You are on page 1of 3

I.

Pendahuluan
Lingkungan laut dicirikan dengan adanya kadar garam tinggi dan konsentrasi bahan

organik rendah dan laut dalam cenderung memiliki suhu rendah dan tekanan hidrostatik tinggi. Keberadaan lingkungan laut pertama kali dilaporkan pada abad ke-19, dan ditemukan adanya perbedaan mikroorganisme dan darat dalam hal aktivitas metabolit dan fisiologinya. Kabori dan Taga (1980) telah mengisolasi bakteri laut dari deep water yaitu jenis Pseudomonas sp yang memproduksi fosfatase ekstraseluler. Aktivitas fosfatase dipercepat dengan diberi tekanan sampai 1000 atm tiga kali lebih tinggi dari pada aktivitas pada 1 atm. Hal ini mengisyaratkan bahwa enzim pada mikroorganisme laut munkin juga berbeda dengan enzim pada mikroorganisme darat. Oleh karena itu, inhibitor enzim pada bakteri laut diharapkan menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan inhibitor enzim pada bakteri darat. Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio_5_1_29-36.pdf). Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas komponen yang disebut apoenzim yang berupa protein dan komponen lain yang disebut gugus prostetik yang berupa nonprotein. Gugus prostetik dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2, NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Jadi, enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim dan koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim.

II.
2.1.

Enzim Hewan Laut Kitinase


Kitinase adalah enzim yang dapat ikatan mengkatalisis reaksi degradasi residu N-asetil memotong glikosidik antara

(pemecahan) kitin dengan

glukosamin (monomer penyusun kitin). Enzim ini dapat diperoleh dari berbagai makhluk hidup, seperti bakteri, hewan vertebrata, moluska, artropoda, tumbuhan, alga, dan beberapa

jenis cendawan tertentu. Pada insekta (serangga) dan crustacea (udang-udangan), enzim kitinase berperan dalam proses ekdisis (pergantian kulit), sedangkan pada tumbuhan tingkat tinggi, enzim kitinase digunakan sebagai pertahanan pada tumbuhan terhadap hama dan patogen tumbuhan. Kitinase terdiri dari dua jenis, yaitu endokitinase yang dapat memotong semua bagian pada kitin, dan eksokitinase yang hanya memotong ujung terminal-N (ujung amina) pada molekul kitin. Aplikasi dari enzim ini adalah sebagai senyawa anti-fungi. Kitinase tersebar mulai dari bakteri, serangga, virus, tumbuhan, dan hewan (Ohno et al., 1996). Kitinase memainkan peranan yang penting dalam fisiologi dan ekologi (Saito et al., 1998). 2.1.1. Penggolongan Enzim Kitinase Enzim kitinase berdasarkan cara kerjanya dalam mendegradasi substrat dikelompokan kedalam dua tipe yaitu : 1. Endokitinase yaitu kitinase yang memotong secara acak ikatan -1,4 bagian internal mikrofibril kitin. Produk akhir yang terbentuk bersifat mudah larut berupa oligomer pendek N-

asetilglukosamin (GlcNAc) yang memiliki berat molekul rendah seperti kitotetraose. 2. Eksokitinase dinamakan juga kitobiosidase atau kitin 1,4--kitobiosidase, mengkatalisis secara aktif pembebasan unit-unit yaitu enzim yang unit-unit

diasetilkitibiodase tanpa ada

monosakarida atau oligosakarida yang dibentuk. Pemotongan hanya terjadi pada ujung non reduksi mikrofibril kitin dan tidak secara acak.

2.2.

Kitin Dintase
Kitin sintase adalah gabungan berbagai enzim yang digunakan oleh semua organisme

penghasil kitin untuk membentuk polimer dari rantai beta 1-4 N-asetilglukosamin. Kemiripan enzim kitin sintase ini pada berbagai organisme menunjukkan adanya kesamaan nenek moyang organisme eukariotik. Enzim kitin sintase terdapat di dalam membran sel dan persimpangan membran sehingga monomer N-asetilglukosamin dapat ditambahkan membentuk polimer sambil ditransportasikan melewati membran. Analisis filogenetik menunjukkan bahwa kitin sintase menghasilkan kitin pada berbagai lokasi sel dan untuk berbagai fungsi. Oleh karena itu, suatu organisme dapat memiliki beberapa jenis enzim kitin sintase.

2.3.

Enzim Kolagenase
Dalam industri pengolahan cumi (Loligo vulgaris) atau hasil perikanan lainnya, proses

pengupasan kulit memerlukan biaya yang banyak, karena dikerjakan secara manual. Lapisan kulit terluar (epidermis) cumi tersusun dari protein kolagen yang disebut tropokolagen atau kolagen bentuk pertama. Kolagen jika terdenaturasi akan menghasilkan prokolagen alpha 1 dan alpha 2 atau disebut kolagen bentuk kedua (Stryer, 1981). Kolagen bentuk pertama dan kedua dapat dihidrolisis oleh enzim kolagenase dari bakteri Vibrio sp (B 30) ATCC 21520, sedangkan kolagenase dari bakeri Clostridium histolyticum hanya bisa menghidrolisis kolagen bentauk kedua (Waite et al., 1980). Berdasarkan alasan di atas enzim kolagenase dapat diproduksi oleh bakteri dalam jumlah besar dan proses pembuangan kulit dalam industri pengolahan cumi dapat dilakukan secara enzimatis. Penelitian pada tahun pertama ini bertujuan untuk menyeleksi bakteri penghasil enzim kalagenase dengan membeli bakteri dari lembaga-lembaga pengoleksi bakteri. Kemudian mengisolasi, memurnikan dan mengetahui karakter enzim kolagenase dari bakteri tersebut.

You might also like