You are on page 1of 98

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) adalah salah satu mata diklat Adaptif pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok Teknologi dan Industri, yang memuat pokok bahasan tentang dasar-dasar mekanika, komponen mesin, pengolahan material dan mesin-mesin konversi energi. Dalam deskripsi pemelajaran Mata Diklat PDTM ini terdiri dari 15 Kompetensi dan 35 Sub Kompetensi dengan mengalokasikan waktu 240 jam @ 45 menit untuk disampaikan kepada siswa Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif dari kelas I sampai dengan kelas III di SMK Negeri 3 Semarang yang memuat 3 materi pokok pemelajaran. Ketiga materi pokok tersebut adalah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Sikap yang diharapkan pada peserta didik adalah teliti, paham dan cermat dalam setiap kompetensi. Sedangkan pengetahuan dan ketrampilan menuntut adanya pengertian, pemahaman dan terampil menerapkan berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Untuk melaksanakan setiap unit kompetensi, disebutkan dalam deskripsi tersebut, haruslah didukung dengan adanya : 1. SOP yang berlaku di perusahaan dan dijalani; 2. Perkakas tangan atau perkakas tangan bertenaga dan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan;

3. Hasil

pekerjaan

yang

mengacu

pada

spesifikasi

perusahaan yang relevan dengan produk; 4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus dipatuhi. SMK Negeri 3 Semarang yang membuka Program

KeahlianTeknik Mekanik Otomotif pada tahun ajaran 2004/2005 sampai dengan sekarang memiliki siswa Kelas I TMO1 = 38, I TMO2 = 38, II TMO1 = 38, II TMO2 = 36, II TMO3 = 35 , III TMO1 = 29, III TMO2 = 31, dan III TMO3 = 28 siswa, dengan guru berpendidikan Strata satu (S1) bidang keahlian Otomotif = 9 orang, bidang keahlian Teknik Mesin Perkakas = 1 orang dan bidang keahlian Teknik Listrik = 1 orang. Diantara 11 orang guru tersebut yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru 4 orang dan selebihnya masih berstatus kontrak dan honor. Demikian pula sarana prakteknya masih sangat kurang dan belum memadai untuk mencapai kompetensi dan sub kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian maka proses belajar mengajar yang selama ini hanyalah dilakukan dengan cara konvensional khususnya mata diklat PDTM yaitu menyandarkan pada hapalan, informasi yang diberikan tergantung kemampuan guru dan terfokus pada disiplin tertentu. Sehingga terjadilah tumpukan informasi kepada siswa dan pada penilaian hasil belajar akhir tahun ajaran 2005/2006 diperoleh gambaran seperti tersebut pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Hasil belajar PDTM Tahun Ajaran 2005/2006 Kelas Perolehan Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata kelas Ketuntasan belajar per kelas (%) Ketuntasan belajar per tingkat (%) I TMO1 45 80 59,8 69 I TMO2 45 85 55,9 48,7 64,86 I TMO3 50 85 62,1 76,9 II TMO1 60 90 76,2 95 II TMO2 50 85 64,2 85,3 91,2 II TMO3 50 75 66,5 93,3

Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut, nyatalah bahwa Kelas I TMO2 merupakan kelas yang paling rendah ketuntasan belajarnya dengan perolehan nilai terendah 45, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata kelas 55,9 serta ketuntasan belajar 48,7 %. Pada

waktu musyawarah Jurusan Otomotif telah ditetapkan bahwa komposisi siswa ditingkat selanjutnya perlu diadakan penyebaran siswa berdasarkan kapasitas ruang belajar dan peringkat nilai hasil belajar. Pada tahun ajaran 2006/2007 ini siswa kelas III seluruhnya melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2006. Sehingga dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti mengambil subjek penelitian pada Kelas II TMO2, karena siswa kelas tersebut merupakan refleksi tengah, bukan yang terbaik dan juga bukan kelompok yang teburuk. Sedangkan kelas I tidak dipilih karena refleksi awal mata diklat PDTM belum tergambar.

Selama belajar dalam bulan Juli sampai dengan September, telah dua kali diadakan penilaian pada dua sub kompetensi dimana kelas II TMO2 diperoleh gambaran bahwa nilai terendah 45, nilai tertinggi 75, nilai rata-rata kelas 62 dan ketuntasan belajar 65 %. Sebagai informasi, dalam proses pemelajaran selama satu kali pertemuan yaitu 2 jam @ 45 menit, situasi kelas biasanya kelihatan tenang, siswa tekun memperhatikan dan hanya sekitar 2 atau 3 siswa yang sering mengajukan pertanyaan, itupun hanya meminta penjelasan ulang informasi, tidak ada satupun diantara mereka yang mengajukan pertanyaan dengan kata : bagaimana dan mengapa. Apabila diajukan pertanyaan kepada mereka, sebagian besar menjawab tidak tahu dan nggak mudeng (Ind : tidak jelas). Apabila diberikan tugas Pekerjaan Rumah dan tugas mandiri cenderung dikerjakan dengan cara berkelompok sehingga hasil belajarnya rata-rata semua sama. Kemungkinan lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah kurangnya bahan bacaan yang mendukung mata diklat PDTM. Perpustakaan SMKN 3 Semarang memiliki koleksi sebanyak 1192 judul buku dan hanya 64 judul buku kelompok teknik mesin/otomotif. Dilain pihak, siswa masuk ke Perpustakaan hanya apabila diberi tugas oleh guru, sehingga apabila tidak menemukan informasi yang ditugaskan tersebut maka siswa menjadi kecewa dan menimbulkan rasa malas masuk ke Perpustakaan.

Kebiasaan siswa tenang dan tekun dalam mengikuti pemelajaran adalah suatu kondisi yang positip yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar siswa dapat dimotivasi untuk suka bertanya, suka berinisiatif, suka bekerja kelompok dan pada akhirnya mereka akan menunjukkan kemampuannya dalam

memahami serta menerapkan materi pemelajaran dengan baik. Berkaitan dengan latar belakang tersebut diatas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan topik Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin Siswa Teknik Mekanik Otomotif SMKN 3 Semarang Melalui Pendekatan Kontekstual

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di bagian latar belakang tersebut diatas sebagai refleksi awal, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: 1. hanya sedikit siswa SMKN 3 Semarang yang berani mengajukan pertanyaan; 2. pertanyaan siswa hanya bersifat meminta penjelasan ulang; 3. kurangnya bahan bacaan/literatur yang dapat membantu siswa dalam menggali informasi; 4. dalam penyampaian materi, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tanpa menggunakan media dunia nyata yang dapat membangkitkan daya pikir siswa

kritis, kreatif dan terampil dalam memecahkan suatu masalah untuk memperoleh konsep atau pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan suatu rumusan masalah dalam PTK ini sebagai berikut : 1. Apakah pemelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pemelajaran PDTM siswa SMKN 3 Semarang? 2. Apakah pemelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan Semarang? hasil belajar PDTM siswa SMKN 3

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar PDTM siswa SMKN 3 Semarang melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya pemelajaran PDTM di Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Teknologi dan Industri. 1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman di dalam mempelajari PDTM melalui kebermaknaan dengan

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2. Bagi guru PDTM SMKN 3 Semarang, selain memberi pengalaman dan pembaharuan di dalam melaksanakan pemelajaran juga merupakan sumbangan pemikiran bagi rekan-rekan guru sejawat agar PTK ini dapat dikembangkan untuk mata diklat yang lain. 3. Bagi sekolah SMKN 3 Semarang, hasil ini dapat dijadikan bahan kajian, perbandingan dan perencanaan dalam

mewujudkan peningkatan kualitas proses dan hasil belajar untuk semua mata diklat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) edisi 2004 menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan pada SMK dalam pelaksanaannya yaitu melalui pendekatan, kecakapan hidup (Life Skill), berbasis kompetensi (Competency-based Curriculum), berbasis luas (Broad-based curriculum), dan berbasis produksi (Production-based) yang selanjutnya menuju kepada ketuntasan belajar (Mastery Learning). PDTM adalah salah satu mata diklat (pelajaran) yang tertera dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok Teknologi dan Industri edisi tahun 2004 yang diajarkan pada program keahlian Teknik Mesin baik Teknik Mesin Produksi ataupun Teknik Mesin Otomotif, yang dalam PTK ini ingin ditingkatkan hasil belajarnya. Menurut Sudjana (2002: 3), hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa dalam perubahan tingkah laku yang luas bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

mencakup

Menurut Mulyasa (2005: 14), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagian peserta didik kearah

penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.

Menurut Mulyasa (2005 : 95), sedikitnya terdapat lima pendekatan pemelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan

kontekstual, dan pendekatan tematik. Kompetensi menunjukkan suatu kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pemelajaran dan latihan. Hal ini merupakan suatu bentuk perbuatan yang meliputi berbagai aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan tahapan melakukan suatu keterampilan tersebut. Sehingga pemelajaran melalui pendekatan kompetensi haruslah merubah dari pemelajaran kelompok atau klasikal menuju pemelajaran individual,

mengkondisikan lingkungan belajar agar siswa dapat menguasai materi yang diajarkan (tuntas dalam belajar), dan memberikan waktu yang cukup kepada setiap individu karena ketidaksamaan kemampuan dan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian siswa dituntut aktif dalam pemelajaran untuk mendapatkan pengalaman belajar, atau dengan kata lain, pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan temannya sekelas, atau membuat sesuatu, akan jauh lebih menantang pengerahan energi dan pengarahan perhatian siswa daripada apabila mereka hanya harus mencernakan saja informasi yang diberikan secara searah (Hasibuan, 2006 : 10).

Jelaslah kompetensi (behavioral

kiranya,

pemelajaran

melalui

pendekatan

dapat diperoleh gambaran tentang perilaku hasil belajar outcomes) sebagai refleksi dari apa yang telah siswa pelajari.

Sebaliknya apabila nilai-nilai perilaku yang diperoleh tidak menggambarkan kriteria perbuatan berarti belum menunjukkan suatu pemelajaran melalui pendekatan kompetensi, sejalan dengan pendapat Burns (1972 : 89) yang menyatakan : Objectives describing a behaviour, but without additional criteria lead to performance-based education; education Nilai-nilai perilaku hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk menentukan kualitas atau derajat pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi yang ingin dicapai merupakan pernyataan tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik serta menggambarkan hasil belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap (Mulyasa, 2005: 97). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pemelajaran (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat CTL while behaviour objectives with performance criteria lead to competence-based

merupakan salah satu model pemelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengeffektifkan dan menyukseskan implementasi Kurikulum 2004.

10

US Department of Education Office of Vocational and Adult Education and National School to Work Office mendefinisikan CTL adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, dan masyarakat (http.www.contextual.org/19/10/2001). Menurut Mulyasa (2005 : 102), CTL merupakan konsep pemelajaran pemelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, didik mampu menghubungkan dan

sehingga para peserta

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan seharihari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya. Pemelajaran kontekstual mengamanatkan kepada guru untuk memberi kemudahan belajar terhadap siswa dengan cara menyediakan berbagai alat dan peralatan serta sumber belajar yang memadai. Tidak seperti dalam pemelajaran tradisional dimana peran guru hanya sebagai pemindah pengetahuan, seperti yang dikemukakan Wragg (1994: 4) yaitu: ...... teacher duties: traditional one of transmitter of knowledge, but also others such as consellor (advising pupils about careers, aspirations or

11

problems), social worker (dealing with family issues), assessor (marking childrens works, giving tests, writing reports), manager (looking after resources, organising groups, setting goals), even jailer (keeping in school reluctant attenders or checking up on possible truants, may also be deviants (misbehaving), jokers, collaborators, investigator, and servants Dengan demikian guru dalam menyampaikan materi pemelajaran dituntut tidak sekedar memberi informasi hapalan kondusif

melainkan juga harus mengatur lingkungan belajar yang

serta memliki strategi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Rokhman (2005: 1), pemelajaran yang dilaksanakan dengan strategi CTL memiliki karakteristik sebagai berikut. Pemelajaran dilaksanakan dalam konteks yang

otentik, artinya pemelajaran diarahkan agar siswa memiliki kompetensi dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pelaksanaan pemelajaran diupayakan dalam lingkungan yang alamiah

(learning in real life setting). Pemelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan (meaningful tugas-tugas yang bermakna

learning).

12

Pemelajaran pengalaman doing).

dilaksanakan

dengan

memberikan

bermakna kepadanya (learning by

Pemelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group).

Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami satu dengan yang lain secara mendalam merupakan

aspek penting untuk menciptakan pemelajaran yang menyenangkan (learning to know deeply). Pemelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, each other

produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to Pemelajaran menyenangkan work together). dengan cara yang

dilaksanakan

(learning as an enjoy activity).

Nurhadi (2002: 4), dalam bukunya Pendekatan Kontekstual, mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pemelajaran kontekstual sebagai berikut. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di menonton ke siswa aktif mengarahkan.

depan kelas, siswa

bekerja dan berkarya, guru

Pemelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.

13

Strategi belajar

lebih

dipentingkan

dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assesment) yang benar.

Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Ada tujuh prinsip dasar CTL yang dikemukakan Rokhman (2006: 2), yaitu: inquiry, questioning, constructivism, modelling, learning community, authentic assessment, dan reflection. Inquiry adalah kegiatan inti dari pemelajaran berbasis CTL. Inquiry diawali dengan pengamatan untuk memahami

konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Dengan

mengembangkan keterampilan berfikir kritis, siklus inquiry adalah sebagai berikut: Mengamati Bertanya Mengajukan dugaan sementara (hipotesis) Mengumpulkan data Menganalisis data Merumuskan teori

Questioning atau bertanya adalah salah satu strategi pemelajaran CTL. Bertanya dalam pemelajaran CTL dipandang guru untuk mendorong siswa mengetahui

sebagai kegiatan

14

sesuatu, mengarahkan membimbing, dan menilai Constructivism Pemelajaran yang

siswa untuk memperoleh informasi, kemampuan berpikir siswa. landasan filosofis CTL.

merupakan berciri

konstruktifisme

menekankan

terbangunnya pemahaman

sendiri secara aktif, kreatif, dan pengetahuan terdahulu dan dari

produktif dari pengalaman atau pengalaman belajar yang bermakna.

Modelling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan mendemonstrasikan gagasan yang kita pikirkan,

bagaimana kita menginginkan para siswa

untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. Learning community adalah kegiatan pemelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman

dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pemelajaran yang lebih baik adalah tujuan

pemelajaran yang menerapkan learning community. Authentic assessment adalah kegiatan yang mempunyai karakteristik: Mengukur baik proses maupun produk pemelajaran. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atas

pengalaman dalam konteks nyata.

15

Tugas-tugas yang diberikan harus kontekstual dan relevan. Penilaian bersifat objektif, jujur/terbuka. Kriteria penilaian lebih jelas bagi siswa. Penilaian dilakukan untuk menunjukkan kelebihan siswa untuk mendorong siswa agar dapat berbuat lebih baik lagi. Termasuk dalam penilaian otentik adalah refleksi dan self assessment. Reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang telah dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pemelajaran, dan

memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemelajaran CTL ini bisa berasal dari dalam (internal) diri siswa misalnya latar ekonomi, belakang

sosial, tingkat kecerdasan, dan ketenteraman Sedangkan faktor yang dari luar (eksternal)

didalam keluarga.

misalnya lingkungan disekitarnya termasuk didalamnya yaitu lingkungan sekolah. Sehingga Mulyasa (2005: 102), dalam pelaksanaan pemelajaran kontekstual hendaklah memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut. Pemelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa.

16

Pemelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagianbagian khusus.

Pemelajaran harus ditekankan pada pemahaman. Pemelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

Adanya refleksi terhadap strategi pemelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Pada kenyataannya, siswa memiliki potensi yang berbedabeda baik dalam kemampuannya mengidentifikasi, mengklarifikasi, mengamati, mengukur, menghitung, menghubungkan satu masalah dengan masalah lainnya, maupun menafsirkan, mendefinisikan, karyanya.

mengkomunikasikan

mengekspresikan

Pendekatan yang sesuai adalah pendekatan keterampilan proses yaitu yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas siswa dalam pemelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain

peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pemelajaran (Mulyasa, 2005 : 101). Kurikulum SMK disusun sedemikian rupa sehingga sangat erat sekali hubungannya dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI). Bahkan dalam pelaksanaannya SMK menerapkan

17

Pendidikan Sistim Ganda (Dualbased Program), khususnya untuk mata diklat produktif. Sebagian kompetensi dilaksanakan di sekolah dan sebagian lainnya dilaksanakan di DU/DI. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) merupakan partner kerja yang saling mengisi dan saling menguntungkan. Para siswa langsung mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri, melakukan sendiri sehingga menghasilkan motivasi belajar yang luar biasa dalam pemelajarannya. Belajar melalui cara seperti ini dikenal dengan melalui pendekatan lingkungan, yaitu suatu pendekatan pemelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar (Mulyasa, 2005 : 101). Pendekatan pendekatan tematik pemelajaran (thematic berikutnya Approach). adalah melalui ini

Pendekatan

mempererat hubungan antara dunia nyata dengan siswa. Fakta dengan fakta lainnya dihubung-hubungkan kemudian disatupadukan pada suatu persoalan dalam pemelajaran. Sehingga pendekatan tematik ini merupakan salah satu pendekatan pemelajaran yang digunakan dalam implementasi Kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal (TK dan RA), serta pada Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidayah (SD dan MI)(Mulyasa, 2005: 104). Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru atau secara kolektif tetapi dengan rasa kebersamaan dan koordinasi

18

yang baik dan semua bahan ajar menjadi tanggung jawabnya. Guru dituntut kreatif dalam memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik serta memiliki pemahaman yang luas tentang tema yang dipilihnya. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan siswa, agar pemelajarannya menjadi hidup, menarik dan tidak kaku. Perlu diketahui, setelah menentukan pilihan pendekatan

dalam pemelajaran guru harus memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran agar dicapai hasil belajar yang optimal dengan kata lain siswa memiliki kompetensi tertentu dan memahami materi pemelajaran tersebut. Diantara metode-metode pemelajaran tersebut adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi, simulasi, metode inquiri, metode penemuan, metode pemecahan masalah, metode karya wisata, dan metode penugasan. Metode ceramah adalah cara penyampaian materi

pemelajaran dengan komunikasi lisan. Ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan suara secara klasikal ditentukan oleh guru, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan guru sebagai otoritas terakhir (Hasibuan, 2006: 13). Ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pemelajaran. Guru harus mempersiapkan rumusan tujuan yang jelas, alat peraga atau media

19

yang tepat dan sesuai dengan materi, mengarahkan siswa dari masalah umum ke masalah khusus, menggunakan suara atau bahasa yang bervariasi intonasinya bila perlu diselingi dengan humor. Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan materi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan dan jawaban merupakan hasil interaksi antara guru dan siswa. Kualitas pertanyaan dapat ditunjukkan adanya rangsangan aktivitas dan kreatifitas, dan memberi acuan terhadap jawaban yang diinginkan. Hasibuan (2006: 15) mengemukakan berbagai jenis pertanyaan yaitu: pertanyaan permintaan (compliance question) untuk meminta agar siswa mematuhi perintah, pertanyaan retorik (rhetorical question) untuk tidak dijawab, pertanyaan mengarahkan (prompting question) untuk menuntuni siswa kearah berpikir, dan pertanyaan menggali (probing question) untuk mendalami pemahaman siswa. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian materi pemelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah (Hasibuan, 2006: 20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) menyatakan bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Jadi dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan. Lebih lanjut Hasibuan

20

(2006: 21) menyebutkan beberapa jenis diskusi yaitu: (a) whole group, kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan anggota tidak lebih dari 15 orang, (b) buzz group, sekelompok besar dibagi dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 5 orang, saling berhadapan untuk dapat saling memperbaiki persepsi, pengertian, informasi, interpretasi sehingga terhindar dari berbagai kekeliruan, (c) panel, suatu kelompok kecil, biasanya 3 6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu dengan susunan tempat duduk semi melingkar yang dipimpin seorang moderator, (d) syndicate group, suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 3 6 orang yang masing-masingnya mendiskusikan tugas tertentu sesuai referensi yang diberikan oleh guru; setiap sindikat bersidang sendirisendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menyimpulkan serta membawanya ke sidang pleno, (e) brain storming group, setiap kelompok menyumbangkan ide atau pendapat yang baru sehingga masing-masing anggota belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan percaya diri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukan yang dianggap benar, (f) simposium, beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu kemudian membacakannya didepan peserta simposium secara singkat (5 20 menit) untuk memberikan pertanyaan atau sanggahan yang hasil selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus simposium, (g) informal debate, kelas dibagi dua tim yang sama besar untuk mendiskusikan subjek yang cocok biasanya bersifat problematis dan

21

bukan faktual, (h) colloquium, seorang atau beberapa orang nara sumber untuk menjawab pertanyaan audience dengan harapan para peserta (siswa) akan memperoleh pengetahuan dari pihak pertama, dan (i) fish bowl, beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi yang duduk membentuk setengah lingkaran dengan mengosongkan dua atau tiga tempat duduk menghadap kelompok diskusi, sedangkan kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok yang sedang berdiskusi. Kursi yang kosong untuk menyediakan diantara pendengar yang ingin berbicara setelah dipersilakan ketua kelompok diskusi. Metode kerja kelompok merupakan salah satu strategi dalam pemelajaran dimana aspek-aspek pokok seperti tujuan, interaksi dan kepemimpinan harus diperhatikan. Guru dalam metode ini berperan sebagai manager, observer, advisor dan evaluator. Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada siswa. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekadar memberikan pengetahuan yang sudah diterima sampai pada cara agar siswa dapat memcahkan suatu masalah (Mulyasa, 2005: 107). Pemelajaran dengan simulasi (simulation) yaitu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja dengan tujuan untuk melatih keterampilan tertentu, memahami suatu konsep atau memecahkan

22

suatu masalah (Hasibuan, 2006: 27). Sifat simulasi dapat berbentuk role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Metode inquiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi: (a) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, (b) merumuskan masalah yang ditemukan, (c) merumuskan hipotesis, (d) merancang dan melakukan eksperimen, (e) mengumpulkan dan menganalisis data, dan (f) menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah yang jujur, objektif, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab (Mulyasa, 2005: 109). Metode penemuan merupakan metode yang lebih

mengutamakan proses daripada hasil belajar yaitu menekankan pengalaman langsung. Sehingga masalah, alat, bahan, dan prosedur kerja sudah disiapkan oleh guru yang selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengalaman langsung dengan alat dan bahan tersebut. Apabila seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah, maka mereka dituntut bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Berdasarkan hal tersebut, pemelajaran dengan metode pemecahan masalah haruslah menempuh langkah-langkah sebagai berikut : (a) merasakan adanya masalah-masalah yang potensial, (b) merumuskan masalah, (c) mencari jalan keluar, (d) memilih jalan keluar yang paling tepat, (e) melaksanakan pemecahan masalah, dan (f) menilai apakah

23

pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau belum (Mulyasa, 2005: 111). Dalam kaitannya dengan DU/DI sekolah kejuruan dapat melaksanakan pemelajaran diluar sekolah yaitu dengan metode karyawisata. Memilih industri yang mempunyai relevansi dengan program keahlian, misalnya jurusan TMO dapat mengunjungi industri mobil dan sepeda motor. Maka siswa akan memperoleh pengalaman dan wawasan langsung dengan dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya. Metode penugasan merupakan cara penyajian materi pemelajaran dimana seperangkat tugas yang telah disiapkan oleh guru harus dikerjakan oleh siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Agar metode ini berlangsung efektif, guru hendaklah memperhatikan langkah-langkah berikut: (a) tujuannya harus jelas dan sistimatis, (b) dapat dipahami oleh siswa, (c) kalau dikerjakan secara kelompok, harus ada keterlibatan semua anggota kelompok, (d) adanya kontrol dalam proses penyelesaian tugas, dan (e) berikan nilai secara proporsional terhadap tugas yang dikerjakan (Mulyasa, 2005: 115).

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan Dalam suatu penelitian tentang pembelajaran Lingkungan hidup melalui pendekatan kontekstual yang dilakukan Sudarman dkk di SMA Negeri 9 Semarang (Sari, 2006: 34) bahwa menjadikan siswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang keterkaitan SETS,

24

dan juga mendorong siswa lebih aktif dan kreatif (minat dalam pembelajaran meningkat) yaitu dari 33,3 % pada siklus pertama menjadi 52,38 % pada siklus ketiga atau naik 19,08 %. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Wahyuningsih dkk (Sari, 2006: 36) yaitu untuk menemukan gambaran pembelajaran dalam menumbuhkan keterampilan komunikasi matematika melalui problem open-ended dengan pendekatan kontekstual pada mahasiswa PGSD UNNES, diperoleh dengan memberi tugas terstruktur berupa problem open-ended dalam suatu diskusi kelompok. Presentasi tugas dan tanggapan-tanggapan yang

disampaikan menggunakan bahasa representasi matematika ternyata dapat menumbuhkan keterampilan komunikasi matematika. Demikian pula pada penelitian pembelajaran matematika yang dilakukan oleh Suyitno, Amin dkk (Sari, 2006: 38) yang

menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan IBL (InquiryBased Learning) sebagai strategi yang berasosiasi dengan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Program Percepatan SMP 2 Semarang, khususnya dalam pokok bahasan Fungsi, dapat meningkatkan rata-rata skor siswa menjadi 9,2 yang jauh lebih tinggi dari rata-rata skor tahun-tahun sebelumnya, sehingga dalam sarannya agar model ini diteruskan sebagai sebuah alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajarnya.

25

C. Kerangka Pikir Berdasarkan refleksi awal, rumusan masalah, cara pemecahan masalah dan dirumuskan kerangka pikir seperti

tergambar pada Gambar 1.

1.Kerja individual 2.Jarang bertanya 3.Kurang paham dengan sistim ceramah

Siswa

Proses B - M
Pembelajaran berlangsung mekanis (teacher center)

Fasilitas
1.Alat peraga kurang memadai 2.Buku teks terbatas

Guru
1.Tdk pakai dunia nyata dlm belajar 2.Tdk ada kerja kelompok

Hasil Belajar PDTM Rendah

Pembelajaran melalui pendekatan Kontekstual

Kualitas Proses dan Hasil Belajar PDTM meningkat

26

Gambar 1 Kerangka pikir

Tahap Perencanaan
1. Telaah R P dan Telaah Materi

Tahap Pelaksanaan
1.Pendahuluan 2.Inti Pembelajaran 3. Penutup

Belum Tercapai

a. Perbaikan RP b. Penyusunan MateriDiskusi

Tahap Observasi Tahap Evaluasi-Refleksi


1.RP dievaluasi 2.Hipotesis diverifikasi 3.spesifikasi materi

Kesim pulan

Tercapai

STOP

2. Penyusunan Instrumen

Gambar 2 Tahap-tahap Penelitian Rencana pemelajaran yang telah dilaksanakan

pemelajarannya dievaluasi untuk keperluan lebih lanjut dalam hal perbaikan, verifikasi dan menspesifikasikan masalah yang belum

terselesaikan, dengan pentahapan seperti terlihat pada Gambar 2.

D. Hipotesis Tindakan Hipotesa dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara, tidak dibuat dengan semena-mena melainkan atas dasar pengambilan problematik-problematik yang timbul dari suatu penyelidikan-penyelidikan yang mendahului dan masuk akal (Hadi, 2000: 63)

27

Berdasarkan refleksi awal yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, dapatlah dirumuskan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut. Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang dicobakan, kualitas proses dan hasil belajar PDTM siswa SMKN 3 Semarang dapat ditingkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di Sekolah menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Jalan Atmodirono Raya 7 A Semarang Propinsi Jawa Tengah dari tanggal 22 September sampai dengan 15 Nopember 2006, dengan alasan : 1. Peneliti adalah guru yang mengajar mata diklat PDTM di sekolah ini.

28

2. Seluruh data dapat diperoleh disekolah sesuai dengan keperluan PTK. 3. Belum ada PTK yang serupa dilakukan untuk kajian yang sama.

B. Subjek Penelitian Sebagai subjek penelitian dalam PTK ini dipilih kelas II TMO2, karena siswa pada kelas ini berdasarkan gambaran pada Tabel 1, dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang yang merupakan pengelompokan nilai tengah yang diperolehnya pada saat akhir semester sebelumnya sebagai refleksi awal.

C. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan maksimum dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) evaluasi-refleksi. 1. Siklus pertama. Bahan kajian : Sifat-sifat dan penggunaan bahan non logam Metode Bahan ajar Media Evaluasi : ceramah dan tanya jawab : buku diktat PDTM : alat-tulis menulis dan papan tulis : test bentuk isian dan observasi kegiatan belajar mengajar : Kompetensi : Mineral (SDA Indonesia) dan proses pemurniannya

29

Sub Kompetensi Bahan kajian

: Mengenal Mineral (SDA Indonesia) : Sifat-sifat dan penggunaan bahan non logam

Hari/tgl Waktu Soal

: Rabu, 4 Oktober 2006 : 15 menit : Sebutkan satu sifat bahan dan dua buah contoh penggunannya dalam kolom yang tersedia !

Tabel 2. Rubrik penilaian siklus pertama Kriteria penilaian Sifat bahan Contoh penggunaannya Isolasi panas, tahan api,tahan asam,apron, isolasi listrk, belt conveyor, sepatu rem Bahan cat, industri ban, industri pengeboran minyak Batu tahan api, pasta gigi, filter aspal, filter karet, industri keramik Bahan semen, pasta gigi, insektisida, flux, peralatan medis Kertas pasir, batu gerinda, lantai beton, batu asah Bahan bangunan, kotak instalasi, listrik, kap lampu, patung, industri kaca Atap rumah, peralatan rumah sakit, kapur tulis, paduan semen, papan tulis Pembuatan asam sulfat, bahan pupuk, paduan baja, industri

Nama bahan No 1 Asbestos Lunak, fiber,abu-abu 2 3 4 5 6 7 8 Barium Pumiceston e Limestone Corundum Marble Slate Sulphur

Skore 3 3 3 3 3 3 3 3

Transparan, pu-tih kekuningan Terapung diair, kekuningan Keras, putih, ke-biru-biruan Kristal keras, kehitaman Putih bersih, transparan Batu tipis, abu-abu Kuning cerah, bau

30

9 10 11 12

karet, industri gula Keperluan dapur, industri gula, industri minuman, industri kimia, tekstil, es krim Kaolin Industri tekstil, karet, cat, kimia, obat-obatan, pasta gigi, sabun mandi, plaster Obsidian Keras, Hiasan dinding, bahan transparan bangunan, industri keramik Clay Keras dan Keramik, bahan semen, atap kaku rumah, batu bata, pipa air, lantai, dapur masak Total skore maksimum Nilai = perolehan skore : total skore maks x 100 Rock salt

menyengat Rapuh, larut di-dalam air, putih Putih, lunak

3 3 3 3 36

2. Siklus kedua. Bahan kajian : Proses pengolahan besi ingot Metode Bahan ajar : ceramah, tanya jawab, dan diskusi : buku diktat PDTM

31

Media

: alat tulis-menulis, papan tulis, dan poster dinding (wall chart, lihat Gambar 3;4;5;6)

Bahan dari tam bang

Rangka pem ecah

Kerucut pem ecah Bak pem ecah Saluran keluar Roda gigi penggerak

Gambar 3. Mesin Pemecah bijih besi

32

AYAKAN

M N AG IT KUAT M N AG IT TERKUAT M N AG IT LEM AH

TRO O ML

BUTIRAN M G D G EN AN UN BESI

PEM ISAH BUTIRAN NN O FERRO

Gambar 4. Magnetic separator

D D G IN IN BATU TAH AN API BIJ IH BESI

SALURAN UD ARA PAN AS


Gambar 5. Mesin pemanggang bijih besi

33

FLUXES (1bagian) IRO O (3,6bagian) N RE 0 C KE (1 bagian) O

Gambar 6. Dapur Tinggi Evaluasi : test bentuk uraian dan observasi kegiatan belajar-mengajar : Kompetensi : Mineral (SDA Indonesia) dan Proses Pemurnian Sub Kompetensi Bahan kajian Hari/tanggal Waktu Soal : Mengenal Proses Pemurnian : Proses Pengolahan Besi Ingot : Rabu, 11 Oktober 2006 : 30 menit : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Sebelum bijih besi diolah maka diperlakukan awal dengan.................

34

2. Magnetic separator digunakan untuk ............. 3. Bijih besi yang sangat halus (dust like ore), sebelum diolah dicetak dahulu dalam bentuk ............ dan ............. 4. Mesin pengering berfungsi untuk ................ 5. Sebutkan spesifikasi dapur tinggi! 6. Berapa perbandingan coke : flux : iron ore di dalam dapur tinggi? 7. Sebutkan 3 proses utama dalam dapur tinggi! 8. Sebutkan hasil dapur tinggi! 9. Bagaimana sifat-sifat besi kasar putih? 10. Apakah manfaat kotoran pembakar (slag)? 11. Apakah manfaat gas dapur tinggi? 12. Apakah yang dimaksud dengan besi ingot itu? Tabel 3. Rubrik penilaian siklus kedua No Kriteria penilaian jawaban Skor 1 Sebelum bijih besi diolah maka diperlakukan awal dengan 3 2 3 4 pemecahan, pemisahan dan pengeringan Magnetic separator digunakan untuk memisahkan semua jenis kotoran dan bahan ikutan Bijih besi yang sangat halus, sebelum diolah, dicetak dahulu dalam bentuk briquett dan nodule Mesin pengering berfungsi untuk memanaskan bijih besi pada 1130 -- 1200 C, mengurangi kandungan belerang, membuat 5 bijih besi berpori dan mengeluarkan zat asam arang Spesifikasi dapur tinggi adalah: (1) tinggi 35 m, (2) diameter kerucut terbesar 7 m, (3) diameter kerucut terkecil 1,5 m, (4) diameter tungku 3 4 m, (5) saluran udara panas 8 buah, (6) 6 7 saluran besi cair 1 buah dan (7) saluran terak 1 buah Perbandingan coke : flux : iron ore = 10 : 1 : 3,6 Proses utama dalam dapur tinggi : (1) pengeringan, (2) reduksi 1 3 7 2 2 4

35

8 9 10 11 12

dan (3) pelelehan Hasil dapur tinggi: (1) besi kasar cair, (2) kotoran pembakar dan (3) gas dapur tinggi Sifat-sifat besi kasar putih: keras dan getas Manfaat kotoran pembakar: sebagai bahan semen, isolasi (mineral wool) dan jalan (paving block) Manfaat gas dapur tinggi untuk pemanas udara, pemanas motormotor gas dll. Besi ingot adalah besi kasar batangan untuk diproses lanjut didalam dapur-dapur baja misalnya dapur convertor, Siemen-

3 2 1 1 1

Martin, dapur listrik, dsb TOTAL SKOR Nilai = skor perolehan : jumlah total x 100

29

3. Siklus ketiga. Bahan kajian : Produksi besi ingot Metode Bahan ajar Media projector, Evaluasi : ceramah, tanya jawab, dan diskusi : buku diktat PDTM : alat tulis menulis, papan tulis, LCD dan miniatur dapur tinggi (Gambar 7) : test bentuk uraian dan observasi: : Mineral (SDA Indonesia) dan Proses Pemurnian Sub Kompetensi Bahan kajian Hari/tanggal Waktu Soal : Mengenal Proses Pemurnian : Produksi besi ingot : Sabtu, 14 Oktober 2006 : 30 menit : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

Kompetensi

36

1. Sebutkan tiga proses awal bijihbesi sebelum dimasukkan kedalam Dapur Tinggi! 2. Berapa perbandingan coke: flux: iron ore didalam Dapur Tinggi dan sampai berapa C dipanaskan? 3. Sebutkan tiga jenis hasil Dapur Tinggi! 4. Bila sebuah Dapur Tinggi dengan ukuran: Diameter tungku = 4 m dan tingginya = 1 m Diameter bosh = 7 m dan tingginya = 2 m

Diameter stack = 1,5 m dan tinginya = 30 m Berapa ton per 24 jam kah produksi besi kasar cair yang bisa dihasilkan Dapur Tinggi tersebut?

37

Gambar 7 Miniatur Dapur Tinggi Tabel 4. Rubrik penilaian siklus ketiga a. Ikhtisar proses pengolahan: No Kriteria penilaian skor 1 Proses awal: bijih besi dipecah, dipisahkan dan dipanaskan awal 3 sebelum dimasukkan kedalam Dapur tinggi

38

2 3

Didalam dapur tinggi: coke: flux: iron ore = 10 : 1 : 3,6 dipanaskan sampai suhu 1700 -- 1750 C Hasil dapur tinggi: besi kasar cair, kotoran pembakar dan gas

4 3 10

dapur tinggi TOTAL SKOR NILAI = skor perolehan : total skor x 100 b. Menghitung volume produksi besi kasar cair: No 1 2 3 4 Volume tungku =

Kriteria penilaian
4 1 = 3,14 m 3

Skor 2 2 2 2

1 2 (7 4 2 ) 2 = 17 ,27 m 3 3 4 1 Volume stack = ( 7 2 1,5 2 ) 30 = 367 ,17 m 3 3 4 3 Volume efektif dapur = ( 3,14 +17 ,27 + 367 ,17 ) = 290 ,685 4

Volume bosh =

m Volume

produksi

besi

kasar

cair

per

24

jam

290 ,685 = 447 ,20 ton ( 0,65 )

TOTAL SKOR NILAI = perolehan skor : total skor x 100

10

D. Indikator Kinerja Setelah memilih pendekatan pemelajaran dan metodenya kini kita harus mengetahui sejauh mana pemelajaran tersebut telah mencapai hasilnya maka untuk itu dilakukanlah suatu penilaian. Kegiatan penilaian yaitu suatu tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam

bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 2). Dengan mengetahui tercapaitidaknya kompetensi dan sub kompetensi suatu mata pelajaran dapatlah diambil tindakan-tindakan untuk perbaikan misalnya dengan memberi

39

bimbingan atau bantuan belajar kepada siswa. Bagi guru merupakan umpan balik dalam upaya memperbaiki proses pemelajaran. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria yaitu berupa instrumen penilaian. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasilhasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu, sedangkan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pemelajaran (Sudjana, 2002: 3). Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian dalam bentuk instrumen dengan kriteria tetentu dan skor tertentu pula maka peneliti menentukan suatu ukuran tolok ukur sebagai indikator kinerja sebagai berikut: 1. Jumlah kehadiran siswa 2. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan 3. Interaksi antar siswa dalam kerja kelompok 4. Ketepatan waktu menyelesaikan tugas 5. Nilai test terendah 6. Nilai test tertinggi 7. Nilai rata-rata kelas 8. Ketuntasan hasil belajar : 94,4 % : 60 % : 70 % : 90 % : 60 : 90 : 70 : 85 %

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan Siklus 1 1. Hasil Siklus 1 Tabel 5. Hasil penilaian Siklus 1 No Keadaan Hasil penilaian

41

1 2 3 4

Jumlah siswa hadir Jumlah siswa bertanya (%) Nilai ketrampilan bertanya (interaksi siswa-guru) Prosentase waktu penyelesaian tugas; a. lebih cepat b. tepat waktu c. lambat

28 8 (27,5) 63 17,8 71,4 10,8 47 94 65,5 51,7

5 6 7 8

Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata kelas Ketuntasan belajar (%)

Siklus 1 40 30 20 10 0 Jumlah siswa hadir Jumlah siswa

Indikator kinerja

jumlah Lebih cepat siswa bertanya Kriteria

Tepat waktu

Lambat

Gambar 8. Perbandingan siklus 1 dengan indikator

42

Nilai Siklus 1 100 80 60 40 20 0 Nilai ketrampilan bertanya Nilai terendah test

Indikator kinerja

Nilai test

Nilai tertinggi test

Nilai rata-rata kelas

Kriteria

Gambar 9. Perbandingan nilai test siklus 1 dengan indikator

2. Pembahasan Siklus 1 Pada siklus pertama ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa yang hadir pada siklus ini 28 orang atau 27,5 % sedang yang 8 orang tidak hadir karena mengikuti kegiatan pesantren kilat (lihat Presensi siswa Lampiran 7). Dari antara yang hadir hanya 8 orang siswa yang mengajukan pertanyaan sedangkan yang lainnya cenderung pasif hanya sebagai pendengar sehingga menggunakan instrumen Lampiran 2a dapat diberi nilai 63. Namun demikian saat dilakukan

pengujian (test) sangat serius mengerjakan, 5 siswa (17,8 %) menyelesaikan test dalam waktu 13 menit (lebih cepat dari waktu yang disediakan yaitu 15 menit), 20 siswa (71,4 %) tepat pada

43

waktunya sedangkan 3 orang siswa (10,8 %) terlambat 5 menit (lihat Lampiran 2.b) Keterlambatan siswa menyelesaikan tugas kemungkinan disebabkan oleh sifat saling menunggu atau karena tidak suka disebut siswa pandai, sehingga sekelompok siswa menyerahkan tugas secara bersamaan. Dari hasil test siklus 1 (halaman 66) nilai terendah 47 diraih oleh Edy Santosa dan Edy Kurniawan, mereka berdua ini termasuk kelompok siswa yang presensinya kurang selama beberapa hari terakhir. Sedangkan nilai tertinggi 94 diraih oleh Arif Setiawan dan Aris Pujiono, secara kebetulan tempat duduk mereka ini selalu berdampingan. Nilai rata-rata kelas dicapai 65,5 masih jauh dari indikator yang diharapkan (70) dengan ketuntasan belajar 51,7 % (batas nilai lulus minimal yang ditetapkan dalam kurikulum SMK edisi 2004 untuk mata pelajaran PDTM yaitu 60).

B. Hasil dan Pembahasan Siklus 2 1. Hasil Siklus 2 Tabel 6. Hasil penilaian Siklus 2 No 1 2 3 4 Keadaan Jumlah siswa hadir Jumlah siswa bertanya (%) Nilai ketrampilan bertanya (interaksi siswa-guru) Prosentase waktu penyelesaian tugas; a. lebih cepat b. tepat waktu c. lambat 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Hasil penilaian 35 11 (31,4) 83,3 20 71,5 8,5 58 86

44

7 8

Nilai rata-rata kelas Ketuntasan belajar (%)

71,51 91,4

Siklus 2 Jumlah siswa 40 30 20 10 0 Jumlah siswa hadir

Indikator kinerja

jumlah Lebih cepat siswa bertanya Kriteria

Tepat waktu

Lambat

Gambar 10 Perbandingan siklus 2 dengan indikator

Nilai siklus 2

Indikator kinerja

100 90 80 70 Nilai test 60 50 40 30 20 10 0

Nilai ketrampilan bertanya

Nilai terendah test

Nilai tertinggi test

Nilai ratarata kelas

Kriteria

Gambar 11. Perbandingan nilai test siklus 2 dengan indikator

2. Pembahasan siklus 2

45

Pada siklus yang kedua, mata kajiannya adalah proses pengolahan besi ingot. Dalam sub kompetensi ini siswa dituntut untuk dapat menjelaskan dan memahami bagaimana bijih besi yang diproleh dari tambang kemudian diperlakukan awal yaitu dipecah, disaring, dipanasi awal dan selanjutnya dimasak didalam sebuah dapur tinggi sehingga mencair menjadi besi cair (pig iron) dan seterusnya dicetak menjadi besi batangan (ingot). Untuk mempermudah memahami proses tersebut maka dalam konteks ini dibuatkan sebuah gambar (wall chart), lihat Gb. 3 -- 6 , sehingga tanpa harus mengunjungi dan melihat pabrik peleburan besi, siswa dapat meneliti dan menyelidiki proses tersebut. Karena kurangnya literatur di Perpustakaan, maka siswa diberikan sebuah diktat PDTM dan hand out tentang pengolahan besi. Metode pemelajaran yang dipergunakan yaitu ceramah dan tanya jawab dengan berbagai variasi. Hanya dengan menambah media dan metode pemelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki pada siklus pertama, siswa yang hadir 35 orang, satu tidak hadir yaitu Wahyu Hidayat, karena sejak awal semester siswa tersebut memang tidak aktif. Dengan metode yang bervariasi dan penggunaan media ternyata dapat membangkitkan minat siswa untuk bertanya. Terbukti jumlah siswa bertanya meningkat dari 8 orang pada siklus pertama menjadi 11 orang serta bobot pertanyaannyapun meningkat dari 63 pada siklus 1 menjadi 83,3 pada siklus 2.

46

Demikian pula waktu penyelesaian tugas test siklus 2, karena siswa lebih mudah memahami pelajaran maka 20 % siswa atau 7 siswa menyelesaikannya lebih cepat 5 menit dari waktu yang disediakan yaitu 10 menit, dan 25 siswa ( 71,5 %) menyelesaikan tepat pada waktunya, sementara masih terdapat siswa yang terlambat menyerahkan tugasnya sebanyak 3 orang siswa (8,5 %). Keterlambatan siswa dilakukan oleh siswa yang sama pada siklus 1, menurut pengamatan peneliti apakah karena siswa tersebut duduknya berdampingan. Apabila pengamatan

sementara ini benar maka pada siklus yang ketiga akan dicoba untuk menukarkan tempat duduk siswa tersebut. Dari hasil test siklus 2 (Lampiran 2.f), diperoleh gambaran bahwa terdapat 3 orang siswa yang memperoleh nilai terendah (58) yaitu Agus Kristiyanto, Ferry Octora dan Taufik Hidayat. Ketiga siswa tersebut kebetulan pada saat hadir dikelas sudah terlambat 10 menit, jadi kemungkinan informasi awal yang tidak diterima maka tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Nilai tertinggi dicapai oleh Aris Pujiono dan M Reza Kurniawan (86). Pada siklus 1 Aris Pujiono juga mencapai nilai tertinggi dan ternyata pada siklus 2 ini M Reza Kurniawan tempat duduknya berdekatan dengan Aris Pujiono menggantikan posisi Arif Setiawan pada siklus 1. Sedangkan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,51. Meskipun nilai tertinggi menurun tetapi ketuntasan belajarnya meningkat menjadi 91,4 % yang

47

menunjukkan dilampauinya indikator kinerja yang direncanakan yaitu 85 %. Dari kedua siklus diatas untuk sementara indikator kinerja yang belum tercapai yaitu pada jumlah siswa bertanya dan nilai terendah test, untuk ini akan dicoba memperbaiki dengan tindakan siklus 3.

C. Hasil dan Pembahasan Siklus 3 1. Hasil Siklus 3 Tabel 7. Hasil penilaian Siklus 3 No 1 2 3 4 Keadaan Hasil penilaian Jumlah siswa hadir 32 Jumlah siswa bertanya (%) 22 (68,7) Nilai ketrampilan bertanya (interaksi siswa-guru) 83,3 Prosentase waktu penyelesaian tugas; a.lebih cepat b.tepat waktu 5 6 7 8 c.lambat Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata kelas Ketuntasan belajar (%) 28 72 60 90 71,84 100

48

Siklus 3 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah siswa hadir jumlah siswa bertanya

Indikator kinerja

Jumlah siswa

Lebih cepat

Tepat waktu

Lambat

Kriteria Gambar 12 Perbandingan siklus 3 dengan indikator

Nilai siklus 3 100 80 60 40 20 0 Nilai ketrampilan bertanya

Indikator kinerja

Nilai test

Nilai Nilai Nilai rataterendah tertinggi test rata kelas test Kriteria

Gambar 13 Perbandingan nilai test siklus 3 dengan indikator kinerja

2. Pembahasan Siklus 3 Pada siklus ketiga ini, bahan kajiannya adalah produksi besi ingot. Setelah siswa mengetahui dan memahami proses

49

pengolahan besi ingot maka siswa harus mengetahui berapa besar produk yang dihasilkan oleh Dapur Tinggi dalam 24 jamnya. Dalam hal ini siswa dituntut kemampuannya untuk melakukan perhitungan kapasitas produksi suatu Dapur Tinggi. Dengan menggunakan miniatur (model) Dapur Tinggi (lihat Gb. 7), siswa mengukur dimensi Dapur Tinggi menggunakan alat ukur (jangka sorong, dan mistar baja) untuk menghitung volume Dapur Tinggi tersebut. Untuk mengefektifkan tindakan ini, siswa dibagi dalam 7 (tujuh) kelompok seperti tersebut pada catatan anekdot (Lampiran 2.p), posisi duduk siswa diatur seperti pada catatan anekdot (Lampiran 2.s). Siswa menyelesaikan tugas ini dengan cara berdiskusi. Hasil diskusi kelompok akan

disampaikan dalam diskusi kelas yang akhirnya dibuat suatu kesimpulan. Dari hasil penilaian dan pengamatan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut: 1. jumlah siswa yang bertanya ada 22 orang berarti 68,75 % dari jumlah yang hadir (32 orang); kehadiran siswa menurun mungkin disebabkan pemelajaran tidak menggunakan jam belajar yang biasanya, karena seharusnya siklus 3

dilaksanakan pada hari Rabu 18 Oktober 2006, berhubung hari tersebut telah libur akhir Ramadhan, maka tindakan ini dilaksanakan diluar jadwal yaitu pada hari Sabtu 14 Oktober 2006, sebelum pelaksanaan juga sudah diumumkan terlebih

50

dahulu kepada siswa namun masih terdapat 4 orang siswa yang tidak hadir terdiri dari 1 siswa tidak aktif sejak awal semester (Wahyu Hidayat), tiga orang lainnya tanpa

keterangan (Andini Kristianto, Arif Sapto Nugroho dan Eko Fariz. 2. nilai ketrampilan bertanya diperoleh 83,3 (Lampiran 2.g); nilai ini tidak terjadi peningkatan dibandingkan siklus 2 karena siswa lebih banyak saling bertanya kepada teman sekelompoknya atau dengan teman kelompok lainnya. 3. sebanyak 72 % siswa menyelesaikan soal tepat pada waktunya dan 28 % diantaranya lebih cepat dari waktu yang tersedia dan tidak terdapat kelompok siswa yang lambat

menyelesaikan tugas (Lampiran 2.h); hal ini terjadi karena tugas yang diselesaikan atas nama kelompok dan hasil pekerjaan merupakan hasil kerja setiap anggota kelompok sesuai pembagian tugas masing-masing anggota kelompok. 4. perolehan nilai hasil belajar (Lampiran 2.j) terendah 60 dan tertinggi 90 dengan rata-rata kelas 71,84 serta ketuntasan belajar 100 % (batas nilai lulus minimal yang ditetapkan dalam kurikulum SMK edisi 2004 untuk mata pelajaran PDTM yaitu 60); perolehan ini sangat menggembirakan sekali karena dengan metode diskusi terbuka kesempatan pada setiap siswa untuk saling mengisi kekurangan, saling melengkapi dan saling mengoreksi segala bentuk kesalahan,

51

meskipun nilai test tidak menggambarkan nilai setiap anggota kelompok tersebut tetapi pemahaman materi dapat lebih baik diantara anggota kelompok. Kemungkinan untuk memperbaiki kemampuan pemahaman setiap anggota

kelompok yaitu dengan merotasi atau menukar anggota kelompok satu dengan yang lainnya. 5. ada beberapa aktivitas pelaksanakan diskusi yang dievaluasi sesuai pola pendekatan kontekstual dan skore pelaksanaan diskusi diperoleh 80 ( Lampiran 2.i);

D. Rangkuman Hasil dan Pembahasan 1. Kehadiran siswa


Jumlah kehadiran siswa Prosentase indikator kinerja 100 80 Jumlah (prosentase) 60 40 20 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 28 35 32 94,4 77,7 97,294,4 94,4 88,8 Prosentase kehadiran

Gambar 14 Kehadiran siswa dalam PTK

Kehadiran siswa pada siklus 1 tidak dapat mencapai indikator kinerja karena pada saat dilakukan PTK terdapat beberapa siswa di kelas tersebut terlibat dalam kegiatan kepanitian pesantren kilat Ramadhan SMKN 3 Semarang

52

tahun 1427 H. Sedangkan pada siklus 3, pelaksanaan tindakan diluar jadwal biasanya mungkin ada diantara siswa yang lupa atau memang berhalangan karena tidak ada keterangan.

2. Jumlah siswa mengajukan pertanyaan Dengan merubah metode pemelajaran ceramah pada siklus 1 dan 2 ke metode diskusi kelompok pada siklus 3 ternyata aktivitas bertanya jadi lebih meningkat tajam yaitu dari 27,6 % pada siklus 1 menjadi 31,4 % pada siklus 2 dan menjadi 68,7 % pada siklus 3, naik drastis sebanyak 37,4 %.

Jumlah siswa bertanya Prosentase siswa bertanya Prosentase indikator kinerja 80 60 Jumlah 40 (Prosentase) 20 0 60 27,6 8 Siklus 1 60 31,4 11 Siklus 2 68,7 60 22 Siklus 3

Gambar 15 Siswa bertanya

53

3. Nilai ketrampilan bertanya (interaksi guru-siswa)

Nilai interaksi guru-siswa Indikator kinerja 100 63 Nilai 50 70 83,3 83,3

70

70

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Gambar 16 Interaksi guru-siswa

Interaksi guru dan siswa pada siklus 1 tidak mencapai indikator yang diharapkan kemungkinan karena metode yang dipergunakan adalah ceramah, jadi siswa kurang menarik dan tidak adanya media yang ditampilkan. Setelah diperbaiki dengan menggunakan media berupa wall chart ternyata dapat

memperbaiki interaksi tersebut. Pada siklus 3 tidak ada kecenderungan meningkat karena pada siklus ini pemelajaran berubah dari teacher center ke student center dengan melakukan diskusi kelompok.

4. Waktu penyelesaian tugas. Kebiasaan siswa menunggu teman lain dalam

menyerahkan tugas yang sudah selesai mengakibatkan penilaian penyelesaian tugas siklus 1 menjadi 89,2 %.

54

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 100 100 89,2 Prosentase 90 80 91,5

C epat dan tepat waktu Gambar 17 W aktu penyelesaian tugas

Setelah pada siklus 2 dan 3 dilakukan penghitungan waktu akhir (time-ending) maka bersegeralah menyerahkan tugas dan ternyata cara ini dapat memacu siswa secara individu maupun kelompok untuk lebih bekerja keras menyelesaiakan tugas terbukti pada keadaan siklus tersebut yaitu mencapai 91,5 % pada siklus 2 dan 100 % pada siklus 3.

5. Nilai terendah test akhir siklus. Nilai terendah pada siklus 1 dan 2, dikarenakan metode ceramah mungkin kurang sesuai apalagi tanpa media, setelah dilengkapi media dapat meningkat dari 47 menjadi 58 walaupun tidak terjadi pada siswa yang sama tetapi media berupa wall chart dapat menambah cara pemahaman siswa. Kemudian setelah dikombinasi media wall chart ditambah dengan model (miniature) siswa lebih aktif dan berupaya untuk banyak mengetahui. Kemungkinan karena pengelompokan siswa

55

dilakukan dengan memilih sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan maka komposisi siswa pandai, sedang dan kurang pandai tidak merata akibatnya nilai terendah dalam kelompok merupakan gambaran kelompok tersebut dan bukan gambaran individu. Namun demikian masih mencapai indikator nilai terendah sesuai batas kelulusan kompetensi PDTM yang disyaratkan kurikulum.
Siklus 1 Siklus 2 58 60 Nilai 40 20 0 Nilai terendah Gambar 18 Nilai terendah akhir siklus 47 Siklus 3 60

6. Nilai tertinggi test akhir siklus.

56

Nilai tertinggi 95 90 Nilai 85 80 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 94 90 86

Gambar 19 Nilai tertinggi

Nilai tertinggi pada siklus 1 telah melampaui indikator sebab kemungkinan bahan kajiannya banyak terdapat disekitar siswa yaitu tentang sifat bahan non logam dan pemakaiannya. Setelah mengarah pada proses

pemurnian/pengolahan ternyata siswa agak kesulitan dan banyak istilah baru dalam pengolahan bijih besi sehingga walaupun tergambar dengan wall chart ternyata siswa masih belum sepenuhnya memahainya. Setelah pada siklus 3 diberikan suatu model ternyata siswa aktif melakukan pengukuran dan

57

perhitungan serta penyelidikan terhadap proses. Dan hasilnya ternyata dapat memnuhi indikator. Tidak dapat melampui indikator kemungkinan sebabnya adalah ketidak telitian dalam membaca alat ukur sehingga mengakibatkan perhitungan yang salah dan tidak sesuai kunci jawaban.

7. Nilai rata-rata kelas Nilai rata-rata kelas pada siklus pertama tidak dapat mencapai indikator mungkin disebabkan masih banyak siswa yang kurang dapat memahami pemelajaran dengan ceramah dan tanpa media. Setelah diberikan media dan metodenya bervariasi ternyata dapat meningkatkan nilai tersebut walaupun tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan indikator. Seandainya pada siklus ini mempunyai cukup waktu sebagaimana jam pelajaran biasa (2 x 45 menit) dan penggunaan LCD projector yang direncanakan pada siklus 3 ini dapat dilaksanakan maka kemungkinan hasilnya akan bisa jauh melampaui indikator

58

Nilai rata-rata kelas 75 70 Nilai 65 60 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 65,5

71,51

71,84

Gambar 20 Nilai rata-rata kelas

8. Ketuntasan belajar. Berkaitan dengan test akhir setiap belajar dan mendasarkan syarat kelulusan untuk mata diklat PDTM yaitu 60 maka berdasarkan hasil test siklus 1 hanya diperoleh 51,7 % dan tidak mencapai indikator yang direncanakan setelah diperbaiki baik metode maupun media yang dipergunakan maka ternyata dapat meningkatkan prosen tersebut menjadi 91,4 % atau meningkat 39,7 % dan pada siklus 3 menjadi 100 % dengan kata lain tidak ada siswa yang tidak lulus.

59

Prosen ketuntasan belajar 100 51,7 91,4 100

Prosentase 50

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Gambar 21 Prosentase ketuntasan belajar

9. Pengamatan perilaku siswa Untuk mendapatkan informasi kemungkinan sebab-sebab tidak tercapai indikator ataupun sebab lainnya peneliti mencoba membuat angket pengamatan perilaku siswa. Dari hasil pengamatan perilaku siswa (Lampiran 2.k) ternyata sebagian besar hadir tepat waktunya 24 siswa (68,5 %), yang memerlukan contoh materi dalam kehidupan sehari-hari 20 siswa (57 %), mampu menjawab pertanyaan dari guru 19 siswa (54 %), 25 siswa (71,4 %) melaksanakan tugas yang diberikan guru, hanya 13 siswa (37 %) yang sering mengajukan pertanyaan, 27 siswa (77 %) suka menghargai pendapat temannya, 23 siswa (66 %) dapat mengendalikan amarah (emosi), 22 siswa (63 %) suka memberi bantuan dan bimbingan kepada temannya, 23 siswa (66 %) tekun, tenang dan perhatian terhadap pelajaran, dan 26 siswa (74 %) selalu berpakaian rapi dan bersih.

60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan. Dengan mendasarkan refleksi awal kemudian melakukan tindakan kelas yang terdiri dari 3 (tiga) siklus ternyata terjadi peningkatan baik segi kualitas (proses pemelajaran) maupun kuantitas (hasil belajar siswa). Beberapa hambatan yang mungkin terjadi pada ketiga siklus tersebut yaitu waktu pelaksanakan tindakan, disamping jumlah jam yang tidak mencukupi karena bertepatan bulan Ramadhan yaitu 2 x 30 menit, sehingga penggunaan LCD projector tidak dapat dilaksanakan pada siklus 3, kemungkinan juga karena faktor individual siswa. Hal ini tergambar dari jumlah kehadiran siswa yang tidak dapat mencapai indikator. Diantara siswa yang tidak hadir tersebut ada 2 siswa yang terdaftar sejak awal semester yaitu Taufik Hidayat dan Wahyu Hidayat yang sering tidak hadir tanpa keterangan, kedua-duanya siswa tinggal kelas. Karena sekolah tidak memberi tindakan disiplin dengan tegas maka jumlah siswa dalam penentuan indikator ini tetap mendasarkan pada jumlah tersebut. Pemelajaran pada siklus 1 yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tidak dapat memberikan hasil yang baik, setelah pada siklus 2 ditambahkan media berupa wall chart dan dilakukan penyelidikan terhadap perilaku siswa menggunakan angket ternyata dapat memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar siswa. Walaupun ada peningkatan yang kurang berarti yaitu keaktifan siswa bertanya dan

61

perolehan nilai terendah tetapi setelah dilakukan tindakan siklus 3 dengan metode diskusi dan menggunakan media berupa model maka dapat memperbaiki dan meningkatkan baik proses belajar maupun hasil belajar.

B. Saran Untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dalam hal kehadiran siswa, perlu kiranya diterapkan tindakan disiplin bertingkat dari peringatan lisan dan peringatan tertulis yang mempunyai batasan waktu tertentu, sehingga siswa yang tidak disiplin atau sering tidak hadir tidak terjadi. Demikian pula untuk meningkatkan keaktifan siswa bertanya dimana perlu adanya media berupa model, sedangkan membuat model itu memerlukan biaya, untuk itu sebaiknya sekolah menganggarkan biaya untuk membuat model atau media pemelajaran lainnya yang memadai karena media ini sangat memberi manfaat kepada siswa. Karena PTK ini merupakan proyek kerjasama antara Lemlit UNNES dan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS yang terikat dengan waktu pelaksanaan yaitu bertepatan dengan bulan Ramadhan maka apabila dikemudian hari ada proyek serupa hendaknya perlu direncanakan pada waktu yang lebih luas sehingga tidak terjadi hambatan dalam hal waktu.

62

DAFTAR PUSTAKA Burns, Richard W. 1972. Competence-based education. New Jersey: Educational Technology Publication. Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research. (Edisi XIX). Yogyakarta: Andi Hasibuan, JJ. 2006. Proses Belajar Mengajar. (Edisi XI). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2005, Menjadi Guru Profesional. (Edisi III). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang. Rokhman, Fathur. 2006. Strategi Pembelajaran Kontekstual: Alternatif Menuju Pembelajaran Yang Bermakna. Semarang: Lemlit Unnes Sudarman dkk. 2006. Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan SETS, Sari Hasil Penelitian UNNES: 3334. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Edisi IX). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suyitno, Amin dkk. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Program Percepatan SMP 2 Semarang dalm Pelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan IBL (Inquiry-Based Learning) sebagai Strategi yang Berasosiasi dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Sari Hasil Penelitian UNNES: 38-39. US Department of Education Office of Vocational and Adult Education and National School to Work Office. 2001. Contextual Teaching Learning.http://www.contextual.org/19/10/2001. Wahyuningsih dkk. 2006. Menumbuhkan Keterampilan Komunikasi Matematika melalui Problem Open-Ended dengan Pendekatan Kontekstual pada Mahasiswa PGSD. Sari Hasil Penelitian UNNES: 36-37 Wragg, EC. 1994. An Introduction to Classroom Observation. London: Routledge

63

LAMPIRAN LAMPIRAN

1. Perangkat Pembelajaran a. Deskripsi Pemelajaran Kurikulum SMK Edisi 2004 Kompetensi Kode Durasi pemelajaran Sub Kompetensi 1. Mengenal Mineral (SDA Indonesia) Kriteria kinerja Lingkup belajar : Mineral (SDA) dan proses pemurnian :D : 6 jam @ 45 menit

2. Mengenal proses pemurnian

Materi Pokok Pemelajaran Sikap Pengeta- Keteramhuan pilan MengetaBerbagai Cermat Pengerti- Meneraphui mineral dalam an kan berbagai yang mengamat- tentang pengetahumineral dipakai i berbagai berbagai an tentang yang industri mineral mineral sifat dipakai serta yang yang berbagai dalam kegunaan- berguna dipakai mineral industri nya dalam dalam sehingga terutama industri industri dapat SDA diaplikasimineral di kan di Indone-sia industri Mengetahu- Berbagai Cermat Pengerti- Menerapi berbagai proses dalam an kan proses pemurni- mengamat- tentang berbagai pemurnian an i berbagai berbagai proses mineral mineral proses proses untuk pemurnipemurni- memurnian mineral an kan berbagai mineral mineral yang dipakai di industri

64

Sub Kompetensi Meng enal proses pemur -nian

b. Rencana pemelajaran Bahan Tujuan Alat/bahan/ kajian media Sifat bahan Siswa mengetahui sifat dan keguan aan bahan logam dan bukan logam Siswa mengetahui proses pengol ahan bijih besi Siswa mengetahui hasil dan kapasitas produk si Dapur Tinggi

Sum ber bahan Potongan Dikkayu, tat asbes, besi, PDT kaca dll M

Metode Cera mah. Tanya jawab

Evalu Waktu -asi pelaksa naan Test tertulis (uraian dan meng isi) Minggu IV Septem ber dan Minggu I Oktober

Pengol ahan bijih besi

Wall chart. DikAlat tulis tat menulis PDT M

Cera mah dan tanya jawab

Test tertulis (essay)

Minggu II Oktober

Hasil Dapur tinggi

Wall chart, model DT, kalkulator dan alat ukur (mistar, jangka sorong dll)

Diktat PDT M

Tanya jawab dan diskusi

Tertu lis (essay)

Minggu III Oktober 2006

65

2. Instrumen penelitian (dan hasilnya) a. Skore keterampilan bertanya pada siklus pertama N o 1 Kriteria Penilaian a.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar b.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik tetapi maksudnya dapat dipahami c.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak jelas maksudnya Pertanyaan bersifat rasional: a.sesuai dengan topik bahasan b.tidak sesuai dengan topik bahasan tetapi dalam ruang lingkup mata pelajaran c. tidak sesuai dengan topik bhasan dan diluar lingkup mata pelajaran Pertanyaan sangat selektif: a.mengenai penggunaan rumus b.mengenai proses dan cara kerja c. mengenai definisi atau arti istilah Pertanyaan merupakan hasil observasi: a.menggunakan kata: mengapa atau bagaimana b.menggunakan kata: bilamana c. menggunakan kata: apakah Pertanyaan merupakan hasil penafsiran/prediksi dari observasi: a.menggunakan kata :mungkinkah b. menggunakan kata: tidakkah c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan menganalisis hasil observasi: a. Menggunakan kata: jika demikian b. menggunakan kata: kalau tidak c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan mengarah pada hasil observasi: a. menggunakan kata: berdasarkan rumus. b. menggunakan kata: menurut teori... Penilaian SisJumlah siswa wa bertanya V 2

Skor 3 2 1

Guru 1

3 2 1

3 2 1 3 2 1 3 2 1

V V V 1 1 V

3 2 1

3 2

66

c. menggunakan kata: menurut 1 pendapat kami 8 Pertanyaan menunjukkan pemahaman dengan kejelian terhadap materi yang dipelajari: a. menggunakan kata: dengan 3 memperhatikan.... b. menggunakan kata: mengingat .... 2 c. menggunakan kata: melihat .... 1 9 Pertanyaan menunjukkan kemampuan berpikir yang tepat: a.menggunakan kata: berkesimpulan 3 b. menggunakan kata: dengan demikian 2 c. menggunakan kata: maka 1 1 Keabsahan/kebenaran pikirannya dibuat untuk menyeleksi pertanyaan lebih 0 lanjut: a.menggunakan kata: dari kesimpulan.. 3 b. menggunakan kata: dalam hal ini... 2 c. menggunakan kata: berikutnya ..... 1 Total Skor maksimum 30 NILAI = Skor perolehan : Total skor maks x 100

V 19 8

19 100 = 63 30

b. Skore ketepatan waktu menyelesaikan tugas siklus pertama No Item 1 Waktu yang disediakan 15 menit Prosentase 5 17,8 20 71,4 3 10,8 Jumlah siswa menyelesaikan tugas Lebih Tepat Lewat cepat waktu waktu

c. Skore test siklus pertama No. Nama Siswa 1 Adi Haryanto 2 Agus kristyanto Nilai (X) 58 64

67

3 Ali Khoeruddin 4 Andi Catur Agus S 5 Andini Kristiyanto 6 Anggun Sandy S 7 Arif Budiman 8 Arif Sapto Nugroho 9 Arif Setiawan 10 Aris Pujiono 11 Bagus Adi Prakosa 12 Bagus Bonang P 13 Bagus Purnomo N 14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah Nilai rata-rata ( X )

61 58 80 55 75 94 94 58 92 55 72 69 61 58 64 72 77 47 47 58 55 80 53 61 58 58 1834 65,5

d. Skore ketrampilan bertanya pada siklus kedua SisPenilaian Jumlah

68

No 1

Kriteria Penilaian a.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar b.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik tetapi maksudnya dapat dipahami c.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak jelas maksudnya Pertanyaan bersifat rasional: a.sesuai dengan topik bahasan b.tidak sesuai dengan topik bahasan tetapi dalam ruang lingkup mata pelajaran c. tidak sesuai dengan topik bhasan dan diluar lingkup mata pelajaran Pertanyaan sangat selektif: a.mengenai penggunaan rumus b.mengenai proses dan cara kerja c. mengenai definisi atau arti istilah Pertanyaan merupakan hasil observasi: a.menggunakan kata: mengapa atau bagaimana b.menggunakan kata: bilamana c. menggunakan kata: apakah Pertanyaan merupakan hasil penafsiran/prediksi dari observasi: a.menggunakan kata :mungkinkah b. menggunakan kata: tidakkah c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan menganalisis hasil observasi: a. Menggunakan kata: jika demikian b. menggunakan kata: kalau tidak c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan mengarah pada hasil observasi: a. menggunakan kata: berdasarkan rumus. b. menggunakan kata: menurut teori... c. menggunakan kata: menurut pendapat kami Pertanyaan menunjukkan pemahaman dengan kejelian terhadap materi yang dipelajari:

Skor 3 2 1

wa V

siswa bertanya 3

Guru 1

3 2 1

3 2 1 3 2 1 3 2 1

V V V 1 1 V

3 2 1

3 2 1

69

a. menggunakan kata: dengan 3 memperhatikan.... b. menggunakan kata: mengingat .... 2 c. menggunakan kata: melihat .... 1 9 Pertanyaan menunjukkan kemampuan berpikir yang tepat: a.menggunakan kata: berkesimpulan 3 b. menggunakan kata: dengan demikian 2 c. menggunakan kata: maka 1 10 Keabsahan/kebenaran pikirannya dibuat untuk menyeleksi pertanyaan lebih lanjut: a.menggunakan kata: dari kesimpulan.. 3 b. menggunakan kata: dalam hal ini... 2 c. menggunakan kata: berikutnya ..... 1 Total Skor maksimum 30 NILAI = Skor perolehan : Total skor maks x 100

V 25 11

25 100 = 83 ,3 30

e. Skore ketepatan waktu menyelesaikan tugas siklus kedua No Item 1 Waktu yang disediakan 30 menit Prosentase 7 20 25 71,5 3 8,5 Jumlah siswa menyelesaikan tugas Lebih Tepat Lewat cepat waktu waktu

f. .Skore test pada siklus kedua No. 1 2 3 4 5 6 Nama Siswa Adi Haryanto Agus kristyanto Ali Khoeruddin Andi Catur Agus S Andini Kristiyanto Anggun Sandy S Nilai (X) 72 58 66 79 76 66

70

7 Arif Budiman 8 Arif Sapto Nugroho 9 Arif Setiawan 10 Aris Pujiono 11 Bagus Adi Prakosa 12 Bagus Bonang P 13 Bagus Purnomo N 14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah Nilai rata-rata ( X )

79 72 79 86 72 62 79 62 76 76 76 76 79 69 62 83 62 69 62 69 69 62 83 58 62 82 86 76 58 2503 71,51

g.Skore ketrampilan bertanya pada siklus ketiga. No 1 Kriteria Penilaian a.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Penilaian SisJumlah siswa wa bertanya V 3

Skor 3

Guru 1

71

b.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik tetapi maksudnya dapat dipahami c.Pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak jelas maksudnya Pertanyaan bersifat rasional: a.sesuai dengan topik bahasan b.tidak sesuai dengan topik bahasan tetapi dalam ruang lingkup mata pelajaran c. tidak sesuai dengan topik bhasan dan diluar lingkup mata pelajaran Pertanyaan sangat selektif: a.mengenai penggunaan rumus b.mengenai proses dan cara kerja c. mengenai definisi atau arti istilah Pertanyaan merupakan hasil observasi: a.menggunakan kata: mengapa atau bagaimana b.menggunakan kata: bilamana c. menggunakan kata: apakah Pertanyaan merupakan hasil penafsiran/prediksi dari observasi: a.menggunakan kata :mungkinkah b. menggunakan kata: tidakkah c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan menganalisis hasil observasi: a. Menggunakan kata: jika demikian b. menggunakan kata: kalau tidak c. menggunakan kata: ataukah Pertanyaan mengarah pada hasil observasi: a. menggunakan kata: berdasarkan rumus. b. menggunakan kata: menurut teori... c. menggunakan kata: menurut pendapat kami Pertanyaan menunjukkan pemahaman dengan kejelian terhadap materi yang dipelajari: a. menggunakan kata: dengan memperhatikan.... b. menggunakan kata: mengingat .... c. menggunakan kata: melihat ....

2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 V 10 V V 2

3 2 1

3 2 1

3 2 1

72

Pertanyaan menunjukkan kemampuan berpikir yang tepat: a.menggunakan kata: berkesimpulan b. menggunakan kata: dengan demikian c. menggunakan kata: maka

3 2 1

Keabsahan/kebenaran pikirannya dibuat untuk menyeleksi pertanyaan lebih lanjut: a.menggunakan kata: dari kesimpulan.. 3 b. menggunakan kata: dalam hal ini... 2 c. menggunakan kata: berikutnya ..... 1 Total Skor maksimum 30 NILAI = Skor perolehan : Total skor maks x 100

10

25

22

25 100 = 83 ,3 30

h.Skore ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas pada siklus ketiga Jumlah kelompok menyelesaikan tugas Lebih Tepat Lewat No Item 1 Waktu yang disediakan 30 menit Prosentase i.Skore pelaksanaan diskusi cepat 2 28 waktu 5 72 waktu -

Elemen yang dinilai No 1 Perhatian kearah materi diskusi: a. seluruhnya serius kearah materi diskusi b. sebagian besar (80 %) siswa kearah materi c. terjadi pembelokan arah materi diskusi tetapi dalam ruang lingkup mata pelajaran 2 Partisipasi dalam kegiatan diskusi: a. banyak memberi argumen b. banyak keingin tahuan terhadap materi c. sebagian besar hanya menjadi pendengar 3 Bentuk pengajuan pertanyaan:

Penilaian Skor Siswa Guru 15 10 5 15 10 5

73

a. dipikir dan disusun dengan kalimat yang baik b. dipikir dan disusun dengan kalimat singkat c. tidak menurut kaidah penggunaan bahasa yang baik 4 Bentuk jawaban dari suatu pertanyaan: a. sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan b. meragukan/mengambang terhadap pertanyaan c. tidak sesuai dengan pertanyaannya tetapi berupa ulasan 5 Penghargaan terhadap saran dan pendapat: a.sangat menghargai saran dan pendapat teman b. menerima saran dan pendapat tetapi refleksinya salah c. hanya sekedar menampung saran dan pendapat Total skor Nilai = Perolehan skor : Total skor x 100

15 10 5 15 10 5 15 10 5 75

60 80

Semarang, 14 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd

j.Skore test pada siklus ketiga No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Siswa Adi Haryanto Agus kristyanto Ali Khoeruddin Andi Catur Agus S Andini Kristiyanto Anggun Sandy S Arif Budiman Arif Sapto Nugroho Arif Setiawan Aris Pujiono Bagus Adi Prakosa Bagus Bonang P Bagus Purnomo N Nilai (X) 70 70 85 60 70 75 60 90 70 60 90

74

14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah Nilai rata-rata ( X )

75 60 60 85 70 60 70 60 90 85 90 75 60 80 80 60 60 85 60 60 60 2209 71,84

k.Hasil pengamatan perilaku siswa Aspek penilaian Disiplin No 1 2 KBM 3 Tanggung jawab 4 Pernyataan Jumlah siswa memilih 1 2 3 4 3 8 1 2 5 21

Hadir tepat waktu untuk belajar dikelas Memerlukan contoh yang terdapat dalam kehidupan sehari6 7 13 hari untuk memahami materi yang diajarkan Mampu menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang 2 14 3 diajarkan Melaksanakan semua tugas pada 3 4 7 setiap materi yang diberikan

8 8

8 10

75

Komunikasi

5 6 7 8

Kepribadian

9 10

Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan Menghargai pendapat temanteman sekelas Dapat mengendalikan amarah Memberi bantuan/membimbing teman sekelas Ketenangan/ketekunan dalam mengikuti pelajaran Kerapian dan kebersihan dalam berpakaian

9 10 4 8 6 5 4 2 4 7 7 5

4 3 1 10 8 1

3 2 3 6 6 6

6 22 19 6 9 19

Kriteria penilaian: Nilai pernyataan 1 5, dengan pedoman: 1, bila hal yang ditanyakan TIDAK PERNAH terjadi selama1 mid semester 2, bila hal yang ditanyakan terjadi 1 2 kali selama 1 mid semester 3, bila hal yang ditanyakan terjadi 3 5 kali selama 1 mid semester 4, bila hal yang ditanyakan terjadi lebih dari 5 kali selama 1 mid semester 5, bila hal yang ditanyakan SELALU terjadi

l.Catatan Anekdotal pengamatan terhadap guru. Nama pengamat Tanggal/Bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan Yang diamati Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Sekolah Tujuan pengamatan : Sugiyarto, SPd : 4 Oktober 2006 : 07:30 08:00 : Sekitar 30 menit : IR. MARSONO, BSc :Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II/TMO2 : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual (2) untuk meningkatkan hasil belajar PDTM melalui pendekatan kontekstual

76

Catatan : Guru : 1) Membuka pelajaran dengan berdoa 2) Mengabsen kehadiran guru 3) Menyampaikan materi dengan ceramah 4) Memberikan pertanyaan kepada siswa 5) Memberikan soal untuk dikerjakan 6) Menutup pelajaran dengan menarik kesimpulan dan berdoa Siswa: 1) Ada 3 orang siswa yang terlambat 2) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru 3) Menjawab pertanyaan secara lisan 4) menjawab soal post test secara tertulis Semarang, 4 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd

m.Catatan Anekdotal pengamatan interaksi guru dan siswa siklus pertama Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan Nama Guru Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Sekolah Tujuan Pengamatan : Sugiyarto, SPd : 4 Oktober 2006. : 07:30 08:00 : sekitar 30 menit : IR. MARSONO, BSc : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Pukul 07:45 Guru bertanya tentang jenis bahan non logam - plastik jenis nonlogam, Siswa Doni Nugroho: menyebut contoh kayu Dadang: apakah plastik termasuk

77

serat asbes yang ditenun

07:50 08:00 08:05

bertanya tentang sifat dan penggunaan marble Menjelaskan sifat asbes yaitu tahan panas Menjelaskan, clay tenggelam diair dan pumistone terapung diair

nonlogam Dhuhri: bagaimana mengolah asbes jadi baju apron Eko AW: menyebut plastik Aris P: menjawab keras dan untuk lantai Ali K: licin dan untuk hiasan Budi S: bertanya: mengapa asbes untuk baju las (apron) Ganis S: bertanya, apa beda clay dan pumistone

Semarang, 4 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd n.Catatan Anekdotal pengamatan interaksi guru dan siswa siklus kedua Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan Nama Guru Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Sekolah Tujuan Pengamatan : Sugiyarto, SPd : 11 Oktober 2006. : 07:30 08:00 : sekitar 30 menit : IR. MARSONO, BSc : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Pukul 07:45 07:50 08:00 Guru bertanya tentang perlakuan awal bijih besi bertanya tentang proses didalam dapur tinggi Menjelaskan besi cair pada Siswa Haryanto: dipecah,dan dipisahkan Dhuhry: digiling dan dipanggang Dadang: dipecah dan diayak Aris P: reduksi dan pelelehan Ali K: reduksi gas asam arang Bondan: pengeringan bijih Anggun: bertanya: berapa suhu cair

78

suhu 1300 1600 C, suhu udara panas 800 950 C, ukuran bijih 30 80 mm 08:05 Menjelaskan, kokas bisa diganti BB padat lainnya,untuk pemanasan awal udara pada blast stove,

besi Doni: berapa suhu udara panas yang dimasukkan ke DT? Eko AW: berapa ukuran bijih yang dimasukkan ke DT? Derry bertanya, apa guna gas Dapur Tinggi Budi S: apakah kokas bisa digantikan dengan yang lain?

Semarang, 4 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd o.Catatan Anekdotal pengamatan interaksi guru dan siswa siklus ketiga Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan Nama Guru Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Sekolah Tujuan Pengamatan : Sugiyarto, SPd : 14 Oktober 2006. : 07:30 08:00 : sekitar 30 menit : IR. MARSONO, BSc : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Pukul 07:45 Guru - mempermudah aliran gas bekas, maksimum inlet 8 untuk Produk besi cair 20 ton/24 jam, takaran perbandingan muatan di lakukan per unit bahan kemudian diangkat dgn crane - dapur pemanasan awal, ukur keliling lingkaran D = keliling 6,28 , dilihat lewat kaca penduga (per 30 Siswa Edi K: mengapa DT hrs bentuk kerucut terpancung? Haryanto:bagaimana seandainya DT dibuat lurus (silinder)? Dhuhry:Untuk apa lubang inlet gas hrs 8 bh? Ferry O:tidakkah sulit memuat isi DT sesuai perbandingan muatan? Arif S: Apa arti stack? Bagus B: bagaimana mengukur diameter bosh? Andi C: setiap kapan besi cair

07:50

79

dituang? Eko AW: bagaimana cara menghitung volume hearth? berdasar empiris, untuk memberi ruang gas bekas DT Denny P: mengapa K=0,65? Faturrahman: mengapa menit), Vh =
4
2 Dh t ., K

Ve =

08:00

2 ( D1 D22 ) t ., 4 tarik grs tegak lurus bid dasar, pakai tali kemudian dihitung dengan rumus keliling lingkaran, bukan produk utama, 1,5 x dengan jumlah gas bekas yang keluar, antara 2 6 untuk produk 20 ton per 24 jam.

3 V DT 4

08:15

Ganis S: bagaimana rumus kerucut terpancung? M Rofik: bagaimana mengukur tinggi bid. Miring? M Reza: Kalau tdk pakai jangka sorong, bagaimana menghitung diamater? Daniel S: mengapa slag tidak dihitung? Anggun S: berapa vol. Udara panas yg dimasukkan ke DT? Adi H: brp buah perlu saluran gas DT? - pasti tidak ada dan berbeda- Dhias W: Berapa perbandingan BB beda menurut jenis Bbnya, dan udara panas dalam DT? hearth pada pelelehan dan B Purnomo:Apa beda diameter bosh pada bagian reduksi, bosh dan hearth pada DT? pengeluaran gas bekas tdk Andini K:apa akibat jika DT lancar dan tekanan aliran dimuat penuh? besi cair kurang, volume Ali K: Apa yg dimaksud Vol efektif maksimum yang berhasil DT? guna, banyak troli untuk Febri: begitu banyak produk besi pelayanan dan ruang cair, bagaimana cara menuangnya? pengecoran sudah Doni N: Brp jam setelah bijih direncanakan, kurang lebih dipanaskan menjadi cair? 18 jam setelah start -V =
1 3

Semarang, 4 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd

80

p.Anekdotal pola pengelompokan siswa Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan Nama Guru Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Sekolah Tujuan Pengamatan : Sugiyarto, SPd : 14 Oktober 2006.

Kelompok 1 2 3 4 5 6 7

: 07:30 08:30 : sekitar 30 menit : IR. MARSONO, BSc : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Ketua/sekretaris Anggota 1. Daniel S 3. Bagus Adi P 2. Feri Oktora 1. Dhias Wahyu 3. M Reza K 2. M Rofik 1. Derri O 3. Agus K 2. Budi Setiono 1. Ganis S 3. Denny P 2. Eko AW 1. Febri 3. Ali K 2. Dadang Opras 1. Aris P 3. Andini K 2. Dhuhry JP

1. Adi Haryanto 2. Anggun Sandi 1. Arif Setiawan 2. Bagus Bonang 1. Edi Kurniawan 2. Bagyo Prayoga 1. Andi Catur A 2. Bondan AW 1.Doni Nugroho 2. Haryanto 1. Edi Santosa 2. B Purnomo N 1. Faturrahman 2. Taufik Hidayat

Semarang, 14 Oktober 2006. Pengamat,

81

Sugiyarto, SPd

q.Deskripsi lingkungan fisik kelas Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan No. Ruang Kelas Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Jumlah siswa Sekolah Tujuan Pengamatan : Sugiyarto, SPd : 4 Oktober 2006. : 07:30 08:30 : sekitar 30 menit : 12 : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : 35 orang semua laki-laki : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual a. memadai 10,5 m x 8 m x 4 m cerah 40 buah 40 buah ada ada, 2 buah tidak ada ada: a. memadai Ada 1 (satu) buah b. tidak memadai

Deskripsi fisik : 1. Pintu dan jendela (ventilasi) 2. Ukuran ruang kelas 3. Warna cat dinding 4. Jumlah meja belajar siswa 5. Jumlah kursi siswa 6. Meja dan kursi guru 7. Papan tulis hitam 8. White board 9. Lampu penerangan 10. Loud speaker/salon

b. tidak memadai

Semarang, 14 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd r.Tata letak kelas

82

Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul Lama pengamatan No. Ruang Kelas Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Jumlah siswa Sekolah Tujuan Pengamatan

: Sugiyarto, SPd :4 Oktober 2006.

: 07:30 08:30 : sekitar 30 menit : 12 : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : 35 orang semua laki-laki : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Tata letak (lay out) kelas II TMO1
papan tulis meja guru

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

meja siswa

Semarang, 14 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd s.Manajemen kelas dalam diskusi Nama Pengamat Tanggal/bulan/tahun pengamatan Pukul : Sugiyarto, SPd : 14 Oktober 2006. : 07:30 08:30

83

Lama pengamatan No. Ruang Kelas Mata pelajaran Kelas/Program Keahlian Jumlah siswa Sekolah Tujuan Pengamatan

: sekitar 30 menit : 12 : Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) : II / TMO2 : 35 orang semua laki-laki : SMK Negeri 3 Semarang : (1) untuk meningkatkan kualitas pemelajaran PDTM melalui pendekatan kontekstual : (2) untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual Tata letak kelas pada waktu diadakan diskusi kelompok
papan tulis meja guru

me sis ja wa

ja me a w sis

meja siswa

meja siswa

Semarang, 14 Oktober 2006. Pengamat,

Sugiyarto, SPd 3. Ijin Penelitian dari Kepala Sekolah

ja me a w sis

meja siswa

ja me a w sis

me sis ja wa

me sis ja wa

84

4.Sampel jawaban - a. Test akhir siklus pertama Nama siswa Kelas Tanggal Nama bahan No 1 Asbestos : Aris Pujiono : II TMO2 : 4 Oktober 2006

penilaian Sifat bahan Contoh penggunaannya

Skore

85

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Barium Pumiceston e Limestone Corundum Marble Slate Sulphur Rock salt Kaolin Obsidian Clay Total skore Nilai = perolehan skore : total skore maks x 100 b. Test akhir siklus kedua. Nama siswa Kelas Tanggal : Arif Setiawan : II TMO2 : 11 Oktober 2006 Skor awal

No 1 Sebelum

bijih

penilaian jawaban besi diolah maka diperlakukan

dengan:....................,..............................dan ..............................

86

2 3 4 5

Magnetic searator digunakan untuk............................................ ..................................................................................................... Bijih besi yang sangat halus, sebelum diolah, dicetak dahulu dalam bentuk ...........................dan .............................................. Mesin pengering berfungsi untuk ..............................................., .....................................................dan .......................................... Spesifikasi dapur tinggi adalah: (1) tinggi .....m, 2) diameter kerucut besar ....m,(3)diameter kerucut terkecil ...m, (4) diameter tungku....m, (5) saluran udara panas.....buah,(6)saluran gas Dapur Tinggi .....buah, (7) saluran terak ........buah Perbandingan coke : flux : iron ore = ...........:..........: .................. Proses utama dalam dapur tinggi yaitu : 1).................................. 2)...........................................dan 3).............................................. Hasil dapur tinggi : 1) ..............................................2)................ .............................................dan 3)............................................... Sifat-sifat besi kasar putih: .....................dan ............................... Manfaat kotoran pembakar:...................................., .................... dan ............................. Manfaat gas dapur tinggi untuk .................................................. .................................................................................................... Besi ingot adalah .........................................................................

6 7 8 9 10 11 12

..................................................................................................... TOTAL SKOR Nilai = skor perolehan : jumlah total x 100 = c. Test akhir siklus ketiga Kelompok Ketua Sekretaris Anggota Kelas Tanggal :5 : Haryanto : Doni Nugroho : 1. Febri Seayokohama 2. dadang Opras 3. Ali Khoeruddin : II TMO2 : 14 Oktober 2006 Skor

No Kriteria penilaian 1 Volume tungku =

87

Volume bosh =

Volume stack =

Volume efektif dapur =

Volume produksi besi kasar cair per 24 jam =

TOTAL SKOR NILAI = perolehan skor : total skor x 100 =

5.Pernyataan peneliti bahwa PTK merupakan karya sendiri.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan karya sendiri, tidak terdapat pendapat atau karya atau hasil penelitian yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam dalam daftar pustaka

88

Semarang, 15 November 2006

IR. MARSONO, BSc NIP. 130 890 623

89

6. Presensi siswa a. Presensi siklus pertama Hari/tanggal Kelas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Siswa Adi Haryanto Agus kristyanto Ali Khoeruddin Andi Catur Agus S Andini Kristiyanto Anggun Sandy S Arif Budiman Arif Sapto Nugroho Arif Setiawan Aris Pujiono Bagus Adi Prakosa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 : Rabu, 4 Oktober 2006. : II TMO2 Tanda tangan

90

12 Bagus Bonang P 13 Bagus Purnomo N 14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah siswa hadir

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

b. Presensi siklus kedua Hari/tanggal Kelas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Siswa Adi Haryanto Agus kristyanto Ali Khoeruddin Andi Catur Agus S Andini Kristiyanto Anggun Sandy S Arif Budiman Arif Sapto Nugroho Arif Setiawan Aris Pujiono Bagus Adi Prakosa Bagus Bonang P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 : Rabu, 11 Oktober 2006. : II TMO2 Tanda tangan

91

13 Bagus Purnomo N 14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah siswa hadir

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

c. Presensi siklus ketiga Hari/tanggal Kelas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Siswa Adi Haryanto Agus kristyanto Ali Khoeruddin Andi Catur Agus S Andini Kristiyanto Anggun Sandy S Arif Budiman Arif Sapto Nugroho Arif Setiawan Aris Pujiono Bagus Adi Prakosa Bagus Bonang P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 : Sabtu, 14 Oktober 2006. : II TMO2 Tanda tangan

92

13 Bagus Purnomo N 14 Bagyo Prayoga 15 Bondan Ari Wibowo 16 Budi Setiono 17 Dadang Opras A 18 Daniel Setiawan 19 Denny Dwi P 20 Derri Oscar A 21 Dhias Wahyu A 22 Dhuhry Junda Putra 23 Doni Nugroho 24 Edhi Santosa 25 Edy Kurniawan 26 Eko Adi Wicaksono 27 Eko Fariz AM 28 Faturrohman 29 Febri Seayokohama 30 Ferry Octora P 31 Ganis Saputra 32 Haryanto 33 M Reza Kurniawan 34 Muhammad Rofiq 35 Taufik Hidayat 36 Wahyu Hidayat Jumlah siswa hadir

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

7. Photo-photo kegiatan PTK a. Suasana pemelajaran siklus pertama

93

Gb.22. guru menjelaskan materi pelajaran

Gb. 23. Siswa penuh perhatian terhadap guru b. Suasana pemelajaran siklus kedua c.

94

Gb. 24. Guru menjelaskan menggunakan wall chart

Gb.25. Diantara siswa ada yang bertanya

95

Gb. 26 Guru sedang berinteraksi dengan siswa c.Suasana pemelajaran siklus ketiga

Gb. 27 Suasana siswa sedang diskusi kelompok

96

Gb. 28. Sekelompok siswa sedang melakukan penyelidikan pada miniatur Dapur Tinggi

Gb. 29 Setiap kelompok sedang serius berdiskusi

97

Gb. 30 Salah satu peserta dari suatu kelompok diskusi sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

Gb. 31. Peserta kelompok lain menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

98

You might also like