You are on page 1of 42

Perpecahan NKRI Menjadi Isu Strategis Intelejen Asing

Oleh Heri Hidayat Makmun Saya mengalami kekuatiran yang sangat dalam terhadap keutuhan bangsa ini. Bukan hal yang tidak mungkin lagi bagi anak bangsa yang prihatin dan memiliki kekuatiran yang tinggi terhadap resiko perpecahan pada NKRI. NKRI yang sulit dibangun dengan segala jerih payah dan cucuran darah para pahlawan kesuma bangsa kita digoyang dan dilepaskan emur keeratan kebangsaan dan nasionalisme kita dengan berbagai upaya yang sistemastis. Mereka merangsak masuk pada sendi-sendi kekuatan kita dan melumerkan baja persatuan bangsa kita. Bagaikan virus yang menggerogoti pemikiran kita sendiri untuk pada akhirnya memberikan simpati pada usaha mereka. Seperti yang terjadi pada Timtim. Hanya kebulatan tekad kita yang dapat meredam usaha-usaha tangan jahil imperialis yang masuk dan memecah belah, seperti cara-cara politik lama Belanda, devide et empera. Mereka berusaha memecah kita baik dari usaha di dalam dan diplomasi diluar. Negara adidaya mereka dekati dan negara tetangga yang berbatasi mereka kunjungi. Mereka yang berusaha memecah-mecah dari dalam ini, berusaha secara sistematis untuk memberikan selalu peluang pada separatis RMS dan OPM. Para pemberontak ini jangan dianggap telah mati. Usaha-usaha mereka telah merangsak masuk justru pada sendi-sendi kekuatan kita. Penerimaan personil baru TNI mulai distop, persenjataan yang usang tidak kunjung diperbaharui. Selain karena embargo senjata Amerika Serikat pada RI, juga dari gedung DPR melakukan embargo terhadap kucuran anggaran untuk pembelian senjata-senjata baru. Kesejahteraan TNI terus tidak diperhatikan sementara dilain sisi justru Polri malah akan lebih disejahterakan. LSM asing makin bergerak bebas keluar masuk gedung DPR dan berbagai akses yang bertujuan melemahkan TNI. Garda terdepan pertahanan kita! Konsolidasi mereka diluar semakin matang, Senat-senat Amerika Serikat yang dulu memberikan sokongan dan dukungan kepada NKRI mereka dekati. Berbagai LSM asing yang sebenarnya independent di propokasi dan dimasuki pemahaman baru. Situs para senator AS ini secara terang-terangan mereka tidak pernah mengakui tentang keberadaan separatis OPM. Seperti tulisan saya yang beberapa waktu yang lalu yang berjudul Tidak Ada Dukungan Internasional Terhadap OPM yang kemudian dilink dan dibahas secara khusus pada situs OpenCongress.net yang merupakan situs tidak resmi para Senator AS. Tetapi perkelahian pemahaman dan ide paling bekecamuk justru pada situs ini. Pemikiran para senator lebih berani mereka ungkapkan disini. Konsep memecah NKRI tidak dilakukan secara tiba-tiba dan untuk waktu jangka pendek, tetapi dilakukan untuk waktu yang sulit ditentukan, untuk berbagai misi yang cukup luas. Para ujung tombak mereka adalah LSM-LSM yang bergerak bebas di Indonesia. Dengan alasan menggelorakan semangat demokrasi, HAM, kesetaraan, gender dan sebagainya. Mereka dapat dengan leluasa memberikan pengaruh para berbagai elemen organisasi, dari yang paling vocal yaitu anak-anak mahasiswa kita sampai pada yang paling konservatif secara pemikiran dari kalangan Bapak-bapak kita yang duduk di DPR.

Semestinya kita bercermin pada kejadian dan sejarah berdirinya RI ini yaitu pada saat pecahnya perlawanan local yang dilakukan gerakan separatis RMS yang terdiri dari para mantan KNIL pada masa penjajahan Belanda. Pada November 1957 berbagai agen asing mulai masuk dan melakukan infiltrasi pada wilayah nusantara tanpa sepengetahuan TNI. Markas besar operasi ini berada di Singapura dengan restu dari Inggris dan melakukan basis militer di Filipina. Puluhan ribu orang bersenjata dipersiapkan, dengan mentransfer senjata melalui udara yang dilakukan oleh pesawat-pesawat B.26 pada berbagai daerah yang akan menjadi basis konflikkonflik. Semua pesawat, senjata dan orang-orang yang melakukan gerakan infiltrasi dibersihkan dari berbagai atribut. Senjata yang terlihat jelas pabrik mana sedikit dimodifikasi. Pada bulan Januari 1959 berbagai gerakan bersenjata illegal tersebut mulai berkobar di salah satu wilayah, yang kemudian menyebar pada daerah-daerah lainnya. Pesawat-pesawat asing melakukan semakin sering melakukan penerbangan diwilayah Nusantara. Bahkan merekak melakukan pengemboman pada tempat-tempat yang diduduki oleh TNI. Pemimpin pemberontak Kolonel Alex Kawilarang mulai banyak melakukan aksi-aksi yang berani, akibat backing yang kuat diberbagai wilayah perbatasan dan diwilayah RI sendiri. Mereka yang didukung oleh pesawat-pesawat asing terseebut sudah mulai berani melakukan pengemboman di Ambon pada tanggal 15 Mei 1959, yang mengakibatkan terbunuhnya rakyat sipil. Dalam pengeboman berikut di Ambon sebuah pesawat yang dikendarai oleh seorang pilot asing Allen Lawrence Pope tertembang jatuh. Pope yang berasal dari Perrine, Florida yang telah melakukan 55 kali dari berbagai misi infiltrasi diwilayah RI ini diamankan. Kemudian ia mendekam dipenjara RI selama 4 tahun. Pada akhirnya Sukarno mengampuninya atas permintaan Jaksa Agung Robert Kennedy. Peran CIA di Indonesia benar-benar dapat ditelanjangi oleh dokumen yang di bawa Pope. Sebenarnya Pope dilarang keras untuk selalu membawa dokumen-dokumen rahasia dalam berbagai misinya. Tetapi Pope sadar bahwa tanpa dokumen dan identitas kewarganegaraan, maka ia akan kehilangan hak hukum sama sekali. Pada tanggal 27 Mei 1959 Pemerintah Indonesia membawa material dokumen tersebut ke konferensi dunia. Dokumen ini menjungkirbalikkan pernyataan resmi pejabat-pejabat pemerintah AS. Salah satunya adalah pernyataan Eisenhower pada tanggal 30 April yang mengatakan bawah kebijakan kami adalah bersikap netral dan melakuakan hal hal yang sepantasnya sedemikian rupa sehingga kami tidak akan mengambil bagian dari apa yang bukan urusan kami. Itu pola-pola lama pihak asing meruntuhkan NKRI. Dalam tahap kontemporer ini peranperan pemberontakan local bersenjata sudah dikurangi. Kecuali kemungkinan pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh separatis RMS dan GPM. Peran LSM-LSM dan akses-akses informasi mulai di optimalkan. Pembentukan opini massa menjadi agenda penting sekarang. Keberhasilan pola-pola seperti ini berdasarkan pengalaman masa lalu ketika terjadi perseteruan Amerika Serikat VS Uni Soviet yang saling berebut

pengaruh. Seperti kontroversi tentang Adam Malik yang direkrut CIA dan sebagainya. Terlepas benar tidaknya Adam Malik yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan di jadikan sebagai titik tumpu misi-misi CIA dalam memberantar Partai Komunis, tetapi peran CIA di Indonesia hamper-hampir sulit untuk ditolak. Buku kontroversi Weiner yang berjudul Membongkar Kegagalan CIA yang menjelaskan keterlibatan Adam Malik sebagai agen dalam stasiun CIA di Jakarta. Seperti yang ditulis Weiner dalam bukunya: "Stasiun CIA di Jakarta memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam Malik, mantan Marxis berusia 48 tahun". "Saya merekrut dan mengontorol Adam Malik. Ia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut". Menurut Weiner pernyataan ini berasal dari perwira CIA Clyde Mc Avoy dalam wawancara dengan Weiner pada 2005. Weiner menjelaskan tentang peran Adam Malik dalam memberantas Gerakan 30 September yang ia menurut Weiner dalam bukunya tersebut ia kutip dari dokumen-dokumen CIA yang menyebutkan Adam Malik pernah menerima uang senilai US$ 100 atau sekitar Rp 50 juta pada saat itu guna memberantas gerakan Partai Komunis ini. Cara-cara lain yang tentunya harus menjadai ancaman NKRI yang harus terus diwaspadai adalah dengan pencaplokan wilayah dengan memanfaatkan kelemahan kita dari sisi hukum internasional. Seperti Sipadan dan Ligitan yang telah lepas dari NKRI. Kelanjutan dari Episode ini adalah Ambalat. Perseteruan blok Ambalat yang berada di perairan karang Unarang Laut Sulawesi masih terus menjadi agenda penting dalam episode krisis hubungan Indonensia Malaysia. Indonesia dan Malaysia sama-sama mengklaim sebagai pemilik blok yang diperkirakan kaya akan kandungan minyak tersebut. Pemerintah Indonesia harus menentukan lebih dahulu letak koordinat geografis sebagai bahan dalam proses perundingan jika seandainya perseteruan ini harus diselesaikan melalui jalur litigasi. Memang betul bahwa Blok Ambalat berjarak lebih dari 12 mil dari garis pantai Indonesia, tetapi Ambalat masih menjadi milik Indonesia dengan berpatokan pada landas kontinen. Kepahaman dan kemampuan diplomasi dalam penerapan hukum-hukum internasional yang berkaitan dengan perbatasan antar negara penting untuk dikuasai sebelum duduk di meja perundingan. Pemerintah harus terus menerus melakukan aktivitas di pulau tersebut sebagai bagain dari bukti-bukti hukum yang akan menguatkan posisi Indonesia. Praktek lain untuk mengganggu NKRI adalah dengan sabotase ekonomi yang terus dilakukan mafia ekonomi yang menggerogoti rupiah dan devisa dolar kita manjadi bagian yang cukup efektif melemahkan kita. Mafia-mafia ini karena terbukti keefektipannya, dikembangkan menjadi mafia yang bergerak di bursa, mafia minyak, mafia distribusi pupuk dan sebagainya. Mafia ini menjadi suatu simbiosis antara para penjahat ekonomi dan penjahat politik. Dipentas politik yang penuh citra mereka juga bergerak dengan semboyan presiden muda dan sebagainya. Peran-peran meraka ini akan menjadi terminal dari segala misi mereka yang lain. Para intruders ini melakukan gerakan yang terus meneruskan melemahkan NKRI. Regenerasi menjadi perhatian yang besar. Generasi muda kita mulai dicekoki oleh misi-misi hedonisme, sekulerisasi, anti nasionalisme, rasa rendah diri berbangsa Indonesia kepada anak bangsa

pewaris kita. Memperkecil peran agama, memperkecil peran cendikiawan pribumi Indonesia, melakukan fitnah kepada para tokoh-tokoh agama, tokoh nasionalis dan para pembesar TNI. Cara-cara infiltrasi lama yang sudah konyol benar-benar mereka tinggalkan. Pergolakan bersenjata kedaerahan yang dulu mereka kembangkan terbukti tumpul untuk memecah NKRI. Bangsa Indonesia mulai menghadapi cara-cara baru yang lebih berbahaya. Ini menjadi tanggungjawab para seluruh Pemuda Indonesia. Kendorkan pengaruh asing yang ingin mengoyang NKRI kita. Jangan pilih partai yang melakukan kontak asing, jangan pilih pemimpin yang menjadi boneka asing, kuatkan peran bangsa sendiri. Bangun kemandirian bangsa. Jangan berikan kekayaan mineral nusantara kepada asing. Hentikan tayangan hedonisme di televise, dan beri kesempatan ruh nasionalisme mengalir kepada generasi bangsa kita. Kuatkan TNI, beri senjata baru yang canggih. Perbanyak kapal patroli di wilayah nusantara kita. Stop liberalisasi perdagangan, jangan serahkan asset strategis bangsa ke asing. Ikut arus global bukan berarti bersedia dibodohi! Pemerintah Indonesia juga harus rajin memberikan apresiasi terhadap berbagai upaya positif yang dilakukan oleh Negara-negara tetangga kita seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Papua Nugini yang menyarankan agar OPM mengikuti jejak seperti yang dilakukan oleh GAM. Tetapi sebaliknya juga Pemerintah harus cepat tanggap terhadap berbagai langkah dan intrik yang kurang baik dari tetangga kita, seperti pemberian izin kepada anggota OPM yang masuk ke Australia. Pemerintah kita juga harus secepatnya menyelesaikan draf Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (RUU Kamnas) yang akan diajukan oleh Departemen Pertahanan. Pemerintah harus benar-benar spesifik dalam mendifinisikan terminologi Keamanan Nasional sekaligus juga pihak mana yang akan terlibat dalam penanganannya, seperti yang diungkapkan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti. Undang-Undang Kamnas nanti harus benar-benar bermanfaat dalam melindungi pulau-pulau Nusantara dari pihak intruders, baik sparatisme, pencaplokan wilayah atau gangguand dari dalam. Undang-Udang ini jangan dimanfaatkan oleh hegemoni asing yang justru merugikan pihak Indonesia. Indonesia harus mandiri dalam mengatur dan mengendalikan keamanan dalam wilayah Indonesia sendiri. Kita berada di antara negara-negara yang masih memiliki potensi untuk melakukan klaim atas wilayah kita. Selain itu aspek lain juga yang perlu dibenahi adalah mengenai kesejahteraan rakyat yang berada jauh dari Jakarta. Kesejahteraan masyarakat yang berada digaris perbatasan memiliki dampak politik politik yang sangat besar, seperti masyarakat di Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. Wilayah nusantara berbatasan selalu lebih memiliki potensi untuk bergolak dan berpisah. Keadilan dan kesejahteraan saudara kita ini penting artinya untuk keutuhan NKRI. Perbaiki kualitas pendidikan, masukkan semangat nasionalisme dalam kurikulum kita. Bangsa kita tidak perlu terlalu pintar tetapi bermoral penjajah Belanda. Merahkan darah generasi kita dengan darah pejuang 45. Perbanyak kibaran bendera merah putih pada seluruh wilayah nusantara kita. Buat kewajiban itu kepada semua kantor pemerintah kita. Perbanyak dengungkan lagu-lagi wajib penggugah semangat kita, tidak hanya pada acara-acara 17-an.

Buatkan jam wajib pada televise-televisi kita untuk memperdengarkan lagu-lagu itu, yang membantah jangan-jangan bagian dari intruders. Merdeka!.. Hidup NKRI!

Strategi Propaganda Amerika Serikat


Oleh Sumantiri B. Sugeo Kemajuan suatu negara sangat berkaitan erat dengan kemampuan berdiplomasi diluar negeri yang efektif. Kepentingan nasional berupa ekonomi dan politik dapat dijaga dengan strategi berdiplomasi. Tetapi berdiplomasi harus memiliki "nilai tawar" yang laku dijual. Bagaimana meningkatkan dan memperkaya nilai tawar? Salah usaha untuk itu adalah dengan melakukan propaganda. Menurut Nancy Snow propaganda memiliki tiga karakteristik: (1) merupakan komunikasi yang disengaja, dan dirancang untuk mengubah sikap orang yang menjadi sasaran; (2) Proganda dilakukan untuk menguntungkan kepentingan orang yang dituju; (3) merupakan informasi satu arah. ( Nancy Snow, 2003). Salah satu semangat propaganda AS dapatlah kita telusuri dari berbagai pendapat dari analis barat mengenai propadanda. Smith Alhadar, kolumnis dan jurnalis. Berpendapat bahwa: "Pada saat ini semua rezim nasional menekankan bahwa kedaulaan nasionalnya telah memberinya hak untuk melakukan propaganda tertentu, sekalipun penuh kebohongan dan bertentangan dengan kebutuhan sistem dunia". Undang-Undang Amerika, UU Smith - Mundt 1948, berisi larangan untuk melakukan propaganda ditujukan kepada rakyatnya sendiri. Tapi larangan ini pada kenyataanya tidaklah efektif, karena rakyat Amerika yang kritis justru yang melakukan anti propaganda pemerintahnya sendiri, karena itulah pada akhirnya propaganda oleh rejim yang berjalan selalu dilakukan juga kepada rakyatnya sendiri. Media Amerika merupakan media yang sangat terkontrol pemerintah. Film-film yang diciptakan diwajibkan untuk memunculkan bendera Amerika dalam beberapa detik, demikian juga radia-radio swasta Amerika harus mendukung propaganda pemerintah dengan memberi jatah waktu untuk VOA. Bahkan VOA masuk ke media-media berbagai negara di dunia. Di Indonesia dapat ditonton di MetroTV dan Indosiar. Anehnya lagi media-media masa Amerika melihat kepentingan dirinya identik dengan kepentingan pemerintahnya, ikut dan aktif terlibat dalam propaganda tersebut baik kepada publik sendiri maupun kepada masyarakat internasional. Sebagai contoh ketika Amerika ingin menginvansi Iran dan menjatuhkan Saddam Hussein dari kursi kekuasaanya. Media Amerika secara seragam melaporkan berbagai kejahatan dan banyak keburukan lain yang dilakukan Saddam Hussein. Bahkan media seperti Al-Jazeera yang selalu berbeda pendapat dilarang oleh pemerintah. Banyak wartawan Al-Jazeera yang masuk Guantanamau, dengan tuduhan melakukan terorisme, yang lebih tragis lagi kantor berita Al-jazeera di Irak ikut di bom. Embargo informasi juga dilakukan kepada stasiun jaringan informasi internasional seperti PressTV. Untuk audiens luar negeri, pemerintah Amerika mempunyai lembaga yang khusus melakukan propaganda. Lembaga ini bernama Committee for Public Information (CPI), didirikan pada 1917 ditengah berkecamuknya Perang Dunia I. Usaha-usaha badan ini sangat efektif untuk mendukung kebijakan apapun rejim yang berkuasa. Akhirnya CPI diupgrade menjadi Badan

Informasi Amerika (USIA) mengingat potensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan dan misi pemerintah. Badan koordinasi dan informasi Amerika di Indonesia yang menjadi jembatan USEA adalah USIS (United State Information Services) di Indonesia disebut Pelayanan Informasi Amerika (PIA). USIS di Indonesia memiliki program Fulbright, kunjungan internasional, program informasi, dan siaran internasional yang meliputi jaringan televisi dan radio VOA (Voices of Amerika). USIA menyebutnya untuk urusan luar negeri sebagai public diplomacy sebagai penganti istilah propaganda yang memiliki konotasi buruk. Anggaran yang diterima USIA untuk menjalankan misinya sejak berdirinya rata-rata mencapai US$ 1 milyar per tahun yang berasal dari pembayar pajak Amerika. Ironisnya banyak rakyat Amerika yang tidak tahu keberadaanya. Memang lembaga ini merupakan salah satu rahasia yang dijaga ketat. Salah satu keberhasilan USIA adalah memenangkan hati komunitas internasional guna mendukung kepentingan gedung putih, khususnya selama krisis Irak - Amerika ( 1990 - 2003 ). Sejak invasi Irak ke Kuwait pada 2 Agustus 1990, yang berujung pada perang Irak melawan pasukan multinasional pimpinan Amerika Serikat. Isu senjata pemusnah masal ( WMD = Weapons of mass destruction ) selalu diangkat dalam berbagai pidato di hadapan personil militer di Pantagon, Gedung Putih, PBB dan pada pertemuan-pertemuan internasional. Presiden Bill Clinton menyatakan tujuh tahun penundaan dan muslihat oleh Irak mengenai inspeksi sejata sejak menyerah pada Perang Teluk. Ia sambil mengetuk meja berulang-ulang pada pertemuan evaluasi teknis yang dihadiri tenaga ahli dari negara anggota tetap DK PBB mengatakan: "Diantara senjata biologi yang dimiliki Irak adalah 5.000 galon botulinum, 2.000 galon anthrax, 25 hulu ledak rudal scud berisi senjata biologi dan 157 bom yang dapat meledak di udara." Pernyataan Clinton yang ekplisit ini berlainan dengan pemaparan tim inspeksi senjata (UNSCOM). Menurut UNSCOM baru sampai taraf curiga berkaitan dengan Baghdad tidak mampu membuktikan secara meyakinkan aktivitas yang berhubungan dengan isu tersebut. Menurut Scott Ritter, seorang warga Amerika anggota UNSCOM. Bahwa infrastruktur dan alat produksi WMD Irak sudah dimusnahkan seluruhnya. Untuk membuktikannya tim monitoring WMD UNSCOM telah memasang alat monotoring yang dijaga ketat. Alat pendeteksi ini menggunakan teknologi canggih dengan kemampuan sinar gamma yang sensitif terhadap uranium dan plutonium. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa irak sudah tidak memiliki lagi infrastruktur WMD. Kecurigaan Amerika bahwa Irak akan bekerja kembali membangun infrastrukturnya adalah mustahil mengingat Irak telah jatuh miskin dengan utang luar negerinya mencapai US$100 Milyar sejak diembargo ekonomi yang dipaksakan DK PBB Tahun 1990. Tetapi pada kenyataanya walaupun Irak secara fakta aman dari WMD, isu internasional tetap menunjukkan Irak pemilik senjata masal, cadangan uranium dan plutonoium, memiliki rencana akan mengekpansi negara-negara tentangganya. Seakan-akan fakta yang ada dilapangan tidak berarti apa-apa, karena dunia internasional telah terlanjur mempercayai propaganda Amerika yang dilakukan secara sistematis. Media terkenal seperti The Washington Post pun malah ikut memberitakan informasi yang salah bahwa orang-orang Irak dengan menulis "were known to consider chemical as useful military tool" dan memberitakan juga bahwa pasukan Irak telah diberi alat dan dekontaminasi

pasukan mereka sendiri dengan alat pelindung diri. Menurut Nancy Snow Ada tiga tujuan utama propaganda Amerika dalam kaitannya dengan negara-negara Timur Tengah pada masa perang dingin Amerika - Uni Soviet : (1) Membendung pengaruh komunis Uni Soviet ke Timur Tengah; (2) Menjaga kelancaran aliran minyak Timur Tengah ke Amerika; (3) Menjaga superioritas militer Israel atas negara-negara Arab. Sampai sekarangpun propaganda ini masih terus berjalan walaupun perang dingin telah selesai.

Gerakan "Mengobok-Obok" NKRI


Oleh Heri Hidayat Makmun Saya mengalami kekuatiran yang sangat dalam terhadap keutuhan bangsa ini. Bukan hal yang tidak mungkin lagi bagi anak bangsa yang prihatin dan memiliki kekuatiran yang tinggi terhadap resiko perpecahan pada NKRI. NKRI yang sulit dibangun dengan segala jerih payah dan cucuran darah para pahlawan kesuma bangsa kita digoyang dan dilepaskan emur keeratan kebangsaan dan nasionalisme kita dengan berbagai upaya yang sistemastis. Mereka merangsak masuk pada sendi-sendi kekuatan kita dan melumerkan baja persatuan bangsa kita. Bagaikan virus yang menggerogoti pemikiran kita sendiri untuk pada akhirnya memberikan simpati pada usaha mereka. Seperti yang terjadi pada Timtim. Hanya kebulatan tekad kita yang dapat meredam usaha-usaha tangan jahil imperialis yang masuk dan memecah belah, seperti cara-cara politik lama Belanda, devide et empera. Mereka berusaha memecah kita baik dari usaha di dalam dan diplomasi diluar. Negara adidaya mereka dekati dan negara tetangga yang berbatasi mereka kunjungi. Mereka yang berusaha memecah-mecah dari dalam ini, berusaha secara sistematis untuk memberikan selalu peluang pada separatis RMS dan OPM. Para pemberontak ini jangan dianggap telah mati. Usaha-usaha mereka telah merangsak masuk justru pada sendi-sendi kekuatan kita. Penerimaan personil baru TNI mulai distop, persenjataan yang usang tidak kunjung diperbaharui. Selain karena embargo senjata Amerika Serikat pada RI, juga dari gedung DPR melakukan embargo terhadap kucuran anggaran untuk pembelian senjata-senjata baru. Kesejahteraan TNI semakin tidak diperhatikan sementara. LSM asing makin bergerak bebas keluar masuk gedung DPR dan berbagai akses yang bertujuan melemahkan TNI. Garda terdepan pertahanan kita!

Konsolidasi mereka diluar semakin matang, Senat-senat Amerika Serikat yang dulu memberikan sokongan dan dukungan kepada NKRI mereka dekati. Berbagai LSM asing yang sebenarnya independent di propokasi dan dimasuki pemahaman baru. Situs para senator AS ini secara terang-terangan mereka tidak pernah mengakui tentang keberadaan separatis OPM. Seperti tulisan saya yang beberapa waktu yang lalu yang berjudul Tidak Ada Dukungan Internasional Terhadap OPM yang kemudian dilink dan dibahas secara khusus pada situs OpenCongress.net yang merupakan situs tidak resmi para Senator AS. Tetapi perkelahian pemahaman dan ide paling bekecamuk justru pada situs ini.

Pemikiran para senator lebih berani mereka ungkapkan disini. Konsep memecah NKRI tidak dilakukan secara tiba-tiba dan untuk waktu jangka pendek, tetapi dilakukan untuk waktu yang sulit ditentukan, untuk berbagai misi yang cukup luas. Para ujung tombak mereka adalah LSM-LSM yang bergerak bebas di Indonesia. Dengan alasan menggelorakan semangat demokrasi, HAM, kesetaraan, gender dan sebagainya. Mereka dapat dengan leluasa memberikan pengaruh para berbagai elemen organisasi, dari yang paling vocal yaitu anak-anak mahasiswa kita sampai pada yang paling konservatif secara pemikiran dari kalangan Bapak-bapak kita yang duduk di DPR. Semestinya kita bercermin pada kejadian dan sejarah berdirinya RI ini yaitu pada saat pecahnya perlawanan local yang dilakukan gerakan separatis RMS yang terdiri dari para mantan KNIL pada masa penjajahan Belanda. Pada November 1957 berbagai agen asing mulai masuk dan melakukan infiltrasi pada wilayah nusantara tanpa sepengetahuan TNI. Markas besar operasi ini berada di Singapura dengan restu dari Inggris dan melakukan basis militer di Filipina. Puluhan ribu orang bersenjata dipersiapkan, dengan mentransfer senjata melalui udara yang dilakukan oleh pesawat-pesawat B.26 pada berbagai daerah yang akan menjadi basis konflikkonflik. Semua pesawat, senjata dan orang-orang yang melakukan gerakan infiltrasi dibersihkan dari berbagai atribut. Senjata yang terlihat jelas pabrik mana sedikit dimodifikasi. Pada bulan Januari 1959 berbagai gerakan bersenjata illegal tersebut mulai berkobar di salah satu wilayah, yang kemudian menyebar pada daerah-daerah lainnya. Pesawat-pesawat asing melakukan semakin sering melakukan penerbangan diwilayah Nusantara. Bahkan merekak melakukan pengemboman pada tempat-tempat yang diduduki oleh TNI. Pemimpin pemberontak Kolonel Alex Kawilarang mulai banyak melakukan aksi-aksi yang berani, akibat backing yang kuat diberbagai wilayah perbatasan dan diwilayah RI sendiri. Mereka yang didukung oleh pesawat-pesawat asing terseebut sudah mulai berani melakukan pengemboman di Ambon pada tanggal 15 Mei 1959, yang mengakibatkan terbunuhnya rakyat sipil. Dalam pengeboman berikut di Ambon sebuah pesawat yang dikendarai oleh seorang pilot asing Allen Lawrence Pope tertembang jatuh. Pope yang berasal dari Perrine, Florida yang telah melakukan 55 kali dari berbagai misi infiltrasi diwilayah RI ini diamankan. Kemudian ia mendekam dipenjara RI selama 4 tahun. Pada akhirnya Sukarno mengampuninya atas permintaan Jaksa Agung Robert Kennedy. Peran CIA di Indonesia benar-benar dapat ditelanjangi oleh dokumen yang di bawa Pope. Sebenarnya Pope dilarang keras untuk selalu membawa dokumen-dokumen rahasia dalam berbagai misinya. Tetapi Pope sadar bahwa tanpa dokumen dan identitas kewarganegaraan, maka ia akan kehilangan hak hukum sama sekali. Pada tanggal 27 Mei 1959 Pemerintah Indonesia membawa material dokumen tersebut ke konferensi dunia. Dokumen ini menjungkirbalikkan pernyataan resmi pejabat-pejabat pemerintah AS. Salah satunya adalah pernyataan Eisenhower pada tanggal 30 April yang mengatakan bawah kebijakan kami adalah bersikap netral dan melakuakan hal hal yang sepantasnya sedemikian rupa sehingga kami tidak akan mengambil bagian dari apa yang bukan urusan kami.

Itu pola-pola lama pihak asing meruntuhkan NKRI. Dalam tahap kontemporer ini peranperan pemberontakan local bersenjata sudah dikurangi. Kecuali kemungkinan pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh separatis RMS dan GPM. Peran LSM-LSM dan akses-akses informasi mulai di optimalkan. Pembentukan opini massa menjadi agenda penting sekarang. Keberhasilan pola-pola seperti ini berdasarkan pengalaman masa lalu ketika terjadi perseteruan Amerika Serikat VS Uni Soviet yang saling berebut pengaruh. Seperti kontroversi tentang Adam Malik yang direkrut CIA dan sebagainya. Terlepas benar tidaknya Adam Malik yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan di jadikan sebagai titik tumpu misi-misi CIA dalam memberantar Partai Komunis, tetapi peran CIA di Indonesia hamper-hampir sulit untuk ditolak. Buku kontroversi Weiner yang berjudul Membongkar Kegagalan CIA yang menjelaskan keterlibatan Adam Malik sebagai agen dalam stasiun CIA di Jakarta. Seperti yang ditulis Weiner dalam bukunya: "Stasiun CIA di Jakarta memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam Malik, mantan Marxis berusia 48 tahun". "Saya merekrut dan mengontorol Adam Malik. Ia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut". Menurut Weiner pernyataan ini berasal dari perwira CIA Clyde Mc Avoy dalam wawancara dengan Weiner pada 2005. Weiner menjelaskan tentang peran Adam Malik dalam memberantas Gerakan 30 September yang ia menurut Weiner dalam bukunya tersebut ia kutip dari dokumen-dokumen CIA yang menyebutkan Adam Malik pernah menerima uang senilai US$ 100 atau sekitar Rp 50 juta pada saat itu guna memberantas gerakan Partai Komunis ini. Cara-cara lain yang tentunya harus menjadai ancaman NKRI yang harus terus diwaspadai adalah dengan pencaplokan wilayah dengan memanfaatkan kelemahan kita dari sisi hukum internasional. Seperti Sipadan dan Ligitan yang telah lepas dari NKRI. Kelanjutan dari Episode ini adalah Ambalat. Perseteruan blok Ambalat yang berada di perairan karang Unarang Laut Sulawesi masih terus menjadi agenda penting dalam episode krisis hubungan Indonensia Malaysia. Indonesia dan Malaysia sama-sama mengklaim sebagai pemilik blok yang diperkirakan kaya akan kandungan minyak tersebut. Pemerintah Indonesia harus menentukan lebih dahulu letak koordinat geografis sebagai bahan dalam proses perundingan jika seandainya perseteruan ini harus diselesaikan melalui jalur litigasi. Memang betul bahwa Blok Ambalat berjarak lebih dari 12 mil dari garis pantai Indonesia, tetapi Ambalat masih menjadi milik Indonesia dengan berpatokan pada landas kontinen. Kepahaman dan kemampuan diplomasi dalam penerapan hukum-hukum internasional yang berkaitan dengan perbatasan antar negara penting untuk dikuasai sebelum duduk di meja perundingan. Pemerintah harus terus menerus melakukan aktivitas di pulau tersebut sebagai bagain dari bukti-bukti hukum yang akan menguatkan posisi Indonesia. Praktek lain untuk mengganggu NKRI adalah dengan sabotase ekonomi yang terus dilakukan mafia ekonomi yang menggerogoti rupiah dan devisa dolar kita manjadi bagian yang cukup efektif melemahkan kita. Mafia-mafia ini karena terbukti keefektipannya, dikembangkan menjadi mafia yang bergerak di bursa, mafia minyak, mafia distribusi pupuk dan sebagainya. Mafia ini menjadi suatu simbiosis antara para penjahat ekonomi dan penjahat politik.

Dipentas politik yang penuh citra mereka juga bergerak dengan semboyan presiden muda dan sebagainya. Peran-peran meraka ini akan menjadi terminal dari segala misi mereka yang lain . Para intruders ini melakukan gerakan yang terus meneruskan melemahkan NKRI. Regenerasi menjadi perhatian yang besar. Generasi muda kita mulai dicekoki oleh misi-misi hedonisme, sekulerisasi, anti nasionalisme, rasa rendah diri berbangsa Indonesia kepada anak bangsa pewaris kita. Memperkecil peran agama, memperkecil peran cendikiawan pribumi Indonesia, melakukan fitnah kepada para tokoh-tokoh agama, tokoh nasionalis dan para pembesar TNI. Cara-cara infiltrasi lama yang sudah konyol benar-benar mereka tinggalkan. Pergolakan bersenjata kedaerahan yang dulu mereka kembangkan terbukti tumpul untuk memecah NKRI. Bangsa Indonesia mulai menghadapi cara-cara baru yang lebih berbahaya. Ini menjadi tanggungjawab para seluruh Pemuda Indonesia. Kendorkan pengaruh asing yang ingin mengoyang NKRI kita. Jangan pilih partai yang melakukan kontak asing, jangan pilih pemimpin yang menjadi boneka asing, kuatkan peran bangsa sendiri. Bangun kemandirian bangsa. Jangan berikan kekayaan mineral nusantara kepada asing. Hentikan tayangan hedonisme di televise, dan beri kesempatan ruh nasionalisme mengalir kepada generasi bangsa kita. Kuatkan TNI, beri senjata baru yang canggih. Perbanyak kapal patroli di wilayah nusantara kita. Stop liberalisasi perdagangan, jangan serahkan asset strategis bangsa ke asing. Ikut arus global bukan berarti bersedia dibodohi! Pemerintah Indonesia juga harus rajin memberikan apresiasi terhadap berbagai upaya positif yang dilakukan oleh Negara-negara tetangga kita seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Papua Nugini yang menyarankan agar OPM mengikuti jejak seperti yang dilakukan oleh GAM. Tetapi sebaliknya juga Pemerintah harus cepat tanggap terhadap berbagai langkah dan intrik yang kurang baik dari tetangga kita, seperti pemberian izin kepada anggota OPM yang masuk ke Australia. Pemerintah kita juga harus secepatnya menyelesaikan draf Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (RUU Kamnas) yang akan diajukan oleh Departemen Pertahanan. Pemerintah harus benar-benar spesifik dalam mendifinisikan terminologi Keamanan Nasional sekaligus juga pihak mana yang akan terlibat dalam penanganannya, seperti yang diungkapkan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti. Undang-Undang Kamnas nanti harus benar-benar bermanfaat dalam melindungi pulau-pulau Nusantara dari pihak intruders, baik sparatisme, pencaplokan wilayah atau gangguand dari dalam. Undang-Udang ini jangan dimanfaatkan oleh hegemoni asing yang justru merugikan pihak Indonesia. Indonesia harus mandiri dalam mengatur dan mengendalikan keamanan dalam wilayah Indonesia sendiri. Kita berada di antara negara-negara yang masih memiliki potensi untuk melakukan klaim atas wilayah kita. Selain itu aspek lain juga yang perlu dibenahi adalah mengenai kesejahteraan rakyat yang berada jauh dari Jakarta. Kesejahteraan masyarakat yang berada digaris perbatasan memiliki dampak politik politik yang sangat besar, seperti masyarakat di Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. Wilayah nusantara berbatasan selalu lebih memiliki potensi untuk bergolak dan berpisah. Keadilan dan kesejahteraan saudara kita ini penting artinya untuk keutuhan

NKRI. Perbaiki kualitas pendidikan, masukkan semangat nasionalisme dalam kurikulum kita. Bangsa kita tidak perlu terlalu pintar tetapi bermoral penjajah Belanda. Merahkan darah generasi kita dengan darah pejuang 45. Perbanyak kibaran bendera merah putih pada seluruh wilayah nusantara kita. Buat kewajiban itu kepada semua kantor pemerintah kita. Perbanyak dengungkan lagu-lagi wajib penggugah semangat kita, tidak hanya pada acara-acara 17-an. Buatkan jam wajib pada televise-televisi kita untuk memperdengarkan lagu-lagu itu, yang membantah jangan-jangan bagian dari intruders. Merdeka!.. Hidup NKRI!

Ciri-ciri Jurnalis Amplop Kapitalis


Oleh Subekti Wibowo Imperialisme melalui kerja jurnalis sudah biasa terjadi dalam dunia politik. Perjuangan memperebutkan kemerdekaan contohnya oleh negeri-negeri yang terjajah ternyata harus menghadapi propaganda imperialisme. Baik perjuangan pada masa bangsa Indonesia dulu memperebutkan dan mempertahankan kemerdekaan maupun perjuangan bangsa-bangsa lain yang masih terjajah pada zaman kini. Dapat banyak sekali kita temui bukti bahwa media sekarang baik asing maupun yang berada di Indonesia dari dulu sampai sekarang ini. Dalam arti jurnalis yang tidak memihak baik dalam makna yang kasar atau dalam prilaku jurnalis yang halus. Jurnalis yang tidak memihak dalam sebuah berita dapat sangat terlihat dari gaya, cara penulisan dan pemilihan kata yang digunakannya dalam pemberitaan tersebut. Berita, artikel atau opini jelas berbeda. Berita harus mengedepankan diskripsi yang tidak menghadirkan perasaan dan keberpihakan personal dalam presentasi hasil liputannya. Satu dua kata yang digunakan dalam suatu hasil liputan bisa menjadi "pesanan pihak ketiga" sebagai rangka memperkuat hegemoni imperialisme, kapitalisme dan liberalisme di berbagai belahan bumi termasuk di Indonesia. Menurut Nanci Snow dalam bukunya Propaganda, Inc menjelaskan sebagai berikut ini: Ada tiga karakteristik propaganda: (1) ia merupakan komunikasi yang disengaja, dirancang untuk mengubah sikap orang yang menjadi sasaran; (2) ia menguntungkan bagi sepelaku progaganda untuk memajukan kepentingan orang yang dituju; dan (3) ia biasanya merupakan informasi satu arah. ( 2003: Nancy Snow ) Mempergunakan permainan kalimat, kata dan sebutan tertentu untuk suatu kesan tertentu. Ciri-ciri ini biasa digunakan untuk mendiskripsikan daerah atau wilahah perang seperti yang terjadi di Irak dan Afghanistan atau lainnya. Misalnya dalam penggunaan penyebutan untuk para pejuang Irak dengan sebutan "teroris Irak", "militan Irak", "fundamentalis Irak", "ektrimis Irak", "pengacau Irak." Penggunaan kata "ekstrimis" contohnya yang ditujukan kepada seorang pejuang Irak, walaupun sederhana tetapi memiliki dampak dan kesan yang mendalam terhadap pembaca. Contohnya lagi untuk menjelaskan kematian seorang tentara AS di Irak dengan menggunakan kata-kata "gugur" sementara kematian seorang pejuang Irak dengan kata "tewas." Contoh lain lagi dalam menambahkan suatu kata atau tidak dalam suatu penjelasan, seperti

dalam penggunaan kata-kata untuk mendiskripsikan tentang kematian 10 orang sipil Afghanistan, ada jurnalis yang menjelaskan dengan kalimat sebagai berikut: "10 Orang Irak Tewas Terkena Bom." Kata-kata 10 orang Irak tidak jelas orang Irak mana, apakah dia rakyat sipil, tentara atau para pejuang Irak? Bomnya pun tidak jelas juga milik siapa. Cara-cara pemberitaan seperti ini mereduksi dampak dari kejadian tersebut. Lebih parah lagi ada jusnalis yang memberitakan dengan kalimat seperti ini, "Pasukan internasional memukul mundur miliran Iran di Kabul." Jurnalis ini akal-akalan dengan katakata pasukan internasional. Kapan ada permusawarahan internasional dan dunia untuk memberikan mandat kepada militer AS untuk menyerang Irak? Kalau begitu kasihan sekali bangsa-bangsa yang cinta damai jadi seakan-akan ikut terlibat dalam penjajahan ke Irak, karena terkesan telah memberikan mandat ke militer AS. Dulu pada masa perjuangan Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaanpun ciri-ciri seperti ini sudah ada, karena orang-orang seperti ini pada zaman perjuangan Indonesia dulu, tidak lebih dari seorang kaki tangan Belanda demi sepotong keju. Dulu Mr. Amir Syarifudin pernah menitikkan air mata karena membaca koran luar negari yang menyebut para pejuang RI dengan sebutan ektrimis inlander. Ada juga seorang jurnalis yang jujur dari media "The Times" pada Desember 1946, dari suatu berita pada masa perjuangan kemerdekaan yang dikutip berikut ini: "... Orang-orang yang memandang pergerakan di Indonesia ini dapat mencap pergerakan tersebut sebagai "aliran kemerdekaan" atau "memuncaknya kejahatan", tergantung dari sikap-sikap politik yang dianut masing-masing. Tetapi ini bukanlah gambaran yang sebenarnya dari kejadian-kejadian di Indonesia dewasa ini..." ( Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, karya DR. A.H. Nasution, 1989) Dalam kasus lain seperti menyebut para tersangka "teroris" di Guantanamo sering masih dilakukan justifikasi oleh para jurnalis "pemberita miring" ini. Walaupun tahu bahwa para tersangka yang ditahan di penjara paling kejam diseluruh dunia ini tidak melalui proses pengadilan dan hanya berdasarkan tuduhan saja, tetapi masih saja para menggunakan sebutan "teroris Guantanamo", atau "Penjahat politik yang ditahan dipenjara Guantanamo." Justifikasi justru bukan dilakukan oleh pengadilan berdasarkan prosedur hukum yang berlaku tetapi oleh seorang jurnalis yang ingin merangkap sebagai hakim. Sudah dapat dipastikan bahwa jurnalis yang menggunakan istilah tersebut untuk para pejuang Irak yang jelas nyata-nyata membeli negaranya dari serangan musuh maka sudah dapat dipastikan bahwa jurnalis tersebut adalah tersebut adalah "jurnalis amplop." Dia telah menerima bayaran sebagai pelaku fitnah yang keji. Sudah tentu orang-orang ini sangat mendukung terjadinya pembunuhan dan kekejian di Irak, Afghanistan dan tempattempat kawasan korban perang lainnya. Rasa kemanusiaan dihilangkan demi dolar. Hati telah menjadi hitam dan beku, mata dibutakan dan kuping telah ditulikan demi sekedar mendapatkan uang receh dengan cara apapun. Jangan ditanya tentang etika jurnalis, karena misi mereka adalah propaganda. Mengumbar kata-kata tersebut sebagai usaha mendiskriditkan para pejuang kita. Dari dulu sampai sekarang propaganda dengan maksud untuk mendiskriditkan pihak yang lemah dalam rangka memperkuat hegemoni rumusnya masih tetap sama.

Sayangnya jurnalis-jurnalis seperti ini justru sangat banyak dan bertebaran dalam berbagai media pemberitaan di Indonesia masa kini. Tidak belajar jurnalis pun seorang awam dapat menangkap suatu maksud yang disampaikan dalam suatu pemberitaan propaganda. Masihkan kita memberi peluang pada para jurnalis yang telah menjajah dengan memanipulasi pemahaman dan pemikiran kita?

Peran Amerika Serikat pada Penggulingan Presiden Salvador Allend


Republik Chili terletak di barat daya Amerika Selatan membujur di sepanjang pesisir barat Amerika Latin, membelah hampir seluruh garis batas sebelah timur, sebagian dari Argentina, berbatasan dengan Bolivia di utara atau timur laut dan dengan Peru di ujung utara barat laut. Negara yang terbentuk pada 18 September 1810 dan berbahasa resmi Spanyol ini memiliki iklim yang beragam. Masa yang paling menyedihkan bagi sejarah Rakyat Chili adalah saat kudeta yang dilakukan Jenderal Augusto Pinochet pada Tanggal 11 September 1973, hari itu dikenang rakyat Cile sebagai hari dimulainya pemerintahan diktator yang terkenal kejam. Penggulingan pemerintahan yang sah pimpinan Presiden Salvador Isabelino del Sagrado Corazn de Jess Allende Gossens atau lebih dikenal dengan nama Salvador Allende telah merubah peta dukungan aliansi AS NATO pada perang dingin melawan Uni Soviet. Perjuangan rakyat Chili telah berhasil memerdekakan diri dari penjajahan Spanyol. Gubernur Chili yang merupakan boneka kekuasaan Raja Spanyol dialihkan kepada Presiden baru Republik Chili yang didukung oleh rakyat. Dalam perjalanan pemerintahan yang baru lahir ini ternyata mengarah kepada system politik yang otoriter dan memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada presiden dimana Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman langsung berada dibawah presiden. Pemilihan Presiden dilakukan secara tidak langsung. Pada masa ini ada 4 presiden yaitu Jose joaquain Prieto, Manuel Bulnes, Manual Montt, dan Jose Joaquain Perez. Sistem politik yang tidak disukai rakyat ini akhirnya direforamsi dan terbentuklah sebuah system demokratis perwakilan dari massa perkotaan yang besar mulai terbentuk. Sistem demokratis perwakilan dari massa perkotaan menghasilkan presiden seperti Presiden Arturo Alessandri, Pedro Aguirre Ceerda, Eduardo Frei Montala, dan Salador Allende. Masa Salador Allende adalah terakhir dari masa demokratis setelah digulingkan dengan kudeta berdarah yang disetir oleh AS, dan diganti dengan masa-masa kediktatoran Pinochet. Bagaimana proses itu terjadi? Pada 1871, sebuah pembaruan konstitusional menghapuskan pemilihan kembali dan menetapkan mandate jabatan lima tahun. Presiden Federico Errizuriz, Anibal Pinto, Domingo Santa Maria, dan Jose Manuel Balmaceda memerintahkan selama periode ini. Tatanan politik disusun melalui sebuah interensi dewan pemilih setengah terbuka pada pihak eksekutif, yang memungkinkannya tinggal di kursi kekuasaan dan membatalkan oposisi mana pun. Situasi ini menimbulkan kemacetan yang meningkat di sektor politik dari kaum elit gaya lama, yang akhirnya meledak menjadi perang saudara pada 1891. Dengan dikalahkannya Balmaceda, sebuah rezim parlementer muncul dam menghapuskan wewenang presiden, mengubahnya menjadi sosok tanpa peranan mendasar dalam perkembangan Negara, yang kini dipercayakan kepada dua blok politik, yaitu liberal dan konservatif.

Parlementarisme, yang membusuk pada 1920-an karena hilangnya gengsi dan resensi ekonomi yang memegaruhi Negara ini, lalu melahirkan krisi politik secara keseluruhan. Jalan keluarnya adalah perumusan konstitusi 1925 yang menggantikan rezim parlementer dengan rezim keperesidenan, dan memperpanjang mandate presiden dari lima menjadi enam tahun serta mengubah pemilihan umum menjadi pemilihan langsung. Dalam prakteknya, hal ini tidak mudah dilakukan. Pemerintahan diktator militer yang dipimpin oleh Kolonel carlos Ibanez del Campo dan belakangan Republik Sosialis menghasilkan masa interupsi dalam pembentukan system politik yang baru. Namun demikian, sejak 1932 dan selama empat dasawarsa berikutnya, sebuah system demokratis perwakilan dari massa perkotaan yang besar mulai terbentuk. Presiden Arturo Alessandri, Pedro Aguirre Ceerda, Eduardo Frei Montala, dan Salador Allende adalah masamasa puncak periode ini. Namun, pada awal dekade 1960-an, koeksistensi nasional menjadi terpolarisasi dalam sebuah iklim konfrontasi yang menimbulkan kudeta pada 1973. Jadi, pemerintahan diktator militer yang berlangsung lama memang menang dan kelak mendanai kembali republic dengan cara membentuk tatanan sosial yang abru, dengan system ekonomi yang liberal dan politik yang otoriter, seperti yang dinyatakan dalam Konstitusi 1980. Kekalahan Augusto Pinochet Ugarte dalam plebisit 1988 membuka jalan bagi suatu masa transisi menuju demokrasi yang dipimpin oleh koalisi keri tengah. Tak heran jika selama masa pemerintahan Presiden Patrisio Aylwin, Eduardo Frei Ruiz Tagle, dan Richardo lagos muncul usaha-usaha untuk rezim militer untuk menggangu peran partai. Lembaga legislative Chili yang berkantor pusat di Vall Paraso disebut sebagai Kongres Negara dan terdiri dari Dewan Deputi dan Senat. Kongres Nasional telah dibubarkan pada September 1973 pasca kudeta militer dan mulai berfungsi kembali pada 11 Maret 1990. Secara keseluruhan, terdapat 120 deputi yang terpilih di 60 distrik dan 38 senator di 19 distrik. Di Chili sekarang terdapat tujuh partai politik utama, yakni Partido Democrata Cristiano (Partai Demokrat Kristen), Partido Por la Democracia (Partai Untuk Demokrasi0, Partido Socialista de Chili (Partai Sosialis Chili), Partido Radical Socialdemocrata (Parrtai Radikal Sosial Demokrat), Renovaction Nacional (Pembaharuan Nasional), Union Democrata Independiente (Uni Demokrat Independen), dan Partido Comunista de chili (Partai Komunis Chili). Lalu, siapakah Allende? Selvador Isabelino del Sagrado Corazon de Jesus Allende Gossens lahir pada 26 Juli 1908 Valparaso, Chili. Dia terpilih sebagai Presiden Chili pada Noember 1970 hingga meninggalkan jabatannya dan meninggal pada 11 September 1973. Dia terpilih secara demokratis sebagai presiden pertama di dunia yang berasal dari kalangan Marxis. Allende diusung oleh sebuah koalisi bernama Unidad Popolar (UP) atau Persatuan rakyat. Koalisi ini terdiri dari Partai Sosialis, partai Komunis, Partai Radikal, MAPU (Moviemiento de Acciion Populer Unitario), dan pembangkang dari Partai Kristen Demokrat. Sebagai seorang politisi Partai Sosialis, Allende pernah tampil sebagai senator, wakil menteri cabinet, dan menjadi presiden setelah memenangi pemilihan presiden pada 1970. Dia pernah

tiga kali mencalonkan diri sebagai presiden , yaitu pada 1952, 1958, dan 1964. Setelah meraih kemenangan dengan suara penuh, AS mencoba menggusurnya dari jabatannya. Segera setelah berkuasa, pemerintahan Allende memberlakukan serangkaian kebijakan radikal dalam bidang ekonomi, yaitu nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing dan perbankan, peningkatan upah buruh, alokasi anggaran yang besar pada sector pendidikan dan kesehatan, pelaksanaan program susu gratis bagi anak-anak, menolak pembayaran utang luar negeri, dan memberlakukan kebijakan land reform. Seluruh program ini diberi label La Via Chilina al socialism atau Chilian Road to Socialism (jalan Chili Menuju Sosialisme). Banyak Perubahan dan kebijakan Allende yang terkait dengan sosialisme. Dia menciptakan perawatan kesehatan untuk semua orang, meningkatkan mutu pendidikan, dan memperkuat control terhadap ekonomi Negara. Dalam waktu singkat, seluruh kebijakan radikal ini telah menjadikan Allende sebagai musuh bagi pemerintah AS, kkorporasi asing, para tuan tanah dan borjuasi domestic, Gereja katolik Roma, dan sebagian faksi dalam militer Chili. Pemerintahan Richard Nixon di Wasington, misalnya, memandang pemerintahan Allende sebagai ancaman terbesar bagi kepentingan ekonomi dan geopolitik AS di kawasan Amerika Latin. James Petras dan Morris Morley mencatat bahwa investasi swasta langsung perusahaanperusahaan AS di Chili hingga 1970 mencapai 1,1 miliyar dolar dari total perkiraan investasi asing sebesar 1.672 miliar dolaar. Korporasi-korporasi AS dan asing lainnya, kata Petras dan Morley, mengontrol hampir selutuh sector ekonomi vital dan paling dinamis Chili, yaitu mesin dan peralatan (50 persen): besi, baja, dan produk-produk metal (60 persen): industry dan kimia lainnya (60 persen): produk-produk karet (45 persen): perakitan otomotif (100 persen): radio dan televise (100 persen); farmasi (mendekati 100 persen): kantor perlengkapan (mendekati 100 persen); tembakau (100 persen); pabrik tembaga (100 persen): dan periklanan (90 persen). Bahkan, satu-satunya pendapatan terbesar Chili dari perdagangan internasional, yakni tembaga, sekira 80 persenpengelolaannyadikontrol oleh korporasi AS. Menurut dokumen CIA, Allende adalah sosok pemimpin sosialis yang bisa membawa Chili ke dalam orbit Uni Soiet. Oleh karena itulah, CIA merancang opoerasi bersandi Project Fubelt. Hasilnya, pada 1973, Allende dijatuhkan oleh sebuah kudeta berdarah dibawah pimpinan Jenderal Augusto Pinochet. Allende tewas dalam kudeta yang didalangi oleh AS tersebut. Ini adalah kudeta militer paling berdarah di sepanjang sejarah politik modern Chili. Demokrasi di Chili pin ikut mati dan digantikan kediktatoran militer. Demikanlah, umru pemerintahan Allende memang telah bisa diduga. Apalagi, seperti ditulis Jonathan Haslam, pada dasarnya secara politis Pemerintahan Allende adalah pemerintahan yang lemah. Dalam pemilu 1970, dia hanya meraih 36,2 persen suara, unggul tipis dari mantan presiden Jorge Alessandri (34,9 persen), dan Radamiro Tomic dari Partai Kristen Demokrat (27,8 persen). Kemenangan Allende jelas menggelisahkan AS yang berusaha agar kelompok kiri atas berkuasa. Pada pemilu empat tahun sebelumnya, AS mengucurkan dana kampanye agar Allende tidak berkuasa. Usaha ini berhasil. Akan tetapi, mereka gagal mengulanginya dalam Pemilu 1970.

Saai itu AS dan Uni Soviet berusaha berebut pengaruh di dunia. Uni Soviet sudah menguasai Kuba lewat Fidal Casto belasan tahun sebelumnya. AS takut Chili juga akan jatuh ke tangan Soviet. Begitu hasil pemilu dipastikan, Deputi CIA Bidang Perencanaan Thomas Karamessines mengirim kawat kepada pos CIA di Santiago. Sudah Menjadi kebijakan konsisten bawah Allende akan diturunkan lewat kudeta. tulis Karamessines. Tindakan ini harus diterapkan secara rahasia dan aman sehingga USG (United States Government atau Pemerintah AS) dan tangan Amerika tak terlihat. Untuk memulai, CIA menculik Panglima Angkatan Bersanjata Chili Jenderal Rene Schneider. Dia dibunuh karena nerpegang teguh pada konstitusi dan dipastikan akan menolak kudeta. CIA yakin bahwa jika ingin membunuh presiden, tentara yang menolak kudeta harus dibersekan dulu. Itulah sebabnya, Schneider menjadi sasaran pembunuhan. CIA lalu member senjata kepada dua kelompok penentang Allende untuk mencegah presiden terpilih itu dilantik. Kelompok ini menyerang dan menewaskan Schneider. Namun, reaksinnya negative. Seluruh rakyat dan tentara Chili justru bersatu mendukung Allende. Proses kudeta itu lalu dihentikan oleh CIA. Pemerintah AS membaca situasi yang tidak menguntungkan di Chili. Jika dipaksakan melakukan kudeta, justru akan negative karena terlalu premature. Pada 1971, AS bertambah cemas karena Allende sepertinya akan mengubah Chilli menjadi negeri dictator komunis. Apalagi, pada saat itu Fidel Castro mengunjungi Chili sebulan penuh. AS tidak mau menunggu perkembangan dengan hanya berpangku tangan. Mereka member sanksi ekonomi bagi Chili untuk menekan Allende mundur. Padahal, saat Allende menjadi presiden, kondisi ekonomi sudah memburuk. Pertumbuhan ekonomi berjalan lamban, inflasi membumbung tinggi, dan pendapatan rakyat tidak merata. Allende juga membuat kebijakan yang tidak disukai kelompok kelas menengah, seperti pembagian tanah dan nasionalisasi perusahaan besar. Sebaliknya, bagi rakyat kecil, Allende dipuji karena melakukan reformasi kesehatan dan program seperti susu gratis untuk anakanak. Pada Oktober 1972, mulai muncul sejumlah unjuk rasa di Chili, dari pemogokan pemilik truk, pengusaha kecil, hingga mahasiswa. Unjuk rasa ini berlangsung selama 24 hari. CIA berada di balik aksi-aksi massa tersebut. Pada 11 September 1973, Allende dijatuhkan oleh kudeta Pinochet. Allende dinyatakan tewas walaupun sebab kematiannya banyak dipertentangkan benyak orang. Versi resmi yang dikeluarkan pemerintah junta militer pimpinan Pinochet menyebut bahwa dia bunuh diei dengan senjata api. Namun, ada pula yang menyebut bahwa dia dibunuh oleh pasukan yang dipimpin Pinochet. Kudeta terhadap Allende adalah peristiwa yang sangat meninjol di tengah puluhan kisah kudeta didunia selama seabad terakhir. Kudeta ini juga mencerminkan bagaimana pemerintah AS menghalalkan segala cara untuk memenangi persaingan melawan uni Soiet dalam Perang

Dingin. Kudeta di Chili bahkan mengisahkan kekejian pemerintahan militer yang ekornya membuat Pinochet tidak terima di mana-mana. Tiga dekade kemudian, Pemerintah AS menyesali keterlibatan meraka dalam kudeta Chili. Yang terjadi dengan Allende bukan bagian sejarah yang dibanggakan Amerika. Kata Colin Powel suatu ketika, saat ada wartawan yang membandingkan keterlibatan AS si Irak pada 2003 dengan kudeta di Chili pada 1973. Naomi Klien dalam The Shock Doctime (2007) yakni bahwa kudeta yang dilakukan terhadap Allende memang sangat didukung oleh AS. Dukungan itu ditandai dengan pemberian beasiswa besar-besaran bagi para mahasiswa Chili untuk menempuh studi ekonomi di Chicago university, pusat aliran ekonomi neoliberal dengan salah satu staf pengajarnya ialah Milton Friedman. Alumni unuversitas ini kemudian dikenal dengan istilah The Chicago Boys. Mereka kemudian mengelilingi Pinochet dalam menjalankan ekonomi neoliberal di Chili. Segera setelah Pinochet naik tahkta, maka Chili menjadi laboraterium pertama bagi eksperimen neoliberalisme ala Friedman yang ditandai dengan tiga resep utama: priatisasi, deregulasi, dan pemotongan anggaran untuk pelayanan public. Cara kerja seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Chili, melainkan di Brazil. Jenderal Humberto Castello Branco mengambil alih kekuasaan pada 1964 dari tangan Joao Goulart yang memiliki kebijakan pro-rakyat miskin. The Chicago Boys adalah pihak yang menyusun rencana untuk membuat Brazil terbuka seluas-luasnya bagi investasi asing. Pinochet kian mapan karena didukung penuh militer. Junta militer di Chili juga memberikan banyak hak prerogative bagi kalangan militer. Lebih dari sepertiga anggota Dewan Deputi merupakan simpatisan militer, dan dalam tubuh Senat selalu disediakan Sembilan kursi yang diperuntukan bagi pejabat militer. Pada 2009, ketika Barrack Obama menjabat tangan dengan Hugo Chavez, Amerika Latin tidak sepenuhnya menjadi kawasan seperti yang diidamkan Simon Boliar ataupun diperjuangkan oleh Salador allende. Tak heran jika obama tidak sanggup menatap mata Chavez ketika meraka hendak bersalaman. Buku Open Veins Of Latin America, setelah seperempat abad lebih sejak diterbitkan pertama kali, akan kembali mengantarkan Gaelano berkomunikasi dan berkomunike dengan pembacanya, persis seperti apa yang dia tuliskan dalam bukunya yang lain, Days and Night of Love and War. One writes out of a need to communicate and to commune with others. Hanya saja kemungkinan besar kali ini dia datang menemui pembaca yang secara numerikakan jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sumber : Ferdinand Zaviera, Operasi Jakarta, Konspirasi CIA di balik Kudeta Terhadap Salvador Allende di Chili.

Jenderal Vo Nguyen Giap Memerdekakan Vietnam dari Invansi Prancis dan Amerika Serikat
Vo Nguyen Giap mantan jurnalis sebelum menjadi bagian dari Tentara Rakyat Vietnam (Vietnam People's Army) yang lahir pada 25 Agustus 1911. Selama berdinas di militer perannya sangat besar bagi kemerdekaan Vietnam atas invansi Prancis dan Amerika Serikat.

Pengalamannya dalam medan tempur mulai dari perang Indochina I (1946 1954 ), Perang Indochina II ( 1960 1975 ), Pertempuran Lang Son ( 1950), Hoa Binh (1951 1952), Dien Bien Phu (1954), Tet Offensive (1968), Nguyen Hue Offensive atau Easter Offensive (1972), hingga Kampanye Ho Chi Minh (1975). Insting Vo Nguyen Giap terkenal paling tangguh dilapangan. Strategi perang gerilia yang sporadic pada wilayah yang luas dan memanfaatan kondisi alam merupakan cirri utama Pahlawan Kemerdekaan Vietnam ini. Menyadari teknologi persenjataan musuh jauh lebih unggul, maka penerapan strategi yang tepat dapat mengimbangi, bahkan kecerdikan Giap tetap dapat mengungguli musuh-musuhnya yang bersenjata berat. Pada tahun 1950 pertempuran tentara Vietnam melawan tentara Prancis di Sungai Merah yang membuat pasukan Prancis dapat dipukul mundur dan memaksa Prancis menempuh jalur diplomasi yang tidak digubrik oleh Ho Chi Minh sang Pemimpin Revolusi Vietnam. Kemenangan ini membangun optimisme, rasa nasionalisme dan kepercayaan diri para prajurit Viet Minh dan rakyat Vietnam dalam meraih kemerdekaannya. Sayangnya membaranya nasinalisme ini mengakibatkan terjadinya perlawanan prontal rakyat Vietnam yang berakibat pada banyaknya korban yang sia-sia, karena persenjataan musuh jauh lebih canggih. Untuk menangani hal ini Gaip banyak melakukan latihan terhadap rakyat Vietnam yang dapat menjadi perlawanan rakyat semesta. Dengan menggunakan memanfaatkan Delta Sungai Merah Giap juga berhasil memukul mundur Prancis yang akhirnya mundur sampai ke Laos. Kondisi terdesak ini membuat Jenderal Prancis Hendri Navarre meminta bantuan tambahan pasukan yang besar. Akhirnya Pasukan Prancis bertambah menjadi 90.000 pasukan pada perang Perang Indocina I ini. Untuk menahan pasukan Prancis yang akan melakukan konsolidasi antara pasukan yang berada di Laos dan di daratan Vietnam, Prancis banyak melakukan serangan udara besar besaran ke posisi di Dien Bien Phu, tetapi usaha Prancis ini masih tumpul, karena usaha Giap dan tentaranya untuk menahan gerak maju Pasukan Prancis untuk kembali mamasuki daratan Vietnam dengan mempergunakan persenjataan howitzer caliber 105 mm yang diperoleh dari China sebagai anti serangan udara. Selain itu Pasukan Giap membangun juga parit-parit pertahanan di Dien Bien Phu. Untuk menghentikan serangan udara Prancis, Giap banyak melakukan serangan gerilya yang bertujuan menghancurkan landasan-landasan udara dan insprastruktur vital pasukan Prancis. Kemampuan medan yang dimiliki oleh tentara rakyat Vietnam benar-benar bermanfaat untuk menghadapi pasukan Prancis. Akhirnya pada tanggal 13 Maret 1954 Giap merencanakan serangan yang cukup besar terhadap posisi-posisi Pasukan Prancis yang berada di Dien Bien Phu dan sekitarnya. Pertempuran yang memakan waktu 56 hari tersebut akhirnya berhasil memukul mundur Pasukan Prancis dan terkonsentrasi di suatu wilayah Benteng Dien Bien Phu. Tanggal 7 Mei 1954 Denbienphu jatuh ke tangan Vietnam. Sebanyak 7.000 tentara Prancis tewas dan 11.000 tertawan. Kekalahan ini mengakibatkan Prancis pulang kenegaranya dengan tangan hampa. Dampak kemenangan Vietnam pada perang terhadap penjajahan Prancis ini sangat besar.

Negara-negara terjajah seolah mendapat kepercayaan diri baru untuk bisa mengusir penjajah. Terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Selesai Prancis yang berhasil diperdaya oleh Vietnam giliran AS masuk untuk menggantikan posisi Prancis sebagai satu sekutu. Amerika berkeinginan membendung pengaruh komunis di wilayah Asia Tenggara. Momentum untuk menghadap komunis yang dibentengi oleh Uni Soviet dan China merupakan saat-saat yang dinantikan oleh pihak sekutu. Belajar dari pengalaman Prancis maka Amerika Serikat (AS) tidak tanggung-tanggung membawa sebanyak 492.000 tentara ke daratan Vietnam Selatan, tetapi jumlah tentara yang banyak dan persenjataan yang canggih tidak membuat Giap gentar. Keyakinan Giap terhadap kemampuan tentara rakyat Vietnam terhadap kondisi alamnya sendiri tetap menjadi modal utama. Selain itu dukungan dari rakyat yang siap melakukan pertahanan semesta menjadi kunci kekuatan Vietnam. AS yang datang dengan sangat percaya diri dan berkeyakinan dapat melumpuhkan Vietnam Utara dengan waktu cepat pada awalnya terpaksa harus kecewa, karena misi demi misi yang terjadi hanyalah aksi-aksi pembantaian tentara AS dihutan-hutan Vietnam. Strategi gerilya yang dilakukan oleh Giap tetap efektif untuk terus-menerus merongrong kekuatan lawan. Inisiatif dalam medan pertempuran tetap berada di tangan tentara rakyat Vietnam yang lebih dikenal dengan tentara Vietkong ini. Tentara AS tidak memiliki posisi-posisi yang aman. Pergerakan dalam hutan harus dilakukan terus menerus siang dan malam. Kekurangan istirahat dan suplai makanan. Hutan-hutan Vietnam penuh dengan jebakan yang membunuh, sehingga harus terus-menerus terjaga dan waspada. Mereka menjadi sangat letih dan frustrasi. Selain itu perjuangan diplomasi Vietnam di dunia menjadi semakin kuat. Apalagi di Amerika Serikat sendiripun terjadi kontroversi yang hebat terhadap misi tentara AS di Vietnam. Tekanan hebat didalam negeri AS sendiri benar-benar meruntuhkan moral tentara AS di Vietnam. Akhirnya misi-misi AS dilakukan dengan operasi serangan udara besar-besaran. AS melakukan pengeboman dan pengguyuran zat kimia mematikan. Antara tahun 1662 dan 1971, AS menumpahkan 19 juta galon racun tanaman (herbisida) di Vietnam, dan yang paling ganas adalah 12 juta galon agent orange (herbisida dengan kadar racun yang sangat kuat), yang mengandung dioksin, racun yang merusak pusat susunan syaraf dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kanker, diabetes, bronkhitis kronis, denyut jantung tak beraturan, kerusakan kalenjer gondok, IQ rendah pada anak-anak, bayi lahir cacat, kerusakan otak, sumbing, katarak, dan cacat kaki. AS mengira dengan tindakan ini Vietnam Utara dapat menyerah, tetapi ternyata dugaan ini salah besar. Hal ini dikarenakan adanya banyak decoy (umpan) dan terowongan di distrik Chu Chi di mana tentara Vietnam langsung melakukan regroup dengan aman, lalu menyerang Prajurit AS di manapun mereka berada. AS keliru, karena tidak memperhitungkan semangat juang Prajurit Vietnam (walau dari sisi teknologi Vietnam kalah, tapi Vietnam sangat lihai memanfaatkan hutan-hutan mereka). Pada tahun-tahun terakhir perang Vietnam, sudah sangat terlihat dengan sangat jelas ketidakberdayaan AS dalam membendung meningkatnya kekuatan Viet Cong. Banyak Prajurit AS yang kehilangan moral, dan akhirnya lari ke marijuana untuk menghilangkan

stress. Tak lama setelah itu, AS mulai melakukan apa yang disebut "vietnamisation", yaitu menarik pasukan AS dari Vietnam sedikit demi sedikit, secara perlahan-lahan menggantikannya dengan tentara Vietnam Selatan. Tekanan politik dari dalam negeri dan dunia semakin menambah beban berat bagi AS untuk meneruskan perang yang super mahal tersebut. Hal ini dilakukan dengan alasan AS akan mulai memikirkan perdamaian Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, demi menutupki kekalahan demi kekalahan tentara AS di hutan-hutan Vietnam. Apakah disana ada Rambo? Jelas tidak yang ada, yang ada hanyalah Dubes AS di Vietnam yang lari terbirit-birit menggunakan heli karena pasukan Giap sudah menguasai Vietnam Selatan yang didukung AS.

Percaya Pada Diri Sendiri! Percaya Pada Bangsa Sendiri! Itulah Kebangkitan
Oleh Heri Hidayat Makmun

Kesadaran kekuatan bangsa terbentuk dari penyatuan prestasi-prestasi bangsa yang terserak. Dari sinilah akan terbangun kepercayaan kepada diri sendiri dan jati diri bangsa. Kita bisa melihat dari bangsa-bangsa yang bangkit baik dari peradapan lampau seperti munculnya kejayaan bangsa-bangsa masa lampau. Seperti kejayaan bangsa Mesir dan Babilonia atau bangsa Romawi dan Yunani. Mungkin lebih dekat dengan kita seperti kejayaan nusantara masa lalu, yaitu bangkitnya dan berjayanya Mahap ahit dengan sumpah palapa atau Kerajaan Sriwijaya yang merajai maritim dan mengaruhi dua samudera dunia. Pada era kontemporer ini, pengalaman kebangkitan juga bisa kita pelajari dari negara lain, seperti kebangkitan bangsa Jepang yang hanya dalam waktu 60-an tahun dapat bangkit kembali dengan cepat, setelah kekalahan perang dunia ke-II. Kebangkitan China yang sekarang mulai menjadi raksasa ekonomi di Dunia dengan produk-produknya yang menggurita dan mampu melakukan penetrasi pasar dengan baik. Kebangkitan India yang menggunakan kemampuan riset dan produk intelektualnya. Kebangkitan Vietnam yang cepat dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Kebangkitan Rusia melalui reformasi perusahaan energinya, sehingga perusahaan negaranya mampu mengisi kas negara yang pernah kosong pada masa Uni Soviet dulu. Semua kebangkitan tersebut memiliki benang merah yang sama. Apakah benang merah itu? Mari kita renungi bagaimana kebangkitan-kebangkitan itu. Ada ciri yang sangat kuat dari kebangkitan itu, yaitu nasionalisme yang tinggi dari Bangsa Jepang, Nasionalisme yang tinggi dari Bangsa China, juga India, Vietnam dan juga Rusia. Nasionalisme yang tinggi ini berfondasikan dari jati diri yang kuat. Tidak ada bangsa yang memiliki jati diri yang kuat tanpa percaya kepada bangsanya sendiri. Percaya pada diri sendiri. Faktor kebangkitan mereka itu adalah kepercayaan kepada kekuatan diri sendiri, kepercayaan pada bangsa sendiri. Dalam kalimat Bung Karno adalah "berdikari" atau berdiri di kaki sendiri. Keyakinan ini akan menentukan arah dari perjalanan sejarah berbangsa dan bernegara yang gemilang.

Mari kita melakukan kontemplasi terhadap apa yang terjadi ditengah bangsa kita, kemudian kita buat "andai-andai". Jika seandainya kita percaya pada diri sendiri, percaya pada bangsa sendiri, apa yang akan terjadi. Kita akan kaitkan fakta-fakta itu dengan masa depan dan harapan kita. Sebagai berikut ini: Jika kita percaya pada diri sendiri maka pemerintah akan lebih memilih Pertamina atau perusahaan dalam negeri lain untuk mengekplorasi blok Cepu dibandingkan dengan memberikan kepada orang lain Exxon Mobile. Sehingga Pertamina punya pendapatan baru untuk membantu anggaran kita. Begitu juga dengan tambah-tambang lain yang sekarang dikelola asing. Jika kita percaya kepada diri sendiri maka PT. Freefort sudah dinasionlisasi, sehingga keuntungannya yang luar biasa besar dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan bahkan lebih dari 20% anggaran APBN pemerintah kita. Jika kita percaya pada diri sendiri maka PT Pindad akan meningkatkan teknologinya, karena mereka tahu bahwa produksinya akan digunakan. Jika produksinya digunakan maka mereka memiliki dana untuk mengembangkan riset dan teknologi mereka, sehingga menghasilkan senjata yang tangguh dan mutakhir. Apa artinya embargo senjata bangsa asing jika kita sepenuhnya menggunakan hasil produksi senjata kita sendiri. Jika kita percaya pada diri sendiri maka kita tidak akan menjual BUMN-BUMN dan aset lain secara murah dan jorjoran kepada asing, karena kita sadar bahwa kita menjual sesuatu yang sangat berharga dan bernilai tinggi. Kita harus tahu bahwa pihak asing sendiri dengan segala cara dan lobby berusaha untuk mendapatkan saham-saham BUMN-BUMN kita, bahkan sampai mempengaruhi kebijakan pembentukan perundangan di Gedung Dewan. Jika kita percaya kepada diri sendiri maka jalan-jalan di Indonesia akan banyak dipenuhi oleh kendaraan produksi bangsa sendiri bukan mobil dan motor Jepang. Devisa kita tidak deras lari ke Jepang karena kita tidak jorjoran membeli mobil dan motor negara sakura itu. Jika kita percaya pada diri sendiri maka kita tidak berhutang dengan IMF dan Bank Dunia. Kita akan sadar tanpa dana asing pun kita bisa bangkit. Apalagi pinjaman mereka memiliki konsekuansi yang merugikan bangsa ini dibelakang hari. Jika kita percaya pada diri sendiri kita akan membeli produk dalam negeri. Dengan ini maka industri dan perdagangan kita hidup, yang akan menyerap angkatan kerja kita yang sekarang banyak menganggur. Dari situ keluarga keluarga mereka akan mendapatkan kesejahteraan, anak-anak mereka dapat menempuh pendidikan yang layak. Bangsa kita akan menjadi pintar, sehingga kita mampu memproduksi sendiri segala sesuatu yang kita butuhkan. Ini akan membuka peluang lapangan pekerjaan lainnya dan kesejahteraan masyarakat semakin luas. Jika kita percaya pada diri sendiri, maka BUMN-BUMN tidak menyerap tenaga ahli dari luar negeri yang mahalnya bukan kepalang. Ada yang gajinya sebulan bisa sampai 2,5 M perbulan. Masya Allah. Kalau ini diserahkan kepada bangsa sendiri maka akan banyak profesional kita yang bekerja di luar negeri pulang dan memberikan keahlian dan tenaganya untuk bangsanya sendiri dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan demi untuk bangsa sendiri.

Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka tidak ada yang memborong dolar yang akan menjatuhkan rupiah. Jika kita percaya kepada diri sendiri, tidak ada orang kaya yang berobat keluar negeri, yang menyebabkan devisa kita lari keluar. Tenaga ahli kesehatan kita akan terpakai. Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka bangsa kita tidak lari kebursa saham Singapura, Hongkong, Jepang atau negara lain. Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka rakyat akan percaya kepada pemerintah. Stabilitas nasional akan mantap dan membentuk sosial budaya yang kondusif. untuk membangun. Jika kita percaya pada diri sendiri, maka kita akan menggunakan otak kita sendiri. Seperti halnya dengan pedang yang akan digunakan maka pemiliknya akan mengasah pedang tersebut. Kita akan belajar. Tidak ada rasa sia-sia sedikitpun pada saat kita berkorban dan berinvestasi untuk belajar. Sehingga bangsa kita akan lebih banyak yang pintar. Sebaliknya jika kita tidak merasa dihargai, kemampuan kita diabaikan. Putus asalah kita untuk menggunakan otak pemberian Allah SWT Sang Pencipta. Kita malas belajar dan akan semakin banyaklah yang bodoh pada bangsa kita. Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka berkobarlah rasa nasionalisme dan harga diri kita. Ini jelas akan menjadi energi kebangkitan kita. Mudahlah kita untuk berjaya dengan semangat ini. Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka kita tidak akan memilih pemimpin yang menyembah kepada kekuatan asing, karena kita percaya tanpa bantuan asing pun kita tetap bisa maju. Jika kita percaya kepada diri sendiri, maka kita akan sangat menghargai prestasi-prestasi anak bangsa yang mengharumkan nama bangsa. Kita akan tahu karena kita sangat menghargainya. Kita akan tahu siapa pahlawan-pahlawan kita. Kita akan kenal siapa yang mendapatkan emas, perak atau perunggu di Olimpiadi Bejing. Kita akan tahu siapa-siapa anak bangsa kita yang mendapatkan prestasi gemilang di olimpiade fisika, di olimpiade matematika, kita akan tahu siapa pencipta kerangka tulang jalan layang di negara-negara modern, kita akan tahu prestasiprestasi anak bangsa lain diluar negeri. Karena kita tahu maka mereka yang berprestasi akan merasa dihargai, mereka akan senang untuk berjuang kembali. Sebaliknya jika kita tidak menghargai prestasi mereka. Mereka merasa diabaikan. Meraka merasa sia-sia. Lelahlah mereka untuk berjuang kembali. Jika kita percaya kepada diri kita sendiri, maka anak-anak kita akan diberi kesempatan setinggi-tingginya untuk mencapai cita-cita mereka. Sebaliknya jika kita tidak percaya pada diri sendiri, maka mungkin kita percaya kepada anak-anak kita, mana mungkin kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk meraih kesempatan untuk menggapai prestasi meraka. Jika kita percaya kepada diri sendiri maka kita akan bersyukur kepada Sang Khalik, maka kita akan mempergunakan semua anuggrahNya untuk membangun bangsa ini secara positif. kita akan memanfaatkan potensi kita untuk kejayaan bangsa ini.

Jika kita percaya kepada diri sendiri maka kita akan mendapatkan satu, dua, tiga. Seratus Seribu Sejuta Semilyar prestasi bangsa ini, yang membawa kepada kejayaan. Kita percaya kepada diri sendiri maka kita akan bangkit. Akibat kebangkitan ini, akan mengukir prestasi dan keberhasilan Indonesia yang akan membentuk kepercayaan diri kita yang lebih tinggi lagi. Inilah modal kegemilangan bangsa ini. Kondisi ini yang disebut dengan lingkaran kepercayaan diri bangsa sebagai manifesto bangsa kita. Dapatlah disimpulkan bahwa sejatinya koreksi terhadap masalah kita sekarang ini adalah ada pada kepercayaan diri kita sendiri! Inferioritas kita terhadap bangsa lain! Tengoklah pada diri kita sendiri bukan kepada teman di sebelah kita.

Hegemoni Amerika Serikat Terhadap Cuba


Oleh Sumantri B. Sugeo Pangkalan Militer Guantanamo pada mulanya adalah pangkalan militer Negara Coba, pangkalan ini beralih setelah AS melakukan embago ke Kuba dan melakukan agresi. Dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan Castro yang dianggap melawan ideologi liberal. Usaha untuk penguasaan oleh AS pada masa perang dingin AS Uni Soviet. Pemimpin Kuba Fidel Castro menuntut Presiden Barack Obama mengembalikan pangkalan angkatan laut AS di Guantanamo ke Kuba tanpa syarat dan dia juga menuduh pemimpin baru AS itu mendukung "genosida Israel" terhadap Palestina. Pada awalnya Castro secara berulangkali memuji Obama sebagai orang jujur dan terhormat, tetapi menyerang pemerintahannya setelah menyatakan Washington tidak akan mengembalikan Guantanomo ke Kuba lagi. AS berencana akan menjadikan Pangkalan Militer Guantanamo sebagai pangkalan AS yang permanent di kawasan Amerika Latin. Pejabat-pejabat Pantagon yang bersikap seolah pangkalan militer Guantanamo adalah wilayah AS dan militer AS berhak untuk berada disana. Hal inilah yang menjadi protes keras Castro terhadap pemerintahan Obama, walaupun pada awalnya Castro menduga pemerintahan AS yang baru ini akan bersikap berbeda dengan Rezim Bush.

"Membangun sebuah pangkalan militer di Kuba dengan melawan keinginan rakyat itu melanggar prinsip-prinsip paling mendasar dari hukum internasional," tulis Castro dalam kolom yang disebarluaskan dalam laman pemerintah www.cubadebate.cu. "Tidak menghormati keinginan Kuba adalah prilaku arogan dan sebuah penyelewengan kekuasaan terhadap satu negara kecil," kata Castro sambil melontarkan tuduhan terhadap 10 presiden terdahulu AS sejak ia naik ke kekuasaan melalui sebuah revolusi tahun 1959. Kuba menyewakan Guantanamo dalam waktu tak ditentukan kepada Amerika Serikat pada 1903 setelah AS menduduki Kuba selama Perang Spanyol - Amerika 1898. Castro menuduh pangkalan di tenggara Kuba itu dicaplok secara ilegal oleh AS. Kamis kemairn, kritikus terfokul kebijakan Washington di Amerika Latin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, juga menuntut Obama mengembalikan pangkalan militer Guantanmo ke Kuba setelah didahului pepujian pada Obama menyusul ditutupnya kamp

tahanan para tersangka terorisme di pulau itu. "Kini kita mesti mengembalikan Guantanamo dan Teluk Guantanamo ke Kuba karena itu memang wilayah Kuan," kata Chavez yang menjadi sekutu terkuat Kuba, dalam satu pidato di Brazil. Fidel Castro hanya terlihat sekali tampil dalam beberapa tayangan vedio dan sesi foto semenjak menjalani bedah usus pada Juli 2006 yang tidak bisa menyembuhkan total penyakitnya. Namun dia tetap tampil menjadi figur masyarakat lewat tulisan-tulisannya dan pertemuan dengan para pemimpin asing dan dia dipercaya menjadi tetap memainkan peran politik terpenting dibelakang layar. Adiknya Raul Castro untuk sementara waktu mengambilalih kekuasaan setelah dia dibedah, dan kemudian resmi menjadi Presiden Kuba pada Februari. Obama telah menyatakan dia ingin memajukan normalisasi hubungan dengan AS - Kuba namun tidak akan mencabut embargo perdagangan AS ke Kuba yang telah berusia 46 tahun tanpa adanya reformasi politik di negara itu. Sampai diterbitkannya kolomnya Kamis itu, Castro bersaudara memuji Obama, sekaligus mengkritik pemerintahannya. Kamis lalu, Fidel Castro juga menyerang Obama karena mendukung invasi Israel ke Gaza. "Itu adalah cara yang telah menjatuhkan kawan kita Obama dalam menyetujui genosida Israel terhadap bangsa Palestina," tulis Castro dalam artikelnya berjudul "Menerjemahkan Pikiran Presiden baru AS." (*)

Wartawan AS Allen Neirn Fitnah TNI Kopassus


Fitnah yang dilakukan Allen Neir yang menuduh bahwa TNI Kopassus telah melakukan pembunuhan aktivitas Aceh pada saat pemilu pertama Aceh paska perdamaian Aceh tidak seharusnya dibesar-besarkan. Wartawan ini melakukan investigasi secara tidak professional, Neir tidak pernah datang ke Aceh. Dalam tulisannya yang berjudul : Indonesian Army, Kopassus, Implicated in New Assassinations. Forces Chosen By Obama for Renewed US Aid Ran '09 Activist Murders. Allan hanya mendapatkan data dari media-media, dan orang-perorang yang sebenarnya tidak bisa menjelaskan detail kejadian secara baik. Artikel yang ditulisnya juga sangat dangkal, penyebutan nama dan tempat banyak kesalahan dan tidak menyebutkan data-data yang jelas. Unsur provokatif dan fitnah lebih jelas terlihat. Allan juga pernah memfitnah TNI yang dianggapnya telah melakukan pelanggaran HAM di Timtim dan Papua. Alasan inilah yang digunakan pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan embargo kepada TNI. Kita harus ingat bahwa kita adalah Negara besar, tidak perlu memperhatikan kutu seperti itu. Kopasus telah banyak kontribusinya kepada Negara. Kita juga tidak harus kebakaran jenggot dan buru-buru dating ke Gedung Putih untuk menyatakan bahwa kita tidak melanggar HAM dan sebagainya, karena hal ini akan

merendahkan kita sendiri. Kitapun akan terpokok sendiri. Ini adalah langkah bodoh. Sebenarnya kasus ini diawali oleh rencana kedatangan Presiden Obama yang ternyata diundur pada April 2010 nanti, tetapi rupanya sebelum itu terjadi ada pihak-pihak di AS yang berupaya untuk menyudutkan Indonesia dengan isu-isu HAM di Aceh, Timtim dan Papua. Kita harus ingat AS itu adalahNegara pelanggar HAM terbesar dan terberat yang pernah ada di dunia. Sudah puluhan Negara yang mengalami kehancuran akibat pelanggaran HAM AS. Kita harus bersikap bijak, kita juga harus memiliki kedaulatan dan harga diri yang tinggi. Ingatlah kita adalah Negara besar. Tidak usah merasa terganggu oleh seekor kutu. Seandainya kita abaikan dan kita tidak terlalu bereaksi dalam kasus ini, maka justru isu ini tidak akan membesar dan tidak akan menjadi masalah pokok yang akan di bahas dalam pertemuan Presiden SBY dan Presiden Obama nanti. Mantan Panglima Kodam Aceh sekaligus mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Soenarko menyatakan, Kopassus sama sekali tidak terlibat politik di Aceh, terutama selama proses Pemilihan Umum 2009. "Tidak ada pasukan Kopassus di Aceh sejak 2004, baik secara terbuka maupun tertutup, sehingga tidak ada keterlibatan apa pun dengan kegiatan di sana, termasuk kegiatan politik Pemilu 2009," katanya seperti yang dikutip dari Kompas.com yang terbit Selasa, 23/3/2010. Pemilu 2009, Soenarko menjadi Panglima Kodam Aceh. Soenarko. Beliau menjelaskan bahwa: "Kita semua tahu apa yang terjadi dan bagaimana situasi Aceh terutama saat pemilu legislatif. Saya sebagai Panglima Kodam Aceh saat itu ikut membantu polda mengamankan jalannya pemilu legislatif. Namun, tidak ada sama sekali personel Kopassus yang ada di Aceh, apalagi sampai terlibat kegiatan politik praktis secara langsung," katanya seperti yang dikutip dari Kompas.com. Ia juga menegaskan bahwa tuduhan Allan Nairn yang mengatakan bahwa Kopassus terlibat dalam operasi pembunuhan pada masa Pemilu Umum 2009 tidak berdasar. Apa yang dilakukan Allan Nairn seakan ingin memperpanjang status embargo militer AS kepada TNI yang dituduh melanggar HAM. Dia berusaha untuk membuktikan bahwa TNI masih seperti yang dulu masa Orde Baru. Padahal semuanya sudah berubah. Jelas sekali Allan tidak mengikuti perkembangan di Indonesia dengan baik. Khususnya tentang reforamsi di tubuh TNI. Kebijakan Pemerintah AS dan Kongres AS menyetujui embargo militer pada masa Orde Baru sampai sekarang ini. Kita adalah bangsa besar dan mandiri, TNI memang patut waspada tetapi tidak perlu dengan merendahkan diri kita dengan sampai dating ke AS untuk secara khusus membahas ini. Cukup kita buktikan saja dengan apa yang TNI lakukan, bahwa TNI tidak terlibat dalam pembunuhan masa Pemilu Aceh 2009 tersebut. Tentu dengan sistem dan hokum kita, tanpa melibatkan bangsa asing manapun. Ingat kita adalah bangsa yang berdaulat. Copy Right (C) by indonesianvoices.com, Indonesian Voices Network.

Musuh Rakyat Indonesia Adalah Orang-Orang yang Tidak Cinta Tanah Air (Kaum TICTA)
Oleh Heri Hidayat Makmun

Nasionalisme yang dibangun pertama kali oleh Bung Karno yang berkembang di Indonesia seharusnya tidak dipahami dan diusung dalam formalitas belaka, tetapi juga dalam ruang politik pembentukan negara Republik Indonesia dan mempertahankannya dari setiap gerusan dari implikasi pergaulan internasional dan pelemahan dari dalam oleh Kaum Tidak Cinta Tanah Air (Kaum TICTA).

Nasionalisme harus memiliki tujuan yaitu sebagai pemersatu dan usaha untuk mempertahankan kepentingan nasional. Nasionalisme harus mempu menghambat jebakan-jebakan yang meletakan kondisi bangsa kita menjadi lemah. Menghimpun kekuatan-kekuatan nasional secara mandiri, terbebas dari belenggu ketergantungan pada bangsa lain, penjajahan bangsa lain dan memperkuat kemampuan bangsa sendiri untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan mengganggu kepentingan nasional.

Nasionalisme sangat terkait dengan modal nasional, seperti kekuatan sumber energi nasional, kekuatan militer, kekuatan rakyat, kekuatan ekonomi, kekuatan sektor ril masyarakat, kekuatan sistem pendidikan, kekuatan sistem birokrasi, kekuatan perairan kita yang luas, pulau-pulau kita yang banyak dari Sabang sampai Merouke dan sebagainya.

Semua kekuatan dan modal nasional itu hanya untuk kepentingan nasional dan rakyat Indonesia. Tidak boleh misalhnya salah satu pulau digunakan untuk pangkalan militer asing, atau aktifitas asing lainya yang tidak terkait dengan kepentingan nasional atau kepentingan rakyat kita. Juga tidak boleh mengeruk sebuah wilayah NKRI dari gunung menjadi kawah dengan tidak ada sedikitpun hasil untuk rakyat.

Semangat nasionalisme sendiri dibakar oleh kekuatan cinta pada tanah air. Gagasan nasionalisme bukan berarti seorang Jawa melepaskan budaya jawanya, atau seorang Batak melepas budaya bataknya, atau seorang Papua melepas budaya papuanya. Bukan, tetapi seorang Jawa yang cinta tanah air akan terikat pada orang Batak yang cinta tanah air dan juga orang Papua yang cinta tanah air. Nasionalisme tidak menghapus akar dari nasionalisme itu sendiri, tetapi nasionalisme yang ber- ruh cinta tanah air itu akan mengikat dan mempersatukan perbedaan.

Hancurnya bangsa ini selalu akan dimulai dari orang-orang yang tidak cinta pada tanah air (Kaum TICTA). Mereka melakukan apapun tidak bermula dengan kecintaan pada tanah air. Upaya-upaya kehancuran dimulai dengan berbagai upaya pelubangan kapal dengan motifmotif yang macam-macam.

Prilaku Kaum TICTA biasanya dilandasi oleh kepentingan pribadi dan golongan, atau ada juga yang memang ketidak cintaan pada tanah air Indonesia ini karena hatinya bernaung bendera bangsa lain, walaupun berdiri diatas nusantara ini, atau lebih ektrim Kaum TICTA menggunakan kelembagaan negari ini. Secara formalitas dia seakan sangat cinta tanah air tetapi esensi dari apa yang dilakukannya adalah menjual negeri ini untuk orang asing. Memberikan negeri ini untuk Negara yang bukan merah putih.

Sangat mengerikan sekali jika ada orang yang tidak cinta tanah air itu, Kaum TICTA itu, dalam ruang yang memproduksi 'sesuatu' untuk bangsa ini. Mereka berdiri dalam 'rumah negeri ini' bahkan di jantung negeri ini. Integritas negeri ini akan dirusak akarnya, akan diputuskan pengikatnya, digerogoti bangsa lain dari dalam. Mereka akan menggunakan institusi negara ini untuk sekedar menjadi alat kekuasaan demi kepentingan golongan dan agenda dari bendera bangsa lain. Orang seperti ini yang mengoyak-ngoyak merah putih kita dari dalam dengan menggunting dalam lipatan dan memutus tali persatuan. Menginjak-injak konstitusi kita dan semangat nasionalisme kita, dan memberaki rakyat Indonesia.

Menjadikan rakyat hanya sekedar korban dengan berbagai cara, menjadi korban dalam ketidakadilan hukum, menggusur tanahnya, memenjarakan suaranya, menyunat hak-haknya untuk mendapatkan pendidikanyang layak dan mendapatkan pekerjaan seperti yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 45 kita, melemahkan ekonominya, menjual asset strategis, membunuh UKM, dan memasukan gurita perdagangan retail ke seluruh penjuru negeri.

Realitas suatu bangsa yang seperti ini menjadi indikasi bahwa kerusakan jiwa atau kerusakan psikologis yang tampak dari perilaku-perilaku yang berujung pada kerugian yang harus ditanggung oleh rakyat banyak seperti korupsi, mafia kasus, dan ketidakadilan lainnya.

Pelemahan pemberantasan korupsi merupakan salah satu dari upaya orang-orang ini. Menjebak Negara ini masuk dalam perangkap sistem keuangan yang dibangun IMF dan Bank Dunia adalah contoh yang lain. Memaksakan devisa kita dalam bentuk mata uang asing, dan membiarkan mata uang kita digerus oleh spekulan, atau membuat sistem yang memberikan lubang kelemahan yang setiap saat dapat diserang oleh bangsa lain, sehingga perekonomian kita setiap saat dapat lumpuh. Kita harus hati-hati dengan Kaum TICTA yang mengarahkan bangsa kita kepada jebakan-jebakan ekonomi dalam bentuk pinjaman, bantuan atau kerjasama yang menjadikan bangsa ini hanya sekedar budak kepentingan asing.

Memperlemah sektor ril ekonomi kita yang menjadi tulang punggung sesungguhnya, dan digeser kepada sektor monitor, atau dengan bahasa lain menghabiskan fokus ke sector

moneter dengan mengabaikan sector ril juga adalah hasil karya orang-orang ini. Membiarkan pengangguran dengan tidak adanya usaha yang jelas untuk mencapai arah kesejahteraan rakyat. Menjual BUMN untuk orang asing dengan sedikit keuntungan untuk kantong pribadi dari fee juga dilakukan oleh orang-orang seperti ini. Apapun akan mereka lakukan selama akan menguntungkan pribadi dan golongannya saja. Mereka tidak akan peduli dengan nasib bangsa ini, karena Kaum TICTA memang pada hakekatnya tidak berbendera merah putih. Mereka tidak penah peduli dengan rakyat kita, yang mereka pedulikan adalah kekuasaan dan materialism. Mereka ini adalah musuh rakyat Indonesia. Seandainya Bung Karno masih hidup beliau, Bung Hatta masih hidup, Jenderal Besar Soedirman masih hidup, tentu para tokoh besar ini akan menghujat dan menghukum Kaum TICTA ini. Pada hakekatnya perjuangan kemerdekaan kita belum selesai kita masih berjuang melawan orang-orang yang berhati yang berisi bukan merah putih. Pada hakekatnya usaha kemerdekaan Indonesia masih harus berperang melawan Kaum TICTA, Kaum Penghianat.

Organisasi Papua Merdeka Tidak Mendapat Dukungan Internasional


Oleh Sumantiri B. Sugeo OPM yang bergerilya mencoba mencabut patokpatok integritas NKRI. Melalui berbagai LSM-nya baik yang aktif di dalam negeri maupun yang aktif diluar negeri melancarkan berbagai move-move untuk mencari perhatian dunia agar merestui kemerdekaan Papua. Papua merdeka yang digerakkan oleh West Papua Peoples Representative and OPM. Organisasi terlarang ini melakukan aktifitasnya dari negara-negara tetangga yang berbatasan dengan Indonesia secara gelap dan tidak diketahui pemerintah negara bersangkutan, seperti di Australia dan di Papuanugini dari dukungan orang perorang atau LSM. Salah satu situs yang menampilkan visi misi OPM yaitu wpik.org (West Papua Information Kid) yang didanai oleh perusahaan, orang asing di Papua, atau donatur dari luar negeri. Usaha OPM berusaha membelokkan sejarah agar dunia dapat menerima kemerdekaan mereka, sementara Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menyatakan secara tegas bahwa tidak ada negara atau pemerintah yang mendukung gerakkan Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang mendukung gerakan OPM hanyalah Vanuatu.

"Sikap Vanuatu itu pun berubah- ubah seiring terjadinya perubahan kabinet dan pemerintahan di negara itu," kata Hassan dalam rapat kerja di gedung dewan tersebut. Menurut Menlu adanya usaha-usaha untuk mendorong terjadinya Papua merdeka dari kelompok masyarakat di luar negeri, gereja dan LSM yang mendukung aspirasi kemerdekaan Papua. Pengaruh dukungan kelompok ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan otonomi khusus Papua, pembentukan Majelis Rakyat Papua dan pemekaran provinsi. Pernyataan Hassan Wirajuda ini disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini disampaikan Hassan terkait pertanyaan Komisi I DPR yang merasa risau atas semakin intensifnya kalangan lembaga swadaya masyarakat, dan beberapa kalangan internasional yang mengusik NKRI dengan gerakan mereka. Dalam hal ini Pemerintah seharusnya jangan menganggap remeh pergerakan mereka, dan jangan menghentikan berbagai upaya diplomasi untuk menjelaskan ke dunia internasional, bahwa apa yang terjadi di Papua adalah hal-hal kriminal dari segelintir sempalan-sempalan yang perlu di lakukan pengamanan. Hal ini juga harus didukung dengan upaya TNi dan Polri yang serius dan tegas terhadap aksi-aksi teror dan gerakan mencari dukungan di luar negeri. Salah satu aksi mereka di kancah internasional adalah pendekatan ke Pemerintah Amerika Serikat (AS), seperti usaha OPM dengan melakukan loby-loby internasional meloloskan usulan draf RUU (H.R 2601) di Kongres AS pada 20 Juli 2005. Dalam draft tersebut ada yang mempertanyakan kembali keabsahan penentuan pendapat rakyat. Menlu yakin bahwa usaha mereka akan gagal dalam proses pengesahan menjadi undang -undang, karena banyak anggota kongres yang menyetujui pembahasan RUU tersebut. Kita masih patut bersyukur karena Administrasi AS melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS berkomitmen dan menegaskan dukungan AS terhadap integritas NKRI dan tidak mendukung gerakan OPM di Indonesia. Berbagai negara tetangga, anggota Asean, negaranegera Timur Tengah dan Eropa juga tetap mendukung kedaulatan Indonesia. Di Papuanugini, Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rabbie Namaliu menyerukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) menempuh langkah damai dalam kerangka otonomi khusus seperti dilakukan Gerakan Aceh Merdeka. Seruan itu diungkapkan sehari setelah pemerintah negeri itu melarang pemimpin OPM menghadiri pertemuan empat negara Melanisia (Papua Nugini, Fiji, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu) pekan ini di Goroka. Sehingga jelaslah di mata internasional Pemerintah RI masih diakui dan syah, jika operasi TNI dan Polri dilakukan secara lebih keras untuk menghentikan berbagai teror yang terjadi di Papua. Apa yang dilakukan oleh sempalan OPM tersebut adalah kriminal dan dapat dipidanakan, sehingga TNI dan Polri tidak perlu ragu untuk melakukan operasi yang lebih tegas tersebut. Jangan ada keraguan dan ketakutan akibat pengaruh tekanan internasional, karena sudah jelas bahwa Papua adalah bagian dari NKRI. Berbagai penembakan yang pernah mereka lakukan di lingkungan bisa dikronologiskan sebagai berikut ini: peristiwa penembakan yang dilakukan orang dikenal di Freeport, Papua, hari ini mengakibatkan satu keamanan PT Freeport tewas dan dua orang petugas kepolisian luka-luka. Berikut penuturan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak, seperti yang dikutif dari okezone di Jakarta, Minggu (12/7/2009). Penembakan pertama dilakukan orang tidak dikenal terhadap mobil petugas keamanan PT Freeport. Saat itu, sejumlah petugas tengah membawa logistik dari Tembagapura menuju

Timika di Mile 51 pukul 10.45 WIT tanggal 12 Juli 2009. "Markus, anggota security, itu meninggal sekira pukul 11.00 WIT," kata Sulistyo. Penembakan kedua terjadi saat petugas kepolisian akan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Rombongan tersebut dihadang orang yang tidak dikenal. Sempat terjadi baku tembak antara polisi dengan kelompok yang diduga Organisasi Papua Merdeka itu. "Dua petugas Densus Anti-Teror 88 mengalami luka tembak di bagian paha," tambahnya. Saat ini, Mabes Polri sudah menerjunkan personel untuk membantuan pengamanan bersama dengan aparat kepolisan Polda Papua. "(Porsonel) Mabes Polri sudah memback-up dengan Polda Papua," tutupnya. Sabtu, 11 Juli 2009 pukul 05.30 WIT, warga negara Australia Drew Grant (29), yang juga teknisi PT Freeport, juga tewas ditembak orang tak dikenal dalam perjalanan dari Tanjungpura menuju Timika. Beruntung tiga rekannya berhasil selamat. Kondisi keamanan di Papua makin kondusif meski terjadi beberapa aksi demonstrasi pasca kematian pimpinan gerakan separatis organisasi papua merdeka (opm) Kelly Kwalik, walaupun masih adanya penembakan-penembakan gelap di sekitar lokasi pertambangan Freeport. TNI dan Polri daiharapkan terus melakukan pengamananan agar Papua terus kondusif, tetapi keadaan harus terus diwaspadai perlu dilakukan tindakan tegas terhadap sempalan OPM yang berkeliaran dihutan-hutan dan melakukan aksi-aksi sabotase dan penembak. Di pihak lain pemerintah baik pusat maupun daerah, harus cepat melakukan perbaikan sarana-prasarana infrastruktur di Papua, perbaikan kesejahteraan, peningkatan pendidikan masyarakat Papau. Semoga dengan ini masyarakat Papua dapat segera sejajar dengan wilayahh lain di Indonesia.

Isu Kritis Tentang Indonesia yang Diperhatikan Dunia Internasional


Oleh Solihin Samsi

Pemerintah kita sekarang ini terlalu sibuk dengan urusan dalam negeri. Isu-isu nasional menguras perhatian pemerintah. Apalagi isu nasional ini terkait dengan strategi kekuatan dari partai-partai, koalisi-koalisi , pejabat Negara dan banyak sekali komponen bangsa yang tenggelam dalam masalah-masalah internal kita sendiri. Disisi lain kita berhadapan dengan dunia luas yang menggelobal. Sering kali kita tidak sadar bahwa Indonesia sering mendapat perhatian internasional yang kurang banyak mendapatkan tanggapan yang memadai dari pemerintah kita. Kita juga sering gagal atau bahkan tidak memanfaatkan sama sekali kesempatan emas di moment-meoment internasional yang penting demi kepentingan nasional kita. Selain sisi posistif kita dimata dunia internasional. Ada hal lain yang harus mendapatkan tanggapan yang serius dan sangat berkaitan dengan integritas dan kepentingan nasional bangsa kita. Berbagai isu tersebut yang pertama adalah sisa-sisa masalah Timor Leste yang menganggap kita telah melakukan pelanggaram HAM. Hal ini harus dilakukan diplomasi ke Pemerintah Timor Leste dan pendekatan personal dan persuasip sebagai upaya win-win solution.

Dalam masalah ini kita terlalu jumud dan kaku untuk bersikap dan kita dapat memenangkan diplomasi yang menguntungkan citra kita dan juga kita tetap dapat menjalin hubungan diplomatic dengan pemerintah Timor Leste dengan baik. Kita juga harus segera menuntaskan isu-isu penting yang terkait dengan Timur Leste yaitu batas Indonesia dan Timor Leste yaitu di pulau karang tak berpenghuni Palau Batek / Fatu Sinai yang belum jelas dan akan selalu menjadi masalah krusial kedua negara dalam jangka panjang. Kondisi ini menghalangi kesepakatan maritime mengenai batas utara pada perjanjian tahun 1997 antara Indonesia dan Australia yang seharusnya berhasil menetap beberapa bagian dari batas laut itu adalah milik Indoneisa. Tetapi isu-isu yang beredar di luar terkesan bahwa Australia tetap berada di posisi tersebut. Ini jelas kita kurang melakukan sosialisasi pada banyak pihak yang terkait dengan masalah tersebut. Kita sering tersudutkan tetapi kita tidak sadar, masalah karena kita terlalu sibuk dengan urusan politik internal bangsa kita. Isu lain juga yang kurang mendapat penanganan yang setimpal adalah pada upaya pemerinath kita yang gagal memenangkan sengketa di Mahkamah Internasional tentang Sipadan dan pulau Ligitan dengan Malaysia pada tahun 2002. Pada batas maritim kiri di Laut Sulawesi yang sangat kaya dengan hidrokarbon. Kemampuan loby internasional kita yang lemah dan sebenarnya masih terkendala dengan kesebukan diri sendiri kekalahan itu bisa terjadi. Penyakit lain yang terkendala diplomasi kita yang lemah juga pada masalah seperti konfrontasi Maret 2005 atas konsesi minyak dan gas blok minyak Ambalat, keputusan Mahkamah Internasional telah mendorong Indonesia untuk menegaskan klaim dan integritas NKRI pada pulau-pulau yang lebih kecil terluar. Terlihat di mata internasional terkesan bahwa blok Ambalat itu milik Malaysia. Berbagai perusahaan yang tertarik untuk ikut mengekplorasi minyak dan gas di blok tersebut malah berhubungan dengan Pemerintah Malaysia, bukan Pemerintah Kita. Ini bukti bahwa kita sangat lemah mengkampanyekan tentang integritas NKRI yang sampai ke blok Ambalat. Masalah lain yang tidak mendapat perhatian yang cukup yaitu mengenai konflik Selat Malaka Indonesia dan Singapura yang pada berjanji tahun 2005 sepakat untuk menyelesaikan perjanjian maritime tahun 1973 yang tertunda dan sampai sekarang ini masih tidak ada kejelasan. Selama kepastian hukum belum terealisasikan maka asumsi liar di kalangan para pejabat Singapura akan menimbulkan kerugian-kerugian bagi bangsa kita. Belum lagi mengenai perjanjian untuk menangani penghuni liar di kawasan perbatasan tersebut, imigran illegal dan pembajakan pada jalur perdanganan penting di Selat Malaka. Pembagian tanggungjawab untuk menangani masalah ini pun masih menjadi PR yang terbengkalai. Aktifitas OPM yang terus meningkat dari tahun ketahun juga mendapat perhatian internasional. Lobi-lobi mereka para aktifis OPM semakin berani dan lebih terorganisir. Masalah ini pun juga berlarut-larut sehingga terkesan kita ada pembiaran terhadap keberadaan OPM. Pemerintah kita terlalu refresif terhadap bangsa sendiri seperti penggurusan dan sebagainya demi kepentingan investor walaupun itu menyalahi hukum dan HAM. Sebaliknya dengan OPM kita sangat lamban dan terkesan terjadi pembiaran yang dalam jangka panjang akan menimbulkan disintegrasi yang berbahaya. Isu penting lain yang dirasa kritis adalah mengenai kampanye LSM Eropa dan Uni Eropa yang menuduh CPO Indonesia dan Malaysia telah banyak merusak hutan dan mereka mengajak berbagai perusahaan di dunia untuk menolak CPO Indonesia. Terasa sekali kita

kurang banyak mengambil peran untuk melawan propaganda negatif tersebut. LSM asing tersebut berupa untuk menguatkan perdagangan minyak kedelai yang merupakan hasil minyak dari petani Eropa. Sedangkan pasar saat ini lebih cendrung ke CPO dari pada minyak kedelai yang mahal, hal inilah yang menyebabkan berbagai kampanye negatif dilakukan untuk memperkuat petani kedelai di Eropa. Kampanye negatif ini Uni Eropa ini mengangkat isu pemanasan global, seakan perkebunan kelapa sawit sangat merusak alam dan ikut dikecam sebagai penyebab pemanasan global, padahal sesungguhnya tanaman kedelai yang sejenis polong-polongan ini membutuhkan lahan yang lebih luas untuk volume hasil yang sama dengan perkebunan sawit. Pertanian Kedelai membutuhkan 10 kali lipat luasan lahan kelapa sawit. Untuk melawan kampenye tersebut pemerintah Malaysia telah banyak berbuat untuk mensosialisasikan berbagai keuntungan Sawit dibandingkan dengan perkebunan kedelai, sayangnya Pemerintah Kita tidak dapat berbuat banyak. Ini bukti bahwa peran Deplu terasa kurang cepat dan tanggap untuk mengantisipasi berbagai isu penting yang seharusnya dapat kita kendalikan.

Kebijakan Politik Cerdik Bebas Aktif


Oleh : Septa Muktamar Kebijakan politik bebas aktif Indonesia merupakan kebijakan luar negeri Indonesia yang merupakan konsep yang ditawarkan Hatta pada tahun 1948. Saat itu konsep tersebut adalah perwujudan penolakan terhadap ideologi kiri komunis yang berkiblat ke Uni Soviet dan penarikan pengaruh liberalis-kapitalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat, pengaruh kedua kekuatan tersebut terpola setelah Perang Dunia Kedua hingga terciptanya era Perang Dingin. Hatta dan kawan-kawan menegaskan bahwa bangsa Indonesia yang baru berdiri pada waktu itu meletakkan dasar politik luar negeri sebagai upaya netral diantara dua kekuatan negara adikuasa tersebut. Prestasi terbesar Indonesia saat itu ialah memimpin dan menginspirasi negara-negara ketiga dalam hal ini negara-negara yang baru merdeka untuk bersikap netral, hal ini terlihat dari keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada bulan April 1955. Hal lain dapat terlihat bahwa di bawah Soekarno ketegasan dalam bersikap menghadapi arogansi Amerika Serikat dan memanfaatkan kekuatan Uni Sovyet, dengan menciptakan Poros Jakarta-Peking telah ditunjukkan Indonesia, melalui semangat nasionalisme yang tinggi dan kecerdikan diplomasinya, pemerintah melalui diplomasi cantik dan elegan Soekarno juga berhasil mempermainkan Amerika dan Uni Soviet dalam kasus pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda. Dengan berlalunya masa Perang Dingin yang ditandai oleh runtuhnya kekuatan Uni Sovyet dan semakin menguatkan peran Amerika Serikat yang merasa sebagai satu -satunya kekuatan dunia, maka melalui kepentingan yang lebih besar Amerika terus menanamkan pengaruhnya di dunia. Melalui berbagai kekuatan; ekonomi, politik, bahkan tak jarang invasi militer. Amerika memaksakan kehendaknya untuk menguasai dan mempebesar pengaruhnya seperti

yang mereka lakukan di Irak dan Afganistan. Kedua negara tersebut kini hancur, kemerdekaaannya dirampas dan seluruh kepentingan ekonominya dikuasai. Dalam hal gaya hidup Amerika juga menginvasi seluruh dunia melalui berbagai korporasinya. Mc Donald, Pepsi, Coca Cola, merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah bagaimana mengguritanya kekuasaan korporasi tersebut membentuk cita rasa masyarakat dunia (Eko Prasetyo). Belum lagi dalam hal budaya, pengaruh Amerika amat kentara, dengan alasan Hak Asasi Manusia maka sex bebas, hubungan heteroseksual, hubungan sejenis malah dilindungi dan dilegalkan. Dan pengaruhnya semakin menggila, melalui teknologi informasi yang mereka kuasai, semua hal yang berkaitan dengan hal ini dapat dinikmati oleh seluruh warga dunia. Duh sebenarnya mereka adalah pemimpin kerusakan umat manusia. Amerika juga telah berhasil memutarbalikkan persepsi masyarakat dengan isu-isu terorisme, sehingga saat ini tercipta keseragaman pola pikir bahwa apapun gerakan kontra Amerika dan sekutunya adalah terorisme. Apalagi tuduhan teroris tersebut banyak ditujukan kepada negara-negara yang menentangnya. Atas alasan terorisme tersebut mereka meninvasi Afganistan, Irak, mengisolasi Kuba dan Libya dan menuduh gerakan jihad Islam melawan Amerika sebagai gerakan teroris. Bagaimana dengan posisi Indonesia Semenjak zaman pemerintahan Soeharto, pola hubungan luar negeri Indonesia berubah, dengan alasan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi maka Indonesia Indonesia mendekati lembaga-lembaga donor untuk dapat membiayai pembangunan di Indonesia dengan pola pinjaman. Tentu saja pemberian kredit ini harus dibayar mahal dengan tergadaikannya aset aset strategis bangsa hingga menurutnya Indonesia terhadap kepentingan asing yang merupakan konsekuensi pemberian pinjaman tersebut. Setelah era Soeharto berakhir belum terlihat ada upaya perubahan terhadap politik luar negeri yang dianut pemerintahan setelahnya, Indonesia tampaknya masih mencari pola hubungan yang aman di dunia, hal ini secara eksplisit diakui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menggambarkan Indonesia saat ini tengah "mengarungi samudra yang bergejolak". Menurut SBY Indonesia memerlukan kebijakan politik luar negeri yang bisa membantu melewati gejolak itu. Menurut dia inti dari politik bebas aktif yakni bagaimana cara menjalin hubungan baik dengan semua pihak melalui proses diplomasi. Jalinan itulah yang juga akan menentukan pengaruh dan kemampuan Indonesia dalam membentuk tatanan dunia internasional. Penulis melihat bahwa pola hubungan yang mesti diciptakan pemerintahan saat ini tidak saja bagaimana Indonesia menjalin hubungan baik dengan semua pihak, penulis tidak terlalu setuju dengan pendapat Presiden SBY bahwa menjaga hubungan baik harus melalui proses diplomasi. Karena kita tahu diplomasi saja tidak cukup, kegagalan forum WTO yang mengakomodir kepentingan negara-negara dunia ketiga baru-baru ini dan lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan merupakan kegagalan diplomasi Indonesia. Kegagalan diplomasi ini merupakan sinyal lemahnya peran, bargaining dan harga diri Indonesia di dunia Internasional. Indonesia harus merumuskan kembali pola hubungan luar

negeri bebas aktif yang sesuai dengan kepentingan ideologi, politik, ekonomi dan harga diri bangsa. Diplomasi pun bukan berarti menuruti kepentingan masyarakat internasional, seolaholah semua ideologi dan kepentingan semua bangsa adalah seragam. Ada kalanya kita harus galak dan cerdik seperti yang telah ditunjukkan Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Kekuatan negara-negara maju yang dipimpin oleh Amerika terus-terusan menyeruak harga diri bangsa, intervensi mereka terhadap negara lain membuat kita semakin muak. Maka merumuskan pola hubungan luar negeri Indonesia tidak bisa dilepaskan dari melawan hegemoni dan kekuatan yang dipimpin oleh Amerika. Merumuskan pola hubungan luar negeri Secara garis besar ada dua pola yang dapat dimainkan Indonesia dalam hubungan luar negeri saat ini, pertama kecerdikan netralitas dalam hubungan kepentingan politik dan ekonomi semua negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa hegemoni negara-negara maju yang dipimpin Amerika demikian besarnya mempengaruhi dunia saat ini. Sedemikian hebatnya pengaruh tersebut sehingga sebagian besar bangsa-bangsa saat ini kiblat ekonomi dan politiknya terpengaruh atau dipengaruhi Amerika. Demokrasi ala Amerika, kemajuan ekonomi ala Amerika. Di luar itu bangsa-bangsa yang berseberangan dianggap negara-negara yang mengancam keamanan tatanan internasional, sehingga mereka harus dimusuhi. Indonesia dapat mengambil peran dari hubungan dengan bangsa-bangsa tersebut, saya sangat setuju terhadap kebijakan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan persenjataan dari Rusia, karena adanya embargo militer Amerika, kita pun senang saat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad datang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, harapan supaya Indonesia mendukung langkahlangkah Iran dalam menghadapi arogansi Amerika tampaknya belum ditunjukkan pemerintah. Alangkah indahnya sebagai sama-sama negara yang berdaulat pemerintah Indonesia dan Iran saat itu dapat memberikan pernyataan yang pedas terhadap sikap Amerika terhadap Iran. Penulis juga bermimpi suatu saat nanti pemerintah bersama Fidel Castro atau Hugo Chaves membuat pernyataan bersama tentang keadaan dunia. Atau membayangkan adanya makan malam antara pemimpin Indonesia dengan pemimpin Korea Utara.. wah pasti Amerika blingsatan. Menciptakan hubungan dengan negara-negara tersebut tidak berarti kita sama seperti mereka, toh kerjasama setiap negara dapat dilaksanakan karena adanya kesamaan kepentingan, tampaknya kita harus cerdik sehingga bisa membuat ketar-ketir Amerika dan sekutusekutunya. Kedua, menjaga netralitas menjaga pengaruh budaya dan gaya hidup. Besarnya pengaruh budaya dan gaya hidup ala Amerika saat ini demikian terasa, menurunnya kualitas moral bangsa juga dipengaruhi mereka. Maka identitas budaya dan kultur ketimuran berdasarkan moralitas agama harus ditegakkan. Pemerintah bersama dengan negara-negara yang concern terhadap tegaknya moral harus merumuskan budaya dan gaya hidup yang berkualitas, penulis membayangkan dimasa mendatang pemerintah yang tergabung dalam negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) membuat pertemuan dan menyatakan kutukan terhadap sikap legalisasi free sex dan

hubungan sejenis dan heteroseksual di Amerika. Penulis juga membayangkan memerahnya kuping Amerika jika pemimpin kita bersama negara-negara yang masih menjunjung tinggi moralitas memblokir situs-situs porno dan melarang penyebarannnya di seluruh dunia. Saya yakin meski hanya gertakan tentu akan berefek pada sikap Amerika dan sekutunya menghadapi kita. Nah kartu truf terhadap hubungan luar negeri ini ternyata tergantung siapa yang memimpin bangsa ini. Saya membayangkan suatu saat nanti kita memiliki pemimpin bangsa segalak Soekarno dan secerdik Hatta, dan seislami Natsir dalam memimpin bangsa ini, semoga. -------- Selesai & Terima Kasih -----------------

Budaya Politik Bumi Hangus


Oleh Heri Hidayat Makmun Setiap orang mungkin berbeda pendapat tentang sistem bernegara yang paling baik. Masingmasing dilatarbelakangi oleh background pengetahuan dan pengalamannya, tapi ada benang merah yang bisa kita ambil bahwa kita tidak akan pernah selesai, jika kerja kita setengahsetengah. Kita harus ingat bahwa banyak juga sebenarnya hal-hal baik yang ada di orde baru tetapi dengan alasan reformasi kita bumi hanguskan semuanya. Saya khawatir kita akan, melakukan itu setelah rezim baru yang akan datang. Kita selalu ingin berjalan dari awal lagi karena budaya politikus kita yang ingin selalu hebat sendiri. Sistem apapun yang kita gunakan hanya menjadi bumerang jika kita tidak tuntas menjalankannya. Banyak negara-negara yang sudah mapan membutuhkan waktu beratusratus tahun untuk mendapatkan formatnya yang terbaik, dan itupun masih terus terjadi evolusi format sistem bernegara yang dijalankan secara alamiah. Tapi ingatlah perubahan sistem bisa memicu revolusi yang mahal. Negara-negara di Afrika tidak sudah-sudah untuk selalu berevolusi, dengan maksud membawa salah satu isme dan model poltik tertentu, tetapi sesungguhnya yang mereka jalani adalah kediktatoran, dari rezim kerezim berikutnya. Rezim-rezim atau figur-figur bukan pembawa sistem yang baru. Tapi ingatlah perubahan sistem bisa memicu revolusi yang mahal. Negara-negara di Afrika tidak sudah-sudah untuk selalu berevolusi, dengan maksud membawa salah satu isme dan model poltik tertentu, tetapi sesungguhnya yang mereka jalani adalah kediktatoran, dari rezim kerezim berikutnya. Rezim-rezim atau figur-figur bukan pembawa sistem yang baru. Cara berpikir bangsa kita sering menjadikan figur sebagai lokomotif perubahan tetapi tidak pernah menggunakan sistem yang sungguh-sungguh kita jalani. Ini sangat berbahaya. Figur atau rezim yang terlalu mewarnai sistem kita, bukan sistem kita yang akan memberikan bentuk dan prilaku politikus kita. Memang sejarah bangsa kita awalnya sudah terlanjur seperti ini, seperti masa Soekarno yang pemikirannya sangat dominan, juga masa Soeharto yang juga menjalankan metamorfosis kebentuk lainnya. Orang baru, gagasan baru, dan revolusi baru. Mahal dan menyedihkan bagi

rakyat. Mari kita mulai dengan tidak menjagokan figur, tetapi visi politiknya. Visi ini bisa dialih generasikan kepada generasi-generasi berikutnya yang lebih pintar dan lebih pengalaman dari sejarah perjalanan politik bangsa ini pada masa lalu. Mereka akan menemukan jalan dan cara yang lebih baik. Juga kita tangan terlalu gemas untuk berubah sistem kesistem lainnya, tanpa menjalankannya sistem itu sendiri secara sungguh-sungguh. Ingatlah sekarang ini negara-negara termakmur justru ada di Timur Tengah yang otokrasi. Kesejahteraan rakyat adalah isu yang paling membumi. Bukan perubahan sistem. Saya tetap yakin dengan keteguhan NKRI kita. Jangan dirubah yang ini, tetapi budaya politik kita yang harus kita rubah, dan saya berada dibelakangnya. Semoga perbedaan tidak menjadikan bangsa ini lemah, tetapi perbedaan itu kita jadikan aset yang akan memperkaya budaya dan kebijaksanaan bangsa kita.

Mahathir, Kembaran Soekarno di Malaysia


Oleh Baharudin Aziz Tidak sulit jika kita mencari orang yang dapat menjawab tentang siapa kembaran Soekarno yang berada di tanah seberang, Negara tetangga kita Malaysia, tentu banyak yang menjawab Mahathir Mohamad. Itu jawaban yang betul 100%. Mengapa demikian? Pasti ada yang dirasakan tentang persamaan dan kemiripan dari dua tokoh terkemuka di dunia tersebut. Bukan Cuma Asia Tenggara, atau Asia saja tetapi memang benar-benar terkenal ketokohannya di dunia, dilihat dari sepak terjang dan perannya dalam dunia internasional. Keduanya juga sama-sama vokal, orator ulung, kepemimpinan yang kharismatik, dan transformator. Kembaran ini sama-sama berani menantang penjajahan dan imperialisme baik di Asia atau dimanapun. Peran besar membangun pondasi negera selama hamper 22 tahun dengan gaya kepemimpinan yang spektakuler, Mahathir menghantarkan Malaysia yang sebenarnya pada tahun 70-an masih jauh tertinggal dengan kita dapat meluncur dan jauh juga meninggalkan kita. Untuk yang satu ini seharusnya kita malu dengan bangsa Malaysia. Sudah seharusnya kita mengejar, setidak-tidaknya berjalan seiringan. Mahathir tidak saja merubah pola pandang Melayu tetapi Mahathir benar-benar merubah struktur budaya yang sangat feudal otokratis menjadi lebih kompetitif. Walaupun peran para Sultan-Sultan di Negara-negara bagian Malaysia masih dominan, tetapi dibawah kepemimpinannya nasionalisme Malaysia lebih kuat tumbuh. Mahathir sadar betul bawah nasionalisme, seperti yang juga diajarkan oleh Soekarno di Indonesia yang menjadikan kaum bumi putra sebagai bagian integritas kebangsaan yang utuh dan terikat antara satu insan di bagian lain wilayah Indonesia dengan insan lain dibagian wilayah lainnya adalah satu. Begitu juga kemelayuan ala Mahathir sesungguhnya menjadi

cikal bakal dari benih nasionalisme Malaysia. Nasionalisme tidak dapat dibangun keluar dari jati diri setiap bangsa, keluar dari budaya local asli, keluar dari kepribadian asli. Nasionalisme Mahathir dibangun dari persamaan dari satu wilayah kebangsaan Malaysia, tanpa memandang keetnisan semuanya berada, berdiri sebagai rumpun melayu. Menurut Mahathir sendiri belum cukup memahaminya jika nasionalisme Malaysia yang mengangkat unsur kemelayuan sebagai poros nasionalisme dianggap sebagai rasis, karena bagi Mahathir etnis Cina, etnis India, etnis Jawa, atau etnis apapun jika telah menjadi warga Malaysia adalah dianggap sebagai melayu. Sehingga tidak perlu melawan melayu atau anti melayu, bahkan sampai memerangi melayu, karena semua bangsa Malaysia itu adalah truly Melayu dan melayu itu adalah Malaysia. Jadi bagi Mahathir tidak perlu merasa sebagai orang yang keluar dari Melayu, karena itu berati bukan bangsa Malaysia. Bagi Mahathir untuk membangun kebangsaan suatu negeri tdak akan pernah lepas dari jati dari bangsa Malaysia, atau juga bangsa lainnya. Bangsa itu harus melepas perasaan berbedanya, perasaan keetnisannya. Begitu juga dengan Soekarno, ketiga kebangsaan awal dibangun era penjajahan Belanda. Organisasai kepemudaan yang menamakan Young Java, Young Celebes, Young Sumatera, Young Sunda dan sebagainya harus melepaskan diri dari perasaan keetnisannya. Soekarno menginginkan para pemuda Indonesia yang sama-sama ingin merdeka pada saat itu harus berani mengubah keetnisannya menjadi satu kebangsaan yaitu bangsa Indonesia. Bedanya antara Soekarno dan Malaysia, Soekarno membentuk rasa kenasionalismean tanpa membentuk sebuah identitas ras yang mewakili, tetapi membuat "identitas" baru yang diberi nama bangsa Indonesia, sedangkan Mahathir walaupun membawa isu yang sama yaitu nasionalisme tetapi dengan sebuah identitas yang paling mewakili dan dominan yaitu Melayu. Mahathir sendiri tidak pernah meyebut Melayu sebagai sebuah etnis, suku atau ras tetapi adalah sebagai sebuah rumpun, rumpun yang mengikat dari berbagai etnis yang seperti di Indonesia cukup beragam, walaupun keberagaman Malaysia tidak sebanyak di Indonesia. Inilah yang oran bilang Soekarno adalah Kakaknya Mahathir atau seniornya Mahathir yang sama-sama membawa isu kebangsaan dan nasionalisme.

Pasal 33 UUD 45 Kita di Kangkangi Asing


Oleh Heri Hidayat Makmun Pasal 33 UUD 1945 ayat 1, 2, dan 3 berbunyi sebagai berikut: 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. 3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemudian di tambahkan lagi dalam penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa "dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang". Selanjutnya dikatakan bahwa "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi

adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". Tapi coba kita lihat dengan regulasi minyak dan gas kita ini. Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Migas yang disahkan Pemerintahan Megawati itu meliberalisasi seluruh kegiatan usaha migas, mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir. Inilah yang menyebabkan asing seakan gurita di negari ini. Setelah UU itu disahkan pada 23 Nopember 2001, korporasi asing semakin leluasa menguasai bisnis migas. Jika sebelumnya korporasi asing itu sudah menguasai sektor hulu, kini mereka segera merambah sektor hilir. Apa saja kerugian kita dalam akibat UU Migas ini: 1. UU No. 22 Tahun 2001 menjelaskan peran dan kewenangan negara dipangkas hanya sebatas sebagai regulator. Secara formal negara memang masih diakui sebagai pihak yang menguasai migas (pasal 4 ayat 1). Akan tetapi, penguasaan itu sekadar menjadikan Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan (pasal 4 ayat 2). Yang dimaksud dengan kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan negara kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi (Dalam pasal 1 ayat 5). Sebagai pemegang kuasa pertambangan, Pemerintah diberi kewenangan membentuk Badan Pelaksana (Pasal 4 ayat 3). Kendati disebut sebagai badan pelaksana, fungsi dan tugasnya tidak melaksanakan kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi secara langsung. Badan ini hanya berfungsi melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu (Pasal 44 ayat 2). Di antara tugasnya adalah melaksanakan penandatanganan kontrak kerjasama, memonitor pelaksanaannya, dan menunjuk penjual migas (Pasal 44 ayat 3). Adapun pelaksana langsung kegiatan eksplorasi dan eksploitasidisebut dengan kegiatan usaha huluadalah Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang didasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana (Bab IV, pasal 11, ayat 1). 2. Negara tidak diperkenankan melakukan penyelenggaraan eksplorasi dan eksploitasi. Dua hal ini harus diserahkan kepada pihak lain. 3. Dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa kegiatan usaha hulu bisa dilakukan BUMN atau BUMD, tetapi kedua badan usaha itu hanya berkedudukan sebagai pelaku usaha yang diletakkan sejajar dengan swasta, termasuk korporasi asing. Padahal dalam sistem kita BUMN dan BUMD adalah wakil dari negara. 4. Sektor hilir yang meliputi pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga harus juga diserahkan kepada pihak lain. Kewenangan Pemerintah hanya sebatas membentuk Badan Pengatur yang bertugas melakukan pengaturan dan pengawasan pada kegiatan usaha hilir (Bab I, pasal 1, ayat 24). Sebagaimana dalam sektor hulu, pelaku usaha pada sektor hilir ini juga berupa BUMN, BUMD, koperasi, usaha kecil, dan badan usaha swasta (Bab III, pasal 9, ayat 1). 5. UU Migas juga menjadikan seluruh kegiatan usaha migas, baik sektor hulu maupun hilir diharuskan melalui mekanisme pasar. Dalam arti bahwa bumi air dan kekayaan

yang terkandung tidaklah dikelola sepenuhnya untuk rakyat, tetapi untuk para koorporat, yang menyedihkan lagi untuk koorporat asing.

Hasil dari UU tersebut contohnya adalah kekalahan Pertamina dibandingkan Exxon. Dalam tender yang dilakukan antara BUMN seperti Pertamina dengan Exxon Mobil dalam memperebutkan Blok Cepu. Point-point dalam lelang lebih memungkinkan untuk menerima pengelola asing. Point-point tersebut juga berdasarkan aturan asing. Dalam berbagai fakta yang berkaitan dengan pertambangan di Indonesia terlihat jelas bahwa UUD 45 kita dilumpuhkan oleh liberalisasi migas dari hulu sampai hilir. Jika sebelumnya hanya Pertamina yang diizinkan menguasai sektor ini, kini terbuka lebar bagi masuknya swasta, termasuk korporasi asing. Memang dalam pasal 9 ayat 2 disebutkan bahwa Bentuk Usaha Tetap hanya dapat melakukan kegiatan usaha hulu (Pasal 1 ayat 18: Bentuk Usaha Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah NKRI yang melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia). Akan tetapi, korporasi asing itu bisa saja mendirikan anak perusahan di sini dengan menjadi badan hukum. Kini sudah ada beberapa perusahaan asing yang turut dalam kegiatan usaha hilir, seperti Shell (Belanda) dan Petronas (Malaysia) tetapi keuntungan sepenuhnya mereka yang mendapatkan. Mekanisme pasar juga berlaku dalam penentuan harga migas yang dijual kepada masyarakat. Dalam pasal 28 ayat 2 termaktub: Harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Dengan ketentuan ini, Pemerintah tidak lagi berhak mematok harga BBM seperti yang selama ini dilakukan, juga tidak boleh memberi subsidi BBM. Harga harus diserahkan kepada pasar. Sukurnya Mahkamah Konstitusi beraksi cepat untuk mengamankan konstitusi kita. UU Migas yang menyalahi perundangan yang diatasnya ini telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Namun kita harus tetap berhati-hati. Faktanya walaupun UU ini dibatalkan, asing sempat memenangkan Exxon untuk mengelola Cepu.

Episode Hubungan Indonesia - Malaysia yang Penuh Kecemburuan dan Prasangka


Oleh Heri Hidayat Makmun

Sepanjang sejarah perjalanan dua saudara serumpun antara Indonesia dan Malaysia penuh dengan cerita kecemburuan, prasangka dan kemesraan. Sejak Malaysia di jajah Inggris dan Indonesia dijajah Belanda. Malaysia yang lebih bersifat keinggrisan dan kebarat-baratan pada masa lalu, menjadi percikan api yang membakar amarah Sukarno untuk menerbitkan kata yang menjadi cukup terkenal : Ganyang Malaysia. Disisi lain pada waktu itu, hubungan luar negeri Indonesia lebih dekat ke China dan Rusia.

Awal konfrontasi Malaysia - Indonesia dimulai dengan keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunai, Serawak, dan Britania Borneo Utara (Sabah). Ketiga wilayah ini merupakan jajahan Inggris, dan oleh Inggris digabungkan menjasi Semenanjung Malaya yang menjadi cikal bakal Malaysia. Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Malaysia apabila mayoritas di daerah yang ribut memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi PBB. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, dan tidak menginginkan campur tangan pihak luar. Sukarno menganggap hal ini merupakan perjanjian yang dilanggar dan sebagai bukti imperialisme Inggris, karena pada kenyataanya ada sebagian wilayah yang menginginkan masuk ke Republik Indonesia. Wilayah ini berada diperbatasan Kalimantan Indonesia Kalimantar Utara (Sabah) dan Brunai. Pemimpin masyarakat tersebut memberontak terhadap pemerintahan Brunai dan membentuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Sultan Brunai meminta pertolongan kepada Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) yang berpusat di Singapura. Akhirnya pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh tentara Inggris. Di Kuala Lumpur pada waktu itu terjadi demontrasi yang anti Indonesia, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto-foto Sukarno dan Lambang Garuda, yang dibawa ke hadapan Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman. Emosi Sukarno meledak dan melancarkan gerakan yang terkenal dengan Indonesia dan presiden Indonesia.Atas usulan dan rekomendasi Inggris, Malaysia menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Hal ini memicu cemburu Sukarno yang keluar dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965. Kemudian membentuk suatu organisasi pengganti PBB yang diberinama Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo). Mengganti Olimpiade dengan Games of the New Emerging Forces (GANEFO). Malaysia yang merasa belum siap berhadapan langsung dengan Indonesia, melibatkan Inggris, Selandia baru dan Australia dalam konfontasi dengan Indonesia. Australia menerjunkan pasukan 3 resimen tentara Special Air Services (SAS). Sementara Indonesia mendapatkan pasokan sejata dan obat-obatan dari China. Saat-saat inilah hubungan Jakarta Beijing semakin kuat. Demikian juga usaha Sukarno untuk mendekati Rusia. Masa rejim Sukarno merupakan masa perkembangan komunis yang subur, sedangkan Malaysia yang masih dijajah Inggis merupakan benteng kaum liberal untuk menghadang perkembangan komunis. Di lain waktu ketika Sukarno terjatuh dari kekuasaannya akibat Supersemar paska pemberontakan G30S PKI yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Masa awal Rejim Suharto merupakan masa yang sangat tragis bagi Partai PKI, yang anggotanya banyak dibunuh dan diasingkan diberbagai pulau di Indonesia. Gerakan dan Isme yang diusung Suharto menarik barat yang liberal untuk ikut membackup dari belakang. Mudah untuk dibuktikan bahwa gerakan-gerakan mahasiswa tahun 60-an banyak disusupi oleh LSM barat yang menjadi donatur mahasiswa langsung atau maupun tidak langsung. Pada tanggal 28 Mei 1966 diadakan konferensi di Bangkok Thaliland. Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Perjanjian ini merupakan awal dari efisode baru hubungan Indonesia dan Malaysia yang lebih harmonis. Tentara di tarik mundur dari perbatasan dan kekerasan berakhir. Tanggal 11 Agustus 1966 dilakukan perjanjian perdamaian antara Indonesia dan Malaysia.

Pada masa-masa Suharto ini hubungan Indonesia menjadi seiring dan sejalan. Bahkan pada pertengahan rejim Suharto berkuasa banyak para pelajar, petani, guru Malaysia yang belajar di Indonesia. Bahkan Malaysia menganggap Indonesia adalah kakak kandung Malaysia, terutama pada masa Perdana Menteri Mahatir Muhammad berkuasa. Apalagi ketika Singapura yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Indonesia Malaysia juga ikut menganggap Indonesia sebagai saudara tua. Pertumbuhan Indonesia yang cepat di bawah program pembangunan yang diusung Suharto menjadikan Indonesia di kagumi dan disegani bukan hanya di Asia Tenggara tetapi juga di Asia bahkan dalam hubungan-hubungan regional maupun inter regional, Indonesia banyak menjadi mediator yang bijaksana. Kesan ini cukup mempengaruhi hubungan Indonensia Malaysia yang stabil dalam kemesraan. Paska kejatuhan rejim Orde Baru yang dianggap korup dan mencederai hak asasi manusia, yang dimotori juga oleh mahasiswa dengan mengusung revormasi menuju Indonesia baru. Pada masa itu kejatuhan Suharto akibat krisis moneter yang berkepanjangan dan pada akhirnya menjadi krisis multidimensi bagi Indonesia. Suharto berusaha tetap mencengkramkan kekuasaan dalam goyah kekuasannya, melalui perpanjangan rejim orde baru berupa pengangkatan Habibie menjadi pengganti Suharto. Pada masa Habibie hubungan Malaysia dan Indonesai masih tetap baik dan tetap bertekad memajukan ASEAN sebagai isu utama penguatan ekonomi negara-negara Asia Tenggara yang ketika itu juga ikut terpuruk. Peran Indonesia dalam berbagai hubungan di regional Asia Tenggara dan Asia masih tetap menonjol dan meneruskan kebijakan-kebijakan masa Suharto. Ketika Abdurrahman Wahid berkuasa yang didapat dari hasil pemilu. Hubungan Indonesia Malaysia mulai gamang. Kekuatan diplomasi Indonesia baik di dalam ASEAN maupun Asia semakin menurun dan terpuruk. Dalam masa-masa inilah Malaysia sudah mulai merasa kakak tertuanya ini adalah saudara yang merugikan adiknya. Di picu oleh tenaga kerja Indonesia yang masuk secara ilegal dan kebijakan Gus Dur yang mulai berkedip mata dengan Israel yang pada masa-masa Suharto dan Habibi adalah daerah hubungan yang terlarang. Malaysia yang masih dipimpin PM Mahatir Muhammad merasa saudaranya ini sudah mulai salah jalan. Walaupun Gus Dur banyak melakukan jalan-jalan keluar negeri tetapi pada masa inilah peran Indonesia dimata ASEAN, Asia dan Internasional mulai menurun dengan drastis. Apalagi Singapura yang selalu menjadi prokaktor dalam hubungan Malaysia dan Indonesia mulai meremehkan peran Indonesia di ASEAN. Bagi Lie KuanYou, Indonesia hanya ada pada masa Suharto, justififkasi yang subjektif ini sangat kentara dalam kebijakankebijakan Singapura ke Indonesia dan pengaruhnya terhadap hubungan Indonesia - Malaysia. Masa setelah Gus Dur di jatuhkan legislatif yang tidak semakin percaya dengan kepeminpinan Abdurrahman Wahid. Pada masa ini keterpurukan ekonomi belum juga dapat terangkat. Ketergantungan kepada IMF, Bank Dunia dan bantuan luar negeri. Arah revormasi yang semakin tidak jelas memutuskan kekuasaan Gus Dur ditengah jalan. Inilah saat kenaikan Megawati menjadi presiden pengganti Gus Dur. Penggantian ini tidak memberi pengaruh yang positif dalam kekuatan diplomasi Indonesia di luar negeri dan dalam kaitannya hubungan Malaysia dan Indonesia masih tetap gamang. Dilain sisi isu Sipadan dan Ligitan sudah menjadi isu utama yang semakin menjauhkan dua bersaudara ini, ditambah lagi dengan kemampuan diplomasi Megawati diluar negeri yang lemah dan tidak memiliki arah. Sementara Malaysia terus menggalang kekuatan untuk menguatkan isu Sipadan Ligitan adalah dalam wilayah Malaysia baik di arbitrase-arbitrase internasional, diplomasi ke PBB, pendekatan ke Amerika Serikat dan berbagai intrik Malaysia yang dilakukan terhadap pulau tersebut. Semakin mencengkramkan kuku Malaysia di pulau tersebut. Bahkan penduduk-

penduduk pribumi di pulau tersebut banyak yang dipekerjakan dan disekolahkan oleh pemerintah Malaysia. Dalam kondisi seperti itu Megawati tetap tenang dan tidak berbuat apaapa, kecuali hanya reaksi-reaksi yang tidak profesional sebagai presiden untuk mengamankan wilayah RI. Disinilah visi dan misi PDI Perjuangan yang menopang Megawati yang bertekad sebagai garda NKRI hanyalah isapan jempol belaka. Paska pemilu demokratis dengan pemilihan langsung calon presiden RI yang pertama kali, dengan hasilnya memunculkan Susilo Bambang Yudoyono sebagai Presiden RI. Hubungan Malaysia dan Indonesia semakin parah isu Ambalat muncul sebagai pemicu hubungan Indonesia dan Malaysia yang semakin sulit. Tenaga Kerja Indonesia ilegal yang masuk Malaysia semakin banyak, berbagai perlakuan kasar warga Malaysia terhadap TKI, menyebabkan demo di dalam negeri Indonesia. Penerapan pemerintah Malaysia yang mulai garang terhadap TKI ilegal dan tidak adanya komunikasi yang efektif untuk menangani berbagai kekerasan terhadap TKI Indonesia semakin meretakkan hubungan tersebut. Dalam jangka panjang Malaysia bertekad mulai mengurani ketergantungannya dengan TKI Indonesia. Kebijakan ini dilakukan secara bertahap sampai Malaysia dapat secara mandiri menyediakan supplay tenaga kerja dari dalam negerinya sendiri. Bagi Malaysia hubungan ini semakin merugikan. Apalagi peran Indonesia di ASEAN dan Asia tidak juga menjadi lebih baik.Dalam kontek hubungan Indonesia - Malaysia ada pengaruh signifikan kekuatan ekonomi, diplomasi dan peran Indonesia di regional maupun inter regional terhadap perbaikan hubungan Indonesia - Malaysia. Tentunya perlu juga ada saling pengertian dan upaya-upaya pengaruh asing Singapura untuk merusak dua saudara serumpun ini. Bagi Indonesia dan Malaysia seakan-akan Singapura merupakan duri dalam daging. Dilain sisi-sisi Singapura juga punya dendam tersendiri sejak ditolak masuk menjadi Federasi Negara-Negara Bagian Malaysia. Konflikkonflik regional ini menjadi tantangan bagi ASEAN kembali berperan secara efektif seperti masa-masa awal berdirinya ASEAN. Tapi bagaimanapun perlu kita sadari konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia karena kelemahan pemimpin kita dalam mengelola konflik. Kita cepat reaksioner pada suatu waktu ketika orang lain sudah melakukan sesuatu. Kita tidak berusaha menentukan sendiri format hubungan luar negeri kita pada suatu negara. Pemimpin Indonesia pada umumnya kurang bisa mengambil manfaat dari kemajuan yang dialami Malaysia dalam dekade ini.

You might also like