You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT

NAMA NIM TGL PERCOBAAN DOSEN

: ADRIAN NUGRAHA PRATAMA : 0900261 : SELASA, 24-11-2009 : DR. IDA HAMAIDAH, MSI. HAIPAN SALAM, SSI, MSI.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOVEMBER, 2009

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan untuk melakukan praktikum ini, tentang isi dan massa jenis zat padat adalah: Menggunakan jangka sorong, neraca teknis dan micrometer sekrup dengan benar. Mengukur massa dan volume benda. Menentukan massa jenis melalui pengukuran massa dan volumenya. Menggunakan teori ketidak pastian.

1.
2. 3. 4.

B. TEORI DASAR
Ada 2 macam alat ukur dalam praktikum ini, yaitu jangka sorong dengan ketelitian 0,1mm dan micrometer sekrup ketelitian 0.01mm untuk pengukuran tidak langsung. Jangka sorong:

Apabila garis 0 pada rahang geser sejajar dengan salah satu garis yang berada pada rahang tetap, (misalnya di garis ke 5) maka ukuran itu pas menunjukan ukuran 5 mm. Dan apabila garis yang 0 (rahang geser) berada di antara garis ke 5 dan 6 pada rahang tetap, dan dan garis nonius ke-5 pada rahang geser sejajar pada salahsatu nonius rahang tetap, maka ukuran itu menunjukan ukuran 5,5 mm.=> 5 (rahang tetap) + (0,1x5 (rahang geser)) = 5,5mm

Contoh lain mistar sorong 0,1 : Ukuran 56,4 mm

56 + 0,4 = 56,4 mm => 5,64 cm Micrometer:

Untuk gambar A: Ukuran menunjukan 10 mm karena: Angka 0 (bidal skala) sejajar dengan garis 10 (laras skala) 10 (laras skala) + 0,00 (tengahan) + 0,00 (laras skala) => 10 mm

Untuk gambar B: Ukuran menunjukan 9,95 mm karena: -Bidal skala berada antara garis 9 dan 10 (laras skala). -Melewati tengahan artinya jumlah laras skala + 0,50 mm -Karena melewati tengahan, dan bidal skala berjumlah 0,45 mm. maka => 9 (laras skala) + (0,50 (tengahan) + 0,45 (bidal skala)) =9,95 mm Contoh lain Micrometer 0,01: Ukuran 2,87 mm

2 + (0,50 + 0,37) = 2,87 mm Untuk mengukur volume benda dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung biasanya dilakukan dengan gelas ukur. Sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan mengukur panjang, lebar dan tebal benda yang bersangkutan. Jika massa dan volume benda diketahui, maka dengan mudah kita dapat menentukan massa jenis benda tersebut dengan rumus:

p = m V

Dengan: p = massa jenis (kg/m3) m = massa benda (kg) V = volume benda (m3)

C. PERALATAN DAN PENGUKURAN


Alat-alat praktikum: Neraca teknis Micrometer sekrup Jangka sorong Gelas ukur 3 macam balok zat padat 6. Termometer 50o C 1. 2. 3. 4. 5. Langkah-langkah Praktikum: 1. Siapkan alat- alat praktikum.

2. Catat Suhu dan tekanan udara di dalam laboratorium. 3. Ukur panjang dan lebar balok ketiga macam zat padat dengan jangka sorong masing-masing 5 kali. 4. Ukur tebal ketiga macam balok zat padat dengan micrometer sekrup masingmasing 5 kali. 5. Ukur volume ketiga macam zat padat dengan gelas ukur masing-masing 5 kali, dengan cara berikut: - Isilah gelas ukur dengan air 2/3 penuh. - Kemudian masukkan balok zat padat dengan seutas benang sampai seluruh balok terendam - Catat volume air + balok sekarang - Dengan mengurangkan volume akhir dan volume mula-mula, maka volume balok dapat diketahui 6. Ukur massa balok zat padat dengan neraca teknis sebanyak masing-masing 5 kali.

D. PENGOLAHAN DATA
A. Pengukuran Tak Langsung
No 1 2 3 4 5 Rata-rata Panjang (cm) 1 2 3 4,19 3,81 3,69 4,18 3,81 3,69 4,19 3,81 3,70 4,19 3,82 3,69 4,19 3,82 3,69 4,188 3,814 3,692 Lebar (cm) 1 2 1,97 2,08 1,97 2,09 1,98 2,09 1,98 2,09 1,97 2,09 1,974 2,088 3 1 0,998 0,999 0,998 0,998 0,998 0,9982 Tebal (cm) 2 1,046 1,047 1,047 1,046 1,046 1,0464 3 1,905 1,905 1,906 1,906 1,906 1,9056

B.

Pengukuran Langsung
No 1 2 3 4 5 Rata-rata Massa (gr) 1 2 3 65,91 20,547 85,287 7 65,91 20,547 85,287 7 65,91 20,547 85,287 7 65,91 20,547 85,287 7 65,91 20,547 85,287 7 65,91 20,547 85,287 Vol. Awal (ml) 1 2 3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Vol. Akhir (ml) 1 2 3 108 107 110 108 108 107 107 107,6 107 106 106 106 106,4 110 110 110 109 109,8

C. Perhitungan Massa Jenis Berdasarkan Pengukuran Tak Langsung Untuk Benda 1,2,3.
-Benda 1:

p=m V p= m p.l.t p= 65,917 = 65,917 4,188 . 1,974 . 0,9982 8,252 3 p = 7,988 kg/m
-Benda 2:

p=m V p= m p.l.t p= 20,547 = 20,547 => p = 2,465 kg/m3 3,814 . 2,088 . 1,0464 8,333
-Benda 3:

p=m V p= m .r2.t p= 85,287 = 85,287 3,14 . 0,907 . 3,692 10,51 p = 8,11 kg/m3 D. Perhitungan Massa Jenis Berdasarkan Pengukuran Langsung Untuk Benda 1,2,3.
-Benda 1:

p=m V p= m V

p=

m = 65,917 = 65,917 Vol.akhir-vol.awal 107,6 - 100 7,6 3 p = 8,673 kg/m


-Benda 2:

p=m V p= m V p= m = 20,547 = 20,547 Vol.akhir-vol.awal 106,4 - 100 6,4 3 p = 3,21 kg/m


-Benda 3:

p=m V p= m V p= m = 85,287 = 85,287 Vol.akhir-vol.awal 109,8 - 100 9,8 3 p = 3,21 kg/m

E. KOMENTAR DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data praktikum yang diolah, dapat kita membandingkan mana yang lebih teliti, pangukuran langsung atau tidak langsung. Dan hasilnya adalah pengukuran secara langsung yang teliti. Karena digunakan juga teknologi yang lebih canggih seperti neraca teknis. Dan mengapa pangukuran tidak langsung cenderung tidak teliti atau adanya ketidakpastian? Ada 3 kemungkinan, yaitu: Disebabkan adanya kesalahan baik si pengukur maupun alat ukurnya. - Kesalahan umum/keteledoran, kesalahan disebabkan si pengamat antara lain kurang terampil dengan alat yang dipakai. - Kesalahan Acak, kesalahan disebabkan fluktuasi-fluktuasi halus diantaranya gerak molekul udara, fluktuasis tegangan PLN, getaran, dll. Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi terhadap nilai benarnya (xo) sehinga peluangnya diatas atau dibawah nilai benar. Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan mengambil nilai rata-rata hasil pengukuran. Kesalahan Sistematis, kesalahan oleh kalibrasi alat, kesalahan titik nol, kesalahan komponen dan kesalahan arah pandang/paralaks. Kesalahan sistematis yang besar menyebabkan pengukuran tidak akurat.

F. KESIMPULAN
Hasil pengukuran dikatakan akurat bila nilai rata-rata hasil pengukuran mendekati/ hampir sama dengan nilai yang benar. Bila nilai rata-rata jauh dari nilai benar maka hasil pengukuran dikatakan tidak akurat. Contoh : Nilai benar panjang benda adalah 8,24 cm. Lima kali dilakukan pengukuran berulang didapatkan data pengukuran (1). 8,20 (2). 8,22 (3). 8,20 (4). 8,28 dan (5). 8,25. Nilai rata-rata hasil pengukuran didapatkan dari ((8,20 + 8,22 + 8,20 + 8,28 + 8,25)/5) = 8,23 cm. Maka nilai rata-rata hasil pengukuran tersebut dikatakan akurat karena mendekati nilai benar yaitu 8,24 Sedangkan hasil pengukuran dikatakan presisi bila data hasil pengukuran terpencar dekat dengan nilai rata-rata hasil pengukuran sebagaimana contoh diatas. Bila hasil lima kali pengukuran diatas didapatkan (1). 8,35 (2). 8,42 (3). 7,95 (4). 7.95 dan (5). 8,50. Nilai rata-rata hasil pengukuran 8,23 cm, maka dikatakan tidak presisi karena penyebaran hasil pengukuran terpancar jauh dari nilai rata-ratanya walaupun nilai rata-ratanya mendekati nilai sebenarnya. Kekurangakuratan hasil pengukuran dimungkinkan akibat kesalahan sistematis yang besar dan ketidakpresisian hasil pengukuran akibat kesalahan acak yang besar, dan juga dapat mempengaruhi massa jenis zat padat.

G.DAFTAR PUSTAKA
Tugas Praktikum Fisika pada tanggal 24-11-2009 www.google.com S, Toni. Pengukuran. Politeknik Mekanik Swiss ITB,1983

You might also like