You are on page 1of 100

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Tentang Istilah Dewasa ini pendidikan untuk masyarakat yang dilakukan diluar pengajaran sekolah biasa telah menunjukkan suatu segi baru dalam perkembangan pendidikan pada umumnya. Pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat telah dirasakan pula dibanyak bagian-bagian dunia. Juga di Indonesia, dimana gerakan usaha dalam lapangan ini lazim disebut Pendidikan Masyarakat telah banyak kita dengar. Agaknya telah banyak pula kita jumpai dalam penerbitan-penerbitan terutama yang berasal dari luar negeri, bermacam-macam istilah pemberi nama bagi usaha pendidikan diluar pengajaran sekolah biasa. Oleh karena istilah Pendidikan Masyarakat ini lahir di Indonesia dan dipakai untuk mengartikan usahausaha pendidikan dan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan itu, serta dengan sifat-sifatnya yang khas pula di Indonesia, maka wajib untuk mendapat pembahasan yang cukup. Pendidikan Masyarakat dapat memberi makna yang cukup luas, namun yang dituju oleh Pendidikan Masyarakat adalah masyarakat orang dewasa termasuk pemuda diluar batas umur tertinggi kewajiban belajar dan dilakukan diluar lingkungan dan sistem pengajaran-pengajaran sekolah-sekolah. Sedangkan makna secara konsepsi, Pendidikan Masyarakat adalah masyarakat yang memberi kesempatan kepada tiap-tiap individu untuk mengembangkan bakatnya, guna disumbangkan kembali kepada masyarakatnya. Pada dasarnya usaha-usaha untuk melahirkan Pendidikan Masyarakat oleh Jawatan Pendidikan adalah masalah kemelarataan dan kesengsaraan, masalahmasalah tersebut disebabkan karena:
1. Perkembangan dan penggunaan yang tidak seimbang dari ilmu pengetahuan

dengan hasil-hasilnya diberbagai tempat dan bagian-bagian tertentu daripada dunia. Hal ini menyebabkan pula adanya daerah-daerah atau kantong yang masih terbelakang ditengah-tengah kemajuan.

Handout Pendidikan Masyarakat

2. Ilmu pengetahuan dan hasil-hasilnya tidak dipergunakan untuk kesejahteraan

dan kebahagiaan semua umat tetapi justru untuk menindas komunitas lain. Pendidikan masyarakat juga dikenal sebagai pendidikan berbasis masyarakat atau belajar masyarakat dan pengembangan. Pendidikan masyarakat adalah suatu gagasan berupa konsep, hasil penelitian dan penerapan pengembangan di masyarakat. Di negara Skotlandia pendidikan masyarakat ini didefinisikan oleh pemerintahannya sebagai pembelajaraan dan pengembangan sosial dengan individu dan kelompok dalam masyarakat dengan menggunakan berbagai metode informal dan nonformal.

B. Sejarah Pendidikan Masyarakat Pada masa ini pendidikan masyarakat dilakukan informal keluarga yakni oleh orang tua kepada anaknya baik sebagai tuntutan upacara adat maupun menanamkan pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja mencari nafkah. Biasanya ini dilaksanakan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai pekerjaan orang tua seperti bercocok tanam, berkebun, nelayan, dan berburu. Pada masa penjajahan Portugis pendidikan masyarakat diberikan bagi warga yang mau memeluk agama Roma Khatolik. Pendidikan itu berupa pendidikan tentang keagamaan atau pendidikan umum yang terkait dengan kehidupan. Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan masyarakat diberikan melalui pengajaran dan pelatihan yang mengandung materi keagamaan, materi pendidikan umum dan keterampilan. Tujuan itu diarahkan untuk mencetak pekerja, baik di perkebunan maupun pembuatan jalan baru. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan masyarakat diberikan untuk menyiapkan tenaga kerja dan para prajurit yang tangguh guna membantu Jepang memperoleh kemenangan dalam peperangan. Pendidikan ini terorganisir secara baik walaupun pada waktu itu kondisi Negara Indonesia dalam situasi peperangan. Pada awal kemerdekaan, banyak diadakan berbagai pendidikan dan kursus untuk pengetahuan umum, kepemudaan dan keolahragaan. Bahkan kursus dan pelatihan yang menjangkau bidang dan sasaran lebih luas yaitu pelatihan keprajuritan, pelatihan orang dewasa, dan pelatihan untuk para ibu-ibu. Berbagai macam kursus dan pelatihan tersebut dilaksanakan oleh para relawan pejuang
Handout Pendidikan Masyarakat

kemerdekaan dan oleh pimpinan negara. Tujuanya adalah untuk membantu para pejuang dalam peperangan dan sekaligus untuk ikut serta mencerdaskan masyarakat. Kondisi pendidikan tersebut semakin jelas terorganisir dan berlangsung secara baik, dengan bukti adanya Pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat tanggal 14 Nopember 1949 Nomor 423/A dengan tugas yang berat tetapi mulia yakni: 1) membangunkan, menyadarkan, menginsafkan dan mengisi masyarakat di luar dunia sekolah agar tiap warga negara menjadi anggota masyarakat untuk sadar, hidup, berguna, dan berharga bagi negara, nusa, bangsa dan dunia. 2) pendidikan masyarakat harus mempercepat revolusi jiwa masyarakat Dengan pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat terlihat jelas bahwa ada pengakuan dari pemerintah tentang kegiatan kursus dan pelatihan menjadi bagian penting dalam rangka ikut serta menjadi bagian dari pembangunan bangsa Indonesia. Pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat semakin memberi peluang yang luas untuk penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dengan bermacammacam kegiatan bagi masyarakat. Adapun bentuk-bentuk kegiatan Jawatan Pendidikan Masyarakat meliputi:
1. Kursus dan Pelatihan

Kegiatan kursus dan pelatihan ini dapat menggunakan waktu penuh dan waktu tidak penuh/paruh waktu. 2. Kumpulan Belajar Kumpulan belajar ini biasanya kumpulan dari orang-orang yang ingin belajar membaca-menulis dan pelatihan keterampilan tertentu. 3. Kelas Bebas Kelas bebas merupakan kumpulan belajar yang diadakan pada waktu yang tidak tertentu dan pesertanya adalah mereka yang punya waktu luang atau mereka yang tertarik pada isi kelas bebas tersebut. 4. Pama dan Pami Pama singkatan dari Pakempalan maos, artinya perkumpulan membaca dan Pami singkatan dari Pakempalan mirengaken, artinya perkumpulan mendengarkan.
Handout Pendidikan Masyarakat

5. Sekolah Keliling Sekolah keliling ditujukan kepada anak-anak, pemuda dan orang dewasa, pria dan wanita yang materinya meliputi: yaitu:
-

Pengetahuan umum, termasuk PBH Pertanian dan perkebunan Peternakan dan perikanan Pertenunan, pemintalan, dan jahit menjahit Makanan sehat Kesehatan Kerajinan

Pada tahun 1960 di tingkat pusat terjadi perubahan yang bersifat kelembagaan Tahun 1966, Jawatan Pendidikan Masyarakat digabungkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar P dan K Tahun 1969, Jawatan Pendidikan Masyarakat dialihfungsikan kepada Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda dan menjadi Direktorat Pendidikan Masyarakat -

Tahun 1974, Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda disempurnakan menjadi Ditjen PLSOR. Tahun 1978, Ditjen PLSOR disempurnakan menjadi Diklusepora Berganti nama menjadi Dirjen PNFI dan selanjutnya tahun 2010 menjadi nama lagi PAUNI. Pada tahun 1983 kegiatan Pendidikan Nonformal yang terkait dengan

pembangunan desa semakin mencuat. Diantaranya pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf fungsional, pendidikan perluasan, pelatihan keterampilan pertanian, pelatihan kader koperasi, pendidikan kependudukan, keluarga berencana, pendidikan gizi keluarga, pelatihan keterampilan produktif, pendidikan dan pelatihan kepemudaan, organisasi pramuka dan pelatihan kader pembangunan masyarakat. Selain itu, kelompok belajar Paket A dintegrasikan dengan pendidikan mata pencaharian yang disebut dengan istilah Kejar Usaha atau Upajiwa.

Handout Pendidikan Masyarakat

Sementara itu, pendidikan masyarakat yang berbentuk pelatihan dilakukan juga oleh Departemen-Departemen lain di luar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, seperti: Departemen Pertanian Departemen Pertanian merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang berhubungan dengan penyebarluasan pertanian, kursus dan pelatihan pertanian dan pertukangan, demonstrasi pertanian lapangan dan bimbingan Sapta Usaha Tani. Departemen Kesehatan Departemen Kesehatan merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang berkenaan dengan Posyandu, bimbingan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi keluarga (UPGK), Puskesmas, pelatihan bagi dukun bayi, pencegahan penyakit menular dan keluarga berencana.
-

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja baik bidang industri (BLKI), jasa maupun pertanian (BLKP), Mobile Training Unit, magang, dan pelatihan di perusahaan atau industri.

Departemen Penerangan (sekarang sudah dimerger ke departemen lain) Departemen Penerangan merupakan penyelenggara kegiatan PNF terutama yang berkaitan dengan berbagai penyuluhan kepada masyarakat, seperti Siaran Pedesaan, Kelompencapir dan Asah Terampil

Departemen Sosial Departemen Sosial merupakan penyelenggara PNF yang menyangkut bimbingan dan penyuluhan sosial, karang taruna, bimbingan keterampilan praktis, pembinaan rehabilitasi kesejahteraan sosial seperti panti asuhan dan lembaga pengentasan kemiskinan.

Departemen Dalam Negeri Departemen Dalam Negeri merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang dilaksanakan di berbagai organisasi, seperti kelompok pembangunan, teknologi pedesaan, LKMD, PKK, Pramuka, dan pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan.

Handout Pendidikan Masyarakat

Departemen Agama Departemen Agama merupakan penyelenggara kegiatan PNF melalui dakwah, bimbingan kehidupan keluarga, pembinaan umat beragama, pembinaan pondok pesantren, kursus keagamaan, dan pembinaan organisasi keagamaan.

Departemen Koperasi Departemen Koperasi merupakan penyelenggara kegiatan PNF dalam bentuk penyuluhan, kursus koperasi, pendidikan koperasi, KUD, dan pembinaan organisasi perkoperasian. Kegiatan pendidikan masyarakat yang juga penting adalah kegiatan pelatihan

yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, pondok pesantren, dan sekolah menengah, seperti:
1. Kuliah Kerja Nyata

Kuliah Kerja Nyata sangat erat hubungannya dengan pengembangan dan peningkatan kemampuan masyarakat, pembinaan pribadi mahasiswa serta untuk pengembangan kurikulum perguruan tinggi yang sesuai dengan tuntutan pembangunan.
2. Program Kerja Mahasiswa (PKM)

Program Kerja Mahaiswa merupakan wujud aktivitas turun ke desa yang dilakukan oleh para mahasiswa. 3. Pondok Pesantren Darul Falah dan Pondok Pesantren Pabelan Kedua pondok pesantren tersebut tidak hanya ditujukan pada civil effect tetapi juga social effect yakni kepada para santri diberikan bekal bagaimana nantinya ia berfungsi dalam masyarakat, mampu membawa kemajuan dalam masyarakatnya. 4. Pendidikan Kedesaan Model Sekolah Farming Menengah Atas
Pada kurikulum SFMA yang baru berorientasi pada learning by doing, artinya setiap siswa harus menunjukkan kerja nyata yang merupakan pelaksanaan dari teori yang didapatinya. (Oong Komar (2006); Joesoef (1993); Faisal, S dan Abdilah Hanafi (1979)

C. Mengapa Pendidikan Penting


Handout Pendidikan Masyarakat

Bangsa yang melek pendidikan (education minded) adalah bangsa yang orientasi terpenting dalam hidupnya tertuju pada dunia pendidikan. Bangsa dengan kultur seperti ini akan mengukur kesuksesan dari kesuksesannya dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan penghormatannya, diukur pula dari prestasi orang dalam bidang pendidikan. Contohnya adalah masyarakat jepang, sejak dicanangkannya Restorasi Meiji Tahun 1880, masyarakat Jepang telah menjadi masyarakat yang begitu menghargai pendidikan, lebih dari negara manapun di dunia ini. Salah satunya dalam hal menghormati sosok guru. Dampaknya pun sungguh luar biasa, kini Jepang termasuk salah satu negara maju dan berpengaruh di dunia. Dengan demikian, jika bangsa Indonesia mampu menyelenggarakan pendidikan secara baik tentu akan membawa bangsa ini ke taraf pengetahuan keilmuan yang memadai untuk menjadikan bangsa kita produktif dan sejahtera. Hanya bangsa yang memiliki pengetahuan memadailah yang bisa produktif dan dengan produktivitas inilah pada akhirnya akan menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
D. Landasan Konsep Pendidikan Masyarakat

1. Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS), yaitu :


1) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan

anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan kurang beruntung.
2) Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak

perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik.
3) Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang

dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai
4) Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa

menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.
Handout Pendidikan Masyarakat

5) Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada presentasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.
6) Memperbaiki

semua

aspek

kualitas

pendidikan

dan

menjamin

keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua terutama dalam keasaraan, angka dan kecakapan hidup (life skill) yang penting Pendidikan untuk semua merupakan perwujudan demokratisasi bidang pendidikan dengan memberikan akses seluas-luasnya kepada setiap warga negara, termasuk penyandang cacat atau mereka yang berkebutuhan khusus. Masyarakat miskin, komunitas minoritas, terisolir atau daerah tertinggal semuannya pada dasarnya memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang memadai. 2. Amanat Konstutusi 1). Pembukaan UUD 1945 ....melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kesejahteraan sosial 2). Pasal 28 ayat (1) UUD 1945 3). Pasal 31 UUD 1945 4). UUSPN No 20 Tahun 2003, Pasal 13 dan 26 3. Landasan Filosofi Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Handout Pendidikan Masyarakat

4. Sosial Budaya a. Nilai sosial budaya digali, dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan guna memperkuat kepribadian bangsa. b. Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global. c. Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik sehingga memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki posisinya di dalam kehidupan masyarakat. 5. Psikologis a. Proses pendidikan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya. b. Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan lainnya, sehingga membutuhkan berbagai nilai-nilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. 6. Landasan Agama Walaupun begitu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan masih menjadi suatu hal yang eksklusif. Hanya golongan masyarakat tertentu saja yang menikmati pendidikan secara memadai, yaitu masyarakat yang memang punya biaya untuk keperluan pendidikan, sedangkan golongan miskin, masyarakat terisolir, penyandang cacat atau orang yang berkebutuhan khusus sangat sulit untuk mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.

E. Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi 1. Arah Pandangan Dasar Pendidikan Nasional Peran pendidikan mesti dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik yang dilayani melalui proses interaksi pendidikan)
Handout Pendidikan Masyarakat

melainkan juga dalam konteks makro yaitu kepentingan masyarakat yang dalam hal ini termasuk masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan pada umumnya. Brubacher (1978), memulai pembahasannya tentang hubungan pendidikan dan masyarakat yang mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Oleh karena itu, pendidikan terjadi di masyarakat, maka pendidikan dituntut untuk mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan secara simultan. Di samping itu, secara mikro, pendidikan juga senantiasa harus memperhitungkan individualitas atau karaktersitik perbedaan antar individu peserta didik. Dengan demikian, acuan pemikiran dalam penataan dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus mampu mengakomodasikan berbagai pandangan secara selektif sehingga terdapat keterpaduan dalam konsep.
1)

Membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan dengan

sektor-sektor lainnya. Keberadaan sistem pendidikan nasional harus senantiasa dimaknai sebagai adanya keharusan untuk bersama-sama dengan sistem lain dalam mewujudkan cita-cita masyarakatnya. Hakikat eksistensi adalah ko-eksistensi. Pendidikan bukan sesuatu yang secara eksklusif terpisah dari sistem sosialnya. Pendidikan sebagai sistem merupakan sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
2)

Pendidikan

adalah

wahana

pemberdayaan

bangsa

dengan

mengutamakan penciptaan dan pemeliharaan konfigurasi komponen-komponen sumber pengaruh secara dinamik, misalnya keluarga, sekolah, media massa, dan dunia usaha.
3)

Prinsip pemberdayaan masyarakat dengan segenap institusi sosial

yang ada di dalamnya, terutama institusi yang dilekatkan dengan fungsi mendidik generasi penerus bangsa. Institusi pendidikan tradisional seperti pesantren, keluarga, dan berbagai wadah organisasi pemuda bukan hanya
Handout Pendidikan Masyarakat

10

diberdayakan sehingga dapat mengembangkan fungsi pendidikan dengan lebih baik, melainkan juga diupayakan untuk menjadi bagian yang terpadu dari pendidikan nasional.
4)

Prinsip kemandirian dalam pendidikan dan prinsip pemerataan

menuntut warga negara secara individual maupun kolektif untuk memiliki kemampuan bersaing dan sekaligus kemampuan bekerja sama.
5)

Dalam kondisi masyarakat yang pluralistik diperlukan prinsip mengutamakan penciptaan, dan pemeliharaan konfigurasi

toleransi dan konsensus. Pendidikan adalah wahana pemberdayaan bangsa dengan komponen-komponen sumber pengaruh secara dinamik.
6)

Prinsip perencanaan pendidikan, oleh karena manusia dan

masyarakat senantiasa berubah, baik mengalami perubahan yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang dapat diterima maupun yang harus ditolak, maka pendidikan juga dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dan melakukan upaya yang tepat serta normatif sesuai dengan cita-cita masyarakatnya. Pendidikan bersifat progresif, tidak resisten terhadap perubahan, tetapi mampu mengendalikan arah perubahan itu.
7)

Prinsip

rekonstruksionis.

Dalam

kondisi

masyarakat

yang

menghendaki perubahan mendasar, artinya juga perubahan berskala besar berdasarkan gagasan besar, maka pendidikan juga harus mampu menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh perubahan besar tersebut. Paham rekonstruksionis mengkritik pandangan pragmatis sebagai suatu pandangan yang cocok untuk kondisi yang relatif stabil. Pendekatan pemecahan masalah bersifat lebih berorientasi masa kini, sedangkan pendekatan rekonstruksionis lebih berorientasi masa depan dengan tetap berpijak pada kondisi sekarang.
8)

Prinsip pendidikan berorientasi pada peserta didik. Dalam

memberikan pelayanan pendidikan, baik sifat-sifat peserta didik yang bersifat umum maupun spesifik harus menjadi pertimbangan. Layanan
Handout Pendidikan Masyarakat

11

pendidikan untuk kelompok usia anak berbeda dengan untuk remaja dan dewasa. Pendekatan pendidikan untuk anak-anak di daerah terpencil tidak dapat disamakan dengan anak-anak perkotaan. Termasuk dalam hal ini adalah perlunya perlakuan khusus untuk kelompok ekonomi lemah, kelainan fisik, atau kelainan mental.
9)

Prinsip pendidikan multikultural. Sistem pendidikan nasional harus

memahami bahwa masyarakat yang dilayaninya bersifat plural. Oleh karena itu, pluralisme perlu menjadi acuan yang tidak kalah penting dengan acuan-acuan lain. Pluralisme merupakan paham yang menghargai perbedaan dan akan lebih baik bila pendidikan dapat mendayagunakan perbedaan tersebut sebagai sumber dinamika yang bersifat positif dan konstruktif.
10)

Pendidikan dengan prinsip global. Pendidikan harus mampu

berperan dan menyiapkan peserta didik dalam korelasi masyarakat global. Namun ada yang perlu diingat dalam pendidikan berwawasan global ini, yaitu pada waktu bersamaan pendidikan memiliki kewajiban untuk melestarikan karakter nasional. Meskipun konsep skala nasional diganti dengan masyarakat global yang tidak lagi mengenal tapal batas karena kemajuan teknologi informasi, pembinaan karakter nasional tetap relevan dan bahkan harus dilakukan. Jepang merupakan satu contoh bangsa yang mengglobal dengan tanpa kehilangan karakternya sebagai suatu bangsa. Negara kebangsaan seharusnyalah menjadi negara yang menyesuaikan kesejahteraan bagi warganya, dan disinilah peran pendidikan sangatlah sentral. Pendidikan mempunyai peran dalam membentuk karakter suatu bangsa, karena pendidikan merupakan landasan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang andal.

2. Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional

a. Visi Pendidikan Nasional


Handout Pendidikan Masyarakat

12

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dalam rangka mendukung transformasi menuju masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis, religius yang berjiwa mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan keunggulan, sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran. Tujuan yang demikian mulia ini mempersyaratkan kepedulian keluarga, masyarakat bersama-sama dengan organisasi, institusi pendidikan nasional yang mandiri, mampu untuk selalu melakukan inovasi menuju ke suatu sistem pendidikan nasional yang unggul. Pengertian mandiri dalam rumusan tersebut mengandung sejumlah unsur penting yaitu kemampuan (abilitas), sifat-sifat demokratis, toleran, kreatif, kompetitif, estetis, kritis, bijaksana, dan moral. Dengan sejumlah sifat tersebut, kemandirian harus diartikan pula dimilikinya kemampuan untuk berperan dalam tata hubungan sistemik dan sinergik, baik pada skala nasional maupun global. Penerapan prinsip keunggulan juga dikandung maksud bahwa keunggulan tersebut hanya dapat dilakukan secara selektif, dengan urutan prioritas, karena tidak mungkin semua sektor diunggulkan. Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa sistem pendidikan nasional (tetap) mengacu kepada nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi ke-Tuhanan, kemandirian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pendidikan nasional memberikan perhatian terhadap kelompok-kelompok khusus yang apabila tidak diperhatikan akan mengalami keterlantaran dan merugikan bangsa. Kelompok khusus yang bila diabaikan akan menimbulkan kerugian pada bangsa adalah kelompok anak-anak berkemampuan luar biasa (anak
Handout Pendidikan Masyarakat

13

berbakat), wanita, dan kelompok usia produktif. Kelompok khusus lain yang bisa semakin telantar bila diabaikan meliputi mereka yang secara ekonomi tertinggal, hidup di daerah terpencil, serta penyandang cacat dan kelainan fisik atau mental. Terhadap kelompok-kelompok khusus ini, dibutuhkan perlakuan khusus secara kelembagaan sehingga terjamin keberlanjutannya. Sementara itu, kapasitas dan kapabilitas organisasi dan manajemen kelembagaan pendidikan di semua tataran perlu ditingkatkan, termasuk di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan. Tidak kalah pentingnya adalah pemantapan organisasi dan manajemen di pusat yang diperlukan untuk pengendalian mutu sesuai dengan kecenderungan globalisasi, dan juga untuk pengaturan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional, misalnya pembinaan persatuan nasional dan subsidi silang bagi wilayah yang mengalami keterbatasan sumber daya. Demikianlah, konsekuensi mendasar dari karakteristik sosio kultural bangsa Indonesia adalah bahwa semangat menjunjung tinggi dan mempertahankan persatuan juga harus berpijak pada sifat bangsa Indonesia yang sangat pluralistik. b. Misi Pendidikan Nasional Dengan visi pendidikan tersebut diatas, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 3. 4. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai dan pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;

Handout Pendidikan Masyarakat

14

5.

memberdayakan RI.

peran

serta

masyarakat

dalam

penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Mengingat luasnya cakupan perbaikan sistem pendidikan nasional, maka perumusan misi pendidikan nasional dibedakan ke dalam tiga misi, yaitu misi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sasaran misi jangka pendek adalah pemulihan dari krisis (crisis recovery). Sasaran misi jangka menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, sehingga terwujud kehidupan manusia dan masyarakat yang cerdas sebagai prasyarat bagi terciptanya masyarakat madani. Sasaran misi jangka panjang adalah terciptanya masyarakat Indonesia baru, yaitu masyarakat madani. Perumusan misi pendidikan nasional tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Misi jangka pendek Misi jangka pendek pendidikan nasional adalah:
a.

melakukan penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu; mengembangkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pendidikan sesuai dengan asas desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah; dan melakukan perintisan program-program pengayaan dan

b. c.

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah aktual yang sangat mendesak untuk diatasi adalah membangkitkan kesadaran akan krisis yang melanda bangsa ini, melakukan program-program tindakan nyata untuk mengatasi krisis kepercayaan diri, dan memberdayakan masyarakat melalui pembinaan keterampilan baru yang berbasis kebudayaan dan tradisi lokal. Dampak krisis yang berlangsung sejak Juli 1997 masih sangat terasa hingga saat ini, sementara tanda-tanda ke arah terjadinya pemulihan belum tampak benar. Oleh karena itu, prioritas jangka pendek adalah menanggulangi dampak krisis. Diyakini bahwa tanpa ada upaya-upaya penanggulangan secara cepat dan tepat, dikhawatirkan akan terjadi pembodohan masal pada bangsa Indonesia yang pada gilirannya akan mengakibatkan apa yang sering disebut sebagai "hilangnya satu generasi". Salah satu dampak krisis
Handout Pendidikan Masyarakat

15

yang paling terasa dalam pendidikan adalah terganggunya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program ini perlu diselamatkan, dan untuk itu berbagai upaya mesti dilakukan untuk mencegah agar program ini tetap berada pada momentumnya sebagaimana pada saat sebelum krisis. Oleh sebab itu, prioritas pertama misi jangka pendek adalah melanjutkan usaha pelaksanaan wajib belajar. Otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan harus diarahkan pada upaya memperkuat komitmen dan kapasitas daerah dalam menuntaskan program wajib belajar. Peningkatan kemampuan kelembagaan merupakan prioritas kedua dalam misi jangka pendek. Reorganisasi jelas diperlukan sehubungan dengan terjadinya pergeseran dalam pengelolaan pendidikan dari pola yang sentralistik menjadi desentralistik. Dalam konteks perubahan ini, organisasi pendidikan di daerah, dalam hal ini kabupaten dan kota, dengan kewenangannya yang sangat luas harus siap menangani urusan-urusan pendidikan yang selama ini ditangani oleh pusat atau provinsi. Tanpa penataan kelembagaan dan manajemen yang baik, otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan hanya akan menghasilkan kemacetan dan bahkan mungkin sekali kemunduran pendidikan. Dalam misi jangka pendek juga disebut tentang perlunya penguasaan iptek. Hal ini dapat dipahami karena penguasaan iptek merupakan proses yang berkelanjutan. Iptek juga dapat mendukung peningkatan efektivitas, mutu, efisiensi, dan akuntabilitas kinerja system pendidikan. 2) Misi jangka menengah Misi jangka menengah pendidikan nasional adalah menciptakan sistem, iklim, dan proses pendidikan yang demokratis dan mengutamakan mutu, mampu mengembangkan manusia dan kehidupan masyarakat Indonesia yang cerdas, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan, kreatif, inovatif, sehat, berdisiplin, bertanggung jawab, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Penekanan misi pendidikan jangka menengah adalah memantapkan, mengembangkan dan melembagakan secara berkelanjutan apa yang telah
Handout Pendidikan Masyarakat

16

dirintis dalam misi jangka pendek, baik berupa masyarakat dan sistem pendidikan yang lebih berdaya, perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional. Diharapkan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kehidupan bangsa telah kembali normal. Peserta didik tidak lagi dihadapkan pada lingkungan yang penuh potensi konflik, membingungkan, dan juga mengkhawatirkan. Dalam kondisi normal, sistem pendidikan dapat berfungsi lebih baik, yang dengan itu bukan saja dapat dihasilkan manusia yang bermutu, melainkan juga mampu mengembangkan Iptek yang bermanfaat bagi kehidupan dalam skala lokal, nasional, dan bahkan internasional. 3) Misi jangka panjang Misi jangka panjang pendidikan nasional adalah melakukan pembudayaan dan pemberdayaan sistem, iklim, dan proses pendidikan nasional yang demokratis dan mengutamakan mutu dalam perspektif nasional dan global. Penekanan misi jangka panjang adalah pembudayaan bagi terbenhrknya nilai-nilai baru dalam keseimbangan yang baru dan dalam konteks struktur masyarakat baru. Perubahan kebudayaan membutuhkan waktu, dan oleh karena itu pembudayaan sebagai hasil pemberdayaan sistem pendidikan nasional dituangkan sebagai misi jangka panjang. Pembudayaan mengimplikasikan bahwa yang terjadi bukan hanya konservasi budaya, melainkan sebuah proses yang bersifat aktif-kreatif dan berkelanjutan, selaras dengan perkembangan lingkungan. Pada waktunya, manusia dan masyarakat Indonesia mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai demokratis dan religius dalam kehidupan keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat, dan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehidupan yang cerdas dan mandiri tercermin dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik, dan hukum. Keunggulan menjadi suatu kebutuhan, dan persaingan dan kerja sama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam konteks perkembangan global, aktualisasi diri

Handout Pendidikan Masyarakat

17

menuntut adanya penguasaan iptek, karena itu melek iptek menjadi kebutuhan nyata dalam masyarakat c. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multidimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan:
1) Kepribadian kuat, religius, dan menjunjung tinggi budaya luhur bangsa; 2) Kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan

bernegara;
3) Kesadaran moral hukum yang tinggi; dan 4) Kehidupan yang makmur dan sejahtera.

UNESCO (1996) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be), dan bclajar menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Dalam konteks Indonesia, penerapan konsep pilar-pilar pendidikan ini adalah bahwa sistem pendidikan nasional berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sektor kehidupan guna mewujudkan kehidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan mengutamakan persatuan dan
Handout Pendidikan Masyarakat

18

kesatuan. Satu hal perlu dicatat bahwa proses pendidikan tidak terbatas hanya berlangsung di lembaga pendidikan, melainkan sesuai dengan prinsip pendidikan sepanjang hayat terjadi di manapun misalnya dalam keluarga, di tengah masyarakat, dan bahkan dalam lingkungan kerja. Misi pendidikan yang diemban oleh lembaga-lembaga tersebut sama pentingnya dengan proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah atau institusi pendidikan lainnya di luar sekolah. 3. Demokratisasi Pendidikan Untuk terwujudnya masyarakat madani yang memiliki kesiapan dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi, maka dunia pendidikan dituntut untuk melakukan pembenahan yang mengarah pada terciptanya pendidikan yang lebih demokratis, akuntabel, dan bermutu. Dalam konsep masyarakat berbasis komunitas mengandung pengertian bahwa pendidikan harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi arah perubahan masyarakatnya, dan tugas pendidikan adalah membantu masyarakat menuju perubahan yang diinginkan itu. Dengan konsep masyarakat berbasis komunitas, pendidikan juga diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas sebagai tahap menuju masyarakat Indonesia baru yang terbuka, demokratis, atau populer disebut sebagai masyarakat madani (civil society). Menurut Tilaar (2000), upaya yang dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan adalah sebagai berikut. a. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan Upaya perluasan dan pemerataan pendidikan telah ada secara formal sejak tahun 1984 untuk tingkat SD, dilanjutkan pada tahun 1994 untuk pendidikan dasar sembilan tahun. Hasil yang telah dicapai cukup memuaskan yang ditunjukkan dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Masyarakat (APM). Namun, akibat terjadinya krisis ekonomi dan terjadinya konflik sosial di berbagai daerah yang mengganggu program-program pendidikan, angka partisipasi pendidikan menjadi terganggu. Untuk dapat menyelamatkan generasi mendatang dari ancaman

Handout Pendidikan Masyarakat

19

kebodohan dan kemunduran, peningkatan partisipasi pendidikan merupakan agenda yang tidak dapat diabaikan. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di wilayah terpencil, pemantapan peran SD Kecil dan SLTP Terbuka, penggalakan-Kejar Paket A dan B, pemantapan sistem terpadu untuk anak berkelainan, dan peningkatan keterlibatan masyarakat untuk menunjang pendidikan untuk semua (education for all). Demikian pula agar lebih bermakna, pemerataan pendidikan tidak hanya bernuansa kuantitatif, melainkan juga kualitatif. Termasuk dalam strategi perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan ini adalah pengembangan pendidikan alternatif sebagai wahana untuk aktualisasi asas pendidikan sepanjang hayat. Tidak kalah pentingnya adalah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam perlu diposisikan kembali sehingga tidak kehilangan karakternya sebagai wahana pendidikan yang populis yang berperan besar dalam memperkaya pendidikan nasional.
b. Pendidikan untuk semua (education for all)

Ada kecenderungan bahwa program pendidikan hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan yang diklaim oleh masyarakat sebagai sekolah "favorit". Pada sekolah ini tidak cukup ruang bagi kelompok lain untuk mengakses pendidikan tersebut. Apabila dibiarkan, maka kondisi ini dapat berdampak pada perlakuan yang diskriminatif terhadap anak bangsa. Di samping itu, masih banyak anak usia sekolah yang belum terjangkau oleh pendidikan; atau kalaupun sekolah tersedia dalam jarak yang terjangkau, kendalakendala psikologis dan budaya masih menghalangi mereka untuk memasuki sekolah. Untuk memecahkan masalah ini, maka perlu diakomodasi ide-ide "pendidikan untuk semua", yang antara lain membuka kesempatan bagi semua siswa untuk mengakses pendidikan di mana pun dan kapan pun. Di samping itu, diciptakan suasana belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak dari berbagai strata dan latar belakang sosial budaya. c. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi masyarakat

Handout Pendidikan Masyarakat

20

Upaya mencapai sasaran pendidikan selama ini masih banyak bergantung pada lembaga pendidikan formal yang konvensional atau sejumlah lembaga pendidikan nonformal, baik yang langsung di bawah tanggung jawab pemerintah maupun swasta. Padahal untuk menjangkau semua peserta didik, kemampuan lembaga tersebut terbatas mengingat beragamnya kondisi geografis dan budaya masyarakat Indonesia. Untuk itu, dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar dan untuk membelajarkan lebih banyak warga negara, perlu terus diupayakan pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan untuk menjadi wahana pendidikan dan pembelajaran. d. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan Selama ini ada anggapan bahwa pendidikan belum dirasakan sebagai hak asasi yang harus dipenuhi sehingga sebagian masyarakat dan orang tua masih kurang peduli terhadap pendidikan anak-anak, Sikap yang demikian tidak dapat dibiarkan secara terus menerus, karena dapat menurunkan martabat anak, orang tua, masyarakat, dan bahkan pemerintah. Untuk masa mendatang, pengakuan hak pendidikan bagi semua anak perlu disosialisasikan ke tengah masyarakat luas. e. Kerja sama dengan dunia usaha usaha dan industri Sejumlah industri dewasa ini telah menaruh perhatian positif terhadap pendidikan. Perhatian itu diwujudkan dengan pemberian beasiswa, orang . tua asuh, dan bentuk partisipasi lainnya. Untuk dapat menunjukkan tanggung jawabnya yang lebih tinggi, semua industri besar maupun kecil diharapkan dapat menyediakan jumlah tertentu dari pengeluarannya untuk pendidikan. Bentuknya bisa berupa dana khusus untuk pendidikan atau pemberian kesempatan kepada siswa/sekolah untuk menggunakan misalnya; untuk kepentingan praktek. Sebaliknya, fasilitas industri, kepada dunia

usaha/industri yang berperan aktif dalam mendidikan perlu diberikan insentif dalam bentuk, misal , kemudahan perizinan pemberian penghargaan, dan sebagai BAB II KOMPONEN DAN PEMBERDAYAAN
Handout Pendidikan Masyarakat

21

PENDIDIKAN MASYARAKAT

A. Komponen Kegiatan Belajar Dalam sistem pembelajaraan terdiri dari beberapa komponen yang meliputi masukan mentah (raw input), masukan sarana (instrumental input), masukan lingkungan (enviromental input), masukan lain (other input) dan pengaruh (impact)
1. Raw Input (Masukan mentah)

Raw input yaitu pembelajar dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri ciri yang berhubungan dengan faktor internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman, sikap, minat, kebutuhan belajar, keterampilan serta ciri-ciri yang berkaitan dengan faktor eksternal seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status sosial, budaya, biaya dan sarana belajar serta cara kebiasaan belajar.
2. Enviromental input (MasukanLingkungan)

Masukan lingkungan yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan, meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan daerah dan lingkungan internasional.
3. Instrumental input (masukan sarana)

Meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi warga belajar dapat melakukan kegiatan belajar. Misalnya berbagai fasilitas belajar meliputi tempat belajar, metode belajar, pendidik(tutor) materi dan kurikulum dan media belajar. 4. Proses pendidikan Menyangkut interaksi antara sumber belajar dengan pembelajar yang didalamnya terjadi proses pembelajaraan. Pada hakikatnya proses belajar
Handout Pendidikan Masyarakat

22

mengajar

adalah

kegiatan

membelajarkan,

mendidik,

melatih

dan

membimbing pembelajar. Dimana proses tersebut dilakukan secara mandiri dan berkelompok.
5. Out Put (keluaran)

Keluaran yaitu hasil belajar berupa lulusan yang disertai kualitas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dialami oleh pembelajar sebagai akibat proses pembelajaraan.
6. Other Input (masukan lain)

Merupakan sumber daya pendukung lainnya yang memberikan kesempatan pada lulusan untuk dapat mengaplikasikan kemampuan yang telah didapatkan atau dimilikinya. Masukan ini meliputi dana atau modal, lapangan kerja atau usaha, informasi, alat dan fasilitas pemasaran, pekerjaan, koperasi, paguyupan pembelajar, latihan lanjutan, bantuan eksternal dan lain sebagainya.
7. Impact (Pengaruh)

Menyangkut hasil yang dicapai, pembelajar diharapkan setelah program selesai adalah mampu memanfaatkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari, dapat memecahklan masalah kehidupan dan lingkungannya, serta meningkatkan kesejahteraan pengetahuannya sebagai sarana untuk memiliki akses diberbagai bidang kehidupan. Pada gilirannya diharapkan mereka mampu untuk memberdayakan diri sendiri, keluarga dan menjadi masyarakat yang gemar belajar (learning society).

Kebutuhan Belajar Sumber Belajar

Agen/Pembi na/Fasilitator

SISTEM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Handout Pendidikan Masyarakat


Kelompok Belajar/Wad ah Pembelajara n

23

Program Pembelajara n

Gambar 2.1 Komponen kegiatan belajar B. Pendidikan NonFormal Sebagai Jalan Menuju Masyarakat Gemar Belajar Kita sadari bahwa pendidikan meruapakan usaha sadar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal, melalui proses pembelajaraan. Jalur pendidikan nonformal sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Amanat Undang-undang tersebut secara otomatis telah menjamin eksistensi pendidikan nonformal seperti yang tertuang pada pasal 13 dan 26. Pasal 13 memuat kedudukan pendidikan informal, nonformal dan formal yang saling melengkapi dan memperkaya sedangkan pada pasal 26 mengatur teknis penyelenggaraannya. Pada pasal ini ditekankan pentingnya pendidikan nonformal untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, mengembangkan diri, bekerja dan usaha mandiri.
Handout Pendidikan Masyarakat

24

C. Sepuluh Patokan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) 1. Warga Belajar a). Melarat karea terlantar pendidikannya, b). Mempunyai kemampuan belajar (educable, trainable) c). Jelas kemauan (hasrat belajarnya, jelas, pengetahuan, pengertian, pengalaman, keterampilan dan kemahiran serta budi pekerti, budi bahasa dan akal) yang mau dipelajarinya, dan d). Telah tergerak hatinya untuk belajar.
2. Ragi Belajar, yaitu zat yang dapat menumbuhkan proses belajar spontan

yang mendatangkan hasil dan menghasilkan ragi baru untuk belajar lebih lanjut.
3. Adanya Sumber Belajar yaitu warga masyarakat yang memiliki ilmu dan

kemampuan serta skill, yang bersedia dipelajari, digurui dan dimagangi oleh siapa saja yang memerlukannya dengan syarat yang ringan atau kalau mungkin tanpa syarat.
4. Terbentuknya Paguyuban Belajar. Rukun belajar atau kelompok belajar,

yaitu para warga belajar yang menghimbun diri dalam kelompok karena sama-sama memiliki hasrat belajar, sama-sama ingin belajar, ingin belajar bersama atau ingin saling belajar.
5. Terbentuknya pamong kegiatan belajar (Pamong) yaitu sebuah organisasi

yang warganya terdiri dari warga masyarakat sendiri yang mempunyai tekad dan itikad meningkatkan taraf pendidikan sesamanya melalui proses belajar, Pamong adalah sutradara belajar.
6. Tersedianya PANTI Kegiatan Belajar, yaitu tempat yang memenuhi

persyaratan minimal untuk bisa berfungsi sebagai dan atau dapat menampung kegiatan belajar warga masyarakat atau warga belajar.
Handout Pendidikan Masyarakat

25

7. Tersedianya Sarana Belajar, yaitu bahan, alat, perkakas, perabot dan

kelengkapan minimal lainnya yang mutlak diperlukan agar ragi belajar dapat berproses.
8. Tersediannya Dana Belajar yaitu barang, uang atau jasa yang secara minimal

diperlukan untuk menjamin kelestarian atau menjalankan kegiatan atau proses beajar yang murah tapi bermanfaat bagi warga belajar dan warga masyarakat sekitarnya.
9. Adanya Program kegiatan belajar yaitu serangkaian usaha atau acara

belajar yang disusun bersama dalam musyawarah warga belajar atau warga masyarakat.
10. Dinikmatinya HASIL BELAJAR atau produk kegiatan belajar, yaitu hasil

belajar sebagai proses belajar.

D. Masyarakat Pembelajar Melalui Pendidikan Berbasis Luas.

Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas di masyarakat. Wardiman (1998:73) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar (fondasi yang kuat). Dengan demikian broad-based education diartilkan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih luas, kuat dan mendasar, sehingga memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terladi pada dirinya baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaannya.

Handout Pendidikan Masyarakat

26

Gambar 2.2
Belajar tidak bertumpu pada sekolah, tetapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

a) Landasan konsep pendidikan berbasis luas l. Filosofi Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. 2. Sosial budaya a. b. Nilai sosial dan budaya digali, dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan guna memperkuat kepribadian bangsa. Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsifungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global.
c.

Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonorni dan politik sehingga memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki posisinya di dalam kehidupan masyarakat.

3. Psikologis
a.

Proses

pendidikan

diarahkan

untuk

mengoptimalkan

karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya.
Handout Pendidikan Masyarakat

27

b. Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan

lainnya, sehingga membutuhkan berbagai nila-inilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. b) Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup dengan pendekatan pendidikan berbasis luas pada jalur luar sekolah. 1. Adanya penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang berbasis sempit (narrow-based curriculum) menjadi berbasis mendasar, kuat dan luas (broad-based curriculum). 2. 3. Pelaksanaan evaluasi difokuskan kepetensi warga belajar yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement Warga belajar dilatih mencapai tingkat keberhasilan tertentu, dituntut untuk tidak mudah puas, sehingga tetap didorong untuk mencapai keberhasilan yang lebih tinggi (optimal). 4. 5. Peningkatan mutu dan pembentukan bekal menghadapi berbagai perubahan yang berkembang semakin cepat. Membuka wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat sehingga mampu mengoptimal-kan potensi yang ada, merubah tantangan menjadi peluang bagi kehidupannya. 6. Membentuk dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program keterampilan hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap progam sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. 7. 8. Memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan didalam rangka mendukung program keterampilan hidup. Mengoptimalkan peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan dan mengembangkan program keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah/lokal.

Handout Pendidikan Masyarakat

28

9.

Meningkatkan kerjasama dengan unit kerja terkait, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya dalam mendukung pelaksanaan program keterampilan hidup.

Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas di atas diperkuat dengan gagasan dari UNESCO berkaitan dengan Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai proses memperluas pilihan masyarakat. Secara konseptual hal ini dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Pendidikan Berbasis Luas


Sumber: UNESCO Principal regional Office For Asia and The Pacifik, ATLP-CE Volume I, Continuing Education: New Plicies and directions, Bangkok 1995

Pada Gambar 2.3, tampak ada perubahan paradigma konsep pendekatan pengembangan sumber daya manusia. Sekolah hanyalah bagian kecil lembaga pendidikan di masyarakat sebagai wahana untuk meningkatkan berbagai kemampuan dan keterampilan anggota masyarakat. Perubahan yang paling mendasar adalah pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada dalam masyarakat, baik itu lembaga pendidikan nonformal, lembaga yang didirikan oleh individu, sekolah, lembaga swadaya rnasyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan, ataupun lembaga swasta yang mempelopori aktivitas pengembangan sumber daya manusia. Pendekatan pendidikan berbasis luas dalarn program pendidikan keterampilan untuk hidup mendasarkan konsep atau gagasan secara menyeluruh tentang pendidikan untuk pengembangan manusia secara utuh.

Handout Pendidikan Masyarakat

29

E. Masyarakat Pembelajar Sebagai Proses Pemberdayaan

Mewujudkan masyarakat pembelajar adalah juga sebuah proses pemberdayaan yang harus terus menerus dilakukan. Proses pemberdayaan tersebut rnencakup proses merubah sikap dan perilaku budaya dari masyarakat yang tidak gemar belajar menjadi masyarakat yang gemar belajar (learning society). Belajar merupakan proses interaksi terus-menerus antara pembelajar dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajar yang berhasil, dapat dikatakan bahwa ia telah sukses memberdayakan dirinya menjadi lebih unggul dibanding sebelumnya. Secara umum, pemberdayaan merupakan konsep yang berasal dari kata empowerment sebagai bentuk kata dari kata power yang bermakna sebagai "daya". Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam, tetapi dapat diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Pemberdayaan dapat dimaknai dalam dua pengertian. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi dan keterbelakangan dari kebodohan melalui penyelenggaraan pendidikan. Kedua, memperkuat lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan pemerintahan maupun budaya. Kindervatter (1979: 62) mengemukakan "People, gaining an understanding of and control over social, economic, and/or political forces in order to improve their standing in society". Jadi, pemberdayaan adalah tercapainya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atau politik yang mungkin diperankannaya sehingga dapat memperbaiki kedudukannya (status) dan perannya (role) dalam masyarakat. Dalam makna ini, pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi dan kemampuan manusia berkenaan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bereksistensi diri dan pada gilirannya dapat berpartisipasi serta memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Faktor yang menentukan dalam proses pemberdayaan adalah pada tahap pengembangan
Handout Pendidikan Masyarakat

30

kesadaran diri dan potensi diri yang dimiliki, sehingga dapat siap untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan rasa percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Apabila rasa kesadaran telah dimiliki maka langkah selanjutnya adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri untuk melakukan tindakan, belajar dan melatih keterampilan yang dibutuhkannya untuk kehidupannya. (Kindervatter, 1979). Dalam pemahaman demikian, pada proses pemberdayaan aspek penguatan dan keyakinan diri dari individu merupakan faktor utama. Pemberdayaan akan berkaitan dengan perasaan individu, harga diri dan keyakinan diri dan tidak dapat dipisahkan dari segenap aspek kehidupan manusia secara sosial, psikologis, ekonomi maupun politik. Pemberdayaan merupakan proses yang diarahkan bagi penguatan kemampuan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kedudukannya dalarn masyarakat. Oleh karena itu, proses pemberdayaan akan menyangkut pula nilai-nilai budaya seperti kerja keras, hidup hemat, keterbukaan dan bertanggung jawab. Potensi
SDM Nilai Sosial-budaya Pranata Sosial SDA Kebutuhan/Masalah

HARAPAN / TUJUAN

PROSES PEMBANGUN AN

RASA MEMILIKI KEMANDIRIAN KEPERCAYAAN DIRI

TUJUAN

Gambar 2.4 Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat Konsep pemberdayaan dalam kaitan dengan masyarakat pembelajar rnerupakan konsep yang terkandung pula nilai-nilai sosial di samping nilai ekonomi. Konsep pemberdayaan ini lebih luas dari sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep pertumbuhan ekonomi pada masa lalu. Konsep pemberdayaan bertitik tolak
Handout Pendidikan Masyarakat

31

dari pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Pernberdayan melalui perwujudan masyarakat pembelajar secara otomatis menurnbuhkan daya keunggulan seorang pembelajar melalui pengetahuan yang diserapnya selama proses pembelajaran. Dalam kerangka pemikiran demikian, upaya pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat gemar belajar dapat dilihat dari tiga sisi (Kartasasmita, 1997: 5), yakni: (a) menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya membangun daya dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. (b) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif, selain menciptakan iklim dan suasana. Langkah tersebut antara lain; menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Adanya program khusus bagi individu, masyarakat yang kurang berdaya sangat diperlukan. (c) memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dapat dicegah yang lemah semakin lemah, tetapi diberi dorongan agar yang lemah mempunyai kekuatan. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi diri dari interaksi dengan lingkungan baik internal maupun eksternal. Kata melindungi harus dapat dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat dan tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalain proses pemberdayaan, upaya memperoleh pengetahuan dan kemnampuan oleh individu, kelompok, maupun masyarakat bertujuan untuk rnemahami dan mengendalikan aspekaspek kehidupan untuk meningkatkan derajat kehidupan. Oleh karena itu, aspek perolehan pengetahuandan keterampilan serta kemampuan diri bukan tujuan akhir dari suatu proses pemberdayaan. Penting diperhatikan adalah
Handout Pendidikan Masyarakat

32

upaya memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perwujudan masyarakat pembelajar dalam konteks pendidikan sepanjang hayat maka pelaksanaan pemberdayaan yang diarahkan untuk kepentingan kehidupan ekonomi masyarakat menjadi penting dilakukan. Konsep pemberdayaan dilihat dari pendekatan dalam proses pemberdayaan antara lain: melalui self reliance yaitu pendekatan dengan berorientasi pada terciptanya rasa mampu diri, percaya pada diri sendiri dan mandiri. Kindervatter (1979:46) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan meliputi; pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented), pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan berdasarkan rasa terciptanya percaya diri dan kemandirian (self reliant), pendekatan yang mengutamakan aspek lingkungan (ecological sound), pendekatan yang berorientasi transformasi structural (based on structural transformation). Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang menjelaskan berbagai upaya untuk memperkuat posisi seseorang untuk melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah motivasi untuk memahami kondisi dan situasi kerja sehari-hari serta menumbuhkan kemampuan dan keberanian mereka untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang mereka hadapi, sehingga kuncinya adalah membangun partisipasi. Dalam posisi ini, pemberdayaan masyarakat melalui perwujudan masrakat pembelajar adalah proses mengangkat harkat dan martabat seseorang atau kelompok masyarakat menjadi memiliki pengetahuan yang didapatnya melalui proses pembelajaran. Pengetahuan ini kemudian mengubah perilakunya dan difungsionalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mewujudkan masyarakat gemar belajar merupakan suatu bentuk kegiatan budaya maka untuk mengubah perilaku masyarakst gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari

Handout Pendidikan Masyarakat

33

anggota masyarakat kita. Perubahan budaya tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal.

BAB III SATUAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pada ketentuan umum pasal 1 ayat (10) tercantum bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bagi seseorang tidak hanya diperoleh yang lebih cenderung dilaksanakan pada lingkungan masyarakat. Satuan dan program pendidikan masyarakat banyak sekali jenisnya, sehingga dengan mempelajarinya dapat memahami dan membuka wawasan cakrawala bagi seorang pendidik bahwa proses pembelajaraan tidak hanya dapat diselenggarakan berbagai program pendidikan yang dapat berperan sebagai komplemen, suplemen dan substitusi terhadap pendidikan formal.

B. Satuan Pendidikan di Masyarakat Dengan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
1.

Kursus 34

Handout Pendidikan Masyarakat

Istilah kursus merupakan terjemahan dari course dalam bahasa Inggris, yang secara harfiah berarti mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Dalam PP No 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Menurut Artasasmita (1985), kursus adalah sebagai mata kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja, terorganisir dan sistematik untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam kurun waktu yang relatif singkat agar mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dari dan masyarakat. Contoh : Kursus menjahit, kursus komputer, kursus kecantikan.
2.

Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk membiasakan atau memberikan kecakapan kepada individu agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya. Menurut artasasmita (1985), pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan mengutamakan praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisiensi dan efektif. Contoh pelatihan kepemimpinan, pelatihan tutor, pelatihan metode pembelajaraan.

3.

Kelompok Belajar

Handout Pendidikan Masyarakat

35

Kelompok belajar yiatu salah satu wadah dalam rangka membelajarkan masyarakat. Menurut Zaenudin (1985), kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang. Contoh : Kelompok belajar paket A, Kelompok Belajar Paket B dan Kelompok Belajar Usaha.
4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Dengan mengacu kepada pendapat sihombing (2001), PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap hoby dan bakat warga masyarakat.
5.

Majelis Taklim Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan dari kebutuhan masyarakat (bottom up approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya agama islam. Melalui majelis taklim dibahas berbagai aspek yang ditinjau dari sudut pandang agama islam.

6.

Satuan Pendidikan yang sejenis Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada luar satuan yang sudah dijelaskan terdahulu. Satuan lainnya di antaranya pesantren, sanggar seni, TKA/TPA. Pesantren adalah lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan keagamaan. Pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam. Sanggar seni lebih ditujukan pada tempat kegiatan khusus dalam seni yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa.

Handout Pendidikan Masyarakat

36

Sementara agama islam.

itu,

'I'KA/TPA

yaitu

lembaga

pendidikan

khusus

diperuntukkan hagi anak usia dini dalam bidang keagamaan, khususnya

C. Program Pendidikan Di Masyarakat Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada pasal 26 ayat (3), tercantum program pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan pemberdaya-an perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 1. Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan kecakapan hidup adalah kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsur penting untuk lebih mandiri. Pendidikan kecakapan hidup berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan (learning to know), belajar untuk dapat berbuat/bekerja (learning to do) belajar untuk menjadi orang yang berguna (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama dengan orang lain (learning to live together). Berdasarkan prinsip di atas, pada dasarnya pendidikan kecakapan hidup bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja danl berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. 1). Ciri pembelajaran life skill Ciri pembelajaran life skill menurut Depdiknas (2003) sebagai berikut: a.
b.

Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. Terjadi proses penyadaran untuk bersama. Terjadi keselarasan kegiatan belajar unuk mengembangkan diri belajar, usaha mandiri, usaha bersama.

c.

Handout Pendidikan Masyarakat

37

d. e. f. g. h.

Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu. Terjadi proses interaksi saling belajar para ahli. Terjadi proses penilaian kompetensi. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

2). Prinsip life skill Beberapa prinsip menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002), sebagai berikut: a. Etika sosio religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat diintegrasikan.
b. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to

do, learning to be, learning to live together, and learning to cooperate. c. Pengembangkan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan. d. Menetapkan manajemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait yang ada dalam masyarakat.
e. Paradigm learning to life dan school for work dapat menjadi dasar

kegiatan pendidikan, sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja. f. Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik. 2. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Secara umum tujuan dari program PAUD adalah memberikan dukungan bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya anak usia dini serta

Handout Pendidikan Masyarakat

38

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Berorientasi pada kebutuhan anak Berpusat pada anak Dilaksanakan dalam suasana bermain Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang Merangsang semua indranya Mengembangkan semua aspek kecerdasannya Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media

pembelajaraan Menggunakan pembelajaraan tematik dan terpadu

3. Pendidikan Kepemudaan Pendidikan kepemudaan adalah program pendidikan yang sasarannya khusus pemuda. Program kepemudaan yang dikembangkan di Indonesia ini contohnya adalah dengan dibentuknya Kelompok Usia Pemuda Produktif (KUPP). Melalui program KUPP diharapkan para pemuda melalui kemampuan tertentu dalam bidang usaha sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. 4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Pendidikan pemberdayaan perempuan diperuntukkan khusus untuk perempuan. Hal ini didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang belum berdaya, padahal mereka memiliki potensi yang perlu dikembangkan.

5. Pendidikan Keaksaraan Pendidikan keaksaraan yang dikembangkan saat ini adalah program keaksaraan fungsional yang pada dasarnya merupakan suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya. Program keaksaraan fungsional pada dasarnya memiliki tujuan:
Handout Pendidikan Masyarakat

39

a.

meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat;

b. memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaannya

dalam membaca, menulis, berhitung dan berbuat;


c.

menemukan jalan untuk mendapatkan sumber-sumber kehidupan sehari hari warga belajar;

d. meningkatkan keberanian warga masyarakat untuk berhubungan dengan

lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan belajarnya;


e.

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimasyarakat;

f.

meningkatkan

kesejahteraan

keluarga

melalui

keterampilan

dan

kebudayaan di masyarakat. 6. Pendidikan Keterampilan Program pendidikan keterampilan ditu,jukan untuk membekali warga belajar dalam bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal usaha. Dengan keterampilan yang dimiliki diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dirinya untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya. Program pendidikan keterampilan yang dapat dikembangkan dalam masyarakat adalah a. keterampilan dalam bidang kemampuan bahasa; b. keterampilan dalam bidang berumah tangga; c. keterampilan dalam bidang penampilan diri; d. keterampilan dalam bidang usaha; dan c. keterampilan dalam bidang pekerjaan jasa.

7. Pendidikan Kesetaraan Dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun, pendidikan kesetaraan melalui pendidikan nonformal mendapat perhatian cukup tinggi. Hal ini terjadi karena program wajar dikdas 9 tahun tidak hanya bisa ditangani melalui pendidikan formal saja.
Handout Pendidikan Masyarakat

40

Banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena berbagai alasan, di antaranya tidak ada biaya, harus bekerja membantu orang tua. Mereka terpaksa putus sekolah baik pada tingkat SD, SLP maupun SLTA. Program Kesetaraan yang ada di masyarakat yaitu mencakup: Kelompok ; Belajar (Kejar) Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. Menurut Zaenudin (2005), Kejar Paket A yaitu suatu upaya belajar dan bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi kelompok untuk meningkatkan pendidikan warga belajar, sehingga setara dengan Sekolah Dasar melalui Paket A sebagai media/bahan belajarnya. Menurut PP No. 73 tahun 1991, Kelompok Belajar Paket B diselenggarakan membelajarkan atas pendidikan bagi warga dasar sekumpulan masyarakat umum dan warga belajar untuk memperoleh dengan untuk pendidikan setara SLTP. Program Kejar Paket B, yaitu suatu kegiatan melalui proses belajar menggunakan buku Paket B sebagai sarana belajar utama, yang isinya terdiri pendidikan keterampilan mengusahakan mata pencaharian, yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) (Juklak Paket B, 1993). Sementara itu, Kejar Paket C, yaitu suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat melalui proses belajar yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. (SLTA).

BAB IV PENDEKATAN PEMBELAJARAAN DALAM BERBAGAI SATUAN PENDIDIKAN di MASYARAKAT

Handout Pendidikan Masyarakat

41

A. Pendekatan Pedagogi Dalam Pembelajaran

Istilah pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani paid artinya anak dan agogos artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children) Di dalam model pedagogi, guru bertanggung jawab penuh untuk menentukan segala keputusan mengenai hal-hal yang akan dipelajari bagaimana dipelajarinya, kapan dipelajarinya, dan kapan berakhirnya. Di dalam model ini guru yang memiliki peranan dalam pembelajaran, karena didasari oleh beberapa asumsi mengenai peserta didik yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan untuk mengetahui (The need to know)

Peserta didik diasumsikan hanya butuh mengetahui tentang segala sesuatu yang diajarkan guru jika mereka menginginkan kelulusan dari mendapatkan peningkatan.
2. Konsep diri peserta didik (The leaners self konsep).

Konsep guru mengenai peserta didik bergantung pada kepribadian, oleh karena itu konsep diri peserta didik juga bergantung pada kepribadiannya tersebut.
3. Peran pengalaman (The role of experience)

Pengalaman peserta didik merupakan sumber belajar sehingga teknik pemindahan informasi merupakan yang paling dominan dalam pendekatan pedagogik.
4. Kesiapan untuk belajar (Readiness to learn)

Peserta didik disiapkan untuk mempelajari sesuatu hal yang disampaika pada mereka oleh seorang guru.
5. Berorientasi belajar (Orientation to learning)

Peserta didik berpusat pada orientasi mata pelajaran untuk dipelajari. Peserta belajar melaksanakan belajar selama mereka mempelajari isi mata pelajaran, sehingga pengalaman belajar diorganisasikan menerima kandungan mata pelajaran yang logis.
6. Motivasi (Motivation)

Peserta belajar dimotivasi untuk belajar oleh guru, sehingga sifatnya ekstrinsik.
Handout Pendidikan Masyarakat

42

Pembelajaran sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

dengan

menggunakan

pendekatan

pedagogi,

proses

pembelajarannya cenderung teacher centerd. Hal ini dilandasi dengan ciri-ciri adanya dominasi guru dalam pembelajaran; bahan belajar terdiri dari konsep-konsep yang datangnya dari guru; materi lebih cenderung bersifat informasi; peserta didik tinggal menerima instruksi yang ditentukan oleh guru.

B. Pendekatan Andragogi Dalam Pembelajaran Andragogi berasal dari kata andr dan agogos. Dalam bahasa yunani, andr berarti orang dewasa, sedangkan agogos berarti memimpin, mengamong atau membimbing. Dengan demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Knowles (1980), memberi makna andragogi Aner bermaksud man atau adult dan agogus bermaksud leader of. Yang mempunyai makna berlainan dengan pembelajaran anak-anak. Andragogi adalah seni dan sains bagi membantu pembelajaran orang dewasa. Walaupun begitu, kedua-duanya saling berkaitan antara satu sama lain. Andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran penerapan model. Andragogi tidak hanya ketika menghadapi peserta didik yang sudah dewasa, tetapi dapat juga diterapkan ketika menghadapi anak-anak dan remaja. Dengan menerapkan model andragogi dalam pembelajaran, maka prose pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik yang digunakan dapat melibatkan peserta didik secara maksimal. Keterlibatan peserta didik merupakan kunci keberhasilan dalam penggunaan pendekatan andragogi. Menurut pandangan andragogi, setiap pendidik harus mampu membantu peserta didik dalam Penyelenggaraan Pendidikan:
1. menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerja sama dalam

merencanakan program pembelajaran; 2. menemukan kebutuhan belajar;


Handout Pendidikan Masyarakat

43

3. merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar; 4. merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik; 5. melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat; dan
6. menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk

kegiatan pernbelajaran selanjutnya. Teori andragogi yang telah dikembangkan oleh Knowles banyak memperoleh dukungan dari para pakar pendidikan lainnya, seperti Darkenwald dan Meriam (1982), Patricia Gross (1985), serta Jarvis (1985). Inti teori andragogi adalah teknologi keteriibatan diri (ego) peserta didik. Artinya bahwa kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran peserta didik terletak pada keterlibatan diri mereka dalam proses pembelajaran. Asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dalam teori andragogi adalah sebagai berikut. 1. Orang Dewasa Mempunyai Konsep Diri Orang dewasa memandang bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membuat suatu keputusan, dapat menghadapi segala risiko dari keputusan yang diambil, serta dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri adalah hal yang arnat penting bagi orang dewasa. Seorang yang dewasa memerlukan perilaku orang lain yang menghargai terhadap dirinya, misalnya, dalam hal penghargaan terhadap pengambilan keputusan yang menyangkut, kehidupan dirinya dan lingkungannya. Sikap yang terkesan menggurui orang dewasa cenderung akan ditanggapi negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peserta didik yang dewasa cenderung akan menghindari menolak, dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak-anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sebaliknya, jika mereka diperlakukan dengan penuh penghargaan dalam situasi pembelajaran, maka, mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam proses pembelajaran. Karakteristik orang dewasa ini memberikan implikasi praktis dalam proses
Handout Pendidikan Masyarakat

44

pembelajaran. Mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam mendiagnosis kebutuhan belajar dan dalam merancang program pembelajaran. Kegiatan belajar hendaknya bercorak antisipatif dan partisipatif. Pendidik hendaknya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan/atau narasumber bagi peserta didik orang dewasa. 2. Orang Dewasa Mempunyai Akumulasi Pengalaman Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda dengan orang dewasa lainnya sebagai akibat dari perbedaan latar belakang kehidupan sebelumnya dan perbedaan lingkungannya. Makin bertambah usianya makin bertambah pula pengalamannya. Makin bertambah pengalamannya makin berbeda pula dengan pengalaman orang lain. Orang dewasa memiliki pengalaman situasi, pengalaman interaksi, dan pengalaman diri. Pengalaman situasi merupakan sederetan situasi orang dewasa di masa lalu yang dapat digunakan untuk merespons situasi masa kini. Pengalaman interaksi menunjukkan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat dirinya dari sisi pandangan, orang lain. Pengalaman diri adalah kemahiran orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi pada masa lalu. Dalam kegiatan belajar, orang dewasa mampu memberikan masukan berdasarkan berbagai pengalamannya. Mereka dapat menjadi sumber yang kaya untuk digunakan dalam pembelajaran. Belajar sesuatu yang baru mempunyai kecenderungan mengambil makna dari pengalamannya yang lama. Implikasi praktis dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah bahwa mereka perlu dilibatkan untuk berperan sebagai narasumber. Pengenalan konsep-konsep baru dan penerapannya dalam kehidupan seharihari akan lebih tepat apabila berangkat dari pengalaman mereka sendiri (experiental learning).

3.

Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan untuk Belajar Kesiapan belajar orang dewasa seirama dengan keberadaan peranan sosial yang ia tampilkan. Peran sosial ini akan berubah sejalan dengan

Handout Pendidikan Masyarakat

45

perubahan usia sehingga kesiapan belajar orang dewasa akan ikut berubah pula. Apabila ia telah siap melakukan peran sebagai seorang petani, maka tugas perkembangan pertamanya adalah memperoleh pekerjaan dalam bidang pertanian. Pada saat itu orang dewasa telah siap untuk belajar sesuatu yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya dalam bidang pertanian walaupun ia belum siap untuk belajar peran sosial lainnya. Dengan demikian, implikasi praktis dalam proses pembelajaran adalah bahwa urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas perkembangan untuk melaksanakan peranannya, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Dengan demikian, penyesuaian materi dan kegiatan belajar dengan kebutuhan belajar yang relevan dengan tugas perkembangan peranan orang dewasa perlu diutamakan.
4. Orang Dewasa Berharap dapat Segera Menerapkan Perolehan Belajarnya

Orang dewasa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran karena ia sedang merespons hal-hal yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan belajar, orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran orang dewasa perlu menekankan pada peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Implikasi dalam proses pembelajaran adalah bahwa program pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah bagi kehidupan orang dewasa. Dengan demikian pengalaman belajar harus dirancang berdasarkan masalah yang dihadapi oleh orang dewasa dalam kehidupannya yang menyangkut pekerjaan, peranan sosial, dan lain sebagainya. 5. Orang Dewasa Memiliki Kemampuan untuk Belajar Knowles (1980) menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih tua usianya dapat belajar hal-hal yang baru. Oleh karena itu, mereka dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, maka hal itu mungkin disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan faktor fisiologik, seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga, sehingga kemampuan fisik orang dewasa akan mempengaruhi kecepatan belajar. Implikasi terhadap proses pembelajaran
Handout Pendidikan Masyarakat

46

adalah bahwa pendidik perlu mendorong dan membantu orang dewasa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan oleh mereka sendiri.
a. Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri orang dewasa

Setiap peserta didik akan mengontrol langsung proses belajarnya sendiri dengan melibatkan semua potensi dirinya, termasuk potensi berpikir, emosi, dan fisiknya. Belajar mengarah pada proses pemenuhan kebutuhan belajar dan pencapaian tujuan belajar. Orang dewasa merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya akan dapat tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. Kualitas belajar akan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, seni membelajarkan orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan interaksinya dengan peserta didik melalui proses pembelajaran. Implikasi dalam proses pembelajaran adalah perlunya penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara intensif di dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, merangsang dan melaksanakan kegiatan belajar, serta menilai proses, hasil, dan dampak pembelajaran. b. Perbedaan kondisi belajar memerlukan prinsip pembelajaran yang berbeda Dalam proses belajar orang dewasa ditemukan adanya kondisi-kondisi belajar tertentu yang terungkap melalui transaksi pembelajaran. Kondisikondisi itu antara lain adalah peserta didik merasakan kebutuhan belajar dan lingkungan belajar yang menyenangkan. Peserta didik memandang tujuan belajar sebagai tujuan dirinya sendiri, la sepakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan belajar. Peserta didik pun menjadi partisipan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memanfaatkan pengalaman. peserta didik, dan peserta didik merasakan kemajuan dalam pencapaian tujuan belajarnya. Kondisi-kondisi belajar ini berkaitan dengan prinsipprinsip membelajarkan orang dewasa. Jika kondisi belajar itu, misalnya peserta didik menjadi partisipan dalam proses belajar, maka pendidik perlu membantu mereka mengorganisir dirinya untuk turut bertanggung jawab
Handout Pendidikan Masyarakat

47

dalam proses belajarnya. Menurut pandangan ini, implikasi praktis dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah kegiatan pembelajaran berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Keberhasilan proses pembelajaran orang dewasa akan ditentukan oleh keterlibatan sedirian (ego) dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk mereka; menciptakan situasi perencanaan partisipatif; mendiagnosis kebutuhan belajar; merumuskan tujuan belajar; merancang kegiatan belajar; melaksanakan kegiatan belajar; dan menilai proses dan perolehan dalam memenuhi kebutuhan belajar.

Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator dan narasumber. Model pendekatan andragogi tidak selamanya hanya digunakan ketika menghadapi orang dewasa, sebab pada peserta didik anak-anak dapat juga diterapkan. Hal ini didasarkan bahwa anak-anak juga sudah memiliki pengalaman walaupun masih terbatas, sehingga pengalaman tersebut perlu dikembangkan dengan tidak mengondisikan seperti orang dewasa.
C. ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Konsep Diri Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi
Handout Pendidikan Masyarakat

48

seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak lain. 2. Pengalaman Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai. Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya). 3. Kesiapan Belajar Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun
Handout Pendidikan Masyarakat

49

menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik. 4. Orientasi Terhadap Belajar. Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa: 1) orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan, 2) orang dewasa mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar, 3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya, 4) orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.

Handout Pendidikan Masyarakat

50

BAB V PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT (Hasil Telaah Lapangan) A. Karang Taruna
1. Latar Belakang Karang Taruna

Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1969 di Kampung Melayu Jakarta, melalui proses Experimental Project Karang Taruna, kerjasama masyarakat Kampung Melayu/Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) dengan Jawatan Pekerjaan Sosial/Departemen Sosial. Pembentukan Karang Taruna dilatar belakangi oleh banyaknya anak-anak yang menyandang masalah sosial antara lain seperti anak yatim, putus sekolah, mencari nafkah membantu orang tua dsb. Masalah tersebut tidak terlepas dari kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat kala itu Karang Taruna terus mengalami perkembangan yang cukup berarti, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Jumlahnya terus bertambah ditandai dengan tumbuhnya hampir di setiap desa/kelurahan. Boleh dikatakan bahwa hampir di setiap desa/kelurahan telah terbentuk wadah pengembangan generasi muda di bidang kesejahteraan sosial ini. Tahun 1980 dilangsungkan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Karang Taruna di Malang, Jawa Timur. Dan sebagai tindak lanjutnya, pada tahun 1981 Menteri Sosial mengeluarkan Keputusan tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna dengan Surat Keputusan Nomor. 13/HUK/KEP/I/1981 sehingga Karang Taruna mempunyai landasan hukum yang kuat. Tahun 1982 Lambang Karang Taruna ditetapkan dengan Keputusan Menteri Sosial RI nomor.65/HUK/KEP/XII/1982, sebagai tindak lanjut hasil Mukernas di Garut tahun 1981. Dalam lambang tercantum tulisan Aditya Karya Mahatva Yodha (artinya: Pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan dan terampil) Pada tahun 1983 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengeluarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang didalamnya menempatkan Karang Taruna sebagai wadah pengembangan generasi muda, disamping OSIS, KNPI dan Pramuka dan lain-lain.
Handout Pendidikan Masyarakat

51

Keputusan Mentri Sosial RI. Nomor : 13/HUK/KEP/1/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna. Keputusan Mentri Sosial RI. Nomor: 11/HUK/1988 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dan terakhir Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. yang merupakan landasan hukum terhadap keberadaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial kepemudaan yang bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial yang berada diseluruh penjuru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai ketentuan dimaksud secara mendasar memberikan arah dan pijakan bagi setiap Karang Taruna untuk mengaktualisasikan tugas pokok, fungsi dan programnya ke arah kegiatan operasional yang lebih teknis. Namun mengingat Pedoman Dasar Karang Taruna tersebut masih berisi ketentuan-ketentuan umum, dipandang perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Dasar Karang Taruna yang menjadi acuan teknis didalam melaksanakan pemberdayaan Karang Taruna bagi segenap jajaran Karang Taruna maupun pembina fungsional, teknis, dan umum serta instansi untuk lembaga yang terkait. Dengan demikian Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Dasar Karang Taruna ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman Dasar Karang Taruna. 2. Pengertian Karang Taruna Di dalam buku Pedoman Dasar Karang Taruna disebutkan bahwa Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahaan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sedangkan anggota Karang Taruna adalah setiap generasi muda dari usia 11 tahun sampai dengan 45 tahun yang berada di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat. Komunitas adat sederajat adalah warga masyarakat yang tinggal dan hidup bersama di daerah yang dibatasi oleh wilayah adat dan kedudukannya sederajat dengan desa/kelurahan. Di Karang Taruna juga ada MPKT (Majelis Pertimbangan Karang Taruna), yaitu wadah penghimpun mantan pengurus Karang Taruna dan tokoh masyarakat lain yang berjasa dan bermanfaat bagi kemajuan Karang Taruna, yang tidak memiliki hubungan struktural dengan kepengurusan Karang Tarunanya.
Handout Pendidikan Masyarakat

52

3.

Jenis-Jenis Karang Trauna 1) Karang Taruna tingkat desa/kelurahan 2) Karang Taruna tingkat kecamatan 3) Karang Taruna tingkat kabupaten 4) Karang Taruna tingkat nasional

4.

Fungsi Karang Taruna Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi: 1) Penyelenggara usaha kesejahteraan sosial 2) Penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat 3) Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan 4) Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda dilingkungannya. 5) Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda. 6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa

keluargaan, kesetiakawanan sosial, dan memperkuat nilia-nilai kearifan lokal dalam bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia.
7) Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan

tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif, dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunnakan segala sumber dan kegiatan praktis lainnya dan potensi kesehjateraan sosial dilinngkungannya secara swadaya. 8) Penyelenggaraan rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesehjateraan sosial.

Handout Pendidikan Masyarakat

53

9) Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi, dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya.
10) Penyelenggara usahausaha pencegahan permasalahan sosial yang

aktual.

5.

Keorganisasian Karang Taruna diatur berdasarkan aspirasi warga Karang Taruna yang

bersangkutan di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat setempat. Untuk memantapkan komunikasi, kerja sama, pertukaran informasi, dan kolabirasi antar Karang Taruna, dapat dibentuk wadah dilingkup kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional sebagai sarana organisasi Karang Taruna yang pemantapannya melalui para pengurus disetiap lingkup masing-masing. 6. Dasar Hukum 1) UU No.6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial 2) 3) 4) UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintahan No.25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom 5) Keputusan menteri sosial RI No.25/HUK/KEP/X/2003 tentang pola pembangunan kesejahteraan sosial 6) Peraturan Mentri Sosial RI No.82/HUK/2005 tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI
7)

Peraturan Mentri Sosial RI No.83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.

Handout Pendidikan Masyarakat

54

7.

Identitas Karang Taruna Karang Taruna dapat memiliki identitas lambang bendera, panji, yang telah

ditetapkan dalam Keputusan Menteri Sosial RI No.65/HUK/KEP/XI/1982, dan lagu Mars serta hymne, sebagai tindak lanjut hasil Mukernas di Garut tahun 1981. Dalam lambang tercantum tulisan Aditya Karya Mahatva Yodha (artinya: Pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan dan terampil)

Gambar 5.1. Lambang karang Taruna Indonesia 8. Karang Taruna Garba Bangsa Karang Taruna Garba Bangsa kelurahan Wonokromo kecamatan Wonokromo Kota Surabaya berdiri pada tanggal 10 Februari 2008 melalui forum temu karya kelurahan yang prakasai oleh Drs. Hamzah Fajrih (lurah wonokromo). Forum ini dihadiri oleh perwakilan karang taruna RW sewilayah kelurahan wonokromo, forum tema karya tersebut di buka oleh Bapak Lurah Wonokromo dan juga dihadiri oleh ketua karang taruna kota Surabaya Nama Garba Bangsa diambil dari bahasa sansekerta yakni Garba (rahim/perut) dan Bangsa (komunitas penduduk yang menempati suatu wilayah), jadi arti dari nama Garba Bangsa yaitu lahirnya sekumpulan Generasi Muda yang menjunjung tinggi kebijaksanaan untuk kesetiakawanan Sosial bagi Kejayaan Bangsa.
a. Dasar Hukum Karang Taruna Garba Bangsa.

1) 2)
3)

Peraturan Menteri Sosial Nomor: 83/HUK/2005 tentang Pedoman Hasil temu karya Karang Taruna Kelurahan wonokromo pada hari Surat keputusan kepala kelurahan Wonokromo tanggak 15

Dasar Karang taruna minggu tanggal 10 Februari 2008 di gedung Balai RW 4 Jetis Kulon Februari 2008 Nomor: 01/SKEP/KEL.WNK/2008 tentang susunan pengurus karang taruna Garba Bangsa kelurahan Wonokromo Kota surabaya
Handout Pendidikan Masyarakat

55

b. Data Permasalahan Kelurahan Wonokromo

Mempunyai wilayah seluas 10,4 hektare yang terdiri dari 8 RW dan 96 RT Jumlah penduduk: 40.030 orang Jumlah pemuda usia 11 45 tahun: 19.333 orang Jumlah putus sekolah terdiri dari:
-

Jumlah putus sekolah SD/Sederajat : 4943 orang Jumlah putus sekolah SMP/sederajat : 2211 orang Jumlah putus sekolah SMA/sederajat : 1676 orang Smart and Frienship Artinya: mewujudkan Generasi Muda yang cerdas dan memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Menumbuhkan rasa keperdulian sosial dan kesetiakawanan sosial Generasi Muda untuk bersamasama mewujudkan generasi muda yang bermartabat dalam kemakmuran.

c. Visi dan Misi

Visi : Misi:

d. Profil Garda Bangsa Kegiatan Keorganisasian:


1)

Rapat kerja Karang Taruna Kunjungan Tim Humas Departemen Sosial Jambore Nasional Karang Taruna di Jakarta 2008 Penyuluhan dan sosialisasi pengenalan karang taruna terdiri dari 8 Pertukaran Karang Taruna antar wilayah se-Indonesia di Karo Diklat kader inti Karang Taruna tingkat Nasional di Bogor 2010

2)
3)

4) 5) 6) voli.

RW, 96 RT sekelurahan Wonokromo. Prov.Sumatra utara 2009 Kegiatan rekreatif, olahraga, kesenian: Pameran bunga dan Turnamen bola Kegiatan usaha kesejahteraan sosial:
1)

Bakti sosial berupa pembagian beras untuk masyarakat miskin dan

pembagian susu serta makanan nutrisi bagi balita yang mengalami gizi buruk, program ini bekerjasama dengan PT. Telkom

Handout Pendidikan Masyarakat

56

2) 3)

Penjualan minyak tanah dan minyak goreng dengan harga Bakti sosial berupa pengobatan gratis untuk warga yang tidak

terjangkau, kerjasama dengan PT. Pertamina dan distributor Kunci Mas mampu, bekerjasama dengan Yayasan Bangun Sehat Indonesia ku dan Stikes Yarsis 4) 5) Program pemuda pemantau jentik (PEMANTIK) yaitu pemberantasan sarang nyamuk, bekerjasama dengan Pukesma setempat. Sosialisasi dalam rangka kegiatan pencegahan dan penanggulangan bahaya Narkoba dan HIV/AIDS, bekerjasama dengan Drug Free Comunity (DFC) 6) 7) Pelatihan kewirausahaan dengan karang taruna kota di PIKMI Upacara bendera peringatan Hari Kebangkita Nasional, Hari

Kemerdekaan Indonesia, Hari Sumpah Pemuda, Hari pahlawan, Hari anti korupsi, Hari Ibu Digrahadi, Pemkot dan Kejati Surabaya. 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Program sidik jari kependudukan dikantor kelurahan wonokromo Pelatihan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di Koni provinsi Pelatihan kader karang taruna tingkat kelurahan se Kota Surabaya Pelatihan kader penanggulangan narkoba dan HIV AIDS tingkat Pelatihan komputer di Hitec-Mall (THR Surabaya) dan di SMKN 1 Pelatihan servis AC dibengkel pelatihan kampus ITATS Pelatihan las di bengkel BLPT IKIP Ketintang Surabaya Usaha pengelolaan parkir dikantor kelurahan Usaha pengurusan surat dokumentasi kependudukan Usaha design banner Usaha penjualan tanaman hias Pembuatan produk dari daur ulang sampah Usaha pembuatan alay peneta ungas otomatis Rental jasa pengetikan komputer

Jawa Timur di penginapan remaja kecamatan se kota Surabaya di STIE PERBANAS

Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif:

Handout Pendidikan Masyarakat

57

8) 9) 10)

Cetak sablon Studio foto Servis HP

e. Implementasi Karang Taruna Dengan Sepuluh Patokan Dikmas 1) No 1. 2. 3. Warga Belajar Tabel 5.1 Umur 11 21 22 35 36 - 45 Jenis kegiatan/ program Pelatihan computer, pelatihan las, kadar penanggulangan HIV/AIDS dll Prakompetisi karang taruna, servis HP, pelatihan fotografi, pembuatan banner Pelatihan pemberantasan sarang jentik nyamuk

2)

Ragi Belajar Jaringan antara Karang Taruna baik dari kelurahan, kecamatan,

kota/kabupaten, provinsi dalam forumforum tertentu dengan cara pertukaran informasi baik itu menyangkut perbaikan peningkatan kualitas warga belajar maupun kemampuan dalam mengembangkan apa yang sudah diperoleh. 3) Sumber Belajar Sumber belajar yang digunakan untuk menunjang berlangsungnya proses pelatihan Karang Taruna Garba Bangsa, antara lain: Buku Pedoman Dasar Karang Taruna Pengurus Karana Taruna Garba Bangsa Tutor dari acara yang bersangkutan, seperti yang tertera di bawah ini: Tabel 5.2 No 1 2 3 4 5 Jenis pelatihan Komputer Servis HP Pemberantasan sarang nyamuk Studio foto Pra-kompetisi KT Tutor Guru SMKN 1 Surabaya Dwi Surya Widianto jentik dr. Era Kartika Wati Liouet Sulistyaningsih Nanang S,MM.

Handout Pendidikan Masyarakat

58

4)

Paguyuban Kegiatan Belajar Kegiatan keorganisasian Kegiatan rekreatif, olahraga, kdan kesenian Kegiatan usaha kesejahteraan sosial Kegiatan usaha ekonomi produktif Pamong Belajar Karang Taruna GARBA BANGSA di kelola oleh Ketua Karang

5)

Taruna, yaitu Dwi Suryo Widiyanto bekerjasama dengan kepala kelurahan setempat, yaitu Drs. Hamzah Fajri. Dan juga bekerjasama dengan Dinas Sosial kota Surabaya. 6) Tempat Belajar Tempat pembelajaran/pelatihan Karang Taruna Garba Bangsa kebanyakan di gedung balai desa Karangrejo Sawah, tetapi pada kegiatan tertentu tempat pembelajaran/pelatihan disesuikan dengan jenis kegiatan, seperti halnya: Tabel 5.3 No Jenis pelatihan 1 Komputer 2 Pelatihan Las 3 4 Tempat Kegiatan Lab SMKN 1 Bengkel BLPT IKIP Ketintang Surabaya Pelatihan servis AC Bengkel pelatihan kampus ITATS Kader penanggulangan STIE Perbanas narkoba dan HIV AIDS Sarana Belajar 8)
-

7)

Rental komputer Studio foto dan alat-alatnya Alat pembuat benner Seperangkat alat olahraga Penetas telur Pekarangan bunga Dana Belajar Usaha sendiri yang dijalankan oleh Karang Taruna 59

Keuangan Karang Taruna Garba Bangsa dapat diperoleh dari :


Handout Pendidikan Masyarakat

Bantuan/Subsidi dari Pemerintah, bantuan yang diberikan tidak

berupa uang melainkan berupa barang sesuai dengan proposal yang di ajukan oleh Karang Taruna tersebut. 9)
-

Program Kegiatan Belajar UKS (Usaha Kesehatan Sosial) Seperti: Bakti sosial kesehatan, Donor darah, Pencegahan kapsa. - UEP (Usaha Ekonomi Produktif) Usaha Karang Taruna dalam rangka mencari keuntungan yang nantinya digunukn untuk kesejahteraan sosial, seperti: KUBE ( Kelompok Usaha Bersama), misalnya di wonokromo ada ROK (Rekreasi, Olahraga dan Kesenian) rental, studio foto, servis hp, sablon manual. Rekreasi yang mendatangkan hiburan, misalnya di Jtv menjadi anggota J-trak.

10)

Hasil Belajar

Warga belajar yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan akan mendapatkan sertifikat (khusus untuk pelatihan komputer), dan juga mendapatkan pengalaman untuk membuka usaha sendiri.

B. Pendidikan Keaksaraan 1. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu mengelola kehidupannya. Dengan begitu, masyarakat mampu meningkatkan kehidupannya secara mandiri sebagai indikator pemberdayaan meliputi kemampuan memahami masalah, menilai tujuan hidupnya, membentuk strategi, mengelola sumber daya, serta bertindak dan berbuat. Berikutnya, pembangunan masyarakat dilakukan dengan pendekatan holistik atau menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar dapat menyentuh kehidupan mereka. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah dengan

terselenggaranya pendidikan keaksaraan. Program ini terbentuk karena kesadaran


Handout Pendidikan Masyarakat

60

pemerintah akan masih banyaknya warga masyarakat yang buta aksara. Penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 berjumlah 8, 3 juta orang (5, 03%) dan sebagian besar diantara mereka adalah perempuan. Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah pedesaan dan bekerja sebagai petani kecil, buruh, nelayan, dan kelompok masyarakat miskin. Mereka tertinggal dalam hal aksara, pengetahuan, serta ketrampilan dan sikap pembaharuan dan pembangunan. Melalui pendidikan keaksaraan, tingkat kemampuan keaksaraan masyarakat ditingkatkan untuk menguasai berragam keaksaraan melalui program Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri, Aksara Kewirausahaan, Keaksaraan Keluarga, Keaksaraan Komunitas Khusus, dan lain sebagainya.

2. Karakteristik Pendidikan Keaksaraan Pendidikan Keaksaraan adalah usaha pembelajaran untuk masyarakat yang buta aksara. Seseorang dikatakan buta aksara apabila seseorang tidak dapat membaca dan menulis dengan huruf latin dan angka arab dalam bahasa Indonesia saerta memiliki ketrampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan/kesejahteraan. Pengertian Keaksaraan Dasar merupakan upaya pemberian kemampuan keaksaraan bagi penduduk melek aksara parsial dan cenderung masih buta aksara usia 15 tahun ke atas agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengkomunikasikan teks lisan dan tulis dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia. Dalam perkembangannya, ada pula istilah buta aksara fungsional. Seseorang dikatakan buta aksara fungsional apabila ia tidak mampu melakukan kecakapan keaksaraan. Selanjutnya dalam pendidikan Keaksaraan, seseorang dikatakan melek aksara apabila ia telah mampu menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam setiap kegiatannya memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan
Handout Pendidikan Masyarakat

61

pemanfaatan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat.

3. Tujuan Pendidikan Keaksaraan Pendidikan Keaksaraan sangat penting dilaksanakan yaitu memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, juga melaksanakan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Melalui masyarakat yang melek aksara dapat meningkatkan kecakapan masyarakat sehingga mampu menjadi sumber potensial dalam mengisi pembangunan bangsa, untuk memenuhi hak asasi manusia paling mendasar, memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat secara adil dan merata, dan meningkatkan pelayanan rangking HDI sebagai tolak ukur kualitas SDM Indonesia di mata dunia. Tujuan dari pendidikan Keaksaraan adalah untuk :
1) Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dengan huruf latin dan

berhitung serta berketerampilan agar masyarakat mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. 2) Memungkinkan berhitung. 3) Menciptakan tenaga lokal yang potensial untuk mengelola sumber daya yang ada di lingkungannya.
4) Menjadikan dasar untuk terciptanya masyarakat gemar belajar dan mampu

mereka

dalam

menyelesaikan

masalah

dalam

kehidupannya sehari-hari dengan kemampuan membaca, menulis, dan

menekan angka dropout di pendidikan formal melalui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

4.

Sasaran Pendidikan Keaksaraan

Handout Pendidikan Masyarakat

62

Pendidikan Keaksaraan ditujukan kepada masyarakat buta aksara yang diprioritaskan warga masyarakat yang berusia 15-44 tahun yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan angka arab dalam bahasa Indonesia serta tidak memiliki keterampilan yang dapat untuk meningkatkan pendapatannya/usahanya. Juga diperuntukkan bagi meeka yang tidak memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung biasanya selain belum pernah sekolah adalah mereka yang drop out SD/MI kelas I, II, dan III. Untuk mengetahui seseorang buta aksara dapat dilakukan melalui tes membaca sederhana, menulis angka dan lain sebagainya.

5.

Peran-peran Dalam Pemberantasan Buta Huruf Dalam pelaksanaan program-program pendidikan masyarakat menjadi

tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Begitu pula dengan kegiatan pendidikan keaksaraan, semua pihak memiliki peran dalam pelaksanaanya. Diantaranya: 1) Peran Direktorat Pendidikan Masyarakat - Menyusun pedoman perencanaan dan pengembangan program - Menetapkan standar pelayanan minimal - Menyusun dan menetapkan pedoman pelaksanaan program Pendidikan Keaksaraan - Menyiapkan sebagian dana untuk operasional Pendidikan Keaksaraan - Melakukan sosialisasi ke berbagai stakeholder baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai dengan desa/kelurahan. - Menyusun bahan dan alat ajar 2) Peran Pemda Provinsi - Melakukan sosialisasi menyeluruh kepada aparat di tingkat kabupaten
Handout Pendidikan Masyarakat

63

- Melakukan koordinasi pada kabupaten/kota di tingkat provinsi - Mengumpulkan data sasaran dari tingkat kabupaten - Menyiapkan dana untuk mendukung kebutuhan operasional honor tutor, diklat, dan bahan belajar - Melakukan monitoring dan evaluasi - Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan seluruh Pemda, termasuk

Organisasi/lembaga/yayasan untuk menjadi pelaksana dan sumber belajar 3) Peran (BPKB) Badan Pengembangan Kegiatan Belajar Dan (UPTD) Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pendidikan Provinsi - Menyusun model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik daerah setempat - Membantu menyusun bahan belajar yang sesuai - Bekerjasama dengan Subdin PLS Dinas Pendidikan untuk melaksanakan diklat 4) Peran Pemerintah Daerah Kab/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota) - Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan pengendalian program

pendidikan keaksaraan di tingkat kabupaten - Menyiapkan dan untuk diklat tutor, bahan belajar, honor tutor, dan biaya pengendalian program serta pelaksanaan program - Melakukan sosialisasi di tingkat kecamatan dan berbagai organisasi - Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan mengarahkan potensi yang ada di kabupaten/kota untuk mensukseskan program - Mengkoordinir pendataan di tingkat kecamatan dan desa - Menentukan prioritas lokasi dan sasaran
Handout Pendidikan Masyarakat

64

- Melakukan monitoring dan evaluasi program - Menyusun laporan penyelengaraan kegiatan di tingkat kabupaten/kota 5) Peran Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota - Membantu pelaksanaan diklat ketenagaan - Membantu penyusunan bahan belajar di tingkat kelompok. - Memberikan bimbinga teknis, edukatif di tingkat kelompok belajar - Mengembangkan program KF yang layak dicontoh oleh masyarakat 6) Peran Wakil Rakyat (Anggota Dewan Di Berbagai Tingkatan) - Mengalokasikan anggaran yang memadai - Melakukan monitoring penyelenggaraan - Melakukan evaluasi dan saran perbaikan pelaksanaan di lapangan - Melakukan sosialisasi kepada masyarakat 7) Peran Penilik PLS - Menyiapkan peta dan data sasaran di masing-masing desa di tiap kecamatan - Menyiapkan data calon warga abelajar, calon penyelenggara, dan potensi yang ada di masing-masing desa/kelurahan - Melakukan sosialisasi bersama aparat kecamatan dan desa ke berbagai desa - Menjalin kerjasama dengan stakeholder di tingkat kecamatan dan desa - Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi di setiap kelompok belajar
Handout Pendidikan Masyarakat

65

- Membimbing pengelola dan tutor dalam melaksanakan kegiatan - Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan penilik di tingkat kecamatan kepada dinas pendidikan di tingkat kabupaten/kota
8) Peran Tenaga Lapangan Diknas (TLD)

- Membantu penilik dalam menyiapkan berbagai data, bahan dan alat pembelajaran - Memberikan bantuan teknis (pendampingan) kepada kelompok binaan 9) Peran Organisasi, Lembaga Masyarakat (LSM, Yayasan, PKBM, Organisasi Masyarakat Lainnya) - Membantu melakukan pendataan sasaran di sekitar lokasi dimana organisasi itu berada - Menyiapkan calon warga belajar dan calon tutor - Menyusun proposal penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan - Menyiapkan tempat belajar - Melaksanakan pendidikan keaksaraan - Memotivasi warga belajar sebagai penyelenggara program pendidikan keaksaraan 10) Peran Tokoh Masyarakat - Memotivasi warga belajar - Memotivasi penyelenggara program - Membantu memonitor pelaksanaan dan penerapan penyelenggaraan program 11) Peran Aparat Desa
Handout Pendidikan Masyarakat

66

- Melakukan sosialisasi kepada RT, RW, dan warga masyarakat - Menyiapkan data penduduk buta aksara - Membantu melakukan pendataan sasaran - Menyiapkan sarana dan prasarana belajar - Memonitor penyelenggaraan program

6. Strategi-strategi Pendidikan Keaksaraan

Strategi pemberantasan buta aksara dilakukan dengan pendekatan Keaksaraan Fungsional. Maksudnya segala aktifitas belajar dikaitkan dengan situasi dan kondisi warga belajar. Topiknya berkisar kehidupan warga belajar, dapat berupa masalah, potensi lingkungan, budaya, kesehatan, agama, mata pencaharian, kehidupan sosial, dan sebagainya. Tahapan dalam Pendidikan keaksaraan : Tahap pemberantasan Tahap Pembinaan
Tingkat keaksaraan Fungsional

Tahap Pelaksanaan

Tingkat Keaksaraan Dasar

Tingkat mandiri

Dilaksanakan Secara Berkelanjutan Strategi tersebut harus dilakukan secara holistik dan terstruktur agar mereka (warga belajar) yang telah melek aksara mampu memanfaatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan mampu memanfaatkan kecakapan calistung supaya mereka menjadi mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidup dan berperan serta di dalam pembangunan.
Handout Pendidikan Masyarakat

67

Untuk menunjang keberhasilan strategi tersebut, perlu dilakukan beberapa hal seperti belajar dengan materi yang dikaitkan dengan kebutuhan dan masalah sehari-hari, bahan belajar yang menarik dari segi isi dan kemudahan untuk mempelajarinya , proses belajar yang menarik dan relevan dengan kebutuhan, dan lain sebagainya 7. Model-model Pendidikan Keaksaraan a. Tahap pemberantasan
Metode SAS

Merupakan pembelajaran baca tulis bagi warga belajar buta aksara permulaan untuk meningkatkan kecakapan membaca dan menulis permulaan terutama pada ketrampilan pemenggalan kata, suku kata, dan huruf demi huruf untuk disusun kembali menjadi kalimat yang bermakna.
Metode DRILL

Belajar dengan cara melakukan latihan berulang-ulang baik membaca, menulis, berhitung
Metode KATA KUNCI

Metode pembelajaran baca tulis bagi warga belajar bta aksara permulaan. Pembelajaran ini merupakan penerapan pendekatan tematik dimana kata-kata kunci yang dipelajari harus sesuai dengan tema yang dikembangkan. dikenal.
Metode BAHASA IBU

Metode

ini

ditekankan

untuk

meningkatkan

kemampuan warga belajar membuat kata baru dari suku kata yang telah

Metode pembelajaran pada pendidikan keaksaraan yang dtujukan untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa Indonesia melalui bahasa Ibu.
Handout Pendidikan Masyarakat

68

b. Tahap pembinaan Model belajar sambil bekerja Model belajar sambil beraksi Model kelompok belajar usaha c. Tahap pelestarian Model taman bacaan masyarakat Model arisan bersama Model paguyuban

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) memiliki posisi penting dalam penyelenggaraan pendidikan non formal terbukti dengan telah dimasukkannya PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non formal dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana diketahui bahwa PKBM adalah wadah penyelenggaraan berbagai program pendidikan non formal yang dibentuk dan diselenggarakan oleh masyarakat untuk membelajarkan masyarakat di lingkungannya. Selama ini PKBM sudah berkembang walaupun secara kuantitas masih kecil bila dibandingkan dengan luasnya wilayah yang harus dijangkau. Karena pada prinsipnya satu PKBM memiliki wilayah satu desa atau kelurahan. Dengan demikian diharapkan ruang lingkup PNF yang sangat beragam, sasaran yang besar dan bervariasi serta sikap dan sifat sasaran PNF yang membutuhkan penanganan khusus dapat terlayani. PKBM merupakan lembaga yang dapat memberikan akses pendidikan sehingga kesempatan masyarakat memperoleh pendidikan semakin luas.

Handout Pendidikan Masyarakat

69

PKBM yang ada sekarang sudah dapat menunjukkan fungsinya memenuhi kebutuhan masyarakat namun karena keterbatasan para pengelola tidak jarang PKBM yang sudah berjalan justru tidak bisa beroperasi terus secara maksimal bahkan tragisnya banyak pula berhenti beroperasi. Salah satu hal yang masih dirasakan selama ini adalah lemahnya manajemen dan pengelolaan program Pendidikan Kesetaraan yang diterapkan di PKBM. Untuk itu harus ada upaya pengembangan, penguatan dalam

meyelenggarakan program Pendidikan Kesetaraan dengan menggerakkan daya dukung dari semua potensi yang ada agar penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dapat eksis dan semakin berkembang dan lulusannya benar-benar berkualitas.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, BPPNFI Regional I tahun 2007 melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan PKBM melalui Rintisan PKBM Pembina terutama untuk Pendidikan Kesetaraan. PKBM Pembina diharapkan dapat terbentuk minimal 1 (satu) lembaga di di Setiap kabupaten/kota sehingga dapat dijadikan contoh tauladan bagi PKBM lainnya yang berada di Kab/Kota tersebut baik dari segi managemen dan penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan. Untuk mendukung pelaksanaan PKBM Pembina tersebut salah satu kebijakan yang ditempuh dengan menyalurkan sejumlah dana Rintisan kepada PKBM Pembina. Agar pengelolaan dana tersebut dapat terlaksanan dengan lancar dan memberikan hasil yang baik maka perlu disusun pedoman agar para pelaksana di lapangan dapat dengan segera memulai perencanaan kegiatan dan mengelola program yang diselenggarakan sesuai dengan acuan yang ada.

B.

TUJUAN PENULISAN
TUJUAN
MATA KULIAH PENULISAN MAKALAH INI SELAIN UNTUK MEMENUHI TUGAS JUGA UNTUK MEMBERI TAHUKAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN .

PENDIDIKAN MASYARAKAT,

KEPADA PEMBACA BAHWA PENTINGNYA

PKBM

Handout Pendidikan Masyarakat

70

SEHINGGA
SEKARANG STANDART

PERLU ADANYA PEMBERDAYAAN SUDAH BANYAK

PKBM

ITU SENDIRI . DAN

DI

DESA

PKBM

YANG

BERKWALITAS

MEMENUHI

PKBM INDONESIA.

C.

MANFAAT PENULISAN
ADANYA (PKBM) SERTA
MAKALAH TENTANG

PUSAT KEGIATAN MASYARAKAT PKBM PKBM


ITU ?? BAGI

INI SEMOGA BANYAK BERMANFAAT PADA MASYARAKAT , KHUSUSNYA

SI PEMBACA SUPAYA LEBIH MENGENAL APA YANG DIMAKSUD MEMBERIKAN PENGERTIAN YANG LUAS TENTANG

MASARAKAT YANG SUDAH MENGETAHUI TENTANG

PKBM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. PENGERTIAN PKBM
Handout Pendidikan Masyarakat

71

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya. PKBM ialah pusat (sentra) dan atau wadah seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi atau bakatnya yang dikelola/diselenggarakan oleh, dari, dan untuk masyarakat (Dikbud RI, 1982: 2). PKBM merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat. Hal ini selaras dengan pemikiran bahwa melembagakan PKBM akan banyak potensi yang selama ini tidak digali, akan dapat tergali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan, didayagunakan melalui pendekatan-pendekatan kultural dan persuasif.

B. Fungsi PKBM
Menurut Umberto Sihombing (1998: 108-109), terdapat tujuh fungsi PKBM, antara lain: a. PKBM sebagai wadah pembelajaran, artinya tempat belajar warga masyarakat dapat membina ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara cepat dan tepat dalam upaya perbaikan kualitas hidup dan kehidupannya. b. PKBM sebagai tempat pusaran semua potensi masyarakat, artinya sebagai tempat pertukaran potensi yang ada dan berkembang di masyarakat, sehingga menjadi suatu energi yang dinamis dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap dijadikan nara sumber bagi anggota masyarakat lainnya. c. PKBM sebagai pusat dan sumber informasi, artinya tempat masyarakat menanyakan informasi tentang berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan keterampilan fungsional yang dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian
Handout Pendidikan Masyarakat

72

masyarakat dapat memperoleh informasi yang aktual dan akurat tentang berbagai informasi untuk memperbaiki kualitas kehidupannya. d. PKBM sebagai ajang tukar menukar keterampilan dan pengalaman, artinya tempat berbagai jenis keterampilan dapat pelajari oleh masyarakat dengan prinsip saling belajar dan membelajarkan melalui diskusi tentang permasalahan yang dihadapi. e. PKBM sebagai sentra pertemuan antara pengalaman dan sumber belajar, artinya tempat diadakannya berbagai pertemuan para pengelola dan sumber belajar (tutor), baik secara intern maupun dengan PKBM di sekitarnya untuk membahas berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan dan pembelajaran masyarakat. f. PKBM sebagai lokasi belajar yang tidak pernah kering, artinya tempat yang secara terus menerus digunakan untuk kegiatan belajar bagi masyarakat dalam berbagai bentuknya. g. PKBM sebagai tempat pembelajaran yang dapat digunakan oleh berbagai departemen dan lembaga-lembaga pemerintah , serta lembaga-lembaga bukan pemerintah/swasta, untuk menyampaikan hal-hal atau penjelasan tentang tugas dan tanggung jawabnya di dalam melayani masyarakat.

C. IMPLEMENTASI PKBM
DALAM
IMPLEMENTASINYA MENERAPKAN PENYELENGGARA ATAU PENGELOLA

PKBM

HARAPAN

PKBM

SEBAGAI WADAH BELAJAR MASYARAKAT DALAM

HAL PENDIDIKAN DAN SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN KETRERAMPILAN .SESUAI DENGAN KETERAMPILAN SERTA PENGETAHUAN MASING - MASING INDIVIDU YANG BELAJAR YANG SENGAJA DIKELOLA DARI DAN UNTUK MASYARAKAT .

Handout Pendidikan Masyarakat

73

BAB III PEMBAHASAN


1.

PROFIL PKBM
Struktur Organisasi
Ketua

Ema Sujalma

Bendahara

Sekretaris

Erna Setyawati, SH

Munawaroh

PAUD Tunas Harapan

BBC English

@rum computer

TBM Harapan

Handout Pendidikan Masyarakat

74

Warga Belajar

a. Fase Awal 2 Agustus 2002 sebuah gudang milik Yayasan Pendidikan Harapan Mojokerto dibersihkan dan diisi dengan berbagai pelengkap kebutuhan sebuah proses belajar mengajar dalam masyarakat. Secara mandiri kami menyiapkan : Bangunan bekas gudang beserta halaman belakang sebesar

8 x 12 m2 3 buah unit computer installasi listrik PLN berdaya 2000 watt Papan nama sederhana dari papan dengan stryrofoam

(tahun ini belum musim banner) Buku-buku dan rak buku koleksi pribadi meja kursi milik pribadi

Pada fase awal ini telah mengadakan berbagai kegiatan kependidikan masyarakat terutama dalam bidang computer mengingat pada saat tersebut computer masih barang langka dan tergolong mahal harganya. Poses ini terus berlanjut. Yang telah mendapat pendidikan computer terutama perangkat desa dan remaja di sekitar lokasi. Setelah itu pada tahun 2003 PKBM mandapatkan informasi tentang bantuan PKPS BBM untuk sekitar 600-an PKBM di seluruh Indonesia. Pada tahun 2004 dana bantuan tersebut baru cair, sehingga dari dana bantuan tersebut PKBM Harapan dapat membuat program-program yang sifatnya
Handout Pendidikan Masyarakat

75

untuk memajukan PKBM tersebut. Dan sejak 2005 PKBM Harapan memulai mengadakan pendekatan kepada masyarakat yang menyentuh nilai-nilai seni budaya. Sehingga dekat dengan para seniman dan budayawan khususnya di Mojokerto. Pada sekitar 2006 bangunan PKBM hampir rubuh dan dengan sendirinya harus direhab supaya tetap kuat melindungi segala aktifitas yang ada di dalamnya, rehab terjadi bukan karena apa, melainkan bangunan mau rubuh, hikmahnya adalah hingga sekarang bangunan PKBM Harapan tak ada bocor jika hujan. Dengan melihat grafik alokasi dana PKPS BBM pada tahun 2004 tercantum dana untuk pos Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Harapan. Dari dana tersebut mampu mengoleksi buku menjadi lebih dari 300 judul. Hal tersebut menjadikan TBM yang ada di PKBM Harapan layak untuk mengajukan proposal Subsidi Penguatan TBM menjadi TBM tipe B. sebesar 25 juta. April 2006 proposal dibuat dan dana bisa turun , penyebabnya adalah apa yang dibutuhkan ketika survey dari pihak yang berkompeten TBM Harapan memang terbukti layak untuk mendapatkan dana tersebut. a. Fase Terkini PKBM harapan Desa Pohkecik Dlanggu Mojokerto Jatim ini tetap eksis melayani siapa saja yang memerlukan dan dengan tangan terbuka siap mempertanggungjawabkan apa yang telah dikerjakan kepada Tuhan, yang berkompeten , masyarakat dan alam raya yang menyediakan hidup dan kehidupan kita bagi siapa saja. Beryukur pula karena dari kegiatan tersebut dapat terdokumentasikan dengan baik berupa file-file digital, foto ataupun film, sehingga dapat diproduksi terus menerus dimana diperlukan . Demikianlah rekaman jejak PKBM Harapan dari tahun 2002 hingga Profil sederhana ini dibuat, semoga bermanfaat bagi siapapun.
Handout Pendidikan Masyarakat

76

2.

10 PATOKAN DIKMAS a.
WARGA BELAJAR SEMUA WARGA
KALANGAN YANG TANPA MEMANDANG ADANYA STATUS SOSIALNYA .

BELAJARNYA MELIPUTI ANAK -ANAK , REMAJA DAN ORANG DEWASA .

b.

RAGI BELAJAR PKBM HARAPAN


MEMBERIKAN MOTIVASI BERUPA PENYEDIAAN

FASILITAS KEPADA MASYARAKAT

AGAR SEMUA KALANGAN

DAPAT BELAJAR

TANPA ADANYA PENDANGAN TENTANG STATUS SOSIAL DAN JUGA BERUSAHA MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK MASYARAKAT AGAR MASYARAKAT DAPAT BELAJAR DENGAN LEBIH BAIK .

c.

SUMBER BELAJAR SUMBER BELAJAR


DIPEROLEH MELALUI TENAGA AHLI YANG DIDALAMNYA

TERDAPAT

14 TENAGA PENGAJAR YANG DIBAGI DARI TENAGA PENGAJAR


PENGAJAR KURSUS BAHASA

PAUD, TENAGA KURSUS COMPUTER,DAN TENAGA


INGGRIS ,

d. RUKUN BELAJAR
DALAM RUKUN BELAJAR TERDAPAT 3 KELOMPOK BELAJAR
DIANTARANYA YAITU

:
BELAJAR BAHASA INGGRIS YANG JARINGAN BELAJARNYA

1. KELOMPOK

BEKERJA SAMA DENGAN

BBC. TBM

2. KELOMPOK 3. KELOMPOK

BELAJAR MEMBACA YANG MASUK DALAM PROGRAM

BELAJAR

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), YANG 5 TAHUN.

KELOMPOK BELAJARNYA ANAK - ANAK USIA DIBAWAH

e. PAMONG BELAJAR
Handout Pendidikan Masyarakat

77

PENGELOLA
OLEH

ATAU

PENYELENGGARA

PKBMHARAPAN,DIKETUAI

EMA SUJALMA
KETUA

DAN

YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN MOJOKERTO BAPAK EBEN

SUWITOWARDOYO .

f.

TEMPAT BELAJAR PKBM HARAPAN YANG


BERADA DI

DESA POHKECIK, KECAMATAN


YANG DULUNYA

DLANGGU, KABUPATEN MOJOKERTO, JAWA TIMUR. TEMPAT


BANGUNAN BEKAS GUDANG BESERTA HALAMAN BELAKANG YANG DI DALAMNYA TERDAPAT

SEBESAR

8 X12 M2,

BUAH UNIT KOMPUTER UNTUK BELAJAR ,

BUKU -BUKU DAN RAK BUKU KOLEKSI PRIBADI SEBAGAI SUMBER

TBM (TAMAN
RUANG

BELAJAR MASYARAKAT ), LUKISAN- LUKISAN HASIL KARYA PEMILIK DAN BELAJAR UNTUK

BBC ENGLISH (KURSUS BAHASA INGGRIS).

g. SARANA BELAJAR
ADA
BELAJAR SUMBER PAPAN BEBERAPA UNIT KOMPUTER KOMPUTER BESERTA MEJA DAN KURSINYA UNTUK

(KURSUS

KOMPUTER), KUMPULAN BUKU - BUKU SEBAGAI

TBM (TAMAN
TULIS BSERTA

BELAJAR MASYARAKAT ), MEJA UNTUK MEMBACA BUKU , MEJA+ KURSINYA UNTUK BELAJAR BAHASA INGGRIS

(KURSUS BAHASA INGGRIS), MEDIA MELUKIS BSERTA PEWARNANYA.

h. DANA BELAJAR
Pada tahun Tahun 2003 mendapat informasi bantuan PKPS BBM sebesar 50 juta untuk sekitar 600-an PKBM di seluruh Indonesia. PKBM Harapan lalu membuat proposal untuk mendapatkan dana tersebut , dan proposal diterima hingga bantuan cair pada Pebruari 2004 di saat kota Mojokerto dilanda banjir. Yang perlu kita cermati secara bijak adalah selama 2002-2004 PKBM Harapan operasionalnya murni dari biaya mandiri. Dengan bantuan tersebut PKBM Harapan lebih leluasa mengembangkan ke usaha lainnya. Dan hingga detik ini kiranya bisa diketahui seberapa jauh
Handout Pendidikan Masyarakat

78

gerak yang telah dilakukan oleh PKBM Harapan. Untuk hal tersebut kita bisa melihat table berikut :

Tabel Grand Total 50 juta. Pembelajaran KBU Magang Usaha TBM Perawatan

Abadi &Management 7.090.000 12.000.000 5.040.000 19.875.000 1.214.000 4.781.000

DILIHAT

DARI GRAFIK ALOKASI DANA BANTUAN

PKPS BBM,PADA

BULAN

April 2006 PKBM harapan mendapatkan dana bantuan untuk pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebesar 25 juta. Dengan demikian menjadikan TBM yang ada di PKBM Harapan menjadi TBM tipe B. Penggunaan dana tersebut dipakai untuk : Tabel Grand Total 25 juta. Pengadaan Buku 9.993.750
Handout Pendidikan Masyarakat

Pengadaan Peralatan

Promosi Budaya

Biaya Operasional 1.926.250

Insentif Penelola 1.800.000

Minat baca 4.280.000 2.000.000

79

i.

PROGRAM BELAJAR

PROGRAM YANG BERJALAN DENGAN DANA PKPS BBM PADA TAHUN 2005. SEBAGAI BERIKUT: no 1 Program Pembelajaran a. Komputer b. Fiska Kimia Matematika c. Bahasa Inggeris PAUD KBU Paket A KF Karyawan (dgn honor bulanan) Jumlah WB 400 orang 60 orang 120 orang 250 orang 4 kelompok 16 orang 90 orang 13 orang

2 3 4 5

Program-program tersebut bersifat fluktuatif artinya ada kemajuan dan kemunduran , ada pula yang stabil, disamping itu pula sejak 2005 PKBM Harapan memulai pendekatan kepada masyarakat yang menyentuh nilai-

Handout Pendidikan Masyarakat

80

nilai seni budaya. Sehingga dekat dengan para seniman dan budayawan khususnya di Mojokerto.

j. HASIL BELAJAR
DARI
SEMUA PROGRAM BELAJAR YANG TELAH BERJALAN HASIL BELAJJAR YANG ADALAH MASYARAKAT SEKITAR MERASAKAN MANFAAT DARI

DIDAPAT

BERDIRINYA

PKBM HARAPAN

YANG DILLIHAT DARI BENTUK PRESTASI

YANG DIRAIH DARI

PKBM HARAPAN

A. Profil homeschooling Berawal dari homeschooling khoiru Ummah yang berada di bogor. Kemudian mendirikan cabang di Sidoarjo. Awal mendirikan cabang ini memakai nama Khoiru Ummah. Begitu 1 tahun kemudian homeschooling cabang Sidoarjo ini mendaftarkan diri ke Diknas untuk memakai nama sekolah Mutiara Islam. Nama Lembaga Alamat Luas rumah : Mutiara Islam : Puri erlangga blok O no.15 kec. sidoarjo Kab.Sidoarjo : 10x8 m2

Sarana Lembaga : Gedung Homeschooling dan perlengkapan. Jumlah Tutor Dana Awal Biaya/ Bulan : 10 per mata pelajaran : Mandiri : Spp : kelas 1-2 = 125000

Handout Pendidikan Masyarakat

81

Kelas 3-5= 150000 Program hasil : - outbound = anak-anak -Berkunjung ke panti asuhan Prestasi hasil : - festival anak sekolah -lomba cerdas cermat - juara 1 lomba pidato - juara 1 lomba jelajah Sasaran Hasil Hasil Belajar : Masyarakat umum : 1. Berlandasan akidah islam 2. Individu yang taat 3. Jiwa Kepemimpinan Waktu pembelajaran: Setiap senin sampai jumat. B. 10 Patokan Dikmas 1. Warga belajar :

1. TK : berkisar antara 1 - 6 tahun 2. SD : umur 7th-12 th. Warga belajar Sekolah Dasar berjumlah sebanyak 40 orang. Terdiri atas perempuan 21 orang. Dan laki-laki 19 orang. Data tersebut tertera dalam table berikut: NO 1. 2. 3. KELAS 1 2 3 LAKI-LAKI 5 8 3 PEREMPUAN 7 4 4 JUMLAH SISWA 12 orang 12 orang 7 orang

Handout Pendidikan Masyarakat

82

4. 5.

4 5

1 3 JUMLAH

2 2

3 orang 5 orang 40 orang

Sedangkan untuk homeschooling Taman Kanak-kanak, tidak bertempat di Sidoarjo ini. Melainkan di tempatkan di luar Sidoarjo. 2. Ragi belajar :

Motivasi atau rangsangan yang di dapat dari homeschooling, pada awalnya hanya berinduk pada homeschooling Khoiru Ummah yang ada di Bogor. Setelah itu homeschooling tersebut mendapat dukungan dari warga lingkungan sekitar agar tidak berinduk pada homeschooling yang ada di Bogor,yang kemudian beralih nama menjadi Mutiara Islam . Hal itu merupakan kunci utama untuk tetap mamakai nama Mutiara Islam. Setelah mendapat persetujuan dari Mutiara Islam yang berpusat di Surabaya, mereka melegalitaskan nama tersebut ke Diknas. 3.Sumber Belajar 1. Tutor Pendidik training. - guru Tk yang telah mengikuti training. Jumlah tutor : - pengajar SD 7 orang : - guru SD lulusan S1 yang mengikuti

Para guru ini terdiri atas lulusan S1PGSD dan psikologi universitas swasta di sidoarjo/ bandung. Tetapi paling Banyak adalah lulusan psikologi dibanding dengan lulusan PGSD. Lulusan PGSD = 3 orang, sedangkan lulusan psikologi = 4 orang.
Handout Pendidikan Masyarakat

83

Pelatihan atau training yang pernah diikuti oleh para tutor adalah pelatihan Quantum Teaching serta beberapa seminar lainnya. - humas 1 orang Humas Homeschooling yang berada di Sidoarjo ini bernama Bu Anida.Bertugas juga merekrut serta memilih guru di homeschooling ini. Terkadang juga bila kekurangan tenaga pendidik. Homeschooling ini merekrut anak lulusan SMK yang diberikan training terlebih dahulu. Buku/ Sumber belajar : Buku-buku yang dipakai dalam homeschooling ini awalnya Memakai/ menginduk pada homeschooling yang ada di Bogor. Setiap tahunnya dikirim melalui paket.Tetapi 1 tahun kemudian, homeschooling Mutiara Islam ini memakai buku mandiri. Artinya Bahwa para guru memilih buku/ sumber belajar secara mandiri dengan cara beli/mencetak sendiri. Sudah tidak lagi memakai buku yang berasal dari homeschooling bogor. 4. Paguyuban kegiatan belajar/ rukun belajar: Kelompok belajar homeschooling ini mempunyai hasrat untuk belajar setara dengan anak sekolah dasar. Artinya mereka yang bergabung dalam kelompok belajar homeschooling ini juga ingin lulus sekolah dasar. 5. Pamong Belajar :

Handout Pendidikan Masyarakat

84

Homeschooling Mutiara Islam diselenggarakan atas kerja sama dari Khoiru Ummah. yang ada di Bogor. Sehingga bisa membuka cabang yang ada di sidoarjo ini. Homeschooling Khoiro Ummah ini membuka cabang di setiap daerah. Sehingga setiap cabang mempunyai humas/ pemimpin di dalamnya. Di Sidoarjo ditangani oleh Bu Anida selaku humas. Beliau yang mulai dari awal menggerakkan homeschooling ini dan mendapat dukungan dari warga sekitar. 6. Tempat Belajar :

Homeschooling Mutiara Islam beralamat di Puri Erlangga blok O no. 15 kecamatan Sidoarjo kabupaten Sidoarjo. Homeschooling ini memiliki 7 kelas.Dengan ukuran 6 x 6 meter dan 1 dapur. Serta halaman perumahan yang dipakai sebagai sarana olahraga. 1 ruang laboratorium computer dan laboratorium bahasa inggris. 7. Sarana Belajar Fasilitas dan sarana belajar yang tersedia di dalam homeschooling ini terdiri Dari gedung sekolah yaitu rumahan yang dipakai sebagai tempat belajar. Di dalam perumahan tersebut tersedia 7 kelas. Kelas tersebut berukuran 6 x 6 meter. 1 dapur, dan halaman yang terletak di belakang perumahan. Bangku sekolah terdiri dari 35 buah. Tempat tas 1 lemari yang terdiri dari 42 kotak/ loker. 8. Dana Belajar Homeschooling ini mendapat dana belajar secara mandiri. Artinya tidak mendapat bantuan dari pemerintah atau manapun. Sehingga setiap
Handout Pendidikan Masyarakat

85

anak yang mendaftar homeschooling ini dikenakan biaya 1 anak = Rp. 2.250.000,-. Serta spp setiap bulan membayar Rp. 500.000,-. Terkadang juga dilakukan subsidi silang. Dan mencari sumbangan dari donatur, bagi anak yang tidak mampu. Media yang digunakan untuk para pengajar adalah media laptop, lab computer, dan bahan alat peraga lainnya. Seperti kerangka manusia, globe, dan lainnya. Dana SPP yang diberikan oleh siswa itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan setiap bulannya, seperti : 1. Membayar gaji tutor. 2. Membayar listrik. 3. Membayar air. 4. Memperbaiki fasilitas yang rusak. 5. Membeli bahan untuk media pengajaran. Kurikulum yang digunakan dalam homeschooling ini, mengacu pada kurikulum yang diwajibkan oleh pemerintah. Tetap membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran serta silabus oleh masing-masing guru. Tetapi oleh pihak humas homeshooling tersebut dikembangkan ssecara mandiri. Artinya bahwa memakai sisite pemblajaran yang menyenangkan. Seperti pengkondisian untuk siap belajar, tapi melalui media permainan, tidak memberikan pelajaran seara langsung. 9.Program Kegiatan Belajar Program kegiatan belajar homeschooling ini biasanya setiap setahun sekali mengadakan kunjungan panti asuhan, outbound. Setiap jumat diadakan senam pagi bersama serta olahraga. Ada juga beberapa program ekskul, seperti BTQ (Baca Tulis Quran), sepak bola, tenis, dan bahasa inggris. Program semester yang dilakukan oleh homeschooling ini adalah Kegiatan Tengah Semester (KTS). Yang seperti bulan lalu, KTS homeschooling ini diadakan di jatim Park I di malang.
Handout Pendidikan Masyarakat

86

Jadwal pembelajaran yang terjadi di homeschooling ini adalah layaknya Sekola Dasar pada umumnya. Hanya saja disini pada kelas 3 sd sudah mendapatkan pelajaran geografi. Serta mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Arab, Tasfih, saqofah. Jadwal pembelajaran tertera pada table berikut : NO 1. 2. KELAS 1-2 SD 3-5 SD HARI Senin-Kamis Jumat Senin-Kamis Jumat MASUK 07.00 07.00 07.00 07.00 PULANG 13.30 10.30 13.55 12.00

10.Hasil Belajar/ outcame Hasil belajar yang telah didapat pada kelas 1 dan 2 adalah anakanak tersebut dapat mengamalkan apa yang diajarkan di homeschooling, ke dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kelas 3-5, mereka mulai sadar akan pentingnya berjilbab, bagi perempuan dan aturan serta ajarn dalam agama islam lainnya. Sementara ini masih belum ada yang menduduki kelas 6 SD, karena sekolah ini masih berjalan 1,5 tahun. Sehinnga pada tahun berikutnya baru akan menghadapi lulusan yang mengikuti Ujian Nasional. Sistem homeschooling ini juga seperti sekolah dasar lainnya. Ada system penerimaan raport. Berlangsungnya UTS dan UAS. Hanya saja soal-soal yang dipakai dalam homeschooling ini membuat sendiri. Tanpa ada bantuan pemerintah dan soal dari DIKNAS. Sehinnga system ini hampir sama dengan sekolah formal. Homeschooling ini menghasilkan lulusan yang terdiri dari : 1.Berlandaskan akidah islam 2.Individu yang taat 3.Mempunyai jiwa kepemimpinan
Handout Pendidikan Masyarakat

87

A. Kursus Para Profesi (KPP)


Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setip jenjang dan jenis pendidikan . Satuan Pendidikan Nonformal (Sisdiknas Pasal 26 ayat 4) terdiri atas : 1. Lembaga Kursus dan Pelatihan, 2. Kelompok belajar, 3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), 4. Majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis Sisdiknas Pasal 26 ayat 5: Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebijakan mengacu pada misi direktorat kursus dan kelem- bagaan yaitu : Mendorong terwujudnya kelembagaan kursus dan kursus para profesi (KPP) yang berorientasi pada peningkatan kecakapan hidup(PKH) yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat khususnya bagi penduduk miskin dan pengangguran terdidik, dapat bekerja dan atau
Handout Pendidikan Masyarakat

88

berusaha secara produktif mandiri dan profesional. Penjabaran dari misi tersebut dijabarkan kedalam induk program pembinaan kursus dan kelembagaan diantaranya : 1. Mewujudkan KPP yang berorientasi pada wirausaha pedesaan (Kursus Wirausaha Desa atau KWD) 2. Mewujudkan KPP yang berorientasi pada wirausaha perkotaan (Kursus Wirausaha Kota atau KWK) 3. Mewujudkan KPP yang berorientasi pada penyiapan tenaga kerja luar negeri Dari misi dan induk program tersebut merupakan dasar dalam mengembangan program Kursus Para Profesi (KPP) @ Landasan konseptual KPP : 1. Kursus yang dimaksud disini adalah salah satu bentuk layanan pendidikan pada jalur pendidikan non formal bagi masyarakat (peserta didik) melaui pendidikan dan latihan untuk membekali sejumlah kompetensi tertentu kepada pesera didik, sehingga mereka siap memasuki dunia kerja. Istilah Para dalam bentuk kata benda mengandungarti pembantu (asisten) dan dalam kata kerja mengandung arti membantu (to assist). 2. Profesi (profession) berarti pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, artinya pekerjaan yang bersifat profesional bukan dilakukan orang yang karena tidak memilik pekerjaan sehingga harus melakukan pekerjaan tersebut. 3. Para Profesi dapat diartikan sebagai asisten profesi atau pembantu tenaga profesional berkenaan dengan pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu (spesifik) yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Sebagai contoh: Para Medis adalah pembantu dibidang pekerjaan medis. Kursus Para Profesi (KPP) adalah program layanan pendidikan dan latihan yang berorientasi pda kecakapan hdup (Life-Skills) yang diberikan pada peserta didik agar memiliki kompetensi dibidang keterampilan tertentu, setingkat operator dan teknisi yang bersertifikat kompetensi
Handout Pendidikan Masyarakat

89

sebagai bekal untuk bekerja didalam dan diluar negeriatau melaksanakan usaha mandiri. Definisi tersebut memberikan indikasi bahwa program KPP harus memenuhi 3 syarat : A. Komptensi yang dikembangkan harus sesuai dengan permintaan atau kebutuhan dunia kerja. B. Harus dilakukan uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat C. Lulusan KPP yaitu para profesi harus harus disalurkan untuk mengisi lapangan kerja baik dalam maupun luar negeri atau membuka usaha sendiri. Oleh karena itu penyelenggaraan KPP harus didasarkan atas Job Order dunia kerja baik dalam negeri maupun Luar negeri.

A. Pengertian Kursus Para Profesi (KPP)


Kursus Para Profesi (KPP) adalah program pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi di bidang keterampilan tertentu setingkat operator dan teknisi yang bersertifikat kompetensi sebagai bekal untuk bekerja.

B. Jenis Keterampilan/Vokasi
Keterampilan yang diselenggarakan dalam program KPP adalah jenis keterampilan yang sesuai dengan pesanan tenaga kerja (job order) yang dimiliki oleh lembaga penyelenggara KPP. Prioritas Jenis keterampilan yang dapat diselenggarakan melalui program KPP, antara lain : 1. Otomotif 2. Elektronika 3. Spa
Handout Pendidikan Masyarakat

90

4. Komputer 5. Akupunktur 6. PLRT plus 7. Garmen/menjahit 8. Baby Sitter 9. Care Giver 10. House Keeping 11. Pariwisata (perhotelan) 12. Jenis keterampilan lainnya sesuai job order.

A. Warga Belajar Warga belajar yang berusia 21 th sampai 40 th baik pria maupun wanita. *TAIWAN :

1. Usia 21-32 tahun 2. Gaji perbulan NTD 15.480/ Rp 4.500.000 3. Kontrak kerja 3 tahun dapat diperpanjang 4. Aktif berbahasa Mandarin 5. Potongan gaji selama 12 bulan
Handout Pendidikan Masyarakat

91

*HONG KONG

1. Usia 21-30 tahun 2. Gaji perbulan HKD 3.680/ Rp 4.000.000 3. Kontrak kerja 2 tahun dapat diperpanjang 4. Aktif berbahasa Cantonese 5. Potongan gaji selama 7 bulan *SINGAPURA :

1. Usia 21-30 tahun 2. Gaji perbulan SIN 350/ Rp 2.250.000 3. Kontrak kerja 2 tahun dapat diperpanjang 4. Aktif berbahasa Inggris 5. Potongan gaji selama 8 bulan *MALAYSIA :

1. Usia 21-32 tahun 2. Gaji perbulan RM 550/ Rp 1.600.000 3. Kontrak kerja 2 tahun dapat diperpanjang 4. Dasar berbahasa Melayu 5. Potongan gaji selama 6 bulan *DUBAI dan JORDANIA : 1. Usia 21-32 tahun 2. Gaji perbulan DHS 800/ Rp 1.800.000 3. Kontrak kerja 2 tahun dapat diperpanjang
Handout Pendidikan Masyarakat

92

4. Dasar berbahasa Inggris/ Arab Untuk pria di Negara Malaysia dan Brunei ( tidak memandang usia dan penampilan). Pendidikan terakhir warga belajar dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. B. Ragi Belajar Kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan warga belajar. Pada bulan Desember tahun 2010 pernah dikunjungi Presiden RI karena merupakan PJTKI terbaik. Untuk warga belajar yang sudah menguasai materi-materi pelatihan akan diberangkatkan ke negara-negara yang dituju. C. Sumber Belajar Sumber belajar diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh mentor yang ahli dalam bidangnya. Mentor minimal lulusan SMA, sudah berpengalaman di luar negeri. Khusus untuk mentor bahasa Mandarin didatangkan langsung dari China. D. Tempat Belajar Bertempat di Jl. Raya By Pass KM 31 Krian, Sidoarjo 61262. Ph Fax : +6231-8988308, 8988379 : +6231-8988309, 8988390

E-mail : manpower@perwitanusaraya.co.id
Website : www.perwitanusaraya.co.id

Perwita Nusaraya Group memiliki kantor pusat di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia dengan 8 poin layanan lokal di Surabaya, Madiun, Banyuwangi
Handout Pendidikan Masyarakat

93

(Jawa Timur), Bandung (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Makassar (Sulawesi Selatan), Mataram ( Nusa Tenggara Barat), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). E. Sarana Belajar Untuk kelancaran pelaksanaan belajar yang diharapkan Perwita Nusaraya Group menyediakan; Ruang belajar :
1. 5 Ruang kelas. 2. 1 Lab bahasa asing.

Ruang praktek : 1. 2 Ruang tidur 2. 1 Kamar mandi 3. 2 Ruang tamu (2 set) 4. 1 Ruang makan (2 set) 5. 1 Dapur 6. 1 Ruang bermain Balita 7. 1 Ruang tidur bayi 8. 4 Set komputer 9. 1 Ruang perawatan orang jompo 10. 1 Ruang mencuci dan menyetrika (5 Mesin cuci dan 4 Set setrika)

1 Asrama bagi calon TKI 1 Koperasi

F. Dana Belajar Mula mula dana belajar diperoleh dari tabungan sendiri. Akan tetapi, dengan berkembangnya lembaga ini dana belajar diperoleh dari agensi
Handout Pendidikan Masyarakat

94

penyaluran tenaga kerja yang ada di luar negeri dan pemotongan gaji para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). G. Program Kegiatan Belajar Penanganan MANULA dasar (Caretaker) Penanganan MANULA menengah (Caregiver) Penanganan Perawatan Ruangan (Housekeeping) Penyajian Tata Hidang (Table manner) Penyajian Masakan (Basic Cooking) Penanganan Bayi Balita (Nanny) Penanganan perawatan dasar (Basic Nursing)

H. Hasil Belajar Tersalurnya tenaga tenaga kerja yang profesional ke berbagai Negara. Di antaranya Dubai, Taiwan, Hong Kong, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Kunci Sukses CTKW: Sopan Jujur Inisiatif Bertanggung Jawab Disiplin Tertib Menjaga kebersihan diri sendiri
Handout Pendidikan Masyarakat

95

Menjaga kesehatan diri sendiri Sikap dalam bekerja Hemat

I. Hasil Observasi Sejarah Pendirian Perwita Nusaraya Perwita Nusaraya Group adalah sebuah perusahaan yang menjalankan beberapa bisnis program pengembangan sumber daya manusia. Didirikan pada tahun 1994, bisnis pertama adalah Pekerjaan Rumah Tangga Persetujuan Layanan yang telah berpengalaman dalam mengelola ribuan pekerja di perusahaan yang beredar di Indonesia. Dalam rangka menghadapi situasi dunia usaha pembangunan ekonomi dan kondisi yang selalu dinamis di Indonesia dan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan produk perusahaan dan membantu mengurangi beban dan tanggung jawab perusahaan dalam menangani sektor pekerjaan, partisipasi PT. Perwita Nusaraya sebagai layanan multi-industri dan outsourcing yang mengatur bagian dari kegiatan proses produksi, keamanan dan kebersihan kegiatan pelayanan kerja di perusahaan mitra kerja kemudian menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan mitra kami bekerja. Profil Perwita Nusarya Perwita Nusaraya Group memiliki kantor pusat di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia dengan 8 poin layanan lokal di Surabaya, Madiun, Banyuwangi (Jawa Timur), Bandung (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Makassar (Sulawesi Selatan), Mataram ( Nusa Tenggara Barat), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). titik lokal kami menyewa tenaga profesional dan berpengalaman dan personil untuk mendukung sepenuhnya kebutuhan tenaga kerja dan permintaan untuk klien.
Handout Pendidikan Masyarakat

96

Dalam ruang lingkup kegiatan usahanya, Perwita Nusaraya Group tidak berorientasi untuk bisnis saja, tetapi juga menekankan pada aspek sosial dan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka mengembangkan keterampilan dan kompetensi kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menangani saing yang tinggi pasar pekerjaan, Perwita Nusaraya Group juga aktif terlibat dalam peningkatan pendidikan berbasis keterampilan non-formal dan kompetensi dengan mendirikan beberapa Profesional Kursus Lembaga di bawah pengawasan skala nasional, Perwita WIDYA KARYA BAKTI Foundation, dan di tingkat propinsi skala WIDYA KARYA BAKTI Murti Foundation.

Visi & Misi Perwita Nusaraya

Visi : Menjadi lembaga pelatihan yang berprestasi dan di percaya oleh msyarakat dalam mencetak tenaga kerja indonesia yang berkualitas, bermanfaat dan kompetitif Misi:
1. Menciptakan profesionalisme kerja sebagai lembaga pelatihan

berstandar internasional dengan sitem belajar yang berorientasi pada pasar kerja global
2. Meningkatkan kemampuan dan keahlian pada calon tenaga kerja

sehingga memiliki kompentensi kerja sesuai standar kerja di luar negeri


3. Menjalin kerja sama intensif dengan mitra kerja yang profesional

dalam menempatkan tenaga kerja indonesia yang telah memiliki kopetensi kerja k luar negeri
4. Meningkatkan sarana prasarana pendukung pelatihan

Handout Pendidikan Masyarakat

97

Tujuan Perwita Nusaraya

Bertujuan untuk mencapai target dengan kualitas tinggi dan efisiensi. "Pekerjaan kepuasan pasangan adalah prioritas utama kami" menjadi moto layanan.
Struktur Organisasi

(Terlampir)
Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh PT. Perwita Nusaraya adalah: 1. Industri jasa. 2. Security Service Industri, Bank dan tempat-tempat lain. Hal ini dilaksanakan dalam sistem kontrak kerja atau perjanjian kerja outsourcing.

Melalui orientasi bisnis yang diterapkan oleh PT. Perwita Nusaraya yang menekankan antara Majikan dan Karyawan, para mitra kerja perusahaan diharapkan dapat berkonsentrasi pada produk yang dijadwalkan, sehingga masalah beban kerja yang sering perusahaan dapat dihilangkan dan diserahkan
Handout Pendidikan Masyarakat

98

kepada pihak lain . Karena hal-hal tersebut, keberadaan PT. Perwita NUSARAYA, terutama sebagai industri dan Outsourcing Multi-Service Company, yang diharapkan dapat membantu baik untuk kelangsungan usaha Mitra Kerja dan kerja domestik.
Lapangan Kerja di Luar Negeri

PT. Perwita Nusaraya - Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri Layanan Pekerjaan didirikan pada tahun 2000. Dengan memiliki izin yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Republik Indonesia dengan 394/MEN/LN/BP/2000 nomor yang telah diperbaharui dan memvalidasi ulang pada tahun 2006 di bawah nomor 713/MEN/2006, Its telah menunjukkan bahwa itu dipercaya oleh Pemerintah Indonesia dan Mitra Luar Negeri untuk program penempatan Tenaga Kerja Indonesia. Tujuan sebenarnya adalah untuk membantu pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam menyediakan kesempatan bagi warga negara Indonesia untuk mendapatkan informasi kesempatan kerja yang tersedia di luar negeri dan memiliki pekerjaan hukum. Beberapa mitra kerja PT. Perwita Nusaraya di luar negeri yang telah mengadakan kerjasama dengan berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa (Belgia), Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Taiwan, Hong Kong, Singapura, Brunei dan Malaysia. Beberapa jenis pekerjaan yang telah disalurkan oleh kami adalah untuk mengisi posisi sebagai berikut: Manufaktur: Semi-terampil operator produksi untuk industri listrik dan elektronik: Furniture, Plastik, Karet, Automobile, Industri Logam, dll Teknisi: Mekanika, Listrik, Alat dan pembuat Dye, Engineers.
Handout Pendidikan Masyarakat

99

Konstruksi: Pengalaman Carpenter, Mason, plester dan pekerja Umum Perkebunan: Kelapa sawit, pemanen, Karet kemiringan, Sayuran, dan sebagainya Sewer Operator: Sewer operator untuk Industri Garmen Tukang las: 3-G dan 6-G tukang las (semua kategori) Restoran Layanan: Chef, Cook, Pengurus Rumah Tangga, Pelayan / ikal, Makanan Server, Room Attendant, Cleaners dan Supervisor untuk Industri cleaning, Barber, Laundry Caddies Shop dan lainnya Pekerja Rumah Tangga: Pengasuh (Perawat Home), Perawatan Lansia, dan Helper Domestik

Handout Pendidikan Masyarakat

100

You might also like