Professional Documents
Culture Documents
Kisah Meja Makan - Budidaya Pekarangan
Kisah Meja Makan - Budidaya Pekarangan
Kata Pengantar
Buku kecil ini dimaksudkan sebagai panduan bagi para ibu untuk melengkapi kegiatan pelatihan yang telah diterima. Buku kecil ini berisi bermacam-macam panduan terutama berkait dengan cara penanaman, pembuatan pupuk dengan bahan yang ada di sekitar rumah, pengelolaan hama tanaman dan pestisida alami. Yang juga tidak kalah penting adalah mengenai upaya penyediaan gizi yang berimbang bagi keluarga. Penyediaan makanan sehat sekaligus bergizi merupakan masalah serius bangsa kita. Negara yang disebut agraris ini dalam soal pangan masih bergantung pada bangsa lain. Seolah makanan sehat bergizi selalu harus membeli (dari luar) dan mahal pula, padahal di sekitar kita (Merapi) menyediakan sumber-sumber untuk mendukung tersedianya pangan yang sehat dan bergizi. Pengalaman selama ini mengkonsumsi makanan sintetis mestinya menjadi pengalaman berharga bagi kita semua. Diharapkan buku ini bisa menjadi acuan untuk belajar bersamasama dalam kelompok. Bukan masalah benar atau salah namun pengalaman baik dan gagal akan melengkapi seluruh rangkaian panduan ini. Jangan takut gagal!
Daftar Isi
KISAH MEJA MAKAN PEKARANGAN 1. PANGAN YANG SEHAT UNTUK ANAK 2. BUDIDAYA PANGAN SEHAT DI PEKARANGAN 3. CARA BUDIDAYA PANGAN SEHAT 4. PEMBUATAN BIANG BAKTERI / AKTIVATOR 5. PEMBUATAN PUPUK KOMPOS 6. BEBERAPA ALTERNATIF PENGKOMPOSAN 7. PUPUK CAIR ORGANIK 8. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 9. PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK
Buku ini disusun oleh mereka yang terlibat dalam pelaksanaan program MERP Save The Children Nawakamal. Pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan dalam program sebelumnya dan pengalaman mendampingi dalam program ini mendorong untuk dibukukan dan didistribusikan kepada para ibu di wilayah Kecamatan Dukun dan Kecamatan Salam, Magelang. Kepada ibu-ibu di wilayah program, inilah buku yang senantiasa ibu butuhkan. Semoga bermanfaat! Kontributor: T.A. Kuncoro; Henu Pramujaka; Kristina Wahyu Tri Setyaningsih, Budi Setiawan; Bowo Nugroho; A. Gandung Indarto; Guntur Prabawanto; Johan Dwi Bowo Santoso; Iskandar L; Sanna Sanata; Maula Paramitha W; Hermanus Wahyaka; B. Banning Prihatmoko; Emilianus Elip, A. Agung Haryanto Ilustrator: G. Tatang Maruto Supporting: Priyani, Tri Broto, Setya Utama
Nawakamal 2010
Jl. STM Pembangunan 6 A, Mrican, Yogyakarta, 55281 Telp / fax: 0274-552890 E-mail: nawakamal@gmail.com http://nawakamalfoundation.wordpress.com
dan variasi yang cukup untuk pemenuhan gizi keluarga. Langkah kecil karena upaya tersebut dapat dilakukan di tempat terdekat dari rumah yaitu pekarangan.
Pekarangan
Pangan sehat dapat kita usahakan melalui budidaya organik tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetik buatan pabrik. Pupuk dan pengendalian hama-penyakit dapat kita buat sendiri dari bahan-bahan organik yang tersedia di sekitar kita. Pekarangan merupakan alam mini yang paling dekat dengan kita. Kita dapat memulai bersahabat dengannya melalui budidaya sayuran sehingga alam terdekat kita itu bisa mengambil manfaat tanpa resiko. Caranya adalah dengan menciptakan siklus alam yang seimbang. Gunakan bahanbahan organik yang dapat membusuk untuk menyuburkan tanaman. Cari musuh hama agar tercipta rantai makanan. Pakai pestisida hayati/organik agar tubuh tidak teracuni. Lihat sekitar! Manfaatkan bahan-bahan yang sudah disediakan untuk dikembalikan lagi ke alam, tidak usah membeli!. Dengan demikian kita dapat memperoleh manfaat zat gizi berupa vitamin, protein, mineral, lemak dan karbohidrat dari tanaman yang kita usahakan sendiri secara organik, bukan racunnya! Jangan lupa memperhatikan cara memasak agar zat gizi yang sudah kita rawat selama masa tanam tersebut tidak hilang dalam sekejap karena terlalu matang memasak. Masak yang baik lalu hidangkan sayuran tersebut di meja makan kita supaya dinikmati kelezatan rasanya dan kebaikan gizinya oleh anak-anak kita, diri kita sendiri, dan seluruh keluarga. Mari bu, bergerak!
Pangan sehat dan berimbang dalam satu piring makan yang disajikan terbagi menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian untuk biji-bijian dan protein dengan jumlah biji-bijian lebih banyak. Satu bagian lainnya untuk kelompok buah dan sayuran dengan jumlah sayuran yang lebih banyak. Tambahkan susu atau hasil olahan susu dalam menu harian anak untuk melengkapi kecukupan gizi anak.
Gambar di atas selain menunjukkan sumber pangan berimbang juga porsi asupan makanan dari masing-masing sumber tersebut untuk memudahkan dalam memastikan apakah yang dimakan anak dalam sehari sudah seimbang atau belum. Artinya, apakah dalam satu hari anak sudah makan buah dan sayuran dalam jumlah yang seimbang dibanding jumlah biji-bijian dan protein. Pangan sehat dan berimbang di atas menganjurkan porsi yang besar untuk buah dan sayuran dalam menu harian anak. Hal ini menunjukkan sayuran mempunyai peran yang sangat penting dalam pola makan harian anak. Manfaat sayuran terutama adalah menjaga system pencernaan, sistem peredaran darah, sistem kekebalan dan sistem saraf. Pola makan kaya protein memberi asupan pada tubuh kita anti oksidan yang dapat mencegah penyakit seperti kanker, kelainan jantung dan stroke. Lebih dari itu sayuran mengandung berbagai mineral dan vitamin dan serat yang menjaga tubuh kita tetap sehat. Berbagai kandungan di dalam sayuran di atas tidak dapat digantikan oleh makanan suplemen ataupun vitamin-vitamin sintetik.
Pemanfaatan Pekarangan
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batasan-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan disini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi serta hubungan biofisika (Danooesastro, 1978). Pada tahun 1970-1980 an masih sering kita jumpai pekarangan yang terpelihara baik di pedesaan. Di pekarangan tersebut terdapat berbagai macam tanaman tahunan seperti pepohonan beraneka ragam hingga tanaman semusim misalnya sayuran, empon-empon, dan tanaman umbi-umbian. Keberadaan pekarangan yang terawat baik ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan pangan keluarga misalnya sayur dann umbi-umbian. Selain itu apabila kondisi pertanian sawah atau tegal yang diusahakan sedang dalam masa paceklik maka hasil pekarangan sangat membantu meringankan kesulitan keluarga.
Pekarangan rumah yang hijau selain berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan juga sangat baik gunanya untuk memasok oksigen di lingkungan sekitar kita. Tentu saja keadaan lingkungan kita menjadi segar. Aneka ragam tanaman yang ada di pekarangan bermanfaat pula untuk menyerap dan menyimpan air hujan melalui perakarannya. Ini mencegah kekeringan bagi sungai-sungai di sekitar pekarangan. Apabila sungai tersebut digunakan untuk pengairan sawah maka ketika musim kemarau tiba debit air tidak akan berkurang drastis. Mulai tahun 1990 sampai sekarang pekarangan semakin sedikit ditemui. Adapun tidak terlalu luas dan fungsinya hanya sebagai keindahan saja bukan sebagai penyumbang bahan makanan. Hal ini disebabkan karena bertambah padatnya penduduk sehingga kebutuhan ruang semakin tinggi. Selain itu, arus konsumtif/mudah membeli sudah menjadi budaya sehingga orang-orang lebih suka kepraktisan dan serba instan. Keadaan ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua. Kemerosotan kualitas lingkungan akibat budaya serba instan tersebut tangah kita rasakan saat ini. Ketergantungan kita terhadap produsen dan kuasa pasar membuat perekonomian kita terpuruk. Belum lagi menghadapi lingkungan yang telah rusak membutuhkan ketelatenan untuk memperbaiki. Upaya-upaya memperbaiki ekosistem tersebut sangat mendesak dan penting untuk dilakukan demi masa depan yang jauh lebih baik. Kegiatan yang paling mudah dan dekat adalah menata ulang pekarangan sebagai bagian integral / tak terpisahkan dari sebuah hunian. Kegiatan ini dilakukan dengan dasar kesadaran kita akan pentingnya pekarangan yang mampu memenuhi fungsi pemasok bahan pangan, oksigen, resapan air dan estetika / keindahan. Jika
hal ini dilakukan maka hunian yang ideal yaitu sebuah lingkungan manusiawi di mana manusia dapat menjaga dan berdampingan seimbang dengan alam dapat tercipta. Ke depan, suatu tatanan masyarakat baru yang berbudaya tinggi dan beradab akan terbangun dengan sendirinya. Selagi masih ada kesempatan untuk memperbaiki cara-cara bertani kita dan menggali kembali kemampuan kita untuk menghasilkan pangan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan siapa saja yang megkonsumsi hasil uluwetu sawah, tegalan dan pekarangan kita. Mari kita selami bersama lautan pengetahuan dan kearifan yang bisa dijadikan sarana bertani dan lebih jauh sebagai sarana lelaku hidup sebagai titah yang sudah semestinya menghargai segala titah dalam perjalanan bersama menemukan kesejatian hidup. Beberapa cara pemanfaatan lahan pekarangan:
c. Sistem Vertikultur
Sistem ini sangat mudah yaitu menggunakan bambu utuh yang besar kemudian satu sisinya dilubangi. Lubang tersebut diisi dengan media tanam kemudian ditanami dengan sayuran. Bambu-bambu tersebut dapat disusun ke atas. Banyak cara kreatif lain yang dapat dilakukan.
10
2. Penyemaian
Penyemaian dilakukan untuk membuat tanaman menjadi lebih kuat ketika ditanam di lahan terhadap hama, curah hujan yang tinggi dan sengatan matahari langsung. Meskipun tidak semua tanaman harus disemai terlebih dahulu semisal kangkung, bayam, wortel, kacang, jagung dll. Setelah biji tumbuh daun pertama, bisa dilakukan pengepalan dengan media tanah subur
10
11
dan kompos atau bisa juga dengan ditanam pada polybag kecil sebelumnya lalu tanaman tersebut siap dipindahkan saat minimal sudah tumbuh daun keduanya.
3. Penanaman
Pemindahan tanaman pada media tanam polybag atau lahan dilakukan setelah tanaman tumbuh daun keduanya, sebaiknya dilakukan penanaman pada sore hari terutama untuk tanaman yang tidak ditanam dengan biji langsung. Lakukan penyiraman secukupnya setelah penanaman. Satu sampai dua minggu setelah tanam apabila ada tanaman yang mati bisa dilakukan penyulaman. Setelahnya letakkan di pekarangan sekitar rumah kita, tempat yang kita pilih mendapat sinar matahari yang cukup dan aman dari gangguan binatang peliharaan kita atau bisa kita buatkan pagar untuk mengamankan tanaman kita.
4. Perawatan
Pekerjaan terlama dalam bercocok tanam adalah merawat. Pada masa perawatan pekerjaan kita meliputi, penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemangkasan dan pengendalian hama bila perlu.
5. Pemanenan
Saat yang kita nanti-nantikan pada akhir budidaya adalah memanen. Panen dilakukan saat tanaman belum terlalu tua, kecuali cabe dan empon-empon karena di samping rasanya tidak enak, kandungan gizinya juga berkurang. Tanaman daun biasanya bisa dipanen umur 1 bulan sedang sayuran berbuah pada umur 3 bulan kecuali timun.
11
12
2. Penyemaian
3. Penanaman
12
13
4. Perawatan
5. Pemanenan
13
14
secukupnya 1/4 tempat bonggol pisang dipotong-potong dan ditumbuk hingga halus kemudian tambahkan
secukupnya
14
15
air kelapa/air biasa gula pasir/kelapa/tetes tebu tape singkong terasi air kelapa gula pasir/kelapa/tetes tebu air biasa 5 rebung bambu buah pepaya masak terasi bonggol pisang (paling bagus pisang kluthuk) terasi tetes tebu/air gula 6 bagian dalam perut sapi/rumen air limbah buangan sampah di TPS/TPS lindi tanah berhumus dan sisa lapukan kayu gula aren/tetes
secukupnya secukupnya
1 Kg secukupnya 4 gelas 1 Kg
lumatkan tape singkong hingga halus campur dengan terasi dan gula / tetes tebu kemudian tambahkan air kelapa dan air biasa, masukkan dalam botol/jerigen, fermentasikan 3 minggu semua bahan ditumbuk halus dan dicampur merata kemudian ditambahkan air
secukupnya secukupnya 1 sendok 1 sendok 1 sendok semua bahan dicampur dan diberi air 1 Lt, tambahkan 20 sendok larutan gula aren dengan 10 Lt, simpan dalam wadah jerigen atau botol biarkan selama 3 hari, Dalam penggunaan, tiap 100 ml aktivator dilarutkan dalam 2 liter air. Kemudian siramkan dalam tumpukan bahan kompos (campuran di
secukupnya
15
16
daun kacangkacangan (kleresede, kaliandra, orokorok dsb) gula/tetes tebu Air Leri/ Urine Air Kelapa air biasa
1/2 Kg
atas dapat untuk 1m3 bahan organik). Semakin banyak aktivator semakin cepat proses pengomposan. tumbuk daun-daunan sampai halus, campur dengan semua bahan, masukkan wadah lalu peram selama 3 minggu
1/4 Kg 1 Lt 1 Butir 25 Lt 1 ons 5 sendok makan 1-2 Lt 1 sendok Campurkan seluruh bahan, masukkan ke dalam botol, fermentasikan selama 3 minggu
Catatan: a. Dalam pembuatan biang bakteri setelah semua bahan tercampur langkah selanjutnya adalah pemeraman bisa dengan wadah ember, jerigen, atau pengaron dari tanah, selama 3 minggu. Setelah 3 minggu ramuan matang dapat digunakan untuk pengomposan sampah organic dan kotoran ternak supaya kompos cepat matang. b. Bahan minimal selalu terdiri dari bahan organik padat (bisa daun, buah, tunas, lapukan batang pohon), gula atau molase atau bahan lain yang berkadar gula tinggi dan air. Dengan perbandingan, jika bahan padatnya 1kg gulanya -1/5 kg dan airnya 25-50 liter. Prinsipnya ada bahan organik sebagai sumber bakterinya, ada pakan bakterinya berupa gula dan ada air sebagai media hidup dan pembiakannya.
16
17
c.
d.
Sebaiknya wadah pemeraman biang bakteri dibuatkan saluran udara dari selang kecil, apabila tidak udara dapat dikeluarkan dengan cara membuka tutup wadah sebentar lalu ditutup lagi dengan cepat agar udara luar tidak masuk . Pembiakan bakteri dilakukan dengan menyisakan setengah dari cairan starter lalu tambahkan gula sebagai makanan dan tambahkan air sesuai takaran sebelumnya, setelah terfermentasi / terurai selama 5 hari sudah bisa digunakan lagi.
Masukkan ke dalam ember berisi campuran air / leri dengan gula atau tetes tebu
17
18
Manfaat
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki ekonomis yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
18
19
Proses Pengomposan
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik. Proses aerobik membutuhkan oksigen sedangkan anaerobik tidak membutuhkan oksigen (dalam jumlah sangat sedikit). Pada umumnya teknologi yang digunakan adalah aerobik karena dalam anaerobik, selama proses pengomposan, akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine) dan amonia.
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
19
20
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan. Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi= 2 m x 12 m x 1,75 m. Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan. Untuk mempercepat pengomposan diperlukan bakteri aktivator tambahan dengan cara disiramkan ke dalam bahan kompos. Pengontrolan perbandingan C/N = 30/1, jika bahan kompos berupa limbah dapur (berarti kandungan N tinggi) dapat dicampur dengan bahan yang memiliki kandungan C tinggi, seperti sekam, grajen atau daun kering.
4. Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
20
21
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%). Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 - 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
21
22
Pilih dengan teliti sampah bahan organik . Potong dan iris agak menjadi partikel kecil .
JIka digenggam tidak mengandung air, siramlah. Jika terlalu basah, bolak-baliklah .
Siap digunakan .
Penyaringan memisahkan bahanbahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
22
23
23
24
24
25
3. Bokasi
Bahan: a. Pupuk kandang 800-1000 kg b. Dedak dan sekam 50 kg c. Gula 0.25 kg atau molase 0.50 ltr d. Mol 1 ltr e. Air secukupnya (kadar air 30-40%) Pembuatan: a. Larutkan Biang bakteri dan gula dengan air b. Campur rata pupuk kandang, sekam dan dedak c. Siramkan larutan biang bakteri merata sampai kadar air sekitar 30 % d. Digunduk kira-kira setebal 30 cm lalu ditutup karung selama 3-5 hari e. Pertahankan suhu 40-50 derajat celsius f. Setelah 5 hari siap digunakan.
25
26
26
27
tebu, batang pisang, sabut kelapa, dan abu kayu. unsur nitrogen yang organik/alami kita bisa dapatkan dari tanaman legum atau kacang-kacangan, unsur pospat dan kalium bisa kita dapatkan dari buah-buahan matang dan batang atau daun tanaman yang berpelepah panjang semisal dari pohon pisang, bambu, salak dll.
27
28
g. aduk tiap hari, setelah 5 hari pupuk cair ini bisa dimanfaatkan. Warnanya hijau, pekat, dan baunya agak menyengat. h. Untuk memanfaatkannya, ambil POC dari tong sebanyak 1 kaleng susu kecil. Masukkan dalam ember plastik dan campurkan dengan air sebanyak 15 kaleng susu kecil. Aduk sampai rata, lalu siramkan pada media tanaman di pot atau di kebun. Menyiram POC ke tanaman ini tidak tiap hari, tetapi 3 hari sekali. Siramkan pada media tanahnya, bukan pada batang tanamannya. 2. Pembuatan POC berdasarkan kandungan unsur haranya
28
29
29
30
Buat larutan gula dan air di ember . Masukkan plastik irisan batang pisang dan tenggelamkan
30
31
Untuk merangsang pertumbuhan anakan semprotkan POC yang mengandung hara N dan P saat tanaman berumur 0-56 hari dengan interval seminggu sekali. Dosis yang digunakan untuk tangki yang berkapasitas 14 liter adalah 1 liter POC N ditambah 20 cc POC P. Untuk merangsang pembungaan dan pembentukan biji yang bernas (berisi), semprot tanaman saat berumur 63 hari sampai biji padi terlihat menguning dengan interval seminggu sekali. Dosis yang digunakan adalah 40 cc POC P dicampur dengan 1 tangki (14 liter) POC K.
31
32
Masukkan ke karung
Masukkan karung ke ember berisi air dan gula. Proses penguraiannya selama 3 minggu
Siap digunakan .
32
33
33
34
j. A2 a. b. c. d. f. g. h. a. b. c. d.
A3
Daun jambu kelutuk/biji Biji mimba dan mindi Biji menje / bahan kluwak Biji jambe Cabai Jengkol Buah maja Biji sirsak Umbi gadung Akar tuba/jenu Bawang putih Empon-empon, laos dan kunir. Air kencing / urine Abu atau kapur dolomit
Fungisida / pengendali jamur. Ulat dan serangga Ulat dan serangga Ulat dan serangga Ulat dan serangga Tikus, ulat dan serangga Ulat dan seranggga Ulat dan serangga Ulat dan serangga Ulat dan serangga Serangga dan penggendali jamur Uret, nematoda / cacing merugikan, pengendali jamur Campuran semua bahan Campuran semua bahan terutama fungisida / pengendali jamur
B C
34
35
Penggunaan
Perbandingan Pembuatan 1:1:1 Perbandingan Penggunaan Antara Cairan Racun dan Air 1:15
No
Bahan
2 3
Salah satu Bahan A (bisa A1/A2/A3) +B+C Salah satu Bahan A (bisa A1/A2/A3) +B Kombinasi bahan A (A1+A2+A3)+B+C
1:1 1:1:1
1:15 1:20
Dari semua bahan yang disebutkan di atas, dalam pembuatan campuran maupun penggunaan untuk mengatasi hama dan penyakit harus disesuaikan dengan kebutuhan. Seandainya kombinasi nomer 1 atau 2 hama dan penyakit teratasi maka kombinasi nomer 3 tidak perlu digunakan. Gunakan pengendali hama ini sebagai pencegahan, karena akan lebih efektif dibanding harus mengatasi ketika sudah terjadi serangan yang parah.
35
36
36
37
37
38
g. Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman
38
39
Saring .
Siap digunakan .
39
40
40