You are on page 1of 2

Tumbuhkan Jiwa Entrepreneurship Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi

Sabtu, 09-Juli-2011, 01:03:43 Diperkirakan sejumlah 600 ribu lulusan Perguruan Tinggi (2009-2011) menganggur, hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa Indonesia sudah kelebihan pasokan pencari kerja dan kekurangan pasokan pencipta kerja. Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Tanpa terobosan baru dalam bidang pendidikan maka sekolah dan perguruan tinggi kita akan menjadi pabrik penghasil pengangguran khususnya para penganggur muda yang terdidik. Kondisi ini akan jadi sumber berbagai kekacauan dan bencana sosial yang mengerikan. Sangat ironis bila kita mengingat fakta bahwa Indonesia tercinta adalah zamrud khatulistiwa yang limpah dengan kekayaan alam dan budaya. Rakyat Indonesia ternyata belum berhasil mengolah karunia TUHAN Yang Maha Esa menjadi kesejahteraan bagi dirinya, keluarganya dan bagi bangsanya. Ini adalah sebuah bukti bahwa manfaat ekonomis yang terbesar memang bukan berpihak kepada siapa yang memiliki atau memperoleh kekayaan alam tapi berpihak kepada mereka yang mampu memasarkan produk kepada pasar dengan nilai tambah terbesar. Inilah hukum pasar dan siapa saja yang berada di dalam pasar harus tunduk kepada hukum ini. Oleh karena itu tanpa kecakapan entrepreneurship (kecakapan mengelola pasar) cita-cita generasi muda untuk lepas dari kemiskinan dan bangkit meraih kemakmuran tampaknya hanya jadi sebuah utopia. Pendidikan yang terjadi diseluruh dunia pada dasarnya membangun manusia-manusia pekerja. Sumber daya manusia yang kaya dengan ragam potensi telah berhasil kita masukkan dalam cetakan yang seragam yaitu dibentuk untuk jadi pencari kerja. Strategi ini tidak salah bila industri terus bertumbuh secepat pasokan tenaga kerja dan kemajuan teknologi berpihak penuh pada kaum pekerja. Pada kenyataannya sekarang Indonesia bukan satu-satunya pilihan terbaik untuk industri dunia, tetangga-tetangga kita seperti Vietnam, Kamboja dll makin ramah dan makin menarik bagi investor. Selain itu kemajuan teknologi di satu sisi menciptakan lapangan kerja di pihak lain menjadi senjata pemusnah masal lapangan kerja yang terbaik. Pembelajaran entrepreneurship bukan hanya akan menghasilkan manusia-manusia masa depan yang dapat bebas dari kemiskinan namun para entrepreneur yang bertumbuh dan berhasil adalah sumber-sumber kesejahteraan masyarakat yang dapat kita andalkan. Dari kegiatan entrepreneurship dapat kita harapkan lapangan pekerjaan baru, berbagai kutipan pajak, masyarakat yang sehat dan kota-kota yang terbangun melalui swadaya masyarakat. Pendidikan entrepreneurship adalah senjata penghancur massal untuk pengangguran dan kemiskinan sekaligus jadi tangga menuju impian setiap warga masyarakat untuk mandiri secara finansial, memiliki kemampuan membangun kemakmuran individu dan sekaligus ikut membangun kesejahteraan masyarakat. Dewi Lestari (sumber : http://www.mimbaropini.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=5077)

Jangan Tergantung Impor Sapi dari Australia


Kamis, 09-Juni-2011, 06:22:15 Mulai 8 Juni 2011, Autralia, menghentikan ekspor hewan ternak hidup ke Indonesia hingga enam bulan ke depan. Hal ini merupakan buntut dari penyiksaan sapi di Rumah Potong Hewan Indonesia yang ditayangkan televisi televisi ABC bertajuk Four Corners. Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig kepada radio ABC mengatakan kami perlu membangun perlidungan yang memadai bahwa para eksportir memberikan jaminan yang terbukti dan transparan mengenai rantai suplai, mulai dari pengiriman setiap hewan ternak Australia sampai tempat penjagalan. Penghentian impor sapi dari Austarlia ini, sebenarnya tidak perlu terjadi dan seharusnya pemerintah Australia memberikan peringatan ke Indonesia untuk membenahi rumah potong hewannya. Jika sudah diperingati tetap membandel maka baru diberikan sangsi penghentian pengiriman sapi. Kenyataanya Australia bertindak arogan langsung memberikan sangsi penghentian. Disamping itu tidaklah bijaksana dan adil jika penghentian impor sapi hanya berdasarkan pemberitaan televisi ABC yang memberitakan isi buruk RPH (Rumah Potong Hewan) di Indonesia, itupun dari 12 RPH yang mereka datangi, hanya dua unit yang melakukan praktek pemotongan tidak sesuai kaidah kesejahteraan hewan. Pada hal masih banyak RPH di Indonesia . Menteri Pertanian Suswono mengatakan tidak khawatir dengan rencana Australia yang akan menghentikan ekspor sapi potong karena dugaan penyiksaan sapi di rumah pemotongan hewan (RPH). Kalau Australia memang mau menyetop silakan, masih ada pilihan negaranegara lain yang mau ekspor sapi Dugaan adanya RPH memenurutnya tidak memenuhi animal welfare (kaidah kesejahteraan hewan) hingga melakukan penyiksaan terhadap sapi sebelum disembelih, perlu dibuktikan benar atau tidaknya. Sebenarnya dihentikannya impor sapi dari Australia masih ada peluang impor dari negara lain dan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan produksi dalam negerinya. Biarkan Australia bertindak arogan dan congkak, kita buktikan bahwa Indonesia tidak terlalu tergantung impor sapi dari mereka. Yudi Prasetyo ( Sumber : http://www.mimbaropini.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=5077)

You might also like