You are on page 1of 73

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

By; Siti Fadhilah,S.SiT

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan

1. Pengkajian segera BBL a. Penilaian awal Nilai kondisi bayi : APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ? APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS? APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?

APGAR SCORE

Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)

Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada : 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan Menit ke-5 Menit ke-10

penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis SKOR APGAR TANDA Appearanc e Pulse Grimace Activity 0 Biru,pucat 1 Badan pucat,tung kai biru < 100 teraba Tidak ada Lemas/lump uh Lambat Gerakan sedikit/flek si tungkai Lambat, tidak teratur Menangis kuat Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan Baik, menangis kuat 2 Semuanya merah muda > 100

Tidak

Respiratory

Tidak ada

Preosedur penilaian APGAR

Pastikan pencahayaan baik Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya Ulangi pada menit kelima Ulangi pada menit kesepuluh Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2 Nilai tertinggi adalah 10 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi Nilai 0 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas 1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu 2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa 3). Periksa ulang pernafasan

4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan : 1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat 2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi 3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa steril 4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Gb. Posisi ekstensi

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH Menepuk pantat bayi Menekan dada

ALASAN TIDAK DIANJURKAN Trauma/cedera Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan Merusak /melukai sphincter ani Membakar/hipotermi hipotermi

Menekan kaki bayi ke bagian perutnya

Membuka sphincter anusnya Menggunakan bungkusan panas/dingin Meniupkan oksigen/udara dingin pada

tubuh/wajah bayi Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis

Penghisapan lendir Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung oksigen & selangnya Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung Memantau mencatat usaha nafas yg pertama Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat Cara : celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya bilas tangan dengan air matang /DTT keringkan tangan (bersarung tangan) letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan

Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan

Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5% Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup

Gb. Pemotongan tali pusat Gb. Bayi yang telah diikat tali pusatnya

Gb. Bayi terbungkus kain kering

INGAT ! JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT

c. Mempertahankan suhu tubuh Dengan cara : Keringkan bayi secara seksama Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat Tutup bagian kepala bayi Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian Tempatkan bayi di lingk yg hangat

Gb. Metode kanguru

d. Pencegahan infeksi Memberikan obat tetes mata/salep diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya. Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm keadaan bersih Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Tujuan : Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi : Kemampuan menghisap (kuat/lemah) Bayi tampak aktif/lunglai Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada tdknya masalah kesehatan terutama pada : By kecil masa kehamilan/KB Gangguan pernafasan Hipotermia Infeksi Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah, a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara : hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup

c. Lakukan pemeriksaan fisik gunakan tempat yg hangat & bersih cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak lembut LIHAT, DENGAR, & RASAkan Rekam /catat hasil pengamatan jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan tdk mudah lepas Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor identifikasi

Gb. Bayi dalam box bayi dengan identitas

6. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi : 1). Pemberian nutrisi Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh) Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium. Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)

3). Mencegah infeksi Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul

perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk. Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari. Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua Pernafasan sulit/ > 60x/menit Suhu > 38 C atau <> Warna kulit biru/pucat Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B

Daftar pustaka

1. Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition. Churchill Livingstone, Edinburgh 2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta 3. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta 4. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta

DIPOSKAN OLEH NERS SEMARANG DI 01:42 0 KOMENTAR POSTING INI LABEL: MATERNITAS

LINK KE

KAMIS, 2008 JUNI 12

askep ibu hamil dengan TBC


BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah

dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman yang terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat sekitarnya. Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadangkadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada. Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) 5u dan bila hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat dianosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan baik tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya.

II. TUJUAN A. Tujuan Umum Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan TB paru. B. Tujuan Khusus o Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi TB paru o Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi saluran pernapasan o Untuk mengetahui Patofisiologi o Untuk mengetahui Penegakan Diagnosa TB paru o Untuk mengetahui Kompilasi Hasil dan Interpretasi Akhir o Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita TB paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Definisi Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi yang diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi.

II. Etiologi Sebagaimana telah diketahui, TBC paru disebabkan oleh basil TB (Mycobacterium tuberculosis humanis). M. tuberculosis termasuk familie Mycobacteriaceae yang mempunyai berbagai genus, satu di antaranya adalah Mycobacterium, yang salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis. M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis (kemungkinan infeksi type bovinus saat ini diabaikan, setelah higiene peternakan makin ditingkatkan). Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnai secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Karena sebetulnya Mycobacterium pada umumnya tahan asam, secara teoritis BTA belum tentu identik dengan basil TB. Tetapi karena dalam keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain (y.i. M. atipik) jarang sekali ditemukan, dalam praktek BTA dianggap identik dengan basil TB. Di negara dengan prevalensi AIDS/infeksi HIV yang tinggi, penyakit paru yang disebabkan M. atipic (=Mycobacteriosis) makin sering ditemukan, sehingga dalam kondisi seperti ini, perlu sekali diwaspadai bahwa BTA belum tentu harus identik dengan basil TB. Malahan mungkin saja BTA belum tentu harus identik dengan basil TB, mungkin saja BTA yang ditemukan adalah M. atipic yang menjadi penyebab Mycobacteriosis. Kalau untuk bakteri-bakteri lain hanya diperlukan beberapa menit sampai 20 menit untuk mitosis, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam. Hal ini memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2 3 hari sekali). Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 1000 C.

basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70%, atau lisol 5%. III. Anatomi dan fisiologi System pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai dengan alveoli dan paru-paru. (lihat gambar anatomi saluran pernafasan dibawah ini) Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa. Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring. Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (1620cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa. trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung-ujungnya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paruparu kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri

pulmonalis yang berasal dari atrium kiri. Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Ventilasi pulmoner. Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar. 2. Difusi Gas. Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah. 3. Transportasi Gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3%

yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel. IV. Patofisiologi Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya. Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan waktu 10-20

hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan Kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas. VI. Penegakan Diagnosa 1. Anamnesis Keluhan-keluhan seseorang penderita TB sangat bervariasi, mulai dari sama sekali tidak ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba lengkap. Pada umumnya, keluhan-keluhan ini dapat di bagi menjadi :

Keluhan umum Malaise, anorexia, mengurus, cepat lelah. Keluhan karena infeksi kronik Panas badan yang tak tinggi (subfebril) dan keringat malam (agar lebih tepat lebih baik deisebut berkeringat pada waktu subuh, pada jam-jam 02.30 05.00, yaitu saat orang sehat tak akan berkeringat). Khusus tentang keluhan keringat malam, walaupun di semua textbook hal ini disebut, untuk Indonesia perlu diperhatikan bahwa keluhan ini baru ada nilai diagnostik, bila pada saat yang sama orang normal pada lingkungan yang sama tidak mengalaminya. Dengan lain perkataan, kalau penderita tinggal di rumah/kamar yang sempit dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat, apalagi kalau ada beberapa orang lain yang tidur di kamar tersebut, pastilah setiap malam semua penghuni kamar itu akan berkeringat. Sebaliknya, kalau penderita tinggal di rumah/kamar dengan ventilasi cukup, apalagi kalau kamar itu dilengkapi AC, tetapi tetap saja berkeringat malam hari, barulah keluhan ini mempunyai nilai diagnostik yang berarti. Keluhan karena ada proses patologik di paru dan/atau pleura Batuk dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Keluhan-keluhan ini dapat berdiri sendiri ataupun didapatkan bersamasama. Makin banyak keluhan-keluhan ini didapatkan, makin besar kemungkinan TB. Departemen Kesehatan dalam pemberantasan TB di Indonesia menentukan anamnesis resmi lima keluhan utama, yaitu batuk-batuk lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah, sesak, panas badan, dan nyeri dada. Mengingat bahwa TB adalah penyakit menahun, keluhankeluhan ini akan sudah dirasakan selama beberapa waktu dengan kecendrungan progresif walau agak lambat. Secara khusus, barangkali ada baiknya meninjau sedikit dalam keluhan-keluhan yang berasal dari paru-paru yang sakit. Batuk-batuk pada TB dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi biasanya tak lama kemudian sudah menjadi produktif. Batuk adalah refleks paru untuk mengeluarkan sekret-sekret

dan produk-produk proses destruksi paru. Berhubung saat ini begitu banyak obat-obat batuk bebas dengan dextro-metorphan HBr atau derivat codein, mungkin keluhan-keluhan ini tak begitu ditonjolkan penderita, apalagi kalau penderita tersebut merokok, sehingga batuknya dianggap sebagai batuk biasa para perokok. (Khususnya, kalau proses TB hanya menyerang mukosa bronkus saja secara terbatas, y.i. endobronkitis TB, tak jarang batuknya tetap batuk kering saja). Berbeda sekali dengan batuk darah. Sejak dahulu batuk darah dianggap identik dengan penyakit paru yang memaksa penderita datang ke dokter/mantri/dukun untuk berobat. Darah yang dibatukkan keluar sangat bervariasi, dapat berupa coretan merah (bloodstreep/bloodstreak) pada sputum atau dapat pula profus sampai bergelas-gelas sehingga dapat berakibat fatal karena shock ataupun karena aspirasi dan asfiksi. Sesak pada penderita TB disebabkan oleh kurangnya jaringan paru yang berfungsi dengan baik (bisa karena destruksi, bisa juga karena atelektasis). Dengan lain perkataan, sesak ini disebabkan oleh gangguan restriksi, sementara lumen bronkeolus tetap terbuka normal. Dengan demikian, tak akan terdengar wheezing (yang lazim ditemukan pada penderita asthma dan bronkitis kronis). Walaupun keluhan-keluhan ini bersifat progresif, lajunya perlahanlahan dan dapat mencapai bertahun-tahun. Hal ini berbeda sekali dengan karsinoma paru, yang dalam beberapa minggu saja sudah akan tampak kemunduran yang nyata dan progresif. 2. Pemeriksaan Fisik Di sini juga tidak satu pun gejala yang patognomonis untuk TB. Variabilitas gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini sangat besar. Bahkan tidak jarang pada stadium permulaan belum dapat ditemukan hal-hal yang patologis sementara gambaran radiologis dan pemeriksaan sputum sudah menunjukkan adanya penyakit TB. Pada orang dewasa, biasanya penyakit ini dimulai di daerah paru atas,

kanan atau kiri, yang disebut fruh infiltrat. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus sebagai satu-satunya kelainan pemeriksaan jasmani. Bila proses infiltratif ini makin meluas dan menebal, juga akan didapatkan fremitus yang menguat, dengan redup pada perkusi, suara nafas bronkeal, serta bronkopi yang menguat. Bila sudah terjadi kavitas, akan ditemukan gejala-gejala kavitas, berupa timpani pada perkusi yang disertai suara napas amforis. Sebaliknya bila terjadi atelektasis, misalnya pada destroyed lung, suara napas setempat akan melemah sampai hilang sama sekali. Ronki basah pada umumnya selalu akan didapatkan, mengingat bahwa selalu pula akan terbentuk sekret dan jaringan nekrotik. Makin banyak sekret itu berada, makin kasarlah ronki yang didengar. Melihat ini semua, makin nyatalah bahwa kelainan-kelainan yang dapat ditemukan pada TB sangat variabel, baik jenis, intensitas, jumlah, maupun tempat ditemukannya (pleiomorfi). 3. Tes Tuberkulin Sebetulnya tes ini bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV), yang dianggap dapat mencerminkan potensi sistem imunitas selular seseorang, khususnya terhadap basil TB. Pada seseorang yang belum terinfeksi basil TB, tentunya sistem imunitas selulernya belum terangsang untuk melawan basil TB. Dengan demikian tes tuberkulin akan negatif. Sebaliknya bila seseorang pernah terinfeksi basil TB, dalam keadaan normal sistem ini sudah akan terangsang secara efektif 3-8 minggu setelah infeksi primer dan tes tuberkulin akan positif (yaitu bila didapatkan diameter indurasi 10-14 mm pada hari ketiga atau keempat dengan dosis PPD 5 TU intrakutan). Kalau seseorang penderita sedang menderita TB aktif, tes tuberkulinnya dapat kelewat positif (artinya diameter indurasi yang ditimbulkannya dapat melebihi 14 mm). Tetapi kalau proses TB-nya hiperaktif, misalnya TB miliaris, seolah-olah seluruh kemampuan potensi imunitas seluler sudah terkuras habis dan tes akan menjadi negatif.

Selama TB masih endemik di Indonesia, yakni infeksi pada umumnya sudah akan terjadi pada usia yang masih muda sekali, tes tuberkulin sebagai tes diagnostik menjadi kurang berarti. Vaksinasi BCG secara masal juga akan lebih menghilangkan arti tes tuberkulin sebagai sarana diagnostik. Mengingat juga ada begitu banyak faktor bukan TB yang dapat mempengaruhi hasil tes tuberkulin, khususnya di negaranegara seperti Indonesia, tes ini makin kehilangan arti sebagai tes diagnostik. Faktor-faktor ini adalah penyimpanan bahan tes yang tak memenuhi syarat; gizi yang rendah dengan semua etiologinya, seperti misalnya cacingan, memang kekurangan gizi, dan lain-lain; pemakaian kortikosteroid yang lama; baru sembuh dari penyakit infeksi berat, seperti morbili, dan sebagainya; AIDS; dan lain-lain. Semuanya dapat memberikan hasil negatif palsu. 4. Pemeriksaan Serologik Tes ini disebut TBPAP (uji Peroksidase-Anti Peroksidase untuk TB paru). Berbeda dengan tes tuberkulin, yang dinilai adalah sistem imunitas humoral (SIH), khususnya kemampuan untuk memproduksi suatu antibodi dari kelas IgG terhadap sebuah antigen dalam basil TB. Tentunya bila seorang belum pernah terinfeksi basil TB, SIH-nya belum diaktifkan. Dengan demikian, tes ini akan negatif. Sebaliknya bila sudah pernah terinfeksi, SIH-nya sudah akan membentuk IgG tertentu tadi sehingga hasil tes akan menjadi positif. Handoyo (1998) mengemukakan bahwa sensitivitas tes ini adalah 98% dan spesifitasnya 94%, namun sampai sekarang di luar negeri tes ini tetap dianggap sebagai pemeriksaan pelengkap belaka, a.l. karena tak dapat menunjukkan penyebabnya di satu pihak dan di pihak lain sensitivitas dan spesifisitasnya dianggap belum baku (ada yang mengatakan hanya 85%. 5. Foto Rontgen Paru Pertama-tama perlu dikemukakan bahwa fluoroskopi saat ini sudah harus ditinggalkan karena tidak objektif dan selalu tersirat faktor terburu-buru (mengingat bahaya sinar-X). Di samping itu, pemeriksaan

ini juga tidak akan meninggalkan dokumen otentik. Pada stadium permulaan, seperti telah diungkapkan di depan, TB mungkin akan lolos pada pemeriksaan jasmani, tetapi pada pemeriksaan foto paru semua fruh infiltrat pasti akan diketahui. Disinilah letaknya kepentingan pemeriksaan foto paru untuk diagnosis dini TB. Dalam rangka diagnosis diferensial, foto paru dapat memegang peranan yang sangat penting, karena berdasarkan letak, bentuk, luas dan konsistensi kelainan, dapat diduga adanya lesi TB. Juga hanya foto paru yang dapat menggambarkan secara objektif kelainan anatomik paru dan luasnya kelainan. Pemeriksaan ini juga meninggalkan dokumen otentik, yang sangat menentukan untuk evaluasi penyembuhan. Bagaimanapun besar manfaat pemeriksaan foto paru dalam diagnostik TB, selalu harus diingat adanya faktor-faktor yang membatasi makna diagnostiknya, sebagai berikut : The human factor, yaitu adanya variasi individual dokter yang menginterpretasikannya. Adanya organ-organ lain dalam rongga dada, sehingga 20-25% paru akan terlindung oleh organ lain dan tak akan tampak pada foto PA biasa. Gambaran penyakit TB yang begitu pleiomorfik, sehingga diagnosis diferensialnya meliputi puluhan penyakit paru lain. Adanya kasus-kasus TB dengan sputum BTA positif tetapi dengan foto paru yang normal atau dengan gambaran penyakit paru lain yang bukan TB. Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat dijumpai pada foto paru seorang penderita TB akan bervariasi mulai dari suatu bintik kapur, garis fibrotik, bercak infiltrat, penarikan trakea atau mediastinum ke sisi yang sakit, kavitas, sampai ke gambaran atau atelektasis. Kelainan-kelainan ini dapat berdiri sendiri, tetapi dapat pula ditemukan bersama-sama. Destroyed lung merupakan contoh khas dalam hal ini. Pada keadaan ini, ditemukan sekaligus atelektasis, kavitas, dan fibrosis

dengan penarikan-penarikan mediastinum ke sisi yang sakit (DOUMA, 1980). Yang diartikan dengan vanishing lung ialah adanya suatu kavitas teramat besar dalam suatu paru sehingga boleh dikatakan seluruh paru tersebut telah berubah menjadi suatu kavitas. Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan dan pleiomorfi ini, bilamana dihadapkan pada keraguan-keraguan, hendaknya kita secepatnya melaksanakan pemeriksaan tambahan, misalnya foto dari samping, toplordotik, sampai CT scan, bronkoskopi, serta ulangan foto setelah beberapa saat. 6. Pemeriksaan Sputum (sekret bronkus, bahan aspirasi cairan pleura, dsb.) Tentang pemeriksaan mutakhir dengan Polymerase Chain Reaction, pada kesempatan ini tidak akan dikupas karena mengingat sangat mahalnya dalam waktu dekat akan mustahil dikerjakan di Indonesia. Teknik pemeriksaan sputum sekarang ini bermacam-macam, tetapi pada dasarnya hanya berkisar pada pemeriksaan mikroskopis, pembenihan, dan tes resistensi. Selain sputum, spesimen lain yang harus diperiksa ialah sekret bronkus yang dikeluarkan dengan bronkoskop, bahan aspirasi cairan pleura, dan getah lambung (sebelum makan pagi). Dengan demikian pada hakekatnya ada kemungkinan sebagai berikut : Mikroskopik akan menghasilkan BTA (Basil Tahan Asam) (+) atau (-) Perbenihan akan menunjukkan hasil hasil (+) atau (-) Walaupun secara teoritis, BTA (+) masih mungkin bukan Mycobacterium TB, melainkan dapat juga Mycobacterium atipik, karena kemungkinan ini sangat kecil, dalam prakteknya dapat diabaikan, sehingga BTA (+) dapat dianggap sebagai Mycobacterium TB (+). Tentunya nilai tertinggi pemeriksaan sputum adalah hasil pembenihan yang positif, artinya yang tumbuh ialah basil TB yang sesungguhnya. Namun sayang sekali pembenihan ini tidak dapat dikerjakan di semua laboratorium di Indonesia. Di samping itu, pemeriksaan ini cukup mahal dan memakan waktu 3 minggu.

Oleh karena itu, diambil praktisnya, sekali sputum BTA (+) sudah dianggap cukup untuk menentukan dianosis TB dan sudah dapat dibenarkan pemberian pengobatan spesifik dalam rangka penyembuhan penderita yang bersangkutan.

VII. Kompilasi Hasil dan Interpretasi Akhir Dari semua hasil yang telah disebutkan akan timbul kemungkinankemungkinan sebagai berikut : Klinis (anamnesis dan pemeriksaan jasmani) (+) ataupun (-) Foto rontgen paru (+) ataupun (-) Sputum BTA (+) ataupun (-) Bila hanya klinis saja yang (+), maksimum hanya dapat dikatakan sebagai tersangka (suspec) TB saja, sehingga secara teoritis belum dibenarkan terapi spesifik. Tentunya, dalam hal ini, dokter yang menanganilah yang berkewajiban menanggulangi/menyempurnakan pemeriksaan diagnostik semaksimal mungkin, di samping memikirkan kemungkinan-kemungkinan non-TB lainnya. Dengan demikian, diagnosis tepat dan terapi yang semestinya tidak terkatung-katung. Tetapi bila fasilitas pemeriksaan foto rontgen paru dan laboratorium tidak tersedia, hendaknya dokter tetap berani menegakkan diagnosis TB hanya berdasarkan temuan-temuan klinis saja. Bila hanya klinis (+) dan foto (+), walaupun sputum telah diperiksa 3 kali tetapi selalu BTA (-), masih dapat dibenarkan penentuan diagnosis TB dan dibenarkan pemberian terapi spesifik (WHO, 1991). Kasus ini dianggap sebagai kasus yang belum menular. Apabila hanya foto saja yang (+), dalam bidang pemberantasan TB, penderita yang bersangkutan tak lebih dari seorang tersangka saja. Sputum harus diperiksa berulang kali, sehingga begitu didapatkan (+), dapat segera disembuhkan dengan tuntas. Dalam pelayanan kesehatan perorangan, hendaknya diagnosis TB benar-benar diperkirakan kembali, sambil menyingkirkan begitu banyak penyakit

yang serupa TB pada foto paru. Dengan lain perkataan, hendaknya diagnosis yang cepat diupayakan agar secepatnya dapat ditegakkan. Sebaliknya bila sputum (+), tanpa memperhatikan keadaan klinis ataupun foto paru, penderita yang bersangkutan harus diobati secepatnya sebagai penderita TB. Perlu diketahui di sini bahwa mungkin saja foto paru (-) walaupun sputum jelas-jelas (+). Kemungkinan suatu endobronchitis TB (lesi TB yang terbatas pada mukosa bronkus) perlu dipikirkan. Di samping itu bila dipakai teknik lain, pemeriksaan foto rontgen paru mungkin akan tampak kelainan, misalnya dengan foto toplordotik (untuk dapat melihat puncak paru lebih jelas) ataupun foto lateral kiri depan (untuk melihat daerah paru yang tersembunyi di belakang jantung).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (H. Lismidar, 1990). A. Pengkajian Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990). 1) Pengumpulan data Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu : Identitas klien Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang

dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan Nodesul, 1996) Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan. Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. Riwayat penyakit keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. Riwayat psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (Hendrawan Nodesul, 1996). Pola fungsi kesehatan a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesakdesakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996) b). Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999). c). Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi d). Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu

aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999). e). Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E. Doenges, 1999). f). Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular (Marilyn. E. Doenges, 1999). g). Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. h). Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999). i). Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. j). Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan (Hendrawan Nodesul, 1996). k). Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. 2) Pemeriksaan fisik Berdasarkan sistem-sistem tubuh : a). Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun. b). Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai : Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah (Purnawan Junadi dkk, 1982).

Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995). Perkusi: Suara ketok redup. (Soeparman, 1998). Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman, 1998). c). Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan. d). Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras (Soeparman, 1998). e). Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman, 1998). f). Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang meyenangkan (Alsogaff, 1995) g). Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456 h). Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia 3) Pemeriksaan penunjang a). Pemeriksaan Radiologi Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas paru-paru atau pada segmen superior lobus bawah (Soeparman. 1998). b). Pemeriksaan laboratorium Darah Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff, 1995). Sputum Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada

pagi hari (Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996) Test Tuberkulosis Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 72 jam tuberkulosis disuntikkan (Soeparman, 1998. Barbara. T. Long, 1996). B. Analisa Data Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri. C. Diagnosa Keperawatan Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (Lismidar, 1990). Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut : 1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999). 2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea (Marilyn. E. Doenges, 1999). 3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potongan (Marilyn E. Doenges, 1999).

4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah. 5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk (Marilyn. E. Doenges, 1999). 6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar kapiler (Marilyn. E. Doenges, 1999). 7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada (Lynda, J. Carpenito, 1998). D. Intervensi Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan diagnosa keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini dengan melihat diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut : 1) Diagnosa keperawatan pertama : Ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk. Tujuan : Pola nafas efektif Kriteria hasil : - Klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif - Frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16-20 kali/menit) - Dispneu berkurang Rencana tindakan dan rasional a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap perubahan Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret b). Kaji kualitas sputum : warna, bau, knsistensi Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi Membantu mengembangkan secara maksimal e). Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial 2) Diagnosa keperawatan kedua : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea. Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi Kriteria hasil - Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat - Berat badan stabil dalam batas yang normal Rencana tindakan dan rasional a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare Berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ legaster f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet 3) Diagnosa keperawatan ketiga : Potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko patogen. Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif. Kriteria hasil : klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien. Rencana tindakan dan rasional a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contoh anggota rumah, sahabat Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi 4) Diagnosa keperawatan keempat : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kuranganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah. Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya Kriteria hasil : klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri. Rencana tindakan dan rasional a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi /

peningkatan ansietas f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan pasir Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan 5) Diagnosa keperawatan kelima : Ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk. Tujuan : jalan nafas efektif Kriteria hasil : - Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan - Klien dapat mempertahankan jalan nafas - Pernafasan klien normal (16 20 kali per menit) Rencana tindakan : a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret atau ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu mengeluaran sekret e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dilakukan f) Lembabkan udara respirasi Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia 6) Diagnosa keperawatan keenam : Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar kapiler. Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal Kreteria hasil : - Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea - Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan - Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal Rencana tindakan dan rasional a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa Akumulasi sekret, pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jarigan

c) Tujukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek d) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru 7) Diagnosa keperawatan ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan nyeri dada. Tujuan : Kebutuhan tidur terpenuhi Kriteria hasil : - memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur - Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat - Tanda-tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada Rencana tindakan dan rasional a) Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita b) Observasi efek abot-obatan yang dapat di derita klien Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur Memudahkan klien untuk bisa tidur

e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur E. Implementasi Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu (Budi Anna keliat, 1994) : 1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi 2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat 3. Keamanan fisik dan psikologinya dilindungi 4. Dokumentasi intervensi dan respon klien F. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan (diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil. Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah (Budi Anna keliat, 1994) : 1. Tujuan tercapai 2. Tujuan tercapai sebagian 3. Tujuan tidak tercapai BAB IV PENUTUP I. Kesimpulan Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta

tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi wanita hamil yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya. II. Penanganan 1) Dalam kehamilan : Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru-paru. Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah,

sebaiknya di rawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. Obat-obatan : INH, PAS, rifadin, dan streptomisin. TBC paru tidak merupakan indikasi untuk abortus buatan dan terminasi kehamilan. 2) Dalam persalinan : Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa dan tidak perlu tindakan apa-apa. Bila proses aktif, kala I dan II diusahakan seringan mungkin. Pada kala I, ibu hamil di beri obat-obatan penenang dan analgetika dosis rendah. Kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum/forseps. Bila ada indikasi obstetrik untuk seksio caesaria, hal ini dilakukan bekerjasama dengan ahli anestesi untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik. 3) Dalam masa nifas : Usahakan jangan terjadi perdarahan yang banyak; diberi uterus tonika dan koagulansia. Usahakan mencegah terjadinya infeksi tambahan dengan memberikan antibiotika yang cukup. Bila ada anemia sebaiknya diberikan transfusi darah, agar daya tahan ibu lebih kuat terhadap infeksi sekunder. Ibu dianjurkan supaya segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah cukup, segera dilakukan tubektomi. 4) Perawatan bayi Biasanya bayi akan ditulari ibunya setelah kelahiran, dan TBC bawaan (konenital) sangat jarang. Bila ibu dalam proses TBC aktif - Secepatnya, bayi diberikan BCG. - Bayi segera dipisahkan dari ibunya selama 6-8 minggu. - Bila uji Mantoux sudah positif pada bayi, barulah bayi dapat ditemukan lagi dengan ibunya. Menyusukan bayi, pada proses aktif, dilarang karena kontak langsung

dari mulut ibu dan bayi. Dapat diberikan anti TBC profilaksis pada bayi yaitu INH 25 mg/kg berat badan/hari. 5) TBC paru dan alat reproduksi : TBC paru dapat bersamaan dengan TBC alat genitalia. Wiknjosastro (1995) menemukan pada 15 wanita penderita TBC-genitalis; 40% sarang primernya terdapat di paru-paru. TBC-genitalis dapat menyebabkan : - Infertilitas (kemandulan) - Bila terjadi kehamilan, hasil konsepsi sering berakhir dengan abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), dan partus prematurus. - TBC-genitalis yang sudah tenang dan pulih, dapat kambuh lagi setelah abortus dan persalinan. DAFTAR PUSTAKA Amin, M., 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya . Airlangga Univerciti Press Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Danusastro, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates : Jakarta. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi. EGC : Jakarta. Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius
DIPOSKAN OLEH NERS SEMARANG DI 20:08 0 KOMENTAR POSTING INI LABEL: MATERNITAS LINK KE

SELASA, 2008 MEI 13

PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN ASUHAN ANTENATAL


PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN ASUHAN ANTENATAL

ASUHAN ANTENATAL (Antenatal Care) Definisi Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care) Pelayanan antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Tujuan 1. menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat. 2. memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi. 3. menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin. Perencanaan Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) : - sampai 28 minggu : 4 minggu sekali - 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali - di atas 36 minggu : 1 minggu sekali

KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif. KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE Tujuan 1. menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan 2. menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan 3. menentukan status kesehatan ibu dan janin 4. menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko kehamilan 5. menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya Anamnesis Identitas Pasien Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 2030 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus. Keluhan utama Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari. Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal

pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat alergi makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya). Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya. Riwayat khusus obstetri ginekologi Adakah riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya (dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa jumlah anak hidup. Ada/tidaknya masalah2 pada kehamilan / persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya. Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya. Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak. Riwayat sosial / ekonomi Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan Fisis Status generalis / pemeriksaan umum Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat

badan. Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan 75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta). Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal, hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut). Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak. Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigigeligi. Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya. Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetrik Abdomen Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika : Leopold I Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan kedua telapak tangan. Leopold II Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin bagian keras bulat (kepala) janin. Leopold III

Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi. Leopold IV Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan dengan satuan x/5) Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec yaitu : tinggi fundus (cm) - (12/13/14)) x 155 gram. Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal distress/gawat janin). Genitalia eksterna Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka / perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak

tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina. Genitalia interna Palpasi : colok vaginal (vaginal touch) dengan dua jari sebelah tangan dan BIMANUAL dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan. Ditentukan bagian terbawah (presenJANGAN LUPA, SELALU PALPASI BIMANUAL PADA PEMERIKSAAN VAGINAL !!!! Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik. Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah : 1. perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi, dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati) 2. ketuban pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi (korioamnionitis). Pemeriksaan dalam (vaginal touch) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi. Pemeriksaan rektal (rektal touch) : dilakukan atas indikasi. PEMERIKSAAN LANJUTAN

Jadwal kunjungan Idealnya seperti di atas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan, 29-36 minggu setiap 2 minggu sekali dan di atas 36 minggu setiap minggu sekali). Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa : 1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri. 2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak janin, denyut jantung janin, aktifitas janin, perkiraan volume cairan amnion dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan USG). Laboratorium Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional. Lain-lain Pelvimetri radiologik (akhir trimester 3), jika diperlukan, untuk perhitungan jalan lahir. Pada trimester 3 akhir, pembentukan dan pematangan organ janin sudah hampir selesai, sehingga kemungkinan mutasi / karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan pada trimester pertama / kedua. Tetap harus digunakan dosis radiasi sekecil-kecilnya. Ultrasonografi (USG) tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu harus disesuaikan dengan kebutuhan. NASEHAT UNTUK PERAWATAN UMUM / SEHARI-HARI Aktifitas fisik Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat

minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit. Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan. Pekerjaan Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda. Imunisasi Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi. Bepergian dengan pesawat udara Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa. Mandi dan cara berpakaian Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa. Sanggama / coitus Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa

kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus. Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan. Perawatan mammae dan abdomen Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan. Hewan piaraan Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak. Merokok / minuman keras / obat-obatan Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan menyusui selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin dan menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin. Gizi / nutrisi Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil (detail cari/baca sendiri ya). Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe.
DIPOSKAN OLEH NERS SEMARANG DI 05:45 0 KOMENTAR POSTING INI LABEL: MATERNITAS LINK KE

JUMAT, 2008 APRIL 25

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM A. Pengertian Hiperemsis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya (http://zerich150105.wordpress.com/). Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com/). Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (http://healthblogheg.blogspot.com/). B. Etiologi Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan : a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik. c) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien (http://zerich150105.wordpress.com/). C. Patofisiologi Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan. Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang

berat.Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. (http://zerich150105.wordpress.com/). D. Tanda Dan Gejala Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu : a) Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung. b) Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadangkadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. c) Tingkatan III:

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.(http://healthblogheg.blogspot.com/) E. Komplikasi Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi (http://healthblogheg.blogspot.com/) F. Pemeriksaan Diagnostik USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH. (http://zerich150105.wordpress.com/) G. Penatalaksanaan Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman

sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Obat-obatan Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Terapi psikologik Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. Cairan parenteral Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 23 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

Diet a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D. c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. Prognosis Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

ASKEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM A. Pengkajian Keperawatan a. Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). b. Integritas ego Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. c. Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih

Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine. d. Makanan/cairan Mual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. e. Pernafasan Frekuensi pernapasan meningkat. f. Keamanan Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma g. Seksualitas Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik. h. Interaksi sosial Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang. i. Pembelajaran dan penyuluhan Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal Turgor kulit, lidah kering Adanya aseton dalam urine

(http://zerich150105.wordpress.com/) B. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. 2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan. 3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.

4. Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan. (http://zerich150105.wordpress.com/) C. Rencana Keperawatan 1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. Intervensi
1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.

R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.


2. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis

rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v. R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.

R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit


4. Catat intake dan output.

R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.


5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh


6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak

R/dapat menstimulus mual dan muntah


7. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan

the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
8. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam

periode tertentu. R/Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.

9. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.

R/Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.


10. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan

cairan pembersih mulut sesering mungkin. R/Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut
11. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit

R/ Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_337">dl atau kadar Ht < class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_340">dipertimbangkan anemi pada trimester I.
12. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa..

R/ Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena kehamilan.
13. Ukur pembesaran uterus

R/Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan kcmungkinan-kemungkinan lebih lanjUT
14.

2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan Intervensi Dan Rasional

1Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah. Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester

2.Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis. Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi. 3.Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi. 4.Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur. Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung. 3) Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan Intervensi Dan Rasional No Intervensi Rasional 1.Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan 2.Kaji tingkat fungsi psikologis klien Untuk menjaga intergritas psikologis 3.Berikan support psikologis Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya

4.Berikan penguatan positif Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan 5.Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien 4) Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan Intervensi Dan Rasional No Intervensi Rasional 1.Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup. . Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus 2..Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat. Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko. 3.Bantu klien beraktifitas secara bertahap Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya. 4. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi. (http://zerich150105.wordpress.com/) D. EVALUASI Mual dan mutah tidak ada lagi. Keluhan subyektif tidak ada.

Tanda-tanda vital baik. (http://cakmoki.blogsome.com/)


DIPOSKAN OLEH NERS SEMARANG DI 04:36 0 KOMENTAR POSTING INI LABEL: MATERNITAS LINK KE

Posting Lebih Baru Posting Lama Halaman Muka Langgan: Entri (Atom)
ALMAMATER

ARTIKEL KESEHATAN

http://w w w .medscape.com/favicon.ico?src=rss

info penyakit http://w w w .infopenyakit.com/favicon.ico Penyakit dan Pengobatannya http://nurseinstinct.blogspot.com/favicon.ico HEALTHY LIVING http://susternada.blogspot.com/favicon.ico diary suster nada http://peraw at.blogspot.com/favicon.ico "Perawat's Weblog"

http://w w w .geocities.com/favicon.ico

Ensiklopedi Kesehatan Mini http://w w w .stopmerokok.com/favicon.ico stop merokok http://w w w .medicastore.com/favicon.ico MACAM PENYAKIT http://w w w .info-sehat.com/favicon.ico Info sehat

LINK KERJASAMA ORGANISASI

http://w w w .inna-k.org/favicon.ico

Indonesian National Nurses Association in Kuwait http://peraw at-emergency.blogspot.com/favicon.ico Komunitas Perawat Emergency http://indonesiannursingcentre.blogspot.com/favicon.ico Indonesian Nursing Centre http://ksik-psik.blogspot.com/favicon.ico KSIK FK UNDIP http://fosimmik-undip.blogspot.com/favicon.ico ROHIS ILMU KEPERAWATAN UNDIP http://w w w .undip.ac.id/favicon.ico Diponegoro University >> Become an Excellent Research University - Home Undip

http://w w w .keperaw atan-undip.ac.id/favicon.ico

PS Ilmu Keperawatan - Universitas Diponegoro http://w w w .emsik.tk/favicon.ico PERAWAT EMERGENCY INDONESIA DI KUWAIT http://w w w .rollinter.com/favicon.ico Roll Internusa Mandiri. com

NO PENGUNJUNG

View My Stats

USER ONLINE

JADWAL SHOLAT

MUSIK

Free Indo Flash Mp3 Player at musik-live.net

JAM

KOMENTAR DAN SARAN

BAGAIMANA PENDAPAT ANADA TERHADAP ARTIKEL YANG KAMI SAJIKAN

LINK BLOG

http://keperaw atangun.w ordpress.com/favicon.ico

askep http://w w w .peraw atonline.com/favicon.ico?option=com_content&view =frontpage GO NURSING...!!! http://w w w .ggkarir.com/favicon.ico lowongan kerja http://materi-keperaw atan.blogspot.com/favicon.ico MATERI KEPERAWATAN http://arw inlim.blogspot.com/favicon.ico materi kuliah http://a4-psik.blogspot.com/favicon.ico MEMORIS-FOTO-A4 PSIK UNDIP http://beranigagal.blogspot.com/favicon.ico Motivate your self.... http://pengumuman-peraw at.blogspot.com/favicon.ico

PENGUMUMAN & LOWONGAN PERAWAT http://w w w .educativetoys.com/favicon.ico PERMAINAN EDUKATIF http://fosimmik-undip.blogspot.com/favicon.ico ROHIS ILMU KEPERAWATAN UNDIP http://template-unik.blogspot.com/favicon.ico Template Unik http://trik-tips.blogspot.com/favicon.ico Tips dan Trik Tutorial Membuat dan Mempercantik Blog

ARSIP BLOG

2008 (53)

November (4)

Nov 15 (1)

Asuhan Keperawatan Klien dg DISPEPSIA PENGUKURAN DENVER ANALISA GAS DARAH ASUHAN BAYI BARU LAHIR

Nov 12 (1) Nov 04 (2)

Agustus (5)

Agu 21 (1)

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN Waspadai lingkar pinggang anda Body Mass Index (BMI) Ancaman kesehatan di balik kegemukan Atasi segera obesitas pada remaja!

Agu 13 (4)

Juni (21)

Jun 16 (18)

Perubahan proses pikir : waham Gangguan konsep diri : harga diri rendah askep menarik diri askep perilaku kekerasan askep dengan halusinasi ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN LUKA BAKAR ASKEP HEPATITIS ASKEP CIDERA KEPALA SEROSIS HEPATIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ULKUS KORNEA... LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM NEF... ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA Tifus Abdominalis GLAUKOMA ASKEP ATRESIA ANI ASUHAN KEPERAWATAN PASA PASIEN DENGAN HIDRONEFROSI... ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR KRUR... ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN Bronchopneumo... askep ibu hamil dengan TBC DOKUMENTASI KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM SARAF

Jun 12 (3)

Mei (15)

Mei 13 (15)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTU... ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TETANUS NYERI ASKEP OSTEOMALASIA SYSTEM URINARIA REAKSI HOSPITALISASI BATU GINJAL ASKEP LEUKIMIA GAGAL GINJAL KRONIK PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN ASUHAN ANTENATAL PERKEMBANGAN menurut DENVER II (DDST II) ASKEP APENDISITIS

April (7)

Apr 25 (3)

HIPEREMESIS GRAVIDARUM ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIAE ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA / DISRITMIA Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIARE trauma kepala

Apr 11 (2)

Apr 09 (2) Feb 20 (1)

Februari (1)

2007 (37)

Agustus (2)

Agu 03 (2) Jul 26 (1) Jul 25 (4) Jul 23 (6) Jul 20 (1) Jul 19 (1) Jul 15 (2)

Juli (35)

Jul 04 (15) Jul 02 (5)

TAMPILAN SLIDE Loading...

KATEGORI

ANAK (5) artikel (4) GINJAL (1) HATI (1) HEMATOLOGI (1) IMUNOLOGI (1) INFEKSI (2) JIWA (5) KARDIOVASKULER (2) KDM (1) KGD (1) kuliAH (1) liburan (2) LUKA BAKAR (1) MATA (2) MATERNITAS (4) MUSKULOSKELETAL (1) nyeri (1) OBAT (1) PENCERNAAN (6) PERKEMIHAN (4) PERNAFASAN (2) PERSARAFAN (4) THT (1)

tulang (1)

http://indonurs.webng.com/ http://www.iwansain.wordpress.com/ http://www.medlinux.blogspot.com/ http:www.perjalanan1000mile.blogspot.com/

MENGENAI SAYA

NERS SEMARANG SEMARANG, JATENG, INDONESIA

CUSTOMER CALL: (024)33147841


LIHAT PROFIL LENGKAPKU

BARIS VIDEO Loading...

M YSPAC E THAN K YOU C OM ME N TS & G RAPHIC S

You might also like