You are on page 1of 4

FATIMAH AZZAHRA

Shahabiyah sekaligus Darah Daging Rasulullah SAW

Fatimah Azzahra, tak habis-habis puji dan rasa kagum ditujukan pada beliau.

Fatimah Azzahra merupakan putri bungsu Rasulullah SAW. Nama aslinya adalah
Fatimah binti Rasulullah. Gelar beliau adalah Azzahra. Julukan beliau diantaranya
; Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’al-‘Alamin, Ummu Abiha. Ayah beliau adalah
Muhammad bin Abdullah, manusia paling utama dan mulia, Rasulullah SAW. Ibu
beliau adalah Khadijah Al-Kubra, wanita mulia dan terpandang dari Suku Quraisy.

Beliau lahir di Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani. Dan beliau wafat pada
hari Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H. Beliau hidup kurang lebih selama 18
Tahun.

Fathimah Az-Zahra s.a. adalah putri Rasulullah SAWW yang memiliki kedudukan
mulia di sisi Rasul dan di hadapan Allah SWT. Sedemikian mulianya kedudukan
Az-Zahra, sampai-sampai Rasul bersabda, “Farthimah adalah belahan badanku,
siapa yang menyakitinya, maka dia telah menyakitiku dan siapa yang
membahagiakannya, maka dia telah membahagiakanku.”

Pada tanggal 20 Jumadits-Tsani, lima tahun setelah kenabian, hati Muhammad


SAWW dan Khadijah s.a. dipenuhi kebahagiaan atas kelahiran putri mereka. Allah
SWT pun menurunkan surat Al-Kautsar berkenaan dengan kelahiran perempuan
mulia ini. Atas perintah Allah, Rasul memberi anak perempuannya itu nama
Fathimah. Fathimah bagaikan mutiara di dalam rumah wahyu Rasulullah dan dia
mengenal ma’rifat Ilahi yang tertinggi di dalam rumah itu. Kecintaan yang
mendalam dari Rasulullah terhadap Fathimah menunjukkan nilai dan posisi
perempuan dalam pandangan Islam. Fathimah dengan potensi maknawiah yang
dimilikinya mengejawantahkan ayat-ayat Ilahi mengenai kedudukan perempuan
dalam individu, dalam keluarga, dan dalam masyarakat dengan sempurna dan
penuh cahaya.
Kemuliaan Fatimah Azzahra itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang
didampingi wanita suci sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:

"Pada waktu kelahiran Fatimah a.s, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays
tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil
mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung
Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat
orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka
mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang
dri mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishhaq dan
tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim,
dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh
Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil
mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan
pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah a.s lahir."
Menginjak usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Sehingga otomatis
beliau mengantikan posisi ibunya dalm melayani, membantu dan memebela
Rasulullah saww, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari
ayahnya). Dan dalm usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan
kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuakn keji
kaum kafir Qurays kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah
oleh linangan air mata karena melihat penderitaan yang dialami ayahnya.

Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya.
Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada tanggal 1 dzulhijjah, hari
jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua
orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum,
mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.

Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi
sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala
keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil mendidik anak-anaknya.

Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah saww.
Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab
Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: " Aku tidak melihat orang yang
pembicaraannya mirip dengan Rasulullah saww seperti Fathimah as. Apabila
datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan
menggandengnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah
datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium
tangan beliau saww".

Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian


Rasulullah saww tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga
mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi
perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut
Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya,
namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari
keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang
digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".

Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa adalah


kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan
pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan
lembut.

Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya, wanita
suci, wanita agung dan mulia sepanjang massa, menutup mata dalam usia yag
relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as
yang isinya:

1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara


pemakamanku.
2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri
pemakamanku.
3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

Fathimah Az-Zahra s.a. dalam usianya yang singkat telah mampu mencapai
derajat ruhani dan maknawi yang amat tinggi, sehingga Rasulullah pernah
bersabda, “Allah marah ketika Fathimah marah dan senang ketika Fathimah
merasa senang.” Artinya, segala perilaku Az-Zahra sedemikan sesuainya dengan
perintah Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan Az-Zahra pasti
berdasarkan aturan Allah dan segala sesuatu yang tidak disukai Fathimah
pastilah sesuatu yang tidak disukai Allah pula.

Fathimah Az-Zahra adalah seorang hamba yang menyembah Tuhannya dengan


penuh kecintaan. Suatu hari Rasulullah bertanya kepada putrinya, “Wahai
Fathimah, apakah yang kau inginkan sekarang? Saat ini di sampingku ada
malaikat penyampai wahyu dan membawa pesan dari Allah bahwa apapun yang
kau minta akan dikabulkan Allah.”

Fathimah menjawab, “Kenikmatan ketika menyembah Allah telah membuatku


tidak menginginkan apa-apa lagi selain keinginan agar aku bisa melihat
keindahan Allah.

Fatimah Azzahra adalah penerus berlangsungnya keturunan Rasulullah. Ketika


salah seorang musyrik mengatakan kepada Rasul: “Wahai abtar!” Rasul
mengadukan hal tersebut kepada Allah. Lalu Allah menurunkan
surat al-Kautsar dan memberikan berita kepada Rasul bahwa akan terlahir
darinya kebaikan yang sangat banyak yaitu Fathimah sebagai penerus generasi
beliau. Fathimah memiliki 9 buah nama di antaranya yaitu: Fathimah, Shadiqah,
Mubaraqah, Thaahirah, Zakiyyah, Raadziyah, Mardziyah, Muhadatsah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:“Fathimah adalah bidadari surga yang
berbentuk manusia, di kala aku merindukan surga maka aku akan menciumnya”.

Pada suatu hari ummul mukminin Aisyah berkata: “Rasulullah (pada waktu
ajalnya sudah mendekat) berkata:“Wahai Fathimah! Apakah engkau tidak
bahagia sebagai penghulu para wanita dua alam dan penghulu para wanita
beriman?

Sebagaimana keberadaan beliau adalah sosok yang agung, maka tidak


mengherankan kalau kelahiran beliaupun berbeda dengan kelahiran lainnya.
Beliau tercipta setelah ayahnya berpuasa empat puluh hari dan memakan
jamuan buah-buahan surga yang dibawa Jibril. Setelah Rasul memakan buah
tersebut, beliau diperintahkan Allah untuk menemui istrinya. Akhirnya Khadijah
mengandung. Ketika dalam kandungan pun, Fathimah memperlihatkan
kekhususan di mana beliau dapat berbicara dengan ibunya. Beliau bahkan
menjadi teman sang ibu yang sedang bersedih akibat perkataan para wanita
Quraisy yang menyalahkannya atas kesediaan menikah dengan si miskin dan
yatim piatu, Muhamad.
Hal ini terbukti dari riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu hari Rasul
memasuki rumah, beliau melihat Khadijah berbicara dengan seseorang lantas
beliau berkata:“Wahai Khadijah sedang berbicara dengan siapa? Beliau
menjawab:“Aku berbicara dengan anak yang ada dalam kandunganku”.

Saat kelahiran beliau pun tiba, empat wanita teladan datang dan meperkenalkan
diri sebagai utusan Tuhan untuk membantu Khadijah as melahirkan Fathimah as.
Mereka adalah Sarah (istri Nabi Ibrahim), Asyiah (istri Firaun), Kulsumah (saudari
Nabi Musa as) dan Maryam (ibu Nabi Isa as).

Beliau hidup pada zaman yang penuh tantangan karena pada masa itu adalah
masa dakwah ayahnya dalam mengajak masyarakat untuk beriman kepada Allah
swt. di mana orang-orang Quraisy pada saat itu karena kesombongannya dengan
harta kekayaan dan nasabnya mereka merasa bangga dan tidak mau beriman
kepada Allah swt. Faktor lain yang membuat mereka tidak beriman adalah
mengikuti agama dan keyakinan nenek moyang mereka sebagai penyembah
berhala. Pada kondisi seperti ini hanya sedikit orang-orang yang beriman kepada
Allah swt dan kenabian Muhammad saw. mereka yang beriman khususnya para
mustadh’afin dan orang-orang yang teraniaya.

Selain Nabi Muhammad sekeluarga ada beberapa keluarga yang beriman antara
lain keluarga Yasir bin Amir dan anak istrinya yang bernama Sumayyah dan
Ammar bin Yasir. Sumayyah adalah wanita syahid pertama dalam islam. Ia
terbunuh karena membela islam dan Rasulullah saw sehingga rela dibantai oleh
kaum Quraisy. Orang yang mendukung Rasulullah dalam rumah adalah Khadijah
binti Khuwailid dan pendukung di luar rumah adalah paman Rasulullah saw yang
bernama Abu Thalib. Akan tetapi setelah meninggalnya Khadijah dan Abu Thalib,
Fathimah lah yang menjadi pendukung ayahnya di rumah karena sepeninggal
Khadijah dan Abu thalib orang-orang kafir semakin merajalela dalam memusuhi
Rasulullah saw.

Fathimah dipelihara dalam keluarga yang penuh kasih sayang, ceria dan suci di
mana setelah wafat ibunya beliau dididik oleh pendidik yang paling bagus
akhlaknya yaitu ayahnya sendiri dan berada di sisi suami yang selalu berada di
bawah naungan Rasulullah saw. dan faktor lain yaitu faktor secara gaib yaitu
selalu mendapatkan ilham dari Allah swt. melalui malaikat yang turun
kepadanya.

Kita sebagai manusia biasa dalam meneladani orang suci seperti Sayyidah
Fathimah sekalipun tidak akan sampai walau hanya pada tanah bekas kakinya
akan tetapi pandangan seperti ini jangan sampai menjadikan kita putus asa dan
menjadi penghalang dalam meneladaninya. Kedudukan beliau yang sangat tinggi
hendaknya menjadikan spirit bagi kita yang mau meneladaninya karena faktor
yang paling pokok dalam pembentukan kepribadian beliau adalah ikhtiar dan
pilihan bebas beliau.

Meneladani seorang teladan seperti Sayyidah Fathimah Az-Zahra as bisa dengan


dua model:
1. Meneladani secara langsung artinya apa yang beliau lakukan kita juga
melakukannya sebagaimana setiap habis mengerjakan salat wajib beliau
membaca zikir khusus yaitu Allah akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali dan
Subhanallah 33 kali. Zikir ini adalah hadiah yang beliau dapatkan dari ayahnya.
2. Meneladani secara tidak langsung artinya hakikat perkataan dan perilaku sosok teladan ini
harus kita pahami.

You might also like