You are on page 1of 24

BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Analisis lingkungan strategis merupakan analisis terhadap kondisi dan kebijakan pembangunan yang ada, analisis terhadap kondisi pengembangan wilayah serta analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan wilayah, yang ditinjau terhadap kondisi eksternal maupun internal.

4.1. Analisis Kondisi dan Kebijakan Pembangunan


Analisis kondisi dan kebijakan pembangunan dilakukan melalui tinjauan secara eksternal maupun secara internal.

4.1.1. Tinjauan Eksternal Kondisi dan Kebijakan Pembangunan


Tinjauan eksternal kondisi dan kebijakan pembangunan wilayah ditelaah terhadap kondisi dan kebijakan internasional dan nasional

4.1.1.1. Tinjauan Kondisi Internasional


Kondisi internasional yang mempengaruhi pembangunan wilayah Nusa Tenggara Timur adalah Milenium Development Goals (MDGs) dan Kawasan Perbatasan antar Negara. Millenium Development Goals (disingkat MDGs) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan Pembangunan Milenium merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam. Majelis Umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United Nations Millennium Declaration). Lahirnya Deklarasi Milenium merupakan buah perjuangan panjang negaranegara berkembang dan sebagian negara maju. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDGs. Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target berikut indikatornya. MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan serta memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Dikotomi orientasi pembangunan antara pertumbuhan dan pemerataan, sebagaimana diketahui, sudah berlangsung sejak lama. Akan tetapi berbagai kajian ilmiah membuktikan bahwa pembangunan yang menekankan pada pemerataan lebih berdampak positif. Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara global meliputi: (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2) mewujudkan pendidikan dasar
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-2untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa); (7) menjamin keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis

berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun di udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi & kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup. Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT meliputi wilayah kecamatan dan atau wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia, yang mencakup Kabupaten Kupang, Alor, Belu dan Timor Tengah Utara, yang berbatasan dengan Timor Leste serta Kabupaten Rote Ndao, yang berbatasan dengan Australia. Terdapat Kawasan Perbatasan Pulau Terluar Provinsi NTT, yang meliputi Pulau Alor, Batek, Mangudu, Dana dan Ndana, yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste da n Australia. 4.1.1.2. Tinjauan Kondisi dan Kebijakan Nasional Tinjauan Kondisi dan Kebijakan Nasional ditelaah terhadap dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang nasional, yang bersifat aspasial, yaitu RPJPN dan spasial, yaitu RTRWN 4.1.1.2.1. Tinjauan RPJPN RPJPN merupakan acuan pembangunan jangka panjang nasional yang dipergunakan sebagai acuan pembangunan jangka panjang daerah. Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005 2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR


Visi pembangunan nasional tahun 2005 2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-38. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia


internasional Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 20052025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok untuk mencapai visi dan misi pembangunan tersebut. Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang

membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing- masing tahapan. RPJM ke-1 (2005 2009) Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya, RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat. Indonesia yang aman dan damai ditandai dengan meningkatnya rasa aman dan damai serta terjaganya NKRI berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika melalui tertanganinya berbagai kerawanan dan tercapainya landasan pembangunan kemampuan pertahanan nasional, serta meningkatnya keamanan dalam negeri termasuk keamanan sosial sehingga peranan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia semakin meningkat. RPJM ke-2 (2010 2014) Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, RPJM ke- 2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Kondisi aman dan damai di berbagai daerah Indonesia terus membaik dengan meningkatnya kemampuan dasar pertahanan dan keamanan negara yang ditandai dengan peningkatan kemampuan postur dan struktur pertahanan negara serta peningkatan kemampuan lembaga keamanan negara. Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum nasional. Sejalan dengan itu, kehidupan bangsa yang lebih demokratis semakin terwujud ditandai dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan bangsa. Posisi penting Indonesia sebagai negara demokrasi yang besar makin meningkat dengan keberhasilan diplomasi di fora internasional dalam upaya pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah, dan pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-4Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan system pendidikan nasional yang mantap; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah; dipercepatnya pengembangan pusatpusat pertumbuhan potensial di luar Jawa; serta makin mantapnya nilai- nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa. Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan industri manufaktur

sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; serta penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Kondisi itu didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, serta pos dan telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan; serta pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman. Bersamaan dengan itu, industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral dikembangkan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. 4.1.1.2.2. Tinjauan RTRWN Tinjauan RTRWN ditelaah terhadap pola dan struktur ruang nasional di wilayah Nusa Tenggara Timur. Pola ruang secara garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung merupakan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan budi daya adalah kawasan yang dimanfaatkan secara
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-5terencana dan terarah yang berkelanjutan berwawasan lingkungan, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan lindung yang menjadi perhatian disini adalah hutan lindung dan hutan konservasi, yang merupakan suaka alam dan pelestarian alam. Hutan lindung tersebar di seluruh kabupaten/ kota. Sedangkan cluster kawasan hutan konservasi tersebar di sekitar Panite, kawasan Mutis Timau, Besikama, kepulauan kecil di Kabupaten Alor, kepulauan di Kabupaten Sikka, Riung, Labuan Bajo, dan kawasan di Kabupaten Sumba Tengah dan sekitarnya. Struktur ruang yang ditinjau meliputi pengembangan sistem kota-kota dan pusat permukiman dan pengembangan kawasan prioritas. Sistem kota dan pusat permukiman secar nasional di Provinsi NTT meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Kota Kupang; Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di SoE, Kefamenanu, Maumere, Ende, Ruteng dan Waingapu; serta Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) di Kefamenanu, Atambua dan Kalabahi. Kawasan andalan di darat meliputi Kawasan Andalan Kupang dan sekitarnya, Kawasan Andalan Ende Maumere dan sekitarnya, Kawasan Andalan Ruteng Bajawa, Kawasan Andalan Komodo dan sekitarnya serta Kawasan Andalan Pulau Sumba. Kawasan andalan di laut meliputi Kawasan Andalan Laut Sawu Timor dan sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Flores dan sekitarnya serta Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitarnya.

4.1.2. Tinjauan Internal Kebijakan Pembangunan


Tinjauan internal kebijakan pembangunan wilayah ditelaah terhadap kondisi dan kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah, yang bersifat aspasial, yaitu RPJPD dan spasial, yaitu RTRWP 4.1.2.1. Tinjauan RPJPD Berdasarkan kondisi wilayah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur, dan menurut perkembangan selama dasawarsa terakhir, serta memperhatikan berbagai kemajuan, tantangan dan ancaman pembangunan selama dua dasawarsa ke depan maka visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur 2005-2025 dirumuskan sebagai berikut: NUSA TENGGARA TIMUR YANG MAJU, MANDIRI, ADIL DAN MAKMUR DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Untuk mencapai visi di atas, yang memuat tujuan pembangunan yang sarat dengan makna, maka misi pembangunan merupakan usaha konkret interpretasi untuk mewujudkan visi pembangunan yang masih umum dan abstrak, maka disusunlah misi pembangunan NTT selama periode tersebut sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat NTT yang bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2. Mewujudkan manusia NTT yang berkualitas dan berdaya saing global; 3. Mewujudkan masyarakat NTT yang demokratis berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang berketahanan ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan; 5. Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang memiliki keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan; 6. Mewujudkan posisi dan peran NTT dalam pergaulan antar negara, daerah dan masyarakat; 7. Mewujudkan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat maritime
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-6Merujuk dari evaluasi pencapaian kinerja pembangunan daerah Provinsi NTT 2004 2008, maka RPJP tahap Kedua 2008 2013, memberikan perhatian pada upaya pemenuhan program yang sinergis dengan Milenium Developmen Goals dengan penekanan pada Pertumbuhan melalui Pemerataan yang berakses terhadap daya saing sumber daya manusia Nusa Tenggara Timur, kemampuan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengembangan kelembagaan keuangan ekonomi mikro serta menciptakan daya saing produk unggulan potensi daerah di pasar global. Kondisi sumberdaya manusia NTT yang berdaya saing global dapat tercapai apabila didukung oleh moral, etika, budaya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan profesionalisme dan moral aparatur untuk memberikan layanan publik yang lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel. Peningkatan SDM aparatur diarahkan untuk menuntaskan kesejahteran masyarakat NTT berdasarkan indikator pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran; meningkatnya pendidikan masyarakat dan mutu pendidikan, relevansi pendidikan serta daya saing lulusan; meningkatnya derajat kesehatan dan perbaikan

status gizi; peningkatan peran perempuan dan perlindungan anak, pengembangan kreativitas pemuda. Konteks manusia NTT yang berkualitas dan berdaya saing global, ditandai dengan meningkatnya pemerataan dan perluasan akses dan mutu lembaga pendidikan serta pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat; meningkatnya mutu, relevansi dan keunggulan pada semua jenis dan jenjang pendidikan; meningkatnya manajemen pembangunan sumberdaya manusia secara transparan dan akuntabel; meningkatnya pola kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan pendidikan dan layanan kesehatan. Masyarakat Nusa Tenggara Timur yang demokratis berlandaskan hukum dan pergaulan antar negara, daerah dan masyarakat ditentukan dengan stabilitas wilayah dan keadilan hukum ,keamanan dan kesejahteraan wilayah perbatasan Negara republik Indonesia dengan negara Republik Demokrasi Timor Leste dan keamanan wilayah perbatasan laut dengan Australia. yang ditandai dengan peningkatan aktivitas lintas batas, meningkatnya kinerja pasar perbatasan; pelaksanaan Pilkada berjalan demokratis dan damai; penegakan supremasi hukum, penurunan konflik politik dan antar daerah, penguatan peran masyarakat sipil dan kelembagaan keagamaan serta kelembagaan politik. Dalam mendukung NTT sebagai wilayah yang bertahanan ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan perlu dikembangkan pemanfaatan potensi daerah untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan dan sumberdaya lainnya secara terencana dan terkoordinasi serta berkelanjutan; pembukaan daerah daerah terisolasi dan terpencil; peningkatan jaringan infrastruktur transportasi; meningkatnya promosi wisata budaya, bahari dan alam serta menumbuhkembangkan jiwa wirausaha pada masyarakat NTT; meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik rakyat; dan terciptanya stabilitas politik, ekonomi dan keamanan di daerah perbatasan serta pengarusutamaan gender pada bidang pembangunan. Untuk mewujudkan NTT sebagai wilayah keseimbangan lingkungan membutuhkan rehabilitasi, konservasi dan pengendalian kawasan hutan lahan kritis; pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam, merehabilitasi dan perbaikan daerah/kawasan sumberdaya alam yang telah dirusak oleh aktivitas manusia dan akibat alam untuk menjamin terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan; Sumberdaya air dan DAS; Akses air bersih dan tata kelola pemukiman yang baik dan meningkanya lingkungan sosial yang tertib, nyaman dan damai;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-7meningkatnya pengembangan IPTEKS yang ramah lingkungan serta redistrubusi domisili baru. Dalam mewujudkan NTT sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat maratim perlu didukung dengan proses penyadaran masyarakat melalui Gemala; peningkatan sarana dan prasarana perikanan; peningkatan sumberdaya manusia nelayan, perlindungan dan pengawasan habitat laut; kebijakan fiskal daerah berdasarkan luas darat dan laut; regulasi perikanan dan kelautan yang berpihak pada daerah dan masyarakat; dan pemanfaatan potensi laut untuk peningkatan pendapatan rakyat; mengembangkan sekolah kejuruan berdasarkan. Dengan harapan akan mencapai target kinerja, maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) pada tahap kedua ini diharapkan dapat mencapai beberapa indikator umum sebagai berikut : IPM mencapai angka 68,3. Buta aksara yang tersisa sebanyak 10 ribu

AKB 45/1000 Kelahiran Hidup dan AKI 300/100.000 KH. Kemiskinan 22% dan Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,5%. Menciptakan iklim politik yang kondusif dan partisipasi politik rakyat Good governance dan penegakan hukum dan HAM Pembangunan yang responsif gender Meningkatkan kesadaran masyarakat akan keselamatan bumi dan pelestarian lingkungan. 4.1.2.2. Tinjauan RTRWP RPJMD Provinsi NTT 2008 2013 disusun dengan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau RTRW Provinsi NTT Tahun 2006 2020 yang telah ditetapkan dengan Perda. Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai acuan spasial pelaksanaan pembangunan wilayah mencakup fungsi-fungsi, antara lain : a. Menjadi penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, wilayah Propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota; b. Merupakan matra ruang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); c. mewujudkan keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor; d. memberikan arahan umum lokasi investasi yang dilakukan kalangan usaha, masyarakat dan pemerintah. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2006 2020, mencakup perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang sebagai matra ruang pembangunan daerah untuk mewujudkan kebijakan struktur tata ruang dan pola pemanfaatan tata ruang. Tinjauan khusus dilakukan terhadap struktur tata ruang wilayah provinsi NTT yang meliputi: Pengembangan sistem kota-kota dan pusat permukiman; Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan transportasi; sumber dan jaringan distribusi tenaga listrik; sistem jaringan telekomunikasi; dan sistem prasarana sumberdaya air dan Pengembangan kawasan prioritas. Pengembangan sistem pusat permukiman wilayah Propinsi, khususnya pusat permukiman perkotaan, yang terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yang meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-8 Kota PKN yaitu Kota-kota Kupang, Atambua, Waingapu, Labuanbajo dan Maumere; Kota PKW yaitu Kota-kota ibukota Kabupaten dan ibukota Kabupaten pemekaran serta ibukota kecamatan strategis; Kota PKL yaitu meliputi seluruh kota kota ibukota kota kecamatan di Kabupaten yang memliki keterkaitan kuat dengan PKL. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah yang mencakup sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara, yang merupakan satu keterpaduan sistem moda dan jaringan yang menghubungkan pusat-pusat permukiman dan kawasan-kawasan prioritas. Pengembangan sistim energi dan kelistrikan disesuaikan dengan pengembangan sumber-sumber energi listrik yang ada dan energi alternatif, pusat pembangkit listrik, sistem jaringan transmisi dan distribusi, jaringan terinterkoneksi dan jaringan inter dan antar kawasan dan atau kabupaten.

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi wilayah meliputi pengembangan stasiun bumi dan pengembangan jaringan transmisi baik sistem jaringan kabel ataupun nir-kabel. Pengembangan sistem prasarana sumberdaya air wilayah meliputi penetapan wilayah sungai untuk pengembangan kawasan budidaya, sistem pusat permukiman, dan perlindungan di kawasan tangkapan air dan daerah aliran sungai kritis. Pengembangan Kawasan prioritas ditetapkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pengembangan wilayah, keseimbangan ekosistem dan keamanan wilayah. Kawasan Prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah adalah : a. Pada intinya arahan pengembangan yang diterapkan pada kawasan andalan, yang telah diidentifikasi, bertujuan untuk menanggulangi permasalahanpermasalahan yang ada agar potensi-potensi yang terkandung dapat dimanfaatkan dan didayagunakan seoptimal mungkin, dalam rangka pengembangan wilayah yang lebih luas. Penetapan kawasan andalan di wilayah Propinsi Nusa Tengga Timur terdapat pada Tabel 4.1.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

-9Tabel 4.1. Arahan Kawasan Andalan sebagai Kawasan Prioritas di Provinsi NTT
b. Kawasan Pesisir dan Laut meliputi 9 Satuan Kawasan Pengembangan Pesisir Laut Terpadu (SKPLT) yaitu: SKPLT- Selat Ombai-Laut Banda, SKPLT- Laut Sawu I, SKPLT- Laut Sawu II, SKPLT- Laut Sawu III, SKPLT Laut Flores, SKPLT- Selat Sumba, SKPLT- Laut Timor, SKPLT- Laut Hindia, SKPLT- Selat Sape;
Agroindustri Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Basah Perkebunan Kehutanan Peternakan Perikanan Pariwisata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Kawasan Industri Bolok V Kabupaten Kupang 2 Kawasan Noelmina dengan Sub Kawasan : Oesao Amarasi Bena Baus VVVVVV Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS 3 Kawasan Benanain dengan Sub Kawasan: Besikama Aeroki V V V V V V Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU 4 Kawasan Noelbesi dengan Sub Kawasan: Kafan Eban Amfoang V V V V Kabupaten Kupang, Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS 5 Kawasan Alor Selatan dengan Sub Kawasan: Alor Selatan Lantoka V V V V Kabupaten Alor 6 Kawasan Tanjungbunga - Magepanda dengan Sub Kawasan Tanjungbunga-

Konga Magepanda VVVVVV Kabupaten Flores Timur dan Sikka 7 Kawasan Mbay Maotenda dengan Sub Kawasan: Mbay Riung Mautenda Maurole VVVVVVV Kabupaten Ngada dan Kabupaten Ende 8 Kawasan Lembor dengan Sub Kawasan: Lembor Ngorang V V V V V Kabupaten Manggarai 9 Kawasan Komodo V Kabupaten Manggarai Barat 10 Kawasan Iteng dengan Sub Kawasan: Iteng Buntal V V V V Kabupaten Manggarai 11 Kawasan Mangili dengan Sub Kawasan : Mangili Kambaniru Melolo V V V V Kabupaten Sumba Timur 12 Kawasan Wanokaka - Anakalang dengan Sub Kawasan: Wanokaka Anakalang VVVV Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Timur 13 Kawasan Kodi - Laratama dengan Sub Kawasan: Kodi Laratama V V V V Kabupaten Sumba Barat No. Nama Kawasan Nama Kabupaten Kegiatan Prioritas
Barat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 10 c. Kawasan prioritas yang ditetapkan untuk keseimbangan pengembangan wilayah meliputi : Kawasan daerah terbelakang : Sub Kawasan Pesisir : Lembata Selatan, Alor, Selatan Sumba, Flores Utara, Timor Selatan, Rote Selatan; Sub Kawasan Pedalaman: Timor Utara, Timor Selatan, Lembata Tengah dan Timur, Sumba Timur, Gizing dan Pota; Sub. Kawasan Pulau pulau kecil: Sabu, Raijua, Semau, Palue, Babi, Ndao, Kepulauan Alor dan Pantar dan gugusan pulau di Manggarai Barat; d. Sedangkan kawasan prioritas yang ditetapkan untuk keseimbangan ekosistim meliputi kawasan berfungsi lindung di kawasan perbatasan negara, perbatasan propinsi dan lintas kabupaten, kawasan kritis dan kawasan rawan bencana lintas kabupaten. e. Kawasan prioritas yang ditetapkan untuk keamanan wilayah meliputi kawasan pulau-pulau terluar, seperti pulau Batek, Ndana, Salura, Mengkudu dan Kotak Pola Pemanfaatan ruang wilayah Propinsi menggambarkan sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya serta kawasan tertentu. Arahan pengembangan sistim perwilayahan ditetapkan dengan memperhatikan ekosistem kepulauan yang dibagi menjadi tiga wilayah pengembangan : a. Wilayah Pengembangan I meliputi Timor Barat, Rote dan Alor, dengan pengembangan komoditi unggulan pertanian lahan kering, hortikultura, peternakan dan kelautan serta pengembangan basis kegiatan penunjang

terdiri dari lahan basah, perkebunan, pariwisata dan pertambangan; b. Wilayah Pengembangan II meliputi Flores dan Lembata, dengan pengembangan komoditi unggulan pertanian lahan basah, hortikultura, perkebunan, kelautan dan pariwisata serta pengembangan penunjang lahan kering, dan pertambangan; c. Wilayah Pengembangan III meliputi Sumba, dengan pengembangan utama komoditi unggulan untuk lahan basah, lahan kering, hortikultura, peternakan, kelautan, dan pariwisata serta pengembangan penunjang perkebunan dan pertambangan;

4.2. Analisis Pengembangan Wilayah


Analisis pengembangan wilayah dilakukan terhadap aspek ekonomi, social budaya, dan sarana prasarana wilayah, serta pemanfaatan lahan.

4.2.1. Analisis Ekonomi Wilayah


Analisis ekonomi wilayah dilakukan untuk menentukan Sektor Prioritas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat NTT. Pendekatan yang dipergunakan adalah tinjauan komprehensif Ekonomi Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pokokpokok penting permasalahan yang dapat dirumuskan dari bahasan kondisi ekonomi di Bab II dan III adalah sebagai berikut: 1. Peran sektor pertanian dalam PDRB terus menurun, laju pertumbuhannya rata-rata per tahun hanya 3,5%. 2. Sektor primer terutama pertanian menampung 70,36 % Tenaga Kerja yang ternyata bekerja tidak penuh (pengangguran tersembunyi), 3. Produktivitas tenaga kerja sektor primer termasuk pertanian yang dapat dianalogikan sebagai upah kotor per tenaga kerja hanya berkisar antara
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 11 260.000 350.000 rupiah per tenaga kerja per bulan, jauh dari kebutuhan minimum sekitar Rp. 650.000,-/bulan. 4. Pertumbuhan sektor jasa yang sangat tinggi, tidak mampu menyerap TK unskill dari sektor pertanian. 5. Sektor industri, khususnya industri yang berhubungan dengan produksi pertanian, yang mampu menyerap TK masih tertinggal. 6. Pendapatan per kapita masih sangat rendah, hanya 1/3 dari pendapatan per kapita nasional, 7. Tingkat kemiskinan cenderung meningkat seiring dengan tingginya penganguran tersembunyi di sektor primer dan tingkat produktivitas TK-nya yang sangat rendah, Berhadapan dengan pokok-pokok persoalan di atas, beberapa fakta dari beberapa analisis ekonomi wilayah yang dapat menciptakan peluang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Analisis ekonomi basis menunjukkan sektor pertanian dan jasa-jasa adalah basis ekonomi NTT, tetapi sektor jasa ternyata mempunyai kelemahan dalam kemampuan penyerapan TK dibanding sektor pertanian, terutama TK unskill yang mendominasi struktur TK NTT, 2. Analisis keterkaitan antar sektor yang mengukur daya penyebaran dan kepekaan berbagai lapangan usaha menunjukkan bahwa yang mempunyai daya sebar yang tinggi terbanyak ada di sektor pertanian dan hanya 2 jenis usaha diluar sektor pertanian.

Tabel 4.2. Jenis Usaha/Komoditi yang Mempunyai Daya Penyebaran

Tinggi dan Kepekaan yang Rendah di NTT Sektor Sub sektor Jenis Usaha/Komoditi
Pertanian Tanaman Bahan Makanan Padi Jagung Sayur dan buah-buahan Perkebunan Panili Perkebunan lainnya Peternakan Peternakan dan hasilnya Unggas dan hasil-hasilnya Jasa-jasa Perdagangan Perdagangan Jasa perorangan RT dan lainnya.
Sumber: disarikan dari Tabel I-O NTT, Hasil analisis BPS

3. Potensi sumberdaya pertanian masih mempunyai kapasitas untuk ektensifikasi dan intensifikasi dalam rangka peningkatan produksi, penyerapan TK, peningkatan produktivitas TK untuk tujuan peningkatan pendapatan perkapita, dan penanggulangan kemiskinan. Industri hasil-hasil pertanian berpotensi untuk dikembangkan sehubungan dengan daya sebar yang tinggi dari beberapa komoditi pertanian.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 12 4.2.2. Analisis Sosial


Analisis sosial dilakukan melalui proyeksi jumlah penduduk dan jumlah keluarga hingga tahun 2013, serta analisis terhadap aspek pendidikan dan kesehatan. 4.2.2.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Analisis jumlah penduduk dilakukan melalui proyeksi berdasarkan angka pertumbuhan penduduk lima tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan bagi penyediaan sarana dan prasarana wilayah, sumber daya manusia untuk pelayanan serta penggunaan lahan. Tabel 4.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Angka Pertumbuhan 123 2000 3.808.477 2,24% 2007 4.448.873 2,24% 2008 4.548.528 2,24% 2009 4.650.415 2,24% 2010 4.754.584 2,24% 2011 4.861.522 2,24% 2012 4.970.331 2,24% 2013 5.081.822 2,24% Sumber Data: Hasil Analisis 4.2.2.2. Proyeksi Jumlah Keluarga Analisis jumlah keluarga dilakukan melalui proyeksi berdasarkan perkembangan jumlah keluarga setiap tahunnya. Proyeksi pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan bagi penyediaan sarana dan prasarana wilayah, sumber daya manusia untuk pelayanan serta penggunaan lahan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 13 Tabel 4.4. Proyeksi Jumlah Keluarga


Tahun Jumlah Keluarga Angka Pertumbuhan 2.000 787.705 2.001 810.656 2,91% 2.002 828.339 2,18% 2.003 837.218 1,07% 2.004 881.120 5,24% 2.005 902.224 2,40% 2.006 932.763 3,38% 2.007 953.854 2,26% 2.008 980.901 2,84% 2.009 1.008.714 2,84% 2.010 1.037.316 2,84% 2.011 1.066.729 2,84% 2.012 1.096.977 2,84% 2.013 1.128.081 2,84% Sumber Data: Hasil Analisis 4.2.2.3. Kebutuhan Pendidikan Upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembenahan terhadap sarana dan prasarana pendidikan, ketersediaan tenaga pendidik dan program pendidikan itu sendiri, yang meliputi jenjang pendidikan yang ada, yaitu pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Kebutuhan pendidikan dasar dan menengah: o Sasaran pembangunan sarana pendidikan: Standar penyediaan sarana pendidikan yang memadai pada setiap SD, SMP dan SMA/ SMK: o Sarana mengajar o Sarana belajar o Sasaran penyediaan dan pengembangan mutu tenaga pengajar: o Kebutuhan minimal setiap sekolah: Tingkat pendidikan SD/ sederajat: Kepala Sekolah/ Guru: 6 orang (Guru Kelas 1 6 SD) Administras/ penunjangi: 1 orang Menurut perkiraan jumlah SD yang ada maka berdasarkan jumlah desa/ kelurahan hingga tahun 2013, dibutuhkan minimal 17.016 guru SD atau berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 19.056 guru SD Tingkat pendidikan SMP/ sederajat: Kepala Sekolah/ Guru: 7 orang (Kejuangan Bangsa, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Keterampilan)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 14 Administrasi/ penunjang: 1 orang Menurut perkiraan jumlah SMP yang ada maka berdasarkan jumlah desa/ kelurahan hingga tahun

2013, dibutuhkan minimal 6.622 guru SMP atau berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 7.413 tenaga pengajar SMP Tingkat pendidikan SMA/ SMK/ sederajat: Kepala Sekolah/ Guru: 10 orang (Kejuangan Bangsa, Bahasa Indonesia, Geografi, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Keterampilan, Mata Pelajaran Kejuruan) Administrasi/ penunjang: 2 orang Menurut perkiraan jumlah SMA/ SMK yang ada maka berdasarkan jumlah desa/ kelurahan hingga tahun 2013, dibutuhkan minimal 2.700 guru SMA/ SMK atau berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 10.590 guru SMA/ SMK o Pengembangan kurikulum pendidikan; Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi: Memperhatikan kesempatan kerja Memperhatikan potensi dan kebutuhan daerah Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan non formal, seperti halnya pendidikan formal adalah: Penyediaan prasarana pendidikan Penyediaan sarana pendidikan Penyediaan tenaga pendidik Pengembangan kurikulum pendidikan 4.2.2.4. Kebutuhan Kesehatan Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan derajad dan kualitas masyarakat terdiri dari penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, tenaga medis dan program kesehatan itu sendiri. o Sasaran pembangunan sarana kesehatan: Standar penyediaan sarana kesehatan yang memadai: o Obat-obatan o Sarana pengobatan o Sarana pelayanan kesehatan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 15 o Sasaran penyediaan dan pengembangan mutu tenaga kesehatan: Kebutuhan minimal setiap: Puskesmas: o Dokter Umum, 2 orang o Dokter Gigi, 1 orang o Perawat o Bidan o Ahli Gizi/ Kesehatan Masyarakat o Menurut perkiraan jumlah Puskesmas yang ada maka berdasarkan jumlah desa/ kelurahan hingga tahun 2013, dibutuhkan minimal 540 dokter umum, 270 dokter gigi dan 270 Ahli Gizi/ Kesehatan Masyarakat atau berdasarkan perkiraan

jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 340 dokter, 170 dokter gigi dan 170 Ahli Gizi/ Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pembantu: o Dokter Umum, 1 orang o Perawat o Bidan o Menurut perkiraan jumlah Puskesmas Pembantu yang ada maka berdasarkan jumlah desa/ kelurahan hingga tahun 2013, dibutuhkan minimal 946 dokter umum atau berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 1.017 dokter umum Bidan desa: setiap desa terdapat 1 bidan, sehingga kebutuhan tahun 2013 adalah 2.836 orang Apotek: o Apoteker: 1 orang o Asisten Apoteker: 1 orang o Menurut perkiraan jumlah Apotek yang ada maka berdasarkan jumlah kecamatan hingga tahun 2013, dibutuhkan minimal 270 Apoteker dan 270 Asisten Apoteker atau berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 509 Apoteker dan 509 Asisten Apoteker o Pengembangan program pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang bersifat curatif dan preventif;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 16 4.2.3. Analisis Prasarana Wilayah


Analisis prasarana wilayah meliputi perkiraan kebutuhan terhadap prasarana ekonomi, prasarana sosial budaya dan prasarana fisik. 4.2.3.1. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Yang termasuk dalam fasilitas perdagangan antara lain adalah pasar, pertokoan dan pusat perbelanjaan niaga 30.000 penduduk. Pada dasarnya setiap kecamatan seharusnya memiliki minimal satu buah pasar harian. Sedangkan pertokoan memiliki standar penduduk pendukung, yaitu satu unit toko melayani 2.500 orang, dengan luas persil yang dibutuhkan minimal 1.200 m2. Fungsi utama pusat perbelanjaan niaga 30.000 penduduk di lingkungan permukiman adalah untuk menjual berbagai keperluan masyarakat. Pusat perbelanjaan tersebut terdiri dari pasar dan toko-toko, lengkap dengan bengkel-bengkel reparasi kecil seperti radio, kompor, arloji, sepeda motor dan lain-lain. Lokasinya terletak pada jalan utama dan mengelompok dengan pusat kegiatan permukiman, serta memiliki terminal kecil untuk pemberhentian perbelanjaan (area parkir). Area minimal lahan perbelanjaan tersebut adalah 13.500 m2. Dengan melihat proyeksi penduduk yang ada, maka pada tahun 2013 diperlukan pusat perbelanjaan niaga 30.000 penduduk secara garis besar sebanyak 169 pusat perbelanjaan. 4.2.3.2. Fasilitas Kesehatan Sasaran pembangunan prasarana kesehatan yang memadai. Kriteria memadai adalah kelengkapan ruang pelayanan minimal, WC, ruang dokter, ruang rapat/ serba guna, serta prasarana penunjang lainnya: Terdapat Rumah Sakit tipe C di setiap Kabupaten Terdapat 1 Puskesmas yang memadai pada setiap ibu kota kecamatan atau setiap Puskesmas melayani 30.000 jiwa penduduk; Jumlah kebutuhan

Puskesmas yang memadai berdasarkan jumlah kecamatan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 270 bangunan atau jumlah kebutuhan Puskesmas yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 170 bangunan; Terdapat 1 Puskesmas Pembantu yang memadai yang melayani setiap 3 desa atau setiap Puskesmas Pembantu melayani 5.000 penduduk; Jumlah kebutuhan Puskesmas Pembantu yang memadai berdasarkan jumlah desa/ kelurahan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 946 bangunan atau jumlah kebutuhan Puskesmas Pembantu yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.017 bangunan; Terdapat 1 Apotik yang memadai pada setiap ibu kota kecamatan atau setiap Apotik melayani 10.000 penduduk; Jumlah kebutuhan Apotik yang memadai berdasarkan jumlah desa/ kelurahan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 270 bangunan atau jumlah kebutuhan Apotik yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 509 bangunan;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 17 4.2.3.3. Fasilitas Pendidikan Sasaran pembangunan prasarana pendidikan yang memadai. Kriteria memadai adalah kelengkapan jumlah kelas minimal, perpustakaan, WC, ruang kepala sekolah, ruang rapat/ serba guna, serta prasarana penunjang lainnya: Terdapat 1 SD yang memadai pada setiap desa/ kelurahan atau setiap SD melayani 1.600 jiwa penduduk; Jumlah kebutuhan SD yang memadai berdasarkan jumlah desa/ kelurahan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 2.836 bangunan atau jumlah kebutuhan SD yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 3.176 bangunan; Terdapat 1 SMP yang melayani setiap 3 desa atau setiap SMP melayani 4.800 penduduk; Jumlah kebutuhan SMP yang memadai berdasarkan jumlah desa/ kelurahan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 946 bangunan atau jumlah kebutuhan SD yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.059 bangunan; Terdapat 1 SMA/ SMK yang memadai pada setiap ibu kota kecamatan atau setiap SMA/SMK melayani 4.800 penduduk; Jumlah kebutuhan SMA/SMK yang memadai berdasarkan jumlah kecamatan, jika diasumsikan tidak terdapat perubahan administrasi wilayah hingga tahun 2013, adalah sebanyak 270 bangunan atau jumlah kebutuhan SMA/SMK yang memadai berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.059 bangunan; 4.2.3.4. Prasarana Peribadatan Mayoritas penduduk Provinsi NTT adalah beragama Katolik, selanjutnya agama Kristen Protestan, sedangkan selanjutnya adalah agama Islam, Hindu dan Budha. Jika kebutuhan standar satu unit rumah ibadah didukung 2.000 penduduk, maka jumlah rumah ibadat yang dibutuhkan pada tahun 2013 sebanyak 2.541 buah. 4.2.3.5. Fasilitas Perumahan dan Permukiman Pembangunan fasilitas perumahan dan permukiman meliputi pengembangan perumahan, air bersih, drainase, limbah dan persampahan, serta perkembangan

jaringan listrik dan telekomunikasi. - Kebutuhan jumlah rumah idealnya sama dengan jumlah keluarga, Kebutuhan ruang minimal rumah menurut ukuran Standar Minimal adalah 9 m2, atau standar ambang dengan angka 7,2 m2 per orang, sehingga kebutuhan ruang rumah sehat standar yang dibutuhkan pada tahun 2013 dengan memperhatikan proyeksi jumlah keluarga NTT pada tahun tersebut sebesar 1.128.081 rumah tangga, sehingga memerlukan unit rumah sebanyak jumlah tersebut. Bila diasumsikan setiap keluarga membutuhkan lahan untuk rumah tinggal maksimal 1.000 m2 maka kebutuhan lahan untuk perumahan pada tahun 2013 adalah sebesar 1.128 km2. - Kebutuhan air bersih bagi penduduk, untuk air minum maupun kebutuhan rumah tangga lainnya untuk daerah perkotaan 150 ltr/hari dan pedesaan 60 ltr/hari, maka kebutuhan air bersih sangat tergantung dari pertambahan penduduk; Pengembangan jaringan perpipaan air bersih pada tahun 2013,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 18 berdasarkan target capaian MDGs diperkirakan mencapai angka 46.98% dari seluruh jumlah rumah tangga yang ada. - Pengembangan drainase diarahkan pada daerah perkotaan dan jalan didaerah yang mempunyai kemiringan dan rawan banjir, sebagai upaya untuk menghindari daerah tergenang air dan pengrusakan bahu jalan dan lain-lain; - Perkiraan jumlah rumah tangga yang sudah memiliki kakus sendiri pada tahun 2013, dengan memperhatikan target capaian MDGs adalah sebanyak 77.83% dari total rumah tangga yang ada; 4.2.3.5.1. Prasarana kelistrikan dan telekomunikasi Kebutuhan daya listrik semakin meningkat setiap tahun, seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan. Pada tahun 2013 diharapkan seluruh kecamatan sudah memiliki sumber daya listrik, baik yang bersifat jaringan maupun yang bersifat setempat. Pengembangan jaringan listrik pada dasarnya dilihat dari keberadaan layanan listrik berdasarkan jumlah keluarga beserta pembangkit tenaga listrik pada suatu kecamatan, disamping melihat keberadaan hirarki kota-kota kecamatan yang ada. Berdasarkan kecenderungan yang ada maka jumlah rumah tangga yang akan memiliki penerangan listrik sendiri pada tahun 2013, berdasarklan target capaian MDGs adalah sebanyak 60.25%. Namun hal ini sulit terpenuhi jika ketergantungan pada energi minyak, oleh karena itu pemberdayaan potensi daerah untuk sumber energi listrik alternatif perlu ditingkatkan.. Setiap ibukota kecamatan memiliki pusat jaringan telekomunikasi, minimal jaringan telepon seluler baik oleh PT.Telkom maupun melalui operator swasta

4.2.4. Pemanfaatan lahan


Pengendalian pemanfaatan ruang kedepannya ditujukan agar tidak terjadi deviasi diatas 10% terhadap pemanfaatan lahan sesuai dengan fungsinya. Luas kawasan lindung yang diisyaratkan dalam Perda Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT adalah sebanyak 30% dari luas wilayah. Sedangkan luas kawasan lindung pada tahun 2006 adalah sebesar 35% dari luas wilayah. Optimalisasi arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya:

Tabel 4.5. Rekapitulasi Kawasan Budidaya di Provinsi NTT

No Kawasan Potensial Satuan Kegiatan Proiritas Komoditi Unggulan Daerah

1. Pertanian Lahan Kering dan Hortikultura 1.528.3008 Ha Intensivikasi dan ekstinsivikasi Usaha Pembinaan pelaku dan Kelambagaan Pertanian tanaman pangan lahan kering: jagung dan palawija Hortikultura:Jeruk, mangga dan Pisang 2. Pertanian Lahan basah 284.103 Ha Intensivikasi dan ekstinsivikasi Usaha Pembinaan pelaku dan Kelambagaan Pertanian tanaman pangan lahan Basah: Padi dan palawija Pakan Ternak besar (sapi) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 19 3. Perkebunan 888.931 Ha Intensivikasi dan ekstinsivikasi Usaha Pembinaan pelaku dan Kelambagaan Andalan Nasional Jambu mete Andalan Regional Kapi, Kakao dan Kelapa Andalan Lokal Vanili 4. Hutan Produksi Tersebar Intensivikasi dan ekstinsivikasi Usaha Pembinaan pelaku dan Kelambagaan Hutan Kayu: Cenjana, jati, Gaharu Produksi non kayu:asam, kemiri, kutu lak, madu 5. Perikanan darat 8.375 Ha Intensivikasi Kolam ikan Bandeng, mujair 6. Perikanan Tangkap 200.000 Km2 Intensivikasi potensi tangkap Tuna dan cakalang 7. Perikanan Pantai 5.700

Km2 Intensivikasi kegiatan tangkap Kerapu, ikan karang dan Ikan hias 8. Budidaya Perikanan Budidaya laut Budidaya tambak 90.605 Ha 55.150 Ha 45.455 Ha Intensivikasi dan ekstinsivikasi Ekastensivikasi potensial yang belum dikelola Pembinaan pelaku dan Kelambagaan Rumput laut, kakap dan Udang

Sumber: Bappeda Provinsi Tahun 2004 Sedangkan kecenderungan pemanfaatan lahan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 4.6. Kecenderungan Pemanfaatan Lahan di Provinsi NTT Tahun 2008 2013 Sumber Data: Hasil Analisis
2 .008 2 .009 2 .010 2 .011 2 .012 2 .013 IRIGASI TEKNIS 0,357% 0,368% 0,378% 0,389% 0,399% 0,409% IRIGASI SETENGAH TEKNIS 0,786% 0,794% 0,802% 0,809% 0,817% 0,824% IRIGASI SEDERHANA/DESA 1,838% 2,061% 2,280% 2,493% 2,701% 2,905% TADAH HUJAN 1,105% 1,038% 0,973% 0,909% 0,847% 0,786% IRIGASI PASANG SURUT 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% IRIGASI LAINNYA 0,009% 0,010% 0,011% 0,012% 0,012% 0,013% PEKARANGAN UNTUK BANGUNAN DAN HALAMAN SEKITARNYA 4,771% 4,885% 4,997% 5,106% 5,212% 5,317% LAHAN TEGAL / KEBUN 12,931% 13,957% 14,960% 15,940% 16,898% 17,834% LAHAN LADANG / HUMA 7,769% 8,078% 8,381% 8,677% 8,966% 9,248% LAHAN PENGGEMBALAAN/ PADANG RUMPUT 13,413% 12,130% 10,876% 9,652% 8,454% 7,284% RAWA-RAWA YANG TIDAK DITANAMI PADI 0,467% 0,555% 0,641% 0,725% 0,808% 0,888% TAMBAK COASTAL 0,023% 0,019% 0,015% 0,011% 0,008% 0,004% KOLAM TEBAT/ EMPANG 0,043% 0,047% 0,050% 0,054% 0,058% 0,061% LAHAN SEMENTARA TIDAK DIUSAHAKAN 16,264% 16,175% 16,088% 16,003% 15,919% 15,838% PERKEBUNAN 6,706% 6,465% 6,230% 6,000% 5,775% 5,556% HUTAN NEGARA 13,830% 14,304% 14,767% 15,219% 15,661% 16,094% HUTAN RAKYAT 11,158% 11,785% 12,397% 12,995% 13,579% 14,151% TANAH KERING LAINNYA 8,532% 7,329% 6,154% 5,006% 3,884% 2,787% JENIS LAHAN % DARI LUAS LAHAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 20 -

4.3. Analisis Strategis


Pelaksanaan analisis strategis merupakan bagian dari komponen perencanaan strategis dan merupakan suatu proses untuk selalu menempatkan organisasi pada posisi strategis sehingga dalam perkembangannya akan selalu berada pada posisi yang menguntungkan. Lingkup analisis lingkungan strategis meliputi Analisis Lingkungan

Internal dan Analisis Lingkungan Eksternal

4.3.1. Analisis Lingkungan Internal


a. Kekuatan 1. Memiliki jumlah penduduk yang banyak 2. Tingginya jumlah angkatan kerja setiap tahun 3. Luasnya lahan pertanian 4. Letak strategis Provinsi NTT yang terletak pada perbatasan antara negara Australia dan negara Republik Timor Leste. 5. Provinsi NTT merupakan provinsi kepulauan 6. Tersedianya potensi wisata 7. Tersedianya sumberdaya kelautan dan perikanan 8. Tersedianya prasarana dan sarana produksi perekonomian. 9. Tingginya budaya gotong royong dan solidaritas masyarakat. 10. Kemudahan akses media komunikasi dan informasi. 11. Banyaknya lembaga pendidikan, penelitian, kesehatan, dan sosial. 12. Adanya jaringan kerjasama antar daerah, LSM, dan perguruan tinggi. 13. Tersedianya regulasi daerah yang mendukung upaya pengurangan resiko bencana. b. Kelemahan 1. Rendahnya kualitas tenaga kerja. 2. Masih banyaknya masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. 3. Terbatasnya lapangan pekerjaan 4. Memiliki lahan kering dan lahan tidur yang cukup luas 5. Terbatasnya kemampuan sumber pendanaan/modal kerja. 6. Rendahnya akses terhadap sumber-sumber pendanaan. 7. Lemahnya/belum optimalnya pengelolaan kepariwisataan. 8. Masih rendahnya penguasaan teknologi termasuk teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. 9. Belum efisiennya pengelolaan sumberdaya pendidikan dan kesehatan. 10. Masih rendahnya kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan 11. Masih lemahnya pengawasan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan 12. Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. 13. Kondisi alam NTT yang rentan terhadap bencana 14. Masih kurangnya apresiasi terhadap seni budaya lokal. 15. Terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi pasar.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 21 16. Lemahnya pemasaran produk lokal. 17. Belum optimalnya pengelolaan lembaga-lembaga ekonomi yang ada di masyarakat.

4.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal


4.3.2.1. Peluang 1. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara. 4. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana 5. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang Nasional. 6. Kerjasama bilateral dan multilateral dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 7. Kerjasama antar provinsi dan antar daerah 8. Tersedianya peluang kerja di luar NTT 9. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi 10. Tingginya minat wisatawan ke NTT baik Wisatawan Manca Negara maupun Wisatawan Nusantara 4.3.2.2. Ancaman 1) Tingginya tingkat pengangguran. 2) Belum terkendalinya migrasi penduduk 3) Belum terkendalinya alih fungsi lahan pertanian. 4) Belum efektifnya mekanisme peradilan. 5) Ketetapan hukum yang didasarkan pada aturan yang out of date (kadaluwarsa). 6) Kebijakan ditingkat pusat yang cukup dinamis. 7) Ecolabeling product. 8) Dampak sosial globalisasi. 9) Globalisasi ekonomi dan informasi. 10) Persaingan pelayanan masyarakat antar daerah.

4.3.3. Analisis Strategi Pilihan


Strategi adalah kegiatan, mekanisme, atau sistem untuk mengantisipasi secara menyeluruh dan meramalkan pencapaian tujuan ke depan melalui pendekatan rasional. Strategi ini disusun dengan memadukan antara kekuatan (strength, S) dengan peluang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 22 (opportunity, O) yang dikenal sebagai strategi S-O, memadukan kelemahan (weakness, W) dengan peluang (opportunity, O) yang dikenal sebagai strategi W-O, dan memadukan kekuatan (strength, S) dengan ancaman (threath, T) yang dikenal sebagai strategi S-T. Strategi S-O dimaksudkan sebagai upaya memaksimalkan setiap unsur kekuatan yang dimiliki untuk merebut setiap unsur peluang yang ada seoptimal mungkin, strategi W-O dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masing-masing unsur kelemahan agar dapat memanfaatkan seoptimal mungkin setiap unsur peluang yang ada, sedangkan strategi S-T dimaksudkan sebagai upaya untuk memaksimalkan setiap unsur kekuatan untuk menangkal dan menundukkan setiap unsur tantangan seoptimal mungkin. Dengan demikian akan diperoleh berbagai strategi pilihan yang merupakan hasil perpaduan antar unsur kekuatan, kelemahan, dan peluang. Masing-masing strategi pilihan tersebut harus diuji kembali relevansi dan kekuatan relasinya dengan visi, misi, dan 8 agenda pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. 4.3.3.1. Strategi Antara Kekuatan dan Peluang (S-O)

Tabel 4.7. Strategi Antara Kekuatan dan Peluang (S-O) Kekuatan (S) Peluang (O) Strategi S-O
1. Memiliki jumlah penduduk yang banyak. 2. Tingginya jumlah angkatan kerja setiap tahun.

3. Luasnya lahan pertanian. 4. Letak strategis Provinsi NTT yang terletak pada perbatasan antara negara Australia dan negara Republik Timor Leste. 5. Provinsi NTT merupakan provinsi kepulauan 6. Tersedianya potensi wisata. 7. Tersedianya sumberdaya kelautan dan perikanan 8. Tersedianya prasarana dan sarana produksi perekonomian. 9. Tingginya budaya gotong royong dan solidaritas masyarakat. 10. Kemudahan akses media komunikasi dan informasi. 11. Banyaknya lembaga pendidikan, penelitian, kesehatan, dan sosial. 12. Adanya jaringan kerjasama antar daerah, LSM, dan perguruan tinggi. 13. Tersedianya regulasi daerah yang mendukung upaya pengurangan resiko bencana. 1. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara. 4. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 5. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang Nasional. 6. Kerjasama bilateral dan multilateral dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 7. Kerjasama antar provinsi dan antar daerah 8. Tersedianya peluang kerja di luar NTT 9. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

informasi 10. Tingginya minat wisatawan ke NTT baik Wisatawan Manca Negara (WISMAN) maupun Wisatawan Nusantara (WISNU). 1. Pemantapan mekanisme pengiriman tenaga kerja keluar daerah, melalui manajemen satu atap dan kerjasama dengan PPTKI, dunia perbankan dan mitra praja utama. 2. Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan bidang pertanian 3. Pemanfaatan Iptek di bidang pertanian 4. Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam dunia usaha dan investasi 5. Perluasan upaya promosi pariwisata melalui media komunikasi dan kerjasama dengan dunia usaha. 6. Pemanfaatan Iptek (cyber technology) di bidang pariwisata 7. Peningkatan kerjasama Bilateral, Multi lateral, badanbadan PBB, dan LSM. 8. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah 9. Peningkatan kerjasama antar daerah di bidang pariwisata, prasarana dan sarana perkotaan 10. Pemanfaatan peluang pasar bagi UMKM Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009-2013 IV

- 23 4.3.3.2. Strategi Antara Kelemahan dan Peluang (W-O)

Tabel 4.8. Strategi Antara Kelemahan dan Peluang (W-O) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi W-O
1. Rendahnya kualitas tenaga kerja. 2. Masih banyaknya masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. 3. Terbatasnya lapangan pekerjaan 4. Memiliki lahan kering dan lahan tidur yang cukup luas 5. Terbatasnya kemampuan sumber pendanaan.

6. Lemahnya pengelolaan kepariwisataan. 7. Masih rendahnya penguasaan teknologi termasuk teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. 8. Belum efisiennya pengelolaan sumberdaya pendidikan dan kesehatan. 9. Masih rendahnya kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan 10. Masih lemahnya pengawasan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan 11. Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. 12. Masih kurangnya apresiasi terhadap seni budaya lokal. 13. Kondisi alama NTT yang rentan terhadap bencana 14. Terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi pasar. 15. Lemahnya pemasaran produk lokal. 1. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara. 4. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.. 5. Diberlakukannya UndangUndang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang Nasional. 6. Kerjasama bilateral dan multilateral dan badanbadan Perserikatan BangsaBangsa (PBB). 7. Kerjasama antar provinsi dan antar daerah 8. Tersedianya peluang kerja

di luar NTT 9. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi 10. Tingginya minat wisatawan ke NTT baik Wisatawan Manca Negara (WISMAN) maupun Wisatawan Nusantara (WISNU). 1. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan keterampilan kerja, terutama bagi tamatan akademi dan perguruan tinggi 2. Peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat 3. Peningkatan pendapatan daerah 4. Peningkatan kapasitas pengelolaan kepariwisataan 5. Peningkatan validitas dan manajemen data 6. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup 7. Peningkatan kualitas pelayanan publik

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2008-2013 BAB IV - 2 4 -

You might also like