You are on page 1of 52

LAPORAN TETAP BIOKIMIA II

OLEH : RAYAL AINI


NIM : G1C 008 012

PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MATARAM
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan hidayahnya penyusunan laporan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah Biokimia 2.
Pembuatan laporan ini,merupakan hasil praktikum yang bertujuan untuk memahami secara
mendalam materi-materi kuliah dan mengetahui prosedur kerja dari praktikum yang telah
dilakukan.Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kritik dan
saran yang sifatnya membangun bagi penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya sangat
diperlukan.Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa kimia.



Mataram, 24 Juni 2011

Penulis



DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................................... I
Halaman Pengesahan........................................................................................................... II
Kata Pengantar .................................................................................................................... III
Daftar Isi ............................................................................................................................... IV
Uji Sifat Fisik Dan Kimia Cairan Tubuh ............................................................................... 1
Menetapkan Kadar Kolesterol ............................................................................................... 19
Penetapan Amilase (Wohlgemuth) ........................................................................................ 36

















UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR DAN EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Mengetahui sifat fisik dan kimia dari cairan tubuh yaitu air liur dan
empedu.
2. Hari, tanggal : Senin, 21 Mei 2011.
3. Tempat : Laboratorium Kimia Lantai II , Fakultas MIPA Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI
Saliva atau air liur adalah cairan yang lebih kental dari air biasa. Tiap hari sekitar 1-1,5
liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri
atas ion-ion Ca
2+
, Mg
2+
, Na
+
, K
+
, PO
4
3-
, Cl

, HCO
3
,
SO
4
2
, dan zat-zat organik seperti musin
dan enzim amilase atau ptialin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual
dan kelenjar submandibular, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar parotid. Saliva
mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit dibawah 7
(Poedjiadi, 2007: 235).
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris,
dan sublingualis. Selain itu, air liur juga disekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa
mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari kelenjar ke dalam mulut
dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsangan pusat akibat
rangsang psikis atau somatik. Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk
membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah ditelan. Air liur juga merupakan tempat
ekskresi obat-obat tertentu seperti alkohol dan morfin. Air liur mengandung air kira-kira
99,5%. Sekitar dua pertiga dari bahan terlarut dalam air liur merupakan bahan organik dan
sepertiganya adalah bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain adalah
natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat dan bikarbonat. Sedangkan kandungan organik
air liur terutama terdiri atas musin dan enzim amilase, bahan organik lain yang juga terdapat
dalam jumlah sedikit adalah urea, kolesterol, hormon-hormon tertentu dll. Saliva juga
mengandung berbagai macam sel, seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri
(Prijanti, 1999: 22).
Liur mengandung amilase dan lipase. -amilase liur mampu membuat pati dan glikogen
dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat (1-
4). Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang, sehingga kerja pencernaan
makanan di dalam mulut akan terhenti begitu lingkungan lambung yang asam menembus
partikel makanan. Pada banyak hewan, enzim amilase liur sama sekali tidak dijumpai
(Murray, 2001: 632).
Cairan lain yang terdapat dalam tubuh yang juga berperan pada pencernaan makan yaitu
cairan empedu. Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu
apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini terdapat melekat pada hati. Pada waktu ada
proses pencernaan makanan, kantung empedu berkontraksi, dan mengeluarkan cairan empedu
ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pankreas pada
bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental, dan
mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL sampai
700 ml. Kontraksi dan pengenduran kantung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang
dibentuk dalam sel usus, sebagai akibat adanya makanan yang masuk ke dalam usus, terutama
protein dan lemak (Poedjiadi, 2007: 244).
Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada pencernaan
makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen intestinal lebih dahulu
disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan mengosongkan isinya selama proses
pencernaan berlangsung di dalam intestin. Empedu dan kelenjar pancreas bermuara ditempat
yang sama di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin,
salah satu komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu,
empedu akan mengalami proses pemekatan melalui cara absorpsi air (Hardjasasmita, 1992;
27)
Meskipun hati bukan suatu organ yang tepat dari pencernaan, sekresinya, empedu
memegang peranan penting dalam pencernaan lemak. Empedu dihasilkan secara terus-
menerus oleh hati, tapi ditampung dalam sebuah alat penampung ialah kantung empedu
diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan
merangsang konsentrasi kantung empedu dan keluarnya empedu yang dihimpun ke dalam
duodenum. Empedu kecuali garam empedu mengandung bahan lainnya, antara lain ialah
pigmen empedu, pigmen empedu ini adalah ahsil pemecahan pigmen sel darah merah,
hemoglobin, yang dipindahkan oleh hati dari sel-sel darah merah yang tua. Warna kecoklatan
pigmen empedu ini memberi warna coklat yang khass dari feses atau tinja (Kimball, 1983;
171).
Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada udara terbuka
maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru, dan coklat karena pigmen empedu
teroksidasi. Kandungan empedu yang penting antara lain adalah garam-garam empedu,
pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Empedu merupakan
campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan-bahan yang disekresi misalnya garam-garam
empedu, sedangkan yang disekresi misalnya pigmen empedu dan kolesterol. Pigmen-pigmen
empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel-sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial dari hati, limpa dan sumsum
tulang. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwarna hijau dan bilirubin yang
berwarna jingga/kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan
menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya mesobiliverdin (hijau hingga biru),
mesobilirubin (kuning) dan mesobilisianin (biru hingga ungu) (Prijanti, 1999: 32-33).



C. ALAT DAN BAHAN
Alat : - Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Rak Tabung Reaksi
- Pipet Volum
Bahan : - Air Liur
- Empedu
- Indikator Univesal
- Kertas Saring
- NaOH 10%
- CuSO
4

- Pereaksi Molisch
- Asam Sulfat Pekat
- Asam Asetat Encer
- HCl
- BaCl
2
2%
- HNO
3
pekat
- Larutan Sukrosa 5%
- Minyak
- Air Suling

D. CARA KERJA
Air Liur
1. Uji Biuret
2 mL Air Liur (tidak disaring)
- Masukkan tabung reaksi
- + 2mL NaOH 10% (campur)
- + CuSO
4

- Campur
Hasil
2. Uji Molisch
2 mL Air Liur (tidak disaring)
- Masukkan tabung reaksi
- + 2 tetes pereaksi Molisch
- Campur
Hasil
- + 2 mL asam sulfat pekat (alirkan melalui dinding
tabung)
- Perhatikan dan catat perubahannya
Hasil

3. Uji Presipitasi
2 mL Air Liur (disaring)
- Masukka tabung reaksi
- + 1 tetes asam asetat encer
- Campur
- Perhatikan dan catat yang terjadi
Hasil

4. Uji Sulfat
1 mL Air Liur (disaring)
- Masukkan tabung reaksi
- + 3-5 tetes HCl
- + 5-10 tetes BaCl
2

- Campur
- Perhatikan dan catat yang terjadi
Hasil
Empedu
1. Sifat Empedu
Perhatikan dan catat sifat fisik empedu




2. Uji Gmelin
3 mL HNO
3
pekat
- Masukkan tabung reaksi
- Alirkan melalui dinding tabung 3 mL empedu encer
(kedua larutan tidak bercampur)
- Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan kedua
cairan
Hasil
3. Uji Pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
- Masukkan tabung reaksi
- + 5 tetes larutan sukrosa 5%
- Alirkan 3 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung
2 lapisan cairan
- Perhatikan cincin pada perbatasan kedua lapisan
Hasil

4. Fungsi Empedu sebagai Emulgator
2 tabung reaksi

Tabung I Tabung II
- Masukkan @ 3 mL air suling
- + @ 1 tetes minyak

Tabung I Tabung II
- + 3 mL empedu encer
- Kocok keduanya
- Catat apakah terbentuk emulsi yang stabil
Hasil tabung I dan tabung II




E. HASIL PENGAMATAN
Air Liur
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
Uji Biuret
2 ml air liur (tidak disaring) + 2 mL
NaOH 10% (campur)
+ beberapa tetes CuSO
4
(campur)

Terbentuk 2 fase. Di atas putij keruh dan
bagian bawah bening
Larutan berubah menjadi biru dan setelah
dikocok larutan menjadi ungu, makin
lama dikocok larutan semakin ungu
Uji Molisch
2 mL air liur (tidak disaring) + 2 tetes
pereaksi Molisch (campur)

+ 2 mL asam sulfat pekat (alirkan
melalui dinding tabung)


Larutan menjadi keruh dan terdapat butir
hitam
Terbentuk cincin, dan terdapat 3 fase
Atas : putih keruh agak cokelat
Tengah: cincin ungu
Bawah : putih bening
Uji Presipitasi
2 ml air liur (disaring) + 1 tetes asam
asetat encer (campur)

Setelah disaring air liur menjadi bening.
Larutan menjadi putih keruh dan
terbentuk buih dipermukaan larutan
Uji Sulfat
1 mL air liur (disaring) + 3-5 tetes HCl
+ 5-10 tetes BaCl
2
2% (campur)

Warna larutan menjadi bening
Menjadi lebih bening

Empedu
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
Sifat Empedu
Perhatikan dan catat sifat fisik empedu

Terdapat lendir berwarna hijau, memiliki
selaput seperti kantung yang di dalamnya
terdapat cairan kental berwarna hijau tua
Uji Gmelin
HNO
3
pekat + 3 mL empedu encer (tidak
bercampur)


Terbentuk beberapa fase, paling atas
hijau, selanjutnya hitam, cokelat, merah
kekuningan dan paling bawah bening.
Setelah didiamkan beberapa detik
terdapat 4 fase dengan warna berbeda;
I (paling atas): coklat tanah
II : orange kemerahan
III : kuning
IV (paling bawah) : bening
Uji Pettenkofer
5 mL empedu encer + 5 tetes larutan
sukrosa
Alirkan 3 mL asam sulfat pekat melalui
dinding tabung (terbentuk 2 lapisan)

Timbul gelembung (busa) di atas.
Terbentuk 3 lapisan:
Lapisan atas : warna hijau
Lapisan tengah : agak hitam
Lapisan bawah : agak bening coklat
Fungsi Empedu sebagai emulgator
2 tabung reaksi @ masukkan 3 mL air
suling + @ 1 tetes minyak
Tabung II + 3 mL empedu encer
Kocok kedua tabung


Tabung I dan II antara air suling dan
minyak berpisah
Ya.
Di bagian paling atas terbentuk emulsi.
Minyak tersisa sedikit, ada yang larut dan
ada yang tidak larut.


F. ANALISIS DATA
Persamaan reaksi1. Air Liur
Uji biuret


Uji molish



Uji presipitasi

Uji sulfat

2. Empedu
Uji gmelin
Bilirubin + HNO
3
cincin kuning (Choletelin)






Uji Pettenkoffer
O
OH
H
O H
OH
H
O H OH
O
H
H
H
O H
OH
H OH
H
OH
O
terhidrolisis
OH
O
H OH
O H H
H OH
H OH
sukrosa
glukosa

OH
O
H OH
O H H
H OH
H OH
glukosa
+ H
2
SO
4
C
O
CH
C
CH
CH
O
H
2
C
OH
5-hidroksimetil furfural
C
O
CH
C
CH
CH
O
H
2
C
OH
5-hidroksimetil furfural
+
asam-asam empedu
kompleks hijau kehitaman

Uji empedu sebagai emulgator
Garam-garam empedu + minyak micelles
Micelles + air larut



G. PEMBAHASAN
Pencernaan makanan yaitu pengubahan makanan dari sejak awal hingga menjadi bentuk
molekular yang siap untuk diserapmelalui dinding usus. Proses ini berlangsung dalam sistem
pencernaan makanan yang terdiri dari berbagai organ tubuh yaitu mulut sampai empedu.Di
dalam mulut terdapat cairan air liur atau saliva yang terdiri atas enzim amilase yang dapat
membantu dalam proses penghancuran makanan secara kimiawi.
Pada praktikum ini akan dibahas mengenai sifat fisik saliva (air liur) dan empedu sebagai
organ pencernaan manusia. Percobaan pertama yang dilakukan yaitu mengamati sifat fisik dari
air liur dan empedu. Sifat fisik yang dapat di amati dari air liur tersebut, yaitu air liur terlihat
kental daripada air biasa. Sedangkan empedu terlihat berwarna hijau tua dan pekat. Warna hijau
ini disebabkan adanya pigmen biliverdin, yaitu zat warna empedu yang berasal dari pemecahan
hemoglobin pada butir darah merah. Empedu berbau amis hal ini dikarenakan empedu banyak
mengandung garam-garam anorganik, kolesterol, lemak dan pigmen-pigmen yang bercampur
menjadi satu sehingga menghasilkan bau yang amis. Keadaan wujud dari empedu adalah cair dan
kental, banyaknya zat-zat yang terkandung dalam empedu mengakibatkan cairan empedu kental.
Adapun percobaan yang dilakukan pada air liur atau saliva yaitu penetapan pH air liur,
uji biuret, uji molisch uji presipitasi dan uji sulfat.
Pada penetapan pH air liur dengan kertas indikator didapatkan bahwa pH air liur yaitu 8,
yang menunjukkan bahwa air liur tersebut bersifat basa. Namun pada umumnya pH saliva adalah
sedikit dibawah 7 (Poedjiadi, 2007: 235), yang artinya bersifat asam. Perbedaan pH air liur pada
praktikum bisa disebabkan karena faktor makanan yang dikonsumsi oleh pemilik air liur.
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi biuret yang bertujuan untuk membuktikan adanya senyawa
dengan ikatan peptida (protein) dalam air liur. Reaksi biuret (larutan CuSO
4
alkalis) terdiri atas
larutan NaOH dan larutan CuSO
4
. Cu pada larutan alkalis bereaksi dengan protein membentuk
suatu kompleks koordinasi antara ion Cu
2+
dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptida.
Kompleks tersebut memberi warna lembayung (Prijanti, 1999: 25). Penambahan NaOH pada
reaksi biuret bertujuan agar larutan protein dalam air liur menjadi alkalis, sedangkan
penambahan CuSO
4
akan menunjukkan apakah uji ini positif atau negatif. Uji positif dari reaksi
ini ditandai dengan terbentuknya endapan ungu. Hal ini terjadi karena gugus CO dan NH dari
ikatan peptida dalam molekul protein yang di uji membentuk warna merah violet atau ungu bila
direaksikan dengan

dalam suasana alkali.Dan dari praktikum yang dilakukan uji ini positi
karena terbentuknya warna ungu pada larutan setelah dikocok. Hal ini menunjukkan adanya
ikatan peptida pada air liur tersebut.

Uji ketiga dari air liur yaitu uji Molisch yang bertujuan menunjukkan adanya karbohidrat
dalam air liur. Pereaksi Molisch terdiri dari larutan -naftol dalam alkohol. Bila pereaksi ini
ditambahkan misalnya, pada larutan glukosa kemudian dengan hati-hati ditambahkan asam sulfat
pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair dengan adanya cincin ungu (Poedjiadi, 2007: 42).
Reaksi ini disebabkan oleh daya dehidrasi asam anorganik pekat terhadap karbohidrat,
membentuk furfural atau turunannya, seperti hidroksimetilfurfural. Pereaksi Molisch yang terdiri
atas -naftol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa berwarna ungu (Prijanti, 1999:
27). Dan dari hasil pengamatan yang kami lakukan terliha adanya cincin ungu yang
menunjukkan bahwa uji ini positif, artinya pada air liur terdapat adanya karbohidrat. Selain itu
pada reaksi ini menujukkan adanya reaksi eksoterm, yang ditandai dengan dinding tabung terasa
hangat.
Uji selanjutnya yaitu uji presipitasi pada air liur yang disaring, yang bertujuan menunjukkan
adanya musin dalam air liur dengan dasar bahwa protein dapat dipresipitasi oleh asam asetat.
Hasilnya diperoleh larutan yang berubah menjadi keruh, yang menunjukkan bahwa dalam air liur
tersebut terdapat musin yaitu suatu golongan glikoprotein, dimana protein berikatan dengan
karbohidrat.
Uji terakhir untuk air liur yaitu uji sulfat yang tujuannya untuk menunjukkan adanya sulfat
dalam air liur. Dimana dasarnya bahwa ion sulfat dapat diendapkan oleh barium. Uji positif dari
reaski ini yaitu akan terbentuk senyawa berwarna, namun dari hasil praktikum tidak didapatkan
larutan berwarna dan tidakada endapan karena larutan menjadi bening yang berarti di dalam air
liur tidak terdapat adanya sulfat.
Pengujian kedua yaitu untuk empedu. Untuk mengetahui sifat lain dari empedu dilakukan
3 macam uji, yaitu uji gmelin, pettenkofer, dan pengujian untuk membuktikan fungsi empedu
sebagai emulgator. Uji pertama yaitu uji gmelin tujuannya untuk mengetahui adanya pigmen
empedu. Hasil yang didapat dari uji ini dengan penambahan HNO
3
yaitu terbentuk beberapa
warna seperti coklat, kuning, dan bening dimana warna-warna ini merupakan pigmen dari
empedu. Hal ini terjadi karena penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan menghasilkan
senyawa hasil oksidasi yang berwarna.Sehingga dari percobaan ini dapat dikatakan bahwa
empedu tersebut mengandung pigmen empedu.
Uji kedua yaitu uji pettenkofer yang bertujian untuk membuktikan adanya asam empedu.
Asam-asam empedu yang terdapat dalam empedu terutama sebagai garam empedu, merupakan
turunan senyawa aromatik kompleks. Asam empedu bereaksi dengan furfural (yang terbentuk
pada penambahan asam pekat dan karbohidrat) membentuk turunan yang berwarna (Prijanti,
1999: 35). Pada percobaan ini terlihat bahwa setelah pnambahan asam sulfat pekat larutan
menimbulkan tiga wara yaitu hijau muda, hitam dan bening kekuningan. Hal ini menunjukkan
bahwa pada empedu terdapat adanya asam empedu.
Uji terakhir terhadap empedu yaitu untuk membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator
atau bahan yang dapat menstabilkan emulsi. Emulsi adalah suatu suspensi penstabil yang
terbentuk dari 2 atau lebih zat cair yang tidak dapat larut satu sama lain. Untuk menstabilkan
emulsi dibutuhkan komponen ketiga yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara kedua
fase cairan. Garam empedu mempunyai kemampuan cukup besar untuk menurunkan tegangan
permukaan. Kemampuan ini membuat getah empedu mampu mengemulsikan lemak di dalam
usus dan melarutkan asam lemak serta sabun yang tak larut air (Murray, 2001: 634). Hasil yang
didapat yaitu pada tabung 2 terbentuk emulsi dimana minyak yang ditambahkan tidak larut
semua namun tersisa sedikit yang tak larut.



H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Sifat fisik air liur yaitu air liur terlihat kental daripada air biasa.
2. Empedu terlihat berwarna hijau tua dan pekat. Warna hijau ini disebabkan adanya
pigmen biliverdin, yaitu zat warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin
pada butir darah merah. Empedu berbau amis hal ini dikarenakan empedu banyak
mengandung garam-garam anorganik, kolesterol, lemak dan pigmen-pigmen yang
bercampur menjadi satu sehingga menghasilkan bau yang amis.
3. Reaksi biuret yang bertujuan untuk membuktikan adanya senyawa dengan ikatan
peptida (protein) dalam air liur, menunjukkan hasil yang positif yang ditandai dengan
terbentuknya warna ungu pada larutan.
4. Uji Molisch yang bertujuan menunjukkan adanya karbohidrat dalam air liur dan uji
ini menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin ungu
5.
6. Dari uji sulfat dapat disimpulkan bahwa dalam air liur terkandung sulfat ditunjukkan
dengan terbetuknya senyawa berwarna. Dan pada praktikum uji ini negatif
7. Dari uji gmelin yang dilakukan terhadap empedu dapat dibuktikan bahwa dalam
pigmen terdapat adanya pigmen empedu yang ditunjukkan oleh terbentuknya warna-
warna setelah penambahan HNO
3

8. Uji pettenkofer membuktikan di dalam empedu terdapat asam empedu yang
ditunjukkan oleh terbentukya warna setelah penambahan reaktan.
9. Empedu dapat berfungsi sebagai emulgator karena mempunyai kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan









DAFTAR PUSTAKA
Hardjasasmita, Pantjita.1992.Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Kimball, John. W.1983.Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Murray, Robert K dkk. 2001. Biokimia Harper. Jakarta: Kedokteran EGC.

Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Prijanti, Ani Retno. 1999. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: Widya Medika.
























MENETAPKAN KADAR KOLESTEROL
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kolesterol
2. Hari, Tanggal : Senin, 30 Mei 2011
3. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai
dalam hampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning telur merupakan
sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam
biosintesis hormin steroid, namun tak merupakan keharusan dalam makanan karena dapat
disintesis dari asetilkoenzim A. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan
arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), suatu keadaan dalam mana kolesterol dan lipid-
lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah dapat dikendalikan dengan diet (Fessenden,
1986: 425).
Barangkali steroid yang paling dikeal ialah kolesterol. Dengan 27 karbon, kolesterol
dibiosintesis dari lanosterol lewat urutan reaksi, yang menyertakan pelepasan tiga atom
karbon. Kolesterol terdapat dalam semua sel hewan tetapi terutama terkonsentrasi dalam otak
dan sumsum tulang punggung, dan pada tubuh manusia terdapat dalam darah, empedu,
adrenal korteks, dan jaringan syaraf. Jumlah total kolesterol yang ada dalam tubuh manusia
rata-rata ialah sekitar 2 ons. Tampaknya terdapat hubungan antara konsentrasi kolesterol
serum darah dan penyakit jantung koroner. Kadar di bawah 200 mg/dL dapat diterima, tetapi
kadar di atas 280 mg/dL tampaknya beresiko tinggi (Hart, 2003: 479).
Dari rumus kolesterol, dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada atom
C nomor 3 mempunyai posisi oleh karena dihubungkan dengan garis penuh.
OH
CH
3
CH
3
CH
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CH
CH
3
CH
3
kolesterol

Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol
panas. Bila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal
yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, dan mempunyai titik lebur 150-151C.
Endapan kolesterol bila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Adanya kolesterol
dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satu diantaranya ialah
reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan larutan ini dituangkan
di atas larutan ini dituangkan di atas larutan asam sulfat pekat dengan hati-hati, maka bagian
asam berwarna kekuningan dengan fluoresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform
akan berwarna biru dan yang berubah menjadi merah dan ungu. Larutan kolesteol dalam
kloroform bila ditambah anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat, maka larutan tersebut
mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru, dan hijau. Ini disebut reaski Lieberman
Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol
(Poedjiadi, 2007: 74-75).
Kolesterol adalah lipid yang terdapat pada membran sel pada jaringan hewan, dan
ditransportasikan ke plasma darah pada hewan tersebut. Sebagian besar kolesterol di dalam
tubuh kita disintesa oleh tubuh dan juga diambil dari sumber makanan. Kolesterol memainkan
peranan penting dalam proses biokimia misalnya sebagai komponen membran sel dan sintesa
berbagai hormon steroid. Karena kolesterol tidak larut dalam darah, maka ditransportasikan
dalam system sirkulai lipoprotein ( Sudarma, 2009: 85).
Spektofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans (T atau %T) atau absorban
(A) suatu cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektofotometer dapat digunakan
untuk mengukur serapan baik dadaerah tampak ( sinar tampak) dengan daerah panjang
gelombang antara 380-750 nm, didaerah ultra lembayung(sinar UV atau sinar ultraviolet)
dengan daerah panjang gelombang antara 200-350nm. Absorpsi dalam daerah ultraviolet dan
daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak absorpsi (
maks
) dapat
dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam spesies (Khopkar, 2007: 201-202).
Absorpsi cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektonik yaitu
promosi elektronik dari orbital keadaan dasar tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang
gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elekton.
Molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya
dalam daerah tampak( yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah
dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih
pendek. Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai
maks
, yakni panjang
gelombang pada titik tertinggi kurva. Ahli kimia menyatakan absorpsi energi itu sebagai
absortivitas molar dan bukan sebagai absorbans sebenarnya. Sering kali spektra UV dialur
untuk menunjukkan c atau log c dan bukan A sebagai ordinat (Fessenden, 1986: 437-439):
c= A/ cl
c = absortivitas molar
A= absorbans
c = konsentrasi , dalam M
l= panjang sel , dalam cm


C. ALAT DAN BAHAN
Alat : - Alat Spektrofotometer UV
- Vortex Mixer
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung Reaksi
- Penutup Tabung Reaksi
- Pipet Volum
- Pipet Tetes
- Penjepit
- Penangas Air
Bahan : - Alkohol Absolut
- Serum (tinggi dan rendah)
- Petroleum Eter
- Colour Reagent (1,0 mgr FeCl
3
.6H
2
O/ml asam asetat glasial)
- Colour Reagent (0,000 gr FeCl
3
.6H
2
O/ml asam asetat glasial)
- Kolesterol Standar
- H
2
SO
4
pekat
- Asetat glasial
- Aquades
D. SKEMA KERJA
Uji Sampel
25 mL alkohol absolut
Masukkan dalam tabung reaksi bertutup (S)
+ 0,1 ml serum
Kocok
Hasil
+ 5 ml petroleum eter (tutup tabung)
Campur dengan vortex mixer (30 detik)
Hasil
+ 3 ml aquades
Kocok (10-15 detik)
Diamkan sampai terbentuk 2 lapisan

Lapisan Atas Lapisan Bawah
Ambil, masukkan tabung reaksi lain
Uapkan, Masukkan penangas (80C)
Biarkan mengering di udara terbuka
Hasil
+ 4 ml colour reagent (1 ml FeCl
3
. 6H
2
O / ml asam asetat glasial)
Sampel Blangko
A penangas air 5 menit Masukkan 4 mL asam asetat
Dinginkan pada suhu kamar glasial
+ 3 mL asam sulfat pekat
Kocok dengan vortex mixer
Diamkan dalam ruang gelap (30 menit)
Ukur A dan %T S terhadap B (=560 nm)
Hasil




Kurva kalibrasi
Larutan kolesterol standar 0,05 mg/ml petroleum eter
Masukkan masing-masing dalam 3 tabung reaksi

Tabung I Tabung II Tabung III
(0,5 mL) (1 mL) (2 mL)

Uapkan kering (penangas air 80C), sisanya
uapkan pada suhu kamar
Hasil
+ 4 ml colour reagent (1 ml FeCl
3
. 6H
2
O / ml
asam asetat glasial)

Sampel Blangko
A penangas air 5 menit Masukkan 4 mL asam asetat
Dinginkan pada suhu kamar glasial
+ 3 mL asam sulfat pekat
Kocok dengan vortex mixer
Diamkan dalam ruang gelap (30 menit)
Ukur A dan %T S terhadap B (=560 nm)
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
a. Uji sampel
Langkah Kerja
Pengamatan
Serum 246 Serum 177
I. uji sampel
1. Sediakan tabung reaksi
tertutup ( tabung S)
2. 2,5 ml alkohol absolut ke
dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 0,1 ml serum
kocok
4. Tambahkan 5,0 ml
petroleum eter, tutup
tabung reaksi rapat rapat
5. Campur dengan vortex
mixer selama 30 detik
6. Tambahkan 3 ml aquades
dan kocok lagi selama 10
15 detik, kemudia
didiamkan sampai terjadi
2 lapisan
7. Ambil lapisan atas
masukkan dalam tabung
reaksi.
8. Uapkan dalam penangas air
1. Bening
2. Terbentuk endapan
putih
3. Tidak
menyatu/bercampur
4. V=1,5 x 1000pm
Semakin terpisah
endapan semakin
padat
5. Terbentuk 2 lapisan .
lapisan atas bening ,
lapisan bawah putih,
keruh dan ada
endapan /gumpalan
putih.
6. Lapisan atas bening
7. Terdapat bercak-
bercak merah
8. Terbentuk 2 lapisan
atas benin dan bawah
endapan hijau
Hasil (2-12) sama
dengan serum 246
sedangkan yang ke
13. endapan naik
kepermukaan terbentuk
2 lapisan bawah bening
atas endapan hijau (tidak
banyak /seperti terbentuk
cincin)

denga temperatur 80
0
C (
dalam chemical hood )
samapai cairan tinggal
sedikit ambil tabung dan
biarkan mengering
9. Tambahkan 4,0 ml Colour
Reagent
10. Ambil tabung lain untuk
blangko
11. Masukkan 4,0 ml Colour
Reagent ( 0,000 gr
FeCl
3
6H
2
O/ml asam asetat
glasial).
12. Masukkan tabung S dalam
penagas air beberapa menit
kemudian dinginkan
13. masukkan 3,0 ml H
2
SO
4

pekat kedalam tabung S
dan B dengan mengalirkan
melalui dinding tabung
yang dimiringkam.
14. Kocok dengan vortex
mixer.
15. Diamkan tabung S dan B
dalam ruang gelap selama
30 menit.
16. Ukur A dan % T larutan S
terhadap B dengan
spektrometer pada _= 560
nth

12. sama dengan yang 9
akan tetapi filtrat(atas)
lebih bening dan endapan
lebih memisah
13. terbebtuk 3 lapisan:
atas berwarna hijau,
tengah berarna hijau
muda agak kekuningan,
dan bawah berwarna
bening.
15. sama dengan hasil
pengamatan ke 13
16. = 560 nm






b. Kurva kalibrasi
Langkah Kerja Pengamatan
1. Sediakan 3 tabung reaksi, masing-msing
diisi 0,5 ml; 1,0 ml; dan 2 ml larutan
kolesterol standar 0,05 mg/ml petroleum
eter.
2. kira-kira 0,2 ml
Tabung 1 = + colour reagent
(warna hijau keruh)
Tabung 2 = + colour reagent
(warna hijau keruh)
Tabung 3 = + colour reagent
(warna hijau keruh)
Tabug 1 setelah didiamkan
terdapat endapan berarna hijau
kebiruan dan filtrat berwarna
bening agak keruh
Tabung 2 sama dengan tabung 1
Tabung 3 sama dengan tabung 1
Blangko hanya berisi colour
reagent
1. Setelah diuapkan
Tabung 1 filtrat semakin bening ,
endapan biru kehijauan
Tabung 2 sama dengan tabung 1 tapi
endapan lebih banyak
Tabung 3 sama akan tetapi
endapannya lebih sedikit
2. Setelah ditambah H
2
SO
4
menjadi
panas
Tabung 1 terbentuk 2 lapisan atas
2. uapkan sampai kering pada penangas air
(80C) dan sisanya diuapkan pada
temperatur kamar
kadar kolesterol masing-masing
tabung I : 125 mg%
Tabung II : 250 mg%
Tabung III : 500 mg%
3. Tambahkan 4 ml colour reagent
4. Ambil tabung lain untuk blanko
krem , bawah hijau
Tabung 2 setelah dikocok atas hijau
kebiruan, bawahputih keruh
Tabung 3 warna krem endapan larut
(cepat larut)
Blangko= terbentuk 3 lapisan
Atas hijau, tengah berwarna kuning,
dan bagian baah bening.


c. Pengukuran
1. absorbans dan % T sampel
Sampel % T
Serum tinggi 81,6 %
Serum rendah 82,1 %

2. absorbans dan % T kurva kalibrasi
Standar % T
Blangko 79,2 %
Tabung 1 (0,5 ml) 79,4 %
Tabung 2 (1 ml) 73,2 %
Tabung 3 (2 ml) 80,2 %








F. ANALISIS DATA


1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
- Tabung 1 : V = 0,5 ml
% = 0,05 mg/ml
Berat kolesterol = V x %
= 0,5 x 0,05
= 0,025 mg
%T = 79,4 %
A = -log T
= -log (0,794)
= 0,1001
- Tabung 2 : V = 1 ml
% = 0,05 mg/ml
Berat kolesterol = V x %
= 1 x 0,05
= 0,05 mg
%T = 73,2 %
A = -log (0,732)
= 0,1354
- Tabung 3 : V = 2 ml
% = 0,05 mg/ml
Berat kolesterol = V x %
= 2 x 0,05
= 0,1 mg
% T = 80,2 %
A = -log (0,802)
= 0,0958
Tabel analog:
Tabung Berat (mg) Absorbans (A)
1 0,025 0,1001
2 0,05 0,1354
3 0,1 0,0958



2. Penentuan Kadar Kolesterol
Dari grafik di atas di dapatkan suatu persamaan garis yaitu
0.1001
0.1354
0.0958
y = -0.162x + 0.119
R = 0.081
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
a
b
s
o
r
b
a
n
s
i

massa
kurva kalibrasi
Y = ax + b
dimana: Y = absorbans b = intersep
a = slope
x = konsentrasi
- Serum tinggi
Dik : T = 81,6 %
A = - log (0,816) = 0,0883
Y = 0.0883
Dari kurva diperoleh persamaan
Y = -0,162x + 0,119
0,0883 = -0,162x + 0,119
X = 0,1895 mg/ 0.1ml
= 1,895 mg/ml
Jadi, konsentrasi kolesterol pada serum tinggi adalah 189,5 mg /100ml
- Serum rendah
Dik : T = 82,1 %
A = - log (0,821) = 0,0856
Y = 0,0856
Dit : x ..?
Jawab:
Y = -0,162x + 0,119
0,0856 = -0,162x + 0,119
x =
162 , 0
119 , 0 0856 , 0


= 0,2061 mg/ 0,1 ml
konsentrasi kolesterol = 206,1 mg/100ml
3. Persamaan Reaksi























G. PEMBAHASSAN

Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan mengenai penetapan kadar kolesterol,
dimana kolesterol adalah salah satu turunan steroid penting yang banyak terdapat pada hewan
dan manusia. Sebagai turunan steroid, maka senyawa ini diturunkan dari cincin utama steroid
yang disebut kelestana. Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia. Pada
tubuh manusia, kolesterol terdapat di dalam darah, empedu, kelenjar adrenalin bagian luar (
adrenal cortex), dan jaringan syaraf (Anna Poedjiadi, 2007.74).

Pada praktikum ini dilakukan 2 kali percobaan yaitu percobaan pertama pengujian
sampel pada serum tinggi dan serum rendah, percobaan ke-dua yaitu pengukuran absorbans
dan % T pada tiga kolesterol standart dengan kadar masing-masing 125 mg%, 250 mg%, dan
500 mg%.. Kolesterol dalam serum tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai
lipoproteida, yaitu pembentu protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% ester asam
lemak tidak jenuh (Yazid, 2006).
Untuk uji sampel, perlakuan pertama pada serum baik serum tinggi maupun serum
rendah yaitu penambahan alkohol dimana alkohol di sini berfungsi sebagai pelarut. Karena
pada dasarnya kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena,
dan alkohol panas. Bila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam
bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, dan mempunyai titik lebur
150-151C (Poedjiadi, 2007: 74). Selain alkohol, penambahan petroleum eter juga berfungsi
sebagai pelarut untuk melarutkan serum. Setelah penambahan larutan petroleum eter larutan
terlihat tidak bercampur, dan setelah disentrifuga endapan semakin padat.Namun setelah
penambaha aquades terbentuk dua lapisan , yang atas bening dan yang bawah keruh dan ada
gumpalan putih. Kemudian lapisan atas diambil dan diuapkan dengan penangas air, yang
diuapkan di sini yaitu pelarut-pelarut yang digunakan tadi seperti alkohol dan petroleum eter
karena kedua pelarut tersebut mudah menguap, sehingga tabung mongering. Tabung yang
sudah mongering tersebut ditambahkan dengan color reagent, yang berfungsi sebagai
pereaksi yang memberikan warna, setelah itu di panaskan agar sisa-sisa kolesterol dapat larut
dengan cepat
Selain penambahan pelarut, ada juga penambahan H
2
SO
4
atau asam sulfat yang
berfungsi untuk membentuk kompleks warna, sehingga dari hasil pengamatan menunjukkan
terbentuknya tiga lapisan warna yaitu hijau,hijau muda agak kekuningan, dan bening. Selain
sebagai pembentuk kompleks warna, asam sulfat juga berfungsi memutus ikatan ester lipid.
Bila dalam sampel terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas akan menjadi
berwarna merah. Ketika asam sulfat ditambahkan dalam campuran yang berisi kolesterol,
maka molekul air berpindah dari gugs C
3
kolesterol yang kemudian teroksidasi membentuk
3,5 kolestadiena (Pramanaroh, 2008).
Dan sebelum pengukuran pada spektrofotometer, sampel disimpan terlebih dahulu
dalam tempat gelap selama kurang lebih 30 menit untuk memaksimalkan penyerapan cahaya
oleh larutan sampel, sehingga didapat nilai absorbans yang baik juga. Hasil yang didapat dari
pengukuran transmittans pada serum tinggi yaitu %T=81,6% sedangkan untuk serum rendah
%T=82,1%.
Untuk menentukan kadar dari kolesterol maka diperlukan adanya kurva kalibrasi,
dimana dalam penentuannya digunakan 3 volume kolesterol standar yaitu 0,5 ml, 1ml, dan 2
ml yang selanjutnya diperlakukan hampir sama dengan uji sampel dari mulai penambahan
colour reagen sampai pengukuran absorban dan tansmitan. Pada pemanasan kedua setelah
penambahan colou reagent untuk tabung sampel, dilakukan untuk melarutkan kolesterol yang
ada dalam sampel ditandai dengan larutan bercampur semua dan terlihat bening. Hasil yang
didapat dari pengukuran absorban kurva kalibrasi menunjukkan angka yang tidak bagus
dimana nilai absorbannya hampir sama dan ada yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena
kesalahan pada saat praktikum, misalnya saja karena pemanasan atau penguapan yang
pertama terlalu kering sehingga hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang tersisa dalam
tabung, kolesterol belum larut semuanya, atau faktor lainnya.
Dari kurva kalibrasi didapat persamaan y=0,034X dimana slope=0,034, sehingga
dapat ditentukan kadar kolesterol pada serum tinggi dan serum rendah yaitu serum rendah
1,794 dan serum tinggi 2,088.






H. KESIMPULAN


Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Penambahan alkohol dan petroleum eter berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan
sampel.
2. Penambahan asam sulfat menyebabkan terbentuknya kompleks warna dan dapat memutus
ikatan ester lipid.
3. Penyimpanan di tempat gelap bertujuan agar kolesterol yang erbentuk tidak berubah
menjadi vitamin D.
4. Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis y=0,034X
5. Kadar kolsterol pada serum tinggi yaitu 2,088
6. Kadar kolesterol pada serum rendah yaitu sebesar 1,794
7. Kadar kolesterol yang tinggi berarti mengandung protein tinggi dan trigliseral rendah.


DAFTAR PUSTAKA


Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Pramanaroh. 2008. Test For Cholesterol (terhubung berkala).
http//:www.planetayurvida.com/cholesterol,remedieshtml.
Sudarma, I Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Mataram: Universitas Mataram Press.
Yazid, estin. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta :
ANDI-yogyakarta



TA BIOKIMIA NAMA ; RAYAL AINI
NIM : G1C008012

1. Jalur biosintesis kolesterol dari asetil koenzim A:

Biosintesis kolesterol dari asetil koenzim A melalui beberapa tahap reaksi. Tahap jalur
reaksi tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu
a. Pembentukan asam mevalonat dari asetat

Asam mevalonat tebentuk dari tiga molekul asetil-CoA yang berkondensasi
melalui pembentukan -hidroksi--metil-glutaril-CoA(HMG-CoA) sebagai senyawa
antaranya. Masing- masing reaksi dikatalisis oleh enzim HMG-CoA sintase dan HMG-
CoA reduktase, dan dalam masing-masing tahap dilepaskan satu molekul koenzim-
A(CoASH) bebas. Dua Molekul NADPH dipakai sebagai koenzim pada tahap reaksi
kedua yang di katalisis oleh HMG-CoAreduktase

C H
3
CO CH
2
CO SCoA COOH CH
2
CH CH
2
CO SCoA
O H
|hidroksi- |-metilglutaril-SCoA (HMG-SCoA)
asetoasetil-SCoA
HMG-SCoA sintase
C H
3
CO SCoA
CoASH
CH
3
C CH
2
OH CH
2
COOH
OH
mevalonat
HMG-SCoA reduktase
H
+
+ NADPH
CSoA + NADP
+


b. Pembentukan skualin dari asam mevalonat

Tahap reaksi ini di mulai dengan fosforilasi asam mevalonat dengan ATP,
berturut-turut menghasilkan asam 5-fosfomevalonat, asam 5-pirofosfomevalonat, asam
isopentil pirofosfat (IPP) yang tidak mantap, dna asam 3,3-dimetilalilpirofosfat (DPP)
yang untuk pembentukannya masin-masing, berturut-turut dikaltalisis oleh enzim
mevalonat kinase, fosfomevalonat kinase, pirofosfomevalonat dekarboksilase, dan
isopentenil pirofosfat isomeras.

COOH
CH
2
C
CH
2
CH
2
CH
3
CH
3
O H
mevalonat
mevalonat kinase
COOH
CH
2
C
CH
2
CH
2
OPO
3
H
2
CH
3
O H
COOH
CH
2
C
CH
2
CH
3
O H
O P O P OH
OH
O
O
OH
5-pirofosfomevalonat
5-fosfomevalonat
ATP
ADP
ATP
ADP
fosfomevalonat kinase




Tahap reaksi berikutnya satu molekul IPP berkondensasi dengan stu DPP,
menghasilkan satu molekul monoterpen, geranil pirofosfat (GPP). Reaksi ini
melepaskan 1 molekul pirofosfat (PPi) dan dikatalisis oleh enzim dimetil alil
transferase. Satu molekul (IPP) lagi kemudian bereaksi dengan GPP, dikatalisis oleh
enzim yang sama menghasilkan satu molekul seskuiterpena, farnesil pirofosfat (FPP).

C H
2
C
CH
3
CH
2
H
2
C O P O P OH
OH
OH
O
O
C H
2
C
CH
3
CH
H
2
C O P O P OH
OH
OH
O
O
isopentenil pirofosfat (IPP)
3,3-dimetilalil pirofosfat (DPP)
IPP isomerase
C H
2
C
CH
3
CH
CH
2
H
2
C
CH
C
CH
3
CH
H
2
C O P O P OH
OH
OH
O
O
geranil pirofosfat (GPP)
dimetil transferase
HC
C
CH
3
CH
CH
2
H
2
C
CH
C
CH
3
CH
H
2
C O P O P OH
OH
OH
O
O
CH
2
CH
C
CH
3 C H
2
fersenil pirofosfat (FPP)
IPP
PPi
dimetil transferase



Tahap selanjutnya molekul FPP berkondensasi, melepaskan molekul PPi dan
dikatalisis oleh enzim preskualin sintase, menghasilkan preskualin pirofosfat yang
selanjutnya oleh enzim skualin sintase dan NADPH, direduksi menjadi skualin dan
melepaskan satu molekul PPi.
HC
C
CH
3
CH
CH
2
H
2
C
CH
C
CH
3
CH
H
2
C O P O P OH
OH
OH
O
O
CH
2
CH
C
CH
3
C H
2
fersenil pirofosfat (FPP)
O PH O PH OH
C C CH
2
CH
2
)
2
CH C C H
3
CH
2
CH C (CH
2
CH C CH
3
)
2
CH
3
CH
3 CH
3
preskualin pirofosfat








skualin
skualin sintase
preskualin sintase
FPP
PPi
NADPH
NADP
+
, PPi

ACARA III
PENETAPAN AMILASE ( WOHLGEMUTH )

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum : Menentukan kadar amilase pada air seni.
2. Waktu Praktikum : Senin, 6 Juni 2011
3. Tempat Praktikum : Lantai 3 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA

B. LANDSAN TEORI

Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki
fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase.
Amilase merupakan enzin hidrolase yang menguraikan golongan karbohidrat yaitu menguraikan amilum
(suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida) ( Hardjono, 2003: 26 ).

2 (C
6
H
10
O
5
)n + n H2O n C
12
H
22
O
11



Glukosa amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga mengahsilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam ludah dan dalam cairan
yang dikeluarkan oleh pangkreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam
makanan kita, oleh enzim amilase amilum diubah menjadi maltose dam bentuk maltose. Enzim amilase
dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase,
amilase
amilum maltosa
yaitu o amilase, | amilase, dan amilase. o amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas, enzim
ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini memecah
bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. | amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan
dinamakan ekso amilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum
secara berurutan sehingga pada akhirnya membentuk maltosa, amilase telah diketahui terdapat dalam
hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa (poedjiadi.
2007:37dan 152-154).
Enzim o amilase mempunyai kemampuan untuk memotong ikatan o -1,4 amilosa dan amilopektin
dengan cepat pada larutan pati yang kental yang mempunyai gelahtinasi. Proses ini juga dikenal dengna
nama proses Likufikasi pati, produk akhir yang dihasilkan dari aktivitasnya adalah dekstrin beserta
sejumlah kecil glukosa dan malkosa. Menurut Forgaty dan Whitaker, alpha amilase akan menghidralis
ikatan alfa -1,4 glukoksida pada polisakarida dengan hasil degradasi secara acak dibagian tengah atau
bagian dalam molekul. (Nur Richana, 2000).
Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase
merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gulagula sederhana. Amilase
mengubah karbohidrat yang merupakan polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa
(gluko amilase). Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman, binatang dan
mikroorganisme ( Anam, 2010 : 1 ).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra ( Syaifudin, 2005: 33 ).
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar
yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat (
Trioktavia,2010: 30 ).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Namun, kita dapat mengetahui berbagai penyakit dari perubahan warna urin. Misalnya,
urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna
kuning pekat atau cokelat. Di samping itu diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Hal yang dilakukan untuk menguji apakah seseorang menderita diabetes adalah
dengan melakukan uji glukosa pada urin orang tersebut. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat ( Novalia, 2011: 12).


C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
- Gelas kimia
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pengaduk
- Pipet volum
- Pipet tetes
- Labu takar 10 ml
- Penjepit
- Penangas air
- Stopwatch
2. Bahan
- Air seni
- Akuades
- Amilum 0,1 %
- Larutan iod
- Tisu
D. SKEMA KERJA

Tabung reaksi
Diberi tanda 1-10
+ urin diencerkan pada tabung 1-5
+ urun tak diencerkan pada tabung 6-10
+ aquades @ tabung
+ amilum 0, % sebanyak 2 ml @ tabung
selama 30 menit T=37
0
C


hasil
dinginkan selama 5 menit dalam air dingin
+ iod @ tabung sampai terjadi perubahan warna
hasil




Tabel Kerja
tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urin diencerkan
(1:10)(ml)
0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Urin tak
diencerkan (ml)
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Aquades (ml) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5
Amilum (ml) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

E. HASIL PENGAMATAN
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
@ urin ditambahkan aquades

@ urin ditambahkan amilum 0,1 %

@ urin dipanaskan

@ urin didinginkan

@ urin ditambahkan larutan iod encer
Warna urin tidak ada perubahan

Tidak ada perubahan

Tidak ada perubahan

Tidak ada perubahan

Tabung 1:larutan menjadi merah jingga dengan 3
tetes larutan iod

Tabung 2: larutan menjadi bening kekuningan
dengan 4 tetes iod

Tabung3 : larutan bening kekuningan dengan 2
tetes iod

Tabung 4 : larutan bening kekuningan dengan 3
tetes iod


Tabung 5 : larutan bening kekuningan dengan 5
tetes iod
Tabung 6 : larutan bening kekuningan dengan 4
tetes iod

Tabung 7 : larutan bening kekuningan dengan 8
tetes iod
Tabung 8 : larutan bening kekuningan pada
tetesan ke-9

Tabung 9 : larutan larutan bening kekuningan
pada tetesan ke-11
Tabung 10 : larutan bening kekuningan dengan 2
tetes iod



F. ANALISIS DATA
Reaksi pada percobaan di atas antra lain sebagai berikut:
1. Reaksi Kimia
Amilum
(s)
+ H
2
O
(l)
Amilum
(aq)

Amilum + Iodin Amilodestrin (biru tua)
Amilodestrin + Amilase Eritrodestrin
Amilodekstrin (aq) + H2O Eritodekstrin (aq)
Eritodekstrin (aq) + H2O Akrodekstrin (aq)
Akrodekstrin (aq) + H2O Maltosa (aq)

2. Proses Hidrolisis






3. Reaksi Hidrolisis
amilase

amilum amilodestrin akrodestrin (tidak berwarna)



maltosa
O
H
H
H
O H
OH
H OH
H
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H CH
3
CH
2
OH
O
O H
2
O
H
H
H
O H
OH
H OH
H
CH
2
OH
O CH
2
O
O H
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
+
+
destin













G. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini akan dibahas mengenai enzim amylase. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
untuk menentukan kadar amylase dalam urine.
Telah diketahui sebelumnya bahwa di dalam urine terdapat adanya enzim amylase. Namun enzim
amylase tidak hanya terdapat pada urine tetapi juga terdapat pada air liur atau saliva dan pangkreas yang
berupa amylase, enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase
sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. | amilase terutama terdapat
pada tumbuhan dan dinamakan ekso amilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung
molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya membentuk maltosa, amilase telah diketahui
terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan
glukosa (Poedjiadi. 2007:37dan 152-154).
Untuk mengetahui adanya amylase dalam urine tersebut maka urine direaksikan dengan larutan
amilum 1%, sehingga amylase didalam urine tersebut akan dapat menghidrolisis larutan amilum, menjadi
maltose.
Pada percobaan ini digunakan 10 tabung reaksi yang masing masing tabung reaksi diisi dengan
sampel ( urin ) yang jumlahnya berbeda beda. Pada tabung reaksi 1 sampai 5 diisi dengan urin yang
diencerkan ( 1:10 ) sedangkan pada tabung reaksi6 sampai 10 masing masing diisi dengan urin yang tak
diencerkan. Selanjutnya seluruh tabung tersebut ditambahkan dengan aquades sampai volumenya 1 ml.
kemudian masing masing tabung tersebut ditambahkan dengan amilum sebanyak 2 ml. selanjutnya
semua larutan tersebut dipanaskan pada suhu 37C,
Hal ini dilakukan karena kerja enzim dipengaruhi oleh suhunya. Pada suhu rendah aktifits enzim rendah
tetapi kemantapannya tinggi, sedangkan pada suhu tinggi aktifitas tinggi sedangakan kematangannya
rendah (Wirahadikusumah, 2008 : 61).
Setelah dipanaskan, larutan kemudian didinginkan dan ditambahkan larutan iod encer satu tetes,
namun apabila setelah dikocok warna larutan hilang,maka ditambahkan lagi satu sampai dua tetes.
Namun dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa larutan yang dihasilkan tidak berwarna.
Dari refrensi diketahui bahwa apabila enzim amilase yang terkandung dalam urine tersebut direaksikan
dengan amilum maka, enzim amilase akan membantu proses hidrolisis amilum menjadi molekul yang
lebuh kecil yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna.
Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul yang lebih kecil yang disebut
dengan dekstrin, jadi dekstrin adalah produk antara sebelum terbentuknya maltosa. Tahap dalam hidrolisis
amilumserta warna yang terjadi dengan penambahan iodium sebagai berikut : (Poedjadi,2007 :38)
Tahap hidrolisis Warna dengan iodium
Amilum biru
Amilum terlarut biru
Amilodekstrin lembayung
Eritrodekstrin merah
Akrodekstrin tidak berwarna
maltosa
Apabila larutan yang dihasilkan berwarna merah maka didalam urine terbut terkandung cukup
banyak amilase yang dapat mencerna larutan 1% amilum terlarut menjadi eritrodekstrin, tetapi bila kadar
amilum didalam urine sedikit maka akan tejadi warna biru atau ungu. Dari hasil pengamatan hanya pada
urine yang diencerkan dengan 0,5 ml urine saja yang mengasilkan warna merah jingga ketika direaksikan
dengan larutan iod encer tiga tetes. Sedangakan yang lain hanya menghasilkan warna yang bening
kekuningan baik pada urine yang encer maupun urine pekat walaupun dengan penambahan larutan iod
sampai sebelas tetes. Hal ini dapat disebabkan kesalahan dalam praktikum, kemungkinan dapat
disebabkan karena larutan amilum yang digunakan sudah rusak, karena disimpan terlalu lama. Atau
amilase pada urine sangat sedikit.







H. KESIMPULAN
1. Amylase berfungsi membantu hidrolisis amilum.
2. Urin memiliki kadar amylase yang tinggi apabila pada reaksi hidrolisis amilum setelah
ditambahkan dengan larutan iodine terbentuk warna merah yang menandakan bahwa enzin
amylase cukup banyak untuk mencerna amilum menjadi eritrodekstin.
3. Tujuan pemanasan adalah untuk mengaktifkan kerja enzim
4. Tujuan penambahan amilum pada urine adalah sebagai aktifator
5. Penambahan iod dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya amilase pada urine yang dapat
memberi perubahan warna
6. Pada praktikum ini penetapan amilase pada urine tidak dapat diamati karena tidak terjadi
perubahan warna pada larutan setelah penambahan iod


















DAFTAR PUSTAKA

Anam, Khairul. 2010. Produksi Enzim Amilase. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hardjono. 2003. Biokimia Dasar. Yogyakarta: UGM-Press.

Novalia. 2011. Ekskresi. Jakarta: Erlangga.

Nur Richana, 2000. Prospek dan Produksi Enzim o -Amilase dari Mikroorganisme. http//biogen-litbang
deptan.go.id. Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian Volume 3 No. 2
tahun 2000.


Syaifudin, Mukh. 2005. Efek Radiasi Pada Komponen Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Trioktavia. 2010. Sistem Ekskresi. Yogyakarta: UNY-Press.

Poejadi, anna dan F. M Tatin Supriyanti.1994. Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta : UI Press.

Wirahadi Kusuma, Muhammad. 1997. Biokimia. Bandung, ITB Press





TA BIOKIMIA RAYAL AINI
G1C008012

1. Jelaskan mekanisme kerja enzim amilase pada percobaan
2. Dapatkah kerja enzim amilase digunakan oleh asam atau basa? Jelaskan
3. Selain dalam urine dimana lagi dapat ditemukan enzim amilase?


Jawab
1. Pada percobaan tersebut enzim amilase yang terdapat pada urine akan menghidrolisis
atau memecah ikatan pada amilum menjadi molekul yang lebih kecil hinnga
terbentuknya maltosa, namun sebelum maltosa itu terbentuk maka akan terbentuk
produk antara yang disebut dekstrin dengan mekanisme:
1. Reaksi Kimia
Amilum
(s)
+ H
2
O
(l)
Amilum
(aq)

Amilum + Iodin Amilodestrin (biru tua)
Amilodestrin + Amilase Eritrodestrin
Amilodekstrin (aq) + H2O Eritodekstrin (aq)
Eritodekstrin (aq) + H2O Akrodekstrin (aq)
Akrodekstrin (aq) + H2O Maltosa (aq)

2. Proses Hidrolisis







amilase

amilum amilodestrin akrodestrin (tidak berwarna)



maltosa


3. Reaksi Hidrolisis
O
H
H
H
O H
OH
H OH
H
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H CH
3
CH
2
OH
O
O H
2
O
H
H
H
O H
OH
H OH
H
CH
2
OH
O CH
2
O
O H
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
O
O
H
H
H
OH
H OH
CH
2
OH
+
+
destin



2. Selain didalam urine enzim amilase juga terdapat pada air liur atau saliva dan
pangkreas yang berupa amylase, enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat
dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam
atau bagian tengah molekul amilum. | amilase terutama terdapat pada tumbuhan
dan dinamakan ekso amilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada
ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya membentuk
maltosa, amilase telah diketahui terdapat dalam hati

You might also like