You are on page 1of 181

LAPORAN KAJIANSTRATEGIPENDANAAN PENDIDIKANTINGGI

DIREKTORATAGAMADANPENDIDIKAN

BADANPERENCANAANPEMBANGUNANNASIONAL BAPPENAS2010

BABI PENDAHULUAN
1.1. LATARBELAKANG Sekalipun keberadaan perguruan tinggi di Indonesia sudah ada sejak tahun 1847 yangditandaidengankelahiranSchooltotOpleidingvanInlandscheArtsen(STOVIA)atau Sekolah Kedokteran Bumiputra, namun jika ditelisik dari aspek kebijakan, kebijakan pendidikan tinggi baru dimulai pada 1975. Yaitu, seiring munculnya Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi (KDPPT I 19751985). Kebijakan tersebut memuat tujuan pengembangan, peran dan fungsi pendidikan tinggi, dasar dan arah pembinaan dan pengembangan, langkah pembinaan, kelembagaan pendidikan tinggi, serta pembiayaandanalokasianggaran. Selanjutnya, pada periode ke2 (19851995), pengembangan pendidikan tinggi diarahkan pada konsolidasi hasil yang telah diperoleh selama periode pengembangan sebelumnya. Pengembangan tersebut berupa peningkatan kapasitas kelembagaan, infrastruktur, manajemen, produktivitas, relevansi dan mutu. Pada periode ke3 (1996 2005), dibangun Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJT) yang ditujukan untuk mengupayakan perbaikan sistem melalui 3 program induk, yaitu: penataan sistem, dan peningkatan relevansi dan mutu; serta pemerataan. Saat ini, kita berada di periode ke4 (20032010), yaitu Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi JangkaPanjang(HigherEducationLongTermStrategy)yangdifokuskanuntukmenjawab tigaisustrategis,yaitu:dayasaingnasional,danotonomiPT,sertakesehatanorganisasi. Berbagaiupayapemerintahdanmasyarakatdalammembangunpendidikantinggi telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan semakinmeningkatnyaangkapartisipasikasar(APK)padajenjangpendidikantinggiyang telahmencapai17,75persenpadatahun2008.(EvaluasiRPJMN20052008).Disamping perluasanakses,peningkatankualitasdanrelevansipendidikanjugatakkalahpentingnya, bahkanmenjadikuncikeberhasilanpendidikantinggi.1Dilihatdarisisikualitasinstitusinya, pembangunanpendidikantinggisudahmenunjukkanpeningkatanyangditandaidengan
1

TerkaitkualitasdanrelevansiinisangatpentingsebagaimanadisampaikanNicholasBarr(2003),Clearlythe qualityandrelevanceofeducationiscentral;thelevelofspendingisrelevant,butsoistheresponsivenessof thesystemtotheneedsofstudents,employersandotherstakeholders.

adanya tujuh PTN yang masuk World Top Universities versi The Times Higher Education Supplement QS World University Rankings (20052009), yaitu: UI, UGM, ITB, UNAIR, UNDIPdanIPB,sertaUNIBRAW. Akan tetapi, pencapaian pembangunan pendidikan tinggi tersebut jika dibandingkan dengan pencapaian akses dan kualitas pendidikan tinggi di negara Asia lainnyamasihtertinggalsebagaimanaditunjukandalamGambar1.1. Gambar1.1.PerbandinganAPKPendidikanTinggiAsia

Indonesia China Philippina Malaysia Thailand Korea

17.26 20.3 28.1 32.5 42.7 91

20

40

60

80

100

Sumber:DirektoratJenderalPendidikanTinggi(Rembugnas,2008)

Peningkatan APK pendidikan tinggi ditunjukkan dengan jumlah mahasiswa yang dilayani melalui berbagai jenis perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang meliputi:universitas,institut,sekolahtinggi,akademidanpoliteknik. Tabel1.1.JumlahPerguruanTinggidanMahasiswa Universitas Institut
Universitas Sekolah Tinggi Politeknik Sekolah Tinggi Politeknik
Negeri Jumlah Lembaga Sw asta Total Negeri Jumlah Mahasisw a Sw asta Total

PERGURUA N TINGGI UMUM

48 6 2 0 26 82

375 37 1186 884 116 2598

423 43 1188 884 142 2680

1139050 39027 877 0 58454 1237408

1412655 104924 758620 245816 45864 2567879

2551705 143951 759497 245816 104318 3805287

Akademi

PERGURUAN TINGGI AGAM A ISLAM 6 13 33 86 25 377 92 38 410 70594 56531 48453 82968 23539 286253 1729 0 394489 153562 80070 334706 1729 0 570067

Institut

Sumber:DiolahdariDataStatistikPendidikan,Kemendiknas2007/2008 Akademi 0 6 6 0
0 52 0 494 0 546 0 175578

Sumber:DiolahdariDataStatistikPendidikan,Kemendiknas2007/2008

Ditilik dari ukuran indeks daya saing, Indonesia mengalami perbaikan yang signifikandaritahun2009ketahun2010sebagaimanaterlihatdalamTabel1.2. Tabel1.2.PerkembanganDayaSaingIndonesia20092010
Global Competitiveness Index/ Indeks Daya Saing Global (Indonesia) 2009-2010 69 93 90 44 50 51 59 48 33 39 2010-2011 66 95 89 40 46 55 50 52 36 36 44 38 31

Pilar 5: Pendidikan Tinggi dan Pelatihan 5.01 Partisipasi Pendidikan Menengah 5.02 Partisipasi Pendidikan Tinggi 5.03 Kualitas Sistem Pendidikan 5.04 Kualitas Matematika dan Sains 5.05 Kualitas Sekolah Manajeman 5.06 Akses Internet di Sekolah 5.07 Ketersediaan Lembaga Penelitian dan Pelatihan di Tingkat Lokal

5.08 Pelatihan Staf


Pilar 12: Inovasi

Tabel3.PeringkatGCIIndonesiadanAsiaLainnya 12.02 Kualitas Lembaga Penelitian 43


12.04 Kerjasama Penelitian IndustriPT 12.06 Ketersediaan Ilmuwan & Ahli Tek. 43

31

Sumber:WorldEconomicForum(WEF),2010

Namun demikian, pencapaian Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) tersebut masih jauh tertinggal dibanding negara Asia lainnya, seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea Selatan dan China sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.3. Tabel1.3.PeringkatDayaSaingIndonesiadibandingNegaraAsiaLainnya
Global Competitiveness Index/ Indeks Daya Saing Global Pilar 5: Pendidikan Tinggi dan Pelatihan 5.01 Partisipasi Pendidikan Menengah 5.02 Partisipasi Pendidikan Tinggi 5.03 Kualitas Sistem Pendidikan 5.04 Kualitas Matematika dan Sains 5.05 Kualitas Manajemen Sekolah 5.06 Akses Internet di Sekolah 5.07 Ketersediaan Lembaga Penelitian dan Pelatihan di Tingkat Lokal 5.08 Pelatihan Staf Pilar 12: Inovasi 12.02 12.04 Kualitas Lembaga Penelitian Kerjasama Penelitian IndustriPT
Indonesia (44)
Singapura

(3)
5

Jepang (6)

Korea (22)

Malaysia (26)

Cina (27)

Thailand (38)

66 95 89 40 46 55 50 52 36 36 44 38 31

20 21 34 35 28 65 40 13 6 4 15 19 2

15 34 1 57 18 47 12 39 42 12 25 23 23

49 99 73 23 31 35 36 25 13 24 32 22 33

60 92 88 53 33 63 22 50 57 26 39 25 35

59 96 54 66 57 58 43 69 62 52 59 42 40

15 30 1 1 6 5 19 4 9 11

6 10

Sumber:WorldEconomicForum(WEF),2010

12.06 Ketersediaan Ilmuwan & Ahli Tek.

Sebagaimana jenjang pendidikan lainnya, pembangunan pendidikan tinggi juga masih menyisakan permasalahan terkait pemerataan akses, mutu dan relevansi; serta otonomi (tata kelola).2 Terkait pemerataan akses, jenjang PT merupakan yang paling tinggiketimpanganantarakeluargakurangmampudankeluargamampu.Susenas2008 menunjukkanjumlahmahasiswadarikeluargatidakmampuhanya9,3persen,yaitu:4,19 persen berada di kuantil 1 dan 5,10 persen berada di kuantil 2. Terkait mutu, hasil akreditasi yang dilakukan BAN, misalnya, menunjukkan keragaman kualitas PT. Dalam konteks global, penilaian dari lembaga internasional semisal THES dan Webometrik menunjukkan hanya sebagian kecil PT saja yang masuk kelas dunia. Selanjutnya, terkait relevansi juga belum menunjukkan hasil yang signifikan yang ditandai adanya kecenderungan peningkatan pengangguran lulusan PT yang mencakup pendidikan diploma,akademidanuniversitas,darisekitar585.348padatahun2004menjadi673.628 pada Agustus 2006 dan meningkat lagi menjadi 961.001 pada Agustus 2008. (Sakernas BPS20042008). Jika dikaitkan dengan tingkat penyerapan dalam dunia kerja sebagai refleksi dari relevansipendidikan,pembangunanpendidikantinggimasihmenyisakantantanganyang semakin berat. Tantangan ini ditunjukkan dengan adanya kecenderungan peningkatan angkapengangguranlulusanpendidikantinggisebagaimanatergambardalamGambar1.2 dibawahini.

D.BruceJohnstone,AlkaArora&WilliamExperton(1998)memetakanlimatematerkaitpendidikantinggi, yaitu: (1) expansion and diversification; (2) fiscal pressure; (3) market: (4) the demand for greater accountability;and(5)thedemandforgreaterqualityandefficiency.

Gambar1.2.PotretPengangguranLulusanPerguruan Tinggi
1,200,000

1,000,000

5 ,58 66 8

3 5,4 8 18

35 0 7 ,6 1

3 ,10 48 7

3 5,5 4 9 5

600,000

35 3 9 ,5 8

4 9,8 0 90

22 1, 22 5

400,000

25 0, 59 8

10 21 7, 5, 51 32 6 0

10 20 1, 7, 01 50 7 5

10 19 2, 4, 58 60 0 5

2004

2005 (Feb)

2005 (Nov)

2006 (Feb)

2006 (Agus t)

2007 (Feb)

2007 (Agus t)

17 5, 96 6

26 9, 26 9

200,000

18 94 3 ,4 45 ,62 9

92 14 ,7 4, 78 46 3

2008 (Feb)

2008 (Agus t)

Diploma I/II

Academy/ Diploma III

University

13 22 6, 6, 65 02 8 5

15 17 1, 9, 08 23 5 1

58 1 9 ,3 8

800,000

6 ,20 26 2

Sumber:SurveyTenagaKerjaNasional(Sakernas)BPS20042008.

Dengan demikian, permasalahannya adalah PT masih belum sepenuhnya mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan;sertarendahnyaintensitas,kualitas,danrelevansipenelitian. Selanjutnya,terkaitotonomiyangdimilikiPT.Otonomitersebutdimaknaisebagai pemberian kekuasan dan kebebasan peguruan tinggi, sehingga tidak ada satu kekuatan lain di luar yang berhak untuk mengendalikan. Pemahaman seperti itu, tentu saja membutuhkan asumsiasumsi. Asumsi yang terpenting adalah terjaminnya kepentingan dan kepuasan para stakeholder, yaitu perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, idealita otonomi PT bukan tanpa masalah. Apalagi tantangan otonomi PT di era transisi saat ini, di mana setiap perubahan, apalagi perubahan paradigma, senantiasa melahirkan berbagai ekses dan berbagai ketidakakuratan penafsiran yang pada akhirnya berdampak menciptakan biaya sosial dan berbagai ketidakefisienan. Salah satu isu krusial terkait otonomi adalah masalah akuntabilitas pengelolaan pendanaan PTN. Sebagaimana diketahui, di samping mendapat alokasi APBN dalam beragam bentuknya, PTN juga menerima pemasukan yang tidak kecil yang berasal dari masyarakat,danhasildarikerjasama/usaha.Terkaitpengelolaanpendanaanpendidikan tinggi, Bikas S. Sanyal & Michela Martin (2006) memetakan enam kecenderungan baru,
5

yaitu: (1) perluasan akses pendidikan tinggi secara massif; (2) keterbatasan kemampuan negara untuk membiayai perluasan yang massif bersamaan dengan kehadiran sektor swasta;(3)rasionalisasiuntukberbagiperandalammembiayaipendidikanbersamaorang tuadanmahasiswa;(4)bersamaandenganpentingnyaakuntabilitasdanvalueofmoney; (5) kemunculan penyedia asing sejalan dengan General Agreement on Trade in Services (GATS);dan(6)perlunyapenyesuaiandalampendanaanpemerintahuntukmenurunkan semakinbesarnyakesenjangan. Sejalandenganhaltersebut,makasasaranpembangunanpendidikantinggidalam kurun waktu lima tahun ke depan diarahkan untuk: (1) meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, yang ditandai dengan meningkatnya proporsi program studi PT yang terakreditasi menjadi sebesar 90,0 persen; bertambahnya jumlah PT bertaraf internasional (world class university) menjadi 10 PT; makin banyaknya PT yang masuk dalamperingkatbesardunia(TOP500THES)menjadisebesar7PT;dan(2)meningkatnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan yang ditandai dengan meningkatnya proporsi mahasiswayangmendapatkanbeasiswabagikeluargamiskin. Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Menneg PPN/Kepala Bappenas No. PER.01/M.PPN/09/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Menneg PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok Direktorat Agama dan Pendidikan adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang agama dan pendidikan serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Sejalan dengantugaspokoktersebutsertamemperhatikanperkembangandanpermasalahandi atas, Direktorat Agama dan Pendidikan BAPPENAS bermaksud melakukan pendalaman denganmelakukanKajianPendanaanPendidikanTinggi. Kajian ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai masukan bagi kementerian terkait dalam menentukan kebijakan pemerintah dalam memperkuat tata kelola pelayanan pendidikan tinggi agar dapat menjawab isu strategis yang dihadapi pada pembangunan pendidikan tinggi sejalan dengan arah kebijakan dan program pembangunanpendidikantinggidalamRPJMN20102014,RencanaStrategisKementerian PendidikanNasionalsertaRencanaStrategisKementerianAgama.

1.2. PERUMUSANMASALAH Pokokpermasalahanyangdihadapidalampelaksanaanpembangunanpendidikan tingi,khususnyamasalahpendanaanPT,secarasederhanaadalahterkaitperlunyaupaya untuk mensinergikan berbagai pendanaan yang diperoleh perguruan tinggi, sehingga mampu didayagunakandalamupayameningkatkanaksesdan kualitas pendidikan tinggi diIndonesia. 1.3. TUJUANKAJIAN Melakukan review terhadap arah kebijakan dan pelaksanaan (sudah, sedang dan akan)pendanaanpendidikantinggi. Memetakan kendala, hambatan, dan peluang dalam mensinergikan berbagai sumber pendanaan untuk meningkatkan pemerataan akses dan peingkatan kualitasPT. Mencermati lesson learned (pembelajaran) terkait pengelolaan pendanaan pendidikantinggi. Menyusun alternatif kebijakan dan strategi implementasinya sinergi berbagai sumber pendanaan pendidikan tinggi untuk pemerataan akses dan peningkatan kualitas. 1.4. SASARAN Tersusunnya rekomendasi kebijakan tentang strategi dalam mensinergikan berbagai sumber pendanaan pendidikan tinggi dalam rangka pemerataan akses dan peningkatankualitasPT. 1.5. RUANGLINGKUP Melakukankajianataskondisipelaksanaanotonomipendidikantinggi. Melakukan identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan tata kelola pendanaan pendidikantinggiyangtelahdansedangdilaksanakan. Menyusun rekomendasi kebijakan untuk menyinergikan berbagai sumber pendanaanpendidikantinggi.
7

BABII METODOLOGIKAJIAN
2.1. DesainKajian Kajian Strategi Pendanaan Pendidikan Tinggi difokuskan pada pemetaan, pembentukan model, analisis, dan interpretasi atas berbagai peraturan perundangan yangterkaitdenganpendanaanpendidikantinggidanpelaksanaanpendanaannyabaikdi tingkat nasional, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag) dan juga di tingkat satuan pendidikan (perguruan tinggi). Kajian ini menggunakankerangkaanalisisyangdisebutinductiveanddeductiveanalyses,yanglazim dipakaidalamsuatupenelitianbaikkualitatifmaupunkuantitatif. Pendekatan qualitative analysis digunakan, karena pada bagian ini materi yang menjadi bahan kajian adalah sejumlah dokumen seperti Undang Undang, Peraturan Pemerintah, KeputusanMenteri,danbahanbahan lainyang relevan.Dalam pendekatan ini, tentu saja kajian yang dilakukan lebih bersifat analisisdeskriptif yang mengulas mengenai isuisu penting yang bersinggungan dengan ruang lingkup pembahasan. Pendekatanquantitativeanalysisdigunakanmengevaluasipelaksanaannyaberdasardata data kuantitatif (struktur pendanaan pendidikan tinggi, baik tingkat nasional maupun tingkatsatuanpendidikan)gunamembentukmodelmodelyangsangatmembantudalam rekomendasirekomendasikebijakan. Kerangka analisis ini dimulai dengan kategorisasi dan pengelompokan mekanisme pendanaan dan kelembagaan yang bersumber pada dokumen atau material, untuk kemudian dilakukan pemetaan (mapping) untuk selanjutnya dilakukan afirmasi, konfirmasi, dan interpretasi atas dokumen atau material tersebut di dalam pelaksanaannya. Kerangkainductiveanddeductiveanalysesbekerjadalamsuatujalinanyangutuhdi dalam rangkaian kegiatan penelitian sebagaimana diutrakan oleh Quinn Patton (2002), Inductive analysis involves discovering patters, themes, and categories in ones data. Findingsemergeoutofthedatathroughtheanalystsinteractionwiththedata,incontrast todeductive analysiswhere the data are analyzedaccordingtoanexisting framework.
8

Oncepatters,theme,andcategorieshavebeenestablishedthroughinductiveanalysis,the final,confirmatorystageofqualitativeanalysismaybededucativeintestingandaffirming theauthenticityandappropriatenessofthecontentanalysis.3 Secarateknis,rangkaiankajianiniakanmelaluilangkahlangkahsebagaiberikut:(1) menyusun kerangka acuan kerja dan rencana kerja; (2) melakukan studi pustaka; (3) mereview terhadap konsistensi kebijakan dan implementasi kebijakan; (4) round table discusion (RTD); (5) kunjungan ke lapangan; (6) workshop; dan (7) seminar. Dalam pelaksanaannya,dilakukanjugafocusedgroupdiscussion(FGD)yangmelibatkanahliahli pendidikan dan para pakar di bidang lain yang relevan. Forum ini dimaksudkan untuk mengembangkan wacana akademik dan diskursus intelektual (intellectual discourse), terutama untuk tema/materi kajian yang menjadi fokus utama pembahasan termasuk dalamperumusanalternatifpendanaanpendidikantinggi.Dengandemikian,hasilkajian ini diharapkan lebih maksimal, karena telah mengikuti kaidahkaidah akademik dan menggunakanmetolodologidalamsuatupenelitiankualitatifyangsudahbaku. Berdasarkan uraian metodologis tersebut, kerangka analisis dalam kajian ini diilustrasikanpadagambar2.1.

Gambar2.1.KerangkaAnalisisKajian

Analisis Deduktif Protokol Wawancara dan focus group of discussion Kunjungan Lapangan RTD/ Workshop/ Seminar Pelaksanaan Pendanaan Dikti

Analisis Induktif Interpretasi

Studi Pustaka

Afirmasi

Konfirmasi

Peraturan Perundangan Pendanaan Dikti

QuinnPatton, Michael (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods. London, New Delhi: Sage Publications.

2.2

InstrumenKajian Data kajian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Instrumen

untukmemperolehdataprimerberupakuesioner(angket)dandokumentasi.Datadata tersebutdigunakanuntukmelihatperkembanganpendanaanpendidikantinggidengan kualitas pendidikan, dan melihat permasalahanpermasalahan yang timbul selama pendidikan berlangsung. Adapun kisikisi instrumen data primer dan sekunder dapat dilihatpadatable2.1. Tabel2.1.DataInstrumenKajian
No 1 Aspekyangdilihat Perundangundangan Undangundang No 20, 1997 UndangundangNo2,2003 Peraturan Pemerintah No 60,1999 Peraturan Pemerintah No 152,2000 Peraturan Pemerintah No 153,2000 Peraturan Pemerintah No 154,2000 Peraturan Pemerintah No 155,2000 Peraturan Pemerintah No 56,2003 Peraturan Pemerintah No 6,2004 Peraturan Pemerintah No 19,2005 Peraturan Pemerintah No 23,2005 Peraturan Pemerintah No 48,2008 Keputusan Menteri keuanganNo115/2001 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2, 2005 Keputusan Dirjen Dikti DiknasNo.28,2002 Perihal Sumber

Kemendiknas PenerimaanNegaraBukanPajak (Internet) (PNBP) Bappenas Sistem Pendidikan Nasional (Internet) (Sisdiknas) Lainnya PendidikanTinggi (Internet) PenetapanUIsebagaiBHMN PenetapanUGMsebagaiBHMN PenetapanIPBsebagaiBHMN PenetapanITBsebagaiBHMN PenetapanUSUsebagaiBHMN PenetapanUPIsebagaiBHMN StandarPendidikanNasional Pengelolaan Keuangan Badan LayananUmum(BLU) PendanaanPendidikan Tatacara Penggunaan PNBP padaPerguruanTinggiNegeri SubsidisilangBiayaOperasional Pendidikan (BOP) Pendidikan Tinggi Penyelenggaraan Program RegulerdanNonRegulerdiPT

10

PendanaanPendidikanTinggi

DataKuantitatif

Kemendiknas Kemenag RenstraPT LAKIP Kuesioner Kuesioner LAKIP Kuesioner LAKIP

PerguruanTinggi 1 ArahKebijakanperguruantinggi 2 4 LaporanKeuangan TingkatPencapaianSasaran

Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama yang digunakan untuk melihat peta pendanaan pendidikan tinggi secaramakro. 2.3 Populasi,Sampel,danSumberdanJenisData 2.3.1.Populasi Populasi yang digunakan dalam kajian ini adalah seluruh perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi negeri agama islam, yang tersebar di seluruhIndonesia. 2.3.2Sampel Sampel yang digunakan dalam kajian ini diambil dengan purposive sampling method, dengan mempertimbangkan keterwakilan perguruan tinggi seluruh Indonesia yangdikelompokkanberdasarkanBHMN,BLU,danNonBHMNNonBLUlbaikperguruan tingginegerimaupunperguruantingginegeriagamaislam. Sampelsampel perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi agama islam dipilih berdasarkategoritersebutditentukanatasdasar: Perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi negeri agama islam mewakili setiapwilayah,baikwilayahBarat,Tengah,danTimur Budgetingsurvey Adapun sampelsampel yang dipilih, dikelompokkan dalam tiga kategori BHMN, BLU,danNonBHMNNonBLU,terdapatdalamtabel2.2dibawahini.
11

Tabel2.2.SampelPerguruanTinggi

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

NamaPerguruanTinggi ITB UPI UniversitasSumateraUtara UGM UI IPB UNPAD UniversitasNegeriJakarta UniversitasHasanudin UniversitasNegeri11Maret UINSunanGunungDjati UINKalijaga UINAlaudin UINJakarta UniversitasNegeriMedan UniversitasNegeriMakasar UniversitasLambungmangkurat UniversitasPatimura UniversitasMataram IAINMedan IAINAmbon IAINAntasari IAINMataram

Kategori BHMN BHMN BHMN BHMN BHMN BHMN BLU BLU BLU BLU BLU BLU BLU BLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU NonBHMNNonBLU

Keterangan Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemenag Kemenag Kemenag Kemenag Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemendiknas Kemenag Kemenag Kemenag

Berdasar kelengkapan data survey, dari 23 perguruan tinggi negeri hanya 20 perguruan tinggi negeri yang memiliki data lengkap sesuai dengan kebutuhan kajian. Sedangkan ketiga perguruan tinggi negeri yang tidak memiliki kelengkapan data dapat dilihatpadatable2.3dibawahini. Tabel2.3.SampelPerguruanTinggiTanpaKelengkapanData

No NamaPTN 1 UniversitasLambungMangkurat 2 UniversitasMataram 3 IAINMataram


12

Keterangan Tidakadalaporankeuangan Tidakadalaporankeuangan Tidakadalaporankeuangan

2.3.3SumberdanJenisData Kajian ini memerlukan datadata baik yang berkaitan dengan peraturan dan juga pelaksanan pendanaan pendidikan tinggi baik pada tingkat nasional maupun tingkat satuanpendidikan,yangmeliputi: 1. Perundangundanganyangterkaitdengankeuangannegara,perbendaharaannegara danpendanaanpendidikansertapendanaanpendidikantinggi; 2. DataperkembanganpendanaanpendidikantinggidiKemendiknasdanKemenag; 3. Dataperguruantinggidenganberbagaimodelkelembagaandanpendanaannya; 4. Dataperkembanganperguruantinggi; Dataperkembanganperguruantinggiyangdiperlukandalamkajianinidibagidalam duajenisdata,yaitu: Datakualitatif DatainimemuatkebijakankebijakanyangtertuangdalamRenstraPerguruanTinggi (acuan Renstra Dikti) masingmasing, guna melihat arah kebijakannya dalam pembangunanpendidikantinggibaikfisikmaupunnonfisik.DataRenstraPerguruan Tinggitersebutlebihdifokuskanpadatujuandansasarannyaselama20062009. DataKuantitatif Data yang diperlukan mencerminkan perkembangan perguruan tinggi selama 2006 2009,dan2010.Datadatatersebutmeliputi: a. Datapenerimaaandanpengeluaranperguruantinggisetiaptahun Berdasar data ini, dihasilkan peta sumber pendanaan dan peta pengeluaran perguruantinggi b. Berdasar LAKIP perguruan tinggi diperoleh tingkat pencapaian sasaran setiap tahun c. Berbagaisumberpendanaanpendidikantinggi Data sumber pendanaan pendidikan tinggi diperoleh berdasar sampelsampel perguruan tinggi yang dipilih. Sumber pendanaan pendidikan tinggi dapat dilihat lebih jelasdalamstrukturkeuanganpenerimaandanpengeluarandanLAKIPperguruantinggi
13

2.4TeknikAnalisisData 2.4.1.AnalisaKualitatifdanKuantitatif Mengacupadatujuankajian,pendanaandankualitaspendidikantinggimerupakan dua parameter yang harus dinilai dan diukur selama proses pendidikan tinggi berjalan. Caramengukurpendanaandankualitaspendidikantingginyasendiri,tidakterlepasdari bagaimanaarahdankebijakankebijakanyangdibentukpemerintahdansetiapperguruan tinggi hanya menterjemahkan, menjabarkan, dan melaksanakannya dalam bentuk RenstraPerguruanTinggi.BegitujugahalnyaisiRenstraPerguruanTinggi,memuatarah dan kebijakan perguruan tinggi, khususnya pendanaan dan kualitas perguruan tinggi, yangdiimplentasikandalamtujuandansasaranyangingindicapaidalammasatertentu. Datakuantitatifdiperolehberdasardatahistorisbaiksecaramakromaupunmikro. Data makro menggambarkan kondisi pendidikan tinggi dengan pendekatan kuantitatif (data pendanaan pendidikan dari Kemendiknas/Kemenag), sedangkan data mikro (data keuanganperguruantinggi)yangdihasilkandarisurveyselamaprosespengumpulandata dilapangan. Begitu juga halnya dengan teknik analisa dengan pendekatan kualitatif, dimana pendekataninidibuatdenganmemetakandanmengelompokkanarahdankebijakanbaik makromaupun mikroyangbersangaterathubungannyadenganpendanaanpendidikan tinggi. Agar lebih jelas, kami ilustrasikan dalam bentuk flowchart pada gambar 2.2 dibawahini.

Gambar2.2.FlowchartPengkuranKinerja


14

Alat pengukuran kinerja diatas menggambarkan proses analisa yang dilakukan dalamkajianini.analisayangdilakukanmenghasilkansebagaiberikut: 1. Struktur pendanaan pendidikan tinggi (Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana BantuandanKerjasama) 2. Struktur biayabiaya proses pendidikan tinggi (Gaji dan tunjangan, Biaya Operasional PendidikanBOP, pemeliharaan, pembangunan, pengabdian masyarakat, penelitian, kerjasamadalamnegeri,kerjasamaluarnegeri,danlainlain) 3. Arahdankebijakankebijakanpendidikantinggi,baikmakromaupunmikro 4. Tingkatkeberhasilanpendidikantinggisecaramikro 5. Kendala, hambatan, dan peluang dalam proses pendidikan, terutama pendanaan pendidikantinggi 6. Modelkinerjapendanaanterhadappelaksanaanarahdankebijakanpendidikantinggi 2.4.2.PendekatanEkonometrika Secara harfiah, ekonometri diartikan sebagai ukuranukuran ekonomi. Sedangkan pengertian global ekonometri, Nachrowi Djalal (2002), adalah suatu ilmu yangmempelajarianalisakuantitatifdarifenomenaekonomidalamartiansecaraumum. Secarateoridanprinsip,teknikekonometrimerupakangabunganantarateoriekonomi, matematikaekonomi,statistikaekonomi,danmatematikastatistik. Penerapan pendekatan ekonometrika dilakukan dalam kajian ini karena variabel variabelyangdigunakan,secarateoritismempunyaihubunganantarvariabel.Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikatY dengansatuataulebihvariabelbebas .Jikaterdapathanyasatu

variabel bebas, maka model yang diperoleh disebut model regresi linear sederhana. Adapun model regresi tersebut dapat dituliskan sebagai

,dimanaNmerupakanbanyaknyaobservasi. Sedangkanjikavariabelbebasyangdigunakanlebihdarisatuvariabelbebas,model yang diperoleh disebut model regresi linear ganda. Adapun model regresi linear ganda dituliskan sebagai koefisiendengan (Banyaknyaobservasi) , dimana adalah

15

Sedangkandalamkajianini,datayangdihasilkanmerupakankombinasiantaradata antarruangdengandataruntunwaktuyangdisebutdatapanel.Penggunaandatapanel dimaksudkan untuk memperbanyak jumlah observasi kajian, karena jika menggunakan data antar ruang atau runtun waktu saja, observasi kajian relatif sedikit. Data panel digunakankarenajikamenggunakanOrdinaryLeastSquare(OLS)biasa,apabiladilakukan terpisah diasumsikan bahwa parameter regresi tidak berubah antar waktu dan tidak berbedaantarunitunitindividunya.AlasankeduadenganOLSbiasa,akanterjadiasumsi yang sempit tentang asumsi klasik; Homoskedasticity dan autocorrelation pada variabel kesalahan(Gujarati,1995).4 MenurutHsio(1995),5penggunaan data panel dalamkajianekonomi mempunyai beberapakeunggulandibandingkandengandataruntunwaktuataudataunitbiasa.Salah satunyaadalahmemberikanpenelitisejumlahdatayanglebihbesarsehinggamenaikkan derajatkebebasan (degrees offreedom) dan menghasilkanestimasi ekonometrikayang efisien.Secaraumumbentukmodelregresidatapaneladalahsebagaiberikut:

Dimanai=1,2,3,....Nmerupakanunitcrosssection,dant=1,2,3,dan4dalamsatuan waktutahunanyangmerupakanwaktupadatimeseries.Dan merupakanvariabeltak bebasdariindividuIpadawaktut,dan adalahnilaidariknonstochasyicsexplanatory

variable untuk individu I pada waktu t dalam model regresi klasik dianggap dan

adalah sama untuk semua unit individu, sedangkan panel data memberikan estimasi koefisienyangberbedauntukparameter ataujuga .

Ada beberapa mekanisme kerja dan tahapantahapan yang dikerjakan dalam membuatanalisasecaraekonometri.Tahapantahapanekonometritersebutmeliputi: 1. Membuatsuatuhipotesa/pernyataan 2. Mendugamodelekonometriuntukmengujihipotesisyangtelahdibuat 3. Mengestimasiparametermodel 4. Melakukanverifikasimodel
4 5

DamodarN.Gujarati,BasicEconometrics,3rdEdition.NewYork:McGrawHill,1995.ISBN0070252149. HshiaoCheng(1995),AnalysisofPanelData;EconomicSocienty,MonographNo.11,CambridgeUniversity

Press.

16

5. Membuatprediksi 6. Membuatmodeluntukmembuatkebijakan a. PenerapanTerhadapKasus Model yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variable terikat (tingkat pencapaian sasaran) dan 3 variabel bebas (dana pemerintah, dana masyarakat, dan dana bantuan & kerja sama) merupakan bentuk model regresi linear ganda. Dan modeltersebutdapatdituliskansebagaiberikut:

Dimana: :TingkatPencapaianSasaran :DanaPemerintahpadaperguruankdanwaktuket :DanaMasyarakatpadaperguruankdanwaktuket :DanaBantuan&Kerjasamapadaperguruankdanwaktuket :Koefisien,dengani=1,2,dan3

:Koefisien,dengank=1,2,....,Ndani=1,2,dan3

Sebelum melangkah lebih jauh terhadap model, terlebih dahulu perlu dibuat hipotesahipotesa yang akan digunakan dalam pengujian terhadap modelmodel yang dibentuk.Hipotesahipotesatersebutantaralainsebagaiberikut: 1. GabunganBHMN,BLU,danNonBHMNNonBLU Pendanaan PT (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) berpengaruh secara bersamaan terhadap peningkatan kualitas PendidikanTinggi 2. BHMN Pendanaan PT (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) berpengaruh secara bersamaan terhadap peningkatan kualitas PendidikanTinggiBHMN
17

3. BLU Pendanaan PT (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) berpengaruh secara bersamaan terhadap peningkatan kualitas PendidikanTinggiBLU 4. NonBHMNNonBLU Pendanaan PT (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) berpengaruh secara bersamaan terhadap peningkatan kualitas PendidikanTinggiNonBHMNNonBLU Hipotesahipotesa tersebut diatas harus diuji apakah hipotesa yang dibuat sesuai atau tidak sesuai. Pengujian hipotesa yang telah dibuat dapat dilakukan dengan menggunakanujihipotesa(ujit).Ujitinidilakukandengankriteriasebagaiberikut: 1. Jika Yadalahsignifikan 2. Jika ,makapadaderajatkesalahantertentuhubunganXterhadap ,makapadaderajatkesalahantertentuhubunganXterhadap

Yadalahtidaksignifikan. Untukkasusini,variabelbebasterdiridari3(tiga)variabelyaitu terhadap

suatu variabel terilat Y, jadi tidak cukup hanya dilakukan dengan uji t saja, tetapi juga dengan uji F. Uji F ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana tingkat signifikansi hubungankeserentakan firstordertest. b. MenaksirParameterParameterDalamModelRegresiLinearGanda Ada dua pendekatan mendasar yang digunakan dalam menganalisis data panel, yaitu: 1. Pendekatan Fixed Effect yang menetapkan bahwa adalah sebagai kelompok yang spesifikatauberbedadalamconstanttermdalammodelregresinya. terhadap .Ujiujiinibiasanyadimasukkandalamgolongan

18

2. PendekatanRandomEffect,meletakkan adalahgangguanspesifikkelompok,sama dengan , kecuali untuk masingmasing kelompok, tetapi gambaran tunggal yang

memasukkanregresisamauntuksetiapperiode. 3. CommonEffect 4. NoneEffect

DalamKajianini,pengolahandatapanelmenggunakanporgramsoftwareEViews agar lebih memudahkan dalam mendapatkan Output yang sesuai dan memenuhi prasyaratprasyarat yang harus dipenuhi. Dalam model yang dihasilkan , karena

padasaattidakadasuntikandanayangmasukkeperguruantinggiataudengankatalain maka Tingkat Pencapaian Sasaran (TPS) yang dihasilkan sebesar tersebutmenjadikanpenafsiranyangmenyimpang.

. Dan hal

c.

PemeriksaanModel Pemeriksaan model ini dilakukan untuk melihat apakah merupakan taksiran

yang paling baik untuk sebagaiberikut:

. Secara umum sifatsifat taksiran yang diinginkan adalah

1. Tepat(tidakmelenceng) 2. Kalaupunadapenyimpangandiusahakansekecilmungkin Sifatsifattaksiranyangutamaadalahsebagaiberikut: 1. TakBias Bila adalah taksiran dari (suatu parameter), maka dikatakan taksiran tak bias jika: 2. Efisien Bila keduanya merupakan taksiran tak bias untuk , maka dikatakan lebih

efisiendari jika 3. TerbaikdanTakBias(BUE:BestUnbiasedEstimator) Bila merupakantaksirantakbiasuntuk ,maka dikatakansebagaitaksiranterbaik dantakbiasuntuk bilauntuksetiaptaksirantakbiasuntuk ,sebut ,berlaku
19

4. BLUE(BestLinearUnbiasedEstimator) Bila mempunyai hubungan yang linear terhadap terhadap nilai sampel,, dan untuksetiap LinearUnbiasedEstimatoruntuk

dikatakanBLUEbila . d.

StandarErrordariTaksiranLeastSquare Metode yang digunakan untuk membuat model didasarkan pada prinsipprinsip

untuk meminimalkan error. Oleh karena itu, ketepatan dari taksiran ditentukan oleh StandardErrordarimasingmasingtaksiran.

e.

UkuranGoodnessOfFit(

Ukuran ini untuk digunakan untuk memeriksa model regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak. Artinya seberapa dekatk garis regresi yang terestimasi dengan data.UkuranyangbiasadigunakanuntukkeperluaniniadalahGoodnessofFit(

).

f.

UjiAsumsi UjiHomoskedastisitas Homoskedastisitas merupakan salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh penaksir OLS (Ordinary Least Square). Penyimpangan terhadap asumsi homoskedastisitas tersebut disebut sebagai heteroskedastisitas. Homoskedastisitas dapat terjadi bila distribusi suatu probabilitas tetap sama dalam suatu observasi x, danvariansetiapresidualadalahsamauntuksemuanilaivariabelpenjelasyakni; yangdilakukanseragamatautidak.

Uji homoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui varian dari gangguan observasi

UjiOtokorelasi Autokorelasi dapat terjadi apabila variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode yang lain. Bila hal ini terjadi, maka akan dihasilkan penaksir yang tidak efisien, walaupun estimasinya tidak bias.

20

Dalamsuatupersamaanregresimengandungotokorelasiberarti,variabelgangguan dapatdituliskansebagaiberikut: Artinya bahwa nilai yang diharapkan dari dua nilai gangguan yang berbeda ( )adalahtidaksamadengannol.Dengankatalain,gangguandalamsuatu

observasiperiodetertentudipengaruhiolehnilaigangguanpadaperiodeyanglain. UjiLinearitas Ujiinidapatdigunakanuntukmelihatspesifikasimodelyangakandigunakandalam suatu estimasi sudah benar atau belum. Uji ini dilakukan karena adanya kesalahan spesifikasi model dapat berakibat ketidakefisienan dari penaksir. Guna mengetahui linearitas suatu model, maka digunakan general test of spesification/ramsey RESET test. UjiNormalitas Asumsi normalitas dalam model linear klasik berarti bahwa variabel pengganggu distribusisecaranormal.Bilaasumsiinitidakterpenuhidalammodelestimasi,maka koefisien parameter masih tidak bias dan terbaik tetapi tidak dapat dilakukan penaksiranterhadapreliabilitasdenganujisignifikansiklasik,baikujiFmaupunujit.

g.

TeknikAnalisaKorelasi Korelasi adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan

antaraduavariabelataulebihyangsifatnyakuantitatif.Duavariabeldikatakanberkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah yang berlawanan. Tandaarahkorelasiantaraduavariabeldapatdibedakanmenjadi: 1. Positif,jikaperubahanpadasalahsatuvariabeldiikutiolehperubahanvariabellainnya secarateraturdengangerakanyangsama. 2. Negatif, jika perubahan pada salah satu variabel diikuti oleh variabel lainnya secara teraturdengangerakanyangberlawanan. 3. Nol, jika kenaikan nilai variabel yang satu kadangkadang disertai dengan turunnya nilaivariabelyanglain,ataukadangkadangdiikutidiikutikenaikanvariabellainnya.

21

Untuk lebih memudahkan dan membayangkan, jika ada variabel X dan Y, maka korelasiantaraXdanYdapatdihitungdenganformulasebagaiberikut: Dimana , dan adalahdeviasistandarXdanY,dan 2.5. ProsesPembentukanRekomendasiKebijakan Modelberperansangatpentingdalammembentukrekomendasikebijakan.Model adalahkorelasiantaraXdanY,dengan

model yang dibentuk dalam kajian ini terdiri dari tiga jenis model yang digabungkan menjadisatumodelgabungan.Ketigamodeltersebutadalahmodelberdasarpendekatan ekonometrika,model berdasar lessonlearned, danmodel berdasarpemetaanhambatan danpeluangdalampendanaanpendidikantinggi.Untuklebihjelasnya,kamiilustrasikan padagambar2.3dibawahini. Gambar2.3.ProsesRekomendasiKebijakan

Modelpendekatanekonometrikadihasilkanempatjenismodeldariempatkategori.

Adapun modelmodel tersebut adalah model gabungan antara BHMN, BLU, dan Konvensional,modelBHMN,modelBLU,danmodelKonvensional.Masingmasingmodel diterjemahkandalamkaidahdanlogikauntukpendanaanPendidikanTinggi. Model pendekatan lesson learned dibangun atas datadata hasil pencermatan pembelajaran dari berbagai negara yang bersumberkan dari jurnal/paper/hasil
22

seminar/workshop yang dikelompokkan berdasar substansi pendanaan Pendidikan Tinggi. Model pemetaan hambatan/peluang pendanaan pendidikan tinggi selama proses pembelajaran berlangsung. Model ini diperoleh melalui wawancara dan Laporan AkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintah(LAKIP)PerguruanTinggi. Dasardasaryangharusdiperhatikandalampembentukanrekomendasikebijakanadalah sebagaiberikut: 1. VisiKemendiknas/Kemenag(PendidikanTinggi) 2. MisiDiktiKemendiknas/Kemenag(PendidikanTinggi) 3. TujuanKemendiknas/Kemenag(PendidikanTinggi) 4. AsumsiasumsiDasarPendanaanPendidikanTinggi Beberapa hal yang diukur dan menjadi obyek penelitian dalam kajian ini adalah sebagaiberikut: TargetKualitas(Value) YangdimaksudtargetkualitasadalahnilaiyangdiharapkanPemerintah(DIKTI)guna meningkatkankualitasprosesPendidikanTinggi.Dalamhalini,targetkualitas(Value) dianalogikan ke dalam tingkat pencapaian sasaran pendidikan tinggi baik PTN maupunPTAIN DanaPemerintah BatasannyadiaturdalamPeraturanPemerintahNo.48Tahun2008. DanaMasyarakat ProsespengembanganPendidikanTinggimemakandanayangcukupbesar,sehingga yangperludiperhatikanadalahbagaimanameningkatkankualitasPendidikanTinggi, tetapitidakmembebankanmasyarakat. DanaBantuandanKerjasama Karena Dana Pendidikan Tinggi yang diperlukan untuk pengembangan Pendidikan Tinggi cukup besar,sedangkan realisasi Pendanaan yang bersumber dari Dana BantuandanKerjasamarelatifkecildibandingkandenganDanaPemerintahdanDana Masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar pendanaan yang bersumber dari dana bantuan dan kerjasama relatif meningkat dan terus berkembang.
23

BABIII STUDIPUSTAKA
3.1. StudiPustaka

3.1.1. PotretPembangunanPendidikanTinggi Sejak era reformasi pada tahun 1998, dunia pendidikan di Indonesia mengalami banyakperubahan.SalahsatuperubahantersebutadalahadanyaamandemenUUD1945 yang berimplikasi pada pembangunan bidang pendidikan, terutama dalam hal pembiayaan pendidikan. Pendidikan adalah salah satu prioritas pembangunan nasional, dan karenanya terus ditingkatkan oleh pemerintah, baik dalam hal pendanaan, pengelolaanhinggapeningkatankualitaspendidikan. Salah satu jenjang pendidikan yang mendapatkan prioritas tersebut adalah Pendidikan Tinggi. Pada tahun 2010, pendidikan tinggi mendapatkan alokasi pendanaan kedua terbesar setelah pendidikan dasar. Selain itu meskipun harus diakui masih belum ideal,namunkiniperguruantinggilebihmajudibandingkanpadamasaOrdeBaru.Salah satu indikator dari kemajuan tersebut adalah fakta bahwa kini beberapa PTN masuk dalamkategoriterbaikdidunia.6 SejarahpendidikantinggidiIndonesiadimulaisejakjamanpenjajahanBelanda,atau sekitartahun1900an.Berdirinyaperguruantinggidijamankolonial,bukandengantujuan untuk mencerdaskan masyarakat pribumi, tapi lebih sebagai politik etis. Hal ini disebabkan, Eropa sedang bergiat mencapai masa pencerahannya (enlighten) dengan membangun universitas, maka bangsabangsa Eropa yang mempunyai daerah jajahan jugamembuatuniversitasdidaerahjajahanmasingmasing.Namunpendirianuniversitas tersebut tidak ditujukan untuk masyarakat pribumi, tapi lebih ditujukan untuk bangsa

Lihat, http://www.webometrics.info dan www.timeshighereducation.co.uk., dalam kategori 500 universitas terbaik 20052008. Lihat juga dalam makalah Tatang Muttaqien, Quo Vadis BHP: Prospek Pengelolaan Pendidikan Tinggi. Mengenai masuknya beberapa universitas Indonesia dalam dalam kategori 500universitasterbaik20052008,jugadijelaskanolehProf.Dr.SofyanEffendi,mantanRektorUGM,dalam RapatDenganPendapatantaraDewanPendidikanTinggidengankomisiXDPRRI,tanggal20Januari2011, meski belum masuk 200 terbaik dunia, namun universitas di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan perbaikanrankingdunia,paparSofyan.RisalahrapatDPRRI,tanggal20Januari2011.

24

penjajahyangsedangberadadinegarajajahanataujurusanyangdibukadinegarajajahan adalahjurusanyangdibutuhkandalamrangkauntukmelanggengkanpenjajahan.7 Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, dikembangkanlah pembidangan profesional (teknik di Bandung, pertanian di Bogor, dan kesehatan di Surabaya) yang merupakan cabang dari Balai Perguruan Tinggi dengan kampus utama di Jakarta, yang kemudianmenjadiUniversitasIndonesia.Taklamakemudianberdiriduaperguruantinggi swastayangdidirikan,yaituUniversitasIslamIndonesia(UII)ditahun1945diYogyakarta danUniversitasNasional(Unas)padatahun1949diJakarta.8 Seiring dengan semangat pembukaan UUD 1945, untuk mencerdaskan bangsa, maka satu persatu berdirilah universitasuniversitas di berbagai daerah. Universitas Gadjah Mada (UGM), di Yogyakarta pada (1949), Universitas Airlangga Surabaya (1954), Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang (1956), Institut Teknologi Bandung atau ITB (1959),danInstitutPertanianBogoratauIPB(1963).Selamatahun1950,ada9universitas barudan3SekolahTinggiKeguruan(IKIP)yangberdiri.9 PadamasaOrdeLamasemakinlamapendirianperguruantinggisemakinmenjamur. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, dengan deklarasi kemerdekaan Indonesia 1945,PerlawananterhadappenjajahanBelandasemakinkuat,hinggapuncaknyaadalah konflik memperebutkan Irian Jaya, yang berakhir pada Indonesia merebut Irian Jaya. Implikasi dari kemenangan Indonesia tersebut, Belanda di akhir tahun 1950an mengeluarkan kebijakan untuk menarik semua Guru Besar atau Profesor dari berbagai PerguruanTinggidiIndonesia.10 Menyikapi kebijakan pemerintah Belanda, di awal 1960an pemerintah Orde Lama, mengirim banyak mahasiswa ke Rusia dan Amerika. Namun sayang, mahasiswa yang berangkatstudikeRusiatidak dapatkembalikeIndonesia setelah peristiwa G 30/S/PKI.
R.MurrayThomas,AChronicleofIndonesianHigherEducation(Singapore:Chopmen,1973),3646.,dalam SinggihTriSulistiyono,HigherEducationReformInIndonesiaAtCrossroad,Makalahyangdipresentasikandi GraduateSchoolofEducationandHumanDevelopment,NagoyaUniversity,Japan(Nagoya:26July2007). Penulis adalah dosen di Departemen Sejarah dan Sekretaris Pusat Studi Asia, Universitas University, Semarang. 8 MochtarBuchori&AbdulMalik,TheEvolutionofHigherEducationinIndonesia,in:Altbach&Umakoshi (eds),AsianUniversities,253.,dalamibid,. 9 S.Nasution,SejarahPendidikanIndonesia(HistoryEducationofIndonesia),(Bandung,Jemmars,1983),142., Lihatdalamibid,. 10 R. Murray Thomas, A Chronicledalam, Ibid,.
7

25

Sementara mahasiswa yang belajar ke Amerika dapat kembali, dan mengembangkan berbagaiperguruantinggidiIndonesia.11 Kedua, disahkannya Undangundang Pendidikan, yaitu UU No. 22 Tahun 1961. UU Pendidikan tersebut, memerintahkan untuk mendirikan Universitas di setiap Provinsi, pada saat itu ada 23 provinsi, maka didirikanlah 23 Perguruan Tinggi. Selain itu, UU Pendidikan ini juga memberikan dasar bagi partisipasi swasta dalam pendidikan tinggi, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mendirikan sekolahsekolah swasta baru.12 Meskipunperguruantinggipascakemerdekaansudahberjalanselamaduadekade, namun arah kebijakan pemerintah pada saat itu masih belum jelas. Hal tersebut dapat dipahamisebabselamapemerintahOrdeLamalebihfokuspadaurusanpolitik,sehingga masalah pendidikan terabaikan. Kebijakan yang berbeda terjadi pada masa Orde Baru, yaitu di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto membuat Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi (KDPPT I 19751985) tahun 1975. Kebijakan tersebut memuat tujuan pengembangan, peran dan fungsi pendidikan tinggi, dasar dan arah pembinaan dan pengembangan, langkah pembinaan, kelembagaan pendidikan tinggi, sertapembiayaandanalokasianggaran.13 Pada tahap berikutnya, yaitu tahun 19851995, pengembangan pendidikan tinggi diarahkan pada konsolidasi hasil yang telah diperoleh selama periode pengembangan sebelumnya. Pengembangan tersebut berupa peningkatan kapasitas kelembagaan, infrastruktur, manajemen, produktivitas, relevansi dan mutu. Selanjutnya pada tahap ketiga(19962005),dibangunKerangkaPengembanganPendidikanTinggiJangkaPanjang (KPPTJT)yangditujukanuntukmengupayakanperbaikansistemmelalui3programinduk, yaitu:penataansistem,peningkatanrelevansidanmutu;sertapemerataan.Padasaatini, yaitu tahun 20032010, Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (Higher Education Long Term Strategy) difokuskan untuk menjawab tiga isu strategis, yaitu:dayasaingnasional,danotonomiPT,sertakesehatanorganisasi.

Buchori & Malik, The Evolution dalam, Ibid,. Lihat Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 22, Tahun 1961 13 Lihat presentasi Dr. Ir. Taufik Hanafi, Kajian Pendidikan Tinggi, MURP, Direktur Agama dan Pendidikan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta 25 Juni 2010.
12

11

26

Amanat dari amandemen UUD 1945 yang mewajibkan pemerintah untuk menganggarkan sekurangkurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk membiayai pendidikan,cukupmendorongberbagaiuniversitasuntuklebihmaju.Selainpenambahan anggaran, tentu saja berbagai kebijakan pemerintah baik pengelolaan maupun otonomi yang diberikan, sangat mendorong PTN dan PTAN untuk lebih maju. Hal ini bisa dilihat dari 500 rangking universitas terbaik di dunia, terdapat 7 universitas dari Indonesia. 14 Demikianjuga ditingkatASEAN, Universitasdi Indonesiaadapadaurutanketigasetelah SingapuradanThailand.15 3.1.2.PendidikanTinggi:KualitasversusPemerataan Kondisi pembangunan pendidikan tinggi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Haltersebutdapatdilihat darirendahnyakualitas pendidikan tinggi.Laporan penelitian menunjukanbahwasampaitahun2007,untuktotal4.370.000siswa,ada231.000dosen, dari jumlah penduduk 220 juta. Hanya lima persen (atau 11.000) di antara mereka memperoleh Ph.D, yang lainnya adalah Magister (32 persen), dan Sarjana (60 persen). Dengankatalain,satuorangyangbergelarPh.Dharusmenghadapi400mahasiswa.16 Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga bisa dilihat dari tingginya angka pengangguranyanglulusdariperguruantinggi.DatadariBPS,padatahun200817jumlah sarjanamenganggurhampirmencapai600.000orang.Haltersebutmerupakanindikator yang menunjukkan bahwa banyak perguruan tinggi di Indonesia yang belum bisa menghasilkan lulusan dengan kualitas yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan lapangankerja.

Lihat, http://www.webometrics.info dan www.timeshighereducation.co.uk., dalam kategori 500 universitas terbaik 20052008. Lihat juga dalam makalah Tatang Muttaqien, Quo Vadis BHP: Prospek Pengelolaan Pendidikan Tinggi. Mengenai masuknya beberapa universitas Indonesia dalam dalam kategori 500universitasterbaik20052008,jugadijelaskanolehProf.Dr.SofyanEffendi,mantanRektorUGM,dalam RapatDenganPendapatantaraDewanPendidikanTinggidengankomisiXDPRRI,tanggal20Januari2011, meski belum masuk 200 terbaik dunia, namun universitas di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan perbaikanrankingdunia,paparSofyan.RisalahrapatDPRRI,tanggal20Januari2011 15 Lihat, http://www.webometrics.info dan www.timeshighereducation.co.uk., dalam kategori peringkat universitasdiASEAN. 16 RizalZ.Tamin,StrategicPositioning,dalamHigherEducationSectorAssesment,FinalReport,2008. WorldBank,BAPPENAS,danDepdiknas. 17 BPS,SurveiTenagaKerjaNasional(Sakernas),2008.

14

27

Selain persoalan kualitas pemerintah Indonesia juga menghadapi persoalan pemerataan akses terhadap layanan pendidikan tinggi. Seluruh warga negara berhak untuk mendapatkanpendidikanyanglayak termasukjenjangpendidikantinggi,terlepas darilatarbelakangkesukuanmaupunekonominya.Saatini,terdapat82PerguruanTinggi Negeri (PTN) dan lebih dari 2800 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) serta 1 Universitas Terbuka.PerguruantinggidiIndonesiamenampungkuranglebih4,5jutamahasiswadari sekitar 25 juta penduduk usia 1824 tahun, sehingga angka partisipasi kasar pendidikan tinggisekitar17persen. Sadar akan rendahnya angka APK dibanding dengan negara ASEAN lainnya, maka sejak tahun 2003, Dirjen Dikti menyusun strategi Pengembangan Pendidikan Tinggi JangkaPanjang(HigherEducationLongTermStrategy,HELTS)20032010.Katakuncidari strategitersebutadalahpenempatanperguruantinggisebagaikunciuntukmemperkuat daya saing bangsa melalui peningkatan mutu pendidikan tinggi agar mampu mengembangkan potensi mahasiswa secara optimal. Untuk bisa melaksanakan peran tersebutsertalebihcepatdanfleksibelmengantisipasiperubahanyangterjadi,perguruan tinggiharusotonomdanmemilikitatakelolayangsehat.18 Selanjutnya, dalam mengembangkan perguruan tinggi di Indonesia, Departemen PendidikanNasionaltelahmencanangkantigapilarpengembangansebagaiberikut: 1. Pemerataandanperluasanakses, 2. Peningkatanmutu,relevansidandayasaing, 3. Penguatantatakelola,akuntabilitasdanpencitraanpublik. Pemerataan dan perluasan akses merupakan respon terhadap kebutuhan masifikasi pendidikan tinggi. Meskipun perguruan tinggi didorong untuk memobilisasi partisipasi swastadanmasyarakatdalampendanaanpendidikantinggi,aksesmasyarakatkhususnya dari kelompok kurang mampu untuk masuk ke perguruan tinggi berkualitas harus dilindungidandijamin.Agarlulusanperguruantinggidapatberkontribusipositifterhadap peningkatandayasaingbangsa,makamutudanrelevansipendidikantinggiharuslahbaik. Peningkatan mutu didorong melalui berbagai bentuk pendanaan kompetisi untuk pengembanganinstitusi.
18

http://www.dikti.go.id/Archive2007/kpptjp/kpptjp.html

28

Persoalan dilematis yang dihadapi Indonesia juga pernah dialami Inggris. Inggris juga menghadapi masalah pendidikan yang sama yakni, merosotnya kualitas akademik danrendahnyaaksesgolonganekonomilemahkeperguruantinggi. Guru besar ekonomi dari London School of Economics (LSE), Prof. Nicholas Barr, yang sering melakukan riset ekonomi pendidikan, mengajukan resep cukup menarik untuk dipelajari.19 Barr mengatakan subsidi penuh dan pembebasan biaya pendidikan tidakselalumenyebabkanaksesyanglebihadildanmeratapadapendidikantinggi.Pada pelaksanaannya, subsidi di Inggris selalu kurang menguntungkan kelompok miskin sehingga selama bertahuntahun, akses keluarga kurang mampu ke pendidikan tinggi hanya 15 persen, dibandingkan 81 persen dari keluarga mampu. Sebaliknya, di Amerika yangmengikutisistempasar,akseskeluargakurangmampumencapai43persen. DiInggriscukupbanyakanggotamasyarakatyangmendukungrencanasistempajak progresif. Namun, mereka mengharapkan penerimaan pemerintah dari pajak lebih digunakan untuk pendidikan prasekolah, menurunkan angka dropouts pada SLTA, meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan, serta program khusus untuk anakanak keluargatidakmampu. Belajar dari kegagalan masa lalu dalam pelaksanaan student loans, Pemerintah menjamin pembayaran kembali melalui pembayaraan pinjaman melalui potongan gaji bersamaan dengan pemungutan pajak penghasilan. Pembayaran melalui pemotongan gajiinimemungkinkanadanyapembayaransecaraprogresif.Yangberpendapatanrendah mengangsurlebihrendahdanyangberpendapatantinggimengangsurlebihbesar.Opsi inipadadasarnyainginmendorongalokasianggaranpendidikan,darikelompokmampu yangtidaklagimenerimasubsidi,kekelompoktidakmampu. Persoalan akses di Indonesia tidak hanya persoalan ekonomi sebagaimana dipaparkan sebelumnya, namun juga ada masalah geografis. Disparitas Regional di pendidikan menengah secara signifikan mempengaruhi kesempatan untuk mengakses pendidikantinggi.Sebagaicontoh,pencapaiansiswadariDKIsecarasignifikanlebihbaik daripada yang berasal dari pulau terluar. Karena kualitas pendidikan sekunder

19

NicholasBarr,FinancingHigherEducation:ComparingtheOptions,TheGuardian,June12,2003,London.

29

dipengaruhi oleh pendidikan dasar, perbaikan hanya akan efektif bila rencana yang sistematisdankomprehensifditempat. Dalam menangani masalah ini, muncul kreatifitas dari berbagai perguruan tinggi. MeskibanyakperguruantinggiyangterbaikadadipulauJawa,namunsetiapperguruan tinggimenginginkanbahwamerekamempunyaikualifikasinasionaldanbukanperguruan tinggi lokal. Adapun cara untuk membuat dirinya menjadi nasional mereka melakukan pencariansiswayangberbakatdenganmemberikanbeasiswauntukkuliahdiperguruan tinggimereka. DalammembuatdirinyamenasionalIPBsejaktahun1980anIPBmemperkenalkan skema kepanduan, model yang dipilih adalah mengundang sekolah di semua provinsi untuk mencalonkan siswa terbaik mereka untuk melanjutkan studi di IPB tanpa harus mengikuti ujian masuk. Pada tahun 2008 sebagian besar (80 persen) dari perekrutan di IPB dilakukan melalui skema ini. Tak lama kemudian, UI, ITB, dan UGM melakukan hal yang sama, meski angka perekrutannya tidak sebanyak IPB. Sejak pemerintah bisa memainkanperan penting dengan memberikanbeasiswa,rekomendasiiniadalahuntuk memperkenalkan skema beasiswa bagi mereka yang telah dipilih. Sebuah proporsi minimum tertentu siswa dari kelompok kurang mampu juga bisa dikenakan sebagai kelayakanbagilembagauntukmenerimabantuanbeasiswa. 3.2. LandasanHukumPendanaanPendidikanTinggi

3.2.1. PembukaanUndangUndangDasar(UUD)1945 Salah satu tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia, sebagaimana tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, dengan jelas menyatakan bahwa tujuan terbentuknya Negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembukaan UUD 1945 secara implicit menegaskan pentingnya pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk kemajuan bangsa. Bertitik tolak dari amanat pembukaan UUD 1945, maka batang tubuh UUD 1945, pasal 31, ayat 4, secara eksplisit menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikansekurangkurangnyaduapuluhpersendariAnggaranPendapatandanBelanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Pasal ini secara jelas
30

mewajibkan negara untuk mengalokasikan anggaran di semua tingkatan pemerintah sekurangkurangnya dua puluh persen (20persen). Dengan kata lain Negara bertanggungjawabataspembiayaanpendidikandisemuajenjangpendidikan. 3.2.2.UndangUndang(UU)

UndangUndangNo.20Tahun1997 Seperti telah disinggung di atas, untuk biaya pendidikan maka perguruan tinggi dibenarkan menerima dana dari masyarakat, namun didasari untuk tidak mencari keuntungan. Untuk penerimaan tersebut, pemerintah mengkategorikannya sebagai PenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP)yangdiaturdalamUndangUndangNo.20tahun 1997tentangPenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP).Besarnyadanayangakandidapat dari masyarakat untuk keperluan perguruan tinggi sebagaimana tersebut di atas dipertimbangkan berdasarkan: 1. Dampak terhadap masyarakat & kegiatan usahanya, 2. Biayapenyelenggaraankegiatanpemerintah,3.Aspekkeadilan. UndangundangNo.20Tahun2003 Lebih jauh, amanat UUD 1945 ini dijabarkan lebih detail dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003. UU Sisdiknas ini menjelaskan yangdimaksuddenganperguruantinggi,sebagaimanadalampasal19,Pendidikantinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Selain itu perguruan tinggi juga mempunyai tanggung jawab yaitu menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya, UU Sisdiknas juga menjelaskan mengenai Pendanaan Pendidikan, pasal 46, ayat 1, menyatakan, Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Secara lebih jelas, pasal 49, menyatakansebagaiberikut: 1) Danapendidikanselaingajipendidikdanbiayapendidikankedinasandialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada

31

sektorpendidikandanminimal 20persen dariAnggaran PendapatandanBelanja Daerah(APBD).20 2) GajigurudandosenyangdiangkatolehPemerintahdialokasikandalamAnggaran PendapatandanBelanjaNegara(APBN). 3) DanapendidikandariPemerintahdanpemerintahdaerahuntuksatuanpendidikan diberikandalambentukhibahsesuaidenganperaturanperundangundanganyang berlaku. 4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentukhibahsesuaidenganperaturanperundangundanganyangberlaku. 3.2.3.PeraturanPemerintah(PP)tentangBHMN

Perguruan tinggi merupakan tulang punggung kemajuan atau kemunduran suatu negara. Karenanya perguruan tinggi di berbagai negara, merupakan badan otonomi tersendiri. Pemikiran tentang otonomi kampus inilah yang memberikan inspirasi kepada pemerintah untuk memberikan keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk mandiri. Kemandirian kampus ini oleh pemerintah diberikan payung hukum berbentuk Badan HukumMilikNegara(BHMN). Langkahselanjutnyapemerintahmemberikanpercobaanbagibeberapaperguruan tinggi yang siap untuk otonomi. Karenanya pemerintah mengeluarkan surat keputusan (SK) berupa peraturan pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 152 Tahun 2000 menetapkan Universitas Indonesia (UI) sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), untuk Universitas Gajah Mada (UGM) ) berdasarkan peraturan pemerintah RepublikIndonesiaNo.153tahun2000,untukInstitutPertanianBogor(IPB)berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.154 tahun 2000, untuk Institut Teknologi Bandung(ITB)berdasarkanperaturanpemerintahRepublikIndonesiaNo.155tahun2000, untuk Universitas Sumatera Utara (USU) berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.53 tahun 2003, dan terakhir Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berdasarkanperaturanpemerintahRepublikIndonesiaNo.6tahun2004.
20

Interpretasiataspasal49,ayat1,initelahdiputuskanolehMahkamahKonstitusipada19Oktober2005, secara mutlak bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah, diwajibkan mengalokasikan anggaran sebanyak 20persen, termasuk gaji Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di setiap Perguruan Tinggi dan mengecualikanpendidikankedinasan.

32

Salah satu poin penting dari otonomi perguruan tinggi adalah dalam masalah kekayaan dan pendanaan. Terkait dengan kekayaan dan pendanaan, semua SK yang mengaturmasalahkekayaandanpendanaanhampirsamauntuksemuaperguruantinggi. Menurutperaturanpemerintah,pasal9,kekayaanawaluniversitasmerupakankekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), besarnyakekayaanawaluniversitasadalahseluruhkekayaannegarayangtertanampada universitas, kecuali tanah yang nilainya ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Keuangan. Selanjutnya mengenai optimalisasi kekayaan, peraturan pemerintah mengaturnya, pemanfaatan kekayaan berupa tanah menjadi pendapatan universitasdandipergunakanuntukpelaksanaantugasdanfungsiuniversitas;selainitu, kekayaanawaluniversitastidakdapatdipindahtangankan. Selain tanah, kekayaan lain dalam segala bentuk, termasuk kekayaan intelektual, fasilitas, dan benda di luar tanah tercatat sah sebagai hak milik universitas; kekayaan intelektual terdiri atas hak paten, hak cipta, dan bentukbentuk kekayaan intelektual lainnya yang dimiliki sepenuhnya atau sebagian oleh universitas; adapun tatacara perolehan, penggunaan, dan pengelolaan kekayaan intelektual diatur lebih lanjut dalam keputusan Majelis Wali Amanat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Terkait dengan masalah pendanaan, peraturan pemerintah pasal 12 menyatakan, pembiayaan untuk penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan universitas berasaldari:(1)Pemerintah,(2)Masyarakat;(3)Pihakluarnegeri;dan(4)Usaha,dan(5) tabungan universitas. Dana yang berasal dari pemerintah merupakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas, anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Adapun dana dari masyarakat merupakan dana pendamping bagi dana pemerintahuntukpembiayaanrutin.Penerimaandanadarimasyarakatdimasukandalam kategoriPenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP). PeraturanPemerintahNo.60Tahun1999 PeraturanpemerintahinimenjelaskansecaralebihdetailtentangPendidikanTinggi. Mulai dari secara definisi Perguruan Tinggi, Tujuan, Penyelenggara, Kurikulum, Penilaian
33

Hasil Belajar, Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan, Gelar dan Sebutan Lulusan hinggapembiayaanperguruantinggi. Dalam peraturan pemerintah tersebut, disebutkan secara eksplisit bahwa pembiayaan perguruan tinggi dapat diperoleh dari sumber pemerintah, masyarakat dan pihak luar negeri. Terkait dengan dana masyarakat, maka sumber dana yang boleh diperolehdarimasyarakatbersumbersebagaiberikut: a) SumbanganPembinaanPendidikan(SPP); b) Biayaseleksiujianmasukperguruantinggi; c) Hasilkontrakkerjayangsesuaidenganperandanfungsiperguruantinggi; d) Hasilpenjualanprodukyangdiperolehdaripenyelenggaraanpendidikantinggi; e) Sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga Pemerintah atau lembaga non Pemerintah;dan f) Penerimaandarimasyarakatlainnya. Meskipun ada pemasukan dari masyarakat, namun semangat dari penerimaan dana masyarakat tersebut bukan didasarkan pada prinsip mencari keuntungan, sebagaimanatermaktubpadaayat5,usahauntukmeningkatkanpenerimaandanadari masyarakatdidasarkanataspolaprinsiptidakmencarikeuntungan. PeraturanPemerintahNo.48Tahun2008. Secara lebih rinci pemerintah menjelaskan tentang pendanaan pendidikan dalam peraturan pemerintah No. 48 tahun 2008. Peraturan pemerintah ini menjelaskan secara terperinci mengenai mana tanggungjawab pemerintah baik pusat maupun daerah serta masyarakat.Adapunyangdimaksuddenganmasyarakatpadaperaturaninisebagaimana disebutkandalampasal2,adalah1.Penyelenggaraatausatuanpendidikanyangdidirikan masyarakat, 2. Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, 3. Dan siapapun yang mempunyaiperhatiandanperanandalambidangpendidikan. Selanjutnya dalam peraturan ini yang dimaksud dengan biaya pendidikan, sebagaimana pasal 3, meliputi, 1. Biaya satuan pendidikan, 2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, 3. Dan biaya pribadi peserta didik. Demikian juga mengenai investasi yang merupakan tanggungjawab pemerintah sebagaimana disebutkandalampasal4.
34

PeraturanPemerintahNo.19Tahun2005. Untuk menjaga persamaan kualitas serta pembiayaan pendidikan secara nasional, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 mengenai standar nasional pendidikan. Dalam peraturan ini dijelaskan standar yang mengatur komponendanbesarnyabiayaoperasisatuanpendidikanselama1tahunyangterdiridari biaya,1.BiayaInvestasisatuanpendidikandan2.BiayaOperasisatuanpendidikan. PeraturanPemerintahNo.23Tahun2005 Inovasi perguruan tinggi untuk membiayai dirinya sendiri semakin terbuka, pemerintahpun memberikan peluang bari perguruan tinggi untuk melakukan inovasi dalam mencari sumber dana. Peluang yang diberikan oleh pemerintah dalam hal pendanaan diatur dalam peraturan pemerintah no. 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuanganBadanLayananUmum. Badan Layanan Umum (BLU) merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari (prinsip efisiensi dan produktivitas). Pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum berupa keleluasaan untuk menerapkan praktekpraktek bisnis yang sehat guna memajukan kesejahteraan umumdanmencerdaskankehidupanbangsa. Lembaga dengan status BLU dapat membuat Rencana Bisnis dan Anggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU. Dengan status BLU dengan tujuan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikanfleksibilitasdalampengelolaankeuanganberdasarkan prinsipekonomidan produktivitas,danpenerapanpraktekbisnisyangsehat.Suatulembagapemerintahdapat diizinkanmengelolakeuangandenganPPKBLUharusmemenuhipersyaratansubstantif, teknis,danadministratif. 3.2.4.PeraturanMenteri(Permen)

KeputusanMenteriKeuanganNo.115/kmk.06/2001.

35

Terkait dengan PNBP, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No.115/kmk.06/2001 tentang tata cara penggunaan dan penerimaan negara bukan pajak padaperguruantingginegeri.Keputusantersebutmenjelaskanbahwauangpenerimaan dari masyarakat tersebut wajib disetor langsung ke kas negara serta langsung dikelola dalam sistem APBN. Uang tersebut hanya bisa dicairkan oleh Bendaharawan Pengguna untukkegiatanoperasionaldaninvestasiperguruantinggi. PeraturanMenteriPendidikanNasionalNo.2Tahun2005. Inovasipembiayaandiperguruantinggisangatberagamdiantaraadasubsidisilang. Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.2 tahun 2005 tentang subsidi silang biaya operasi perguruan tinggi. Dalam peraturan menteriinimenjelaskanbahwayangdimaksuddengansubsidisilangadalahsubsidiyang diberikanolehpesertadidikyangmampusecarafinansialkepadapesertadidikyangtidak mampusecarafinansial,dalammenanggungbiayaoperasiPT. Adapun maksud subsidi silang ini untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan membantu pendanaan pendidikan bagi peserta didik yang tidakmampusecarafinansialtetapimampusecaraakademik.Sedangkantujuannyaagar terselenggaranya pelayanan pendidikan yang bermutu bagi peserta didik yang tidak mampusecarafinansial. PeraturanMenteriPendidikanNasionalNo.44TAHUN2006. Untukmemajukanpendidikanpemerintahtidakhanyamembantupendidikanyang dikelola pemerintah, namun pemerintah juga memberikan bantuan bagi lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan. Bantuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 44 tahun 2006, tentangbantuanuntuklembagapendidikanyangdiselenggarakanolehmasyarakatdan lembagakemasyarakatan Bantuan yang dimaksud dalam peraturan menteri adalah pemberian sementara untuk memenuhi sebagian kebutuhan lembaga pendidikan (masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dari Kemdiknas) yang dianggarkan dalam DIPA Sekjen Kemdiknas . AdapunlembagapendidikanyangdiselenggarakanmasyarakatsalahsatunyajenjangPT,
36

diantaranya universitas/institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi; dan satuan pendidikannonformalyaitulembagakursus,lembagapelatihan,kelompokbelajar,pusat kegiatanbelajarmasyarakat,majelistaklim,dansatuanpendidikanyangsejenis. Adapun tujuan dari bantuan ini agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Jenis bantuan biasanya dalam bentuk uang satu kali dalam satu tahun anggaran. Adapun sasaran bantuan adalah lembaga lembaga pendidikan masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan yang mengajukanusulanbantuankepadaKemdiknas. KeputusanDirjenPendidikanTinggiKemdiknasNo.28/DIKTI/Kep/2002. Terkait pendanaan dari pemerintah masih sangat terbatas, maka beberapa perguruan tinggi negeri, membuat program non reguler. Dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan keputusan Dirjen Dikti No. 28/DIKTI/Kep/2002 mengenaipenyelenggaraanprogramregulerdannonregulerdiperguruantingginegeri. Dalamkeputusaninidijelaskanbahwabiayapendidikanuntuknonregulertidakdibantu pemerintah (non subsidi) dan juga biaya pendidikannya lebih tinggi dari yang reguler. Untuk penetapan biaya pendidikannya dilakukan oleh Senat Perguruan Tinggi bersangkutan. 3.3.PendanaanPendidikanTinggi:PembelajarandariNegaraLain Lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, berbagai universitas baik swasta maupunnegerihampiradadisetiapprovinsidiIndonesia,sumberdayamanusiajugatak kalahmumpuni,berbagaiajangolimpiadetingkatinternasionalberhasildiraiholehpelajar Indonesia, namun muncul pertanyaan yang sangat mendasar, mengapa sistem pendidikandiIndonesiamasihmahaldanbelumdapatmenjangkauseluruhmasyarakat? Dalam studi ini beberapa negara akan dijadikan contoh bagaimana mereka mengelola pendidikan tinggi, khususnya universitas, institut dan lembaga tinggi lainnya, baik negeri maupun swasta. Dalam hal ini ada empat negara yang dijadikan contoh, diantaranya Amerika Serikat, Australia, Malaysia, India, dan Inggris. Malaysia dijadikan contoh,sebabsebagainegarayangpernahbelajarpadaIndonesia,Indiasebagainegara

37

miskin, Australia, Inggris, dan Amerika adalah negara maju, dimana pengelolaan terhadapperguruantinggilayakuntukdicontoh. 3.3.1. AmerikaSerikat SistempendidikantinggidiAmerikaadalahyangterbaikdidunia.Namundemikian, Amerika masih terus meningkatkan sistem pendidikannya. Seperti juga Negaranegara lain, Amerika juga mempunyai persoalan pembiayaan pendidikan tinggi untuk meningkatkan akses. Para pembuat kebijakan telah berusaha menghilangkan hambatan dengancarameningkatkanhibah(grants)untukparamahasiswa.Namundemikian,hibah yangdiberikankepadaparamahasiswamasihterlalumahal,tidakefisiendanefektif,serta tidakberkeadilan. Dengan masalah pembiayaan pendidikan tinggi seperti di atas, maka pemerintah federalharusterlibatdalampembiayaanpendidikantinggi.Bantuanyangdiberikanoleh pemerintah federal lebih fokus pada masalah efisiensi pada setiap level bantuan. Meski masalah pembiayaan bukan satusatunya masalah yang sangat penting, namun masalah pembiayaanharusmenjadiprioritasuntukdiselesaikan. Pemerintah Amerika selama ini paling tidak telah mengeluarkan uang sekitar 2 persen dari GDP untuk pembiayaan pendidikan tinggi, terutama untuk promosi akses. Para pembuat kebijakan sekarang ini telah berencana untuk secara substansial memperluas program saat ini. Hal ini belajar dari pengalaman internasional, mungkin menunjukkanpendekatanyanglebihbaik. Disisilain,paramahasiswajugamengeluarkanbiayayangcukupmahaluntukkuliah diperguruantinggiAmerika.DalamlogikaekonomiAmerika,semakintinggipengeluaran permahasiswa diAmerika,makamencerminkansemakintinggi penghasilan masyarakat di Amerika. Di Amerika, selain membayar biaya kuliah, mahasiswa juga perlu untuk membayar kamar dan biaya hidup lainnya, yang dijumlahkan bisa mencapai sekitar $ 10. 000 hingga $ 11.000. Jika dijumlahkan secara ratarata, setiap mahasiswa dapat menghabiskan uang sebesar $ 10.000 hingga $ 23.000 pertahun, tergantung dimana seseorangkuliah.

38

Masalah biaya ini merupakan penghalang yang utama bagi mahasiswa, apakah merekamampuuntukmendaftar.Selainbiayakuliah,itusepertidijelaskandiatas,biaya hidup di Amerika juga terbilang berat. Bagi mahasiswa yang mempunyai kemampuan keuangan pertanyaan yang muncul adalah apakah mereka perlu atau harus kuliah. Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah tergantung seberapa banyak biaya yang akandikeluarkanuntukkuliah. Bagi yang ratarata berpenghasilan sebesar $ 22.000 pertahun, bagi lulusan SMA, dan biaya kuliah serta biaya hidup dalam kisaran $ 22.000 sampai $ 35.000, maka akan menjadi sesuatu yang memberatkan. Perlu dijadikan catatan, terlepas dari apakah biaya kuliah diukur dengan biaya hidup, apakah dapat mencukupi. Berbeda dengan pemahaman secara umum, pada sebagian kecil di beberapa lembaga, biaya kuliah dan biayahidupmerupakanhambatanutamauntukkuliah.Bagisebagianbesarmahasiswa, hambatanutamadalamkuliahadalahkebutuhanuntukmenutupbiayahidup,sementara kerjasampingansebagaimahasiswahanyayangdibayarnormal. Meskiberbiayamahal,namunlulusanperguruantinggidiAmerikasangatdihargai. Padatahun2005,rataratausia3544tahunbujanganpemeganggelarmemperoleh$54. 800,jauhlebihbesar dibandingkandenganusia yangsama3544 tahun,namun dengan hanyaijazahSMA. Seperti juga di beberapa Negara lain, di Amerika ada juga keluarga yang yang berpendapatan rendah, sehingga kesulitan untuk membayar kuliah termasuk biaya hidupnya. Dalam hal ini, pemerintah Amerika mengeluarkan kebijakan untuk membiayai keluargamiskintersebut.Diantarakebijakantersebutsubsidipemerintah,hibah(grant), pinjaman mahasiswa, dan pajak konsesi. Selain itu pemerintah juga ikut campur tangan dalampendidikantinggiuntukkeperluanlain,sepertipenelitian. Pinjamanakansangatbernilaiapakahsecaraprinsipdalambilangankuantitatifatau secara biaya anggaran (nilai subsidi), keduanya tergantung pada tujuan dari pinjaman tersebut. Untuk program pemerintah dalam membantu mahasiswa hingga saat ini pemerintahAmerikatelahmengeluarkansekitar$200miliarpertahunatau2persendari PDB.

39

Salah satu bentuk pinjaman dari pemerintah yang terkenal adalah pinjaman Stafford. Pola pinjaman ini ada dua, pertama, pinjaman langsung yang diberikan dari Departemen Federal Pendidikan. Sedangkan yang kedua, pinjaman yang diberikan dari bankbank swasta atas jaminan pemerintah. Pada tahun 2005, 23 persen dari pinjaman Stafforddibuatmelaluiprogrampinjamanmahasiswalangsung.Adaduamodelpinjaman Stafford, disubsidi dan yang tidak disubsidi. Perbedaan keduanya adalah bagi yang bersubsiditidakadabungayangdikenakanpadapinjamansampai6bulansetelahlulus. PinjamanStaffordpadatahun20052006setengahnyamerupakanpinjamanbersubsidi. Anggota legislatif di Amerika barubaru ini mengeluarkan undangundang untuk menurunkan suku bunga subsidi pinjaman Stafford. Hal ini mendapat dukungan publik Amerika, berdasarkan jajak pendapat 88 persen orang Amerika mendukung hal ini. Namun, usulan ini tampaknya tidak perlu dan mahal, dengan subsidi yang tidak terarah ternyatatidakmeningkatkanakses.KarenasebagianbesarpemegangpinjamanStafford sudahmeminjamsampaipadabatasnya,kendalayangpalingpentingbukanlahlunasnya pengembalian tapi ketersediaan keuangan itu sendiri. Dengan adanya subsidi, memang menjadilebihsulituntukmeningkatkanbataspinjaman. Program lain dari pemerintah untuk membantu mahasiswa adalah program Grant Pell. Grant Pell Ini diberikan kepada keluarga berpenghasilan lebih rendah lagi untuk membayar pengeluaran pendidikan mereka. Tahun 200506, pemerintah Federal dan Negara memberikan $ 19 milyar dan $ 7 milyar. Sebagian besar hibah Federal adalah melalui program Hibah Pell. Pemerintah federal setiap tahun mengeluarkan $ 13 milyar untuk5,3jutasiswa,rataratasetiapsiswamendapatkansekitar$2.400.21 Sepertidicatatsebelumnya,KomisiSpellingsmendoronguntukadanyapeningkatan Pell Grants sekitar duapertiga. Usulan komisi Spelling ini, telah diterima oleh bagian administrasi,Kongresdanmasyarakatpendidikantinggi.Namun,bagaimanapembiayaan ini dilakukan masih belum ada kejelasan. Tujuan hibah Pell adalah untuk memfasilitasi akseskependidikantinggiuntukanakanakdariyanglebihrendahpendapatankeluarga. Sepertidijelaskansebelumnya,tujuaninitampaknyacocokuntukmeningkatkanakseske perguruantinggi.
21

KevinDougherty,FinancingHigherEducationintheUnitedStates:Structure,Trends,andIssues,2004, ColumbiaUniversity.

40

3.3.2. Australia Australia sebagai Negara maju mempunyai sejarah panjang mengenai pembiayaan perguruan tinggi. Meski Australia menggunakan system parlementer, dimana pemerintahnyadiwarnaidenganpergantianyangcepat,namunsemuapemimpinbangsa Australia mempunyai pandangan yang sama mengenai pentingnya dunia pendidikan. Sehingga pergantian kepemimpinan pemerintah Australia tidak berdampak signifikan bagiperubahandalamduniapendidikan. Sejak berdirinya Universitas Sydney tahun 1851, kemudian disusul Universitas Adelaide 1874, Universitas Tasmania 1890, Universitas Queensland 1909 dan Universitas Western Australia 1911, universitas dibiayai dari dana pemerintah, dana masyarakat dan daridanahibahswasta. Menurut Tom Karmel, 1998, dana pemerintah yang dikeluarkan pemerintah Australia untuk pendidikan sangat besar. Tidak kurang dari 60 persen dari dana secara keseluruhan dialokasikan untuk pendidikan. Dana tersebut didistribusikan ke berbagai universitas dengan tidak sama rata, tergantung pada keperluan. Universitas Western Australia pernah memperoleh 48 persen demikian juga Universitas Tasmania pernah mendapatkan72persendaritotalanggaranpemerintah. Penting dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa awal berdirinya universitas di Australia sebagai badan otonom yang dibentuk berdasarkan undangundang dengan kebebasanyangsangatbesardalamkegiatanuniversitas.Luasnyaotonomiyangdimiliki universitas, sehingga tidak berada di bawah departemen manapun, dengan demikian pemerintahsulituntukmelakukanintervensiterhadapuniversitas. Ada tiga hal yang menjadi perhatian pemerintah Australia secara serius, setelah perang. Pertama, kembali menempatkan tentara pada posisinya, kedua, perhatian pemerintah pada kemajuan ilmu pengetahuan, ketiga, bantuan pembangunan internasional. Perhatiannya pada ilmu pengetahuan dibuktikan oleh pemerintah dengan memberikanbiayakuliahdanbiayahidupmahasiswa. Pada dekade 1970an perhatian pemerintah Australia terhadap dunia pendidikan semakinbesar,halinibisaterlihatdarikebijakanyangdikeluarkan.PemerintahAustralia

41

membebaskanbiayakuliahdisemuauniversitas,baikbagimasyarakatyangtidakmampu maupunyangberada. Sebelum tahun 1973, mahasiwa diwajibkan membayar uang kuliah, kalaupun ada yang tidak membayar kuliah hanya diperuntukan bagi mereka yang mempunyai nilai akademis yang sangat baik. Namun sejak 1973 semua uang kuliah dihapuskan dan sejak 1973universitasdibiayaitanpakontribusilangsungdarimahasiswa.22 Pada tahun 1987 Menteri Pendidikan Australia, John Dawkin, membuat sebuah kebijakan yang sangat terkenal. Dalam pandangan Dawkins tantangan utama ke depan adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara mempertahankan system pendidikan tinggi yang mampu mengambil pendekatan jangka panjang dan menggunakan pendidikan tinggi untuk menangani masalah ekonomi dan social dalam skalanasional. Seiring dengan pemikiran John Dawkin, pada tahun 1989 pemerintah juga memperkenalkan program Higher Education Contribution Scheme (HECS) atau Skema Kontribusi Pendidikan Tinggi. Program ini bukan hanya memberikan beasiswa, namun juga peningkatan kualitas dan perluasan akses bagi seluruh masyarakat Australia. Programiniuntukmemenuhitargetpemerintahdalammengejarpembangunanekonomi, dimana para lulusan universitas diharapkan dapat memasuki lapangan kerja yang sesuai denganlatarbelakangpendidikannya. Higher Education Contribution Scheme (HECS) secara operasional dapat dikatakan sebagai subsidi silang. Biaya kuliah dibebankan kepada mereka yang mampu membayar kuliahdiperguruantinggi.Sementarabagikalanganyangtidakmampuuntukmembayar kuliah pemerintah memberikan pinjaman, yang dapat dibayar secara berangsur setelah lulusdanmendapatkankerja. Dengan kata lain, dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir, sektor pendidikan tinggi di Australia telah mengalami perubahan yang luar biasa. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada aspek pendanaan tapi juga aspek organisasi, pengawasan, dan

22

TomKarmel,HigherEducationinAustraliaAcasestudy,(Berlin:PaperofConference,1998).
42

partisipasi. Pada sektor organisasi misalnya dari awal 1970an sampai dengan 1988, pendidikantinggidiAustraliaituterdiridaritigasektoryangterpisah:universitas,kolese pendidikan lanjutan (CAEs) dan pendidikan tinggi teknis yang diawasi oleh Persemakmuran Komisi Pendidikan Tersier (the Commonwealth Tertiary Education Commission). DibawahKomisiPendidikanTinggi(TertiaryEducationCommission)yangdidirikan oleh pemerintah Frase, tahun 1988, mengeluarkan kebijakan bahwa semua biaya pendidikantinggidiberikansecaragratis,kecualibeberapaperguruantinggiswastayang beroperasidisektorpelatihankejuruan. Agar terjadi keseimbangan dalam pendanaan perguruan tinggi, mahasiswa asli Australia kuliah gratis, maka pada bulan Desember 1988, pemerintah mengumumkan perubahan kebijakan untuk pendidikan siswa internasional. Efektif sejak 1 Januari 1990, semua siswa asing baru itu harus membayar biaya penuh siswa. Untuk memastikan bahwasiswainternasionaltidakmenggantikansiswaAustraliaataumemperolehsubsidi silangdaripembayarpajakAustralia,Pemerintahmenetapkanminimalbiayakuliah.23 Kebijakan John Dawkin berimplikasi pada meningkatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan tinggi, meningkatkan lulusan tenaga kerja untuk membantumeningkatkandayasaingekonomiAustralia,membuatpendidikantinggilebih responsive terhadap kebutuhan nasional, terakhir menyediakan lingkungan yang lebih fleksibeluntukpendidikantinggi.Berdasarkandatarasiopendaftaranbrutountuksektor pendidikan seluruh tersier meningkat dari 24 persen pada tahun 1975 sampai 72 persen pada tahun 1995. Pada tahun 1997, 50 persen penduduk usia 20 sampai 24 tahun berpartisipasi dalam beberapa bentuk pendidikan tinggi. Antara tahun 1996 dan 2004, terdapatpeningkatanpendaftaransiswahampir50persen. Kebijakan yang dibuat tahun 1989 juga berdampak pada program penelitian di Australia.Tujuandarikebijakantersebutagarprogramrisetakansemakindibiayaisesuai dengan apa yang mereka lakukan, bukan dibagikan berdasarkan nama besar lembaga. Dana penelitian harus dialokasikan secara kompetitif, dan tepat sasaran ke lembaga
23

BruceChapmanandChrisRyan,HigherEducationFinancingandStudentAccess:AReviewoftheLiterature, (AustralianNationalUniversity:EconomicsProgramResearchSchoolofSocialSciences,2003)
43

lembaga penelitian, kelompok peneliti maupun individu yang paling mampu menggunakansecaraefektif,layakuntukmendapatkanbantuandanatersebut. Dalam memajukan dunia pendidikan, pemerintah tidak hanya mengeluarkan dana dari APBN, namun pemerintah Australia, pada tahun 1993, mendorong berbagai perusahaan atau industri untuk melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi secara lebih intensif. Hal ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan kerjasama segitiga yaitu pemerintah, industri dan perguruan tinggi. Selain itu, masingmasing perguruan tinggi jugamelakukankerjasamadenganperusahaanatauindustri,sesuaidengankepentingan masingmasing.Kerjasamainisangatmembantupembiayaanperguruantinggi.Selainitu, kerjasama ini pada masa Perdana Menteri Paul Keating, kerjasama antara perusahaan atauindustridenganperguruantinggidapatmeningkatkanproduktifitasperusahaandan universitassebesar2persen. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 juga mengenai Australia. Di bawah kepemimpinanPerdanaMenteriJohnHoward,melakukanpenghematanterhadapfiskal dan belanja publik, termasuk biaya untuk dunia pendidikan. Pemerintah Howard mengusulkanpemotongananggaranuntukdanabantuanoperasiuniversitas,sebesar1,8 miliardollarselamaempattahun.Menteribaru,SenatorAmandaVanstone,memutuskan untukmenyebarkanpenghematanbiayabebanmelaluilangkahlangkahberikut: Penguranganbiayahibahoperasiuniversitas19972000,sebanyak6persenselama empattahun. Mendoronguniversitasuniversitasuntukmemungutbiaya,sejaktahun1998, kepadamahasiswaprogramsarjanadalamnegeri. Penghapusan penasehat independen dan badan pengawas, dalam Dewan PendidikanTinggi. Penghemataninimenuaiprotesdariberbagaikalangan,baikakademisi,LSMjuga partaioposisi.Protesbesarbesaranterjadidiberbagainegarabagian,namunpemerintah tetappadakeputusannya,mengurangidanabantuanuntukpendidikan.Badaiprotesdari berbagai kalangan membuat pemerintah bimbang, maka pada akhir tahun 1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. Pemerintah menawarkan tambahan dana untuk suplementasi gaji. Hal ini dilakukan, dengan universitas yang mau melakukan
44

reformasi manajemen dan administrasi. Program ini memberikan tambahan sebesar 2 persendarikomponengaji. Tak lama berselang pada Januari 2001, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakandenganmengumumkanbantuansebesar2,9miliardollar,bantuanpemerintah dan setengah diberikan untuk perguruan tinggi. Dana yang cukup besar ini dialokasikan untuk penelitian kompetitif, penelitian infrastruktur atas penawaran kolaboratif, beasiswa untuk 2000 mahasiswa untuk program yang telah ditentukan serta bantuan untukmahasiswaprogrampascasarjana. Dengan sistem yang terus dikembangkan, pendidikan tinggi Australia yang kini terdiri dari 37 perguruan tinggi milik negara dan 3 perguruan tinggi swasta, 3 lembaga pendidikan terakreditasi dan 86 penyelenggara pendidikan tinggi swasta termasuk perguruan tinggi teologi. Di bawah reformasi yang terkandung dalam UndangUndang Dukungan Pendidikan Tinggi Higher Education Support Act (HESA) tahun 2003, Commonwealth Grant Scheme (CGS) telah menggantikan sistem operasi block grant. Di bawah sistem CGS 37 perguruan tinggi akan masuk ke dalam Perjanjian Pendanaan tahunan dengan pemerintah yang menetapkan sejumlah program yang akan dibiayai. Dengan sistem baru ini, pemerintah telah mendorong meningkatnya partisipasi siswa sebesar 2,5 persen mulai tahun 2005. Demikian juga meningkatnya bantuan untuk bangunansebesar7,5persenpada2007.24 3.3.3. Malaysia Malaysia merupakan negara berkembang di dunia ketiga yang mempunyai kemajuan cepat dalam berbagai bidang. Di bandingkan negaranegara tetangganya seperti Indonesia, Thailand, Filipina kecuali Singapura, Malaysia terbilang negara yang palingcepatdalammembangunsistempendidikan.Diera1970angurugurudiMalaysia mulai dari guru Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, hampir semuanya didatangkan dari Indonesia, namun di era 1990an mahasiswa dari Indonesia mengambil program doktoral di Malaysia. Sebuah kondisi yang terbalik hanya terjadi dalam kurun waktu 20

24

Michael Gallagher, Australia and Argentina. A Comparative analysis from the mid 1970s (Buenos Aires: ANUUBA,2007)

45

tahun. Hal ini terjadi, karena perhatian pemerintah Malaysia terhadap pendidikan memangterbilangsangattinggi.25 Pendidikan tinggi di Malaysia dibagi menjadi 2 sektor: publik (baca: negeri) dan nonpublik (baca: swasta). Di sektor publik, terdapat 20 universitas dan 6 university colleges,(istilahuniversitycollegedigunakanuntukpendidikantingkattinggiyangmampu memberikan gelar sarjana sendiri, tetapi belum mencapai status universitas). Di sektor nonpublik ada 559 lembaga dari berbagai jenis termasuk: universitas dan dan kampus asing.Selainitu,masihadakategoripolitekniksebanyak24institusi. Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Malaysia telah melakukan upaya yang cukup signifikan dalam memperbaiki sistem pendidikan tinggi secara keseluruhan. HalyangpalingkrusialdihadapipemerintahMalaysiadalammenanganiperguruantinggi adalahmasalahpembiayaandanakses.Dalamhalakseskependidikantinggi,padatahun 1965 sampai 2005 masyarakat Malaysia yang dapat mengakses ke perguruan tinggi kurang dari 30 persen. Rendahnya akses masyarakat ke perguruan tinggi, menjadi PR bagipemerintahMalaysiauntukmelakukanterobosankebijakan.Makalahirlahkebijakan baru dari Kementerian Pendidikan, bahwa pada tahun 2010 ini, akses serta partisipasi masyarakat ke pendidikan tinggi dapat mencapai 40 persen orang muda (usia 1824). Dengan kata lain, akan terjadi peningkatan pendaftaran dari 650.000 mahasiswa pada tahun2005menjadi910.000mahasiswapadatahun2010. Beragamnya etnis di Malaysia juga berkontribusi dalam persoalan akses ke perguruan tinggi. Masalah akses pendidikan tinggi terus menimbulkan pertentangan di antaraberbagaikelompoketnisdiMalaysia.Kuotaras(dimanasebelumnyaorangMelayu mendapatkuotatertentudisetiapuniversitasnegeri)telahdihapuskanpadatahun2002. Akseskeperguruantingginegerikiniharusberdasarkanpadakemampuan.Meskikuota orangMelayusudahdihapuskan,namunperdebatantidakotomatisberhenti.Bagiorang Melayuasli,atauBumiputera,adanyakuotadiperguruantingginegeri,bukanmerupakan prioritas atau pemanjaan, sebab orang melayu untuk masuk ke perguruan tinggi negeri harusmelaluiprogram/matrikulasiprauniversitas,selainitumerekajugaharusmembayar biaya pendidikan dan biaya lainnya, belum lagi biaya hidup (meskipun akomodasi di
25 HalinibisaterlihatdarimahasiswaIndonesiayangkuliahprogramdoctoraldiMalaysiapadaera1990an yaituYusrilIhzaMahendra(USM,mantanMenkumham),MuhammadNur(UM,Sekretarisprogrampasca sarjanaUniversitasNasional,)AmirSantoso,(USM,sekretarisprogrampascasarjanaUniversitasIndonesia,) danmasihbanyaklagiyanglain.

46

kampus disubsidi oleh pemerintah). Sedangkan bagi nonbumiputera dapat mengakses perguruan tinggi negeri dengan berbekalkan ijazah Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM)setingkatSMA. Masalah lain yang cukup rumit di Malaysia adalah masalah 'korporatisasi,' atau swastanisasi.SwastanisasiinimenjadidilemabagipendidikantinggidiMalaysiasebab di satu sisi pendidikan tinggi milik pemerintah ini menginginkan untuk mendapatkan otonomi,namundisisilainmasihmembutuhkanbantuankeuangandaripemerintahyang sangatbesar. Dalam beberapa dekade terakhir, Malaysia telah melakukan proses transformasi ekonomi dari produksi massal dan tenaga kerja yang relatif tidak terampil on mass production and relatively unskilled labor kepada produksi pengetahuan yang kreatif. Dalam melaksanakan perubahan ini, negara telah mengalokasikan 8 persen (RM 11,3 miliar) dari total pengeluaran pemerintah (APBN) hanya untuk pendidikan tinggi. Persentaseinirelatiftinggi,sebabsubsidibiayakuliahyangdiberikanlangsungkekampus belummasukdidalamnya. Besarnya investasi pemerintah pada pendidikan tinggi, mengakibatkan pemerintah terlalu jauh terlibat di perguruan tinggi, karenanya muncul keinginan dari perguruantinggiuntukotonom.Katerbatasanuniversitasdalammengeloladirinyasangat terasa ketika universitas tidak dapat menentukan sendiri untuk menseleksi mahasiswa yangberkualitassesuaidengankompensasidalampersaingandisetiapfakultas. Apa yang terjadi sekarang, pemerintah sangat dominan dalam mengatur masuknya mahasiswa ke universitas. Saat ini, siswa ditugaskan ke universitas tertentu berdasarkannilairataratayangmerekaperoleh.Sementaraitu,pengelolafakultasadalah pegawai negeri sipil dengan gaji tinggi, demikian juga dengan wakil rektor dan dekan yangdiangkatolehnegara. Pada tahun 1997, pemerintah membentuk Dana Nasional Pendidikan Tinggi Corporation, National Higher Education Fund Corporation (NHEFC), sebuah direktorat di Departemen Pendidikan Tinggi yang memberikan pinjaman bersubsidi untuk siswa yang kuliah di lembaga swasta. Pada tahun 2000, pemerintah juga memperpanjang pinjaman

47

kepada siswa yang kuliah di perguruan tinggi negeri. Antara 1997 dan 2005, uang yang dikeluarkanNHFECsekitarRM15,1miliaruntuksekitar800.000siswa.26 Meskipun program pinjaman ini telah dirasakan manfaatnya oleh banyak mahasiswa,namunmasihtetapdilakukanperbaikandisanasiniuntukefisiensiyanglebih besar. Saat ini tidak ada pembatasan berapa maksimal pendapatan yang tidak boleh menerima pinjaman, dengan demikian banyak orang kaya yang mendapat keuntungan denganadanyapinjamandaripemerintah.Pinjamanyangsekarangberlakuberdasarkan jenis gelar yang dikejar, yang mungkin akan menimbulkan bias dalam mendukung mahasiswa. Saat sekarang ini ada sekitar 21 persen dari pinjaman diberikan kepada mahasiswayangbelajaruniversitasswasta,danpadatahun2005sampai2007meningkat menjadi 32 persen. Meskipun persentase siswa penerima pinjaman belajar di universitas swastatelahmeningkatdalambeberapatahunterakhir,masyarakatberharapmayoritas pinjamanakandiberikankepadasiswayangbelajardiperguruantingginegeri,mengingat perbedaandalamhalbiaya. Isu paling penting yang dihadapi program pinjaman ini adalah kesinambungan keuangan. Secara umum, kepatuhan dalam membayar pinjaman masih sangat rendah, karenanyaDepartemenKeuanganmemotonganggarankeNHEFCdalambeberapatahun terakhir. NHEFC melaporkan bahwa uang yang dipulangkan dari pinjaman hanya 25 persendariapayangseharusnyakembali.HalinimenyebabkanNHEFCmeminjamuangke lembagalaindengantingkatbungayangsangattinggi.

3.3.4. India DanauntukpendidikantinggidiIndiadatangdaritigasumberyangberbeda,yaitu, pemerintah, biaya pendapatan dari mahasiswa dan sumber pendapatan lain dari filantropi, industri, penjualan publikasi, dan lain lain. Ketergantungan pendidikan tinggi padabiayadaripemerintahsangattinggiyaitu49,4persen,dantingkatketergantungan inisemakintinggimenjadi75,9persenpadatahun19861987.Disisilain,pendapatandari mahasiswa menurun drastis dari 36,8 persen menjadi 12,6 persen selama periode yang

26

G.Sivalingam,PrivatizationofHigherEducationinMalaysia,MonashUniversityMalaysia,2004.
48

sama. Sementara sumbersumber lain seperti filantropi, industri serta kerjasama hanya sekitar10persensepanjangperiode. Biaya pendidikan tinggi di India, sekitar tigaperempat dari total pengeluaran ditanggungolehpemerintah.KarenapendidikantinggibagipemerintahIndiamerupakan bagianyangtakdapatdipisahkandariaktifitasnegara.Sampaidengantahun19861987, sumberdanadarinonpemerintahsepertibiayaSPPdansumbanganlainnyayangbersifat sukarelarelatifkecil. Di sisi lain, kebutuhan sistem pendidikan tinggi semakin berkembang pesat. Namunsayangnya,anggaranpubliktidakcukupdana,terutamauntuksektorpendidikan. Menyadari kekurangan tersebut, maka dalam dekade terakhir, beberapa eksperimen alternatifmulaidiberlakukansepertibiayasiswa,pinjamanmahasiswa,pajakpascasarjana danprivatisasidiintensifkan. Meskipun akses mahasiswa semakin bertambah secara absolut, namun hanya 7 persendaripendudukpadakelompokusia1724yangdapatbelajardipendidikantinggidi India.Meskisudahadakemudahanakses,namunanakmudalebihcenderungataulebih menyukaibelajardiluarnegeri.Jikadilihatdaripersentaseini,makabisadikatakanbahwa akses mahasiswa ke perguruan tinggi terbilang kecil. Hal ini semakin disadari bahwa anggaranpublikuntukpendidikanmasihsangatkurang. Seiring dengan reformasi ekonomi dan pemotongan anggaran publik khususnya untuk biaya pendidikan tinggi, sejumlah panitia telah dibentuk untuk meneliti masalah alternatif mobilisasi sumber daya keuangan. Semua panitia memiliki konsensus bahwa salahsatusumberutamapendapatanadalahbiayadarisiswa.Panitiamerekomendasikan untukpeningkatanbiayadandalamsegalamacambiaya.Dengandemikian,palingtidakdi dapatkan sedikitnya 15 persen sampai 25persen biaya di dapatkan dari mahasiswa itu sendiri.27 Hal ini masih menjadi perdebatan di masyarakat India, namun pemerintah sekarang sedang berusaha keras untuk tetap memberikan subsidi terhadap perguruan tinggi dengan jumlah yang lebih besar. Usaha pemerintah ini juga dalam rangka, agar

27

P.GeethaRani,EconomicReformsandFinancingHigherEducationinIndia.(SelectedPaper:NewDelhi)
49

kalangan ekonomi menengah ke atas untuk berpartisipasi mengkuliahkan anaknya di dalamnegeri. 3.3.5. Inggris PendanaanpendidikantinggidiInggrisadaduamodel,pertamauntukyangkuliah fulltime dan kedua untuk yang kuliah parttime (di Indonesia tidak mengenal part time, semuamahasiswakuliahfulltime).Untukmahasiswayangfulltimebiayayangdisubsidi oleh pemerintah dua kali lipat dibandingkan dengan biaya yang diberikan pada mahasiswaparttime.Halinidilakukanpemerintahuntukmeningkatkanpartisipasisiswa dalammemasukiperguruantinggidiInggris.SebabInggristingkatpartisipasisiswauntuk memasukiperguruantinggidiInggris,menurutstandarinternasional,terbilangrendah. Terobosan kebijakan yang dilakukan pemerintah Inggris dengan memberikan subsidi lebih banyak pada mahasiswa full time ternyata cukup berhasil meningkat partisipasimahasiswauntukkuliahfulltime.Berdasarkandatastatistik,padatahun1980 hanya13persenorangmudayangkuliahfulltime,sedangkanpadatahun1999meningkat menjadi 34 persen dan tahun 2010 pemerintah menetapkan target angka partisipasi mahasiswa yang kuliah full time menjadi 50persen. Demikian juga, kalau dilihat dari partisipasiangkajenderterjadipeningkatan,partisipasiperempuanuntukkuliahfulltime hampir menyamai lakilaki, jika dipersentasikan 55persen lakilaki:45persen perempuan. Besarnya bantuan subsidi yang dilakukan pemerintah dapat mengurangi beban siswa sebanyak50persen. Perubahan angka partisipasi ini dalam 20 tahun terakhir ini, turut juga merubah kondisiperekonomian,sebabsemakinbanyaklulusanuniversitasyangbekerjadisektor sektor formal dengan gaji memadai. Maka semakin meningkat pendapatan masyarakat. Bantuan yang diberikan pada mahasiswa tidak hanya bantuan langsung berupa subsidi yang diberikan ke universitas, namun juga diberikan bantuan dalam bentuk voucher. Voucher ini digunakan bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan masuk ke universitas, voucher ini bisa digunakan untuk biaya kursus mata kuliah yang dianggap tertinggal. Voucher juga dapat digunakan membantu keluarga mahasiswa yang kekurangan. Namun demikian, voucher ini mengundang perdebatan yang cukup lama,

50

namunseiringdenganwaktudanperdebatanyangpanjang,padaakhirnyavoucherdapat diterima,sebagaisalahsatumekanismebantuanpemerintah. Meski pemerintah memberikan subsidi kepada para mahasiswa, bukan berarti mahasiswa tidak membayar sama sekali. Sejak tahun 1997 siswa di Inggris telah diwajibkan untuk memberikan kontribusi terhadap pendidikan. Ini pada awalnya ditetapkan sebesar 1.000 foundsterling, kontribusi ini untuk menguji sejauhmana keseriusan kuliah di universitas. Namun kontribusi ini hanya ditunaikan oleh 42 persen mahasiswa, 19 persen hanya memberikan kontribusi parsial atau setengahnya dan selebihnyatidakmemberikankontribusi.Selainitu,adahalyangtidakbisadihindarioleh mahasiswayaitumembayarsetiapmatakuliah,dimanaharganyasemuamatakuliahtidak adayangberbeda.28 Pemerintah Inggris memberikan kebebasan yang sangat luas pada pihak universitasuntukmengaturberapabiayakuliahyangharusditanggungolehmahasiswa. Adabeberapapertimbangandalammemutuskanberapabiayakuliahyangharusdibayar olehmahasiswa.Pertama,laporankeuanganmembuktikanbahwapemasukanuangdari mahasiswa mempunyai kontribusi yang signifikan. Kedua, setiap universitas mempunyai perbedaan dalam menentukan struktur biaya, misalnya mata kuliah campuran yang menuntut keseimbangan antara kegiataan dan pengajaran, penelitian dan transfer teknologi, demikian juga apakah mereka akan fokus pada regional atau internasional, demikian juga dengan struktur upah mereka. Poin dua ini sebelumnya memang tidak pernah ada, dengan kata lain struktur biaya yang terjadi sekarang memang berbeda dengan 40 tahun yang lalu. Ketiga, perencanaan yang dibuat sekarang memang tidak berhubungandenganbiayapengajaran,demikianjugadengankualitasinfrastruktur. Mekanisme penghitungan biaya kuliah tergantung kemampuan masyarakat. Jika universitas menghitung biaya kuliah dengan nilai yang maksimum, maka akan dapat menghasilkanuangyangsangatbanyak.UntukbiayakuliahdiInggris,bagiwarganegara Inggrismencapai4ribufounsterling,sedangkanbagimahasiswayangberasalbukandari Uni Eropa mencapai sekitar 7 ribu untuk mata kuliah berbasis di ruang kelas dan 9 ribu untukmatakuliahberbasisdilabolatoriumserta17ribuuntukmatakuliahdiklinik.

28

NicholasBarr,FinancingHigherEducation:ComparingtheOptions,TheGuardian,June12,2003,London.
51

Metodepembiayaandengannilaimaksimalakanmenghadapimasalahyaitutidak berpartisipasinya masyarakat yang berpenghasilan rendah. Jika demikian halnya, maka akses ke perguruan tinggi akan mengalami kesulitan atau kemunduran. Kondisi ini menuntutkebijakanyangkomprehensif.Pertama,pembayarantetapada,namunmelalui mekanisme pinjaman. Pada dasarnyaskema pinjamanyang dapat menghasilkansumber tambahanbagiuniversitas.Selainitu,pinjamanjugauntukmeningkatkanaksesmasukke perguruantinggi.29 Kebijakan pinjaman yang diberikan pemerintah kepada mahasiswa mempunyai tujuan agar kesan pembayaran di muka bisa berkurang. Tujuan selanjutnya, untuk menghilangkan persepsi bahwa pendidikan menjadi sesuatu yang konsumtif. Pada saat yang sama, dana pinjaman yang diberikan kepada mahasiswa bukan berasal dari dana publik. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, bahwa akses ke perguruan tinggi di Inggris, berdasarkan standar internasional terbilang rendah. Namun setelah berbagai kebijakanpendanaanuntukperguruantinggidiperbaiki,makaakseskeperguruantinggi menjadi semakin membaik. Dengan adanya pinjaman, voucher dll, bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat amat membantu, sehingga masuk ke perguruan tinggi tidak menjadi sesuatu yang elitis. Lebih jauh, ketersediaan kredit bagi mahasiswa, memberikansolusiyangsangatefektif,meskitidakmenyelesaikanseluruhpersoalan.Hal ini dapat terlihat dari bukti terbaru yang menegaskan bahwa kombinasi biaya dan pinjamandapatmeningkatkanakses. PelajaranyangdidapatkandariberbagaiNegaraadalahsebagaiberikut; PelajaranyangdidapatkandariAmerika: 1. Pembiayaanperguruantinggi tidaksentralisasi,tapi desentralisasi.Dengankata lain pemerintahProvinsidanKabupaten/kotaalokasianggarannyalebihdifokuskanuntuk PTyangadadidaerahnya. 2. Beragamnya pola pemberian beasiswa yang diberikan pemerintah layak untuk dipertimbangkandiIndonesia. 3. Dengan decentralisasi akan semakin mudah bagi pemerintah untuk memberikan beasiswakepadaputradaerahnya.

29

Ibid,.

52

UrgensidesentralisasipendidikandiIndonesia,yaitu: 1. Untukmembangun kompetisiyangsehatantar provinsiatau kabupaten/kota dalam ilmupengetahuan. 2. 3. Untukmempercepatpembangunansumberdayamanusiadisetiapdaerah Keunggulansetiapdaerahakanterjagadanterartikulasikandalamilmupengetahuan

4. Pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonjol (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulanilmupengetahuandanteknologidikalanganakademisi.30 PelajaranyangdidapatkandariAustralia; 1. Meski berganti kepemimpinan nasional (Perdana Menteri) namun program pendidikan tetap menjadi skala prioritas, sehingga pada setiap kepemimpinan perubahankebijakanterhadappendidikansemakinmembaik. 2. Pemerintah dalam mengembangkan pendidikan juga memfasilitasi untuk kerjasama antaraUniversitasdenganduniaIndustri. 3. Dana dari pemerintah dikelola oleh lembaga tersendiri di bawah Kementerian Pendidikan. PelajaranyangdidapatkandariMalaysia; 1. VisiyangjelasdaripemerintahMalaysiatentangpendidikanonmassproductionand relatively unskilled labor to creative productive knowledge. Dalam konteks ini pemerintahmelihatbahwailmupengetahuansebagaiindustri. 2. Implikasi dari visi ini pemerintah Malaysia berani mengeluarkan anggaran sebesar apapun.Karenailmupengetahuanadalahindustriyangmemerlukaninvestasi. 3. Hanyakuranglebih20tahunMalaysiasudahmendapatkanhasildariinvestasinya

4. Dana dari pemerintah dikelola oleh lembaga tersendiri di bawah Kementrian Pendidikan. Sumber pendanaan yang berasal dari APBD Propinsi, umumnya sebagian besar diperuntukkan bagi pendidikan tingkat dasar dan menengah. Hanya sebagian kecil yang dialokasikan untuk mendukung kegiatan di tingkat pendidikan tinggi. Sumber dana dari APBD propinsi ini dialokasikan untuk penyelenggaraanpendidikanyangadadiwilayahpropinsitersebut.AdapunsumberpendanaandariAPBD Kabupaten/Kota seluruhnya untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di wilayah tersebut. Hal ini sesuaidengansemangatdesentralisasi.
53
30

PelajaranyangdidapatkandariIndia; 1. Kebergantungan terlalu tinggi pada dana pemerintah tidak menjamin kualitas dan aksespendidikantinggimenjadisemakinbaik. 2. Buruknya kualitas pendidikan di dalam negeri, membuat mahasiswa banyak yang sekolahkeluarnegeri.DarihalinidapatdianalisabahwauntukIndonesiaselainharus terusmeningkatkankualitaspendidikan,jugaperlumengangkatcitrabahwaproduk dalamnegerijugatidakkalaholehluarnegeri. 3. Tidak ada upaya dari pemerintah untuk menjadikan universitas menjadi lembaga mandiri PelajaranyangdidapatkandariInggris; 1. Adanya jaminan dari pemerintah bagi keluarga kurang mampu untuk melanjutkan kuliahdiperguruantinggi 2. Besarnya subsidi dari pemerintah untuk mahasiswa tidak menjamin tinggi akses partisipasimasyarakat. 3. Dana dari pemerintah dikelola oleh lembaga tersendiri di bawah Kementrian Pendidikan.

BABIV POTRETMAKRODANMIKROPENDANAANPENDIDIKANTINGGI
4.1. PotretMakroPendanaanPendidikanTinggi Amandemen UUD 1945, yang dilakukan pada tahun 1999 hingga tahun 2002, memberikandoronganyangsignifikandalamhalpendanaanbagiduniapendidikan.UUD 1945hasilamandemenmengamanahkan,dalampasal31ayat4,Negaramemprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan

54

danbelanjanegarasertadarianggaranpendapatandanbelanjadaerahuntukmemenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Pasal 31 ayat 4 ini, mewajibkan pemerintahuntukmengalokasikananggarandariAPBNdanAPBDsekurangkurangnya20 persen. Sejak terbentuknya pemerintahan baru dimana Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai Presiden dan Jusuf Kalla sebagai wakil Presiden, maka upaya untuk manjalankanUUD1945sangatterlihat. Gambar4.1PerkembanganPendanaanPendidikanTinggi20042010(MilyarRupiah)

SumberdataDirjenPendidikanTinggi

Jika kita lihat gambar 4.1. maka sangat jelas kenaikan anggaran pada setiap tahunnya,baikanggaranpembangunan,danarutin,danPenerimaanNegaraBukanPajak (PNBP)secarakeseluruhanterusmeningkat.Danapembangunanpadatahun2004hanya 2,364 milyar rupiah , sedangkan pada tahun 2009 sebesar 9,640 milyar rupiah, dana pembangunaninidigunakanuntukmembanguninfrastruktur.Sedangkandanarutinyang juga terus meningkat, pada tahun 2004 sebesar 3,386 milyar rupiah dan tahun 2009 menjadi 6,829 milyar rupiah, lebih banyak digunakan untuk gaji dosen dan karyawan. Terakhir dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukan peningkatan partisipasi masyarakat dalam membiayai pendidikan tinggi, tapi di sisi lain, hal ini juga harus di waspadai, karena ini bermakna perguruan tinggi semakin komersil, karena semakinbanyaknyadanamasyarakatyangmasukkeperguruantinggi.
55

Tabel4.1.PetaAlokasiAnggaranPendidikanTinggi20062010 KementerianPendidikanNasional
ALOKASIDANA(x1.000) No KEGIATAN 2006 1 ALOKASI KEGIATAN PUSAT ALOKASI PTN a.BHMN b.PTNBLU c.PTNNon BLU ALOKASI NonPTN a.Bantuan b.Hibah Kompetitif PNBP 65.635.321 2.250.503.375 9.503.791.495 4.387.057.656 65.635.321 75.552.805 3.150.705.200 12.789.984.012 1.860.128.782 2007 2.162.435.687 2008 1.961.785.143 2009 2.194.367.126 2010 1.985.108.194

2 3

5.327.524.017 940.466.361

7.401.290.320 1.347.472.295

7.602.313.051 1.277.296.521

11.280.587.027 1.979.327.722 2.316.823.100

14.124.559.332 2.722.910.770 3.902.846.977 7.498.801.585 257.415.198 155.000.000 102.415.198 6.489.129.648 22.856.212.372

6.053.818.025 75.552.805

6.325.016.530 204.684.829 124.150.000 80.534.829 3.900.000.000 13.668.783.023

6.984.436.205 219.560.632 110.000.000 109.560.632 5.317.077.446 19.011.592.231

TOTAL

SumberDataDirjenPendidikanTinggi2010

Tabel 4.1, memberikan informasi alokasi dana pendidikan tinggi yang terus meningkat.Alokasianggaraniniterdiridariempatnumenklatur,KegiataanPusat,Alokasi PTN, Alokasi non PTN, dan PNBP. Alokasi anggaran untuk kegiataan pusat terjadi fluktuatif, tahun 2006 sebesar 1,86 triliun rupiah, tahun 2007 terjadi kenaikan menjadi 2,162 triliun rupiah, dan tahun 2008 kembali terjadi penurunan sebesar 1,961 triliun rupiah, tahun 2009 terjadi kenaikan menjadi 2,194 triliun rupiah dan tahun 2010 kembali menurunmenjadi1,985triliunrupiah. Sedangkan untuk alokasi anggaran untuk Pendidikan Tinggi Negeri (PTN) secara keseluruhan pada setiap tahunnya terjadi kenaikan yang signifikan. Tahun 2006 alokasi anggaran untuk PTN sebesar 5,327 triliun rupiah dan tahun 2010 sebesar 14,125 triliun rupiah. Demikian juga alokasi anggaran untuk non PTN setiap tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan. Tahun 2006 alokasi anggaran untuk non PTN sebesar 65,64 milyarrupiahdantahun2010sebesar257,42milyarrupiah.

56

Padasaatyangsama,PenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP)jugamengalamikenaikan yang signifikan. Tahun 2006, PNBP sebesar 2,250 triliun rupiah dan tahun 2010 sebesar 6,489triliunrupiah. Tabel4.2.PetaAlokasiAnggaranPendidikanTinggiIslam20062010Kemenag(x1000) No Kegitan 2006 2007 2008 2009 2010
1 2 3 4 AlokasiKegiatan Pusat AlokasiPTAIN a.BLU b.PTN Konvensional c.Hibah/Pinjaman d.Lainlain AloaksiNonPTAIN a.Bantuan b.HibahKompetitif c.Lainlain PNBP 54,517,900 1,949,556,478 0 0 325,000,000 59,583,800 982,183,372 0 0 237,373,373 132,191,250 120,220,000 592,829,450 1,818,785,765 0 130,856,914 0 495,509,400 97,320,050 0 0 0 0 283,964,654 0 316,454,400 1,371,474,451 0 0 0 0 345,995,352 2,285,001,117 215,938,000 1,679,109,100 304,055,233 0 279,523,000 1,095,530,867 0 0 0 0 199,283,832 2,094,330,932

1,624,556,478 744,809,999 0 0 0 0 0 0 0 0 4,573,756 145,760,320

Total 2,008,648,134 1,187,527,492 1,008,985,354 SumberKementerianAgama2010

Demikian juga terjadi kenaikan anggaran untuk pendidikan di bawah Kementrian Agama. Tabel 4.2. menunjukan pengalokasian dana pendidikan tinggi di bawah KementrianAgamayangterusmeningkatdaritahunketahun.Alokasianggaraniniterdiri dariempatnumenklatur,KegiataanPusat,AlokasiPTAIN,AlokasinonPTAIN,danPNBP. Alokasi anggaran untuk kegiataan pusat terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 sebesar 54,518 milyar rupiah, dan tahun 2010 menjadi 215 milyar rupiah. Sedangkan alokasi secara keseluruhan untuk PTAIN terjadi fluktuasi. Tahun 2006, anggaran sebesar 1,95 triliun rupiah, tahun 2007 terjadi penurunan menjadi sebesar kurang lebih 982 milyar rupiah, tahun 2008 terjadi penurunan lagi, menjadi sebesar kurang lebih 593milyar rupiah,tahun2009 terjadikenaikan, menjadisebesar1,82triliun rupiahdantahun2010terjadipenurunan,menjadisebesar1,68triliunrupiah.Sementara alokasiuntuknonPTAINtidakada. Terakhir,PenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP)jugamengalamifluktuasi.Tahun 2006,PNBPsebesar4,54milyarrupiah,tahun2007mengalamikenaikandrastismenjadi sebesarkuranglebih146milyarrupiah,tahun2008kembalimengalamikenaikandrastis,
57

menjadisebesarkuranglebih283milyarrupiah,tahun2009lagilagimengalamikenaikan drastis,menjadisebesar346milyarrupiahdantahun2010mengalamipenurunandrastis, menjadisebesar199milyarrupiah. Untuk melihat bagaimana pelaksanaan pendidikan tinggi secara makro baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi negeri agama islam, khususnya pelaksanaan kebijakan dalam hal pendanaan pendidikan tinggi bisa dilihat pada gambar 4.2. Peta Pendanaan PTN dan PTAN. Berdasar hasil olahan, struktur pendanaan makro Pendidikan Tinggi baik Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasamamemilikikomposisiyangtidakmerata.Haliniterbuktidenganperanbesarnya pemerintah dalam mendanai Pendidikan Tinggi di Indonesia yaitu sebesar 59,92 persen dari kebutuhan Pendidikan Tinggi. Dana Pemerintah yang dimaksud sebagian besar disalurkanmelaluiKementerianDiknasdanKementerianAgamadiluarKementerianlain danPemerintahDaerah. Gambar4.2.PetaPendanaanPTNdanPTAN

Dana Masyarakat memiliki kontribusi terhadap kebutuhan Pendidikan Tinggi sebesar28,78persen.DanaMasyarakatyangdimaksudsebagianbesarberasaldaridana Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan/Dana Penyelenggaraan Pendidikan (SPP/DPP), selain dana yang bersumber dari penerimaan mahasiswa baru, sumbangan wajib, sumbangan sukarela, persatuan orang tua, dan lailain. Sedangkan sumber pendanaan Pendidikan Tinggi paling kecil berasal dari Dana Bantuan dan Kerjasama, yaitu sebesar 8,50persendarikebutuhanPendidikanTinggi. SedangkanhasilyangdiperolehatasdanadanayangdiinvestasikankePendidikan Tinggi memberikan output yang relative baik yaitu sebesar 86,20 persen, artinya dana
58

danayangditerimaPendidikanTinggidijalankandandialokasikanrelatifbaikgunaproses pembelajaran Pendidikan Tinggi. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3. TingkatPencapaianSasaranPTNdanPTAN. Gambar4.3.TingkatPencapaianSasaranPTNdanPTAN

Setelahmelihatdarisisikuantitatif,perludilihatkondisilingkunganselamaproses pencarian alternatifalternatif dana pendidikan tinggi. Selama proses pendanaan pendidikan tinggi, ada hambatanhambatan yang ditemukan selama proses pendanaan pendidikan tinggi. Selain itu, kondisi ini merupakan bahan masukan dalam membentuk model yaitu faktor kondisi pendidikan tinggi dilihat dari hambatan dan peluangnya pendidikan tinggi dalam mengoptimalkan pendanaan pendidikan tinggi. Adapun hambatanhambatanyangditemukanselamaprosespendanaanpendidikantinggiadalah sebagaiberikut: 1. Tingkat seleksi sumber pendanaan untuk penelitian berskala nasional dan internasionalsemakinsulitdantidaktermonitordenganbaik 2. PengelolaanAssetTetapdanTakTetapbelumtertatadengandenganbaik 3. AnalisadanPerencanaankebutuhanbiayadalamalokasiDIPAAPBNbelumoptimal, terbuktidenganadanya: a. Munculnya kebutuhan mendadak yang tak terduga dan bersifat mendasar dan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran, yang tidak tercover dalamdikumenperencanaantahunan b. Kekurangandanayangdikarenakanadanyaperubahankursataupuninflasi,yang mengakibatkantidakmencukupinyakebutuhanyangdirencanakan 4. Belum tersedianya sistem akutansi standar bagi pendidikan tinggi, sehingga menimbulkanbanyakkebocorankebocorankeuangan 5. Belumsemuafakultasataupendidikantinggi,memilikidanaabadi
59

6. Terbatasnya dana bagi pengadaan, fasilitas, dan pengembangan infrastruktur pendidikan tinggi guna meningkatkan mutu pendididkan tinggi agar mampu mengembangakanpotensimahasiswasecaraoptimal 7. Masih rendahnya penerimaan pendanaan misalkan penerimaan dana masyarakat, unitunitbisnis,investasi,atau,khususnyauntukPTBHMN Hambatanhambatan tersebut diatas ditemukan pada semua perguruan tinggi. Tetapi selain hambatan yang ditemukan dalam proses pendanaan alternatif, ada juga peluangpeluangpendidikantinggidalamprosespendanaanpendidikantinggimeskipun belum terealisasi secara optimal. Adapun peluangpeluang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya skema pendanaan riset yang disediakan oleh pemerintah maupun non pemerintah,danprodukrisetnyasendiribisadipasarkan. 2. Manajemen asset yang optimal sangat berguna sebagai sumber pendanaan alternative. 3. Pendapatan yang diperoleh dari pemamfaatan kekayaan awal (berasal dari pendiri) tidaktermasukPNBP. 4. Pegelolaan dana abadi secara optimal guna membantu pembiayaan pembelajaran pendidikantinggi. 5. Peningkatankerjasamamitraindustrigunamemanfaatkanhasilriset. 6. Hubungan kerjasamayang baikantarapendidikantinggi dengan berbagaipihak,baik instansi pemerintah maupun swasta, dalam negeri dan luar negeri, akan meningkatkanpenerimaanpendidikantinggi. 7. Pertumbuhan mahasiswa baik lokal maupun luar negeri sangat membantu dalam meningkatkansumberpenerimaanpendidikantinggi. 8. Aksesyangluasgunapengembanganjejaringanbaiknasionalmaupuninternasional, samakinmudahuntukmeningkatkankemitraanpendidikantinggi 9. Sumberpendanaanuntukpublikasiinternasionalyangmenyangkutkeunggulanatau masalahlokalsemakinbanyak 10. Pengembanganjejaringkerjasamadenganalumnidanstakesholder 4.2. PotretMikroPendanaanPendidikanTinggi
60

4.2.1. BHMN a. IPB Gambar4.4.PetaPenerimaandanPengeluaranIPB(MilyarRupiah)

Berdasarkan laporan keuangan IPB, sebagaimana dalam gambar 4.4 penerimaan dan pengeluaran pendanaan IPB selama empat tahun, dari tahun 2006 hingga tahun 2009, mengalami surplus (penerimaan lebih besar dari pengeluaran). Surplus terbesar dihasilkanpadatahun2009,kuranglebih40milyarrupiah.Sedangkansurplusterendah, dihasilkanpadatahun2006yaitusebesar3milyarrupiah. Berdasarkan gambar 4.5 di atas selama 4 tahun, tahun 2006 hingga tahun 2009 terjadifluktuasidalamstrukturpenerimaandana.Sepertidiketahui,sumberpendanaan pendidikantinggiberasaldari tigasumber.Pertama,danadaripemerintah,kedua, dana darimasyarakatdanketigadanadaribantuandankerjasama. Pada tahun 2009, dana yang diterima IPB dari pemerintah, memiliki persentasi terbesarselama4tahunterakhiryaitusebesar49,45persenatau309milyarrupiah.Dan jika dilihat secara keseluruhan, range dana IPB dari pemerintah, diluar dana masyarakat dandanabantuandankerjasamayaituantara35,41persen49,45persen.Danselama4 tahun terakhir, sebagian besar dana pemerintah yang diterima IPB berasal dari Kementerian Diknas, kecuali pada tahun 2009, dana IPB dari pemerintah selain dari kementerian Diknas, 24 persen diperoleh kementrian lain. Sedangkan dana IPB dari pemerintah, tidakpernahmendapatkan dana pendidikantinggi dari pemerintahdaerah. DanrangedanaIPByangdiperolehdaridanamasyarakat,yaituantara30,96persen41
61

persen. Pada tahun 2006, dana IPB terbesar dari dana masyarakat yaitu sebesar 41 persen.Danamasyarakat(gambar4.6)yangdihasilkansebagianbesarberasaldaridana SPP/DPP,antara68persen85persen.Dandanamasyarakatdaripenerimaanmahasiswa barudansumbangansukarela,mempunyaikontribusiyangcukupbesar,sedangkandana masyarakatdarisumbanganwajib,persatuanorangtuamahasiswa,danlainnya(wisuda) relatifsangatkecil. Gambar4.5.PetaPendanaanIPB(MilyarRupiah)

Gambar4.6.PetaPendanaanIPBdariMasyarakat

62

Gambar4.7.PetaPendanaanIPBdariBantuandanKerjasama

Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa dana IPB dari pemerintah relatif lebih

besar dibanding dengan dana dari masyarakat. Begitu juga halnya dengan dana dari bantuandankerjasama.RangedanaIPByangbersumberdaribantuandankerjsasama, yaitu antara 14,60 persen 24,87 persen, dan dana bantuan dan kerjasama terbesar diperoleh pada tahun 2008. Adapun dana bantuan dan kerjasama (gambar 4.7) yang dihasilkan selama 4 tahun terakhir, sebagian besar berasal dari hubungan kerjasama dalam negeri. Dan dana bantuan dan kerjasama memiliki peran yang relatif besar terhadap IPB, sedangkan dana bantuan dan kerjasama dari masyarakat, dunia usaha, BUMN,BUMD,kerjasamaluarnegeri,danlainnyarelatifkecil. Gambar4.8.PetaPengeluaranIPB

63

DenganmelihatpetapengeluaranIPB(gambar4.8),dapatdilihatbahwalebihdari 30persendanaIPBdigunakanuntukgajidantunjanganpegawai,danbiayaoperasional pendidikan (BOP) , dan dana IPB terbesar kedua lebih difokuskan pada peningkatan kualitas SDM dan mahasiswa melalui penelitianpenelitian baik nasional maupun internasional. Dan peta pengeluaran IPB terhadap pembangunan IPB dan hubungan kerjasama dalam negeri dengan berbagai pihak dan lainlain relatif cukup besar. Sedangkan alokasi terhadap pemeliharaan, pengabdian masyarakat, dan kerjasama luar negerirelatifkecil. Untuklebihjelasnya,bagaimanaperkembanganIPBselama4Tahunterakhirdapat dilihatdalamTabel4.3.atauTabelKinerjaIPBdibawahini.Berdasarkanmatrikstersebut menggambarkan struktur kinerja IPB , baik dari sisi kinerja kebijakan maupun kinerja keuangan selama 4 tahun terakhir. Jika dilihat dari struktur pendanaan IPB, sumber dananya terbesar diperoleh dari Dana Pemerintah yaitu sebesar 42,54 persen, dana masyarakatsebesar37,66persen,dandanabantuandankerjasamasebesar19,80persen. Hal tersebut menggambarkan komposisi struktur pendanaannya sendiri, relatif cukup merata. Dan jika dilihat dari sisi alokasinya sendiri, danadana IPB sebesar 51,39 persen digunakanuntukbiayaGaji&tujangan,danBiayaOperasionalPendidikan(BOP),sisanya digunakan untuk kebutuhankebutuhan lainnya misalkan pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, dan lainlain. Tetapi ada yang menarik, IPB lebih memfokuskan pada kualitas SDM baik kualitas mahasiswa, dosen, dan manajemen pelayanannya. Hal ini terbukti, dengan alokasi dana
64

IPByangdigunakanuntukpenelitianrelativecukupbesaryaitusebesar20,32persen.Ini menggambarkan arah dan kebijakan IPB dilaksanakan dalam proses pendidikan tinggi relatif konsisten. Selain itu, pembangunan infrastruktur IPB selama 4 tahun ini, masih terusdikembangkan.BegitujugahalnyahubungankerjasamaIPBdenganberbagaipihak baik hubungan kerjasama dalam negeri maupun luar negeri, walaupun hubungan kerjasama IPB dengan luar negeri masih perlu ditingkatkan. Dan secara umum, sesuai dengan arah dan kebijakan IPB (RENSTRA IPB), Tingkat Pencapaian Sasaran IPB yang dilaksanakan selam 4 tahun terakhir relatif sukses yaitu sebesar 96,78 persen. dan ini menunjukkanbahwasemuaperencanaanIPBselama4tahuntelahterpenuhi. Tabel4.3.KinerjaIPB b. Gambar4.9.PetaPenerimaandanPengeluaranITB(MilyarRupiah) ITB

65

Laporan keuangan ITB (gambar 4.9) dari tahun 20062009 terus mengalami kerugian artinya pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan penerimaan, tercatat pengeluaran tertinggi setelah dikurangi penerimaan pada tahun 2008 yakni sebesar minus 235 milyar rupiah dan kerugian terkecilpadatahun2006yakni sebesar124 milyar rupiah. Gambar4.10.PetaPendanaanITB


66

Gambar4.11.PetaPendanaanITB(Persen)

Gambar4.12.PetaPendanaanITBdariMasyarakat(Persen)

Gambar4.13.PetaPendanaanITBdariBantuandanKerjasama(Persen)

67

Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11 di atas terlihat bahwa pendanaan berasal dari tiga sektor, yakni pemerintah, dana masyarakat, dan bantuan dan kerjasama. Alokasi pendanaan terbesar berasal dari bantuan kerjasama mencapai nilai angka 229 milyar rupiah atau sebesar 50,46 persen. Pendanaan tersebut berdasarkan range terendah sampai tertinggi yakni antara 67 milyar rupiah 229 milyar rupiah. Dengan persentase range antara 22,32 persen 50,46 persen. Pendanaan tersebut berasal dari dua sektor pendanaan yakni bantuan masyarakat dan lainlain. bantuan masyarakat yang masuk beradapadakisaran59persen87persendandanalainlainsebesarantara13persen 41persen.Alokasikeduaberasaldarialokasidanamasyarkat,yakniberadapadakisaran 144 milyar rupiah 236 milyar rupiah dengan range persentase 31,65 persen 50,48 persen. Alokasi tersebut (gambar 4.12) seluruhnya bersumber dari dana SPP/DPP, sedangkanpenerimaanmahasiswabaru,danlainlaintidakmemberikandana. Alokasi berikutnya adalah dari pemerintah dengan pendanaan antara 81 milyar rupiah 233 milyar rupiah. Dengan nilai persentase antara 17,89 persen 35,52 persen, pendanaantersebutseluruhnyaberasaldarikementerianDiknassedangkankementerian laindanpemerintahdaerahtidakmemberikandana. Gambar4.14.PetaPengeluaranITB(Persen)

Pengeluaran terbesar ITB (gambar 4.14) adalah untuk BOP dan biaya gaji dan

tunjangan yakni mencapai di atas 60 persen, sedangkan untuk dana pemeliharaan, penelitian,pengabdianmasyarakat,pembangunanberadapadaleveldibawah30persen, sedangkan untuk kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri dan lainlain tidak pernahtercatatmelakukanpengeluarandana.
68

Tabel 4.4 menunjukan bahwa kinerja ITB , baik dari untuk sektor keuangan maupununtukkinerjamenunjukannilaiyangkurangbaik,halinibisadilihatdarisumber dana yang diperoleh ITB berasal dari dari tiga sektor yakni pemerintah sebesar 24,50 persen,danamasyarakatsebesar36,02persendandanabantuandankerjasamasebesar 39,47 persen. Alokasi dana terbesar pengeluaran adalah untuk gaji pegawai dan BOP mencapainilai68,35persendengannilaipengeluaranmencapai51,18persen,danalokasi untuk dana pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan berada pada level di bawah 20 persen, sedangkan untuk kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri dan lainlain tidak pernah tercatat melakukan pengeluaran dana. Dari peta pengelolaan keuangan tersebut berimbas kepada alokasi kerja berdasarkan nilai perencanaan kerja yang mencapai angka diambang batas kurang terealisasinya perencanaanyaknisebesar57,58persen. Tabel4.4.KinerjaITB
69

c.

UPI Gambar4.15.PetaPenerimaandanPengeluaranUPI(MilyarRupiah)

Laporan keuangan (gambar 4.15) UPI 4 tahun terakhir yakni tahun 20062009

tercatatterusmengalamikenaikan,surplus(penerimaansetelahdikurangipengeluaran) terbesar pada tahun 2007 yakni sebesar 59 milyar rupiah, dan surplus penerimaan terendahadalah2milyarrupiahyaknitahun2008. Gambar4.16.PetaPendanaanUPI

Gambar4.17.PetaPendanaanUPI(Persen)

70

Gambar4.18.PetaPendanaanUPIdariMasyarakat

Peta pendanaan (gambar 4.16 dan 4.17), dana yang masuk dalam kas UPI pada tahun 20062009 terbagi kepada tiga alokasi yakni Pemerintah, dana masyarakat dan bantuandankerjasama.Bantuanpemerintahberadapadarangeantara78milyarrupiah 163milyarrupiahdengannilaitertinggi163milyarrupiahyaknitahun2009,alokasidana dari pemerintah berasal dari Kementerian Diknas, kementerian lain dan Pemerintah daerah,namunseluruhpendanaanUPIdarisektorpemerintahberasaldarikementerian Diknas.

71

Alokasi pendanaan lainnya (gambar 4.18) adalah dari dana masyarakat yakni denganrangeantara73milyarrupiah183milyarrupiah,danatersebutberasaldaritiga poskoyakniSPP/DPP,penerimaanmahasiswabarudandanalainlain.danaterbesaryang diperolehUPIberasaldaridanalainlainyaknidenganrangeantara74,82persen83,89 persen, kemudian dana dari SPP/DPP sebesar range 14,41 persen 21,43 persen, dan terakhirdanadarisektorpenerimaanmahasiswabarusebesar1,71persen3,75persen. Laporanpengeluaran(gambar4.19)berdasarkangrafikdiatasmenunjukanbahwa pengeluaran terbesar dialokasikan untuk tiga sektor yakni gaji dan tunjangan pegawai, BOPdandanalainlain(wisuda)yaknimencapaikisarandiatas20persen45persen. Gambar4.19.PetaPengeluaranUPI(Persen)

Kinerja UPI (tabel 4.5) bila dilihat dari tiga sektor yakni pendanaan yang meliputi sumber dana dan alokasi penggunaan dana serta implikasi terhadap tingkat pencapaian kerja bisa dilihat bahwa terjadi korelasi positif yakni tingkat ketercapaian kerja sangat memuaskan yakni sebesar 89.72 persen. Data tersebut bisa tercapai karena dukungan darisumberdanadanalokasipengeluaranyangtepatguna.Sumberdanaterbesaryang masuk kepada UPI adalah dari dana masyarakat yakni sebesar 43,14 persen dan sisanya berasal dari pemerintah yakni sebesar 41,62 persen, sedangkan dana yang berasal dari bantuandankerjasamasebesar15,24persen. Dari sumber dana tersebut alokasi yang paling besar adalah gaji dan tunjangan pegawai, BOP dan dana lainlain (wisuda) mencapai 96,21 persen sedang kan sisanya

72

untuk pemeiharaan, penelitian, pembangunan, kerjasama dalam negeri, dan kerjasama luarnegeridibawah5persen. Tabel4.5.KinerjaUPI
73

d. UGM Gambar4.20.PetaPenerimaandanPengeluaranUGM(MilyarRupiah)

LaporanpenerimaandanpengeluaranUGM(gambar4.20)selama4tahunterakhir terus mengalami kenaikan di bandingkan dengan pengeluaran, tercatat penerimaan terendah diperoleh pada tahun 2006 sekitar 15 milyar rupiah, dan penerimaan tertinggi setelahdikurangipengeluaranpadatahun2009sebesar366milyarrupiah. Gambar4.21.PetaPendanaanUGM

74

Gambar4.22.PetaPendanaanUGM(Persen)

Gambar4.23.PetaPendanaanUGMdariMasyarakat(Persen)

75

Gambar 4.21 dan 4.22 menunjukan bahwa sektor pendanaan UGM berasal dari Pemerintah,DanaMasyarakatdanbantuandankerjasama.Selamakurunwaktu4tahun terakhir yakni tahun 2006 sampai 2009, pendanaan terbesar diperoleh dari sektor Dana masyarakat darirange 55,11persen64,09 persen. Terhitungpendanaan terbesarpada tahun 2009 yakni sebesar 846 milyar rupiah dengan persentase sebesar 58,19 persen, dana tersebut diperoleh dari SPP/DPP hampir setiap tahun dari tahun 2006 2010 pendanaandarisektorSPP/DPPmencapai90persendandanalainlainsebesardibawah 10 persen, kecuali tahun 2009 dana SPP/DPP sebesar 80 persen dengan sokongan dari danasumbangansukarela8persendandanalainlain13persen. Gambar4.24.PetaPendanaanUGMdariBantuandanKerjasama(Persen)

76

Pendanaan terbesar kedua berasal dari pemerintah yakni antara 26,46 persen 35,14 persen, pada tahun 2009 mencapai 511 milyar rupiah atau 35,14 persen, dana tersebut seluruhnya berasal dari Kementerian Pendidikan Nasional. Sektor pendanaan lainnya adalah berasal dari bantuan dan kerjasama terbesar diperoleh pada tahun 2008 yaknisekitar216milyarrupiahatau18,43persen.Pendanaantersebutberasaldaribantuan dan kerjasama kementrian dalam negeri dengan persentase tertinggi sebesar 49,72 persenpadatahun2006,danbantuanlainlaintertinggisebesar61,87persenpadatahun 2008. Pengeluaran UGM (gambar 4.25) terbesar diperuntukan pada sektor gaji dan tunjangan pegawai, biaya operasional dan dana lainlain dengan kisaran pengeluaran mencapai 25 persen, pengeluaran terbesar lainnya adalah untuk biaya penelitian baik untuk penelitian nasional maupun internasional dengan besar pengeluaran antara 314 persen, sedangkan untuk pengeluaran seperti, pemeliharaan, pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeri, dan kerjasama luar negeri relatif kecil yakni berada di bawah kisaran 5 persen. Dan gambaran umum peta UGM akan terlihat dalam tabelkinerjaUGMdibawahini. Gambar4.25.PetaPengeluaranUGM(Persen)

Tabel4.6.KinerjaUGM
77

Kinerja UGM (tabel.4.6) berdasarkan berdasarkan sumber dana, alokasi dan sasaranmenunjukankinerjayangbaikyaknidenganketercapaiantingkatsasarandengan rataratamencapai84,23persen,angkatersebutcukupsignifikan. Alokasi kinerja berdasarkan sumber dana berdasarkan kepada tiga posko yakni pemerintah, dana masyarakat dan bantuan dan kerjasama lain. alokasi dana terbesar diperoleh dari dana masyarakat yakni mencapai 59,85 persen, alokasi berikutnya adalah daripemerintahyaknisebesar29,42persendansisanyadanadaribantuandankerjasama sebesar 10,73 persen. dengan melihat angka persentase pendanaan UGM bisa disebut bahwamayoritaspendanaanUGMberasaldaridanamasyarakat. Sektor pengeluaran dana terbesar UGM yakni untuk biaya gaji dan tunjangan pegawai, BOP, dan dana lainlain yakni berada dikisaran 25 persen, atau julah total tiga alokasi tersebut sebesar 77,28 persen, sedangkan untuk pemeliharaan, pembangunan, pengabdianmasyarakat,kerjasamadalamnegeridankerjasamaluarnegeriberadapada leveldibawah5persen.

78

Data penerimaan dan pengalokasian dana tersebut berujung pada konsistensi pegawai dalam bekerja sehingga sesuai dengan arah dan kebijakan UGM (Renstra UGM), dengan tingkat ketercapaian mencapai 84,23 persen, artinya kebijakan yang dikeluarkanUGMsangatmemuaskan. e. UI Gambar4.26.PetaPenerimaandanPengeluaranUI(MilyarRupiah)

Laporan penerimaan dan pengeluaran UI (gambar 4.26) pada tahun 2006 2009 terus mengalami (surplus peningkatan penerimaan dari pada pengeluaran). Nilai penerimaanterendahadalahtahun2006sebesar83milyarrupiahdanpalingtinggitahun 2009sebesar382milyarrupiah. Gambar4.27.PetaPendanaanUI

79

Gambar4.28.PetaPendanaanUI(Persen)

Sumber pendanaan seperti diketahui (gambar 4.27 dan 4.28) di atas, pendanaan

terbesar yang diterima oleh UI berasal dari dana masyarakat yakni antara 426 milyar rupiahtahun2008sampai775milyarrupiahpadatahun2010,denganrangeantara48,98 persen57,21persen. Adapun untuk dana dari pemerintah yakni tahun 2006 2009 antara 124 milyar rupiah364milyarrupiahataudenganrangeantarayakni15,93persen24,14persen. Pendanaan terakhir berasal dari alokasi dana bantuan dan kerjasama. Terhitung nilai pemasukan semakin meningkat dari tahun 2006 2008 yakni antara 196 milyar rupiah 387 milyar rupiah kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 320 milyar rupiah dan meningkat kembali pada tahun 2010 menjadi 368 milyar rupiah, adapun nilai persentase berada pada range terendah 22,50 persen pada tahun 2009 dan tertinggi 33,94 persen tahun2008. Gambar4.29.PetaPengeluaranUI

80

Pengeluaran terbesar yang dikeluarkan UI (gambar 4.29) dari tahun 2006 2009

untukgajipegawaiyaknimencapai50persenatauberadapadakisaranpertahunantara 43 persen52 persen. Pengeluaran terbesar lainnya adalah untuk dana lainlain, BOP, penelitian, pengabdian masyarakat, dan pembangunan pengeluaran berada di level di bawah20persen. AdapununtukketercapaiandangambaranumumpetaUIbisadilihatdalamtable 4.7 .Universitas Indonesia sebagai salah satu Universitas terkemuka di Indonesia dalam kinerja (tabel 4.7) seperti terlihat dalam tabel, begitu dinamis. Untuk mengukur tingkat ketercapaian ada beberapa instrument yang mendukung ketercapaian tersebut diantaranya: sumber dana, alokasi yang berujung pada tingkat ketercapaian sebuah program atau kerja.Tabel kinerja menunjukan bahwa sumber dana yang diperoleh UI berasal dari pemerintah sebesar 18,21 persen, dana masyarakat sebesar 54 persen dan bantuan dan kerjasama sebesar 27,79 persen. Hal ini menunjukan bahwa sumber penerimaanyangpalingdominantadalahdanamasyarakat.Alokasitesebutdiperuntukan bagi kesejahteraan pegawai yakni sebesar 49,43 persen, BOP sebesar 17,68 persen dan pengeluaranpalingtinggilainnyaadalahuntukdanalainlainsebesar15,94persen.untuk sektor lainnya seperti penelitian, pengabdian masyarakat, dan pembangunan pengeluaran berada di level di bawah 10 persen, bahkan untuk kerjasama baik dalam negerimaupunluarnegeritidakmengeluarkanpendanaan.
81

Tabel4.7.KinerjaUI Darisumberdanadanalokasiberujungkepadatinggidanrendahnyatingkatpencapaian kinerjaUI.SepertiterlihatdalammatriktingkatketercapaianUImasihberadadiatas50 persenatausebesar67,16persen. f. USU Gambar4.30.PetaPenerimaandanPengeluaranUSU(Milyarrupiah)

82

BerdasarpetapenerimaandanpengeluaranUSU(gambar4.30)daritahun2006

2009 terlihat bahwa penerimaan USU terus meningkat dengan puncaknya tahun 2009. Surplus(penerimaandikurangipengeluaranUSU)penerimaanterendahpadatahun2006 sebesar20milyarrupiahdantertinggisebesar113milyarrupiah,namunmengalamiminus pada tahun 2008 yakni jumlah pengeluaran di atas jumlah penerimaan atau merugi sebesar2milyarrupiah. Gambar4.31.PetaPendanaanUSU

Gambar4.32.PetaPendanaanUSU(Persen)

83

Gambar4.33.PetaPendanaanUSUdariPemerintah(Persen)

Gambar4.34.PetaPendanaanUSUdariMasyarakat(Persen)
84

Pendanaan USU (gambar 4.31 dan 4.32) yang berasal dari pemerintah 105 milyar rupiah 215 milyar rupiah, dengan nilai persentase 39,14 persen 48,21 persen. Dana tersebutberasaldarikementerianpendidikannasionalberadadikisaran88persen100 persen pada tahun 2008, pemasukan lain adalah dari pemerintah daerah sebesar 8 12 persen. Alokasi dana masyarakat menempati urutan terbesar, dari tahun 2006 2010 beradadikisaran113milyarrupiah293milyarrupiah,ataudalampersentaseantara51,79 persen 60,86 persen. Alokasi tersebut berasal dari SPP/DPP sebesar di atas 50 persen atau berada di kisaran 69 persen 85 persen. Sedangkan pendanaan yang berasal dari penerimaan mahasiswa baru, sumbangan wajib, sumbangan sukarela, persatuan orang tua,danlainlainberadadibawah20persen. LaporanpengeluaranUSU(gambar4.35)terhitungdaritahun20062009dalam persentase adalah untuk keperluan beberapa posko, diantaranya gaji dan tunjangan pegawai, biaya operasional, pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan,kerjasamadalamnegeri,kerjasamaluarnegeri,danlainlain. Pengeluaran terbesar yang dikeluarkan USU adalah untuk gaji dan tunjangan pegawai, dan BOP mencapai 80 persen sedangkan untuk pemeliharaan, penelitian,

85

pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, danlainlainmasihberadadibawah20persen. Gambar4.35.PetaPengeluaranUSU

Kinerja USU berdasarkan tabel.4.8 bisa di tarik kepada dua bagian besar yakni berdasarkeuangandankebijakan.KeuanganUSUditurunkanmenjadiduabagianbesar yaknisumberdanadanuntukalokasi.Sepertiterlihatdibawah,sumberdanaUSUberasal dari dana pemerintah sebesar 42,30 persen, dana masyarakat mencapai 57,70 persen sedangkanuntuksektorbantuanadankerjasamarelativesangatkecil. Sumber dana tersebut dialokasikan pada beberapa sektor yakni yang terbesar adalah untuk gaji dan tunjangan pegawai, dan BOP mencapai 84,63 persen, sedangkan sisanya hanya berada di bawah 5 persen. Dari alokasi dana tersebut berimplikasi positif terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh USU sehinga tingkat ketercapaian sasaran sangatmemuaskanyaknimencapai86,70persen.
86

Tabel4.8.KinerjaUSU 4.2.2. BLU a. UniversitasPadjadjaran(UNPAD) Gambar4.36.PetaPenerimaandanPengeluaranUNPAD(MilyarRupiah)

87

LaporanpenerimaandanpengeluaranUNPAD(gambar4.36)selamakurunwaktu 4 tahun terakhir yakni tahun 2006 2009 terus mengalami surplus (penerimaan lebih besardaripengeluaran).Surplusterkeciladalahatahun2006yakni64milyarrupiahdan surplustertinggisebesartahun2008sebesar320milyarrupiah. Gambar4.37.PetaPendanaanUNPAD

Gambar4.38.PetaPendanaanUNPAD(Persen)

88

Gambar4.39.PetaPendanaanUNPADdariMasyarakat

Peta pendanaan UNPAD (gambar 4.37 dan 4.38) selama kurun waktu 4 tahun

terhitungtahun20062009,memberikandanadenganrange29persen55persen,dan seluruh pendanaan tersebut berasal dari kementerian pendidikan Nasional sebesar 100 persen, sedangkan untuk kementerian lain dan pemerinah daerah tidak mendapatkan dana. Alokasi dana masyarakat (gambar 4.39) dari tahun 2006 2010 berada pada 44 persen68persen,alokasitersebutberasaldaripenerimaanmahasiswabarudengannilai tertinggi 3 persen, SPP/DPP sebesar antara 36 persen 50 persen dan lainlain sebesar antara 49 persen53 persen. Alokasi dana lainnya berasal dari bantuan dan kerjasama yakni berada pada 1 persen 4 persen, alokasi tersebut berasal dari kerjasama dalam negeriyaknisebesarantaraRp.8milyarRp.25milyar.

89

Gambar4.40.PetaPengeluaranUNPAD

Pengeluaran terbesar UNPAD (gambar 4.40) adalah untuk sektor gaji dan tunjangan pegawai, yakni mencapai di atas 50 persen, sedangkan untuk BOP, Pemeliharaan, pemeliharaan, penelitian, Pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasamadalamnegeridankerjasamaluarnegerisertalainlainseluruhnyaberadapada kisaran0persen20persen. Tabel4.9menunjukanbahwakinerjaUNPAD,baikdarisektorkeuanganmaupun untuk kinerja menunjukan nilai yang baik, hal ini bisa dilihat dari sumber dana yang diperoleh UNPAD berasal dari dari tiga sektor yakni pemerintah sebesar 35,36 persen, dana masyarakat sebesar 62,02 persen dan dana bantuan dan kerjasama sebesar 2,62 persen.Alokasidanaterbesarpengeluaranadalahgajipegawaidengannilaipengeluaran mencapai 51,18 persen, dan alokasi untuk BOP, pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat,pembangunan,kerjasamadalamnegeridankerjasamaluarnegerisertalain lainseluruhnyaberadapadakisaransemuanyaberadadibawah20persen. Dari peta pengelolaan keuangan tersebut berimbas kepada alokasi kerja berdasarkan nilai perencanaan kerja yang mencapai angka yang sangat memeuaskan yakni83,36persen.
90

Tabel4.9.KinerjaUNPAD
91

b.

UNIVERSITASHASANUDIN(UNHAS) Gambar4.41.PetaPenerimaandanPengeluaranUNHAS

LaporanpenerimaanUNHAS(gambar4.41)selama3tahundaritahun20062008 mengalami kenaikan dan sebaliknya pada tahun 2009, justru sebaliknya penerimaan UNHAS mengalami penurunan, bahkan pengeluaran UNHAS pun lebih besar dari pada penerimaan. Gambar 4.42 dan 4.43 dibawah menunjukan bahwa alokasi pendanaan dari pemerinah berasal dari kementerian Diknas, Kementerian lain dan pemerintah daerah, untuk alokasi ini mayoritas pendanaan untuk UNHAS berasal dari kementerian Diknas yakni range antara 1 milyar rupiah sampai 970 milyar rupiah. Selain itu, gambar juga menunjukan bahwa sektor pendanaan UNHAS dari sektor dana masyarakat seluruhnya berasaldaripenerimaanmahasiswabarutermasukSPP/DPPyaknisebesar100persen.
92

Gambar4.42.PetaPendanaanUNHAS

Gambar4.43.PetaPendanaanUNHAS(Persen)

DemikianjugadenganbantuandankerjasamayangpernahdilakukanolehUNHAS

yakni yang terbesar selama 2006 2008 seluruhnya dari bantuan (lainlain) sebesar 100 persendantahun2009pendanaanselaindarisektorlainlainyangmencapai70persen 80persenditambaholehkerjasamadalamnegeriyangmencapai17persen20persen

93

Peta pengeluaran dari UNHAS (gambar 4.44) selama 4 tahun terbesar adalah untukgajidantunjanganpegawaimencapaiantara41persen60persen,danalokasilain seperti BOP, Pemeliharaan, penelitian dan pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasamadalamnegeri,kerjasamaluarnegeridanlainlainberadadibawah30persen. Gambar4.44.PetaPengeluaranUNHAS

Tabel 4.10 menunjukan bahwa kinerja UNHAS , baik dari baik untuk sektor keuangan maupun untuk kinerja menunjukan nilai yang baik, hal ini bisa dilihat dari sumber dana yang diperoleh UNHAS berasal dari dari tiga sektor yakni pemerintah sebesar 53,39 persen, dan masyarakat sebesar 26,64 persen dan dana bantuan dan kerjasama sebesar 22,97 persen. Alokasi dana terbesar pengeluaran adalah untuk gaji pegawai dan BOP mencapai 70 persen sedangkan untuk alokasi BOP, pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeri dan kerjasamaluarnegerisertalainlainseluruhnyaberadapadakisaransemuanyaberadadi bawah20persen. Dari peta pengelolaan keuangan tersebut berimbas kepada alokasi kerja berdasarkan nilai perencanaan kerja yang mencapai angka yang sangat memeuaskan yakni 90,95 persen. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari kerjasama pengaturan pendanaandenganperencanaankerjayangtelahditetapkansebelumnya.
94

Tabel4.10.KinerjaUNHAS c. UNIVERSITASNEGERISEBELASMARET(UNSSurakarta) Gambar4.45.PetaPenerimaandanPengeluaranUNSSurakarta(MilyarRupiah)

95

LaporanpenerimaandanpengeluaranUNSSurakarta(gambar4.45)terhitungdari 2006 2009 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat surplus (penerimaan dikurangi pengeluaran) terkecil adalah 35 milyar rupiah dan surplus tertinggi mencapai 252milyarrupiah. Gambar4.46.PetaPendanaanUNSSurakarta

Gambar4.47.PetaPendanaanUNSSurakarta(Persen)


96

Gambar4.48.PetaPendanaanUNSSurakartadariMasyarakat

Berdasarkan alokasi dana untuk UNS (gambar 4.46 dan 4.47) selama 4 tahun, danaterbesaryangdiperolehUNSberasaldaridanamasyarakatdenganrangeantara46 persen 58 persen, alokasi tersebut berasal dari SPP/DPP, penerimaan mahasiswa baru, dan lainlain, namun alokasi terbesar adalah dari SPP/DPP yakni mencapai antara 50 persensampai87persen,danalokasidanalainlainseperti(wisuda)dengannilaitertinggi mencapai43persen,sertaalokasidanapenerimaanmahasiswabarudibawah5persen. Alokasiberikutnyaberasaldaridanapemerintahyakniantararange38persen42 persen. Alokasi tersebut seluruhnya berasal dari kementerian Pendidikan Nasional yakni mencapai 100 persen. Sedangkan untuk kementerian lain dan pemerintah daerah tidak mendapatkandana. Alokasi selanjutnya berasal dari bantuan dan kerjasama, yakni mencapai nilai terbesar yakni 12 persen, Alokasi pendanaan kerjasama seluruhnya berasal dari kementeriandalamnegeriyaknimencapainilai100persenpertahunnya.
97

Gambar4.49.PetaPengeluaranUNSSurakarta

PetapengeluaranUNS(gambar4.49)terbesardiperuntukanbagigajipegawaidan tunjanganyaknimencapaikuranglebih50persen,sedangkanuntukBOP,Pemeliharaan, pemeliharaan, penelitian, Pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeridankerjasamaluarnegerisertalainlainseluruhnyaberadapadakisaran1persen 23persen. Tabel 4.11. menunjukan bahwa kinerja UNS , baik dari untuk sektor keuangan maupun untuk kinerja menunjukan nilai yang baik, hal ini bisa dilihat dari sumber dana yangdiperolehUNSberasaldaridaritigasektoryaknipemerintahsebesar41,03persen, dan masyarakat sebesar 52,54 persen dan dana bantuan dan kerjasama sebesar 6,44 persen.Alokasidanaterbesarpengeluaranadalahgajipegawaidengannilaipengeluaran mencapai 48,66 persen, dan alokasi untuk BOP, pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat,pembangunan,kerjasamadalamnegeridankerjasamaluarnegerisertalain lainseluruhnyaberadapadakisaransemuanyaberadadibawah20persen. Dari peta pengelolaan keuangan tersebut berimbas kepada alokasi kerja berdasarkannilaiperencanaankerjayangmencapaiangkayangsangatmemuaskanyakni 88,95persen.
98

Tabel4.11.KinerjaUNSSurakarta
99

d.

UNIVERSITASNEGERIJAKARTA(UNJ) Gambar4.50.PetaPenerimaandanPengeluaranUNJ

Laporan penggunaan alokasi dana UNJ (gambar 4.50) terhitung dari tahun 2007 2009 tercatat mengalami kenaikan. Penerimaan berada di atas pengeluaran, surplus terrendah adalah pada tahun 2008 yakni nilaipenerimaan dan pengeluaran sama besar, meskipunnilaipenerimaandanpengeluaranberadajauhdaripenerimaantahunlainnya. Gambar4.51.PetaPendanaanUNJ

100

Seperti diketahui peta pendanaan UNJ (gambar 4.51) berasal dari tiga kategori yakni pemerintah, dana masyarakat, danbantuan dankerjasama,namununtuk bantuan dankerjasamaselamakurunwaktu20072009belumpernahadapendanaan. Gambar4.52.PetaPengeluaranUNJ

DatapengeluaranUNJ(gambar4.52)daritahun20072009terbagikepadaempat

sektoryaknibelanjapegawai,belanjabarang,belanjamodal,belanjasosial.Sektoryang paling besar alokasi pengeluarannya adalah biaya belanja pegawai. Belanja terbesar adalahuntukbelanjapegawaiyaknimencapaiangka65persen.Alokasiberikutnyaadalah untukbelanjabarang,terhitungantara29persen48persen,sertaalokasibelanjamodal antara 11 persen 15 persen, dan terakhir untuk belanja social yakni sebesar antara 5 persen6persen. Berdasar tabel 4.12 menggambarkan struktur kinerja UNJ, baik dari sisi kinerja kebijakan maupun kinerja keuangan selama 4 tahun terakhir. Jika dilihat dari struktur pendanaan dan kinerja UNJ dapat dilihat dengan pendekatan koreasi positif, yakni dari sumber dana yang berasal dari pemerintah sebesar 51,83 persen dan dana masyarakat yangmencapai48,17persendanpendanaanbantuandankerjasamarelativesangatkecil. Alokasidanatersebutdiperuntukanpadabelanjapegawai,belanjabarang,belanjamodal,
101

belanja sosial. Sektor yang paling besar alokasi pengeluarannya adalah belanja pegawai denganpersentasebelanjapegawaiterbesardiantarabelanjalainnyayaknisebesar45,49 persen,belanjabarangsebesar36,55persendansisanyauntukbelanjamodaldanbelanja sosialrelatifkecilyaknidibawah20persen. Tabel4.12.KinerjaUNJJakarta Sumber dana dan alokasi dana tersebut berimbas kepada perencanaan kinerja yang terus meningkat yakni mencapai 93,88 persen, ini artinya terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara pengelolaan keuangan dengan kinerja yang telah direncanakan.
102

e.

UINALAUDIN Gambar4.53.PetaPenerimaandanPengeluaranUINAlaudin(MilyarRupiah)

Berdasarkan laporan keuangan UIN Alaudin, (gambar 4.53) penerimaan dan

pengeluaranpendanaanUINAlaudinselama4tahun,dari2006hingga2009,mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 UIN Alaudin mengalami kerugian (pengeluaran lebih besar daripadapenerimaan)sebesar32milyarrupiah. Gambar4.54.PetaPendanaanUINAlaudin

Berdasarkanpetapendanaan(gambar4.54),dapatdipahamibahwasumberdana

terbesar UIN Alaudin berasal dari pemerintah. Tahun 2007 dana yang diterima UIN

103

Alaudin dari pemerintah sebesar 126 milyar rupiah ( 93,72 persen) 368 milyar rupiah (95,32persen). Gambar4.55.PetaPendanaanUINAlaudin(Persen)

Gambar4.56.PetaPendanaanUINAlaudindariPemerintah


104

Gambar4.57.PetaPendanaanUINAlaudindariMasyarakat

Gambar 4.56, menjelaskan bahwa sumber dana pemerintah untuk UIN Alaudin sebagianbesarberasaldariKementerianPendidikanNasional.dalamlimatahunterakhir, tahun2006 2007merupakandua tahun denganpresentase terendahbagiUINAlaudin karena hanya menerima 99 persen. Sementara itu, pada dua tahun yang sama, pemerintahdaerahhanyamemberikanalokasidanasebesar1persen.Sedangkantahun 2008 2009 UIN Alaudin menerima 100 persen dana dari kementerian pendidikan Nasional. Gambar 4.57, menjelaskan sumber pendanaan UIN Alaudin selama lima tahun terakhir berdasar dana masyarakat. dana masyarakat terbesar yang diperoleh UIN AlaudinpadalimatahunterakhirbersumberdariSPP/DPP.sedangkansumberpendanaan yanglainrelativelebihkecilpresentasenya. Gambar 4.58 menjelaskan peta pengeluaran UIN Alaudin dalam lima tahun terakhir. Pengeluaran terbesar terjadi pada tahun 2008 yang digunakan untuk gaji dan tunjangan pegawai dengan presentase sebesar 63 persen. Menyusul setelah itu, bidang yangpresentasenyabesaradalahkerjasamaluarnegeriyangdiselenggarakanpadatahun 2009denganbesarpresentase57persen.
105

Gambar4.58.PetaPengeluaranUINAlaudin

Tabel 4. 13 menggambarkan struktur kinerja UIN Alaudin, baik dari sisi kinerja kebijakan maupun kinerja keuangan selama 3 tahun terakhir. Jika dilihat dari struktur pendanaan UIN Alaudin, sumber dananya terbesar diperoleh dari pemerintah yaitu sebesar 94,05 persen, dana masyarakat 5,95 persen, dan dana bantuan dan kerjasama relative sangat kecil. Hal tersebut menggambarkan komposisi struktur pendanaannya sendiri,belummerata. Dan jika dilihat dari sisi alokasinya sendiri, danadana UIN Alaudin sebesar 27,75 persendigunakanuntukbiayagaji&tunjangan,danBOP(BiayaOperasionalPendidikan), sisanya digunakan untuk kebutuhankebutuhan lainnya misalkan pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, dan lainlain.UINAlaudinlebihmemfokuskankerjasamadenganlembagalain.Haliniterbukti, dengan alokasi dana UIN Alaudin yang digunakan untuk penelitian relatif cukup besar yaitu sebesar 25,75 persen. Ini menggambarkan arah dan kebijakan UIN Alaudin dilaksanakandalamprosespendidikantinggimasihdalamtahappengembanganjaringan. Selain itu, pembangunan infrastruktur UIN Alaudin selama 5 tahun ini, masih terus dikembangkan. hal ini terbukti dari presentase anggaran sebesar 16,47persen. secara umum,sesuaidenganarahdankebijakanUINAlaudin(RENSTRAUINAlaudin),Tingkat PencapaianSasaranUINAlaudinyangdilaksanakanselam5tahunterakhirsebesar82,81 persenbelumtercapai.
106

Tabel4.13.TabelKinerjaUINAlaudin
107

f.

UINSUNANGUNUNGDJATI(UINSGD) Gambar4.59.PetaPenerimaandanPengeluaranUINSGD(MilyarRupiah)

Laporan penerimaan dan pengeluaran UIN SGD (gambar 4.59) tercatat selama

kurun 4 tahun yakni antara tahun 2006 2009 terus mengalami kenaikan dengan nilai pengeluaran yang sangat minim. Surplus (penerimaan setelah dikurangi pengeluaran) terendahadalah tahun2006 yaknisebesar47milyar rupiahdansurplustertinggiadalah tahun2009yaknimencapai283milyarrupiah. Gambar4.60.PetaPendanaanUINSGD

108

Gambar4.61.PetaPendanaanUINSGD(Persen)

Pendanaan(gambar4.60dan4.61)tersebutsepertidijelaskandiatasberasaldari

beberapa sektor, yang paling signifikan adalah dari sektor pemerintah, yakni dana terbesar tahun 2009 mencapai 329 milyar rupiah dan terkecil 77 milyar rupiah. Adapun dana lain yang menjadi pemasokUIN SGD adalah dana masyarakat, namun dengan nilai yangtidakterlalusignifikanyakniberadadikisaran12milyarrupiah18milyarrupiah. Gambar4.62.PetaPengeluaranUINSGD

109

Pengeluaran terbesar UIN SGD (gambar 4.62) adalah untuk belanja gaji dan tunjangan pegawai yakni mencapai di atas 75 persen sedangkan untuk biaya lainnya relatif kecil yakni di bawah 20 persen dengan alokasi untuk pembangunan, BOP dan pengabdianmasyarakat. Tabel4.14.KinerjaUINSGD
110

Berdasar tabel 4.14, struktur kinerja UIN SGD, baik dari sisi kinerja kebijakan maupunkinerjakeuanganselama4tahunterakhirsangatstabil.Jikadilihatdaristruktur pendanaan,sumberdanaterbesaryangdiperolehUINSGDberasaldariPemerintahyaitu sebesar 90,38 persen, dan dana masyarakat sebesar 9,62 persen, sedangkan untuk pendanaandarisektorbantuandankerjasamarelativetidakada. Sumber dana tersebut dialokasikan untuk gaji dan tunjangan pegawai sebesar 88,76 persen, sedangkan untuk dana pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, dan lainlain masih berada di bawah 5 persen.Secaraumum,kinerjaUINSGDdarikebijakanpendanaandankinerjaberkorelasi positif, yakni dengan capaian realisasi kinerja mencapai 75,79 persen, artinya UIN SGD masih mampu merealisasikan rancangan atau perencanaan yang telah tersusun sebelumnya. g. Gambar4.63.PetaPenerimaandanPengeluaranUINKalijaga(MilyarRupiah) UINKALIJAGA

Berdasarkan laporan keuangan UIN Kalijaga (gambar 4.63), penerimaan dan pengeluaran pendanaan UIN Kalijaga selama empat tahun, dari 2006 hingga 2009, mengalamifluktuasi.Surplusterbesardihasilkanpadatahun2006,kuranglebih162milyar rupiah.Sedangkansurplusterendah,dihasilkanpadatahun2007yaitusebesar53milyar

111

rupiah. Sementara itu, pada tahun 2009 UIN Kalijaga mengalami kerugian (pengeluaran lebihbesardaripadapemasukan)sebesar27milyarrupiah. Gambar4.64.PetaPendanaanUINKalijaga

Berdasarkan peta pendanaan diatas (gambar 4.64), dapat dipahami bahwa

sumber terbesar UIN Kalijaga berasal dari pemerintah. Pada tahun 2006, dana yang diterima UIN Kalijaga dari pemerintah sebesar 286 milyar rupiah. Hal ini menunjukan bahwadalam4tahunterakhir,tahun2006merupakantahunterbesardalampenerimaan dana bagi UIN Kalijaga. Sedangkan tahun 2008 dana yang diterima UIN kalijaga dari pemerintah,sebesar74milyarrupiah. Gambar4.65.PetaPendanaanUINKalijaga(Persen)

112

Gambar 4.65 menjelaskan bahwa sumber dana pemerintah untuk UIN Kalijaga sebagian besar berasal dari Kementerian Pendidikan Nasional. Pada tahun 2006 UIN Kalijaga mendapatkan bantuan dari kementrian pendidikan nasional sebesar 286 milyar rupiah.Sedangkantahun2008UINKalijagamenerimadanadarikementerianpendidikan Nasionalsebesar74milyarrupiah. Gambar4.66.PetaPendanaanUINKalijagadariMasyarakat

Gambar4.67.PetaPendanaanUINKalijagadariBantuandanKerjasama

113

Gambar 4.67 menjelaskan peta pedanaan UIN kalijaga berdasar bantuan dan kerjasama. Pada tahun 2008 UIN Kalijaga mendapatkan pendanaan dari pemerintah denganpresentase80persen.Sedangkanpadatahun2007,UINKalijaganmendapatkan pendanaandariduniausahasebesar10persen. Gambar4.68.PetaPengeluaranUINKalijaga

Gambar 4.68 menjelaskan peta pengeluaran UIN Kalijaga dalam empat tahun terakhir.Pengeluaranterbesarterjadipada tahun 2007 dan 2009 yang digunakanuntuk biaya operasional dan kerjasana internasional pegawai dengan presentase sebesar 47 persen,menyusulsetelahitu,bidangyangpresentasenyabesaradalahgajidantunjangan pegawaiyangdiselenggarakanpadatahun2009denganbesarpresentase30persen. Berdasar tabel 4.15, struktur kinerja UIN Kalijaga, baik dari sisi kinerja kebijakan maupunkinerjakeuanganselama4tahunterakhirsangatstabil.Jikadilihatdaristruktur pendanaan, sumber dana terbesar yang diperoleh UIN Kalijaga berasal dari Pemerintah yaitu sebesar 81,81 persen, dan dana masyarakat sebesar 11,25 persen, dan pendanaan darisektorbantuandankerjasamamendapatkanpendanaansebesar6,93persen. Sumber dana tersebut dialokasikan untuk gaji dan tunjangan pegawai serta BOP sebesar 61,66 persen, sedangkan untuk dana pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerjasama dalam negeri, dan lainlain masih berada di bawah 5 persen. Terdapatpoinyangmenarikdaridarimatrikstersebut,yaknipengeluaranuntukalokasi
114

kerjasama luar negeri relative besar yakni 28,83 persen hal ini menunjukan bahwa UIN Kalijaga sering melakukan kerjasama dengan luar negeri baik dalam bentuk kerjasama fisikmaupunkerjasamapenelitiandanpengembangan. Tabel4.15.KinerjaUINKalijaga Secara umum, kinerja UIN Kalijaga dari kebijakan pendanaan dan kinerja berkorelasi positif, yakni dengan capaian realisasi kinerja mencapai 92,11 persen artinya UIN Kalijaga masih mampu merealisasikan rancangan atau perencanaan yang telah tersusunsebelumnya.
115

h.

UINSYARIFHIDAYATULLAH(UINJAKARTA) Gambar4.69.PetaPenerimaandanPengeluaranUINJakarta

BerdasarkanlaporankeuanganUINJakarta(gambar4.69),penerimaandanpengeluaran pendanaan UINJakarta selama limatahun,dari 2006hingga2009, mengalamifluktuasi. Surplusterbesardihasilkanpadatahun2009,kuranglebih21milyarrupiah.Sementaraitu, pada tahun 2008 UIN Jakarta mengalami kerugian (pengeluaran lebih besar daripada pemasukan)sebesar33milyarrupiah. Gambar4.70.PetaPendanaanUINJakarta


116

Gambar4.71.PetaPendanaanUINJakarta(Persen)

Gambar4.72.PetaPengeluaranUINJakarta

117

Gambar 4.70, 4.71 dan 4.72 diatas menjelaskan peta pengeluaran UIN Jakarta dalam empat tahun terakhir. pengeluaran terbesar terjadi pada tahun 2007 yang digunakan untuk gaji dan tunjangan pegawai dengan presentase sebesar 48 persen, menyusul setelah itu, masih dalam keperluan yang sama, gaji dan tunjangan pegawai padatahun2006adalahbidangyangpresentasenyabesar42persen. Berdasar tabel 4.16, struktur kinerja UIN Jakarta, baik dari sisi kinerja kebijakan maupunkinerjakeuanganselama4tahunterakhirsangatstabil.Jikadilihatdaristruktur pendanaan, sumber dana terbesar yang diperoleh UIN Jakarta berasal dari Pemerintah yaitusebesar58,12persen,dandanamasyarakatsebesar41,88persen,sedangkanuntuk pendanaan dari sektor bantuan dan kerjasama tidak mendapatkan pendanaan. Sumber dana tersebut dialokasikan untuk gaji dan tunjangan pegawai serta BOP sebesar 68,08 persen, sedangkan untuk dana pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, dan lainlain masih berada di bawah 5 persen. Terdapat poin yang menarik dari dari tabel tersebut, yakni pengeluaran untuk alokasi pembangunan yang relatif besar yakni 25,28 persen hal ini menunjukan bahwa selama5tahunterakhirUINJakartasedangmelakukanpembangunanfisikgedungbaru. Secara umum, kinerja UIN Jakarta dari kebijakan pendanaan dan kinerja berkorelasipositif,yaknidengancapaianrealisasikinerjamencapai96,96persenartinya UIN Jakarta masih mampu merealisasikan rancangan atau perencanaan yang telah tersusunsebelumnya.
118

Tabel4.16.KinerjaUINJakarta
119

4.2.3. NonBHMNNonBLU a. UniversitasNegeriMakasar(UNMakasar) Gambar4.73.PetaPenerimaandanPengeluaranUNMakasar(MilyarRupiah)

Laporan keuangan UN Makasar (gambar 4.73), penerimaan dan pengeluaran pendanaan UN Makasar selama 4 tahun, dari 2006 hingga 2009, mengalami surplus (penerimaanlebihbesardaripengeluaran).Surplusterbesardihasilkanpadatahun2009 dan 2008 yakni, kurang lebih 63 milyar rupiah. Sedangkan surplus terendah, dihasilkan padatahun2006dan2009yaitusebesar26milyarrupiah. Gambar4.74.PetaPendanaanUNMakasar

120

Gambar4.75.PetaPendanaanUNMakasar

Berdasarkan gambar 4.74 dan 4.75 di atas, selama 4 tahun 2006 hingga 2009 terjadifluktuasidalamstrukturpenerimaandana.Padatahun2009,danayangditerima UNMakasardaripemerintah(gambar4.75),memilikidanapenerimaanterbesarselama4 tahunterakhiryaitusebesar198milyarrupiah.Danjikadilihatsecarakeseluruhan,range dana UN Makasar dari pemerintah, diluar dana masyarakan dan dana bantuan dan kerjasamaselama4tahunterakhir,seluruhdanapemerintahyangditerimaUNMakasar berasal dari Kementerian Diknas, sedangkan dana dari pemerintah dari sektor kementerianlaindanpemerintahdaerahtidakpernahmendapatkandana. Gambar4.76.PetaPendanaanUNMakasardariPemerintah

121

Gambar4.77.PetaPendanaanUNMakasardariMasyarakat

Dan range dana UN Makasar yang diperoleh dari dana masyarakat, yaitu yang terbesarberasaldariSPP/DPPantara93,04persen95,22persenyaknipadatahun2007 2009.Dandanamasyarakat(gambar4.77)daripenerimaanmahasiswabarurelativekecil yakni hanya pada tahun 2007 2009 yakni berada di bawah 10 persen. Dan tahun 2007 terdapatpendanaandarisektorlainlain(wisuda)yangrelativesangatkecil. Gambar4.78.PetaPengeluaranUNMakasar

Dengan melihat peta pengeluaran UN Makasar (gambar 4.78), dapat dilihat bahwa lebih dari 50 persen dana UN Makasar digunakan untuk gaji dan tunjangan pegawai. Sedangkan dana untuk BOP lebih dari 20 persen disusul dengan biaya
122

pembangunan di atas 10 persen. Untuk lebih jelasnya bagaimana perkembangan kinerja UNMakasarselama4tahundapatdilihatdarimatrikkerjaberikutini. Tabel4.17.KinerjaUNMakasar Berdasar tabel 4.17 tersebut menggambarkan struktur kinerja UN Makasar, baik dari sisi kinerja kebijakan maupun kinerja keuangan selama 4 tahun terakhir. Jika dilihat dari struktur pendanaan, sumber dana terbesar diperoleh dari Dana Pemerintah yaitu
123

sebesar 78,10 persen, dana masyarakat 21,90 persen, sedangkan pendanaan dari dana bantuan dan kerjasama relative sangat kecil. Alokasi pengeluaran UN Makasar terbesar dikeluarkan untuk biaya Gaji & tujangan, dan BOP (Biaya Operasional Pendidikan) yakni sebesar 80,17 persen, sisanya digunakan untuk kebutuhankebutuhan lainnya misalkan, kerjasama dan lainlain. Dana terbesar lainnya yang cukup besar adalah untuk pembangunanyaknisebesar13,73persen.inimenggambarkanbahwaterdapatbeberapa kali pembangunan fisik meskipun tidak terlalu besar. Secara umum, arah dan kebijakan UN Makasar sesuai dengan Tingkat Pencapaian Sasaran UN Makasar yang dilaksanakan selama 4 tahun terakhir relatif sukses yaitu sebesar 93,95 persen. Dan ini menunjukkan bahwasemuaperencanaanUNMakasarselama4tahuntelahterpenuhi. b. InstituteAgamaIslamNegeriAntasari(IAINAntasari) Gambar4.79.PetaPenerimaandanPengeluaranIAINAntasari(MilyarRupiah)

LaporanpenerimaandanpengeluaranyangdihasilkanolehIAINAntasari(gambar 4.79)mengalamipluktuasinamuntingkatpenerimaanmasihberadadiataspengeluaran, meskipun penerimaan relatif kecil berada di atas pengeluaran. Dari gambar tersebut terlihatbahwasurplus(penerimaansetelahdikurangipengeluaran)untukIAINAntasari, surplusterendahterdapatpadatahun2008yaknisebesar1milyar.
124

Gambar4.80.PetaPendanaanIAINAntasari

PetapendanaanIAINAntasaridaritahun20062009(gambar4.80)hanyaberasal

daripemerintahdanmasyarakat.Pendanaanterbesarberasaldaridanapemerintahyakni mencapai nilai ratarata 90 persen, dan dana tersebut seluruhnya berasal dari Kementerian Agama. Sedangkan untuk kementerian lain dan pemerintah daerah tidak pernahmemberikanbantuandana. Pendanaan lainnya berasal dari dana masyarakat (gambar 4.81) yakni mencapai angka antara 3 persen 11 persen, adapun sumber dana terbesar tersebut berasal dari dana SPP/DPP yakni kisaran antara 88 persen 96 persen sedangkan untuk pendanaan daripenerimaanmahasiswabarudanlainlainberadadibawahkisaran10persen. Gambar4.81.PetaPendanaanIAINAntasaridariMasyarakat

125

Gambar4.82.PetaPengeluaranIAINAntasari

PetapengeluaranIAINAntasari(gambar4.82)diperuntukanbagibeberapasektor yakni gaji dan tunjangan pegawai, belanja barang, belanja sosial dan belanja modal. Pengeluaranterbesaradalahuntukgajidantunjangandenganrangeantara47persen71 persen, untuk belanja modal berada pada range 6 persen 35 persen, belanja barang antara 9 persen 19 persen, dan terakhir belanja sosial antara 5 persen 16 persen. Dari datatersebutterlihatbahwaperhatianIAINAntasaricukupbesarkepadaalokasibelanja modal, yang diantaranya juga untuk operasional pendidikan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilanpencapaianIAINAntasaribisadilihatdaritable4.18berikutini. Kinerja IAIN Antasari berdasarkan kinerja bila dilihat dari tiga sektor yakni pendanaan yang meliputi sumber dana dan alokasi penggunaan dana serta implikasi terhadaptingkatpencapaiankerjabisadilihatbahwaterjadikorelasipositifyaknitiglkat ketercapaian kerja sangat memuaskan yakni sebesar 96,52 persen. Data tersebut bisa tercapaikarenadukungandarisumberdanadanalokasipengeluaranyangtepatguna. Sumber dana terbesar yang masuk kepada IAIN Antasari adalah dari pemerintah yakni sebesar 92,60 persen dan sisanya berasal dari dana masyarakat yakni sebesar 8 persen, sedangkan dana yang berasal dari bantuan dan kerjasama tidak mendapatkan, artinya adalah dana yang mampu menopang IAIN Antasari seluruhnya berasal dari pemerintah.

126

Dari sumber dana tersebut alokasi yang paling besar adalah untuk gaji dan tunjangan pegawai sebesar 57,18 persen, dilanjutkan oleh belanja modal dan belanja sosialsebesar19,54persendansisanyaadalahuntukbelanjabarangsebesar14,11persen. Secarakasatmataterlihatbahwaterdapatalokasidanayangcukupbesaruntukbelanja sosial,artinyasecarakelembagaanIAINAntasarimenyadariakanpentingnyakualitasdan sosialisasilembagamelaluibelanjasosial. Tabel4.18.KinerjaIAINAntasari
127

c.

UniversitasPattimura(UNPATI) Gambar4.83.PetaPenerimaandanPengeluaranUNPATI(MilyarRupiah)

Laporan penerimaan dan pengeluaran UNPATI (gambar 4.83) 4 tahun terakhir, terhitung tahun 2006 2009 mengalami pluktuasi, penerimaan terrendah setelah dikurangipengeluaranadalahtahun2008yaknisebesar7,8milyarrupiah. Peta pendanaanUNPATI(gambar 4.84) terhitung tahun 2006 2009berasal dari tigaalokasiyaknipemerintah,danamasyarakat,danbantuandankerjasama.Terhitung4 tahun terakhir, penerimaan dari sektor pemerintah merupakan penerimaan terbesar yaknidari94milyarrupiahsampaidengan191milyarrupiah.Adapunpendanaantersebut seluruhnya berasal dari Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan kementerian lain danPemerintahDaerahtidakmemberikanpendanaan. Gambar4.84.PetaPendanaanUNPATI

128

Pendanaanlainnyaadalahdaridanamasyarakatdenganrange6,255milyarrupiah 24.794 milyar rupiah. Data penerimaan dana masyarakat tersebut terbagi kepada tiga sektor yakni penerimaan mahasiswa baru, SPP/DPP dan lainlain, terhitung 4 tahun terakhir pendanaan terbesar berasal dari SPP/DPP yakni hampir 100 persen dan mengingatadapemasukandarisektorpenerimaanmahasiswabarusebesar2,60persen. Peta pengeluaran UNPATI (gambar 4.85) 4 tahun terakhir seperti terlihat pada gambardiatas,palingbesardigunakanuntukgajidantunjanganpegawairange32persen 70 persen. Dana pengeluaran terbesar lainnya relatif sama yakni berada di kisaran 2 persen28persenuntukbiayaoperasional,pembangunan,penelitian,danlainlain. Gambar4.85.PetaPengeluaranUNPATI

Tabel 4.19 memperlihatkan bahwa arah kebijakan UNPATI terbagi kepada dua bagian besar yakni: untuk alokasi pendanaan dan kebijakan. Untuk alokasi pendanaan, sumber dana yang dimiliki oleh UNPATI berasal dari pemerintah, dana masyarakat, dan bantuan dan kerjasama, namun sumber dana terbesar berasal dari pemerintah yakni sebesar85,17persen,danamasyarakatsebesar10,66persen,danterakhirdanabantuan dankerjasamasebesar5,56persen.
129

Tabel4.19.KinerjaUNPATI
130

Pendanaan tersebut dialokasikan untuk beberapa sektor seperti gaji dan tunjangan pegawai, biaya operasional dan pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, lainlain. namun alokasi dana terbesar adalah untuk gaji pegawai dan pembangunan mencapai 44,07persen,biayaoperasionalsebesar21,35persen,biayapembangunansebesar15,64 persen, serta biaya lainlain mencapai 14,69 persen. Sedangkan dana untuk sektor yang lainnya di bawah 5 persen. Dari lingkaran kerja untuk sumber dan pengalokasian dana tersebut,berdampakkepadatingkatpencapaianUNPATIyangmencapaiangkatertinggi yakni 81,80 persen, hal ini membuktikan bahwa pengalokasian dana terprogram secara baik,sehinggadapatmencapaitingkatpencapaiantertinggi. d.

UniversitasNegeriMedan(UNIMED) Gambar4.86.PetaPenerimaandanPengeluaranUNIMED(MilyarRupiah)

LaporankeuanganpenerimaandanpengeluaranUNIMEDgambar4.86)daritahun

20062009, surplus (penerimaan UNIMED terus meningkat dari tahun ke tahun). Peningkatan terbesar dana pemerintah untuk UNIMED selama tahun 2006 2009 yaitu padatahun2009sebesar54milyarrupiahdibandingkantahun2008.
131

Gambar4.87.PetaPendanaanUNIMED

Gambar4.88.PetaPendanaanUNIMED(Persen)

Sepertiterlihat(gambar4.87dan4.88)diataspendanaanUSU,danapemerintah berasal dari Kementerian Diknas, kementerian lain, dan pemerintah daerah. Sumber pendanaan dari pemerintah seluruhnya berasal dari kementerian Diknas, yakni dengan peningkatantiaptahunnyaanataradari122milyarrupiah193milyarrupiah.Sedangkan
132

untukkementerianlaindanpemerintahdaerahrelativesangatrendahdalammemberikan pendanaanuntukUNIMED. Secara umum, Pendanaan USU berasal dari pemerintah dan masyarakat. Dana masyarakat menempati posisi tertinggi dalam pendanaan USU. Pendanaan berasal dari danamasyarakat(gambar4.87)menempatiposisikeduayakniantara8milyarrupiah14 milyarrupiah.PendanaantersebutberasaldariSPP/DPP,terbesarpadatahun20062007 yakni sebesar 42 persen, kemudian menurun di tahun 2008 2009 menjadi 30 persen, kemudiansumberdanadariorangtuamencapai30persen43persen,danterakhirdana lainlainmencapai30persen43persen. Alokasipendanaanberdasarkanbantuandankerjasama(gambar4.87)sebesarantara 2 milyar rupiah sampai 10 milyar rupiah, bantuan dana tersebut berasal dari kerjasama dengan pemerintah khususnya (beasiswa dikti) yakni sebesar 95 persen (gambar 4.90). Sedangkankejasamalainberasaldaripemerintahdalamnegeriyaknisebesar5persen. Gambar4.89.PetaPendanaanUNIMEDdariMasyarakat

Gambar4.90.PetaPendanaanUNIMEDdariBantuandanKerjasama
133

Gambar4.91.PetaPengeluaranUNIMED

Pengeluaran terbesar untuk UNIMED (gambar 4.91) diperuntukan pada gaji dan tunjanganpegawaiyaknihampirmencapai90persen,danuntukposkolainsepertibiaya operasionaldanpemeliharaandibawah10persen.
134

Tabel4.20.KinerjaUNIMED Tabel 4.20 menunjukan bahwa alokasi pendaan untuk UNIMED didominasi oleh pemerintahyaknisebesar89,95persensedangkandanalainnyasepertidanamasyarakat dan bantuan dan kerjasama hanya 10 persen. Jadi dana yang diperoleh UNIMED hampir seluruhnya berasal dari dana pemerintah. Pengeluaran UNIMED terbesar dialokasikan untukgajipegawaiyaknisebesar88,28persensedangkanuntuksektorsepertiBOPdan pemeliharaandibawah10persen.Penerimaanpendanaandanpengeluarannya,ternyata berimbas kepada tingkat pencapaian yang telah direncanakan oleh UNIMED, seperti
135

terlihat di atas tingkat pencapaian UNIMED mencapai 94.80persen hal ini termasuk sangatbesardanberhasil. e. InstituteAgamaIslamNegeriMedan(IAINMedan) Gambar4.92.PetaPenerimaandanPengeluaranIAINMedan(MilyarRupiah)

Laporan penerimaan dan pengeluaran IAIN Medan (gambar 4.92) tahun 2006

2009 berada di bawah 90 milyar rupiah per tahun. Dengan surplus (penerimaan dan pengeluaranterusmeningkat),penerimaanterendahsebesar3milyarrupiahpadatahun 2006dantertinggisebesar12milyarrupiahpadatahun2010. Pendanaan terbesar diterima dari pemerintah (gambar 4.94 dan gambar 4.93), selama4tahundanayangdiperolehIAINMedanberadadikisaran38milyarrupiahsampai 72milyarrupiah.Dengannilaitertinggisebesar72milyarrupiahdenganpersentaseantara 80,89 persen 95,22 persen. Dana dari alokasi pemerintah berasal dari dua yakni kementerian departemen agama dan pemerintah daerah. Dana terbesar yang pernah dikeluarkan kementerian Agama adalah 67 milyar rupiah dan dan dana dari pemerintah daerahterbesarmencapaiRp.10milyar.Sedangkandaridanamasyarakat(gambar4.95) selama4tahunterakhir,beradadikisaran2milyarrupiah27milyarrupiah,denganrange persentase antara 4,98 persen 19,11 persen. Hampir seluruhnya dana dari sektor dana masyarakat yakni 100 persen berasal dari SPP/DPP kecuali pada tahun 2009 terdapat sektorlainlainyangmenyumbangsebesar16persendansektorpenerimaanmahasiswa barusebesar9persen.
136

Gambar4.93.PetaPendanaanIAINMedan

Gambar4.94.PetaPendanaanIAINMedandariPemerintah

Gambar4.95.PetaPendanaanIAINMedandariMasyarakat

137

Gambar4.96.PetaPengeluaranIAINMedan

PetapengeluaranIAINMedan(gambar4.96)terbesaruntukgajipegawaidanlain

lainyaknimencapai50persenan,sedangkanuntuksektorlainnyaberadajauhdibawah10 persenkecualipembangunanyangpernahmencapai13persen. Tabel 4.21 menunjukan bahwa alokasi pendaan untuk IAIN Medan hampir ddominasi oleh pemerintah yakni sebesar 89,27 persen serta dana dari masyarakat sebesar 10,73 persen sedangkan untuk bantuan dan kejasama dengan lembaga baik pemerintah nasional maupun internasional. Dana yang diperoleh IAIN Medan hampir seluruhnyaberasaldaridanapemerintah. PengeluaranIAINMedanterbesardialokasikanuntukgajipegawaidansektorlain lainyaknimencapai83,70persen,sedangkanuntukpendanaanlainnyahanyamencapaidi bawah 10persen. Yang menarik adalah alokasi pendanaan untuk lainlain, mengingat alokasitersebuttidakdiketahui,untukapadanbagaimanaproseskeluarnya.Penerimaan pendanaan dan pengeluarannya, ternyata berimbas kepada tingkat pencapaian yang telah direncanakan oleh IAIN Medan, seperti terlihat di atas tingkat pencapaian IAIN Medanmencapai86,79persenhalinitermasuksangatbesardanberhasil.
138

Tabel4.21.KinerjaIAINMedan f. InstituteAgamaIslamNegeriAmbon(IAINAmbon) Gambar4.97.PetaPenerimaandanPengeluaranIAINAmbon(MilyarRupiah)

139

Laporan keuangan penerimaan dan pengeluaran IAIN Ambon (gambar 4.97) dari 20062009, surplus penerimaan dan pengeluaran hampir di semua tahun berada di bawah 50 milyar rupiah. Surplus penerimaan setelah dikurangi pengeluaran terendah padatahun2006yakni2milyarrupiahdantertinggitahun201042milyarrupiah. Gambar4.98.PetaPendanaanIAINAmbon Gambar4.99.PetaPendanaanIAINAmbon(Persen)

140

SumberdanayangdidapatIAINAmbon(gambar4.98dan4.99)daritahun2006 2009,sebagianberasaldaripemerintahsepertiterlihatdanayangditerimaIAINAmbon daripemerintahseluruhnyaberasaldarikementerianDepartemenAgamadenganrange adalah antara 2 milyar rupiah 38 milyar rupiah atau dengan persentase antara 80,09 persen90,28persen. Sumberdanalainadalahdaridanamasyarakat(gambar4.100)yakni2milyarrupiah4 milyarrupiahataudenganpersentaseantara9,72persen19,91persen.Sumberdanadari masyarakat terbesar diperoleh dari SPP/DPP yakni sebesar 95 persen, dan penerimaan mahasiswabaru5persen. Gambar4.100.PetaPendanaanIAINAmbondariMasyarakat


141

Gambar4.101.PetaPengeluaranIAINAmbon

Untuk pengeluaran rutin IAIN Ambon (gambar 4.101) yakni gaji dan tunjangan pegawai, biaya operasional dan pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan,kerjasamadalamnegeri,kerjasamaluarnegeri,lainlain. Sektorpengeluaranterbesaruntukgajidantunjanganpegawaisebesar32persen 59 persen, BOP sebesar antara 4 persen 24 persen, dan pembangunan 18 persen 32 persen.Sedangkanuntukalokasilainmasihberadadibawah5persen. Tabel 4.22 memeperlihatkan bahwa arah kebijakan IAIN Ambon terbagi kepada dua bagian besar yakni untuk alokasi pendanaan pendidikan tinggi dan kebijakan pendidikantinggi.Untukalokasipendanaan,sumberdanayangdimilikiolehIAINAmbon berasaldaripemerintahdandanamasyarakat,namunsumberdanaterbesarberasaldari pemerintahyaknisebesar84,22persendandanamasyarakatsebesar15,78persen. Pendanaan tersebut dialokasikan untuk beberapa sektor seperti gaji dan tunjangan pegawai, biaya operasional dan pemeliharaan, penelitian, pengabdian masyarakat, pembangunan, kerjasama dalam negeri, kerjasama luar negeri, lainlain. namun alokasi dana terbesar adalah untuk gaji pegawai dan pembangunan mencapai 86,81 persen, artinya hampir semua alokasi dana terpusat untuk gaji dan pembangunan fisik.Sedangkanuntukalokasilainmasihberadadibawahkisaran20persen.
142

Tabel4.22.KinerjaIAINAmbon

143

Dari lingkaran kerja untuk sumber dan pengalokasian dana tersebut, berdampak kepada tingkat pencapaian IAIN Ambon yang mencapai angka tertinggi yakni 93,64 persen, hal ini membuktikan bahwa pengalokasian dana terprogram secara baik, sehinggadapatmencapaitingkatpencapaiantertinggi.
144

BABV POTRETDANHUBUNGANKEBIJAKANDANPELAKSANAAN PENDANAANPENDIDIKANTINGGI


5.1. 5.1.1. PotretPendanaanPendidikanTinggi PTBadanHukumMilikNegara(BHMN) Semangat PT BHMN adalah untuk meningkatkan otonomi PT, termasuk dalam pengelolaan pendanaannya sekalipun subsidi dana pemerintah tetap signifikan. Jika dipetakandalamtigasumberpendanaanPT,yaitu:pemerintah,masyarakatsertabantuan dan kerjasama. Dari ketika sumber pendanaan tersebut, selama empat tahun terakhir penerimaan pendanaan PT didominasi oleh kontribusi dana masyarakat yang mencapai 7,43triliunrupiahatausebesar50persendaritotalpenerimaanenamPTBHMNtersebut sebagaimana terlihat dalam Gambar 5.1. Dana masyarakat tersebut sebagian besar diperolehdariSumbanganPenyelenggaraanPendidikan(SPP)danDanaPenyelenggaraan Pendidikan(DPP). Besarnya kontribusi dana masyarakat patut disyukuri sebagai wujud tingginya partisipasi masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan tinggi namun di sisi lain, besarnya kontribusi tersebut juga berhubungan dengan besarnya beban yang harus ditanggung masyarakat yang anaknya belajar di PT BHMN. Di sinilah perlunya regulasi yang tepat dan terukur sehingga partisipasi yang terjadi benarbenar sesuai dengan kemampuan masyarakat dan tetap memperhatikan adanya masyarakat yang kurangmampu. Di sisi lain, kontribusi pemerintah dalam pendanaan PT BHMN secara nominal masih relatif tinggi sehingga selama kurun waktu empat tahun terakhir untuk enam PT BHMN saja mencapai 4,38 triliun rupiah. Sekalipun demikian, besaran nominal tersebut tidalparaleldenganproporsitotalpendapatanperguruantinggisehinggakontribusidana pemerintahhanyaberkisarantara30persendaritotalpenerimaanpendapatanenamPT BHMN. Sedangkan dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari bantuan dan kerjasama, relatif rendah yaitu sebesar kurang lebih 20 persen dari dana Pendidikan Tinggi BHMN atau 2,93 triliun rupiah selama 4 tahun terakhir. Hal tersebut menggambarkan persepsi publik(BUMN,BUMD,Industrisertaluarnegeri)terhadapPTBHMNmasihrendah.
145

Gambar5.1.PetaPendanaanPTBHMN

Rp 2,93 Triliun

Rp 4,38 Triliun

Rp 7,43 Triliun

Selanjutnya, ditilikdari aspek pengeluaran,selamaempattahun terakhirstruktur pengeluaran PT BHMN mengalami kecenderungan sebagaimana terlihat dalam Gambar 5.2.Dilihat dariaspek pengeluaranyang terbesar dialokasikan untukmembayargajidan tunjangankaryawanPTBHMNyangmencapai4,1triliunrupiahatausekitar28persendari totalpengeluaraanPTBHMN.Pengeluarantersebarselanjutnyaadalahbiayaoperasional pendidikan(BOP)danpenelitiandanpengabdianmasyarakat(P2M)yangmasingmasing mencapaisekitar26persendan22persen.Prioritaspengeluaranuntukgajidantunjangan serta biaya operasional pendidikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas PT BHMN yang secara faktual nampak signifikan sebagaimana pencapaian beberapa PT BHMNmasukPTkelasduniaversiTHES.Disampingitu,sekalipunpengeluaranuntukP2M secara proporsional masih sekitar 22 persen namun angka tersebut cukup signifikan dibandingdenganPTBLUdanPTNonBHMNNonBLU. Upaya untuk meningkatkan kualitas PT dilakukan melalui pemilihan prioritas sehinggaalokasipendanaannyatidaksamaratasehinggaterjadipeningkatankualitasPT yangsignifikandantetapmemberikanalokasiyangsepadanuntukPTlainnyaagartidak mengurangi dan mengganggu proses pembelajaran PT. Pilihan prioritas ini tentu saja menjadikan PT BHMN untuk sementara waktu lebih fokus pada peningkatan BOP dan P2MsehinggadalambatastertentuupayaperbaikandanpengembanganinfrastrukturPT BHMN sedikit lebih tertinggal. Kenyataan tersebut ditunjukkan dengan terbatasnya
146

alokasiuntukinvestasi/pembangunanyanghanyamencapai57miliar rupiahatausekira5 persenselamakurunwaktuempattahunterakhir. Gambar5.2.StrukturPengeluaranPTBHMN

Rp 0,23 triliun

Rp 1,94 triliun

Rp 4,1 triliun

Rp 0,01 triliun

Rp 0,7 triliun

Rp 3,14 triliun

Rp 3,72 triliun Rp 0,57 triliun

Ada tujuh PT BHMN dan terpilih enam PT BHMN sehingga mampu

merepresentasikanperkembanganpendanaanPTBHMNsecarakeseluruhandalamkurun waktu empat tahun terakhir. Secara ilustratif, peta pendanaan tersebut dapat dilihat dalamGambar5.3.dibawahini. Dengan melihat gambar 5.3. di atas nampak selama empat tahun terakhir, Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki penerimaan terbesar yang mencapai Rp. 4.24 triliun,disusulolehUniversitasIndonesia(UI)sebesarRp.4.18triliun.Ditilikdarisumber dananya, UGM dan UI menerima dana pemerintah yang terbesar selama empat tahun terakhir.Sekalipundemikian,jikaditilikdarikomposisipendanaannya,alokasipemerintah untuk UGM dan UI masingmasing hanya mencapai 29 persen dan 18 persen dari total penerimaankeduaPTBHMNtersebut.
147

Gambar5.3.PetaPendanaanPTBHMN

AdapunalokasiterkecilpemerintahuntukPTBHMNselamaempattahunterakhir

adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yaitu sebesar 490 milyar rupiah atau sekitar42persendaritotalpenerimaanUPI.Dilihatdaribesaranprosentasepenerimaan dari pemerintah, secara berurutan prosentase terbesar adalah untuk Institut Pertanian Bogor(IPB),UPI dan Universitas Sumatera Utara(USU). Besarnya prosentase dana dari pemerintah menunjukkan tingkat kontribusi pemerintah terhadap PT BHMN tersebut sekaligus tingkat keterbatasan kemampuan PT BHMN tersebut dalam mencari pendanaannyasendiri. Selanjutnya, dilihat dari kemampuannya dalam menggalang dana masyarakat selama empat tahun terakhir, UGM dan UI menduduki posisi tertinggi dengan besaran mencapai masingmasing sebesar 2,5 triliun rupiah(64 persen) dan 2,2 triliun rupiah(54 persen).Kemampuanpenggalangandanamasyarakatdisatusisimerupakankeberhasilan dalammeningkatkanpendanaannamundisisilainmenunjukkantingkatketergantungan PTBHMNterhadappendanaandarimasyarakatyangsebagianbesarnyadarimahasiswa. Ditilikdariprosentasenya,PTBHMNyangmampumenggalangdanamasyarakatterbesar adalah UGM, USU dan UI, yaitu masingmasing sebesar 64 persen, 58 persen dan 54 persen sekalipun secara nominalnya penerimaan USU dalam kurun waktu empat tahun terakhirjauhdibawahUGMdanUI.MenariknyaposisiUIyangterendahdalammenerima alokasi dana pemerintah juga terkecil dalam kemampuannya menggalang dana
148

masyarakat,yaitusebesar519milyarrupiahatausekitar43persendaritotalpenerimaan UPIselama4tahunterakhir. Selanjutnya, PT BHMN yang mampu menggalang pendapatan dari penerimaan dana bantuan dan kerja sama, secara nominal UI menduduki peringkat tertinggi yang mencapai1,15triliunrupiahdandisusulITBsebesar789miliarrupiah.Namundemikian, secaraproporsi,penerimaandanabantuandankerjasamaterbesaradalahITBsebesar39 persen dari total penerimaan ITB selama empat tahun terakhir dan disusul UI yang mencapai28persen. 5.1.2. PTBadanLayananUmum(BLU) PoladankecenderunganumumpengelolaanpendanaanPTBLUmemilikistruktur pendanaan yang berbeda dengan pola pendanaan PT BHMN yang terlihat dari struktur dan besaran kontribusi antara pemerintah, masyarakat dan bantuankerjasama sebagaimanaterlihatdalamGambar5.4. Gambar5.4.PetaPendanaanPTBLU

Rp 140 milyar Rp 3,34 triliun

Rp 5,21 triliun

Gambar 5.4. memperlihatkan besarnya alokasi dana pemerintah baik secara nominalmaupunproporsionaldibandingpenerimaandarimasyarakatdanbantuankerja sama. Berdasar data di atas, selama empat tahun terakhir PT BLU yang terdiri dari PTN dan PTAIN memperoleh penerimaan yang sangat besar dari dana pemerintah yang

149

mencapai 5,21 triliun rupiah atau sekira 60 persen dari total penerimaan PT BLU. SekalipunPTBLUdidominasiolehpendanaanpemerintahnamunpenerimaannominalPT BLUtersebuttetapdibawahPTBHMN.Halinitakdapatdilepaskandaribesarnyajumlah mahasiswaPTBHMNdanbervariasinyaprogramstudiPTBHMNsehinggaadabeberapa programstudiyangunitcostnyasangatmahalsemisalFakultasKedokteranUmumdan KedokteranGigi.Disampingitu,denganrerataPTBHMNyangmapandanbesarsehingga lebihmampuberkompetisidalammemperolehdanatambahandaripemerintah. PenerimaandanamasyarakatdalamPTBLUrelatiflebihkecildibandingdanayang diperoleh dari pemerintah sehingga total dana masyarakat PT BLU selama kurun waktu empat tahun hanya mencapai 3,34 triliun rupiah atau sebesar 38 persen dari total penerimaan PT BLU. Beragamnya PT BLU berdampak pada kecilnya penerimaan dana bantuandankerjasamayanghanyamencapai140miliarrupiahatausekitar2persendari totalpenerimaanPTBLU.KondisiinimenunjukkanbahwasecaraumumPTBLUmemiliki keterbatasan dalam upaya menggalan dana bantuan dan kerja sama. Keterbatasan kemampuan ini dapat dimaklumi karena kondisi PT BLU yang bervariasi dan sebagian besarPTNyangtidakterlalumapansepertiPTBHMN. Dengan demikian, maka tingkat ketergantungan PT BLU pada dana pemerintah masihsangatbesardanmenjadipenyanggautamadisampingdanamasyarakat.Adapun danayangberasaldaribantuandankerjasama,hanyasebagaidanapenunjangPTBLU. Dilihat dari aspek pengeluaran, sebagaimana PT BHMN, sebagian besar pengeluaran PT BLU diperuntukkan untuk gaji dan tunjangan serta biaya operasional pendidikansebagaimanaterlihatdalamGambar5.5.dibawahini. Denganmelihatstrukturpengeluarandiatas,makaterlihatdenganjelasbahwaPT BLUmengalokasikandanauntukberbagaikebutuhanyangberkaitaneratdenganproses pembelajaran PT dan hanya sebagian kecil saja untuk P2M. Mengancik pada rincian pengeluaran PT BLU, sebagian besar pengeluaran PT BLU yaitu sebesar 2,65 triliun rupiah atau sekitar 47 persen dari total pengeluaran PT BLU digunakan untuk gaji dan tunjangan. Selanjutnya, biaya opersaional pendidikan (BOP) mendapat alokasi terbesar kedua,yaitusebesar1,06triliunrupiahatausekitar19persendaritotalpengeluaranPT BLUselamaempattahunterakhir.
150

Gambar5.5.PengeluaranPTBLU

Rp 500 milyar Rp 370 milyar Rp 180 milyar Rp 700 milyar Rp 2,65 triliun

Rp 70 milyar

Rp 160 milyar Rp 1,06 triliun

Dengansegalaketerbatasannya,PTBLUmengalokasikandanauntukinvestasidan pembangunan sebesar 700 miliar rupiah atau sekitar 12 persen dari total pengeluaran. KenyataaninimenunjukkanbahwaprioritasPTBLUberbedadenganPTBHMN,dimana PT BLU lebih pada infrastruktur dibanding penguatan SDM dan PT BHMN lebih pada penguatanSDMdibandinginvestasidanpembangunan.PerbedaanlainantaraPTBHMN danPTBLUadalahterkaitpengeluaranuntukpenelitiandanpengembanganmasyarakat sertabantuandankerjasamayangrelatifkecildibandingPTBHMN. 5.1.3. PTNonBHMNNonBLU Pendanaan Pendidikan TinggiKonvesional terdiri daribeberapaPerguruanTinggi Negeri(PTN)danPerguruanTinggiAgamaIslamNegeri(PTAIN)seluruhIndonesia.Dalam penelitian ini, tidak semua PTN dan PTAIN yang masuk kategori PT NonBHMNNonBLU disurvey.BeberapaPTNdanPTAINyangsecarageografismewakiliwilayahbarat,wilayah tengah,danwilayahtimurdijadikansampeldalampenelitianini. Berdasarkan peta pendanaan di bawah ini (perhatikan gambar 5.6.), struktur pendanaan PT NonBHMNNonBLU didominasi dana pemerintah yaitu kurang lebih 84persenatau1.902triliunrupiah,darialokasipendanaanPTNonBHMNNonBLU,selama 4tahunterakhir.Sedangkansumberdanamasyarakatrelatifrendahyaitusebesarkurang lebih 14persen atau sebesar 307 milyar rupiah, selama 4 tahun terakhir. Hal ini

151

menunjukkan bahwa dana pendidikan pendidikan tinggi yang dibebankan kepada masyarakatrelatifrendah. Gambar5.6.PetaPendanaanPTNonBHMNNonBLU

Rp 50 milyar

Rp 307 milyar

Rp 1,9 triliun

Disisilain,PTNonBHMNNonBLUkurangaktifdalammenjalindanmencaridana bantuandankerjasamadenganberbagaipihak,khususnyadenganduniausahadandunia industri.Halinidapatdilihatdaribesarandanabantuandankerjasama,yangditerimaPT NonBHMNNonBLUyaituhanya2persenatausebesar50milyarrupiahselama4tahun terakhir. Dan secara umum, sumber pendanaan PT NonBHMNNonBLU sangat tergantungdaripemerintah,baikdaripemerintahpusatmaupunpemerintahdaerah. Disisilain,PTNonBHMNNonBLUkurangaktifdalammenjalindanmencaridana bantuandankerjasamadenganberbagaipihak,khususnyadenganduniausahadandunia industri.Halinidapatdilihatdaribesarandanabantuandankerjasama,yangditerimaPT NonBHMNNonBLUyaituhanya2persenatausebesar50milyarrupiahselama4tahun terakhir. Dan secara umum, sumber pendanaan PT NonBHMNNonBLU sangat tergantungdaripemerintah,baikdaripemerintahpusatmaupunpemerintahdaerah. Berdasarkandatayangdiolahdanhasilnyaterlihatpadagambar5.7.,menunjukan petapengeluaranPTNonBHMNNonBLUbahwaalokasipengeluaranGajidanTunjangan merupakan pengeluaran terbesar yaitu kurang lebih 50 persen atau sebesar 976 milyar rupiah selama 4 tahun terakhir. Alokasi untuk BOP dan Penelitian dan pengabdian masyarakatsebesarkuranglebih15persenataukuranglebih289milyarrupiahselama4
152

tahun terakhir. Begitu juga halnya dengan pengeluaran untuk pembangunan dan hubungan kerjasama luar negeri yaitu kurang lebih sebesar 7persen dan 6persen dari dana PT NonBHMNNonBLU . Selebihnya pengeluaran untuk pemeliharaan, penelitian danpengabdian,kerjasamadalamdanluarnegeriberadapadaangkadibawah2persen. Gambar5.7.PetaPengeluaranPTNonBHMNNonBLU

Rp 124 milyar

Rp 112 milyar

Rp 976 milyar
Rp 150 milyar

Rp 288 milyar

Rp 24 milyar

Rp 289 milyar

5.1.4. PerbandinganBHMN,BLU,danNonBHMNNonBLU Untuk melihat bagaimana perbandingan peta pendanaan pendidikan tinggi baik BHMN,BLU,maupunNonBHMNNonBLU,dapatdilihatdaripetapendanaandibawahini (Gambar 5.8). Dana pemerintah lebih banyak diberikan pada pendidikan tinggi BHMN walaupun dari jumlah nominal uang relatif kecil dibandingkan dengan BLU, tetapi jika dilihatdarisisirasiojumlahperguruantinggi,(BLU8perguruantinggi,sedangkanBHMN 6 perguruan tinggi), maka perguruan tinggi BHMN relatif lebih besar dibandingkan denganperguruantinggiBLU.
153

Gambar5.8.PetaPendanaanPendidikanTinggi
Rp 7,43 triliun
Rp 5,21 triliun Rp 1,90 triliun

Rp 4.38 triliun

Rp 2,93 triliun

Rp 3,34 triliun

Rp 307 milyar

Rp 140 milyar

Rp 50 milyar

Begitujugahalnyadengansumberpendanaanpendidikantinggidarimasyarakat. jumlah dana masyarakat yang diterima pendidikan tinggi BHMN jauh lebih besar dibandingkan pendidikan tinggi BLU, walaupun dari sisi persentase perbedaannya tidak terlalumencolok. Jika BHMN dan BLU dibandingkan dengan pendidikan tinggi konvensional, akan terlihat perbedaannya sangat mencolok. Berdasarkan potret mikro pendidikan tinggi, sebagian besar sumber pendanaan dari masyarakat berasal dari SPP/DPP. Hal ini menunjukkan bahwa SPP/DPP pendidikan tinggi konvensional relatif rendah, sehingga tidak membebani masyarakat untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Berbeda halnya dengan SPP/DPP di perguruan tinggi BHMN dan BLU, yang lebih mahal. Hal ini menjadi beban bagi masyarakat untuk menimba ilmu di pendidikan tinggi BHMN dan BLU, khususnyamasyarakatyangtakmampu. Berdasar peta pendanaan pendidikan tinggi yang berasal dari bantuan dan kerjasama, BHMN sangatlah agresif dalam mencari dan menggalang dana untuk membantuprosesbelajardanmengajardipendidikantinggi.Berbedadenganpendidikan
154

tinggi BLU dan pendidikan tinggi konvensional yang tidak memiliki daya untuk mencari danabantuandankerjasama,sehinggapendanaanpendidikantinggisangatbergantung padadanadaripemerintah. 5.2. HubunganKebijakanPendidikanTinggidanPelaksanaanPendanaanPendidikan Tinggi Hubungan antara kebijakan dan pelaksanaan pendanaan pendidikan tinggi digambarkan dalam 4 (empat) model untuk setiap kategori, baik makro(gabungan), BHMN, BLU, maupun konvensional. Model makro merupakan gabungan dari semua model kategori BHMN, BLU, dan NonBHMNNonBLU. Untuk lebih jelasnya bagaimana hubunganke4modeltersebutdapatdilihatdibawahini. 5.2.1. MAKRO Dalam mendalami peta makro pendanaan PT dan keterkaitannya dengan pencapaian sasaran pembangunan PT, dibuat suatu model bewrdasarkan hipotesa hipotesayangmengujihubungankeduanya.Hipotesatersebutadalahsebagaiberikut: :

Artinya dana pemerintah, dana masyarakat, dan dana bantuan dan kerjasama tidak berpengaruh terhadap tingkat pencapaian sasaran pembangunanpendidikantinggisecarasimultan

Artinya danapemerintahatau dan danamasyarakatataudan dana bantuan dan kerjasama berpengaruh terhadap tingkat pencapaian sasaranpembangunanpendidikantinggisecarasimultan Untuk mengetahui bagaimana hubungan pendanaan Pendidikan Tinggi (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi, dapat dilihat pada hasil olahan dengan menggunakan software statistika yaitu EVIEWSi. Berdasar table 5.1 dijelaskan bahwa struktur pendanaan Pendidikan Tinggi memiliki peran besar terhadap peningkatan

155

`kualitas Pendidikan Tinggi. Berdasar tabel tersebut, model yang dihasilkan dapat dituliskansebagaiberikut: Dimana Tabel5.1.HasilOlahanModelMakro DependentVariable:S Method:PanelEGLS(Crosssectionweights) Date:12/27/10Time:21:07 Sample:20062009 Crosssectionsincluded:18 Totalpanel(balanced)observations:72 Linearestimationafteronestepweightingmatrix Coefficie Variable nt Std.Error tStatistic Prob. P 0.940375 0.012369 76.02559 0.0000 M 0.828004 0.013948 59.36517 0.0000 B 0.725536 0.071071 10.20858 0.0000 WeightedStatistics Rsquared 0.995685Meandependentvar 2.601232 AdjustedRsquared 0.995560S.D.dependentvar 2.321821 S.E.ofregression 0.154703Sumsquaredresid 1.651383 Fstatistic 7961.766DurbinWatsonstat 0.724205 0.00000 Prob(Fstatistic) 0 UnweightedStatistics Rsquared 0.730011Meandependentvar 0.859367 Sumsquaredresid 1.831460DurbinWatsonstat 0.510902 :TingkatPencapaianSasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B)

156

Berdasar model dan hipotesa yang dibentuk, diperoleh model secara simultan yang memberikan informasi bahwa ditolak, artinya Dana Pemerintah, Dana

Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama berpengaruh secara simultan terhadap TingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggi. Model yang dihasilkan memberikan informasi bagaimana peran masingmasing koefisien terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi. Agar lebih jelas bagaimanaperanmasingmasingkoefisiennyaadalahsebagaiberikut: DanaPemerintah Nilai koefisien 0.940375 memberikan nilai yang cukup diterima pada tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai tersebut memberikan informasi bahwa jika Dana Pemerintah dinaikkan 1 persen maka kontribusinya terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi naik sebesar 0,94 persen. Dan nilai tersebut menjelaskan bahwa besaran dana yang diinvestasikan Pemerintah, memberikan kontribusiterhadappeningkatankualitasPendidikanTinggi. DanaMasyarakat Nilai koefisien 0.828004 sangat signifikan pada tingkat kepercayaan 95persen, dikarenakan nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 5 persen. Koefisien tersebutmemberikangambaranbahwajikaDanaMasyarakatnaiksebesar1persen maka Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi naik sebesar 0,83 persen. Artinya besaran dana yang diperoleh dari masyarakat memberikan hasil terhadap perkembangankualitasPendidikanTinggi. DanaBantuandanKerjasama Nilai koefisien 0.725536 memberikan gambaran bahwa Dana Bantuan dan Kerjasama berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi. NilaikoefisientersebutmenjelaskanbahwajikaDanaBantuandanKerjasamanaik sebesar1persenmakakontribusiterhadapTingkatPencapaianSasaranPendidikan Tinggijuganaiksebesar0,73persen.Dannilaitersebutmengindikasikanterhadap peningkatan kualitas Pendidikan Tinggi disebabkan oleh adanya kontribusi Dana

157

Bantuan dan Kerjasama sebesar 0,6 persen. Nilai tersebut cukup signifikan pada tingkatkepercayaan95persen. 5.2.2. BHMN Dalam model ini dibangun oleh 3(tiga) variable bebas (Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama) dan 1(satu) variable tak bebas yaitu TingkatPencapaianSasaranPTNBHMN.Keempatvariabletersebutdibentukdalamsuatu modelsebagaiberikut: Dimana Y Berdasarhipotesayangdibentuk,dimana: : ArtinyaDanaPemerintah,DanaMasyarakat,danDanaBantuandan kerjasamatidakberpengaruhterhadapTingkatPencapaianSasaran PendidikanTinggiBHMNsecarabersamaan : ArtinyaDanaPemerintahataudanDanaMasyarakatataudanDana Bantuan dan kerjasama berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian SasaranPendidikanTinggiBHMNsecarabersamaan Berdasar hasil uji olahan dengan menggunakan software EVIEWS, pada tingkat kepercayaan sebesar 95persen dihasilkan bahwa ditolak artinya Dana Pemerintah, :Sasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B) :Koefisien,dengani=1,2,dan3

Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi BHMN. Hasil uji hipotesa tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini, dimana nilai Prob(FStatistik) sebesar 0.000000 lebih kecil dari

158

5persen. Sedangkan berdasar akurasi modelnya, model yang dihasilkan sangatlah baik yaitusebesar0.986161,karenamencerminkankesempurnaanmodel. SedangkanujihipotesauntuksetiapvariablebebasnyayaituDanaPemerintah(P) atau Dana Masyarakat (M) atau Dana Bantuan dan Kerjasama (B) memiliki nilai signifikansi yang cukup untuk diterima sebagai variablevariabel yang memiliki potensi yangberpengaruhterhadapTingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggiBHMN Tabel5.2.HasilOlahanModelPTBHMN DependentVariable:S Method:PanelEGLS(Crosssectionweights) Date:12/27/10Time:22:41 Sample:20062009 Crosssectionsincluded:6 Totalpanel(balanced)observations:24 Linearestimationafteronestepweightingmatrix Coefficie Variable nt Std.Error tStatistic Prob. P 1.354353 0.075206 18.00863 0.0000 M 0.638053 0.068087 9.371168 0.0000 B 0.334155 0.106717 3.131224 0.0050 WeightedStatistics Rsquared 0.986161Meandependentvar 1.284964 AdjustedRsquared 0.984843S.D.dependentvar 0.743465 S.E.ofregression 0.091530Sumsquaredresid 0.175932 Fstatistic 748.2390DurbinWatsonstat 1.212656 0.00000 Prob(Fstatistic) 0 UnweightedStatistics Rsquared 0.615289Meandependentvar 0.803924 Sumsquaredresid 0.206101DurbinWatsonstat 1.083426

Danmodelyangdihasilkanadalahsebagaiberikut:
159

Berdasar model tersebut, dapat dilihat bahwa variable Dana Pemerintah, Dana Masyarakat,danDanaBantuandanKerjasamamemilikihubunganyangpositifterhadap TingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggiBHMN. Jika dijelaskan satu persatu variabelnya terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran PendidikanTinggiBHMN,makadiperolehsebagaiberikut: DanaPemerintah Nilai1.354353sangatsignifikanpadatingkatkepercayaan95persen(dilihatberdasar nilai signifikansinya yang lebih lebih kecil dari 5persen) dan memberikan kesimpulan bahwa variable Dana Pemerintah memberikan pengaruh terhadap Tingkata Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi BHMN. Seberapa besar pengaruhnya dapat dijelakan sebagai berikut : jika Dana Pemerintah dinaikkan sebesar 1persen akan memberikan kontribusi sebesar 1,35 persen terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran pendidikantinggiBHMN,danhaltersebutmemberikanindikasiterhadappeningkatan kualitaspendidikantinggiBHMNsebesar1,35persenatasinvestasiPemerintah. DanaMasyarakat Nilai koefisien signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen, dan

menyimpulkan adanya pengaruh Dana Masyarakat terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran pendidikan tinggi BHMN. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika Dana Masyarakat dinaikkan sebesar 1persen akan memberikan kontribusi sebesar 0,64 persen terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran pendidikan tinggi BHMN, dan kesimpulantersebutmengindikasikanterhadapkualitaspendidikantinggiBHMN DanaBantuandanKerjasama Nilaikoefisien0.33415relatifpalingkecildibandingkannialikoefisienDanaPemerintah dan Dana Masyarakat. Nilai tersebut dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dan berdasar model secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa jika Dana Bantuan dan Kerjasama naik sebesar 1persen akan memberikan kontribusi sebesar 0.33persenterhadapTingkatPencapaianSasaranPTNBHMN,danhaltersebutjuga memberikanindikasiterhadappeningkatankualitaspendidikantinggiBHMN
160

5.2.3. BLU Model umum yang digunakan pada kategori BLU, sama dengan model yang digunakanpadakategorimodelBHMNdikarenakanvariablevariabelyangdigunakannya adalahsama.Danyangmembedakannyaadalahperguruantinggiperguruantinggiyang dijadikan sample dalam pelaksanaan proses pendidikan tinggi. Adapun model umumnya adalahsebagaiberikut: Dimana Y Berdasarhasilolahanstatistic,bagaimanahubunganantaravariablebebas(Dana Pemerintah,DanaMasyarakat,danDanaBantuandanKerjasama)danvariabletakbebas (TingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggiBLU),dapatdilihatpadatabel5.3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan pengaruh variable bebas terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi BLU dapat dilihat dari model selanjutnya. Tetapi sebelum melanjutkannya, perlu dilihat kembali bagaimana hipotesa hipotesayangtelahdibentuktersebut.Adapunhipotesatersebutadalahsebagaiberikut: : ArtinyaDanaPemerintah,DanaMasyarakat,danDanaBantuandan kerjasamatidakberpengaruhterhadapTingkatPencapaianSasaran PendidikanTinggiBLUsecarabersamaan : ArtinyaDanaPemerintahataudanDanaMasyarakatataudanDana Bantuan dan kerjasama berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian SasaranPendidikanTinggiBLUsecarabersamaan
161

:Sasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B) :Koefisien,dengani=1,2,dan3

Tabel5.3.HasilOlahanModelPTBLU DependentVariable:S Method:PanelEGLS(Crosssectionweights) Date:12/27/10Time:22:48 Sample:20062009 Crosssectionsincluded:7 Totalpanel(balanced)observations:28 Linearestimationafteronestepweightingmatrix Coefficie Variable nt Std.Error tStatistic Prob. P 0.912404 0.009684 94.21908 0.0000 M 0.858422 0.012354 69.48537 0.0000 B 1.053412 0.074663 14.10896 0.0000 WeightedStatistics 0.99890 Rsquared 0Meandependentvar 4.526489 AdjustedRsquared 0.998812S.D.dependentvar 5.017061 S.E.ofregression 0.172911Sumsquaredresid 0.747457 Fstatistic 11352.95DurbinWatsonstat 0.755565 0.00000 Prob(Fstatistic) 0 UnweightedStatistics Rsquared 5.671116Meandependentvar 0.879450 Sumsquaredresid 0.975856DurbinWatsonstat 0.029559

Hipotesatersebutdiatasharusdiujikebenarannyaberdasarmodelyangdihasilkan. BerdasarhasilolahandenganEVIEWS,diperolehmodelsebagaiberikut: Dimana Y :Sasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B) :Koefisien,dengani=1,2,dan3


162

Berdasar hasil uji hipotesa dapat disimpulkan bahwa ditolak, artinya Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama berpengaruh secara simultanterhadapTingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggiBLU. Hal ini dapat dilihat berdasar Table yang memberikan nilai yang sangat signikan pada tingkat kepercayaan 95persen. Selain itu juga, model yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi sebesar 0.998900 (RSquare). Dan ini menjelaskan bahwa tingkat residu yangdihasilkanrelativesangatkecildikarenakankesempuranaanmodelyangdihasilkan. Danjikamelihatbagaimanamasingmasingkoefisienyangdihasilkandalammodel tersebut, apakah signifikan atau tidak, dan bagaimana interpretasinya dapat dilihat sebagaiberikut: DanaPemerintah BerdasarTableCoefficients,nilaikoefisien0.912404merupakannilaiyangsignikan padatingkatkepercayaan95persen.Interpretasiterhadapnilaikoefisientersebut adalah jikaDana Pemerintah naik 1 persen akanmemberikan kontribusi terhadap TingkatPencapaianSasaranPendidikanTinggi BLUsebesar0,91persen.Dannilai tersebutmengindikasikanterhadapkualitaspendidikantinggiBLU DanaMasyarakat Nilai koefisien yang dihasilkan adalah 0.858422 (perhatikan Table). Nilai tersebut sangat signifikan pada tingkat kepercayaan 95persen, dikarena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 5persen. Nilai koefisien tersebut memberikan gambaranbahwajikaDanaMasyarakatdinaikkansebesar1persenmakakontribusi yang diberikan sebesar 0,86 persen terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi BLU. Dan nilai tersebut mengindikasikan terhadap kualitas pendidikantinggiBLU DanaBantuandanKerjasama Nilai koefisien yang dihasilkan pada table Coefficients sebesar 1.053412 sangat signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai koefisien tersebut menyimpulkan adanya pengaruh Dana Bantuan dan Kerjasama terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi BLU. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika Dana Bantuan dan Kerjasama dinaikkan sebesar 1persen akan memberikankontribusisebesar1,05persenterhadapTingkatPencapaianSasaran
163

Pendidikan Tinggi BLU. Dan nilai tersebut mengindikasikan terhadap kualitas pendidikantinggiBLU 5.2.4. NONBHMNNONBLU Pembentukan model lainnya (pendekatan ekonometrika) memiliki variabel variabel yang sama baik variabel bebas maupun variabel tak bebas. Dan yang membedakannya dengan Pendidikan Tinggi BHMN dan Pendidikan Tinggi BLU adalah khususnya system pengelolaan keuangan dalam proses pendidikan tinggi. Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU memiliki system pengaturan dan pengelolaan yang relative masihtradisional. Modelyangdibentukjugamerupakanmodellinearkarenafaktordana,baikDana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama berbanding lurus dengan Tingkat Pencapaian Sasarannya atau dengan kata lain faktor dana sangat berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Model umum yang dibentuk adalahsebagaiberikut: Dimana Y Berdasar Table 5.4, hubungan Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama terhadap Tinngkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU sangat beragam. Hal ini dikarenakan masingmasing Pendidikan Tinggi Konvensionanl memiliki kemampuan pendanaan yang variatif juga. Untuk mengetahui hubungan dan kontribusi baik masingmasing variabel maupun semua variabel secara simultan terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU hanya dapat dilihat dari Tabel. Berdasar tabel tersebut dapat dituliskanmodelregresinyasebagaiberikut:
164

:Sasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B) :Koefisien,dengani=1,2,dan3

Dimana Y Tabel5.4.HasilOlahanModelPTNonBHMNNonBLU DependentVariable:S Method:PanelEGLS(Crosssectionweights) Date:12/27/10Time:22:54 Sample:20062009 Crosssectionsincluded:5 Totalpanel(balanced)observations:20 Linearestimationafteronestepweightingmatrix Coefficie Variable nt Std.Error tStatistic Prob. 0.88580 P 9 0.034786 25.46423 0.0000 M 1.138831 0.146323 7.783007 0.0000 B 0.332447 0.535194 0.621171 0.5427 WeightedStatistics Rsquared 0.985026Meandependentvar 1.685082 AdjustedRsquared 0.983265S.D.dependentvar 0.899441 S.E.ofregression 0.116356Sumsquaredresid 0.230160 Fstatistic 559.1589DurbinWatsonstat 1.373366 0.00000 Prob(Fstatistic) 0 UnweightedStatistics Rsquared 0.008120Meandependentvar 0.897784 Sumsquaredresid 0.259918DurbinWatsonstat 2.704526 :Sasaran(S) :DanaPemerintah(P) :DanaMasyarakat(M) :DanaBantuan&Kerjasama(B) :Koefisien,dengani=1,2,dan3

165

Modeltersebutbisamenjelaskansesuatujikadilakukanterlebihdahuludilakukan ujiterhadaphipotesa.Hipotesahipotesatersebutperludiujigunamendapatkansubstansi modellineartersebut.Adapunhipotesahipotesatersebutadalahsebagaiberikut: : ArtinyaDanaPemerintah,DanaMasyarakat,danDanaBantuandan kerjasamatidakberpengaruhterhadapTingkatPencapaianSasaran PendidikanTinggiNonBHMNNonBLUsecarabersamaan : ArtinyaDanaPemerintahataudanDanaMasyarakatataudanDana Bantuan dan kerjasama berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian SasaranPendidikanTinggiNonBHMNNonBLUsecarabersamaan Berdasar Table 5.4, diketahuibahwa diterimaartinya DanaPemerintah, Dana

masyarakat,danDanabantuandanKerjasamaberpengaruhsecarabersamaanterhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU. Hal ini dapat dilihat pada table,bahwa nilai signifikannya diterimapada tingkatkepercayaan95persen.Dan memilikiakurasimodelsebesar0.989026ataudengankatalainbahwaDanaPemerintah, Dana Masyarakat, dan Dana Bantuan dan Kerjasama berpengaruh secara simultan sebesar 98,90 persen terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU. Tetapijikadilihatsatupersatuvariabelbebasnya (perhatikanTabel),hanya dana Pemerintah dan dana Masyarakat yang berpengaruh terhadap Tingkat Pencapaian SasaranPendidikanTinggiNonBHMNNonBLU,sedangkanDanaBantuandanKerjasama tidak berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dari nilainya yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Agar lebih jelas bagaimana interpretasi masingmasing sumber dana,dapatdilihatsebagaiberikut: DanaPemerintah Nilai koefisien 0.885809 diterima pada tingkat kepercayaan 95persen dan dapat diinterpretasikan bahwa jika Dana Pemerintah dinaikkan sebesar 1 persen akan memberikankontribusisebesar0,89persenterhadapTingkatPencapaianSasaran
166

Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU. Dan nilai tersebut mengindikasikan terhadapkualitaspendidikantinggiNonBHMNNonBLU DanaMasyarakat Nilai koefisien 1.138831, dengan nilai signikan sebesar 0.000 dapat diterima pada selangkepercayaan 95persen.Nilaikoefisien tersebut dapat diartikansebagaijika Dana Masyarakat naik 1 persen akan memberikan kontribusi sebesar 1,14 persen terhadap Tingkat Pencapaian Sasaran Pendidikan Tinggi NonBHMNNonBLU. Dan nilai tersebut mengindikasikan terhadap kualitas pendidikan tinggi NonBHMN NonBLU
167

BABVI ANALISAKEBIJAKANPENDANAANPENDIDIKANTINGGI
Besarnyakebutuhanpendanaanpembangunanpendidikantinggiakandihadapkan pada terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga diperlukan strategi yang tepat dalammensinergikanketerbatasandanapemerintah,masyarakatsertabantuandankerja sama. Strategi tersebut ditawarkan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkahdanalternatifkebijakandengandasardanrujukanpertimbanganyangmemadai, tepatdanakurat. Alternatif kebijakan disusun dengan merujuk pada alternatif model yang merupakanhasilekstrapolasiberbagaidatakuantitatifdandukunganpendalamanberupa data dan informasi kualitatif. Model kuantitatif diperoleh berdasarkan peta kecenderungan dan kondisi pembangunan pendidikan tinggi, baik di tingkat makro nasional dan juga di tingkat mikro perguruan tinggi. Model ini berusaha mendekatkan antarapendanaanpendidikantinggidengankinerjapendidikantinggiyangterukursecara kuantitatif.Modelkualitatifdiperolehdarihasilpemetaanhambatandanrintanganserta peluang pengembangan pendidikan tinggi dalam mencari sumber pendanaan dan juga pengelolaan pendanaannya. Di samping itu, model kualitatif juga merupakan berbagai pembelajaran(lessonlearned)dariberbagaialternatifkebijakanyangdilakukandinegara lain yang diperkaya dengan berbagai bahan seminar, workshop, lokakarya dan jurnal penelitianbaiknasionalmaupuninternasional. Merujuk pada UndangUndang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN)yangdioperasionalisasikandalamPPNo.48/2008tentangPendanaanPendidikan, maka tanggung jawab pendanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antarapemerintah(pusat),pemerintahdaerah,danmasyarakat.Dalamkajianini,sumber pendanaan masyarakat diperluas menjadi dua kelompok besar yaitu dana masyarakat yang berasal dari SPP/DPP dan semacamnya serta dana masyarakat, biasanya instansi atauduniausahaberupadanabantuandankerjasama. Berdasarkan model yang dihasilkan, dapat disimpulkan baik secara komposit maupunperkategori,bagaimanapengaruhmasingmasingsumberpendanaanterhadap

168

peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Model tersebut dapat disederhanakan dengan tabel6.1.dibawahini. Tabel6.1.KoefisienModel
Kategori Pemerintah Makro BHMN BLU NonBHMNNonBLU 0.940 1.354 0.912 0.886 Pendanaan Masyarakat 0.828 0.638 0.858 1.139 Bantuan&Kerjasama 0.726 0.334 1.053 0.332

Tabeldiatasmenunjukkanbahwaselamaempattahunterakhir,danapemerintah baik secara makro di tingkat nasional maupun dalam kerangka mikro di satuan penyelenggaran pendidikan tinggi (PT BHMN, PT BLU dan PT NonBHMNNonBLU) merupakan sumber pendanaan yang relatif besar pengaruhnya terhadap tingkat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan tinggi dibandingkan dengan dana masyarakatsertadanabantuandankerjasama. Karena semua koefisien bertanda positif (+) maka setiap sumber pendanaan pembangunan pendidikan tinggi memiliki hubungan yang positif atau berbanding lurus terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi dengan ilustrasi persamaan sebagai berikut: Persamaan tersebut menyiratkan bahwa pemerintah perlu menentukan berapa besar tingkat kualitas yang diharapkan baik dalam jangka pendek, jangka menenga dan jangkapanjang.Jikatingkatkualitaspendidikantinggiyangdiharapkansudahditentukan Pemerintah,makaharusdiperhatikanbagaimanakondisisumberpendanaanyangberasal daripemerintah.Halinididasarkanpadaasumsibahwajikapemerintahtelahmenentukan tingkat kenaikan kualitas pendidikan tinggi maka harus diimbangi dengan tingkat kenaikan sumber pendanaan yang berasal dari Pemerintah. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan Pemerintah baik secara makro nasional maupun di tingkat mikro di satuan
169

penyelenggaran pendidikan tinggi (PT BHMN, PT BLU dan PT NonBHMNNonBLU) memiliki kontribusi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sumber pendanaan lainnya. Di samping itu, sesuai dengan amanat konstitusi yang diperkuat dengan UU No. 20/2003tentangSPN,besarnyajumlahdanapemerintahyangdikeluarkanharusmerujuk pada amanat tersebut, termasuk untuk pendanaan pendidikan tinggi. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendanaan pendidikan tinggi ditawarkan alternative strategi yang harus diterapkan dalam mensinergikan sumber pendanaan pemerintah, masyarakat serta dana bantuan dan kerjasama melalui skenario kebijakan sebagaiberikut. I. SkenarioPertama Pada skenario ini, sumber pendanaan dari masyarakat harus meningkat guna meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Sedangkan kondisi sumber pendanaan dari bantuandankerjasamabisameningkatatautidaksamasekali(tidakdiperhatikan).Agar lebihjelas,perhatikanilustrasidibawahini. Jika sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama meningkat, maka peningkatankualitaspendidikantinggiakansemakincepatsecaraperiodikkarena diimbangi dengan peningkatan sumber pendanan baik dari Pemerintah dan Masyarakat.Kondisipendanaanpendidikantinggisepertiinisangatideal.Skenario ini belum bisa diterapkan di Indonesia saat ini dikarenakan banyak faktor, misalkan: 1. Kondisiperekonomianmasyarakatbelumstabil,halinidapatdilihatdarimasih banyaknya tingkat kemiskinan di Indonesia. Selain itu, dengan adanya peningkatan sumber pendanaan dari masyarakat artinya biayabiaya pendidikan tinggi yang dibebankan terhadap masyarakat juga semakin tinggi. atau

170

Dan akibatnya, akan terjadi peningkatan biaya SPP/DPP dan sumbangan sumbanganlainnyabaiksumbanganwajibmaupunsumbangansukarela. 2. Kemampuan sumber daya manusia pada pendidikan tinggi, belum merata. Dengan adanya peningkatan sumber pendanaan baik dari pemerintah, masyarakat,maupunbantuandankerjasamatanpaadanyapengelolaaanyang baik dan benar akan menyebabkan terjadinya ketidakefektifan dan ketidakefisienan. 3. Percepatan peningkatan kualitas pendidikan tinggi harus diimbangi dengan penyediaan infrastruktur pendidikan tinggi, baik bangunan dan peralatan dan perlengkapan pembelajaran pendidikan tinggi. Jika penyediaan infrastruktur berlangsung bertahuntahun, secara tidak langsung, masyarakat akan ikut menanggungbiayapendidikantinggiyangsangatbesar. Jika dana pemerintah dan dana masyarakat mengalami kenaikan setiap waktu, ditambah adanya kenaikan sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama dan pada saat yang sama, nilai kualitas pendidikan tinggi belum ditentukan oleh pemerintah, maka akan terjadi banyak penyimpangan. Penyimpangan ini terjadi karena, dana melimpah, namun pendidikan tinggi tidak memiliki arahan yang sesuai dengan kebijakankebijakan yang bersifat internal maupun eksternal. Jika nilai kualitas pendidikan tinggi telah ditentukan dan terdapat peningkatan dana pemerintah, dana masyarakat, dan dana bantuan dan kerjasama, maka berdasarkan sumber pendanaan yang maksimal dapat dihasilkan percepatan kualitaspendidikantinggiyangmaksimaljuga. Jika tingkat kualitas pendidikan tinggi naik dan sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama tidak meningkat atau bahkan cenderung menurun maka

sumberpendanaandariPemerintahdanMasyarakatharuslebihditingkatkanlagi. Hal ini dikarenakan distribusi sumber pendanaan pendidikan tinggi mengalami pengerucutan, dari 3 sumber pendanaaan pendidikan tinggi menjadi 2 sumber pendanaanpendidikantinggi.
171

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan adanya peningkatan kualitas pendidikan tinggi yang diimbangi dengan adanya peningkatan sumber pendanaan pemerintah,masyarakat,danbantuandankerjasamaakanlebihmeringankanbebanyang ditanggung masyarakat. Sebab dalam hal ini, tanggungan pendanaan akan terdistribusikan kepada pemerintah, masyarakat dan bantuan dan kerjasama. Berbeda jika dibandingkan peningkatan kualitas pendidikan tinggi yang hanya diimbangi dari sumberpendanaandaripemerintahdanmasyarakat.Kondisiiniakansangatmembebani masyarakat, sebab tanggungan pendanaan hanya dibebankan pada pemerintah dan masyarakat. II. SkenarioKedua Skenarioinibertujuanuntukmeringankanbebanmasyarakat,dengantidakmenaikan bebanbiayapendidikantinggiyangbersumberdarimasyarakat,namuntetapdengan kualitas pendidikan tinggi yang diharapkan. Jadi disimpulkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan tinggi diimbangi dengan peningkatan sumber pendanaan dari PemerintahdanBantuandankerjasama.Agarlebihjelas,perhatikanilustrasidibawah ini. Pada skenario ini, dibagi menjadi 2 kondisi berdasar sumber pendanaan dari bantuan dankerjasama.Keduakondisitersebutantaralainsebagaiberikut: Jika sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama ditingkatkan dengan atau

sumber pendanaan masyarakat yang tetap atau menurun maka sumber pendanaandaripemerintahyangdiperlukangunapeningkatankualitaspendidikan tinggi nya pun harus besar. Langkah yang diambil guna peningkatan sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama adalah pelaksanaan dan optimalisasi programprogram yang dibentuk dalam RENSTRA Perguruan Tinggi dalam menjalin kerjasamaa dengan berbagai pihak, baik pihak pemerintah maupun swasta baik di dalam negeri maupun luar negeri. Optimalisasi programprogram
172

pendukung dalam hal meningkatkan sumber pendanaan pendidikan tinggi dari bantuan dan kerjasama harus didukung oleh SDM yang kuat dalam hal pembentukan akses yang sebesarbesarnya dalam pencarian sumber pendanaan pendidikantinggialternatif. Jika sumber pendanaan pendidikan tinggi yang berasal dari bantuan dan kerjasamatidaknaikataumenurun makatugaspemerintahsemakinberat

dikarenakan sebagian besar dana pendidikan tinggi bersumber dari pemerintah. Akibatnya, pemerintah sendiri harus mencari berbagai alternatif sumber pendanaan guna menambah pendanaan pendidikan tinggi, agar kualitas pendidikantinggisesuaidenganharapan. Dengan demikian, adanya penurunan sumber pendanaan masyarakat mengakibatkan sumber pendanaan lainnya harus lebih ditingkatkan guna memastikan terjaminnya kualitaspendidikantinggiyangterusmenerus. Berdasar kemungkinankemungkinan yang terjadi diatas, dapat disimpulkan beberapa strategi alternatif yang digunakan dalam hal pendanaan pendidikan tinggi sebagai berikut: 1. Secara makro, pendanaan pendidikan tinggi berperan sangat besar dalam proses pembelajaranpendidikantinggigunameningkatkankualitaspendidikantinggi.Secara kategorisPTBHMNmemilikisumberpendanaanterbesarberasaldarimasyarakat,dan juga berdasarkan potret mikro PT BHMN, sumber dana masyarakat sebagian besar berasal dari SPP/DPP. Hal ini mengindikasikan beban yang ditanggung masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi, sangatlah berat. Sebagai alternatif adalah pendidikantinggiharusoptimalisasiberbagaisumberpendanaanpendidikantinggibaik secara internal (optimalisasi pengelolaan asset baik yang berwujud maupun tak berwujud, pengembangan unitunit bisnis, investasi, system pencatatan keuangan, dan lain lain) maupun eksternal (optimalisasi hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta baik dalam negeri maupun luar negeri), tanpamengurangistandarkualitasyangdiharapkanpendidikantinggi. 2. Berdasar kondisi pendanaan PT BHMN, PT BLU, dan NonBHMNNonBLU sangatlah berbeda.Dana penerimaan PT BHMN dari pemerintah jauh lebih besar dibandingkan
173

untuk PT BLU dan PT NonBHMNNonBLU. Oleh karenanya, diperlukan distribusi pendanaan pendidikan tinggi yang berasal dari pemerintah dan lebih memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mampu tapi memiliki kompetensi tingg, misalnya melalui peningkatan jumlah dan besaran beasiswa dan voucher untuk bias belajardiPT. 3. BerdasardatapendanaanPTBHMN,danayangberasaldaribantuandankerjasamaPT BHMNrelatiflebihbesardibandingkanPTBLUdanPTNonBHMNNonBLU.Untukitu, diperlukannya kemampuan akses yang luas guna pengembangan jejaring baik nasional maupun internasional, khususnya bagi pendidikan tinggi PT BLU dan PT NonBHMN NonBLU yang masih memiliki sumber pendanaan dari bantuan dan kerjasama yang masih rendah. Selain itu juga, rendahnya hubungan kerjasama pendidikan tinggi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, sehingga diperlukannya peran pemerintah sebagai intermediary dalam membantu PT dalam guna menjalin hubungan kerjasama pendidikantinggidanduniausahadanduniaindustri.
174

BABVII KESIMPULANDANREKOMENDASI
7.1. Kesimpulan Secaraumum,strukturpendanaanPTbaikPTnegerimaupunPTagamaislamnegeri di Indonesia bersumber dari dana pemerintah, dana masyarakat, dan dana bantuan dan kerjasama.KetigasumberpendanaanPTtersebutmemilikikomposisidanpengaruhyang berbedabedauntukmasingmasingkategori,baikkategoriBHMN,BLU,danNonBHMN dan NonBLU. Dari ketiga kategori sumber pendanaan, dana pemerintah masih tetap mendominasipendanaanuntukPTBLUdanPTNonBHMNNonBLU.SedangkanuntukPT BHMN memiliki kecenderungan umum yang berbeda, di mana kontribusi dana masyarakatrelatiflebihbesardibandingkandanapemerintah. Jika dilihat dari pelaksanaannya, secara makro sumber pendanaan pendidikan memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kualitas PT. Begitu halnya dengankategorik,sumberdanaPTmemilikipengaruhjugaterhadapkualitasPT.Tetapi sumber pendanaan dari pemerintah dan masyarakat berpengaruh lebih besar terhadap peningkatankualitasPTdibandingkandengansumberdanadaribantuandankerjasama. Berdasar besaran dan proporsinya, kontribusi dana bantuan dan terhadap penerimaan pendapatanPTrelatifkecilsehinggaberdampakpadasignifikansidampakdanabantuan dankerjasamayangrelatiflebihkeciljugaterhadappeningkatankualitasPTBLUdanPT NonBHMNNonBLU. Kondisi ini sedikit berbeda untuk PT BHMN, di mana sekalipun nominal dan proporsinya tak sebesar dana pemerintah dan dana masyarakat namun masihrelatifbesardibandingkandenganreratayangditerimaPTBLUdanPTNonBHMN NonBLUsehinggakeberadaandanabantuandankerjasamajugapentingdansignifikan. KemampuandanjejaringPTmemilikikecenderunganpadapeningkatanbesaranbantuan dankerjasamasehinggasemakinmemperkuatSDMPTBHMNyangsecaraumumrelatif jauhlebihbaikdibandingPTBLUdanPTNonBHMNNonBLU. PTmemilikiSDMyangmasihterbatasdalamkompetensidanprofesionalismeguna menunjang pelaksanaan peningkatan kualitas PT. Kompetensi dan profesionalisme SDM yang dimaksud erat hubungannya terhadap kinerja PT baik kinerja eksternal maupun internalPT.KinerjaeksternalPT,dapatdilihatdarihubunganPTdengandunialuarPT.Hal
175

inidapat dilihat darikurangnya jejaring kerjasamaPTdengan pihak luarPT, khususnya hubunganataukerjasamaantaraPTdenganduniausahadanduniaindustrimasihrelatif terbatas sehingga kontribusinya relatif lebih kecil, terutama dalam hal pengembangan unitunit bisnis dan investasi serta riset inovatif yang dapat meningkatkan penerimaan pendanaanPTdankapasitassecarasignifikan. Namundemikian,khususPT BHMN,hubungankerjasamadenganduniausahadan industri cenderung semakin meningkat dan berkontribusi signifikan. Hal ini merupakan kombinasikapasitasPTBHMNyangrelatifmapandansistemmanajemenkerjasamaPT BHMN yang relatif lebih fleksibel, khususnya dalam tata kelola pendanaan dibanding dengan PT BLU apalagi dengan PT NonBHMNNonBLU yang belum terealisasi dengan baik.Selainitujuga,PTBHMNditunjangdenganadanyasistemakutansitersendiriyang lebih fleksibel dan akuntabel sehingga responsif dan tetap menjamin terhindarnya berbagaikesalahanmanajemendanketidakefisienan. 7.2. RekomendasiKebijakan Berdasar kebijakan dan pelaksanaan kebijakan, khususnya dalam peningkatan penerimaan/pendapatan pendanaaan PT guna peningkatan kualitas PT diperlukan rekomendasi kebijakan agar pelaksanaannya lebih baik. Adapun rekomendasi rekomendasitersebutadalahsebagaiberikut: 1. Keragaman kemampuan PT menuntut adanya kebijakan afirmatif untuk meningkatkankeadilandanpemerataanpendanaandankualitasPT. 2. DiperlukanuntukmeningkatkanefisiensipendanaanPTBHMNsehinggapeningkatan alokasi dana pemerintah berkorelasi dengan penyeimbangan penggalangan dana masyarakat sehingga biaya PT BHMN relatif terjangkau dan tidak malah berdampak sebaliknya dimana penambahan alokasi pemerintah bersamaan dengan

meningkatnyadanamasyarakat. 3. Memperkuat kerja sama antara PT BHMN dengan dunia usaha dan dunia industri dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Di samping itu, perlu diperkuat berbagai kelembagaan yang mampu mendorong dan memfasilitasi PT BLU dan PT

176

NonBHMNNonBLU untuk meningkatkan kapasitas dan jejaring dalam membangun kerjasamadenganduniausahadanindustri. 4. Memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kemampuan untuk mengelola dan mengawasi berbagai dana dan aset PT sehingga semakin akuntabel,efektifdanefisien. 5. Seiring dengan semakin besarnya dana masyarakat untuk PT BHMN mapan maka biaya PT BHMN mapan secara umum relatif lebih tinggi sehingga peluang calon mahasiswa kurang mampu akan semakin kecil. Untuk itu diperlukan perluasan cakupan danpeningkatanbesaran beasiswauntukcalon mahasiswakurangmampu agarmemperolehkesempatanyangsamamengenyampendidikandiPTterkemuka. Di samping perluasan beasiswa juga perlu dikembangkan berbagai skema bantuan pembiayaanPTuntuk calonmahasiswakurangmampusepertipinjamanmahasiswa (studentloan)danvoucher. 6. Mendorong peningkatan kerja sama pemerintah daerah dan perguruan tinggi sehingga PT mampu memperluas kerja sama dan sekaligus meningkatkan pendapatannya dan pemerintah daerah mendapat manfaat untuk mendidik dan menyiapkansumberdayamanusiadaerahyanghandaldankompetitif.
177

DAFTARPUSTAKA
BagyoY.Moeliodihardjo,2008,HigherEducationSectorAssesment,FinalReport,World Bank,BAPPENAS,danDepdiknas. NicholasBarr,2003,FinancingHigherEducation:ComparingtheOptions,TheGuardian, June12,London. P.GeethaRani,EconomicReformsandFinancingHigherEducationinIndia. G.Sivalingam,2004,PrivatizationofHigherEducationinMalaysia,MonashUniversity Malaysia KevinDougherty,2004,FinancingHigherEducationintheUnitedStates:Structure,Trends, andIssues,ColumbiaUniversity. DavidGreenawayandMichelleHaynesSource,2003,FundingHigherEducationintheUK: TheRoleofFeesandLoans,TheEconomicJournal,Vol.113,No.485. TomKarmel,1998,HigherEducationinAustraliaAcasestudy,PaperofConference,Berlin. BruceChapmanandChrisRyan,2003,HigherEducationFinancingandStudentAccess:A ReviewoftheLiterature,EconomicsProgramResearchSchoolofSocialSciences, AustralianNationalUniversity. BruceChapmanandChrisRyan,2003,HigherEducationFinancingandStudentAccess:A ReviewoftheLiterature,EconomicsProgramResearchSchoolofSocialSciences, AustralianNationalUniversity. Michael Gallagher, 2007, Australia and Argentina. A Comparative analysis from the mid 1970s,ANUUBA,BuenosAires. QuinnPatton,Michael,2002,QualitativeResearchandEvaluationMethods.London,New Delhi:SagePublications. DamodarN.Gujarati,1995,BasicEconometrics,3rdEdition.NewYork:McGrawHill.Hshiao Cheng,1995,AnalysisofPanelData:EconomicSociety,Monograph,Cambridge UniversityPress NachrowiDjalal,2002,PenggunaanTeknikEkonometri,RajawaliPers,Jakarta. UndangUndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945,2006,SekretariatJenderal, MPRRI.
178

UndangUndangNomor20,PenerimaanNegaraBukanPajak,Tahun1997. UndangUndangNomor20,SistemPendidikanNasional,Tahun2003. PeraturanPemerintahNomor60,PendidikanTinggi,Tahun1999. PeraturanPemerintahNomor152,PenetapanUIsebagaiBHMN,Tahun2000. PeraturanPemerintahNomor153,PenetapanUGMsebagaiBHMN,Tahun2000. PeraturanPemerintahNomor154,PenetapanIPBsebagaiBHMN,Tahun2000. PeraturanPemerintahNomor155,PenetapanITBsebagaiBHMN,Tahun2000. PeraturanPemerintahNomor56,PenetapanUSUsebagaiBHMN,Tahun2003. PeraturanPemerintahNomor6,PenetapanUPIsebagaiBHMN,Tahun2004. PeraturanPemerintahNomor30,PenetapanUNAIRsebagaiBHMN,Tahun2006. PeraturanPemerintahNomor,StandarPendidikanNasional,Tahun2005. PeraturanPemerintahNomor23,PengelolaanKeuanganBLU,Tahun2005. PeraturanPemerintahNomor48,PendanaanPendidikan,Tahun2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2,Subsidi Silang BOP Pendidikan Tinggi, Tahun2005. Website: www.kemendiknas.go.id. www.kemenag.go.id. www.depkeu.go.id. www.setneg.go.id.
179

180

You might also like