You are on page 1of 7

Jurnal Gizi dan Pangan Jurnal Gizi dan Pangan merupakan publikasi resmi PERGIZI PANGAN Indonesia yang

bekerjasama dengan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB. Jurnal ini fokus memuat riset-riset bidang gizi dan pangan. Dalam perjalanannya jurnal ini telah dapat terbit dengan rutin (tiga kali per tahun yaitu Maret, Juli dan November) dan kini sedang dalam proses untuk mendapatkan status akreditasi oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Jurnal Gizi dan Pangan memiliki Dewan Editor yang kompeten di bidang ilmu gizi dan pangan. Dewan Editor yang dibentuk mewakili beragam institusi terkait pangan dan gizi. Jurnal ini dikelola dengan penuh komitmen di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi. Redaksi mengundang para dosen, peneliti, dan ilmuwan lainnya untuk mempublikasikan karya-karya ilmiahnya di Jurnal Gizi dan Pangan. Beberapa Edisi Jurnal Gizi dan Pangan yang telah diterbitkan adalah sebagai berikut: Volume 1, Volume 1, Volume 2, Volume 2, Volume 2, Volume 3, Volume 3, Volume 3, Volume 4, Volume 4, Volume 4, Volume 5, Volume 5, Volume 5, Volume 6, Nomor 1, Maret 2011 Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor 1, 2, 1, 2, 3, 1, 2, 3, 1, 2, 3, 1, 2, 3, Juli November Maret Juli November Maret Juli November Maret Juli November Maret Juli November 2006 2006 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2010 2010 2010

Jurnal
Jurnal Gizi dan Pangan merupakan publikasi resmi PERGIZI PANGAN Indonesia yang bekerjasama dengan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB. Jurnal ini fokus memuat riset-riset bidang gizi dan pangan. Dalam perjalanannya jurnal ini telah dapat terbit dengan rutin (tiga kali per tahun yaitu Maret, Juli dan November) dan kini sedang dalam proses untuk mendapatkan status akreditasi oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

Jurnal Gizi dan Pangan memiliki Dewan Editor yang kompeten di bidang ilmu gizi dan pangan. Dewan Editor yang dibentuk mewakili beragam institusi terkait pangan dan gizi. Jurnal ini dikelola dengan penuh komitmen di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi. Redaksi mengundang para dosen, peneliti, dan ilmuwan lainnya untuk mempublikasikan karya-karya ilmiahnya di Jurnal Gizi dan Pangan. Beberapa Edisi Jurnal Gizi dan Pangan yang telah diterbitkan adalah sebagai berikut:

Volume 1, Nomor 1, Juli 2006 Volume 1, Nomor 2, November 2006 Volume 2, Nomor 1, Maret 2007 Volume 2, Nomor 2, Juli 2007 Volume 2, Nomor 3, November 2007 Volume 3, Nomor 1, Maret 2008 Volume 3, Nomor 2, Juli 2008 Volume 3, Nomor 3, November 2008 Volume 4, Nomor 1, Maret 2009 Volume 4, Nomor 2, Juli 2009 Volume 4, Nomor 3, November 2009 Volume 5, Nomor 1, Maret 2010 Volume 5, Nomor 2, Juli 2010 Volume 5, Nomor 3, November 2010 Volume 6, Nomor 1, Maret 2011

Jaminan Keamanan Pangan dengan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Sektor pertanian merupakan sektor penting yang masih harus dikembangkan serta membutuhkan penanganan serius guna menunjang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk dapat bersaing di pasar yang bebas dan kompetitif saat ini, komoditas pertanian yang dipasarkan harus benar-benar dapat menarik minat pembeli. Hal ini perlu ditanamkan terhadap pelaku agribisnis bahwa di dalam produk yang akan dipasarkan haruslah terdapat unsur jaminan kepastian mutu. Jaminan mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan persyaratan konsumen, Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik , juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Hal ini membawa dampak perubahan mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan, pengawasan produk akhir, hingga pengawasan proses produksi bagi jaminan mutu secara total. Pada tahun-tahun terakhir, konsumen menyadari bahwa mutu pangan khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir dari laboratorium. Mereka berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik.

Suatu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh Komite Standar Internasional/ Codex Allimentarius Commission yang telah diakui secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku hingga produk akhir.

Pengertian HACCP HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya untuk mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah antisipasi dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan, daripada mengandalkan kepada pengujian produk akhir. Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir.

Pendekatan HACCP Ada tiga pendekatan penting dalam pengawasan mutu pangan: 1. Food Safety/Keamanan Pangan. Aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan masalah biologi, kimia dan fisika. 2. Wholesomeness/Kebersihan. Merupakan karakteristik-karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene. 3. Economic Fraud /Pemalsuan Adalah tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan pembeli. Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan species (bahan baku), penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai dengan label, overglazing dan jumlah komponen yang kurang seperti yang tertera dalam kemasan.

SEJARAH HACCP Sejarah perkembangan HACCP oleh beberapa ahli dianggap sebagai evolusi, sejak ditemukannya pada tahun 1960,dimana Pilsbury Co. NASA dan US Army Natick and Space Administration, mengadakan penelitian dengan tujuan utama mengembangkan makanan yang aman bagi astronot. HACCP baru berkembang pesat sejak tahun 1990, di Indonesia pada tahun 1998. diadopsi menjadi SNI 01-4852-1998

MANFAAT HACCP 1. Menjamin keamanan pangan - Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat; - Memberikan bukti sistem produksi dan penganganan aproduk yang aman; - Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanannya; - Memberikan kepuasan pada pelanggan akan konformitasnya terhadap standar nasional maupun internasional. 2. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HACCP bahayabahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangannya. 3. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakkan produksi atau ketidakamanan pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir produk saja. 4. Dengan berkembangnya HACCP menjadi standar internasional dan persyaratan wajib pemerintah, memberikan produk memiliki nilai kompetitif di pasar global. 5. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya sistematik dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua tingkat bisnis pangan. Tujuh Prinsip HACCP HACCP merupakan suatu sistem yang dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya tertentu dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk pengendaliannya. Sisten ini terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut: PRINSIP 1 : Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi. Peningkatan kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan pencegahan, untuk pengendaliannya. : Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya tersebut. CCP (Critical Control Point) berarti setiap tahapan di dalan produksi pangan dan /atau pabrik yang meliputi sejak bahan baku yang diterima, dan/atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya. : Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada dalam

PRINSIP 2

PRINSIP 3

PRINSIP 4 PRINSIP 5 PRINSIP 6 PRINSIP 7

: : : :

kendali. Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP dengan cara pengujian atau pengamatan. Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali. Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif. Mengembangkan dokumentasi mengenai senua prosedur dan pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.

Referensi

Winarno, F.G. dan Surono, 2002. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri Pangan. MBRIO PRESS, Bogor. Pedoman pembinaan dan pengawasan mutu hasil pertanian terpadu komoditi pangan, Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1995. Quality Assurance Training in The Indonesian Horticultural Industry, Patric Ulloa 2004. Mengenal HACCP dan aplikasinya dalam menjamin mutu dan keamanan pangan, Surono 1995. SNI 01-4852-1998, Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman dan penerapannya, Badan Standarisasi Nasional, 1986. Hermawan Thaheer, 2005: Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Jurnal Vol.7, No.2

ARTIKEL - November 2010, Vol.7, No.2

Pengendalian status gizi, kadar glukosa darah, dan tekanan darah melalui terapi gizi medis pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 rawat jalan di RSU Mataram NTB1 Suhaema2, Ahmad Husain Asdie3, Retno Pangastuti4 ABSTRACT Background : The prevalence of diabetes mellitus (DM) is increasing globally, including in Indonesia. Studies by Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) and U.K. Prospective Diabetes Study Group (UKPDS) prove the benefit of medical nutrition therapy (MNT) to glycemic control. Similar studies have not been done much in Indonesia. Objective : To identify the effects of MNT to nutrient intake, control of nutrition status, blood glucose and blood pressure of type 2 DM outpatients. Method : This was a randomized controlled trial. Subject of the study consisted of 60 people. The experiment group got MNT; whereas the control group got conventional nutrition counseling. Data were processed using computer, nutrients were analyzed using nutrisurvey. Statistical t-test was done to identify the effect of intervention. Intake of energy, fat and carbohydrate of the experiment group decreased significantly close to the necessity at subsequent decrease as much as -14.05 (p= 0. 009), -35.64 (p=0.019) and -19.14 (p=0.035). Body mass index In the experiment group decreased -0.41kg/m2 and waist circumference -0.24cm, where as the control group -0.23 kg/m2 and -014cm. Blood glucose level during fasting decreased -23.6 mg/dl in the experiment group and -14.03 mg/dl in the control group (p=0.036). Systolic and dyastolic blood pressure of the experiment group decreased -3.33 mmHg (p=0.035) and -1.67 mmgHg (p=0.895), whereas the control group + 0.5 mmHg and 1.33 mmHg; the change was insignificant. Conclusion : Intake of nutrient, nutrition status, blood glucose level and blood pressure of type 2 DM patients that got MNT was more controllable than of those that got conventional nutrition counseling. Key words : MNT, conventional nutrition counseling, type 2 DM, nutrient intake, nutrition status, blood glucose, blood pressure
1

Dipresentasikan pada International Dietetic Update pada tanggal 15-17 Oktober 2009 di Yogyakarta kerjasama dengan Asosiasi Dietisien Indonesia, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, dan Prodi Gizi Kesehatan FKUGM serta didanai oleh Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. 2 Poltekkes Kemenkes Mataram, Jurusan Gizi, e-mail: emma_sbw2@yahoo.com This email address is being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it 3 Bagian Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada 4 Bagian Instalasi Gizi, RSUP Dr. Sardjito, Jl Kesehatan, Yogyakarta, e-mail: retnopangastuti@gmail.com This email address is being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it

FULL TEXT click here

Perbedaan kadar seng serum dan kadar c-reactive protein pada anak balita dengan kadar serum retinol normal dan tidak normal1 Kadek Tresna Adhi2, Bambang Wirjatmadi3, Meriyana Adriani3 ABSTRACT Background Vitamin A Deficiency (VAD) is one of the major nutritional problem, and many occur in developing countries. VAD occurs when serum retinol concentration <20 tg / dl (0.07 ?mol / L). Serum retinol levels will decrease during the acute phase response (elevated CRP) and also caused by zinc deficiency. This interaction causes inhibition of linear growth. Objective : The objective of this research is to study the differences in levels of serum zinc and CRP levels in infants and children with normal serum retinol (? 20 tg / dl) and abnormal (? 20 tg / dl) in the Village of Mojo, District Gubeng, Surabaya. Method : Results of the analysis was divided into two categories: 1) normal serum retinol (? 20 tg / dl), and 2) abnormal levels of serum retinol (<20 tg / dl). For serum zinc levels, laboratory examination was performed by AAS method (Atomic Absorption Spectrophotometry). CRP level was done by agglutination test method (CRP latex) with results in the form of semi-quantitative analysis. The collection of data includes the frequency characteristic of children and the sick for a month with interviews conducted using a questionnaire. Consumption data using dietetic (2x24-hour recall). Analysis of data using two independent samples t test.

You might also like