Professional Documents
Culture Documents
Hukum Syara'127
bagi pezina. Semua itu merupakan hukum-hukum
yang penunjukkannya bersifat pasti dan nilai
kebenaran di dalamnya merupakan suatu
ketetapan. Tidak ada ketetapan lain yang
ditunjukkannya kecuali hanya satu ketetapan pasti.
Akan tetapi apabila seruan Syari' itu
ketetapannya bersifat pasti sedangkan penunjukan
dalilnya bersifat zhanni, maka hukum yang
terkandung di dalamnya adalah zhanni. Misalnya
ayat tentang jizyah, uang yang dipungut negara
dari orang kafir dzimmi yang menolak masuk
Islam, tetapi bersedia hidup dalam masyarakat
Islam. Dilihat dari segi ketetapannya bersifat qath'i,
tetapi bila ditinjau dari perincian-perincian
hukumnya, maka penunjukan dalilnya adalah
zhanni. Mazhab Hanafi misalnya mensyaratkan
penggunaan istilah (jizyah); dan ketika
memberikannya harus tampak jelas kehinaan bagi
pembayarnya. Sedangkan mazhab Syafi'i tidak
mensyaratkan hal ini, bahkan membenarkan
mengambilnya dengan sebutan zakat mudla'afah,
zakat berlipat ganda, serta tidak perlu
menampakkan kehinaan, melainkan cukup tunduk
saja terhadap hukum-hukum Islam.
Adapun seruan Syari' yang ketetapannya
bersifat zhanni tsubut seperti hadits yang bukan
mutawatir, maka hukum yang terkandung di
dalamnya menjadi zhanni pula, baik itu berupa
dilalahnya qath'i seperti puasa enam hari pada
bulan Syawal yang ditetapkan oleh sunah, maupun
yang dilalahnya zhanni seperti larangan
menyewakan tanah lahan pertanian yang
ditetapkan oleh sunah pula.
Hukum Syara'129
mujtahid-mujtahid lain. Sebab, Ijma' shahabat telah
menetapkan bahwa boleh bagi seorang mujtahid
untuk meninggalkan ijtihadnya dan bertaqlid
kepada mujtahid yang lain.
Adapun orang yang sama sekali tidak memiliki
kemampuan berijtihad dinamakan muqallid.
Muqallid itu terbagi dua, yaitu muqallid muttabi'
dan muqallid 'ammi. Muqallid muttabi' adalah
orang yang belum menguasai berbagai cabang
ilmu yang diperlukan dalam berijtihad, sehingga
harus bertaqlid kepada seorang mujtahid; tetapi
setelah ia mengetahui dalilnya. Hukum Allah
baginya adalah pendapat mujtahid yang diikutinya.
Sedangkan muqallid 'ammi adalah orang yang
belum menguasai berbagai cabang ilmu yang
diperlukan dalam berijtihad, sehingga harus
bertaqlid kepada seorang mujtahid; tetapi ia tidak
mempedulikan dalilnya. Berdasakan hal ini,
muqallid 'ammi harus mengikuti ucapan atau
pendapat para mujtahid serta menerima hukum-
hukum yang mereka istinbath-kan. Baginya hukum
syara' adalah hukum yang di-istinbath-kan oleh
mujtahid yang diikutinya. Berdasarkan hal ini,
maka hukum syara' adalah hukum yang di-
istinbath-kan oleh seorang mujtahid yang memiliki
kemampuan berijtihad. Baginya hukum adalah
hukum Allah yang tidak boleh diingkari, dan atau
mengikuti pendapat lain secara mutlak. Bagi
orang-orang yang bertaqlid kepadanya, maka
hukum tersebut telah dianggap sebagai hukum
Allah yang tidak boleh diingkarinya.
Seorang muqallid apabila bertaqlid kepada
sebagian mujtahid dalam suatu masalah dari
Hukum Syara'131
Utsman bin Affan.