You are on page 1of 2

Penambangan Pasir Besi Bergantung Amdal

YOGYAKARTA, KOMPAS.com Rencana penambangan pasir besi di pesisir Kulon Progo, DI Yogyakarta, baru mencapai tahap pertama penyusunan Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Kepastian realisasi proyek penambangan baru akan diputuskan setelah Ada tiga tahap pembuatan dokumen Amdal, yaitu penyusunan proposal, penyusunan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL), serta kajian ekonomi dan teknik. "Sekarang baru menjajaki tahap pertama, yaitu penyusunan proposal. Saya belum yakin apakah proyek ini jadi atau tidak. Kuncinya ada pada studi kelayakan," ucap Ketua Tim Komisi Penilai Amdal Kulon Progo Budi Wibowo, Jumat (18/2/2011) di Yogyakarta. Memasuki April, tahap kedua penyusunan Amdal baru dilakukan, yaitu penyusunan RKL dan RPL. Setelah tahap kedua selesai, tahap ketiga berupa kajian ekonomi dan teknik ditargetkan selesai Juni 2011. Dari ketiga tahap ini, terbentuklah studi kelayakan disusul peletakan batu pertama dan mulainya proses pembangunan pabrik. "Kami belum tahu apakah nanti perusahaan yang menjalankan proyek ini mampu mengelola dampak-dampak penambangan pada lingkungan atau tidak. Begitu juga kajian ekonomi dan tekniknya, menguntungkan atau tidak," kata Budi. Karena proyek penambangan belum pasti, Budi meminta masyarakat di kawasan pesisir Kulon Progo bersikap rasional. Rencananya, penelitian Amdal pasir besi ini akan melibatkan para pakar pertambangan dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Budi berharap masyarakat bersama pemerintah daerah berperan aktif mengawasi proses ini mulai kesepakatan pemberian kompensasi, reklamasi, hingga seterusnya. Presiden Komisaris PT Jogja Magasa Iron (JMI) Luthfi Heyder mengatakan, saat ini rencana penambangan pasir besi di pesisir Kulon Progo masih dalam tahap penelitian dan belum sampai pada proyek. "Proyek bisa jadi (terealisasi) bisa tidak. Karena itu, penelitian ini penting sekali untuk mengetahui sejauh mana dampak lingkungan serta efeknya terhadap masyarakat sekitar," katanya.

Tak ada penggusuran Luthfi menegaskan, sesuai kesepakatan dengan semua kepala desa di sekitar pesisir Kulon Progo, tak akan ada penggusuran terhadap warga dalam proses penambangan pasir besi ini. Area pertambangan selama ini diperkirakan mencapai 3.000 hektar. PT JMI hanya akan menambang di wilayah tambang seluas 400 hektar hingga 700 hektar. Wilayah tambang ini baru akan keluar setelah penyusunan Amdal selesai. Pengacara PT JMI, OC Kaligis, menyesalkan terjadinya 16 kali tindakan kekerasan selama proses penelitian Amdal. Ia menilai polisi membiarkan kasus ini. "Jika proyek ini jadi, proyek ini juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar karena pemerintah daerah setempat akan mendapat pemasukan sekitar 33 juta dollar AS per tahun. Indonesia juga bisa menghemat pengeluaran karena tak perlu lagi mengimpor pasir besi untuk bahan baku baja 100 juta dollar AS per tahun," paparnya. Sebelumnya Sekretaris Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Sukarman meminta Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X dan pihak Puro Pakualaman turun ke lapangan melihat lokasi serta menjelaskan kepada warga bahwa lahan pasir seluas 3.000 hektar itu meliputi wilayah mana saja. Hal itu dilakukan supaya tidak terjadi salah persepsi terhadap calon lokasi tambang pasir. Berdasarkan peta desa, menurut Sukarman, tidak semua lahan pesisir berstatus Pakualaman Ground, tetapi ada yang dimiliki warga berdasarkan Letter C. Lahan 3.000 hektar itu meliputi 20 pedukuhan di Kecamatan Galur, Panjatan, dan Wates. Sukarman mengatakan, warga pesisir menolak rencana penambangan pasir karena mengancam lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan. Warga juga mengkhawatirkan kerusakan lingkungan. "Kalau pesisir pantai dikeruk, tidak ada lagi pelindung bagi permukiman warga dari ombak pasang atau tsunami," ujarnya (Kompas, 21/12/2010).

http://regional.kompas.com/read/2011/02/18/20185198/Penambangan.Pasir.Besi.B ergantung.Amdal

You might also like