You are on page 1of 14

A.

JUDUL PENELITIAN Penggunaan Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas Siswa dalam Belajar Microsoft Excel di Kelas VIII SMP Negeri 1 Rangkasbitung B. BIDANG KAJIAN Penelitian ini meliputi Bidang Kajian sebagai berikut: 1) Penggunaan metode Tutor Sebaya dalam PBM. 2) Kemampuan siswa dalam belajar Microsoft Excel (perintah-perintah untuk memformat lembar kerja, dan penggunaan rumus) 3) Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan latihan Microsoft Excel (cara menyelesaikan lembar kerja) C. PENDAHULUAN Microsoft Excel adalah salah satu materi pelajaran TIK untuk kelas VIII. Pada setiap pembelajaran di ruang komputer materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok siswa, hal ini dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa yang berjumlah 44-48 siswa sementara komputer yang ada berkisar 25-28 unit dan itupun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena alasan tertentu juga pembelajaran komputer diberikan secara klasikal, artinya seluruh siswa dalam sekelas belajar sekaligus sehingga siswa menggunakan satu unit komputer berdua. Kondisi pembelajaran seperti itu menimbulkan beberapa permasalahan, pertama, siswa belajar haya satu jam pelajaran untuk setiap kelompok sehingga pengerjaan latihan dibutuhkan beberapa kali pertemuan dan terbatasnya kesempatan untuk siswa mengembangkan kreatifitasnya, kedua, karena ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka jika ada siswa yang bertanya terasa sulit untuk dihampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan, ketiga, hasil belajar pada setiap pengerjaan latihan tidak tercapai tepat waktu, keempat, penyampaian materi dengan menggunakan OHP cukup membantu guru dalam menjelaskan materi tetapi itu juga belum maksimal karena sifat penyampaian yang berbentuk gambar-gambar perintah yang terbatas sehingga penyampian materi kurang jelas, kelima siswa selalu lupa materi pelajaran (teori, perintah, gambar dan cara-cara melakukan) , keenam karena siswa dibagi dalam dua kelompok maka menerangkan materi pelajaran menjadi dua kali juga dan itu secara psikologis memberikan pengaruh kepada pengajar, ketujuh hasil pembelajaran sangat kurang memuaskan karena dari pengamatan siswa yang benar-benar dapat mengerjakan soal-soal latihan dengan benar berkisar dibawah 20% (9 orang) dari 44 siswa. Atas dasar kenyataan inilah, maka perlu dicari alternatif lainnya dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan dan kreatifitas siswa kelas VIII-H SMPN 1 Rangkasbitung, dalam mempraktek latihan kerja siswa, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan dengan metode tutor sebaya. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih memahaminya. D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 1) Perumusan Masalah Perumusan masalah dari PTK ini adalah : 1. Bagaimanakah pengembangan dan Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode tutor sebaya pada pembelajaran Microsoft Excel? 2. Sejauh manakah penggunaan tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar Microsoft Excel? 3. Apakah penggunaan tutor sebaya dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar Microsoft Excel?

2) Pemecahan Masalah Sebagaimana yang telah dijelaskan di latar belakang bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat kemampuan dan kreatifitas siswa kelas VIII-H SMPN 1 Rangkasbitung dalam mempraktek latihan kerja siswa pada materi Microsoft Excel. Berdasakan identifikasi masalah dan pengamatan yang dilakukan pada setiap mengevaluasi hasil belajar, siswa yang dinilai menguasai dan dapat mengerjakan latihan dengan benar dan tepat sesuai dengan ketentuan dan cara-caranya berkisar 20% (9 orang) dari 44 siswa. Berdasarkan kepada masalah yang telah diuraikan pada pendahuluan maka salah satu pemecahannya adalah dengan menggunakan metode Tutor Sebaya hal ini didasarkan juga kepada beberapa alasan, sebagai mana yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979 : 184) bahwa memilih metode mengajar tidak bisa sembarang hal ini disesuaikan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti : a. Tujuan b. Anak didik dengan berbagai jenis kematangannya. c. Situasi d. Fasilitas : Kualitas dan kuantitas. e. Pribadi guru. Dari uraian di atas maka dalam pemecahan masalah ini diambil langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut : a) Menyusun rencana pembelajaran dan strategi pembelajaran yang lebih efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. b) Melakukan tes untuk mengelompokan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa dan kreatifitas siswa dalam cara mengerjakan tes. c) Membuat kelompok siswa yang dijadikan sebagai tutor (siswa yang dianggap sudah mengerti/pandai) dan kelompok siswa yang menjadi teman sebaya dalam pembelajaran. Pembagian kelompok berdasarkan kemampuan siswa ini dilakukan untuk beberapa kali pertemuan atau beberapa siklus yang selanjutnya akan dikelompokan secara acak pada siklus terakhir. d) Menggunakan media pembelajaran (LCD Proyektor) sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi pelajaran. 3) Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dan mengembangkan pembelajaran dengan metode tutor sebaya pada pembelajaran microsoft excel. 2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar Microsoft Excel. 3. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar Microsoft Excel 4) Manfaat Penelitian 1. bagi Guru: melalui PTK ini Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta meminimalkan kesalahan siswa pada pembelajaran Microsoft Excel. 2. Bagi siswa: hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran mandiri . 3. Bagi Sekolah: hasil penelitian ini membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah. E. KAJIAN PUSTAKA 1. Microsoft Excel Sebagaimana yang terkandung dalam Standar kompetesi dan Kompetensi dasar mata pelajaran TIK, bahwa untuk siswa kelas VIII diberikan materi pelajaran pengolah angka, dengan Komptensi sebagai berikut : 2. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan Informasi 2. 1. Mengidentifikasi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka 2.2. Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka 2.3. Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangka lunak pengolah angka 2.4. Membuat dokumen pengolah angka sederhana Microsoft Excel adalah program aplikasi spreadsheet (Lembar kerja) yang paling populer dan banyak digunakan saat ini untuk membantu dalam pengerjaan menghitung, menganalisa data dan presentasi data.

Program pengolah angka merupakan bagian dari materi pembelajaran yang harus diajarkan untuk tingkat SMP sesuai dengan Standar komptenesi dan Komptensi dasar, adapun materi yang harus disampaikan seperti pengenalan program, menu, toolbar, icon, penggunaan rumus dan fungsi sampai kepada pembuat grafik. Program pengolah angka ini sangat penting diberikan kepada siswa, karena selain siswa dapat belajar program itu sendiri, siswa dapat menggunakannya untuk menghitung angka atau penggunaan yang ada pada mata pelajaran lain seperti Matematika dan fisika. 2. Hakikat, Interaksi dan Hasil belajar a. Hakikat Belajar Menurut Bagne seperti yang dikutip oleh M. Purwanto ( 1990 : 84 ) menyatakan bahwa: Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa hingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi , sementara itu Edward Thorndike (1973) berpendapat, bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar mencakup semua aspek tingkah laku dan dapat dilihat dengan nyata, proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi belajar bukan merupakan tingkah laku yang nampak tetapi merupakan proses yang terjadi secara internal dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan yang baru. Hubungan baru dapat berupa antara reaksireaksi, perangsangan-perangsangan dan reaksi. Dari uraian tentang belajar di atas, dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya proses belajar dan kehidupan manusia. Untuk itu perlu kiranya kita menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar. Dalam hal ini Slameto (19991:27-28) mengemukakan prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut: 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. 2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 4) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut discovery; 5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapai; 7) Belajar memerlukan saran yang cukup,sehingga siswa dapat belajar dengan tenang; Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif; 9) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya; b. Interaksi Belajar Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Dalam interaksi pembelajaran unsur guru dan siswa harus aktif, karena tidak mungkin terjadi proses interaksi bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam sikap, mental, dan perbuatan. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses, siswa harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Inilah yang disebut dengan interaksi edukatif sebagimana yang dikemukakan Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985:47), interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. - Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif, dan anak didik pasif. Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. - komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog. - komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.

c. Hasil Belajar Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar.Karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Winarno Surahmad ( 1997 : 88 ) Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkat pengalaman baru. Hasil belajar merupakan hasil dari proses kompleks.Hal ini disebabkan banyak Faktor yang terkandung di dalamnya baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: - Faktor fisiologi seperti kondisi fisik dan kondisi indera. - Faktor Psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan motivasi, kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah : - Lingkungan : alam,masyarakat/keluarga . - Faktor Instrumental : kurikulum/bahan pengajaran sarana dan fasilitas. 3. Motivasi belajar Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi tersebut perlu dimiliki oleh para siswa dan guru untuk memperlancar pembelajaran. Kaitannya dengan pembelajaran. motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa tanpa adanya motivasi, maka proses belajar siswa akan sukar berjalan secara lancar. Dalam konsep pembelajaran, motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar, hal ini berarti dalam proses pembelajaran. Adakalanya guru membangkitkan dorongan, desire. incentive, atau memotivasi murid untuk aktif ambil bagian dalam kegiatan belajar (Rasyad, 2003:92). Upaya menggerakkan, mengarahkan, dan mendorong kegiatan murid untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas yang tinggi dinamakan memberi motivasi. Banyak bakat anak tidak berkembang hal ini menurut Purwanto (2002:61) dikarenakan tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat. maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Dalam proses pembelajaran para guru perlu mendesain motivasi yang tepat terhadap anak didik agar para anak didik itu belajar atau mengeluarkan potensi belajarnya dengan baik memperoleh hasil yang maksimal. 4. Tutor Sebaya Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan Tutor Sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan metode ini antara lain : - tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. - Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. F. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja (Isaac, 1994:27). Sedangkan menurut Prof. Suhardjono (2006:56) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan. 1. Setting Penelitian : - Lokasi Penelitian : SMP Negeri 1 Rangkasbitung, Banten - Subjek Penelitian : siswa kelas VIII-H sebanyak 44 orang, 20 Siswa Perempuan dan 24 siswa laki-laki. 2. Sasaran Penelitian : Dalam penelitian ini diharapkan : - Siswa mengerti materi pelajaran yang diajarkan. - Siswa dapat mengerjakan latihan-latihan dengan benar. - Dapat menumbuhkan motivasi dan kreativitas belajar - terjadinya interaksi belajar 3. Rencana Tindakan : SIKLUS PERTAMA 1) Perencanaan : Pada tahap ini akan dilakukan : - Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata pelajaran TIK Kelas VIII, dan mengembangkan skenario pembelajaran. - Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Memformat lembar kerja (Letak huruf, lebar baris dan kolom, format angka serta penomoran otomatis) Menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (*), dan pangkat (^), dan membuat bingkai) Menggunakan fungsi (logika, dan statistik) - Menyusun Lembar kerja siswa - Menyiapkan alat/media yang diperlukan (LCD Proyektor) - Menyusun format format penilaian (unjuk kerja) dan observasi. - Mengadakan tes awal untuk menetukan kelompok yang menjadi tutor dan kelompok teman. - Membagi kelompok dan menjelaskan maksud pembagian kelompok dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. 2) Tindakan Melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, yaitu ; - Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan. - Guru menjelaskan materi memformat lembar kerja dengan terlebih dahulu mengadakan apersepsi. - Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari kegiatan belajar. - Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi memformat lembar kerja dengan dibimbing oleh kelompok tutor. 3) Pengamatan Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya : - Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang menjadi tutor maupun sebagi teman. - Menilai lembar kerja yang dikerjakan. 4) Reflesksi Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan :

- Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan jelas oleh kelompok tutor ke kelompok teman? Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama, dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus kedua akan disampaikan materi kedua) - Apakah terjadi interaksi belajar? Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya jawab, pengerjaan latihan. - Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua. SIKLUS KEDUA 1) Perencanaan - Mengidentifikasi masalah pada siklus pertama dan menyusun alternatif pemecahannya. - Menyiapkan media dan materi yang akan disampaikan. - Menukar kelompok, yang tadinya tutor menjadi kelompok teman, dan yang kelompok tempat menjadi kelompok tutor 2) Tindakan - Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada siklus pertama. - Guru menjelaskan materi menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (*), dan pangkat (^), dan membuat bingkai). - Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari kegiatan belajar. - Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor. 3) Pengamatan Guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya : - Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang menjadi tutor maupun sebagi teman. - Menilai lembar kerja yang dikerjakan. 4) Reflesksi Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan : - Apakah materi menggunakan rumus yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan jelas oleh kelompok tutor ke kelompok teman? Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus ketiga dengan materi yang sama, dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus ketiga akan disampaikan materi ketiga) - Apakah terjadi interaksi belajar? Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya jawab, pengerjaan latihan. Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus ketiga. SIKLUS KETIGA 1) Perencanaan - Mengidentifikasi masalah pada siklus kedua dan menyusun alternatif pemecahannya. - Menyiapkan media dan materi menggunakan fungsi (logika, dan statistik). - Merubah kelompok dan membagi kelompok secara acak. (tidak lagi berdasarkan kepada hasil tes yang dilakukan pada perencanaan di siklus pertama), tetapi tetap menggunakan nama kelompok tutor dan kelompok teman. 2) Tindakan - Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada siklus pertama. - Guru menjelaskan materi Menggunakan fungsi (logika, dan statistik).

- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari kegiatan belajar. - Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor. 3) Pengamatan Guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya : - Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang menjadi tutor maupun sebagi teman. - Menilai lembar kerja yang dikerjakan. 4) Reflesksi Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan membuat suatu kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut. 4. Cara Pengumpulan Data Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan, ditentukan teknik pengumpulan data yang berorientasi pada observasi partisipasif (Wolcott,1992), yaitu peneliti melakukan observasi sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan. Pengambilan data dilakukan dengan Tes dan Observasi. Untuk memudahkan dan terkumpulnya data maka peneliti menggunakan format penilaian (unjuk kerja) dan format observasi dengan skala penilaian. Format Observasi : Aspek yang dinilai Skala Nilai Materi yang disampai-kan guru dapat dime-ngerti oleh tutor K S B BS Materi yang disampai-kan tutor dapat dime-ngerti oleh teman K S B BS Terjadi interaksi belajar (keseriusan, perhatian, dan tanya jawab tutor dengan teman ) K S B BS Kreatifitas dalam pengerjaan latihan K S B BS K=Kurang, S=Sedang, B=Baik, BS=Baik Sekali Format Penilaian (Unjuk Kerja) Siklus Materi N % I Membuat Tabel/Bingkai 10 Merubah Lebar Baris 10 Merubah Lebar Kolom 10 Merubah Ukuran dan Jenis huruf 10 Menentukan Tata letak huruf 10 II Menggunakan rumus 10 III Menggunakan fungsi logika - Menetukan Kelulusan - Menentukan Hadiah 10 N = 5 =B Rumus : Kriteria Penilaian : 8 10 = Sangat Baik ( A) 7 7,9 = Baik (B) 6 6,9 = Cukup (C) 5,9 = Kurang (K) 5. Analisis Data Untuk menganalisa data, peneliti menggumpulkan dan mengolah data secara kuantitatif dari format observasi dan format penilaian (unjuk kerja) dari setiap siklus sehingga dapat mengetahui prosentase peningkatan hasil belajar yang kemudian dideskrifsikan untuk diambil suatu kesimpulan. G. JADWAL PENELITIAN No Rencana Kegiatan Waktu / Minggu ke ..1 2 3 4 5 6 7 9 10 1 Persiapan Menyusun Konsep Pelaksanaan : x

Menyusun Instrumen pengamatan dan penilaian x Mengadakan tes awal dan membagi kelompok x 2 Pelaksanaan Mempersiapkan alat x x x x x x Melakukan tindakan siklus I x x Melakukan tindakan siklus II x x Melakukan tindakan siklus III x x 3 Penyusunan Laporan Menyusun Konsep Pelaporan x Perbaikan laporan x Penggandaan dan penyerahan laporan x LAMPIRAN-LAMPIRAN : 1. Daftar Pustaka Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitia., Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta. Permana, Budi. 2001. Seri Penuntun Praktis Microsoft Exel 2002. Jakarta : PT Gramedia. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara. Sagala, H.Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta Suwanda, Dodo. 2007. Diktat Belajar Komputer jilid 3 dan 4. ________. Belajar Penelitian Tindakan. Alamat web : ardhana12.wordpress.com/2008/ 01/25/belajar-penelitian-tindakan-kelas-yuuuk/. Diakses pada tanggal 25 Pebruari 2007 ________. Metoda Pembelajaran. Alamat Web : www.salman-alfarisi.com Diakses pada tanggal 25 Pebruari 2007 ________. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web : http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php. diakses 26 Pebruari 2007 ________. Pembelajaran Geografi Dengan Menggunakan Model Pemberian. http://massofa.wordpress.com/2008/01/07/pembelajaran-geografi-dengan-menggunakan-model-pemberian/. diakses 26 Pebruari 2008 2. Anggaran Biaya Penelitian http://www.rhynosblog.com/2011/02/ciri-kegiatan-belajar-mengajar-kbm-yang.html

Selasa, 22 Februari 2011


CIRI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM) YANG MENUNJANG PENCAPAIAN KOMPETENSI INDIVIDUAL
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertangung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Berikut dikemukakan 7 ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar yang memberdayakan potensi siswa.

A. Pembalikan Makna Belajar


Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi (baca: penuangan air informasi) dari guru ke siswa. Untuk keperluan implementasi KBM yang bernuansa KBK, guru perlu melakukan pembalikan makna dan hakikat belajar. Pada pandangan dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses

membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Akibat logis dari pengertian belajar di atas, maka mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga siswa terdorong untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan? Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?

B. Berpusat pada Siswa


Siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

C. Belajar dengan Mengalami


KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan seharihari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman nyata, guru dapat menggantikannya dengan model atau situasi buatan dalam wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memperoleh pengalaman melalui alat audio-visual (dengarpandang). Pilihan pengalaman belajar melalui kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir.

D. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional


Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya.

E. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan


Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sementara, rasa fitrah ber- Tuhan merupakan embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu mempertimbangkan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan agar setiap sesi kegiatan pembelajaran menjadi wahana untuk memberdayakan ketiga jenis potensi ini.

F. Belajar Sepanjang Hayat


Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Karena itu, siswa memerlukan fisik dan mental yang kokoh. KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan YME kepadanya. Demikian pula KBM perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.

G. Perpaduan Kemandirian dan Kerjasama


Siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.

http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-pengembangan-multimediapembelajaran/ PENGANTAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN


A. Pengertian Multimedia Pembelajaran

Untuk memahami konsep multimedia pembelajaran, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu pengertian multimedia dan pembelajaran. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsur-unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

B.

Manfaat Multimedia Pembelajaran

Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan prises belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran, yaitu:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dll. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

C.

Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran

Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran. Tabel berikut dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media yang cocok untuk multimedia pembelajaran.

tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).

Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998). Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
8

1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta. 2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi. 3. Minat mencegah gangguan dari luar 4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri. Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).

Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara9 sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995).

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
10

tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2.Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. 3.Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. 4.Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. 5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Teori Belajar Behavioristik


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke:naviga si,cari Artikel ini perludirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atauwikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan olehGage danBerliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil daripenga la man[1]. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktekpendidikan danpe mbelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksiantara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan olehguru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajarbehav ioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalahThorndike,Wa t s o n, Clark Hull,Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Teori Belajar Menurut Thorndike

2 Teori Belajar Menurut Watson

3 Teori Belajar Menurut Clark Hull

4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

5 Teori Belajar Menurut Skinner

6 Analisis Tentang Teori Behavioristik

7 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

8 Rujukan [sunting] Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. [sunting] Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperiFisika atauBiolog i yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. [sunting] Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan

pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul

email ; yarno2009@yahoo.com hp 0818241519

You might also like