagian lingkaran Menghitung keliling dan luas lingkaran Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya

Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IX, Semester 1

Standar Kompetensi Geometri dan Pengukuran 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah

2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

Mengidentifikasi unsur-unsur tabung, kerucut dan bola Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola Memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola

Statistika dan Peluang 3. Melakukan pengolahan dan penyajian data

Menentukan rata-rata, median, dan modus data tunggal serta penafsirannya Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, dan lingkaran

4. Memahami peluang kejadian sederhana

Menentukan ruang sampel suatu percobaan Menentukan peluang suatu kejadian sederhana

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IX, Semester 2


Standar Kompetensi Bilangan 5. Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sederhana Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar Melakukan operasi aljabar yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar Memecahkan masalah sederhana yang berkaitan dengan bilangan berpangkat dan bentuk akar 6. Memahami barisan dan deret bilangan serta penggunaannya dalam pemecahan masalah Menentukan pola barisan bilangan sederhana Menentukan suku ke-n barisan aritmatika dan barisan geometri Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri Memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret

Tabel Cognitive Demand Categories of Surveys of Enacted Curriculum Method Solve NonMemorize Perform Procedures Demonstrate Understanding Conjecture, Generalize, Prove Routine Problems, Make Connections A
Recite basic mathematics fact Recall mathematics terms and definitions Recall formulas and computatuiona l procedures

D
Determine the truth of a mathematical pattern or proposition

E
Apply & adapt a variety of appropriate strategies to solve problems

Use numbers to count order or denote

Communicate mathematical ideas

Do computational procedures or algorithms Follow procedure/instruction s

Use representations to model mathematical ideas Explain fundings and results from data analysis Develop/explai relationship between concepts Explain relationships between models, diagram, & other representations

Write formal or informal proofs

Apply mathematics in contexts outside of mathematics

Analyze data

Recoqnize, generate or create pattern

Find a mathematical rule to generate a pattern or number squence Identify faulty arguments or misrepresentations of data

Make measurements do computations

Synthesize content and ideas from several sources

Solve equations/formulas, routine word problems Organize or display data read or procedure graphs and tables Execute geometrics constructions

Reason inuctively or deductively

Use spatial reasoning

You might also like