You are on page 1of 10

Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Singaraja Tahun

Pelajaran 2009/2010
Oleh Made Arya Putri Agung Indhira UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model reciprocal teaching dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Singaraja tahun pelajaran 2009/2010, pada kelas VIII. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain penelitiannya adalah the nonequivalent control group design. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan analisis varian (ANAVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Reciprocal Teaching dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching memiliki tingkat pemahaman lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kata Kunci: kelompok eksperimen, kelompok kontrol, model reciprocal teaching, dan model pembelajaran konvensional

PENDAHULUAN Pendidikan IPA (fisika) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Santyasa (2004a) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran fisika bukan hanya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang mapan, tetapi juga mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan memperbaharui kembali praktek dan kemampuan penalarannya dalam mengkonstruksi pemahaman. Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman berada pada level comprehension. Pemahaman konsep memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dan merupakan dasar dalam mencapai hasil belajar. Pemahaman konsep yang tinggi menunjukkan hasil belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Yulaelawaty (dalam Sudyana, 2007) menyatakan bahwa pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi, sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan. Didasarkan pada pentingnya pemahaman dalam pembelajaran, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah. Usaha yang sudah dilakukan pemerintah selama ini adalah melalui penyempurnaan kurikulum 1994 atau kurikulum berbasis isi menjadi kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Saat ini KTSP telah dikembangkan dan dilaksanakan sebagai penyempurnaan dari KBK untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional pada tahun 2007. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dalam bidang pendidikan, sehingga diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai (Mulyasa, 2008). Pemerintah juga telah mengadakan penyetaraan pada jenjang pendidikan guru dan mengadakan penataran untuk meningkatkan kualitas guru pada semua tingkat pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah ternyata belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini tercermin pada hasil belajar siswa pada sekolah2

sekolah di Indonesia yang masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada tahun 1999 oleh The Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R) yang melaporkan bahwa siswa di Indonesia menempati peringkat 32 untuk sains (IPA) dan peringkat 34 untuk matematika dari 38 negara yang disurvei di Asia (Lubis, 2008). Pada tahun 2003, TIMSS-R kembali melaporkan bahwa kemampuan sains (IPA) siswa kelas dua sekolah menengah pertama di Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Penilaian Pendidikan-Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional (2009) menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa di Indonesia belum optimal secara merata. Hal tersebut tercermin pada hasil nilai Ujian Nasional (UN) IPA tahun pelajaran 2008/2009, yang merupakan salah satu indikator keberhasilan dari pembelajaran IPA itu sendiri. Adapun nilai UN IPA wilayah nasional, Propinsi Bali, dan khususnya Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2008/2009 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Ujian Nasional IPA Tahun Pelajaran 2008/2009 Wilayah Nilai Rata-Rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi 7,32 0,25 10,00 1,28 8,35 1,75 10,00 0,82 8,10 1,75 10,00 0,74 Indonesia Bali Buleleng

(Pusat Penilaian Pendidikan-Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009). Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai terendah dengan nilai tertinggi berbeda sangat signifikan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa pembelajaran IPA belum memberikan hasil yang optimal. Rendahnya pemahaman konsep siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu penyebabnya

adalah terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada siswa. Penyebab lain yang menyebabkan rendahnya kualitas dan kuantitas proses serta produk pembelajaran IPA adalah pengemasan pembelajaran yang kurang menarik. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam memecahkan masalah tersebut yakni merenovasi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Bertolak dari uraian di atas, maka salah satu model pembelajaran inovatif yang baik diterapkan oleh guru dan sesuai dengan paham konstruktivis adalah model reciprocal teaching. Model reciprocal teaching menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian sehingga setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya, sehingga tidak ada kesan individualisme dalam belajar (McCluskey & Titus, 2008). Guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik dan teliti serta peka dalam mengamati keadaan kelas. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa model pembelajaran konvensional (MPK), dengan model reciprocal teaching (MRT), memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik itu menimbulkan konsekuensi pada cara dan hasil penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa. Hal ini mempengaruhi pemahaman konsep IPA siswa. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model reciprocal teaching dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 5 Singaraja. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan kelompok kontrol yang non equivalen (non equivalent control group). Kelompok kontrol yang non equivalen terdiri dari 2 kelompok yang dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu variabel independent terhadap satu variabel dependent. Variabel independent tersebut adalah variabel nonmetrik
4

sebagai perlakuan. Variabel perlakuan adalah model reciprocal teaching dan model pembelajaran konvensional. Variabel dependent yang diteliti dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA siswa. Tahapan-tahapan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1)
2)

Menentukan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Melakukan observasi dan orientasi kegiatan belajar mengajar siswa di masing-masing kelas yang hendak dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen, yang pembagiannya dilakukan dengan group random sampling.

3)

Merancang instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep, serta merancang perangkat pembelajaran, yang terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk model reciprocal teaching dan model pembelajaran konvensional.

4) 5)
6)

Melakukan uji coba instrumen melalui uji validitas isi, konsistensi internal butir, konsistensi internal tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran. Melakukan penyempurnaan (revisi) instrumen penelitian yang telah diujikan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing. Mengadakan tes awal (pre-test) pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep IPA siswa sebelum diberikan perlakuan.

7)
8)

Melakukan penyempurnaan (revisi) perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS berdasarkan identifikasi pengetahuan awal siswa. Melaksanakan model pembelajaran pada masing-masing kelas. Model reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

9)

Mengadakan tes akhir (post-test) dengan tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menganalisis data tes pemahaman konsep siswa. Penelitian ini menggunakan dua kelompok belajar, yaitu satu kelas

10)

eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelompok ini memerlukan waktu yang sama, urutan dan porsi materi yang sama. Masing-masing kelas memperoleh perlakukan yang berbeda. Kelas eksperimen mempergunakan model reciprocal
5

teaching,

sedangkan

kelas

kontrol

menggunakan

model

pembelajaran

konvensional.Pada penelitian ini dikembangkan dua perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan perwujudan dari model reciprocal teaching dan model pembelajaran konvensional. Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam penelitian ini digunakan untuk memfasilitasi RPP. Jenis instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental), karena tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat (full randomize) (Sukardi, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Singaraja tahun pelajaran 2009/2010. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara group random sampling yaitu pemilihan sampel secara bertahap dengan cara random. Peneliti menggunakan teknik undian dalam pemilihan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya, dari dua kelas tersebut akan dirandom lagi untuk menentukan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model reciprocal teaching dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi RPP dan LKS. Prosedur yang ditempuh dalam menguji validitas isi RPP dan LKS yang dikembangkan adalah melalui pertimbangan para ahli yaitu dua orang dosen pembimbing dan seorang guru IPA. Berdasarkan pertimbangan para ahli tersebut, dianggap cukup reprensentatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Pada penelitian ini perhitungan tingkat kesukaran setiap butir tes menggunakan formula Mehrens dan Lehman dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Office Excel 2007 for Windows. Kriteria pengujian di mana suatu butir tes dapat digunakan dalam penelitian ini apabila dapat memenuhi indeks tingkat kesukaran 0,20 TK 0,80.Teknik analisis data dalam penelitian

ini menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis varian (ANAVA) satu jalur. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai rata-rata dan simpangan baku. Nilai rata-rata dan simpangan baku yang dideskripsikan adalah rata-rata dan simpangan baku dari nilai pemahaman konsep siswa saat pretest dan post-test. Kualifikasi data pemahaman konsep dilakukan dengan menggunakan pedoman konversi pemahaman konsep. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata (mean) ideal Mi dan simpangan baku ideal SDi.

Tabel 2 Pedoman Konversi Data Pemahaman Konsep No. 1. 2. 3. 4. 5. Kriteria Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

x Mi + 1,5 SDi
Mi + 0,5 SDi x < Mi + 1,5 SDi Mi 0,5 SDi x < Mi + 0,5 SDi Mi 1,5 SDi x < Mi 0,5 SDi

x < Mi 1,5 SDi

Keterangan: Mi = (skor tertinggi + skor terendah) SDi = 1/3 Mi Diadaptasi dari Nurkancana & Sunartana (1992)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil penelitian ini menghasilkan pengaruh model reciprocal teaching terhadap pemahaman konsep siswa lebih unggul dibandingkan dengan model konvensional. Pengembangan IPA (fisika) bergantung pada pemahaman siswa terhadap konsep fisika itu sendiri. Pemahaman dipengaruhi oleh cara siswa menginterpretasikan informasi, mengintegrasikan dengan struktur pengetahuan awal dan mengorganisirnya, menempatkannya di dalam memori mereka dan mampu menyampaikannya kembali. Pengakomodasian pengetahuan awal siswa dalam pembelajaran harus diperhatikan untuk mencapai pemahaman konsep IPA (fisika). Model pembelajaran konvensional dan model reciprocal teaching memiliki perbedaan dalam berbagai hal dalam prakteknya. Walaupun dalam pelaksanaan kedua model diawali dengan menggali pengetahuan awal. Akan tetapi, pada pembelajaran konvensional, pengetahuan yang telah diperoleh cenderung tidak dihiraukan untuk proses selanjutnya dan apabila terdapat kesalahan konsep pada pengetahuan awal tersebut, guru langsung memberikan penjelasan serta mengarahkan siswa untuk merujuk buku pedoman yang digunakan di sekolah. Sedangkan Model reciprocal teaching lebih menuntut siswa untuk aktif baik dalam pencarian informasi maupun memberikan pendapat atau bertanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Berdasarkan hasil komparasi teoretik antara kedua model tersebut, dapat diduga bahwa masing-masing model pembelajaran akan memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa sehingga terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep antara siswa yang difasilitasi model reciprocal teaching dan siswa yang difasilitasi model pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN

Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model reciprocal teaching dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa yang belajar dengan menggunakan metode reciprocal teaching memiliki pemahaman konsep IPA yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga disarankan penggunaan model pembelajaran reciprocal teaching untuk pemahaman konsep IPA.

DAFTAR PUSTAKA
9

Blickenstaff, J. B. 2005. Women and science careers: leaky pipeline or gender filter?. Journal gender and Education. 17(4). 369-368. Depdiknas. 2004. Pedoman khusus pengembangan portofolio untuk penilaian. Jakarta: Puskur Depdiknas. Doolittle, P. E., Hicks, D., Triplett, C. F., Nichols, W. D. & Young, C. A. 2006. Model reciprocal teaching for reading comprehension in higher education: a strategy for fostering the deeper understanding of texts. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 17(2). 106-118. Gardner, H. 1999. The discipline mind: what all students should understand. New York: simon & Schuster Inc. McCluskey, P & Titus. 2008. The value of a cooperative service project as model reciprocal teaching/ learning for undergraduate and graduate students. International Journal of the Scholarship of Teaching and Learning. 1-19. Nurkancana, W. & Sunartana, P. 1992. Evaluasi hasil belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Palincsar, A. & Brown, A. (1984). Model reciprocal teaching of comprehensionfostering and comprehension-monitoring activities. Cognition and Instruction. 2. 117-175. Available at: http://people.ucsc.edu/PalincsarReciprocalTeaching.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juli 2009.

10

You might also like