You are on page 1of 3

KRONOLOGI EKSEKUSI GEDUNG AL-IRSYAD JL KRAMAT RAYA

Akhirnya, roboh juga keangkuhan itu. Setelah bertahun-tahun mempermainkan hukum dan akal
sehat manusia, para bughat itu harus menghadapi kenyataan pahit, yaitu eksekusi aset Al-Irsyad
yang selama ini mereka kuasai dengan tidak sah. Gedung di Jalan Kramat Raya No. 25 pun kini
berada di bawah pengelolaan PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

KRONOLOGI:*

Jum’at 29/8/2008:

Jam 09.30: Pintu Gedung Kramat Raya No. 25 tertutup, di jaga oleh belasan orang-orang
berjubah anak buah Ja’far Thalib, yang rupanya bertindak sebagai jasa keamanan bagi pihak
termohon (Faruk Bajabir cs. Nama ini sesuai keputusan pengadilan). Di dalam gedung ada
pengacara kelompok sana, bernama Mu’adz dan beberapa orang lain bukan pengurus Yayasan
Bantuan).

Jam 10.00: Tim eksekusi masuk bersama aparat kepolisian dan pengacara PP Al-Irsyad Al-
Islamiyyah yaitu Sdr. Malik Bawazir serta wakil PP Al-Irsyad (Zeyd Amar). Para penjaga berjubah
itu awalnya menolak masuk Zeyd Amar, tapi setelah diperintahkan oleh juru sita Pengadilan
Negeri Jakarta Timur, akhirnya Zeyd diperbolehkan masuk.

Jam 10.30: Muncul Ja’far Thalib. Saat mau masuk melalui pintu yang dijaga oleh anak buahnya,
ia dicegat oleh Sdr. Lutfi Attamimi, wakil ketua Majelis Hubungan Luar Negeri PP Al-Irsyad. Lutfi
omong baik-baik agar Ja’far tidak ikut-ikut dalam masalah ini (sebab selama ini Ja’far meski
pengikut salafi berseberangan dengan kelompok salafi lainnya yang sedang menguasai aset-aset
Al-Irsyad secara tidak sah itu).

Tapi, nasihat baik Lutfi disambut dengan kecongkakan luar biasa. Di depan banyak orang dia
men-crowok muka Lutfi, dan membuang kacamata Lutfi ke tanah. Tindakan angkuh dan kriminal
itu tentu saja membuat marah anak-anak muda Al-Irsyad yang menyaksikan proses jalannya
eksekusi. Hampir saja
terjadi baku hantam dengan Ja’far dan anak buahnya. Untung polisi melerai.
***

Seperti sudah diduga, proses eksekusi berjalan tidak mudah. Gedung sekretariat lama PP Al-
Irsyad yang ada di belakang gedung yang di sewa, sudah tak nampak batang hidungnya.
Rupanya gedung itu ’disembunyikan’ oleh mereka dengan membuat dinding dari tripleks yang
cukup tinggi. Hebat benar cara mereka menyembunyikan kebenaran, menyembunyikan yang
haq, untuk menutupi makar dan kebusukan niat mereka.

Wakil dari PP menunjukkan ’dinding baru’ itu ke Tim Eksekusi, dan minta dinding tripleks itu
dibobol untuk bisa mengungkap pintu gedung di balik dinding itu. Tapi pengacara mereka
menolak keras, dan ’anehnya’ tim juru sita Pengadilan Negeri tidak memaksa membongkar
dinding tersebut.

Muadz lalu membuka kartu lama yang sebetulnya sudah diselesaikan di Mahkamah Agung,
bahwa gedung di belakang itu bernomor 23 GH, bukan nomor 25. Dia menunjukkan akte
kepemilikan gedung tersebut, yang memang bernomor 23 GH. Tapi siapapun tahu, selama ini
gedung sekretariat tersebut menggunakan nomor 25. Ini nampak dari kop surat yang pernah di
pakai PP Al-Irsyad sejak dulu, termasuk kop surat kelompok Faruk Bajabir cs. saat mereka
berkantor di situ. Lagipula, soal tersebut sebetulnya sudah di selesaikan di Mahkamah Agung,
hingga persoalan ini seharusnya tidak menghalangi eksekusi.

Ja’far membela posisi pihak sana dengan keras, meski di depan wartawan ia berkilah bahwa
turut sertanya adalah untuk mendamaikan kedua pihak (he..he...).

Tapi rupanya ada sesuatu yang membuat tim juru sita PN Jaktim kemudian tidak berani
melakukan penyitaan dan menyerahkan gedung sekretariat tersebut ke PP Al-Irsyad, yang sudah
di ganti nomornya menjadi 23 GH, bukan lagi No. 25.

Untuk memecah kebuntuan, Ridho Baridwan (wakil ketua PP yang akhirnya dipanggil masuk ke
lokasi bersama ketua umum H. Abdullah Djaidi), menantang Ja’far untuk memanggil pengurus
Yayasan Bantuan Perguruan Al-Irsyad, dan menanyai mereka di depan juru sita: Dimana kantor
sekretariat PP Al-Irsyad? Ja’far ternyata membisu, tak mau menjawab pertanyaan. Dia tahu
resikonya kalau memanggil para pengurus bughat itu, bahwa kebusukan mereka akan
terbongkar.

Namun akhirnya kebuntuan itu terpecahkan. Pihak juru sita PN Jaktim menunjuk Gedung
bernomor 25, yaitu gedung di depan yang tepat di Jalan Kramat Raya untuk DI EKSEKUSI dan
diserahkan ke PP Al-Irsyad. Tawaran tersebut sebetulnya sangat menarik, karena letak gedung
itu lebih strategis, tepat di Jalan Kramat Raya. Namun karena gedung empat lantai masih disewa
orang, maka tak bisa langsung ditempati sebagai sekretariat PP.

Jam 11.40 WIB: PP berunding, dan memutuskan shalat Jumat dulu karena waktu Jumatan sudah
hampir tiba. Perundingan diteruskan di masjid dekat lokasi.

Di saat yang sama, kembali muncul kericuhan dan nyaris baku hantam kembali, dipicu oleh
omongan pemimpin anak buah Ja’far yang menjaga pintu gerbang, bahwa mereka datang ke
lokasi itu dari Jogjakarta adalah untuk BERJIHAD! Kawan-kawan muda Al-Irsyad sebetulnya
kasihan dengan para ’penjaga keamanan’ itu yang sudah diindoktrinasi sedemikian rupa oleh
ustadz nya hingga sampai berucap seperti itu, mau berjihad melawan pemilik sahnya, organisasi
Al-Irsyad. Tapi suasana yang panas, dan negosiasi yang tak kunjung selesai, membuat ’kata-kata
JIHAD’ itu tak urung membuat beberapa kawan marah dan hampir menyerang mereka. Tapi
untung dilerai oleh kawan-kawan yang lain.

Jam 13.00: Negosiasi di lokasi dilanjutkan. Dan PP Al-Irsyad setuju untuk eksekusi gedung yang
depan.

Sebaliknya, kelompok lawan kebakaran jenggot. Mereka menolak mentah-mentah, tapi juru sita
tetap pada keputusan. EKSEKUSI dilakukan. Di antara poin yang penting adalah:
1. Mulai hari ini (29/8/2008), pihak penyewa harus berhubungan dengan pihak Pemohon, yaitu
PP Al-Irsyad (bukan lagi Yayasan Dana Bantuan)
2. Kunci ada 2 (dua) buah, dimana satu buah diserahkan kepada pihak Pemohon (PP Al-Irsyad),
dan satunya diserahkan kepada Penyewa.

Pihak sana menolak keputusan eksekusi itu, dan terus mengoceh di depan wartawan mengenai
ketidaksahan eksekusi itu. Tapi pihak juru sita PN mempersilakan mereka untuk menuntut ke
pengadilan. Mereka rupanya tidak menyangka bahwa gedung di depan akan di sita. Mereka
berusaha menggagalkan penyitaan gedung yang di belakang, tapi kena yang di muka, yang lebih
mahal nilainya.

Bagi PP Al-Irsyad, gedung yang di depan tentu lebih menguntungkan, karena tempatnya lebih
strategis sebagai sekretariat.

Ada kejadian menarik setelah proses eksekusi, dimana di depan wartawan Jafar Thalib bilang
bahwa adalah ”pendiri Al-Irsyad.” Ucapan penuh dusta ini dijawab dengan ketawa dan cemoohan
jamaah yang menjadi saksi eksekusi itu. Ada-ada saja si Ja’far ini... Rupanya umur dia sudah
lebih 100 tahun ya... ikut mendirikan Al-Irsyad di tahun 1914.

Sekian dulu yang bisa disampaikan. (mansyur)


* Kronologi ini bukan kronologi yang resmi dikeluarkan oleh PP Al-Irsyad. Ini dibuat untuk
menjawab keingintahuan seluruh warga Al-Irsyad terhadap jalannya eksekusi yang diliput luas
media massa itu. Sedang kronologi resmi nanti akan dikeluarkan secara resmi oleh PP Al-Irsyad
Al-Islamiyyah ke cabang-cabang. ***

Video rekaman kronologi simak di


1. http://www.youtube.com/watch?v=mrMmP0RIxLs
2. http://www.youtube.com/watch?v=Cq55JwsUa_s
3. http://www.youtube.com/watch?v=Po4GbyBOodg

You might also like