You are on page 1of 15

PERAWATAN USIA LANJUT DI RUMAH Dipublikasi pada Monday, 13 December 2010 by rettyirwanasir dani menulis "

PERAWATAN USIA LANJUT DI RUMAH (HOME CARE) Kuntjoro Harimurti Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkususmo/FK Universitas Indonesia Jakarta

Pendahuluan

Seperti telah banyak disebut-sebut, populasi usia lanjut di Indonesia semakin meningkat, baik jumlah absolutnya maupun proporsinya. Diperkirakan pada tahun 2025 mendatang, proporsi usia lanjut di Indonesia mencapai 13,1% atau sekitar 27 juta jiwa. Peningkatan ini tentu membutuhkan perhatian yang lebih, baik dari pemerintah, sektor swasta, organisasi nonpemerintah, praktisi kesehatan, serta masyarakat pada umumnya, mengingat bahwa permasalahan yang dihadapi oleh mereka yang berusia lanjut pada banyak hal berbeda dengan yang dihadapi pada kelompok usia yang lebih muda. Di bidang pelayanan kesehatan, hal ini menjadi semakin nyata karena masalah kesehatan pada mereka yang berusia lanjut, secara kuantitatif dan kualitatif, sedemikian kompleksnya yang membutuhkan perhatian khusus. Seperti sistem pelayanan kesehatan nasional yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan dan berbagai pihak lain, sistem pelayanan kesehatan untuk usia lanjut secara umum terbagi menjadi 2: yang berbasis rumah-sakit (hospital-based) dan berbasis komunitas (community-based), dengan berbagai kekhususannya. Pada makalah ini akan dibahas secara singkat mengenai salah satu pelayanan untuk pasien berusia lanjut yang berbasis komunitas, yaitu perawatan di rumah (home care).

Perawatan di rumah: apa dan mengapa? Perawatan di rumah untuk usia lanjut adalah suatu upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi) untuk pasien usia lanjut yang dilakukan oleh tenaga medik/paramedik di rumah pasien, dengan keterlibatan anggota keluarga lain yang tinggal di rumah. Perawatan di rumah sebenarnya bukan monopoli pasien berusia lanjut, namun data di luar negeri menunjukkan dari seluruh upaya perawatan di rumah yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional, 85%nya dilakukan terhadap pasien-pasien berusia lanjut. Perawatan di rumah secara prinsip dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari tenaga kesehatan profesional (dokter, perawat, fisioterapis), ahli gizi, care-giver, hingga pekerja sosial. Yang penting adalah bahwa untuk melakukan perawatan usia lanjut di rumah siapapun harus dibekali prinsip-prinsip pelayanan kesehatan bagi usia lanjut yang bersifat paripurna dan interdisiplin.

Pasien usia muda yang mengalami perawatan di rumah sakit (akibat suatu penyakit yang seringkali akut) umumnya kemudian akan pulih sepenuhnya dengan cepat tanpa perlu bantuan tambahan. Hal tersebut sering tidak terjadi pada pasien berusia lanjut. Pasca perawatan di rumah sakit, walaupun penyakit akutnya sudah teratasi, seringkali pada proses pemulihan masih membutuhkan bantuan dan pendampingan sebelum sepenuhnya kembali ke kondisi semula. Pada beberapa kasus bahkan proses pemulihan ini berjalan sedemikian lambat dan berhenti pada tahap tertentu sehingga

sebagian atau seluruh aktivitasnya perlu dibantu, serta perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk membantu proses pemulihan agar pasien sedapat mungkin kembali ke kondisi semula sebelum sakit.

Bagaimana melakukan perawatan di rumah bagi usia lanjut?

Mempertimbangkan karakteristik pasien usia lanjut yang berbeda dengan usia muda, terlebih lagi mereka yang pasca perawatan di rumah sakit masih membutuhkan bantuan untuk pemulihannya, melakukan pengkajian dan memberikan perawatan bagi usia lanjut di rumah ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan. Secara umum, pasien usia lanjut (geriatri) membutuhkan suatu pengkajian khusus yang meliputi berbagai komponen yang disebut sebagai Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) atau Pendekatan Paripurna pada Pasien Geriatri (P3G).

Komponen-komponen yang harus dikaji pada saat melakukan perawatan usia lanjut di rumah adalah: 1. Kondisi fisik-medik 2. Status mental dan kognitif 3. Status fungsional 4. Status nutrisi 5. Penggunaan obat-obatan 6. Dukungan sosial (social support) 7. Pengkajian keselamatan dan keamanan rumah/lingkungan

Seperti sudah disebutkan di atas, pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dibekali prinsip-prinsip pelayanan yang komprehensif dan interdisiplin. Seorang dokter atau perawat yang melakukan perawatan usia lanjut di rumah, yang karena keterbatasan seringkali datang seorang diri, harus menempatkan dirinya sebagai anggota dan berlaku sebagai wakil dari suatu tim interdisiplin. Penutup

Pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah sudah menjadi kebutuhan. Dalam perawatan pasien usila di rumah, prinsip P3G/CGA dengan berbagai komponennya harus selalu dilakukan. Pengkajian status fungsional dan mobilitas harus menjadi komponen penting, serta keamanan rumah dan lingkungan harus diperhatikan. Mengingat bahwa perawatan usia lanjut di rumah akan menjadi kebutuhan yang besar di masa mendatang, perlu ada upaya serius dari seluruh komponen (komunitas, tenaga kesehatan, pemerintah) untuk membentuk sistem pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di rumah yang komprehensif dan terintegrasi. Referensi 1. Zang SM, Allender JA. Home care of the elderly. Philadelphia: Lippincot, 1999.

http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=57

Merawat Lansia: Di Rumah Sendiri Atau Rumah Jompo?


by TanyaDokterAnda.com on Monday, 21 February 2011 at 21:00

Jumlah lansia sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 10 juta orang yang berusia di atas 65 tahun (4,6 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara, dimana proses penuaan penduduknya terjadi paling cepat di Asia Tenggara. Hal ini dapat terjadi berkat meningkatnya perbaikan kondisi kesehatan dan kemajuan teknologi kedokteran.

Peningkatan dalam tingkat harapan hidup manusia memang patut untuk disyukuri, namun disisi lain kondisi ini menimbulkan polemik baru dalam kehidupan bermasyarakat maupun berkeluarga.

Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.

Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Hal ini masih ditambah dengan manifestasi yang kompleks dari depresi.

Pertanyaan selanjutnya adalah Bagaimana cara untuk merawat lansia agar mereka dapat melalui kehidupannya dengan lebih baik?

Terdapat dua pilihan bagaimana untuk merawat lansia. Lansia dapat dirawat di rumah sendiri oleh keluarganya atau dapat juga dirawat di tempat yang kita kenal sebagai rumah jompo.

Nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin menjadi salah satu alasan mengapa rumah jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan lansia. Mengirim keluarga yang sudah berumur dan memerlukan perawatan ekstra ke rumah jompo dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ekstra lansia tersebut mereka mempekerjakan seorang perawat untuk merawat orangtuanya di rumah.

Melalui cara ini memang terdapat keuntungan maupun kerugiannya. Lansia dapat tetap tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan rasa nyaman dan aman. Namun juga banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama. Perlu diingat bahwa lansia memerlukan berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih kekuatan tubuhnya agar tidak terus menurun, ataupun bagaimana untuk mempertahankan fungsi kognitifnya. Tak lupa bahwa lansia juga membutuhkan sosialisasi. Hal ini menuntut perhatian khusus dari keluarga yang menjaga lansia tersebut. Jangan sampai lansia merasa sendirian yang akan berdampak pada depresi walaupun berada di rumahnya sendiri.

Pada keadaan dimana keluarga dari lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan untuk merawat lansia maka rumah jompo dapat menjadi pilihan. Rumah jompo sekarang ini bukan merupakan tempat yang kumuh, reot ataupun jelek tetapi kini telah banyak rumah jompo yang baik dan tertata rapih juga menyediakan perawatan serta fasilitas yang baik dan lengkap untuk merawat lansia.

Di rumah jompo para lansia akan menemukan banyak teman, dimana selain mereka mendapatkan perawatan yang maksimal, juga telah diadakan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dapat membantu mereka dalam mempertahankan fungsi motorik dan kognitifnya, seperti permainan, olahraga, keterampilan, juga terdapat hiburan. Makanannya pun telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik. Pengukuran tanda-tanda vital seperti pengukuran tekanan darah, pengecekan gula darah, dll menjadi

salah satu rutinitas di rumah jompo.

Namun patut diperhitungkan bahwa lansia kadang sukar beradaptasi terhadap lingkungan maupun suasana baru dan kadang lebih menyukai tinggal di rumahnya sendiri. Menjadi tua dan lemah adalah proses yang tidak terelakkan. Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan penuh cinta. Perawatan lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik. sumber: Tenggara, Riki. Daminaus Vol.7 No.2: Gangguan Depresi Terselubung Dengan Manifestasi Somatik Pada Pasien Usia Lanjut. 2008. Jakarta.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150404299800487
Unutzer, Jurgen. The New England Journal of medicine Volume 257:2269-2276: Late Life depression. 2007.

Menjadi lansia (lanjut usia) bukanlah pilihan, tetapi melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan belakangan ini, maka lansia merupakan sebuah kehidupan. Komposisi penduduk Indonesia belakangan ini yang kian terbalik, dimana angka kelahiran sudah tidak terlalu meningkat, tetapi jumlah angka harapan hidup yang terus meningkat. Pada gilirannya akan menimbulkan jumlah penduduk lansia terus membengkak secara drastis. Pada tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia yang dikategorikan lansia masih sekitar 4,5% atau 5,3 juta jiwa, sementara penduduk kategori usia di bawah lima tahun (balita) sebesar 16,1%. Namun pada tahun 2000 jumlah lansia Indonesia meningkat tiga kali lipat, yakni menjadi 14,4 juta orang. Pada 2005 kondisi komposisi penduduk Indonesia telah berubah yang menjadikan penduduk lansia mencapai 7% dan balita 8,2%. Ramalan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Meningkatnya jumlah lansia, di satu sisi dapat dipandang sebagai aset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi sosial dan menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin meningkat, lansia mengalami masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya jumlah lansia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lansia menjadi korban tindak kekerasan. Untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia, seperti memberikan perlindungan dan pelayanan sosial terhadap lansia baik pelayanan kesehatan, sosial, ekonomi, gizi, intelektual dan spiritual. Agar penelantaran lansia tidak sampai terjadi, akibat ledakan jumlah lansia, sudah saatnya pemerintah melakukan sejumlah antisipasi. Penanganan lansia yang hanya mengandalkan keberadaan panti sosial, akan sangat sulit untuk melakukan pemberdayaan dan perawatan lansia. Sehingga, diperlukan peran dari anggota keluarga dan juga masyarakat, misalnya melalui perawatan di rumah (home care). Upaya Pemprov Jatim menjadikan home care sebagai ikon penanganan lansia di Jatim juga cukup positif. Bentuk pelayanan lansia di rumah ini sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-nilai budaya timur. Selain itu, program home care sangat diperlukan dalam mendayagunakan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan lansia secara utuh. Dalam hal ini dapat membantu lanjut usia mendapatkan kenyamanan dan rasa aman serta diakui keberadaannya

karena berbasis keluarga. Ketidakseimbangan antara pelayanan sosial yang tersedia dan permasalahan yang ada, berpengaruh kepada pelayanan lansia. Lansia yang terlantar semakin mudah kita saksikan disekitar kita. Ini disebabkan oleh kondisi yang berubah, sehingga mengubah pola dan kegiatan anggota keluarga yang berdampak kepada pelayanan bagi lansia. Selain itu, semakin memudarnya nilai-nilai dan penghargaan kepada lansia dan belum ada pelatihan bagi pendamping yang diberikan kepada kerabat juga menyebabkan banyak lansia yang terlantar. Permasalahan penting bagi lansia adalah permasalahan kesehatan. Berbagai penyakit degeneratif maupun penyakit non infeksi yang sulit disembuhkan juga memerlukan pelayanan kesehatan rutin yang murah (gratis), cepat dan mudah. Bila lansia sakit, segera diberikan obat atau dibawa berobat. Ada yang menemani ketika berobat, ada yang melayani ketika memerlukan bantuan. Secara ekonomi, sumber dana yang digunakan untuk merawat berasal dari kerabat, yang ditanggung secara bersama sama. Lansia juga perlu dipisahkan antara yang potensial dan yang tidak. Bagi yang potensial tetapi miskin, memerlukan kegiatan usaha ekonomi produktif agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi yang tidak potensial memerlukan bantuan ekonomi, melalui keluarga yang merawat. Sebenarnya terobosan kepedulian dan komitmen sudah banyak dilakukan pemerintah, seperti Kementerian Sosial yang telah menguji coba dalam bentuk program jaminan sosial lansia. Tetapi, dilihat jumlah yang mendapat jaminan sosial yang mencakup 12.000 orang dibandingkan yang terlantar, sedikit sekali. Program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dari Kementerian Kesehatan barangkali tanpa bayar termasuk bagi lansia terlantar. Tapi jumlahnya pun juga sangat terbatas. Terbitnya Undang-Undang (UU) Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia juga cermin bahwa pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan lansia. Pasal 25 UU 13/1998 juga menyebutkan, dibutuhkan satu lembaga nonstrukutral untuk mengoordinasikan antara masyarakat dan pemerintah, yaitu Komnas Lansia. Tugasnya membantu presiden meningkatkan kesejahteraan lansia dan memberikan saran dan pertimbangan tentang penyusunan kebijakan di bidang lansia. Tetapi, hasil penelitan dan pengkajian Komnas Lansia ke daerah-daerah, menunjukan bahwa penanganan lansia belum menggembirakan, belum memuaskan dan masih sangat terbatas. Berbagai kasus kekerasan pada lansia baik secara fisik maupun emosional masih kerap terjadi. Sehingga menyebabkan lansia mengalami trauma dan tertekan. Kekerasan yang dilakukan terhadap lansia tidak saja dilakukan oleh lingkungan sosial tetapi juga banyak dilakukan oleh keluarga. Dalam hal ini bisa disimpulkan, penanganan lansia bukan hanya menjadi kewajiban bagi pemangku kewenangan dalam hal ini sejumlah kementerian, namun juga membutuhkan peran serta masyarakat yang cukup besar. Peran serta itu sebagai perwujudan bahwa bangsa Indonesia masih menjaga budaya ketimuran, yakni selalu menghormati mereka yang tua, meski telah manula.

http://kominfo.jatimprov.go.id/potwatch.php?id=700

PELAKSANAAN HOME CARE PSTW BUDHI DHARMA BEKASI


Dipublikasikan oleh johan - Pada Senin, 24 Agustus 2009 Ditulis oleh mugiono PELAKSANAAN PELAYANAN LANJUT USIA MELALUI PROGRAM HOME CARE DI PSTW BUDHI DHARMA BEKASI

I.

LATAR BELAKANG

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi, perilaku sehat, tersedianya bermacam obat, peningkatan kualitas pengobatan dan perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang dapat menikmati usia lanjut sehingga usia

harapan hidup manusia meningkat.

Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran dan kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah ke penduduk berstruktur tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat. Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu sisi dapat dipandang sebagai asset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika social yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan social lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah dengan memberikan perlindungan dan pelayanan social terhadap lanjut usia baik pelayanan kesehatan, social, ekonomi, gizi, intelektual dan spiritual. Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Dharma sebagai lembaga yang memberikan pelayanan social terhadap lanjut usia terus berusaha mengembangkan program pelayanan yang diharapkan bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang dialami lanjut usia. Program pelayanan yang selama ini sudah berjalan adalah Program Regular diperuntukkan bagi lanjut usia tidak mampu, Program Subsidi Silang (Pelayanan terhadap lanjut usia yang mampu secara ekonomi), dan Program Day Care Servise (Pelayanan Harian Lanjut Usia). Namun kenyataan menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan selama ini kepada lanjut usia dirasakan masih belum memadai dan masih banyak lanjut usia yang belum mendapatkan perlindungan serta akses pada pelayanan social. Untuk itu PSTW Budhi Dharma berusaha mengembangkan program alternative lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan social lanjut usia yaitu Program Home Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/ Lingkungan Keluarga). Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah (home care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan social, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia. Selain itu program home care sangat diperlukan dalam mendayagunakan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan lanjut usia secara utuh. Dalam hal ini Program Home Care diharapkan dapat membantu lanjut usia mendapatkan kenyamanan dan rasa aman serta diakui keberadaannya.

II. a. MAKSUD

MAKSUD DAN TUJUAN a.

Maksud dari pelaksanaan program Home care adalah untuk mengembangkan pelayanan social terhadap lanjut usia dengan system luar panti yang berorientasi pada kebutuhan lanjut usia itu sendiri, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan bahagia.

b.

TUJUAN

Tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care) adalah: 1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan social. 2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar. 3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah. 4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah lingkungan sekitarnya. maupun di

III.

SASARAN

Pada tahun 2009 lanjut usia yang diberikan pelayanan pada program ini sebanyak 60 orang (akan tersebar dalam beberapa wilayah), secara terinci yang akan termasuk dalam 60 orang ini, sebagai berikut : a. Lanjut usia 60 tahun ke atas

b. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti. c. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain. d. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.

IV.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

Kegiatan yang dilakukan dalam program Home Care adalah: a. Pelayanan Pemberian Makanan Tambahan tujuannya agar terpenuhinya kebutuhan pangan yang bernilai gizi setara dengan asupan gizi yang diperlukan. b. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan, Pengobatan Ringan dan Bimbingan, tujuannya agar tercapai taraf kesehatan yang memenuhi syarat untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara wajar, baik sehat secara fisik, mental maupun social.

V.

PETUGAS PELAKSANA

Petugas pelaksana dalam Program Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home Care) ini adalah pegawai Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Dharma yang terdiri dari: Pekerja Sosial Perawat Tim

VI.

PROSES/CARA PELAKSANAAN

Secara singkat proses pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahap Pra Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. b. Penyiapan kerangka penyelenggaraan baik administrasi maupun teknis Pembuatan pedoman pelaksanaan Program Home Care, pembuatan bio data klien, dan lain-lain.

c. Penyusunan bahan sosialisasi termasuk di dalamnya menyusun rencana dan materi penyuluhan tentang Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah. d. Pelaksanaan sosialisasi

Dilakukan pada 2 Kelurahan di Kecamatan Cikarang Barat yaitu Keluarahn Telaga Murni dan Kelurahan Kalijaya dan 1 desa di Kabupaten Bekasi Timur yaitu Desa Jatimulya a. a. Tahap Persiapan Pengumpulan data Pendataan lanjut usia

Pengumpulan data lanjut usia dilakukan dengan cara koordinasi dengan aparat setempat, keluarga dan masyarakat. b. Pendataan anggota/ keluarga lanjut usia

Pendataan anggota/keluarga di mana lanjut usia berada, termasuk tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka tentang lanjut usia, sarana dan prasarana yang dimiliki, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. c. Pendataan Lingkungan

Pendataan lingkungan fisik, social budaya dan kondisi masyarakat sekitarnya. b. Pengolahan dan analisis data/masalah

Kegiatan ini memuat pengungkapan dan pemahaman masalah, apa kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia di rumah sebab dan akibat permasalahan dan lain-lain. c. Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah

Meliputi jangka waktu pemberian bantuan, jenis bantuan yang diberikan, cara pelaksanaan, pendanaan, sarana dan pra sarana dan lain-lain. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar atau mengalami hambatan serta cara mengatasi hambatan tersebut. Tahap Terminasi

Proses pendampingan dan perawatan dapat diakhiri setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil evaluasi. VII. 1. PELAKSANAAN KEGIATAN Bulan Januari 2009

Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan Januari 2009 adalah: a. Sosialisasi dan Pendataan

Kegiatan sosialisasi program dilaksanakan pada tanggal 5,6,7 dan 8 Januari 2009 bertempat di Kelurahan Telaga Murni dan Kelurahan Kalijaya Kecamatan Cikarang Barat serta di Desa Jati Mulya Kabupaten Bekasi Timur b. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19,20,23,27 dan 30 Januari 2009. Tiap paket berisi: b. Beras Mie instan Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden Teh Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : 2. ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi Daging tumbuh dibawah ketiak Hernia Ca Mammae ( dilakukan pemeriksaan lanjutan di RS) Bulan Februari 2009

Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan Februari 2009 adalah: a. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16,17,20,23,24 dan 27 Pebruari 2009. Tiap paket berisi:

b.

Beras Mie instan Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden Teh Abon Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi Daging tumbuh dibawah ketiak (telah dilakukan operasi oleh dr. Agus) Hernia Ca Mammae ( dilakukan pemeriksaan lanjutan di RS)

3.

Bulan Maret 2009

Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan Maret 2009 adalah: a. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20,23,24,27,30 dan 31 Maret 2009. Tiap paket berisi: Beras Mie instan Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden

b.

Teh Abon Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi Hernia Ca Mammae ( dilakukan pemeriksaan lanjutan di RS dan didiagnosa Ca Mammae stadium III)

4.

Bulan April 2009

Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan April 2009 adalah: a. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20,21,24,27,28 April 2009 dan 1 Mei 2009. Tiap paket berisi: b. Beras Mie instan Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden Teh Abon Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi

Hernia Ca Mammae ( disarankan untuk fisioterapi saja karena sudah sulit disembuhkan)

5.

Bulan Mei 2009 Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan Mei 2009 adalah:

a. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11,12,15,18,19 dan 22 Mei 2009. Tiap paket berisi: b. Beras Mie instan Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden Teh Abon Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi Hernia Ca Mammae

6.

Bulan Juni 2007

Kegiatan yang dilakukan dalam program home care bulan Juni 2009 adalah: a. Pemberian paket makanan tambahan sejumlah 60 paket. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15,16,19,22,23dan 26 Juni 2009. Tiap paket berisi: Beras Mie instan

b.

Minyak Gula Kecap Biskuit Susu Sarden Teh Abon Pemeriksaan, Pengobatan dan Bimbingan Kesehatan

Pada pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit-penyakit yang biasa dialami lanjut usia yaitu : ISPA Reumatik Gastritis Hipertensi Hernia

VIII.

HASIL DARI PROGRAM HOME CARE

Hasil yang dirasakan klien dari program home care dapat dilihat sebagai berikut: A. 1. Kondisi Sebelum Pelaksanaan Program Home Care 2009 Keadaan Ekonomi

Kondisi perekonomian keluarga lanjut usia program home care rata-rata di bawah garis kemiskinan dan dalam keadaan serba kekurangan, sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari memerlukan bantuan orang lain. 2. Kondisi Kesehatan

Kondisi Kesehatan sangat minim baik dari segi fisik klien itu sendiri maupun lingkungan di sekitar tempat tinggal klien sehingga diperlukan pemeriksaan kesehatan, pengobatan serta bimbingan kesehatan. 3. Pengetahuan dan Wawasan lanjut usia

Kondisi pengetahuan serta pendidikan yang sangat kurang sehingga banyak informasi yang tidak dapat diketahui klien maupun keluarga tentang perawatan terhadap lanjut usia.

B. 1.

Kondisi Akhir Semester pertama Pelaksanaan Program Home Care 2009 Keadaan Eko nomi

Pemberian bantuan makanan tambahan yang dilakukan dalam program home care dapat secara

langsung dilihat manfaatnya yaitu klien dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan yang diperlukan sehari-hari. 2. Kondisi Kesehatan

Pemberian pemeriksaan kesehatan, pengobatan serta bimbingan dapat meningkatkan taraf kesehatan serta pengetahuan lanjut usia dan keluarga sehingga penyakit klien dapat diketahui dan ditindaklanjuti. 3. Pengetahuan dan Wawasan Lanjut Usia

Pemberian bimbingan dapat meningkatkan pengetahuan klien maupun keluarga dalam mencari solusi untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi klien maupun keluarga.

Program Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia/ Home Care ini sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental, social serta memberikan dukungan dan pelayanan terhadap lanjut usia untuk hidup mandiri, sehingga diharapkan mampu mengurangi beban anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhannya. Selain itu juga program home care ini dapat meningkatkan derajat kesejahteraan lanjut usia secara utuh dan menyeluruh. Dalam hal ini peran home care sangat diharapkan untuk membantu lanjut usia mendapatkan kenyamanan dan rasa aman serta diakui keberadaannya.

http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=375

You might also like