Professional Documents
Culture Documents
3 - 2010
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan
dan
Dinas
lingkup
Pertanian
tingkat
Kabupaten/Kota menyusun Petunjuk Teknis yang merupakan Irigasi bertekanan merupakan salah satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan. Oleh karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan pada daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi irigasi hemat air. Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk usaha tani dengan teknik budidaya tanaman tertentu. Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar dan dioperasikan secara tepat. Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan panduan (manual rancangan) bagi pelaksana lapangan, agar dengan mudah dapat menyusun rancangan irigasi bertekanan baik sprinkler maupun tetes (khususnya pada lahan petani), untuk menunjang pengembangan komoditas hortikultura dan perkebunan. Disamping menyajikan kriteria rancangan hidrolika perpipaan, pedoman ini juga menjelaskan beberapa persyaratan penerapan irigasi bertekanan ditinjau dari aspek komoditas, iklim, sumber air dan sosial ekonomi. Sebagai tindak lanjut dari Pedoman Teknis ini maka Dinas lingkup Pertanian Propinsi menyusun Petunjuk Ir. Tunggul Iman Panudju, M.Sc NIP. 19580526 198703 1 002 Jakarta, Januari 2010 Direktur Pengelolaan Air acuan kegiatan di lapangan. Kami menyadari Pedoman Teknis ini masih belum sempurna. Untuk itu diharapkan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan Pedoman Teknis ini.
E. F. G. H. I. J.
Pelaksanaan Konstruksi Operasi dan Pemeliharaan Pembinaan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Pembiayaan
15 15 16 16 16 17 18 18 19 20 20 20 21 23 24 25
I.
1 1 3 4 5 7 7 7 7 7 8 8 9 13 14
IV.
PENGENDALIAN A. B. Analisa Resiko Penanganan Resiko Monitoring Evaluasi Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan
V.
II.
INDIKATOR KINERJA A. B. C. D. Keluaran (Output) Hasil (Outcome) Manfaat (Benefit) Dampak (Impact)
VI.
III.
PELAKSANAAN A. B. C. D. Organisasi Pemilihan/Penentuan Petani, Lokasi dan sistem instalasi Survey, Investigasi dan Desain Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5.
Jadwal Check
Pelaksanaan List
Kegiatan
irigasi
26 27 29 30 31
bertekanan TA. 2010 Pengendalian Pengembangan Irigasi Bertekanan Form Laporan Realisasi fisik dan keuangan Kegiatan Ditjen PLA TA. 2009 (form PLA 01) Form Laporan Realisasi fisik & keuangan Kegiatan Ditjen PLA TA. 2009 (form PLA 02) Laporan manfaat kegiatan Ditjen PLA TA. 2006, 2007, 2008 dan 2009 (form PLA 03) 6. Rekapitulasi (form PLA 04) 7. 8. 9. Outline Laporan Akhir Ketentuan teknis irigasi bertekanan Alokasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 33 34 57 Laporan manfaat kegiatan 32
I. A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
ini
umumnya
kurang
efektif
dan
efisien,
karena
intensitas, frekuensi dan durasi anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi pola penyebaran produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan (musiman) tetapi seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang tahun. Untuk dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau di luar musim. Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam dua kategori yaitu irigasi permukaan dan irigasi air tanah, yang biasanya dengan memakai pompa. Dalam implementasinya di lapangan, oleh karena air irigasi yang bersumber dari air tanah memerlukan biaya investasi relatif mahal, maka pendayagunaan air yang dihasilkan dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET). Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas,
Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun 2009-2014 antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan. Departeman Untuk Pertanian mewujudkan tujuan tersebut dan memfasilitasi sarana
prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis pedesaan di sentra produksi komoditas unggulan. Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun ternak, air merupakan budidaya. faktor determinan air keberhasilan sistem Argumennya,
merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak sekaligus berperan penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim khususnya jumlah curah hujan, hari hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan belakangan
1
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
sementara permintaan air terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar
2
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan antar waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara adalah dengan penerapan sistim irigasi bertekanan. Meskipun awalnya membutuhkan investasi yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan penentuan desain yang akurat, operasional dan
2.
Sasaran a. Terbangunnya (lampiran 9) b. Terbangunnya bertekanan. c. Dikenalnya teknologi irigasi bertekanan oleh petani. percontohan pengelolaan air yang efektif dan efisien dengan teknologi irigasi jaringan irigasi bertekanan sejumlah 26 unit di 11 propinsi 21 kabupaten
pemeliharaan yang tepat, pemanfaatan air dengan sistem irigasi bertekanan akan menguntungkan pada komoditi TBET. Dengan demikian pengetahuan, pengalaman terhadap penentuan desain, pelaksanaan, permintaan pasar mutlak dibutuhkan. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Memberi contoh pengelolaan air yang efektif dan efisien melalui pemanfaatan teknologi irigasi bertekanan pada areal yang selama ini mengalami keterbatasan air. b. Menyebarluaskan teknologi irigasi bertekanan kepada petani di daerah sentra produksi pertanian. 3.
3
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
C.
teknis untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan yaitu: 1. Lokasi Pengembangan irigasi bertekanan adalah Sentra produksi pertanian yang potensial dan sudah tinggi. 2. Pelaksanaan dibuat Peningkatan IP dan produktivitas lahan
4
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
berkembang
khususnya
komoditas
konstruksi
pengembangan
irigasi
4. 5.
5. Koefisien
keseragaman
coefficient
of
Istilah Beberapa berikut : 1. Air Permukaan adalah air yang berasal dari sumber air permukaan. 2. Air Tanah adalah air yang tersimpan dalam istilah yang dipergunakan dalam Buku
7. Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET) adalah suatu jenis tanaman yang mempunyai produksi dengan nilai jual tinggi. 8. Volumerious adalah sifat produk hortikultura yang memakan tempat /besar walaupun relatif ringan dan banyak mengandung air.
cekungan air dalam tanah. 3. Evapotranspirasi tumbuhnya. 4. Irigasi bertekanan adalah sistem pemberian air ke lahan pertanian dengan menggunakan tekanan (pressure). Jenisnya adalah curah (sprinkler) dan tetes (drip). Irigasi bertekanan yang dimaksud dalam buku pedoman ini adalah irigasi sprinkler/tetes.
5
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
tanaman
adalah
proses
II.
INDIKATOR KINERJA
III.
PELAKSANAAN
Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai kinerja kegiatan percontohan irigasi sprinkler/tetes ini adalah sebagai berikut : A. Keluaran (Output) Keluaran dari kegiatan ini adalah terbangunnya
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pengembangan irigasi bertekanan adalah: (a) Organisasi (b) Lokasi, (c SID dan Penyusunan RUKK/RAB, (d) Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan, (e) Konstruksi, (f) Partisipasi petani Pengawasan dan (g) Pembiayaan. A. Organisasi Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan irigasi bertekanan, Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen membentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari Tim Teknis dan Koordinator Lapangan. Pembentukan Koordinator Stuktur Lapangan organisasi disesuaikan Tim Teknis dan dengan struktur kegiatan
percontohan irigasi bertekanan sejumlah 26 unit di 11 propinsi 21 kabupaten. B. Hasil (Outcome) Hasil dari kegiatan ini adalah: 1. Berfungsinya / dimanfaatkannya percontohan irigasi bertekanan sejumlah 26 unit di kabupaten 2. C. Meningkatnya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab petani dalam percontohan irigasi bertekanan. Manfaat (Benefit) : Manfaat dari kegiatan ini adalah dikenalnya teknologi irigasi bertekanan oleh masyarakat. D. Dampak (Impact) : Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya 11 propinsi 21
Penunjukan petugas pelaksana selaku Tim Teknis dan Koordinator Lapangan kegiatan pengembangan irigasi bertekanan personil harus mempertimbangkan kegiatan kompetensi yang akan dalam melaksanakan
1. Petugas Tim Teknis pengembangan irigasi bertekanan harus memahami aspek teknis pengembangan irigasi bertekanan dan administrasi bantuan modal dan bantuan sosial. 2. Petugas Koordinator Lapangan pada kegiatan
d.
Sumber air tersedia di lokasi dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Sumber air dapat berupa air permukaan dan air tanah. Seyogyanya sumber air berada di elevasi yang lebih tinggi dari lahan yang diairi sehingga memungkinkan terjadinya beda tinggi tekanan air yang memungkinkan untuk beroperasinya sistem irigasi sprinkler/ tetes.
pengembangan irigasi bertekanan harus menguasai teknis kegiatan pengembangan irigasi bertekanan dan pengadministrasian Bantuan modal dan bantuan sosial. B. Pemilihan/Penentuan Petani dan Lokasi 1. Persyaratan Calon Lokasi (CL) Lokasi yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam kegiatan pengembangan irigasi bertekanan adalah lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Sentra produksi pertanian yang potensial dan sudah berkembang. b. Lokasi percontohan strategis, mudah dilihat dan dikunjungi. c. Tersedia infrastruktur yang baik dari dan ke lokasi misalnya jalan, telekomunikasi, listrik dan sarana transportasi.
9
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
e.
Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani yang aktif dan berdedikasi tinggi.
f.
Lokasi contoh lahan milik petani dan sekaligus penggarap berdasarkan kesepakatan kelompok.
g.
Penempatan
lokasi
tidak
menyebabkan
kecemburuan sosial bagi petani sekitarnya. h. Luas layanan untuk irigasi sprinkler minimal hektar per 1 unit, sedangkan untuk irigasi tetes minimal hektar per 1 unit. 2. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani Beberapa persyaratan petani dan kelompok tani yang diperlukan dalam pengembangan irigasi bertekanan :
10
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
a.
Diutamakan
telah
terbentuk
Kelompok
3. Pemilihan Sistem Irigasi Bertekanan Dalam pemilihan irigasi model sprinkler, irigasi Dinas bertekanan Pertanian
Tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi. b. Membutuhkan teknologi irigasi bertekanan dan bersedia menerapkan teknologi ikutannya dan bersedia menanam tanaman bernilai ekonomi tinggi. c. Relatif bisnis. d. Bersedia mengoperasikan, memelihara irigasi bertekanan pemeliharaan. e. Berkomitmen berkompeten. f. Petani atau kelompok tani belum pernah mendapatkan bantuan peralatan sejenis. g. Diutamakan kelompok yang mempunyai terhadap peraturan yang disepakati bersama antar petani dan Dinas yang secara berkelompok dan menanggung seluruh biaya operasional dan maju dalam yang penguasaan berorientasi teknologi, pasar dan pengusahaan
khususnya
Kabupaten/Kota dapat melaksanakan kegiatan ini dengan dua alternatif pilihan: a. Irigasi sprinkler dengan sistem terpasang permanen. Sistem ini perlu desain yang lebih detail agar bisa disesuaikan dengan rencana anggaran biaya dan alat-alat yang akan dipergunakan seperti selang hisap, pompa, jaringan pipa (lateral, manifold, valve line, main line dan supply line) dan sprinkler. b. Irigasi (knock alat-alat sprinkler dengan Sistem akan sistem ini tidak mobile perlu lebih
down).
yang
menggunakan desain yang lebih detail kerena dipergunakan sederhana yaitu hanya dengan menggunakan selang isap, pompa, selang pengeluaran dan sprinkler. Pemasangan di lapangan disesuaikan dengan kodisi lapangan yang akan diairi. c. Untuk irigasi tetes dilaksanakan dengan sistem terpasang permanen.
semangat partisipatif.
11
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
12
C.
Survey, Investigasi dan Desain Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID)
dilaksanakan meliputi Survey Investigasi dan Desain (pengukuran, penggambaran dan penyusunan RAB) untuk mendapatkan lokasi pengembangan irigasi bertekanan. 1. Survey Investigasi a. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan calon lokasi pengembangan irigasi bertekanan b. Demikian juga untuk mengidentifikasi calon petani yang akan mengerjakan pelaksanaan kegiatan, apabila kegiatan ini dilakukan dengan sistem padat karya. c. Pelaksanaan kegiatan SI (CP/CL) ini dilakukan secara swakelola oleh petugas Dinas Pertanian. 2. Desain (rancangan teknis) D.
lampiran 8.
a. Rancangan
teknis
atau
desain
sederhana
bertekanan
(sprinkler/tetes), maka pengadaan pompa air tidak dapat pengadaan irigasi bertekanan
b. Rancangan
atau
desain
sederhana
tentang E.
Pengadaan
Barang
dan
Jasa
beserta G. Pembinaan Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh Dinas teknis terkait. Pembinaan antara lain terhadap
perubahan-perubahannya. Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan konstruksi mencakup: 1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan dilaksanakan oleh pihak ke III (rekanan) yang telah ditunjuk / ditetapkan sebagai pelaksana. 2. 3. 4. 5. F. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah disusun Penyiapan sumber air dan sistem salurannya. Penyaluran bertekanan. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi bertekanan. Operasi dan Pemeliharaan Ketentuan tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan adalah sebagai berikut: 1. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi air ke pertanaman melalui irigasi
teknik operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan, pemilihan komoditi, teknik budidaya dan lain-lain. H. Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan kegiatan adalah Januari Desember 2010 seperti pada lampiran 1. I. Pelatihan Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan yang biayanya mahal dapat dijaga keberlanjutannya. Peserta pelatihan meliputi: 1. Petani atau penerima manfaat, bidang dalam yang hal
diberikan
pada
pelatihan
terutama
operasional dan pemeliharaan. 2. Pelaksana, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama dalam hal pengadaan dan pemasangan jaringan irigasi bertekanan.
bertekanan diserahkan kepada petani/kelompok tani atau penerima manfaat 2. Biaya operasional dan pemeliharaan menjadi beban / tanggung jawab petani / kelompok tani penerima manfaat.
15
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
16
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
J.
Pembiayaan 1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan konstruksi sistem irigasi bertekanan (sprinkler / tetes).
IV. PENGENDALIAN Kepala Dinas/ Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran dan penanggung jawab kegiatan pengembangan irigasi desain bertekanan harus melakukan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Pengendalian dapat dilakukan pembuatan dengan membentuk Satuan Pelaksana Pengendalian Internal. Satuan Pelaksana Pengendalian Internal bertugas melakukan pengendalian dan review atas kinerja pelaksanaan kegiatan pengembangan irigasi bertekanan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan efektif, efisien, ekonomis, tertib dan akuntabel. Secara singkat pengawasan / pengendalian dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : A. Analisa Resiko Dalam pelaksanaan pengembangan irigasi bertekanan dilakukan analisa bagianbagian atau dalam tahapan mana yang memiliki resiko dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kegiatan. dampak/resiko irigasi Dilakukan analisa
titik-titik kritis pelaksanaan kegiatan, penyebab dan yang ditimbulkannya. Resiko dapat baik pada tahap perencanaan, serta tahap
18
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
pemantauan
evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut. Resiko yang tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan tujuan dari kegiatan pengembangan irigasi bertekanan yang telah ditetapkan tidak tercapai atau pencapaiannya tidak optimal. B. Penanganan Resiko Dengan telah diketahui titik-titik kritis dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan irigasi bertekanan penyebab dan dampaknya terhadapat pencapaian tujuan, maka dilakukan perumusan/ upaya penanganan atau 3. pembinaan sehingga tidak terjadi kesalahankesalahan yang mungkin terjadi pada titik-titik atau tahapan kritis tersebut. Pembinaan dan atau pengawasan perlu dilakukan lebih intensif pada titik-titik kritis tersebut. Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian dapat analisa 2. A.
V.
Monitoring Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010. 1. Monitoring dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas yang menangani kegiatan ini di tingkat kabupaten/kota. Monitoring dititikberatkan pada pelaksanaan
sebagaimana format laporan pada lampiran 3. Laporan tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air c.q. Direktur Pengelolaan Air dengan alamat: Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi. B. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada pertengahan atau akhir tahun yang bersangkutan untuk mengetahui kegiatan sebelumnya dan yang sedang berjalan. Evaluasi ini
Lampiran 2.
19
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
20
dilakukan yang
hasil
(outcome)
dan
manfaat indeks
Tabel 1.
Tahapan
Kegiatan
dan
Pembobotan
(benefit) kegiatan pengembangan Irigasi Bertekanan dapat adanya peningkatan serta pertanaman produktivitas peningkatan NO. A 1 2 3 4 5 6 B
pendapatan petani di lokasi pengembangan Irigasi Bertekanan tersebut sebagaimana lampiran 5 untuk Kabupaten dan lampiran 6 untuk Propinsi. C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan mengacu pada Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan (lampiran 1).
Bobot (%) 20 2 4 3 4 3 4
PELAKSANAAN 80 1 KONSTRUKSI 80 TOTAL 100 Ket: Pembobotan dilakukan berdasarkan jumlah pencairan dana ke rekening kelompok sesuai dengan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok) Contoh: Tahap 1: Tahap 2:
20% 80%
20/100*80 80/100*80
= 16 = 64
21
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
22
VI.
PELAPORAN
sebelumnya
Dinas pertanian kabupaten/kota selaku pelaksana kegiatan wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan Pengembangan Irigasi Bertekanan. Terdapat 3 (tiga) jenis laporan yang harus disusun oleh pelaksana kegiatan pengembangan irigasi bertekanan, yaitu : 1. Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan
03 untuk kabupaten/kota (lampiran 5) dan PLA 04 untuk propinsi (lampiran 6). A. Alur pelaporan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota/ kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan mengirimkan laporan laporan ( PLA 01, PLA 03 dan Laporan Akhir) tersebut ke propinsi dengan tembusan ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air , dengan alamat Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id. Kepala Dinas Pertanian Propinsi mengirimkan ke Direktorat
pengembangan irigasi bertekanan tahun berjalan (2010) dilakukan sejak mulai dilaksanakan persiapan sampai dengan selesainya kegiatan/tahun anggaran dengan format laporan form PLA 01 (lampiran 3) untuk kabupaten/kota, (lampiran 4). 2. Laporan Bertekanan Akhir kegiatan Pengembangan setelah Irigasi kegiatan form PLA 02 untuk propinsi
harus
disusun
pengembangan irigasi bertekanan selesai dilaksanakan. Laporan akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi tahapan pelaksanaan pekerjaan (awal (0%), 50 % dan setelah pekerjaan selesai (100%)). Format laporan mengacu pada Lampiran 7. 3. Laporan perkembangan / dampak/ manfaat kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan tahun tahun
23
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air , dengan alamat Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau e-mail : simonevpla@deptan.go.id. B. Frekuensi pelaporan Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
24
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
1. Laporan
perkembangan
pelaksanaan
bulanan
berupa laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan (sesuai form laporan PLA 01 dan 03) harus disusun dan dikirim ke Propinsi dan Pusat selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Sedangkan laporan Form PLA 02 dan PLA 04 selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. 2. Laporan akhir tahun merupakan aporan seluruh pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan yang dilengkapi dengan foto - foto dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan (0%), sedang dalam pelaksanaan 50 % dan setelah pekerjaan selesai 100% selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
25
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran1
A. 1 2 3 4 5 6 7
Persiapan Pembuatan SK-SK Juklak diterima dari Provinsi Pembuatan Juknis oleh Kabupaten Sosialisasi Survey Investigasi (CP/CL) Desain Sederhana Pemilihan Pelaksana : - Penyusunan RKS, HPS - Undangan ke rekanan - Pemasukan Penawaran - Evaluasi Penawaran - Penetapan Pelaksana - Kontrak/SPK Pelaksanaan Konstruksi Monitoring Evaluasi Pelaporan Laporan Bulanan Laporan Akhir
B. 1 2 3 4 5 6
26
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran2
2. Pengadaan Swakelola / transfer dana. a. Apakah ada RAB dan RUKK b. Apakah dalam RAB dan RUKK dibuat perhitungan kebutuhan material dan tenaga c. Apakah RAB dan RUKK dilengkapi dengan rincian biaya sesuai tahapan pekerjaan d. Apakah RAB dan RUKK memperhitungkan pajak-pajak dan keuntungan e. Apakah RAB dan RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis. Kab./Kota f. Apakah sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sosialisasi g. Apakah penetapan lokasi dan kelompok tani dengan SK h. Apakah penyusunan RUKK dilaksanakan melalui musyawarah kelompok i. Apakah RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota j. Apakah rekening kelompok tani melalui kontra sign antara KPA/PPK dan Ketua kelompok tani k. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak 3. Pemasangan jaringan ( apabila jaringan irigasi bertekanan menetap) a. Apakah pemasangan jaringan dilakukan sesuai dengan rencana/ desain 1) Jumlah Pompa 2) Spefifikasi pompa 3) Jaringan perpipaan 4) Spesifikasi perpipaan 5) Jumlah Sprinkler/ penetes 6) Spesifikasi sprinkler/ penetes 4. Jaringan mobile a. Jumlah Pompa b. Spefifikasi pompa c. Jaringan perpipaan d. Spesifikasi perpipaan e. Jumlah Sprinkler/ penetes f. Spesifikasi sprinkler/ penetes D. OPERASI DAN PEMELIHARAAN ( per lokasi kegiatan) 1. Siapa yang mengoperasikan/ mengelola 2. Apakah sudah dimanfaatkan untuk mengairi pertanaman 3. Biaya operasional ( bahan bakar, oli dsb) 4. Apakah jaringan yang telah dibangun dilakukan pemeliharaan 5. Siapa yang melakukan pemeliharaan MONITORING DAN EVALUASI 1. Monitoring a. Apakah sudah dibuat Jadual monitoring b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas monitoring c. Apakah sudah dibuat Pedoman monitoring d. Apakah sudah dibuat Laporan monitoring 2. Evaluasi a. Apakah sudah dibuat Jadual evaluasi/supervisi b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas evaluasi c. Apakah sudah dibuat Pedoman evaluasi d. Apakah sudah dibuat Laporan evaluasi PELAPORAN 1. Apakah sudah dibuat Pedoman Laporan akhir 2. Apakah sudah dibuat Pedoman Pelaporan PERTANGGUNG JAWABAN ( per lokasi kegiatan) 1. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyelesaian pekerjaan 2. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyerahan Pengelolaan 3. Dokumentasi a. Apakah dibuat dokumentasi sebelum konstruksi b. Apakah dibuat dokumentasi pada saat sedang dikerjakan c. Apakah dibuat dokumentasi pasca konstruksi d. Apakah dibuat dokumen bukti pembelanjaan e. Apakah dibuat Pembukuan
Lampiran2
No. A.
Uraian Kegiatan PERSIAPAN 1. Pedoman Teknis 2. Petunjuk Pelaksanaan 3. Petunjuk Teknis 4. Organisasi/kelembagaan 5. SID 5.1. Calon Lokasi a. Apakah lokasi merupakan sentra produksi pertanian potensial b. Apakah lokasi percontohan strategis c. Apakah tersedia infrastruktur yang baik ke lokasi d. Apakah di lokasi tersedian sumber air e. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat f. Apakah di calon lokasi terdapat kelompok tani yang aktif g. Apakah luas lahan calon lokasi memenuhi syarat 5.2. Calon Petani a. Apakah telah terbentuk kelompok tani b. Apakah calon petani bersedia mengusahakan TBET c. Apakah ada proposal dari kelompok tani/P3A d. Apakah calon petani bersedia membiayai OP jaringan irigasi e. Apakah calon petani pernah mendapat bantuan sejenis 5.3. Desain (Apabila jaringan irigasi bertekanan dibuat menetap) a. Apakah ada peta situasi (skala 1:1000) b. Apakah ada peta topografi c. Apakah ada peta desain sederhana d. Siapakah yang membuat desain sederhana e. Apakah desain sesuai keadaan lapangan f. Apakah ada daftar kepemilikan lahan anggota kelompok tani/P3A 5.4. RAB a. Apakah ada RAB b. Apakah dalam RAB dibuat perhitungan kebutuhan material dan tenaga c. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya sesuai tahapan pekerjaan d. Apakah RAB memperhitungkan pajak-pajak dan keuntungan e. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis. Kab./Kota f. Apakah sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sosialisasi g. Apakah penetapan lokasi dan kelompok tani dengan SK h. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak ORGANISASI 1. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran 2. SK Tim Teknis 3. SK Penetapan lokasi dan Kelompok Tani 4. Bila dilaksanakan oleh pihak ketiga/ rekanan) a. SK Panitia / Pejabat Pengadaan b. SK Pemeriksa barang c. SK Penerima barang 5. Pembagian Tugas Kelompok 6. Kegiatan Kelompok 7. Pembentukan Kelompok 8. AD/ART Kelompok PELAKSANAAN 1. Pengadaan barang (bila dilaksanakan oleh rekanan/kontraktual) a. Sistim pengadaan b. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) c. Harga perkiraan sendiri ( HPS) d Pengumuman / undangan permintaan penawaran e. Penawaran f. Berita acara penjelasan g. Berita acara evaluasi Penawaran h. Berita acara negosiasi i. Pernyataan kesanggupan j. SPK / Kontrak k. Berita acara Pemeriksaan l. Berita acara Serah terima barang
ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak Sudah/Belum ya/tidak Sudah/Belum
ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak Sudah/Belum ya/tidak Ada/tidak ya/tidak ya/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Dinas/petani/konsultan Sesuai/tidak Ada/tidak Ada/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak Sudah/Belum ya/tidak ya/tidak Sudah/Belum
Sesuai/tidak sesuai/ lebih/kurang Sesuai/tidak sesuai/ lebih/kurang Sesuai/tidak sesuai/ lebih/kurang Sesuai/tidak
sesuai/ lebih/kurang sesuai/tidak sesuai sesuai/ lebih/kurang sesuai/tidak sesuai sesuai/ lebih/kurang sesuai/tidak sesuai
E.
B.
C.
F.
penunjukan/pemilihan/lelang Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak
Sudah/Belum Sudah/Belum
G.
27
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
28
Lampiran3
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. 2010
Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Program Bulan No. Aspek : .. : .. : .. : .. : .. : .. Kegiatan 3 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst 1. JUT 2. Optimasi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. 1. SID 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi 4. dst .. Pagu DIPA Keuangan Fisik (Rp) (Ha) 4 5 Realisasi Keuangan (Rp) 6 (%) 7 Fisik Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) 8 9 Nama Kelompok 10 Lokasi Kegiatan Desa/ Kecamatan 11 Koordinat 12
Form PLA.01
Keterangan 13
1 2 A. Pengelolaan Air
B.
Pengelolaan Lahan
C.
JUMLAH
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan simonevpla@deptan.go.id via Fax : 021-7816086 atau E-mail : 3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Coret yang tidak perlu ., . 2010
29
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran4
Dinas Propinsi Subsektor Program Bulan No. 1 1 Dinas Kabupaten/Kota*) 2 Dinas.*) Kab/Kota Aspek 3 Pengelolaan Air
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2010
: .. : .. : .. : .. : .. Kegiatan 4 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst 1. JUT 2. Optimasi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. 1. SID 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi
Form PLA.02
Keterangan 11
Pengelolaan Lahan
Dinas.*) Kab/Kota Dinas.*) Kab/Kota 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. JUT 5. Optimasi Lahan 6. Reklamasi Lahan 7. Perluasan Areal 8. dst 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail :
JUMLAH
Ctt:
simonevpla@deptan.go.id
3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA. **) Coret yang tidak perlu
30
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran5
Form PLA.03 LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, TA.2008 DAN 2009 Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Tahun No. 1 A. 1 2 3 4 B. 1 2 3 4 C. 1 2 3 4 Aspek Pengelolaan Air JITUT JIDES TAM dst Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst : : : : : .. .. .. .. .. Target Fisik DIPA 3 Realisasi Fisik 4 Manfaat 5
Kegiatan 2
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Manfaat harus terukur, contoh : Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton
. .. 2010
31
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran6
Form PLA.04 REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, TA. 2008 DAN 2009 Dinas Provinsi Subsektor : .. : .. : ..
Kegiatan 2
Target Fisik 3
Realisasi Fisik 4
Manfaat 7
Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3 Manfaat harus terukur, contoh : Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton . .. 2010
32
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Lampiran7
Lampiran8
KETENTUAN TEKNIS IRIGASI BERTEKANAN Mengingat percontohan irigasi bertekanan relatif padat modal dan teknologi serta sangat bersifat spesifik lokasi, maka dipandang perlu adanya pedoman teknis kegiatan fisik. Pedoman ini disusun sangat umum, yang dalam penerapan di lapangan hendaknya menyesuaikan dengan kekhususan lokasi (specific site). Dalam pedoman ini akan dikemukakan tentang: (1) irigasi sprinkler dan (2) irigasi tetes. A. Irigasi Sprinkler Bagian ini akan mengemukakan: (a) komponen irigasi sprinkler (b) kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler (c) tahapan desain (d) prosedur irigasi sprinkler. 1. Komponen Irigasi Sprinkler Irigasi sprinkler disebut juga sebagai
I.
PENDAHULUAN A. B. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Masukan Lokasi Tahap Pelaksanaan Permasalahan Pemecahan Masalah
II.
PELAKSANAAN A. B. C. D. E.
overhead
sumur, atau suatu sistem suplai regional. Idealnya sumber air terdapat di atas hamparan, bersih (tidak keruh) dan tersedia sepanjang musim. Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini: Gambar 2. Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler c. Jaringan Pipa yang terdiri dari :
Gambar 1. Sumber air irigasi sprinkler b. Sumber Energi untuk Pengairan Sistem irigasi dapat dioperasikan dengan menggunakan sumber energi yang berasal dari gravitasi (jauh lebih murah), pemompaan pada sumber air, atau penguatan tekanan dengan menggunakan pompa penguat tekanan (booster
Skema jaringan irigasi sprinkler dan contoh jaringan pipa dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:
35
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
36
Efisiensi irigasi sprinkler dapat diukur berdasarkan keseragaman penyebaran air dari sprinkler. Efesiensi
Sprinklers
irigasi sprinkler yang tergolong tinggi (keseragaman tergolong baik) adalah bila nilai
Lateral
Coefficient
of
meliputi sifat fisik tanah, air tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, dan kebutuhan air irigasi. b. Menyusun pembuatan rancangan skema pendahuluan, letak mencakup serta pertanian dan biasanya
tata
(lay-out)
37
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
38
c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi sprinkler. Apabila persyaratan hidrolika sub-unit tidak terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah (a) modifikasi tata letak, (b) mengubah diameter pipa dan atau (c) mengganti spesifikasi sprinkler. d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak. e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic
maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam, maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan dengan metoda coba-ralat.
40
Menyusun Nilai Faktor-faktor Rancangan Membuat Skema Lay out dan Menetapkan Luas Sub Unit dan Blok Irigasi
3.
Prosedur Desain Irigasi Sprinkler Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam desain irigasi sprinkler antara lain: letak, hidrolika pipa, laju penyiraman dan spesifikasi pompa. a. Letak Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi sprinkler, terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain :
Hidrolika pipa : Nomogram Hazen William Faktor Reduksi (outlet) K minor Losses
Perhitungan Rancangan Hidrolika Sub Unit : 1. Lateral Panjang Jml sprinkler per lateral 2. Manifold a.Panjang b.Jml lateral per manifold
Spesifikasi sprinkler qa, Ha Radius penyiraman Laju penyiraman Coefficient of Uniformity (CU) Jarak spasi
Lateral
dipasang
sejajar
kontur
lahan
dan
dipasang tegak lurus arah angin utama. Pemasangan lateral yang naik sejajar dengan lereng dihindari, pemasangan lateral yang menuruni lereng akan memberikan keuntungan tertentu. Saluran utama atau manifold dipasang naik turun atau sejajar dengan lereng.
Penentuan : Jenis dan Ukuran Pompa Jenis dan Kekuatan Tenaga Penggerak
Apabila memungkinkan saluran utama dipasang di suatu tempat, sehingga saluran lateral dapat dipasang di sekelilingnya.
Tidak
Ya
Selesai
41
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
42
Tata letak lateral yang ideal bergantung pada jumlah sprinkler yang beroperasi serta jumlah posisi leteral, topografi dan kondisi angin. b. Hidrolika pipa Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler terdiri atas: Static head adalah jarak vertikal dimana air harus diangkat atau diturunkan antara sumber air dengan titik pengeluaran tertinggi. Pressure
terendah yang mengoperasikan lateral sepanjang pipa utama dan pipa sub utama, yang akan memberikan nilai static head minimum. maksimum dan 20% x Ha 0,55 Ps Z lateral 0,45 Ps Z manifold
= kehilangan head yang diijinkan pada sub-unit (m) = kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m) = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)
44
Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi sprinkler jarang melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head dapat diabaikan.
Hm Z lateral
head
yang
diijinkan
pada
digunakan
apabila
debit
dan
tekanan
yang
dibutuhkan relatif besar. Karakteristik suatu pompa biasanya ditunjukkan oleh suatu kurva karakteristik pompa yang menyatakan hubungan antara kemampuan menaikkan air (H), besarnya debit (Q), efisiensi (E), jumlah putaran per menit (N), dan besarnya tenaga (P). Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan air tergantung pada debit pemompaan, total head dan efisiensi pemompaan yang secara matematis ditunjukkan pada persamaan berikut : BHP = (Q x TDH) / (C x Ep) dengan : BHP Q TDH C Ep = tenaga penggerak (kW) = debit pemompaan (l/detik) = total dynamic head (m) = faktor konversi sebesar 102,0 = efisiensi pemompaan (%)
Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m) c. Laju Penyiraman Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter curahan/penyiraman nozel mempengaruhi nilai laju penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan antar lateral, serta menentukan luas lahan yang dapat terairi. Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke
permukaan tanah yang disemprotkan dari lubang nozel. Nilai laju penyiraman ini tidak boleh melebihi dari laju infiltrasi, untuk menghindari terjadinya kehilangan air berupa limpasan (run off). d. Spesifikasi Pompa Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi sprinkler adalah sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin
45
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
46
B.
Irigasi tetes Bagian ini membahas : (a) komponen irigasi tetes, (b) kelebihan dan kekurangan irigasi tetes, (c) tahapan desain dan (d) prosedur irigasi tetes. 1. Komponen Sistim Irigasi Tetes (Drip
b.
Pompa dan tenaga penggerak, berfungsi mengangkat air dari sumber selanjutnya dialirkan ke lahan melalui jaringan-jaringan perpipaan. Pompa sebagai sumber energi penggerak dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini:
Irrigation)
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan pada areal perakaran tanaman. Komponen sistem irigasi tetes terdiri atas: a. Sumber Air Irigasi Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air yang permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau suatu sistem suplai regional. Contoh sumber air dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini: 2) Gambar 6. Energi Penggerak (pompa) irigasi tetes c. Jaringan Perpipaan terdiri dari: 1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit yang rendah dan tekanan mendekati tekanan atmosfer. Lateral, merupakan pipa dimana emiter ditempatkan. Bahan yang digunakan untuk lateral biasanya terbuat dari pipa PVC atau PE dengan diameter antara inci - 1 inci. Gambar 5. Sumber air irigasi tetes
47
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
3)
yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa sub utama atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci - 3 inci. 4) Pipa utama, dalam merupakan jaringan. komponen Bahan pipa yang utama menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi biasanya dipilih dari pipa PVC atau paduan antara semen dan asbes. 5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup, saringan, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.
Sedangkan penetes yang termasuk tipe line-source diantaranya porous pipe, double walled pipes, soaker
gambar 7. Jaringan perpipaan irigasi tetes Berdasarkan cara penempatannya pada lateral, penetes dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu penetes line-
jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi. c. Perhitungan spesifikasi sub-unit rancangan emiter. tidak hidrolika sub-unit dengan hidrolika langkah mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan Apabila terpenuhi, persyaratan altematif
50
Modifikasi tata letak Mengubah diameter pipa Mengganti spesifikasi emiter total kebutuhan tekanan (total
perpipaan, (3) penentuan kebutuhan pompa air dan (4) pemeliharaan alat. a. Rancangan Tata Letak Tata letak sub unit tergantung pada jarak penetes, jarak tanaman, debit penetes rata-rata, variasi head tekanan yang diinginkan, jumlah stasiun operasi yang dibutuhkan, panjang baris tanaman, topografi dan batas lahan. Sedangkan tata letak akhir sub unit yang ideal memiliki beberapa kriteria diantaranya jumlah sub unit dan titik pengontrol debit/tekanan yang seminimum mungkin, tata letak saluran utama yang ergonomis dan ekonomis, keseragaman pada debit aliran sistem, konfigurasi sub unit yang seragam serta variasi head yang diijinkan. b. Hidrolika perpipaan Kehilangan head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari 20 % tekanan operasi rata-rata sistem, yaitu : Ps Hl Hm 20% x Ha = 0,55 x 6Pe Z lateral = 0,45 x 6Pe Z manifold irigasi tetes.
karakteristik
hidrolika
pipa
52
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
diperoleh dari pompa yang dirangkaikan dengan mesin dimana : Ha Hl Ps Z lateral Hm Z manifold = = = = = = head operasi rata-rata (m) kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m) kehilangan head yang diijinkan pada sub unit (m) beda elevasi sepanjang lateral (m) kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m) beda elevasi sepanjang manifold (m) Untuk menjaga keseragaman air irigasi secara lateral, maka pemilihan dimensi pipa diupayakan menghasilkan variasi debit 10% dan variasi tekanan akibat kehilangan head tekanan dan perbedaan elevasi 20% dari tekanan operasi rata-rata emiter. c. Penentuan Kebutuhan Pompa Air Sistem irigasi tetes membutuhkan energi untuk memindahkan air melalui jaringan pipa-pipa distribusi yang selanjutnya dikeluarkan melalui emiter. Energi tersebut pembangkit tenaga. Tipe pompa yang sering digunakan adalah pompa sentrifugal. Besarnya tenaga yang diperlukan dapat dihitung dengan persamaan:
WP =
TDH Q 102
Ep (WP 100 )
BP =
Dimana : WP TDH Q BP Ep
= Output tenaga pemompaan (kW) = Total Dinamic Head (m) = Debit sistem (I/detik) = Input brake power (kW) = Efisiensi pompa (%)
5. Pemeliharaan Alat Penerapan suatu teknologi yang menggunakan alat dan mesin tidak akan berhasil baik tanpa adanya perawatan yang intensif. Pada irigasi tetes diperlukan perawatanperawatan agar peralatan dapat berfungsi dengan baik.
54
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
53
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
Perawatan tersebut antara lain meliputi: a. Perawatan pompa air Dalam pemakaian pompa air, maka yang perlu diperhatikan adalah bahan bakar jangan sampai terlambat pemberiannya. Disamping itu, pompa perlu diservis agar mesinnya dapat tetap baik. b. Perawatan filter Filter perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, yaitu dengan Untuk cara pembilasan. Filter hendaknya diperiksa setiap hari dan kalau perlu dibersihkan. menghindari terjadinya penyumbatan, maka filter dibersihkan dengan sikat yang bulunya tegak dan kuat/kaku, atau dengan merendamnya dalam air. c. Perawatan Jaringan perpipaan Pipa-pipa pada sistim irigasi tetes ini perlu diperiksa secara intensif. Daerah pembasahan yang luas pada lahan menandakan adanya kebocoran pada pipa. Endapan mineral yang terlalu banyak pada pipa-pipa, dapat dilarutkan dengan asam, terutama asam phospat. berjalan dengan
Bakteri,
alga
dan dari
mikroorganisme jaringan
lain
dapat dengan
dihilangkan
perpipaan,
menggunakan khlorine yang dapat dicampurkan / diberikan bersamaan dengan pemupukan / puriasi. Dosis khlorine yang dianjurkan adalah 2 ppm, dan bila mikroorganisme sudah menjadi masalah yang serius, maka dosis yang digunakan adalah 30 ppm. Pemeliharaan lain adalah dengan cara "Flushing", yaitu menggunakan aliran bertekanan tinggi, sehingga dapat mengikis dan membawa partikel-partikel atau mikroorganisme keluar dari pipa.
55
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010
56
No
Prop./Kab/Kota
Tanaman Pangan 1
Total
Jawa 1 2 3
2 1 1
1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 -
3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 2 2 1 1 4 2 2 1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 8 26
II
III Jambi 6 Muaro Jambi 7 Sarolangun IV Sumatera Selatan 8 Muara Enim 9 Empat Lawang 10 Ogan Komering Ilir V Lampung 11 Tanggamus Sulawesi Utara 12 Bolaang Mongodow Utara 13 Minahasa
1 1
VI
3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1
VII Sulawesi Tengah 14 Poso VIII Sulawesi Selatan 15 Bulukumba 16 Jeneponto 17 Pangkep IX Sulawesi Tenggara 18 Bombana X Bali 19 20 Buleleng Klungkung -
1 1
1 1 7 11
57
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2010