You are on page 1of 41

Lampiran-3

Materi Presentasi
PERANAN DATA DALAM
PEMBANGUNAN AMPL

Disampaikan oleh:
Direktur Permukiman dan Perumahan,
Bappenas
Jakarta, 22 Desember 2005

Fungsi Data

Sebagai :
z Bahan informasi
z Alat ukur
z Alat pembanding

Peranan Data

z Merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan


pembangunan. Mulai dari perencanaan sampai dengan
pengukuran pencapaian pembangunan.
z Sebagai bahan pengambilan kebijakan/keputusan (Decission
Supporting System).
z Alat kontrol untuk mencegah pengulangan kesalahan dan
pengulangan program/kegiatan.
z Mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang transparan,
akuntabel dan partisipatif Æ Hal ini sulit dicapai tanpa
ketersediaan data yang memberikan gambaran pasti apa yang
telah dicapai dan yang masih dibutuhkan.

1
Perkembangan Data Sektor AMPL

z Pembangunan sektor AMPL yang menyeluruh telah dimulai sejak


Pelita I, namun pendataannya belum terlaksana dengan baik.
Berbagai institusi mengeluarkan data AMPL namun seringkali
berbeda bahkan untuk kategori yang sama.
z Sepanjang ini kebutuhan data untuk sektor AMPL didapatkan dari
Statistik Kesejahteraan Rakyat yang dihasilkan melalui Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS
z Dibandingkan dengan sektor lain dalam referensi BPS, data
AMPL tidak dipandang sebagai variabel yang perlu diperlakukan
secara khusus dibanding sektor lain, seperti ada survei volume
penjualan beras, survei pertanian.
z Sejak 2001 beberapa proyek AMPL perdesaan berskala besar
telah mengembangakan pendataan di tingkat masyarakat yaitu
untuk mengukur tingkat akses masyarakat pada sarana dan
sarana AMPL. Pemerintah kabupaten di lokasi WSLIC 2
menggunakan pendekatan partisipatif untuk mengembangkan
data ini.

Persoalan data di Indonesia

z Perbedaan pendekatan yang digunakan, biasanya masing-


masing institusi mengacu pada kebutuhan dan kepentingan
sektornya.
z Perbedaan definisi di tingkat institusi dan masyarakat. Seringkali
terjadi tidak terdatanya fasilitas AMPL secara akurat di tingkat
masyarakat karena didefinisikan secara berbeda. Persepsi
masyarakat dengan pengumpul data (surveyor) yang berbeda
mengakibatkan fasilitas yang sama ditempatkan pada kelompok
data berbeda.
z Perbedaan data juga bisa terjadi karena perbedaan kriteria teknis
terhadap prasarana dan sarana
z Kesulitan dalam mengakses data oleh pengguna. Seringkali
karena pertimbangan tertentu dan birokrasi menyulitkan
pengguna untuk dapat mengakses data. Hal ini tidak sejalan
dengan spirit good governance.

Langkah ke Depan

z Melakukan analisis komparasi bagaimana data sektor AMPL saat


ini didefinisikan, dikumpulkan dan diagregasi terutama oleh BPS
dan institusi terkait.
z Mengidentifikasi kategori data AMPL yang dibutuhkan baik di
tingkat nasional maupun daerah dalam rangka sinkronisasi
dengan Susenas yang dilakukan oleh BPS, serta mengidentifikasi
peran dan tanggung jawab stakeholder dalam pengelolaan data
AMPL.
z Membangun konsensus bersama antar stakeholders AMPL dalam
pengklasifikasian, metoda pengumpulan serta pengelolaan data
AMPL terutama untuk base line dan pemantauan MDG.
z Mendorong Pemerintah Daerah untuk proaktif dalam mengenali
kondisi data AMPL daerahnya. Dalam hal ini diperlukan verifikasi
data untuk sektor AMPL yang dikeluarkan oleh BPS (Susenas)
berdasarkan sampel dengan kondisi nyata di daerah.
z Konsistensi dalam pendefinisian, klasifikasi dsb.

2
SELESAI
TERIMA KASIH

3
SURVEI SOSIAL EKONOMI
NASIONAL
(SUSENAS)

Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat


Badan Pusat Statistik

(1) Umum
„ Survei rumah tangga dengan tujuan menyediakan
data kesejahteraan rakyat dan perkembangannya
dari waktu ke waktu
„ Survei tahunan dengan cakupan seluruh wilayah
„ Data yang dikumpulkan:
dikumpulkan: data kor (pokok)
pokok) dan data
modul (sasaran)
sasaran)
„ Kor setiap tahun hampir sama,
sama, Modul (sosial budaya
& pendidikan,
pendidikan, kesehatan dan perumahan,
perumahan, konsumsi)
konsumsi)
dikumpulkan setiap tahun dengan materi modul yang
berbeda tiap tahunnya (setiap materi modul diulang
setiap 3 tahun sekali)
sekali)

(2) Unit Observasi


„ Rumah tangga

(3) Cakupan
„ Tersebar di seluruh wilayah Indonesia
„ Sampel Kor lebih dari 278.000 rumah tangga
„ Sampel Modul lebih dari 68.000 rumah tangga

1
(4) Metodologi
„ Pemilihan sampel dilakukan bertahap (2 tahap
untuk blok sensus yang tidak dibentuk sub blok
sensus dan 3 tahap untuk blok sensus yang
dibentuk sub blok sensus)
sensus) secara sistematik
„ Tahap pertama pemilihan blok sensus,
sensus, tahap
kedua pemilihan sub blok sensus,
sensus, tahap ketiga
pemilihan rumah tangga.
tangga.
„ Pencacahan dilakukan pada bulan Juni-
Juni-Juli
dengan wawancara langsung.
langsung.
4

(5) Variabel
„ Yang dikumpulkan pada kor:
kor:
a) Jenis kelamin g) Kesehatan
b) Umur h) Pendidikan
c) Status perkawinan i) Ketenagakerjaan
d) Perjalanan wisata j) Perumahan
e) Mortalitas k) Pengeluaran
f) Fertilitas

Variabel (lanjutan)
lanjutan)

„ Data yang dikumpulkan pada Modul:


Modul:
a. Sosial Budaya dan Pendidikan:
Pendidikan:
• Kesejahteraan rumah tangga

• Kesejahteraan masyarakat

• Sosial budaya

• Kecacatan dan ketelantaran

• Pendidikan formal

• Pendidikan informal/kursus-
informal/kursus-kursus
• Biaya pendidikan formal/informal
6

2
Variabel (lanjutan)
lanjutan)

b. Perumahan dan Kesehatan


• Status tempat tinggal
• Kondisi fisik bangunan tempat tinggal
• Fasilitas dan perlengkapan
• Kondisi lingkungan tempat tinggal
• Kesehatan penduduk
• Keterangan berobat jalan dan rawat inap

Variabel (lanjutan)
lanjutan)

• Sumber biaya dan biaya yang dikeluarkan rumah


tangga
• Kesehatan balita
• Pemberian ASI
• Keadaan ibu balita ketika mengandung
• Kebiasaan merokok
• Pelayanan kesehatan
• Pengalaman kesehatan

Variabel (lanjutan)
lanjutan)

c. Modul konsumsi dan pengeluaran


• Konsumsi/pengeluaran rumah tangga baik makanan
dan bukan makanan
• Pendapatan
• Penerimaan
• Pengeluaran bukan konsumsi

3
Variabel Khusus
„ Air Minum

• Pada Susenas 2004 (modul


(modul kesehatan & perumahan),
perumahan),
Kor:
Kor: sumber air minum,
minum, jarak terdekat ke penampungan
kotoran/tinja,
kotoran/tinja, cara memperoleh air minum,
minum, dan penggunaan
fasilitas air minum.
minum.
Modul:
Modul: lamanya waktu utk memperoleh air minum,
minum, kualitas
air minum,
minum, ketersediaan air min. 20 liter/orang/hari
liter/orang/hari
• Pada Susenas 2005 (modul
(modul konsumsi),
konsumsi),
Kor:
Kor: sumber air minum dan jarak terdekat ke penampungan
kotoran/tinja

10

Variabel Khusus (lanjutan)


lanjutan)

„ Sanitasi Lingkungan
• Pada Susenas 2004 (modul
(modul kesehatan & perumahan),
perumahan),
Kor:
Kor: penggunaan fasilitas tempat “BAB”
BAB”, jenis
kloset,
kloset, dan “TPA”
TPA” tinja.
tinja.
Modul:
Modul: penampungan air limbah RT, sarana
pembuangan air limbah RT, keadaan air got sekitar
rumah,
rumah, dan cara pembuangan sampah
• Pada Susenas 2005 (modul
(modul konsumsi),
konsumsi),
Kor:
Kor: penggunaan fasilitas tempat “BAB”
BAB”

11

(6) Tahapan Pelatihan


„ Workshop Instruktur Utama (Intama)
Intama)
„ Pelatihan Instruktur Nasional (Innas)
Innas)
„ Pelatihan Petugas Lapangan

12

4
(7) Pengolahan Data

„ Receiving/batching

„ Editing/coding

„ Data entry

„ Tabulation

13

(8) Publikasi

„ Kor dan Modul disajikan di tingkat nasional

„ Data Kor disajikan sampai tingkat


kabupaten/kota

„ Data Modul disajikan sampai tingkat propinsi

14

(9) Output (dalam bentuk publikasi)


publikasi)

„ Statistik Kesejahteraan Rakyat


„ Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk
„ Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk
„ Statistik Kesehatan
„ Statistik Perumahan
„ Statistik Pendidikan
„ Statistik Sosial Budaya
15

5
(10) Pemanfaatan Data
„ Indikator Kesejahteraan Rakyat
„ Indikator Jender
„ Indikator KHPPIA (Kelangsungan
(Kelangsungan Hidup,
Hidup,
Perlindungan,
Perlindungan, dan Partisipasi Ibu dan Anak)
Anak)
„ Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
„ Kemiskinan
„ Distribusi pendapatan/gini ratio
„ PDB/PDRB
„ Dan lain-
lain-lain 16

(11) Keunggulan
„ Susenas satu-
satu-satunya survei bidang kesra yang dilaksanakan
setiap tahun,
tahun, mencakup berbagai aspek sosial,
sosial, ekonomi,
ekonomi, dan
budaya penduduk (komprehensif),
komprehensif), sangat kaya untuk analisis
lintas sektor.
sektor .
„ Susenas merupakan survei dengan sampel besar sehingga
untuk variabel tertentu cukup representatif untuk tingkat
kabupaten/kota.
kabupaten/kota.
„ Sejak tahun 1993 metodologi (sampel,
sampel, cakupan materi)
materi)
Susenas relatif stabil sehingga dapat membandingkan
perkembangan antar tahun.
tahun.
„ Susenas merupakan “lokomotif”
lokomotif” penyediaan data bidang
kesra karena kontinuitas dan cakupannya relatif luas.
luas.

17

(12) Kelemahan
„ Untuk estimasi tingkat kabupaten/kota tingkat
kesalahan relatif besar khususnya untuk karakteristik
yang frekuensi kejadiannya jarang.
jarang.
„ Sebagai “lokomotif”
lokomotif” beban Susenas terlalu berat,
berat,
baik bagi pencacah maupun responden,
responden,
mengakibatkan tingkat kecermatan sedikit berkurang
(baik oleh petugas maupun oleh responden).
responden).
„ Karena merupakan survei besar (sampel dan
cakupan wilayah luas),
luas), hasil Susenas paling cepat
diperoleh 6 bulan setelah pencacahan.
pencacahan.

18

6
19

7
Water and health
PENATAAN INSTRUMEN UN Millennium Development Goal (2000):
SUSENAS BIDANG AMPL UNTUK 'Reduce by half, by 2015, the proportion of people without
- Every day, diarrhoeal diseases cause some
6,000 deaths, mostly among children under five.
MENGUKUR PENCAPAIAN sustainable access to safe drinking water.'
World Summit on Sustainable Development, - In 2001, 1.96 million people died from
TARGET MDG 2000 diarrhoeas; 1.3 million were children under five.
- Between 1,085,000 and 2,187,000 deaths due
Plan of Action (2002):
to diarrhoeal diseases can be attributed to the
HENING DARPITO '... we agree to halve, by the year 2015, the proportion of 'water, sanitation and hygiene' risk factor, 90
WES Project Officer UNICEF people who are unable to reach or to afford safe drinking percent of them among children under five.
water (as outlined in the Millennium Declaration) and the - With simple hygiene measures such as
Disampaikan Dalam Rangka Workshop Pengelolaan Data AMPL
proportion of people who do not have access to basic washing hands after using the toilet or before
Jakarta 22 Desember 2005
sanitation.' preparing food, most of these deaths are
preventable.

1
AKSES AIR MINUM MENURUT PROPORSI RUMAH TANGGA DENGAN
Water and sanitation PERBEDAAN DEFINISI AKSES SANITASI YANG LAYAK
1 billion people lack access to improved water supply
2.4 billion people lack access to improved sanitation
Access to piped water through household connections
- Latin America and the Caribbean: 66%
- Asia: 49%
- Africa: 24%
Access to sanitation linked to a sewage system:
- Latin America and the Caribbean: 66%
- Asia: 18%
- Africa: 13%

2
The minimum amount of water
required to meet basic needs
vary depending upon what is
included as "basic needs". The
figures vary from 20 to 50 litres
per person per day.
Water supply, distribution of Sanitation, distribution of Commissioned by the
World Health Organisation
unserved populations unserved populations

3
"Not improved" are:
Definition of water: - unprotected well,
A properly protected well carries the following
characteristics:
access to improved drinking supply [code - unprotected spring,
Has no sources of pollution within a 100 foot radius and is
- vendor-provided water,
248]: “ Improved" water supply - bottled water (based on concerns about the quantity of on high ground, sloped away in all directions from the well
technologies are: casing to divert surface water runoff.
supplied water, not concerns over the water quality),
Has an overlapping, tight-fitting cover or sanitary seal at the
- household connection, - tanker truck-provided water.
top of the casing or pipe sleeve.
(It is assumed that if the user has access to an "improved
- public standpipe, source" then such source would be likely to provide 20 The annular space outside the well casing is sealed with
- borehole, litres per capita per day at a distance no longer than 1000 cement grout or bentonite clay at least 2 inches thick to a
minimum depth of 18 feet.
- protected dug well, metres).
Has a pump house to protect equipment, storage tank, and
This hypothesis is being tested through National Health
- protected spring, Surveys which are being conducted by WHO in 70 piping.
- rainwater collection. countries). Has a pitiless adapter instead of a well pit.
Has a well-head protection area under the control of the
(Communication of 25 March 2003 from the WHO (Communication of 25 March 2003 from the WHO Water, Sanitation
and Health Programme) operator or protective covenants.
Water, Sanitation and Health Programme)

4
SUSENAS KOR 2004
A poorly protected well carries the following AIR MINUM
characteristics:
Is located within 100 feet of pollution sources, and is not Sumber air minum: (1) air dalam kemasan, (2) Leding (3)
sloped to divert surface water runoff away. Pompa, (4) Sumur terlindung, (5) Sumur tidak terlindung,
Does not have a sanitary well seal. (6) Mata air terlindung, (7) Mata air tidak terlindung, (8) Air
The annular space around the well casing is not properly sungai, (9) Air hujan, (10) Lainnya
sealed with cement grout or bentonite clay.
Does not have a pump house to protect the well-head, Jika jawaban diatas = salah satu kode 3 s.d 7, jarak
storage tank, and other equipment. ketempat penampungan kotoran/tinja terdekat : (1) < 10 m,
Has a well pit to house the pumping equipment or to permit (2) > 10 m, (3) Tidak tahu
access to the top of the well.
The wellhead protection area is not under the control of the Cara memperoleh air minum: (1) Berlangganan, (2)
operator or purveyor. Membeli eceran, (3) Tidak membeli

Penggunaan fasilitas air minum: (1) Sendiri, (2) Bersama,


(3) Umum, (4) Tidak ada

5
SUSENAS MODUL 2004
SUSENAS KOR 2004 SUSENAS MODUL 2004 BUANG KOTORAN, LIMBAH DAN
BUANG KOTORAN AIR MINUM SAMPAH
Berapa Lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
air minum (pulang-pergi): (1) < 5 menit, (2) 5 – 29 menit,
Penggunaan fasilitas tempat buang air besar: (1) (3) 30 – 59 menit, (4) 60 – 89 menit, (5) > 90 menit,
Sarana pembuangan air limbah mandi/dapur/cuci: (1)
Sendiri, (2) Bersama, (3) Umum Dengan saluran terbuka, (2) Dengan saluran tertutup, (3)
Tanpa saluran
Kualitas air minum (isikan kode 1 bila “ya” dan 2 bila
Jenis kloset: (1) Leher angsa, (2) Plengsengan, (3) “tidak”): (1) Jernih/bening … (2) Berwarna … (3) Berasa … Keadaan air got/selokan di sekitar rumah: (1) Lancar, (2)
Cemplung/cubluk, (4) Tidak pakai (4) Berbusa … (5) Berbau … Mengalir sangat lambat, (3) Tergenang, (4) Tidak ada got
Apakah di rumah tangga ini tersedia air paling sedikit 20 Cara pembuangan sampah: (1) Diangkut petugas minimum
Tempat pembuangan akhir tinja: (1) Tangki/SPAL, liter per anggota rumah tangga per hari untuk mandi, cuci,
(2) Kolam/sawah, (3) Sungai/danau/laut, (4) satu kali seminggu, (2) Diangkut petugas lebih dari
minum dan masak ? seminggu (3) Ditimbun, (4) Dibuat kompos, (5) Dibakar, (6)
Lobang tanah, (5) Pantai/tanah lapang/kebun, (6) (1) Ya, (2) Tidak Dibuang kekali/selokan, (7) Dibuang sembarangan, (8)
Lainnya Lainnya

6
SUSENAS KOR 2006 AIR MINUM
SUSENAS KOR 2006 AIR MINUM
(Cont’) SUSENAS MODUL 2007
AIR MINUM
Sumber air minum: (1) air dalam kemasan, (2) Leding 24 jam, (3) Kualitas air minum (isikan kode 1 bila “ya”
Leding tidak 24 jam, (4) Pompa, (5) Sumur terlindung, (6) Sumur tidak
terlindung, (7) Mata air terlindung, (8) Mata air tidak terlindung, (9) Air dan 2 bila “tidak”): (1) Jernih/bening … (2) Cara memperoleh air minum: (1)
sungai, (10) Air hujan, (11) Lainnya Berwarna … (3) Berasa … (4) Berbusa … Berlangganan, (2) Membeli eceran, (3)
Jika jawaban diatas = salah satu kode 4 s.d 8, jarak ketempat (5) Berbau … Tidak membeli
penampungan kotoran/tinja terdekat : (1) < 10 m, (2) > 10 m, (3) Tidak
tahu Di rumah tangga ini tersedia air untuk
mandi,cuci, minum dan masak per anggota
Berapa Lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air minum
rumah tangga per hari sejumlah: (1) < 20 Penggunaan fasilitas air minum: (1)
(pulang-pergi): (1) < 5 menit, (2) 5 – 29 menit, (3) 30 – 59 menit, (4) 60
– 89 menit, (5) > 90 menit, liter, (2) 20 - 50 liter, (3) 50 - 100 liter, (4) > Sendiri, (2) Bersama, (3) Umum, (4)
100 liter Tidak ada

7
SUSENAS KOR 2006 SUSENAS MODUL 2007 SUSENAS MODUL 2007
BUANG KOTORAN BUANG KOTORAN (cont’) BUANG SANITASI
Jenis kloset: (1) Leher angsa, (2) Penggunaan fasilitas tempat buang air Sarana pembuangan air limbah mandi/dapur/cuci: (1)
Plengsengan, (3) Cemplung/cubluk, (4) besar: (1) Sendiri dng tangki penggelontor, Dengan saluran terbuka, (2) Dengan saluran tertutup, (3)
(2) Sendiri tanpa tangki penggelontor(3) Tanpa saluran
Tidak pakai Keadaan air got/selokan di sekitar rumah: (1) Lancar, (2)
Bersama, (4) Umum Mengalir sangat lambat, (3) Tergenang, (4) Tidak ada got
Tempat pembuangan akhir tinja: (1) Penggunaan fasilitas tempat mandi: (1) Cara pembuangan sampah: (1) Diangkut petugas, (2)
Sendiri dengan bak mandi, (2) Sendiri tanpa Ditimbun, (3) Dibuat kompos, (4) Dibakar, (5) Dibuang
Tangki/SPAL, (2) Kolam/sawah, (3)
kekali/selokan, (6) Dibuang sembarangan, (7) Lainnya
Sungai/danau/laut, (4) Lobang tanah, (5) bak mansdi, (3) Bersama, (4) Umum
Pantai/tanah lapang/kebun, (6) Lainnya

8
9
Pengalaman daerah dalam Pengelolaan Data
Sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Paparan Ketua Pokja AMPL Provinsi Banten

Review Pengelolaan Data Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia
dalam Rangka Persiapan Susenas 2006-2007
22 Desember 2005 di Le Meridien Jakarta

Fakta Demografi Banten


KABUPATEN Luas (km2) Jumlah Kepadatan
Penduduk (Jiwa/km2)
PANDEGLANG 2.746,90 1.082.012 394

LEBAK 2.859,96 1.122.228 392

TANGERANG 1.110,38 3.185.944 2.869

SERANG 1.724,09 1.776.995 1.031

KOTA Luas (km2) Jumlah Kepadatan


Penduduk (Jiwa/km2)
TANGERANG 184,00 1.462.726 7.950

CILEGO N 175,50 326.324 1.859

PROPINSI BANTEN 8.800,83 8.956.229 1.018

Sumber : Banten Dalam Angka 2004


Rata2
Rata2 Laju
LajuPertumbuhan
PertumbuhanPenduduk
Penduduk==3,2
3,2%%/Thn
/Thn

PANDEGLANG

LEBAK
Tingkat
Tingkat
Kepadatan
Kepadatan
TANGERANG
Penduduk
Penduduk
SERANG
Provinsi
Provinsi Banten
Banten
KOTA TANGERANG
(Jiwa/Km2)
(Jiwa/Km2)
KOTA CILEGON

TAHUN ANGGARAN
2005

APBD Provinsi Banten tahun 2005 Terkait


Total
AMPL-BM
Sum of ANGGARAN

Pemberdayaan

Drop Series Fields Here


Jenis Perencanaan
Total

Fisik

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000


Millions

Fisik Perencanaan Pemberdayaan


Total 7.249.350.000 5.487.700.000 6.847.377.500

1
inventarisasi data air bersih
> proses penyusunan

Koordinasi Provinsi
- Rapat Pokja AMPL
- Penyusunan “data awal” cakupan air bersih & sanitasi
<versi BAPEDA & Dinas Kesehatan>

Koordinasi Kab / Kota ....


- Diseminasi~Sosialisasi~Roadshow dgn Pimpinan Daerah
Peserta Program AMPL
- Pengiriman “format isian” cakupan air bersih & sanitasi ke Kab /Kota

inventarisasi data air bersih


>> proses penyusunan

.... Komparasi Data dan Kesepakatan Anyer


- Komparasi data Provinsi <versi BAPEDA & Dinas Kesehatan>
dan Kabupaten Kota <format isian> dalam beberapa Pertemuan Pokja
-“Kesepakatan Anyer” mengenai :
1. Definisi Operasional variabel Cakupan Air Bersih & Sanitasi
2. Otorisasi Sumber Data
3. Nilai Cakupan Air Bersih dan Sanitasi “sementara” tahun 2004 & 2005

- Aplikasi Software SIM-KESLING <untuk inventarisasi data rutin bulanan>

Catatan : Kesepakatan Anyer diperoleh dalam Lokakarya Draft Renstra di Patra Anyer, 8/10 Des 2005
Ditandatangani oleh Pokja AMPL Provinsi dan Kab/Kota serta wakil Pemerintah Kab/Kota non program AMPL
LSM dan Perguruan Tinggi

inventarisasi data air bersih

kendala >
Tingkat Provinsi
1. Provinsi Baru :
-belum ada kejelasan … otoritas & validitas data
-belum terbangun … kontinyuitas database terkait AMPL
-belum terjalin baik … koordinasi dengan Kab/Kota

2. Pokja AMPL Provinsi baru terbentuk, shg belum optimal :


-pelibatan “SKPD terkait”
-”intervensi” Pokja dalam Program/Kegiatan Provinsi

2
inventarisasi data air bersih

kendala > >


Tingkat Kabupaten / Kota
1. Variasi Def. Operasional dan Sumber Data :
-”format isian” versi Provinsi … ditafsirkan berbeda-beda

2. Baru terbentuk 3 Pokja AMPL di Kab / Kota


-inisiasi informasi & kegiatan terhambat

inventarisasi data air bersih

solusi >
telah / sedang dilakukan :
1. Pelibatan instansi vertikal terkait (BPS) dan Kab/ Kota non Pokja
dalam setiap acara / kegiatan Pokja Provinsi
2. Implementasi “Kesepakatan Anyer”
3. Survei Cepat data KESLING

akan dilakukan :
1. Perlu dievaluasi kembali SKPD terkait yang bisa masuk Pokja AMPL
2. Implementasi Software SIM-KESLING
<untuk updating data bulanan>

VISI RENSTRA AMPL PROVINSI BANTEN


Terwujudnya Banten dengan Air dan
Lingkungan Sehat yang berkelanjutan tahun
2015
ISU STRATEGIS
1. Data Tentang AMPL Belum Tersedia Secara Baik
2. Makin Berkembang Penyakit Berbasis Lingkungan
3. Cakupan Air Bersih Dan Sanitasi Dasar Masih Rendah
4. Sarana Ampl Tidak Memadai

3
DEFINISI Air Minum
OPERASIONAL Air yang dapat langsung diminum dengan atau tanpa melalui pengolahan.
VARIABEL
AMPL Air Bersih
air keperluan rumah tangga yang diambil dari sumber air terlindungi dan bila mau di
PROVINSI minum harus diolah.
BANTEN
Kesepakatan Anyer Jamban
8/10 des 2005 Tempat Buang Air Besar yang terlindungi tidak mencemari lingkungan.

Tempat Sampah
Tempat untuk Penampungan barang atau benda yang sudah tidak digunakan organik
maupun non organik yang melibatkan sistem sarana dan pengolahan.

SPAL
Sarana pembuangan air limbah yang terpelihara dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan.

Peta Kondisi AMPL Provinsi Banten


Ð PETA DISTRIBUSI SUMBERDAYA AIR PROVINSI BANTEN

Ð PETA DISTRIBUSI KEBUTUHAN AIR PROVINSI BANTEN TAHUN 2004

Ð PETA DISTRIBUSI DAERAH RAWAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2004

Ð PETA CAKUPAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2004

Ð PETA PROYEKSI CAKUPAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015


Ð

PETA DISTRIBUSI SUMBERDAYA AIR PROVINSI BANTEN


Ð

Sumber : RTRW Provinsi Banten

4
PETA DISTRIBUSI KEBUTUHAN AIR PROVINSI BANTEN TAHUN 2004
Ð

Sumber : Bapeda Provinsi Banten

PETA DISTRIBUSI DAERAH RAWAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2004
Ð

Sumber : Bapeda Provinsi Banten

PETA CAKUPAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2004


Ð

Sumber : Inventarisasi Data Air Bersih, Bapeda Provinsi Banten 2005

5
PETA PROYEKSI CAKUPAN AIR BERSIH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015
Ð

Sumber : Inventarisasi Data Air Bersih, Bapeda Provinsi Banten 2005

Cakupan Air Bersih Provinsi Banten Tahun 2004 – 2005 dan Proyeksi 2015
2004 2005 2015
nilai (%)
cakupan air
71,85
bersih Provinsi Banten 64,36
tersebut 43,71
adalah hasil 81,25
komparasi Kota Cilegon 86,04
62,5
data provinsi
72,6
dan data Kota Tangerang 85,92
45,2
kabupaten
kota sebagai 74,25
Kab. Tangerang 68,02
hasil 48,5
Kesepakatan 65,85
Anyer 8/10 Kab. Serang 48,35
31,7
des 2005
67,4
Kab. Lebak 46,07
34,8
76,83
Kab. Pandeglang 51,75
53,67

25 50 75 100
Cakupan Air Bersih (%)

Cakupan Sanitasi Provinsi Banten Tahun 2004 – 2005 dan Proyeksi 2015
2004 2005 2015
nilai (%)
cakupan 72,25
sanitasi Provinsi Banten 53,64
44,5
tersebut
76,5
adalah hasil Kota Cilegon 72,8
komparasi 53
data provinsi 80
dan data Kota Tangerang 85,11
60
kabupaten
82,5
kota sebagai Kab. Tangerang 57,78
hasil 65
Kesepakatan 63,5
Anyer 8/10 Kab. Serang 36,69
27
des 2005
63
Kab. Lebak 27,25
26

68
Kab. Pandeglang 42,2
36

25 50 75 100

Cakupan Sanitasi (%)

6
. . . . . . . . . . terimakasih

7
INDONESIA
SEHAT
2010

• Propinsi Banten

• TERDIRI DARI :

4 Kabupaten

2 Kota,

122 Kecamatan

174 Puskesmas

28 Rumah Sakit

TUJUAN
PROGRAM PENYEHATAN AIR

TINGKAT DUNIA
MILLENIUM DEVELOPMENT
GOALS

INDONESIA
SEHAT 2010

STANDAR
PELAYANAN
MINIMAL

LS/LP/LSM KEGIATAN ORGANISASI


PENYEHATAN PROFESI
AIR & SANITASI

MASYARAK
AT

1
RAPID
SURVEY

SKRT
DLL
RISET
SDKI OPERASIONAL

DATA RUTIN UNTUK SISTIM


KEWASPADAAN DINI KLB
LAP Upaya
Pencegahan
KESLI STP (Perbaikan
NG Sanitasi)

Peringatan Peningkatan
Kajian Kewaspadaan
Dini
Epidem &
Ancaman Kesiapsiagaan
iologi KLB KLB

Jejaring Upaya
SE-KLB
Pencegahan
(Sektor)

2
KLB dengan SKD Kesling
Kajian Epidemiologi
Rawan KLB
90
80
Peringatan Dini Penang
70
Ancaman KLB gulangan
KASUS

60
50 KLB
40 Kewaspadaan dan
30 Kesiapsiagaan KLB
20
10
0

HARI

KLB dengan SKD Kesling


Deteksi
DINI
90 Tindakan
80 CEPAT Kasus
70 potensial yang
KASUS

60 dapat dicegah
50
40
30
20
10
0

HARI

CAKUPAN AIR BERSIH TAHUN 2001 S/D 2004 DI PROPINSI BANTEN

100%

80%
NO 2001
60% NO 2002
40% NO 2003
NO 2004
20%

0%
SERANG KAB LEBAK PANDEGLANG KOTA CILEGON BANTEN
TANGERANG TANGERANG

3
CAKUPAN KASUS SANITASI JAGA DI PROPINSI
BANTEN TAHUN 2004

100 85
73
80 66
56
60 45
37 Series2
40 31
20
0
Serang Pandeglang Lebak Tangerang Kota Kota Cilegon PROPINSI
Kab, Tangerang

CAKUPAN SANITASI SPAL PROPINSI BANTEN


TAHUN 2004

70 65
60 53
50 41
36
40
27 26
30
20
10 0
0
Serang Pandeglang Lebak Tangerang Kab, Kota Tangerang Kota Cilegon PROPINSI

4
5
K O R E L A SI C A K U P A N SA N I T A SI D A N P E N Y A K I T A K I B A T
L I N G K U N G A N D I P R O P I N SI B A N T E N T A H U N 2 0 0 4

15 100
80
10 60
5 40
20
0 0
SERANG PANDEGLANG LEBAK T ANGERANG TANGERANG CI LEGON PROPI NSI

KAB KOT A

DBD DIARE SPAL JAGA

UNTUK MENINGKATAN
KUALITAS DATA DAN
SUSTAINIBILITY
DARI PROGRAM AMPL
DI PROPINSI BANTEN
MAKA
DIBUAT SOFT WARE
SISTIM INFORMAS KESEHATAN
LINGKUNGAN
MULAI TAHUN 2006

BILA DATA RUTIN


MERAGUKAN
ATAU CAKUPAN TINGGI
TETAPI KLB TETAP
TERJADI MAKA DILAKUKAN
PENGUKURAN KUALITAS
DATA
DENGAN SURVEY CEPAT

6
SYARAT SURVEY CEPAT
• DIPERGUNAKAN UNTUK MENGUKUR
KEJADIAN YANG SERING TERJADI DI
MASYARAKAT
• PENGAMBILAN SAMPEL DILAKUKAN 2
TAHAP, TIAP KABUPATEN DIAMBIL 30
KLUSTER, DAN MASING-MASING
KLUSTER DIAMBIL 7-10 SAMPEL.
• PERTANYAAN DIBATASI 20-30 BUAH
• RANCANGAN SAMPEL,
PEMASUKAN,PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA DILAKUKAN DENGAN
BANTUAN KOMPUTER

• WAKTU PELAKSANAAN SAMPAI


PELAPORAN MEMRLUKAN WAKTU
YANG SINGKAT YAITU HANYA 2-3
MINGGU
• HASIL SURVEY DISAJIKAN DENGAN
MEMAKAI TEKNIK STATISTIK YANG
SEDERHANA DENGAN TETAP
MEMPERHATIKAN KAIDAH
STATISTIK YANG BERLAKU

LANGKAH-LANGKAH
SURVEY CEPAT

MENENTUKAN
MASALAH KESEHATAN
SESUAI PRIORITAS

MENENTUKAN
BESAR DAN METODA
SAMPEL

MENGEMBANGKAN
ALAT PENGUMPUL
DATA

7
PENGORGANISASIAN
DAN PELAKSANAAN

ANALISIS
DAN INTERPRETASI

PENGEMBANGAN
PROGRAM KEGIATAN
LANJUTAN

DASAR PEMIKIRAN PENGAMBILAN SAMPEL


SURVEY CEPAT
PENGAMBILAN SAMPEL TANPA PPS DENGAN
JUMLAH RESPONDEN TETAP UNTUK TIAP KLUSTER

SECOND STAGE
SAMPLE
POPUILATION
FIRST STAGE SELECTION PROBABILITY
CLUSTER
SRS 4 5
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
SRS ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ X = 0.0010
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
100
ӨӨӨӨ 200 100
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 5 SAMPEL
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 4 X 5 = 0,0017
60 ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
200 60
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
5 SAMPEL
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
30
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
4 X 5 = 0,0033
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 200 30
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ 10 ӨӨӨӨ
4
X 5 = 0.002
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ

200 10

DASAR PEMIKIRAN PENGAMBILAN SAMPEL


SURVEY CEPAT
PENGAMBILAN SAMPEL PPS DENGAN
JUMLAH RESPONDEN TETAP UNTUK TIAP KLUSTER

SECOND STAGE
SAMPLE
POPUILATION
FIRST STAGE SELECTION PROBABILITY
CLUSTER
SRS 4 X 100 5
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
SRS ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ X = 0.002
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
100
ӨӨӨӨ 10000 100
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 5 SAMPEL
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 4 X 60 X 5 = 0,002
60 ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
10000 60
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
5 SAMPEL
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
30
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ
4 X 30 X 5 = 0,002
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨ 10000 30
ӨӨӨӨӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ 10 ӨӨӨӨ
4 X 10
X 5 = 0.002
ӨӨӨӨ
ӨӨӨӨӨӨӨӨ

10000 10

8
9
Persiapan SUSENAS 2006-07

Review Pengelolaan Data


Pembangunan WS&ES

Pengalaman Proyek WSLIC-2

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 1

Daftar Isi
• Konteks WSLIC-2 dan fokus presentasi
• Kebutuhan data WS&ES dalam WSLIC-2
• Sumber data WS&ES untuk WSLIC-2
• Kebutuhan data lainnya
• Beberapa isu SUSENAS
• Hal-hal yang perlu diperhatikan

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 2

Apa itu WSLIC-2 (1 dari 2)


• Proyek WS&ES berbasis masyarakat.
• Sumber dana dari Bank Dunia, AusAID,
GOI dan masyarakat.
• 2300 desa di 8 propinsi;
• Seleksi desa berdasarkan “Demand
Responsive Approach”.
• Shortlist berdasarkan tingkat kemiskinan,
jumlah penduduk, akses sarana WS&ES
dan status kesehatan.
WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 3

1
Apa itu WSLIC-2 (2 dari 2)
• Pelaksanaannya menggunakan
“community based approach” untuk
perencanaan dan pelaksanaan.
Menggunakan metodologi MPA dan
PHAST dalam proses dan difasilitasi oleh
CF dan konsultan.
• Masyarakat bertanggung jawab terhadap
operasional dan pemeliharaan pada waktu
paska konstruksi.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 4

Fokus Presentasi
• Fokus kepada aplikasi data dan implikasi
dalam proses persiapan dan perencanaan
Proyek WSLIC-2.
• Terutama yang terkait dengan “community
based” WS&ES di tingkat desa.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 5

Persyaratan utama data WS&ES


• Persiapan Proyek – seleksi propinsi proyek dan pemahaman
mengenai lingkup proyek umum. Kebutuhan data meliputi data
akses WS&ES pedesaan ditingkat propinsi.
• Perencanaan ditingkat propinsi – seleksi proyek kabupaten dan
pengertian lingkup kerja ditingkat propinsi. Kebutuhan data meliputi
data akses WS&ES pedesaan di tingkat kabupaten. Data ditingkat
kecamatan juga dipakai.
• Perencanaan ditingkat kabupaten – “shortlisting” dan
memprioritaskan desa. Kebutuhan data meliputi data akses WS&ES
pedesaan. Data aktual dari lapangan dipakai untuk proses
shortlisting ini.
• Perencanaan ditingkat desa – Kebutuhan data WS&ES yang lebih
lengkap di desa dikumpulkan melalui proses MPA/PHAST dengan
masyarakat di masing-masing desa.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 6

2
Sumber data WSLIC-2 untuk
WS&ES
• Ditingkat propinsi – dari Kantor Statistik Tk.I (dalam
angka) dan data milik DinKes.
• Ditingkat kabupaten – Kantor Statistik Tk. II (dalam
angka) dan data milik DinKes (dikumpulkan dari
Puskesmas, Posyandu, Bidan desa dan instansi
kesehatan lainnya di tingkat kecamatan dan kabupaten).
• Ditingkat desa (shortlisting) – data ditingkat desa
berdasarkan inspeksi lapangan di masing-masing desa.
• Ditingkat desa (perencanaan) – berdasarkan penilaian
ditingkat masyarakat pada proses MPA/PHAST.
• Data SUSENAS tidak dipakai pada Proyek WSLIC-2,
kecuali sebagai perbandingan.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 7

Kebutuhan Data Selain WS&ES


• Data Kesehatan – penyakit diare
berdasarkan data Puskesmas yang
dikumpulkan dari beberapa sumber
(Puskesmas, Posyandu, Bidan Desa, dll).
• Data Kemiskinan – Peta Kemiskinan BPS.
Data kecamatan diterapkan untuk semua
desa dengan kecamatan.
• Data Penduduk – berdasarkan catatan
kecamatan dan/atau desa.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 8

Permasalahan Utama pada Sistem


• Tujuan SUSENAS: Ada beberapa sumber data WS&ES pada
berbagai tingkatan – tujuan dari setiap sumber data (meliputi
SUSENAS) harus dipahami dan data dan sampling harus di
rancang secara baik.
• MDGs: Kebutuhan data disesuaikan untuk keperluan perencanaan
nasional – termasuk kemajuan MDGs.
• Efisiensi: Karena sumber daya terbatas, kita perlu menghindari
data yang tidak perlu. Ini akan memberikan keuntungan untuk
organisasi manajemen data dan pengguna data (perencanaan dan
pelaksanaan). Situasi sekarang seringkali data yang tersedia
berlebih tapi tidak cukup untuk berbagai alasan.
• Konsistensi: Data dari berbagai tingkatan diperlukan dalam
beberapa tahap perencanaan proyek. Pada prinsipnya konsistensi
data dapat diefektifkan.
• Definisi: Perlu didefinisikan data sesuai kebutuhan perencanaan
dan pelaksanaan.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 9

3
Isu Spesifik Susenas (1 dari 3)
• Kategori Perkotaan/Pedesaan: SUSENAS
mengunakan kategori Perkotaan/Pedesaan.
Kebijaksanaan Nasional WS&ES memakai kategori
“manajemen berbasis kelembagaan” dan “berbasis
masyarakat”. Dapatkah sejalan?
• Standar Fasilitas : Data seharusnya berdasarkan
standard fasilitas/pelayanan harus sesuai dengan
panduan MDG. Data yang lebih rinci ditingkat nasional
mungkin tidak diperlukan.
• Data Optimis: Hampir semua hasil data cacupan
WS&ES SUSENAS menujukan angka yang tinggi,
kenyataannya berdasarkan observasi lapangan tidak
demikian. Mengapa demikian?
WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 10

Permasalahan Spesifik (2 dari 3)


Penyedian Air:
• Kerancuan antara sumber dan tipe sistem.
• Sebagai contoh dalam pemakaian air di satu keluarga, dimana pompa
diperlukan untuk mengalir dari sumber air, mereka memilih ledeng, pompa
atau sumur terlindung sebagai sumber.
• Aspek utama untuk perencanaan:
– Sumber air dari mana?
– Bagaimana kualitas air yang tersedia?
– Bagaimana sistem pendistribusian?
– Berapa biaya yang dibebankan ke masyarakat?
– Waktu untuk pengambilan air?
• Mungkin SUSENAS tidak perlu harus menydiakan semua data diatas.
• Di banyak desa terdapat sumber-sumber air yang berbeda untuk
minum/masak dan mandi/cuci. SUSENAS hanya mengumpulkan data
untuk air minum.
• Karna kompleksnya permasalahan menyangkut WS&ES, adalah tidak
muda untuk melakukan survei.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 11

Permasalahan Spesifik (3 dari 3)


Sanitasi:
• Untuk sanitasi, SUSENAS sudah mencoba memisahkan data
tentang fasilitas jamban dari pengolaan atau metoda pembuangan
akhir tapi data yang diperoleh tidak dapat dikaitkan.
• Data hasil SUSENAS tentang pembuangan tinja di sembarang
tempat sangat optimis namun kenyataanya tidak demikian.
• Terdapat definisi yang tidak jelas mengenai jenis tempat
pembuagan dan jenis toilet.
• Aspek penting yang diperlukan untuk perencanaan:
– Prosentase keluarga yang membuang tinja secara sehat/aman dan
tidak sehat/aman?
– Cara pembuangan tinja apa yang tidak sehat?
– Berberapa tipe jamban apa yang utama?
– Beberapa tipe pengolahan akhir tinja yang utama?
• Mungkin SUSENAS tidak perlu harus menydiakan semua data
diatas.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 12

4
Hal-hal yang perlu diperhatikan
• SUSENAS merupakan salah satu sumber data
yang dipakai untuk perencanaan WS&ES.
• Setiap data yang perlu dikumpulkan harus
dedisain dengan hati-hati sehingga data yang
diperoleh layak digunakan sesuai kebutuhan.
• Data-data yang dihasilkan seharusnya ketidak
konsisten dan tidak duplikasi (misalnya antara
SUSENAS dan instansi lain).
• Perlunya ditingkatkan koordinasi antar lembaga
terkait sehingga dihasilkan data yang valid untuk
semuanya.

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 13

Terima kasih

WSLIC-2 Prepared by WSLIC-2 CPMU 14

You might also like