You are on page 1of 6

Program Pemberian Suplementasi Gizi Khusus bagi Wanita, Bayi, dan Anak-anak serta

Terjemahan. Dari judul asli: Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants, and Children and Infant Feeding Practices oleh: Alison Jacknowitz, PhDa, Daniel Novillo, MPPb, Laura Tiehen, PhDc
a

Department of Public Administration and Policy, American University, Washington, DC; bUS Government Accountability Ofce, Washington, DC; cEconomic Research Service, US Department of Agriculture, Washington, DC ABSTRAK TUJUAN. Studi ini memeriksa hubungan antara partisipasi Program Suplementasi Gizi Khusus bagi Wanita, Bayi, dan Anak-anak (WBA) dan kesesuaiannya dengan 4 rekomendasi American Academy of Pediatrics pada pemberian makanan bayi. METODE. Kami menggunakan data dari the Early Childhood Longitudinal Study-Birth Cohort, yang merepresentasikan anak-anak yang lahir pada tahun 2001 secara nasional. Kami mengestimasikan model regresi untuk mengukur hubungan antara partisipasi program dan kesesuaian dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics pada ASI eksklusif dan introduksi formula bayi, susu sapi, dan makanan padat. HASIL. Hasil regresi mengindikasikan bahwa partisipasi WBA dihubungkan dengan penurunan poin persentase-5,9 pada pemberian ASI eksklusif 4 bulan dan penurunan poin persentase-1,9 pada pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Para ibu yang mengikuti program, memiliki poin persentase-8,5 daripada nonpartisipan jika dibandingkan dengan rekomendasi the American Academy of Pediatrics dalam menunda pemberian formula bayi hingga usia 6 bulan. Program bagi para ibu lebih rendah poin persentase-8,5 daripada nonpartisipan jika dibandingkan dengan rekomendasi the American Academy of Pediatrics dalam menunda pemberian formula bayi hingga usia 6 bulan. Para ibu yang mengikuti program, memiliki poin persentase 2,5 lebih tinggi dalam menunda pemberian susu sapi hingga 8 bulan dibandingkan nonpartisipan. Partisipan memiliki poin persentase 4,5 lebih rendah dalam menunda introduksi makanan padat hingga 4 bulan. Akan tetapi, tidak terlihat perbedaan antara partisipan dan nonpartisipan pada usia bayi 6 bulan. KESIMPULAN. Hasil tersebut menyarankan bahwa meskipun partisipan program lebih cenderung memberikan ASI eksklusif daripada nonpartisipan yang memenuhi syarat, program yang menyediakan formula bayi merupakan pilihan penting bagi ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif. Program ini menghadapi tantangan dalam pemberian ASI tanpa insentif dalam mengikuti praktik pemberian makanan bayi yang direkomendasikan. Perubahan akhir-akhir ini dalam pengusulan pengemasan makanan oleh the US Department of Agriculture Food and Nutrition Service merupakan

langkah yang konsisten dengan tujuan dalam peningkatan ketaatan rekomendasi praktik pemberian makanan bayi bagi partisipan. -

rogram Suplementasi Khusus bagi Wanita, Bayi, dan Anak-anak (WBA) menyediakan makanan bergizi, konseling gizi, dan penyerahan kepada pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial lainnya kepada wanita berpendapatan rendah, bayi, dan anak-anak balita. WBA diluncurkan

sebagai program pilot pada tahun 1972 dan telah berkembang dengan melayani sekitar 88.000 partisipan pada tahun 1974 dan sekitar 8 juta partisipan pada tahun 2005. Dana kongres yang telah disesuaikan bagi WBA adalah hampir 5 milyar USD selama tahun 2005, dan lebih dari 10,4 juta selama tahun pelantikan, peningkatan yang dramatis dalam partisipasi dan pengeluaran per partisipan . Kira-kira seperempat (1,9 juta) partisipan WBA merupakan wanita hamil dan post partus . Melalui komposisi dari paket makanan dan ketetapan mengenai konseling gizi, WBA dapat mempengaruhi keputusan dalam pemberian makanan bayi partisipan. Praktik pemberian makan bayi merupakan faktor yang menentukan dalam outcome maternal dan kesehatan anak
3-14 1 2

, yang

menggarisbawahi kebutuhan untuk memahami pengaruh WBA kepada mereka. Dengan the Early Childhood Longitudinal Study-Birth Cohort (ECLS-B), studi ini memeriksa pengaruh partisipasi WBA dalam kesesuaiannya dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) dalam memperhatikan 4 praktik pemberian makanan bayi: ASI eksklusif yang persisten dan introduksi susu formula bayi, susu sapi, dan makanan padat. LATAR BELAKANG Praktik Pemberian Makanan Bayi yang Direkomendasikan Di antara berbagai bentuk makanan bayi, ASI adalah yang dipertimbangkan sebagai yang paling memberi keuntungan dari segi gizi selama periode post partum . ASI mengandung agen imunologis yang dapat memproteksi bayi dalam melawan penyakit infeksi seperti bakteri meningitis, diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) . ASI juga memberi efek positif pada kesehatan maternal, termasuk mempercepat pemulihan berat badan prakehamilan
7-9 6 4-5 3

dan menurunkan risiko kanker payudara dan kanker ovarium . Keuntungan sosial ASI termasuk biaya pemeliharaan kesehatan yang lebih rendah dan menurunkan biaya program pemerintah seperti Medicaid dan WBA melalui promosi ibu dan bayi yang lebih sehat . Dalam pemberian manfaat ASI, the AAP Work Group on Breastfeeding merekomendasikan pemberian ASI pada 6 bulan pertama kehidupan bayi . AAP mendefinisikan ASI eksklusif sebagai satu-satunya makanan kepada bayi dan berasal dari ASI, tanpa suplementasi dalam bentuk apapun. Setelah 6 bulan pertama kehidupan, AAP merekomendasikan pemberian ASI secara kontinu, dengan suplementasi dari sumber gizi lainnya. Susu formula bayi, meskipun kandungan gizinya tidak selengkap ASI, mengandung nutrien yang penting bagi outcome kesehatan positif. Kandungan zat besi yang tinggi pada susu formula fortifikasi membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, melalui penurunan risiko anemia, yang dapat mengakibatkan perkembangan abnormal pada fungsi kognitif, sosial, dan keterampilan motorik.
13 10

Susu sapi, sebaliknya rendah zat besi dan kadang sulit dicerna bagi bayi usia <9 sampai 12 bulan . AAP merekomendasikan bayi yang disapih, dan bayi yang tidak mendapatkan ASI, menerima formula yang difortifikasi zat besi daripada susu sapi. Walaupun kelanjutan ASI diharapkan sampai usia bayi satu tahun, panduan tersebut memperbolehkan makanan pendamping ASI (PASI) setelah usia 6 bulan, menunjukkan bahwa bahwa para ibu sebaiknya memperkenalkan susu formula setidaknya pada suia tersebut. AAP menyarankan secara eksplisit untuk menghindari pemberian susu sapi sampai setidaknya anak berusia 12 bulan. The AAP Work Group on Breastfeeding merekomendasikan pengenalan makanan padat pada usia anak 6 bulan, memberi catatan bahwa makanan padat tidak baik bagi pertumbuhan optimal anak hingga usia 6 bulan dan bahwa pengenalan mereka dapat menyebabkan penggantian ASI, yang kemudian berlanjut pada penyediaan proteksi melawan diare dan infeksi saluran pernapasan. Tambahan pula, beberapa penelitian menyarankan bahwa penundaan pemberian makanan padat hingga bayi berusia 6 bulan menurunkan probabilitas terjadinya reaksi alergi terhadap makanan, seperti asma dan eczema selama masa kanak-kanak . Ada para ahli, yang termasuk dalam the AAP Committee on Nutrition, yang mendukung pengenalan dari makanan komplementer kepada bayi berusia 4 hingga 6 bulan yang telah mengalami perkembangan . WBA dan Praktik Pemberian Makanan Bayi WBA menyediakan paket makanan berbeda kepada pasangan ibu/anak, tergantung dari apakah bayo tersebut mendapatkan ASI atau tidak. Bayi yang tidak mendapat ASI, menerima susu formula bayi sejak awal kelahiran. Pertimbangan meningkat saat suplai susu formula bayi dapat mengecilkan hati pemberian ASI diantara partisipan WBA. Untuk itulah, sejak 1990-an, WBA meningkatkan usaha promosi ASI . Paket makanan WBA juga telah mengalami revisi untuk menurunkan perbedaan nilai pasar paket yang disediakan bagi partisipan yang memberi ASI dan yang tidak . Seluruh bayi WBA menerima sereal sejak usia 4 hingga 12 bulan . Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa partisipan WBA kurang melakukan ASI, baik dengan maupun tanpa suplementasi
19-29 17 18 16 12 14

11

. Studi-studi terakhir menggunakan strategi empiris


20,22-24

tercanggih yang bervariasi, baik perbedaan pemberian ASI berhubungan dengan partisipasi WBA atau karakteristik lainnya yang diasosiasikan dengan partisipasi WBA .

Tidak seperti studi-studi yang memeriksa hubungan antara partisipasi WBA dan pemberian ASI yang bermacam-macam, penelitian pada WBA dan praktik pemberian makanan bayi dari rekomendasi AAP, difokuskan pada perbandingan deskriptif pada partisipan WBA dan nonpartisipan. Akan tetapi keterbatasan data memaksa kemampuan mereka dalam mengidentifikasi secara cermat siapa yang memenuhi syarat bagi WBA, yaitu grup yang menjadi pembanding yang penting. Studi juga memaksa secara luas pada siapa mereka dapat mengontrol sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Tiga penelitian menemukan bahwa partisipan WBA lebih cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif daripada nonpartisipan
27-29

. Analisis sebelumnya menemukan bahwa pastisipan


29,30

WBA berasosiasi dengan besarnya pemberitaan mengenai susu formula bayi

atau semakin
21,29,30

tingginya \kandungan zat besi yang diatribusikan oleh susu formulasi bayi berfortifikasi zat besi

Penelitian banyak yang menemukan bahwa bayi WBA lebih cenderung tidak mengkonsumsi susu sapi daripada nonpartisipan yang memenuhi syarat, pada basis pola pemberian makan yang terlaporkan
30-31 21,30-32

, dan analisis asupan gizi

. Ada satu penelitian yang berbeda, yaitu oleh Ponza et

al, yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan pemberian susu sapi pada bayi WBA dan non-WBA usia 7-11 bulan. Mereka memang menemukan bahwa bayi WBA usia 4-6 bulan lebih banyak yang diberikan susu sapi daripada bayi non-WBA, meskipun pemberian susu sapi dinilai jarang pada kedua kelompok tersebut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa bayi yang tidak memenuhi syarat dalam mendapatkan WBA dimasukkan ke dalam kelompok bayi non-WBA. Walaupun penelitian sebelumnya menemukan bahwa partisipan WBA cenderung menunda pemberian makanan padat kepada bayi hingga berusia 4 bulan , penelitian terbaru banyak yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan mengenai hal tersebut antara partisipan WBA dan non partisipan
29,31 30

. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa bayi WBA usia 4-11 bulan cenderung
32

tidak diberikan makanan padat , tetapi tidak memungkinkan untuk menentukan apakah perbedaan pada periode 4-6 bulan itu relevan dengan rekomendasi pemberian makan AAP. Penelitian sebelumnya menyediakan informasi deskriptif yang bernilai mengenai hubungan antara partisipan WBA dan rekomendasi praktik pemberian makan bayi. Studi ini berkontribusi pada beberapa dimensi penelitian ini. Pertama, studi tersebut memeriksa hubungan antara WBA dan 4 praktik pemberian makan bayi yang menerima perhatian secara signifikan lebih rendah daripada ASI manapun. Studi ini menggunakan data set representatif nasional terbaru untuk outcome ASI . Data ini menyediakan informasi yang sosioekonomi yang lengkap, sehingga dapat digunakan dalam menentukan siapa partisipan WBA yang memenuhi syarat dan siapa yang memenuhi syarat namun tidak berpartisipasi. Akhirnya, diestimasikan model regresi dan kontrol pada berbagai faktor dalam usaha untuk mengisolasi efek partisipasi WBA dalam kesesuaiannya dengan rekomendasi praktik pemberian makan bayi. METODE DATA SET Data set yang digunakan pada analisis ini adalah ECLS-B. ECLS-B adalah data set longitudinal yang dikumpulkan oleh the National Center of Education Statistics. Garis dasar sampel dari 10.688 anak-anak didesain menjadi representatif nasional untuk anak-anak yang lahir tahun 2001. Data set berisi sampel anak-anak India-Amerika, Cina, Asia Pasifik lainnya, kembar atau terlahir dengan berat badan rendah atau sangat rendah. Data awal berisi informasi yang berasal dari
28

sertifikat lahir dan informasi anak dan orang tua dari survey rumah tangga hingga 9 bulan setelah kelahiran anak. ECLS-B berisi informasi lengkap mengenai status kesehatan anak, pertumbuhan dan perkembangan, dan kesiapan memasuki sekolah. Sehubungan dengan studi ini, ECLS-B mengandung informasi partisipasi WBA, ASI dan praktik pemberian makan bayi lainnya, karakteristik demografi, pendapatan dan aset, partisipasi pada program asistensi lainnya, dan status kesehatan serta perilaku. Untuk menganalisis, kami melakukan analisis sampel dari 5.276 orang ibu. Para ibu tersebut disaring dalam 6 kriteria inklusi, dengan jumlah observasi tidak termasuk dalam kriteria. Pertama, hanya mengobservasi warga negara Amerika Serikat (86 observasi dikeluarkan). Kedua, hanya memasukkan ibu biologis (141 obervasi dikeluarkan). Ketiga, para ibu dengan kelahiran multipel akan dianggap obervasi tunggal (794 observasi dikeluarkan). Keempat, hanya ibu yang memiliki anak usian 8 bulan dan <18 bulan saat dilakukan pengukuran yang diobservasi (96 obervasi dikeluarkan). Kelima, hanya mengobservasi sampel yang memiliki data yang lengkap untuk variabel relevan, dengan pengecualian pada bayi kelahiran pertama (773 obervasi dikeluarkan). Ada >200 observasi adalah missing data baik pada bayi kelahiran pertama; untuk itu, kami memberi nilai 0, sebuah nilai modal, untuk indikator anak pertama dan memasukkan variabel yang yang memiliki missing data. Terakhir, hanya ibu yang memenuhi syarat untuk WBA yang diobservasi (3.522 observasi dikeluarkan). Untuk memenuhi syarat, seorang ibu harus memiliki pendapatan < 185% dari level kemiskinan atau berpartisipasi dalam the Food Stamp Progam, cash welfare, atau the Medicaid Program. Tambahan pula, ia harus termasuk dalam golongan wanita rawan gizi. Meskipun ECLS-B tidak memiliki data yang membedakan seorang wanita itu dalam golongan rawan gizi atau tidak, penelitian menemukan bahwa hampir seluruh individu dengan pendapatan rendah adalah pada kondisi rawan gizi. Di antara para ibu yang memenuhi syarat pada analisis sampel, 80,6% berpartisipasi dalam program WBA, dan 66,7% mulai berpartisipasi sejak masa hamil (tabel 1). Para ibu yang memilih berpartisipasi sepertinya lebih tidak mendapatkan manfaat daripada yang tidak berpartisipasi. Para ibu yang mengikuti program WBA terlihat lebih banyak yang berasal dari ras non-Hispanic Black atau Hispanic, memiliki edukasi yang lebih rendah, lebih muda, belum menikah, berpartisipasi dalam program lainnnya, dan memiliki pendapatan di bawah level kemiskinan, dibandingkan mereka yang tidak berpartisipasi.

http://geasy.wordpress.com/category/jurnal-gizi/

You might also like