You are on page 1of 7

Apakah Kebenaran? Tentangkebenaran ini, Plato pernah berkata: Apakah kebenaran itu?

lalu pada waktuyang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; Kebenaran ituadalah kenyataan, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yangseharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentukketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaranyang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawandari keburukan (ketidakbenaran) (Syafii, 1995). Dalamteori keilmuan (ilmiah) kebenaran tidak bersifat mutlak ataupun langgeng,melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakanpendekatan (Wilardo, 1985:238-239). Selarasdengan Poedjawiyatna (1987:16) yang mengatakan bahwa persesuaian antarapengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan ituharus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalahpengetahuan obyektif. Meskipundemikian, apa yang dewasa ini kita yakini sebagai suatu kebenaran mungkin suatusaat akan hanya merupakan pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebihsejati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaanmanusia yang transenden, dengan kata lain, pencarian kebenaran suatu ilmubertalian erat dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari siniterdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti darikebenaran itu terdapat diluar jangkauanmanusia. 5) Teori Kebenaran Dalam Perspektif FilsafatIlmu

Ujiankebenaran yang di dasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luasoleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepadarealita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaianantara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untukmelukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan ataupemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237). Jadi,secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatupernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(Suriasumantri, 1990:57). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan matahariterbit dari timur maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebutbersifat faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit daritimur dan tenggelam di ufuk barat.

Menurutteori korespondensi, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubunganlangsung terhadap kebenaran atau kekeliruan. Jika sesuatu pertimbangan sesuaidengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka pertimbangan itusalah(Jujun, 1990:237). b) Teori Koherensi atau Konsistensi

Dalammenguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-metode yang akanberfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut inibeberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu: a) Teori Korespondensi

Teorikebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteriakoheren atau konsistensi. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawakepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggapbenar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten denganpernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinyapertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten denganpertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurutlogika. Suatukebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau kensistensi antarapernyataan dan realitas saja, akan tetapi juga karena adanya pernyataan yangkonsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisidilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsistenserta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.

Teorikebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwapernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadapfakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika adakesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatuproposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila terdapat suatu faktayang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan denganteori-teori empiris pengetahuan.

Misalnya,bila kita menganggap bahwa maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allahadalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa mencuri adalahperbuatan maksiat, maka mencuru dilarang oleh Allah adalah benar pula, sebabpernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Kelompokidealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel, Bradley danRoyce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia; dengan begitu makatiap-tiap pertimbangan yang benar dantiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengankeseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus,1987:239) TeoriPragmatik Teoripragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahyang terbit pada tahun 1878 yangberjudul How to Make Ideals Clear. Teori inikemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalahberkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan denganfilsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James(1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I.Lewis (Jujun, 1990:57) Teorikebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasioleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknyasuatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi dalil atau teori tersebutbagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teoriini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itudapat memecahkan segala aspek permasalahan Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurutteori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku ataumemuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) danyang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis,batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability)dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teoriini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak. FrancisBacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencarikeuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmupengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengankata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal

ini membawajiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencarimanfaat sebesar mungkin bagi manusia. d) Teori Performatif

Teoriini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegangotoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim diIndonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkansebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan olehpemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangandengan bukti-bukti empiris. Dalamfase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama,pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapatmembawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakatyang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis danrasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikutikebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masihsangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Merekatidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakanrasio untuk mencari kebenaran. e) Teori Konsensus

Suatuteori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atauperspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukungparadigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karenaadanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilaibersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipuntidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama Paradigmajuga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsisebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanyaperdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigmadalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapatmenjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas.

Teori adalah seperangkat pernyataanpernyataan yang secara sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kaitmengait yang menghadirkan suatu tinjauan sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di samping itu, ada yang menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan (statement), definisi, baik itu definisi teoretis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoretis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori di dalamnya harus terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di antara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi. Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal, yang menyatakan bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan. Kedua, yaitu kriteria pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat dikatakan sebagai teori apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir, konsep-konsep, variabel, proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi. Daftar Pustaka

pulayang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupapenghayatan lahiriah, jasmaniah, indera, ada yang berupa ide-ide yang merupkanpemahaman potensi subjek (mental, rasio, intelektual). Bahwasubstansi kebenaran adalah di dalam intaraksi kepribadian manusia dengan alamsemesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yangmenjangkaunya. Semua teori kebenarn itu ada dan dipraktekkan manusia di dalamkehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupanmanusia.

DaftarPustaka JujunS. Sumiasumantri (ed), Ilmu dalam Prespektif, Jakarta: Gramedia, cet. 6, 1985. I.R.Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke IImu dan Filsafat, Jakarta:Bina Aksara.1987. SumantriSurya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka SinarHarapan www.filsafat-ilmu.blogspot.com www.kabarindonesia.com

Alimandan (Peny.). (1985). Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda: 110, 15 39, 43 74. Judul Asli: Sociology: A Multiple Paradigm Science. George Ritzer. (1980). Boston: Allyn and Bacon. Cambell, Tom. (1981). Seren Theories of Human Society. Oxford, New York: University Press.

9). Dimulai dari pengertian akan ilmu pengetahuan. Ilmu ialah suatu bidang studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metode ilmiah (Marzoeki, 2000). Sedangkan pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui, hal yang diketahui bisa apa saja tanpa syarat dan bisa diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah (Marzoeki, 2000). Maka itu, jika pengetahuan saja, belum tentu merupakan suatu ilmu. Suatu ilmu pengetahuan harus berdasar pada kaidah ilmiah dan menjadi dirinya sendiri (Keraf & Dua, 2001). Suatu ilmu pengetahuan juga dituntut untuk bebas nilai. Maksud bebas nilai adalah suatu tuntutan yang ditujukan kepada ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai di luar ilmu pengetahuan (Keraf & Dua, 2001). Tuntutan dasarnya adalah agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan dan tidak boleh dikembangkan berdasarkan pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan harus murni dikembangkan berdasarkan pertimbangan ilmiah.

KESIMPULAN Bahwa kebenaran itu sangatditentukan oleh potensi subyek serta tingkatan validitasnya. Kebenaranditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam penghayatan atassesuatu itu. Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension)subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyekitu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum. Bahwakebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada

Nilai lain di luar nilai ilmu pengetahuan itu sendiri seperti nilai budaya, moral, agama, politik, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan tidak baleh berpihak atau terpengaruh oleh salah satu nilai tersebut. Hal itu agar ilmu pengetahuan dapat berlaku di mana pun juga bagi semua orang. Juga supaya ilmu pengetahuan mengandung kebenaran yang utuh. Dalam artikel Menggugat Diktum Bebas Nilai dalam Sains (2007), juga menyatakan bahwa ilmu pengetahuan memiliki sifat yang netral dan universal. Ilmu pengetahuan yang bebas nilai juga bertujuan agar ilmu pengetahuan dapat mencapai kebenaran ilmiah yang objektif dan rasional (Keraf & Dua, 2001). Tidak dibenarkan bila suatu ilmu pengetahuan hanya berlaku bagi kepentingan suatu pihak tertentu. Jika demikian maka ilmu pengetahuan tidaklah bersifat universal. Maka suatu ilmu pengetahuan yang bebas nilai amatlah penting. Hal itu untuk mencapai tujuan akhir diciptakannya ilmu pengetahuan. Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan ini ialah untuk mencari dan memberi penjelasan tentang fenomena dalam alam semesta ini, serta memberi pemahaman kepada manusia tentang berbagai masalah clan fenomena dalam hidup (Keraf & Dua, 2001). Kesimpulan Banyak masalah yang sering terjadi dalam ilmu pengetahuan. Terutama berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan yang tidak bebas nilai. Ilmu tersebut terpengaruh pada nilai lain seperti budaya, agama, moral, politik, atau lainnya. Seringkali para ilmuwan dalam rnenciptakan suatu ilmu terpengaruh nilai-nilai lain tersebut, sehingga ilmu yang tercipta hanya berpihak pada pihak tertentu clan ticlak berlaku universal. Maka dari itu, menurut saya, sangatlah penting suatu ilmu yang bebas nilai. Ilmu pengetahuan harus terbebas akan nilai lain di luar nilai ilmu pengetahuan itu sendiri. Selain itu ilmu pengetahuan juga harus berdasarkan pada kaidah ilmiah yang mengandung kebenaran utuh. Sehingga ilmu pengetahuan dapat bersifat universal, terjamin kebenarannya, clan dapat mencapai tujuannya. Adapun tujuan dari ilmu pengetahuan ialah untuk mencari clan memberi pemahaman kepada manusia mengenai berbagai masalah dan fenomena dalam hidup (Keraf & Dua, 20 Daftar Pustaka Keraf, A. S. & Dua, M. (2001). Ilmu Pengetahuan. Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius. Marzoeki, D. (2000). Budaya Ilmiah dan Filsafat Ilmu. Jakarta: Grasindo.

Marzoeki, D. (2007). Menggugat Diktum Bebas Nilai dalam Sains. UGM. Posmodernisme Posmodernisme. Aliran macam apa lagi ini? Istilah posmodernisme pertama kali digunakan sejak tahun1917 oleh seorang filsuf Jerman, Rudoplh Pantwitz. Panwitz menggunakan istilah ini setelah mengamati adanya gejala nihilisme2 kebudayaan Barat Modern. Secara kritis Panwitz melihat adanya kecurigaan mendasar dari para dedengkot penganut aliran kecurigaan yang lekat pada sosok Nietzsche, Rousseau dan Schopenhauer. Mereka menganggap modernisme sebagai wacana dominan ketika itu sebagai isme yang tidak lagi layak jual dalam menghadapi gejolak dunia yang sudah sedemikian kompleks. Posmodernisme, dengan demikian, merupakan wacana pemikiran baru yang mengconterdiscourse wacana modernisme. Kritik posmodernisme terhadap modernisme seringkali disandarkan pada kecongkakan klaim modernime tentang adanya kebenaran mutlak sebagai subjek yang sadar, rasional dan otonom. Klaim ini merujuk pada sekian asumsi yang menyatakan bahwa kodrat manusia sebagai makhluk berakal yang memiliki sikap objektif dan rasional terhadap eksistensi ilmu pengetahuan yang mencerahkan. Kesadaran modernisme adalah kesadaran dogmatisme ilmu yang menjadi landasan absolut semua pemikiran. Kesadaran akan adanya Ruh Absolut (Hegel), adanya Causa Prima sebagai sebab utama yang unmoved mover (Aristoteles) dan diktum Cartesian cogito ergo sum yang menganggap manusia sebagai subyek otonom yang mangatasi dunia pengetahuan manusia dalam mencapai kebenaran universal epistemologi (Descartes). Konsep kesadaran modernisme di atas dianggap tidak memadai oleh posmodernisme.

Penolakan posmodernisme terhadap klaim-klaim tersebut karena menyadari tidak ada lagi kapabilitas subjek untuk mengenal realitas sejati, baik realitas di dalam dirinya atau di luar dirinya oleh karena adanya rezim signifier yang sangat kompleks. Realitas sejati hanya konsep kosong yang tidak mampu mengatasi kompleksitas permainan tanda yang tumpang-tindih dengan hanya mengandalkan hirarki ruh absolut yang tunggal. Sudah saatnya memainkan paralogi3 di saat manusia berahadapan dengan logika yang tidak linier (Lyotard). Mental kebenaran universal hanya akan menciptakan oposisi-oposisi biner baru yang justeru menghancurkan yang lain dari kearifan yang dimilikinya, maka harus ada upaya dekontruksi kebenaran (Derrida). Modernisme terlalu congkak dalam memahami otonomi manusia sebagi subjek berpikir yang melegitimasi epistemologi sebagai suatu yang netral, bersih, suci dari najis hasrat untuk berkuasa (Nietzsche dan Faucoult). Sikap-sikap kritis terhadap modernisme tersebut nantinya akan berkembang menjadi satu mainstream yang kemudian dikenal dengan nama posmodernisme. Posmodernime sendiri memecah dirinya dalam tiga jalur wacana yang sedikit banyak dibahas Scott Lash dalam Sosiologi Posmodern. Di antaranya: (1) wacana kritis terhadap estetika modernisme; (2) wacana kritis terhadap arsitektur modern; dan (3) wacana kritis terhadap filsafat modern.

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (QS: Ar Rahman: 37) Sejak dahulu kala, manusia dari masa ke masa selalu mempertanyakan proses penciptaan alam semesta. Berawal dari pertanyaan sederhana itu, kemudian tercipta beragam teori tentang penciptaan alam semesta. Di antara beragam teori itu, yang paling dikenal adalah teori Materialisme dan Teori Ledakan Besar (Big Bang Theory). Materialisme merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Yunani Kuno. Materialisme adalah aliran yang memandang bahwa segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Menurut teori ini, alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak terbatas. Menurut penganut paham materialisme, alam tidak memiliki awal maupun akhir. Teori ini juga menyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah peristiwa kebetulan atau ketidaksengajaan dan bukan merupakan hasil dari sebuah rancangan atau visi yang disengaja. Teori ini diagung-agungkan para materialis di abad ke-19, termasuk Ludwig Freuerbach (1804-1872). Menurut pendapatnya, hanya alamlah yang ada, manusia juga termasuk alam. Dia menganggap bahwa jiwa ada setelah materi, jadi psikis manusia merupakan salah satu gejala dari materi yang ada. Kaum materialis juga mengingkari adanya the ultimate nature of reality (realitas tertinggi atau Yang Mutlak). Mereka menganggap bahwa doktrin alam semesta yang digambarkan oleh sains merupakan materialisme sederhana. Kaum materialis menyatakan bahwa para filosof tidak dapat menambah, dalam arti memperbaiki pengertian materi yang bersifat deskriptif yang diberikan para ilmuwan pada masa hidupnya. Paham materialisme ini memiliki beberapa aliran, yakni; materialisme lama, materialisme modern, serta materialisme dialektis/historis. Teori materialisme yang sempat diagungagungkan para filsuf dan ilmuwan Barat dipatahkan oleh Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Seiring ditemukannya fakta tentang terjadinya Ledakan Besar oleh seorang Ahli Astronomi Amerika bernama Edwin Hubble pada 1929, kebenaran Teori Ledakan Besar pun semakin kokoh. Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya

awal atau permulaan pada alam semesta yang disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam semesta itu memiliki permulaan, maka tentu saja ada yang menciptakannya yakni Tuhan, Sang Pencipta semesta alam. Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1948 seorang peneliti bernama George Gamov berpendapat, seharusnya ada sisa-sisa radiasi dari hasil big bang. Tak lama setelah itu, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sisa radiasi dari Ledakan Besar berupa radiasi latar belakang kosmik. Radiasi ini tidak seperti apapun yang berasal dari seluruh alam semesta, karena luar biasa seragam. Radiasi ini tidak dibatasi dan tersebar merata di seluruh jagad raya. Ternyata radiasi ini merupakan gema dentuman besar. Berkat penemuan itu baik Arno Penzias dan Robert Wilson dihadiahi Nobel untuk penemuan besar mereka. Pada tahun 1989, National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan sebuah satelit yang dilengkapi dengan instrumen sensitif Cosmic Background Emission Explorer (COBE) ke luar angkasa guna mendeteksi radiasi latar belakang kosmik yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson. Hanya dalam hitungan menit, (COBE) mampu menemukan radiasi latar belakang kosmik. Sejumlah bukti lainnya yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar adalah terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di seluruh jagat raya. Jika alam semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini diakibatkan perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium. Ini bukti yang ditemukan dari penelitian yang panjang. Akhirnya para ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam semesta lahir dari sebuah ladakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya. Belasan abad sebelum para ahli menemukan sejumlah teori penciptaan alam semesta, Alquran, sebagai firman Allah SWT, yang diajarkan Nabi Muhammad SAW telah mengungkap dan menyibak rahasia penciptaan alam semesta. Alquran telah menjelaskan bagaimana alam semesta bumi dan langit diciptakan bagi umat manusia. Dalam Alquran surat Shaad ayat 27, Allah SWT berfirman, Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orangorang kafir, maka celakalah orang-orang itu karena mereka akan masuk neraka.

Aliran materialisme sangat bertentangan dengan ajaran Alquran. Sebab, aliran tersebut menyatakan bahawa alam semesta ada tanpa direncanakan dengan visi tertentu. Dalam surat Ali Imran ayat 191, Sang Khalik berfirman, (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Alquran menggambarkan penciptaan alam semesta digambarkan dalam enam masa. Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakanNya pula matahari, bulan, dan bintangbintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahsuci Allah Tuhan semesta alam. Lalu siapa lagi jika bukan Allah yang mampu menciptakan Ledakan Besar yang indah. Pasalnya hasil Ledakan Besar itu kini tersusun rapi menjadi materi seperti planet, bintang, galaxi, kluster, dan superkluster di jagad raya. Ledakan tersebut tidak seperti ledakan bom yang hasilnya hancur berantakan. Maka Allah menciptakan alam semesta ini tentunya agar diambil hikmahnya bagi manusia. Ayat-ayat Penciptaan Alam Semesta Ratusan ayat dalam Alquran menjelaskan penciptaan bumi dan langit. Berikut beberapa ayat tentang penciptaan alam semesta itu: * (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS: Ali Imran: 191) * Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS: Ali Imran: 190). * Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS: Al Anaa,:11) * Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: Jadilah, lalu terjadilah, dan di

tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (SURAT AL ANAAM (Binatang ternak) ayat 73) * Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (SURAT AL ANAAM (Binatang ternak) ayat 101) * Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy {548}. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS: Al Araaf: 54) * Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi (QS At Taubah: 36) * Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?. (QS: AL Anbiyaa: 30) dya/taq

You might also like