You are on page 1of 6

Tanggal, 21 january 2009

Aku bahagia sekali hari ini karena aku merasa sangat bersyukur dengan kehidupan aku,memiliki anak-anak yang baik dan suami yang sangat menyayangi aku, meski sekarang aku lagi nggak ada uang tapi hatiku tenang,aku terbangun dari tidurku jam 03.00 wib.Tiba-tiba aku ingin sholat tahajud kuambil wudhu dan sholat selesai sholat aku masih belum ngantuk akhirnya aku putuskan untuk menuliskan isi hatiku ini. Tadi siang Bu purba mau pinjam uang 50 ribu katanya untuk bayar hutang tukang kredit itu,aku juga nggak ada uang jadinya aku kasihan lihat tante purba juga suaminya, Begitulah hidup seandainya ia lebih mempersiapkan dan menyisihkan uang belanjanya tentu tak seperti itu. Aku berusaha agar rejeki yang aku dapat cukup untuk kami makan dan sebagian kami sedekahkan. Meski terkadang hidup terasa makin berat dan sebentar lagi kami ada cicilan rumah tapi aku bertekad mudah-mudahan kami bisa melewati semuanya denga baik

dan mampu serta tabah. Aku sangat berharap tak lama lagi suamiku naik grade agar berkuranglah beban kami. Belum memikirkan orang binjai dan mamak mertua, kepinginnya menambah uang bulanan yang kami berikan tetapi sepertinya bulan-bulan ke depan setelah kami memiliki cicilan hidup kami akan semakin berat Beruntung aku punya suami yang boros dan mengerti aku, Aku sekarang memutuskan untuk bekerja sendiri,pekerjaan rumah-tangga sekarang aku kerjakan sendiri. Terasa berat memang terkadang aku merasa tak sanggup juga kelelahan. Sepertinya badanku capek sekali dan kondisi aku sekarang mudah lelah tapi aku tetap bersyukur bisa melakukannya sendiri. Anak-anak aku suapi sendiri,raihan aku tidurkan sendiri dan pakaian-pakaian suamiku aku cuci sendiri membuat aku merasa semakin dekat dengan mereka dan semakin berkah. Dengan aku bekerja sendiri aku merasa lebih hemat. Tetapi kadang aku merasa sepertinya beban yang aku tanggung dalam pekerjaan rumah-tangga kukerjakan sendiri. Aku sedih bila aku dapati suamiku tak memperdulikan aku dengan pekerjaanku yang

bertumpuk-tumpuk, tidakkah dia mengerti aku ini butuh seseorang untuk berbagi, untuk membuang sampahpun selama ini aku lakukan sendiri, aku tahu ia sibuk dengan pekerjaannya dan juga lelah tetapi setidaknya dia sedikit iba denganku yang dari pagi sampai malam mengurus anak dan pekerjaan lainnya sendiri. Untuk menutup jendela dan membuka jendelapun dia susah untuk membantuku apalagi yang lain. Aku sih sebenarnya tidak merasa keberatan tetapi setidaknya pekerjaan kecil itu membuat aku merasa ada yang membantu hal-hal kecil. Belakangan ini aku bertengkar dengan suamiku karena jam 10 malam Ia tidur setelah selesai aku tidurkan raihan,aku lihat dia tertidur lelap, aku merasa dia tak punya sedikitpun rindu untukku karena beberapa hari sebelumnya Ia bekerja seperti 24 jam seperti saat aku menulis ini suamiku bekerja dari jam 08.00 wib pagi dia sudah berangkat sampai jam 04.00wib dini hari ini belum juga pulang.

Aku sedih karena bila dipekerjaan dia bisa tak mengantuk tetapi bila bersamaku rasa kantuknya lebih besar ketimbang keinginannya untuk bersama melewati waktu yang sedikit untuk bertukar pikiran atau sekedar curhat buatku yang sepanjang hari melewati waktu tanpa dia. Tetapi kenyataannya tidak dia terkadang hanya memikirkan rasa kantuknya, tanpa pedulikan perasaanku, aku berusaha untuk mengerti dia tetapi terkadang aku merasa sangat sedih kalau aku biarbiarkan suamiku menjadi sama sekali tak pedulikan aku dan melewati hari-harinya sendiri dan aku juga sendiri, Kami satu rumah tapi hati kami berjauhan itulah yang tak kuinginkan selama ini. Suamiku tersayang maafkan istrimu ini bila begitu terkesan memaksamu untuk memberikan waktumu untukku, Aku tak marah bila dirimu terbiasa tidur cepat tetapi aku perhatikan kalau tidak di pabrik mengapa kau sering lebih cepat mengantuk apakah engkau sudah bosan melewati waktu-waktu denganku (kecuali seks).Aku butuh teman hidup untuk mencurahkan isi hatiku bukan sekadar seks

aku wanita yang memiliki obsesi memiliki rumah-tangga yang penuh dengan keromantisan harmonis dan agamis. Aku menangis bukan karena Engkau tidur terlebih dahulu tetapi aku menangis karena sedih dirimu tak lagi merasa berkeinginan untuk melewati kebersaamaan yang memang waktunya sedikit,setidaknya saat anakanak tidur kita bisa tenang berbicara. So far aku juga merasa bersalah juga memaksakan kehendakku meski sedih dan berat tapi akhirnya aku putuskan untuk mengalah darimu, biarlah suamiku yang mungkin merasa tak perlu lagi yang seperti dulu,waktu pacaran dulu melewati waktu bersama dengan semangat 45. Mungkin baginya bisa menikah dan hidup bersama sudah tak perlu lagi yang seperti dulu, Seharusnya aku juga bisa seperti dia yang merasa cuek dengan hari-hariku yang sendiri sehingga bila ia pulang kerja jam 08.00 malam dan tidur jam 10 malam aku tenang-tenang saja toh aku sudah ada anak yang membuat aku cukup repot. Tapi aku tak bisa karena aku bukan tipe wanita seperti itu.

Suamiku mengertilah aku, bagiku tak mungkin aku memaksa perhatianmu memaksa cinta dan rindumu tetapi aku masih memiliki perasaan butuh dirimu,mungkin bila tiba saatnya nanti bila aku tak ada disanpingmu lagi kau akan mengerti artinya perasaan rindu satu harian tak bertemu dan tak bisa melewati hari-hari lagi bersamaku, tak bisa bicara cinta yang ada tak bisa tertawa lagi bersama, bila masih ada waktu bersama mengapa kita sia-siakan,bukankah hidup kita tak lama

Istrimu yang menyayangi mu

You might also like