You are on page 1of 8

SERBA-SERBI TARAWIH ========================================= ============================ Daftar Isi : A. Pengantar B. Sejarah Tarawih C. Hukum Tarawih D. Waktu Tarawih E.

Jumlah Raka'at Tarawih F. Kautamaan Tarawih G. Penutup

A.Pengantar Shalat Tarawih merupakan salah satu ibadah yang khas dilakukan di malam hari bulan Ramadhan. Ibadah shalat malam ini menjadi bagian dari syiar Islam sebagai ibadah khas karena hanya dilaksanakan di bulan suci Ramadhan. Umat Islam di seluruh dunia senantiasa bergembira dan mendapat keberkahan dengan datannya bulan suci Ramadhan. Kegembiraaan dan keberkahan itu bukan hanya menyangkut persoalan ibadah puasa di siang hari, melainkan juga ibadah Shalat Tarawih di malam hari. Di bulan Ramadhan ini, umat Islam mendapatkan banyak kemudahan untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Ada banyak kelebihan dan keutamaan di bulan ini, misalnya al-Quran turun di bulan Ramadhan, malam Lailatul Qadar juga di bulan ini, dan sebagian para rasul dan nabi Allah menerima wahyu dari Allah SWT juga di bulan ini. Walhasil, Serba-Serbi Ramadhan merupakan aplikasi yang disuguhkan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman umat Islam tentang hal-ikhwal yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah Shalat Tarawih. B.Sejarah Tarawih Secara bahasa, tarawih berasal dari kata dasar bahasa Arab "tarwihah" yang berarti berhenti sesaat untuk beristirahat. Disebut demikian karena di waktu malam bulan Ramadhan, para sahabat yang mengerjakan "qiyaamul lail" (sebutan untuk ibadah atau shalat sunnah yang dilakukan di malam hari di bulan Ramadhan) beristirahat sejenak setiap selesai mengerjakan shalat 4 raka'at dalam 2 salam. Sebagian sahabat ada yang beristirahat setelah mencapai 8 raka'at, sebagian lagi yang hanya 4 raka'at. Sejak saat itu, istilah Tarawih mulai dikenal di kalangan umat Islam dan menjadi salah satu amalan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, meskipun beliau sendiri tidak melakukannya setiap malam karena khawatir Tarawih menjadi ibadah wajib bagi umatnya. Perkembangan Shalat Tarawih kemudian mengalami perbedaan, terutama masalah jumlah raka'at yang dianjurkan. Sebagian menganggap bahwa 8 raka'at adalah yang paling mendekati sunnah nabi Muhammad SAW. Sebagian lagi menganggap bahwa 20 raka'at juga bagian dari sunnah Nabi SAW, karena beliau sendiri tidak menetapkan jumlah raka'at yang harus dilaksanakan dalam Tarawih. Bahkan sebagian lagi melaksanakan Tarawih dengan jumlah raka'ar yang melebihi 20 raka'at, seperti yang dianut mazhab Maliki yang melaksanakan shalat tarawih sebanyak 36 raka'at. Demikianlah sejarah Tarawih yang kemudian berkembang menjadi bagian dari amalan ibadah sunnah. Pelaksanaan Tarawih lebih utama jika dilakukan secara bersama-sama (berjama'ah) sebagai bagian dari syi'ar Islam bagi umat manusia.

C. Hukum Shalat Tarawih

Adapun hukum Shalat Tarawih adalah sunnah mu'akkadah (amalan sunnah yang sangat dianjurkan) karena Rasulullah SAW, para sahabat, dan ulama imam mazhab melaksanakan Shalat Tarawih ini. Adapun dalil sunnahnya pelaksanaan Shalat tarawih adalah hadis Rasulullah SAW :

) .(

Siapa melaksanakan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu (Bukhari dan Muslim serta lainnya). Yang dimaksud dengan "qama ramadhan" atau "qiyam ramadhaan" adalah ibadah sunnah selain yang dilakukan di malam hari Ramadhan, yaitu Shalat Tarawih. Ini adalah pendapat Ibnu Hajar al-Ashqalani dan Imam Nawawi. Namun makna hadis itu bukan hanya membatasi bahwa "qiyam ramadhan" hanya berkaitan dengan Shalat Tarawih, melainkan setiap amalan baik adalah bagian dari qiyam Ramadhan. Oleh karena itu, penafsiran hadis itu bisa juga berlaku sepanjang bulan ramadhan, baik siang maupun malam. Sedangkan dalam kaitannya dengan pelaksanaan Shalat Tarawih; manakah yang lebih utama dilaksanakan secara berjama'ah atau sendiri di rumah? Terhadap persoalan ini, ada dua pendapat ulama; sebagian mengutamakan shalat berjama'ah dan sebagian lagi mengutamakan shalat sendiri di rumah. Pendapat yang mengatakan bahwa lebih utama melaksanakan Shalat Tarawih secara berjama'ah adalah pendapat jumhur (mayoritas ulama), baik dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'I, maupun Hanbali. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa Shalat Tarawih lebih utama dilaksanakan di rumah adalah didukung oleh Imam Malik dan sebagian kecil ulama pengikut Imam Syafi'i. Kedua pendapat tentang pelaksanaan Shalat Tarawih itu (baik yang mengutamakan shalat secara berjama'ah maupun sendiri di rumah) didasarkan pada hadis rasulullah SAW berikut :

. : . ) .(
Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW pada suatu malam melaksanakan shalat di masjid lalu para shahabat mengikuti shalat beliau. Lalu pada malam berikutnya (malam kedua), beliau shalat kembali di masjid sehingga

manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat Nabi SAW), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Namun pada malam itu Rasulullah SAW tidak keluar (untuk shalat berjama'ah) bersama mereka. Pada pagi harinya Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar pada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan (Shalat Tarawih inipen) atas kalian, dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis di atas mengindikasikan bahwa apa yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mengerjakan Shalat Tarawih, bisa ditafsirkan bahwa boleh dilakukan secara berjama'ah maupun sendiri di rumah. Namun begitu, pelaksanaan Shalat Tarawih secara berjama'ah tentu saja lebih utama, karena Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendiri" (hadis). Di samping itu, jika dilihat dari aspek sosial-keagamaan, pelaksanaan secara berjama'ah lebih mampu menghadirkan syi'ar Islam di tengah-tengah masyarakat.
D. Waktu Shalat Tarawih

Waktu shalat tarawih adalah antara shalat Isya hingga terbit fajar sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Sesungguhnya Allah telah menambah shalat pada kalian dan dia adalah shalat witir. Maka lakukanlah shalat witir itu antara shalat Isya hingga shalat fajar (HR. Ahmad). Hadis di atas, jika dikaitkan dengan pelaksanaan Shalat Tarawih yang dilakukan Rasulullah SAW dengan diiringi Shalat Witir 3 raka'at, jelas bahwa waktu pelaksanaan Shalat Tarawih adalah di malam hari. Pelaksanaan Shalat Tarawih di malam hari, memiliki beberapa hikmah. Pertama, jika di lakukan di siang hari, umat Islam masih sibuk dengan aktivitas kerja dan juga mungkin sebagian dari mereka belum cukup energi untuk melaksanakan ibadah Tarawih. Kedua, pelaksanaan di malam hari juga memiliki efek kesehatan, yaitu energi yang masuk ke dalam tubuh langsung dibakar dengan gerakan shalat yang berjumlah relatif banyak; antara 11 raka'at dan 23 raka'at. Ketiga, aktivitas ibadah di malam hari memang lebih fokus dan terkonsentrasi daripada siang hari. Hal ini karena kebanyakan umat manusia bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari. Demikianlah sekelumit waktu pelaksanaan ibadah Shalat Tarawih yang dilaksanakan di malam hari.
E. Jumlah Raka'at Tarawih

Salah satu polemik berkepanjangan di kalangan umat Islam yang berkaitan dengan Shalat Tarawih adalah mengenai jumlah raka'at: apakah 8 raka'at atau 20 raka'at yang lebih kuat dalilnya? Dalam tulisan di aplikasi ini, akan dipaparkan beberapa rujukan hadis yang berkaitan dengan jumlah raka'at Tarawih. Kemudian akan dikaji posisi keduanya tanpa berpretensi dan berkepentingan untuk memihak satu pendapat di atas pendapat lainnya. Rujukan hadis yang dikemukakan oleh pendapat yang mengatakan bahwa 11 raka'at (8 Tarawih + 3 Witir) memiliki dalil yang lebih kuat, didasarkan pada hadis Nabi SAW riwayat Aisyah RA berikut :

.( ...)
Tidaklah Rasulullah SAW melebihkan (jumlah raka'at) dari 11 raka'at baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan (HR. Muslim dan Ahmad).

Sedangkan hadis riwayat Umar bin al-Khaththab RA adalah sebagai berikut :

.( ... )

As-Sa'ib bin Yazid menceritakan bahwa Umar bin alKhaththab RA memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim ad-Dariy agar memimpin shalat bagi umatnya dengan 11 raka'at (HR. Malik).

Sedangkan dalil pelaksanaan Shalat Tarawih sebanyak 23 raka'at (20 tarawih + 3 witir) atau bahkan 36 raka'at, merujuk pada atsar (sunnah para sahabat) khususnya di masa Umar bin alKhaththab RA. Dalil pelaksanaan Tarawih di masa Umar ada 3 riwayat: 1) Aisyah RA dengan bilangan 11 raka'at; 2) Yazid bin Ruman dengan bilangan 23 raka'at; dan 3) Nafi' (pembantu) Ibnu Umar RA dengan 36 raka'at. Sebagian ulama imam mazhab juga berbeda-beda dalam pengambilan pendapat soal bilangan raka'at Shalat Tarawih. Imam Syafi'i memilih 23 raka'at berdasarkan hadis atau atsar riwayat Yazid bin Ruman. Sedangkan Imam Malik memilih 36 raka'at berdasarkan hadis atau atsar riwayat Nafi' (pembantu) Ibnu Umar. Jika dilihat dari sanad hadis, tentu jumlah 11 raka'at lebih kuat daripada 23 rraka'at atau 36 raka'at. Namun jika dilihat dari sisi kualitas ibadah, maka bilangan raka'at bukan menjadi ukuran. Apalagi dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang melaksanakan 23 raka'at bukan hanya Umar RA, melainkan juga Ali RA, Abu Bakar RA, Utsman RA, dan beberapa sahabat besar lainnya. Meskipun para sahabat itu juga tidak terus-menerus mengerjakan 23 raka'at, melainkan juga 11 raka'at. Dengan demikian, jumlah raka'at masih bersifat lentur dan terbuka. Apalagi Rasulullah SAW yang tidak

menetapkan jumlah pasti bilangan raka'at dalam mengerjakan Shalat Tarawih. Dengan demikian, ukuran utama dalam mengerjakan Shalat tarawih bukan terletak pada jumlah atau bilangannya, melainkan dari kualitas diri orang yang mengerjakan, yaitu: keikhlasan, ketenangan, kenyamanan, dan kesejukan jiwa orang tersebut. Jika orang tersebut merasa ikhlas dan nyaman dengan 11 raka'at, maka bilangan inilah yang terbaik buatnya. Begitu juga jika seseorang merasa ikhlas dan nyaman dengan 23 raka'at, maka jumlah inilah yang paling tepat baginya. Bahkan, jika seseorang merasa ikhlas dan nyaman dengan 36 raka'at (seperti yang dilakukan sebagian pengikut Imam Malik dari mazhab Maliki), maka jumlah ini adalah yang paling tepat baginya.
F. Keutamaan Tarawih

Berkenaan dengan keutamaan Shalat Tarawih, ada sebuah riwayat dari Ali bin Abu Thalib RA yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya soal keutamaan Shalat Tarawih. Lalu beliau menguraikan hari demi hari dari 30 hari di bulan Ramadhan (tentu saja ada yang berjumlah 29 hari--pen). Berikut keutamaan Shalat Tarawih dalam setiap harinya bagi setiap orang yang beriman dan hanya mengharap ridha Allah SWT : Hari ke-1 : keluar dari dirinya segala dosa seperti bayi yang baru lahir. Hari ke-2 : diampuni dosa dan juga dosa kedua orang tuanya (jika keduanya mukmin). Hari ke-3 : malaikat berseru dibawah 'Arsy: "Mulailah beramal. Semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat". Hari ke-4 : memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran). Hari ke-5 : Allah SWT memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Madinah Nabawi, dan Masjidil Aqsha. Hari ke-6 : Allah SWT memberikan pahala seperti orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu karang. Hari ke-7 : seolah-olah orang tersebut mencapai derajat seperti nabi Musa AS dan kemenangannya atas raja Fir'aun dan Haman. Hari ke-8 : Allah SWT memberikeutamaan seperti yang pernah Dia berikan pada nabi Ibrahim AS. Hari ke-9 : seolah-olah ia beribadat pada Allah SWT sebagaimana ibadatnya nabi Muhammad SAW. Hari ke-10 : Allah mengaruniai orang itu kebaikan di dunia dan di akhirat. Hari ke-11 : orang itu keluar dari dunia ini seperti saat dia dilahirkan dari perut ibunya. Hari ke-12 : orang itu datang pada hari kiamat sedang wajah bersinar seperti bulan di malam purnama.

Hari ke-13 : orang itu datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan. Hari ke-14 : para malaikat datang memberi kesaksian untuk orang itu bahwa dia telah melakukan Shalat Tarawih sehingga Allah tidak menghisab amalnya pada hari kiamat. Hari ke-15 : orang itu didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi. Hari ke-16 : Allah menerapkan baginya keselamatan dari siksa neraka dan diberi kebebasan masuk ke dalam surga. Hari ke-17 : orang itu diberi pahala seperti pahala para nabi Allah SWT. Hari ke-18 : malaikat berseru: "Wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha padamu dan pada ibu bapakmu". Hari ke-19 : Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus. Hari ke-20 : Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh). Hari ke-21 : Allah membangunkan untuknya sebuah gedung yang terbuat dari cahaya. Hari ke-22 : orang itu datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan. Hari ke-23 : Allah membangunkan sebuah kota untuknya di dalam surga. Hari ke-24 : orang itu memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan. Hari ke-25 : Allah SWT menyelamatkan orang itu dari siksa kubur. Hari ke-26 : Allah SWT mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun. Hari ke-27 : orang itu dapat melewati shirath (jembatan di atas neraka) pada hari kiamat dengan gerakan seperti kilat. Hari ke-28 : Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga. Hari ke-29 : Allah memberinya pahala seribu haji mabrur. Hari ke-30 : Allah berfirman: "Wahai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil, dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau adalah hamba-Ku." Demikianlah keutamaan ibadah Shalat Tarawih seperti diceritakan oleh Ali bin Abu Thalib RA. Semoga berita di atas bisa menambah semangat umat Islam untuk meningkatkan ibadah Shalat Tarawih di bulan suci Ramadhan ini.
G. Penutup

Demikanlah Serba-Serbi Tarawih yang bisa kami suguhkan pada kaum muslimin. Semoga di bulan suci Ramadhan ini, kita

semua bisa lebih meningkatkan kualitas iman dan takwa sehingga memperoleh manfaat dan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya untuk kita semua amiiin!!!

You might also like