You are on page 1of 6

GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT

Praktik Pencemaran Limbah Cair Perusahaan Yang Merugikan Penduduk Sekitar (Natural Environment)

Disusun Oleh:

Yohan Suryanto Pramono (10 / 310533 / PEK / 15410)

MAGISTER BISNIS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

A. Latar Belakang Sumberdaya alam (darat dan laut) merupakan aset yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu masyarakat baik dari aspek ekonomi, sosial, hukum dan politik. Sumberdaya alam terdiri dari sumber alam yang bisa diperbarui seperti hutan, perikanan, dan lainlain, dan sumber alam yang tidak bisa diperbarui seperti minyak, batu bara, gas alam, dan lain-lain. Dari sudut pemakaian sumberdaya alam yang tidak bisa diperbarui harus dikelola dan dipakai secara bijaksana. Oleh sebab itu dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 UUD 1945, yang berbunyi, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hubungan timbal-balik antara manusia dan lingkungannya berkaitan erat dengan proses perkembangan suatu wilayah dimana segala sesuatu yang dilakukan kepada lingkungannya akan berpengaruh balik terhadap ekologi yang ada di sekitarnya yang bisa berarti positif dan negatif tergantung dari bagaimana pengelolaan yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekologi. Manusia mempunyai tanggung jawab dan pengaruh yang besar terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Sejalan dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA), penting untuk bisa mengembangkan gaya dan pola hidup yang serasi dengan kemampuan daya dukung alam. Untuk itu pelaku usaha yang sudah mengambil SDA secara gratis maka sebagian hasil sisa produk tersebut harus dikembalikan ke alam dengan pengelolaan dan pengolahan yang benar pula khususnya terkait sisa produksi yang berwujud limbah cair. Salah satu perusahaan yang menangani pengelolaan limbah cair adalah PT Dong Woo Environmental Indonesia yang berdomisili di Kawasan Jababeka, Cikarang, Barat Bekasi. Perusahan tersebut bergerak di bidang jasa daur ulang limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) menjadi produk dan selaku pemengang ijin pengelolaan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia. B. Rumusan Masalah Dalam praktik pencemaran limbah cair perusahaan ini, penulis memaparkan beberapa hal, yaitu:

1. Hubungan timbal balik antara ekosistem dan lingkungan bisnis. 2. Dampak yang diakibatkan apabila tidak dipenuhinya peraturan lingkungan hidup dan
pengelolaan limbah cair perusahaan. Pada karya tulis ini, penulis mengambil contoh praktik penanganan limbah cair perusahaan yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia. C. Dasar Teori Lingkungan hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan

manusia yang berlebihan. Sedangkan lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia. Sedangkan ekologi adalah pengetahuan yang menguraikan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati di sekitarnya. Komponen penyusunnya adalah suhu, air, kelembapan, cahaya, topografi dan makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Sehingga sebagai satu rumah tempat tinggal makhluk hidup, alam dan lingkungan memiliki tatanan, keteraturan dan hukum-hukum yang memelihara keseimbangan dan keharmonisannya. Maka apabila keseimbangan dan keharmonisan tatanan itu terganggu melalui kerusakan atau pencemaran, maka manusia dan makhluk hidup lainnya akan terancam. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dengan memperhatikan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.

D. Praktek Ilegal Perusahaan dan Konsekuensinya


Pada tanggal 11 Juni 2006, sebanyak 144 orang warga Kampung Kramat RT 003/03, Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Bekasi yang terdiri dari anak-anak dibawah usia lima tahun hingga orang dewasa dilarikan ke RS Medika Cikarang, RS Medirosa akibat menderita keracunan dan gangguan infeksi saluran pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing, serta muntah muntah akibat dari pembuangan limbah B3 ( Bahan Berhaya Beracun ). Limbah B3 tersebut diduga dari perusahaan pengolah limbah B3 PT Dong Woo Environmental Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 12 Juni 2006, Kepolisian Resort Kabupaten Bekasi yang bekerjasama dengan Tim Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Bekasi. melakukan penyelidikan atas peristiwa keracunan yang dialami oleh warga tersebut untuk mencari tahu

penyebab terjadinya keracunan dan pelakunya. Sehingga pada tanggal 13 Juni 2006 Tim KLH telah berhasil mengumpulkan data teknis di lapangan dan di perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia, dimana terdapat 9 (sembilan) titik tempat pembuangan limbah B3 di atas lahan seluas 1,5 Hektar milik PT Dong Woo Environmental Indonesia, serta secara visual ditemukan dengan jelas timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya pada areal lahan kosong yang menyebabkan kualitas tanah berubah ( tekstur tanah mengeras, menghitam, berbau ) dan air di lokasi tersebut berwarna hitam dan berbau. Berdasarkan penyelidikan tersebut, maka pada tanggal 23 Juni 2007 polisi telah menetapkan PT Dong Woo Environmental Indonesia sebagai tersangka kasus pembuangan cairan limbah B3 yang dijerat dengan pelanggaran Undang Undang Lingkungan Hidup. Kemudian pada tanggal 23 Maret 2008 kasus pencemaran lingkungan oleh PT Dong Woo tersebut mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Bekasi. Proses persidangan kasus pencemaran lingkungan tersebut telah berlangsung sebanyak 27 kali. Selanjuntnya pada tanggal 16 Desember 2008 Pengadilan Negeri Bekasi telah menvonis 6 orang pihak perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia lantaran terlibat dalam pembuangan limbah di sekitar perusahaan atau ke lokasi warga sekitar.

E. Identifikasi Akibat Praktek Ilegal Perusahaan


Usaha yang dilakukan oleh PT Dongwoo tersebut sebenarnya sangat positif karena mengolah sampah B3 dari logam berat, organik dan eletronik, yang diperoleh dari berbagai industri Jabotabek dan dari luar Jabotabek. Namun perlu ada upaya pengelolaan limbah yang tersisa secara baik dan tidak mencemari lingkungan, yang saat ini belum dilakukan oleh PT Dongwoo sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dampak yang ditimbulkan akibat percemaran lingkungan tersebut adalah antara lain : 1. Dampak Lingkungan Terdapat 9 titik pembuangan limbah B3 di lahan 1,5 Hektar yang menyebabkan kualitas tanah berubah (tekstur mengeras, menghitam, berbau) dan air berwarna hitam dan berbau.

2. Dampak Kesehatan Dan Sosial


Ditemukan korban sebanyak 144 warga yang dirawat inap dan rawat jalan di RS. Medika, RS. Medirosa, dengan gejala sakit mual, pusing dan bahkan ada yang pingsan. Kerugian yang ditimbulkan dari peristiwa terjadinya pencemaran lingkugan adalah sebagai berikut : 1. Kerugian Materil Kerugian atas kerusakan tanah milik warga yang tidak lagi dapat digunakan oleh warga masyarakat dan biaya pengobatan rumah sakit harus ditanggung sendiri oleh warga. 2. Kerugian Immateril Menurut Hasil Visum Et Repertum RS. Medika Cikarang korban mengalami nyeri ulu hati, gangguan pernafasan atas dan gangguan pencernaan.

Pelanggaran Perusahaan terhadap UU Lingkungan terdiri dari:

1. Pelanggaran UU Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 76 yang berakibat dikenai sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha.

2. Pelanggaran UU Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 82 yang berakibat pemaksaan terhadap


penanggung jawab usaha untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup.

3. Pelanggaran UU Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 146 ayat 1 yang berakibat
dapat dibubarkannya Perseroan atas permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau melakukan perbuatan melanggar peraturan UU.

4. Pelanggaran UU Nomor 32 tahun 2009 Pasal 87 ayat (1) yang berakibat penanggung jawab
usaha wajib membayar ganti rugi atas tindakannya.

5. Pelanggaran UU Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 yang menetapkan


sanksi maksimum dan hal terebut tercantum dalam Pasal 98 ayat (1) sehingga akibat tindakan perusakan lingkungan hidup, pihak perusahaan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000, dan ayat (2) sehingga akibat tindakan yang mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit Rp. 4.000.000.000 dan paling banyak Rp. 12.000.000.000. 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan telah melakukan penyimpangan ketentuan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan dengan melakukan tindalan pencemaran lingkungan. 7. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dalam PP No 27 tahun 1999. Perusahaan belum melaksanakan peraturan AMDAL sebagaimana mestinya. Dominasi terhadap alam terkait dengan dominasi sesama manusia ini terjadi karena manusia dan alam dilihat sebagai komoditas dan nilai tukar semata sehingga dehumanisasi menjadi tak terhindarkan dan begitu pula eksploitasi terhadap alam. F. Kesimpulan Segala bahan buangan yang beracun perlu pengolahan dari Lingkungan Indutri tersebut wajib memproses bahan-bahan buangan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan, dan perairan tempat pembuangan harus mempunyai kondisi oseanografi yang memadai sehingga dampak buruk terhadap lingkungan dapat dibatasi. Perlunya ketegasan pemerintah dalam menangani kasus pencemaran lingkungan hidup dalam memberikan sanksi pidana agar memberikan efek jera kepada PT Dongwoo. Selain pemerintah, peran kelembagaan legislatif, masyarakat/LSM, serta dunia usaha adalah penting dan harus terlibat dalam pengelolaan,

utamanya pada tataran perencanaan dan monitoring atau evaluasi. Dengan demikian akan tercipta suatu pengelolaan terpadu yang melibatkan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang menuju ke arah pembangunan berkelanjutan sehingga hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem dapat dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang. Daftar Pustaka Amalamien, Penelitian Ilmiah Berbasis Pengetahuan Lokal, 2008. Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta, 1993. Hans J. Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. Herbert Marcuse, One Dimensional Man: Studies in Ideology of Advanced Industrial Society, Routledge, New York, 2002. Lester R, Brown, Tantangan Masalah Lingkungan Hidup Bagaimana Membangun Masyarakat Manusia Berdasarkan Kesinambungan Lingkungan Hidup yang Sehat, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.

www.menlh.go.id

You might also like