You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tes dan pengukuran terhadap olahragawan merupakan tugas yang rumit karena banyak hal yang harus di perhatikan agar data yang diperoleh benar-benar valid. Hal ini butuh keahlian dan ketelitian dalam meneliti. Kondisi fisik dan psikologis olahragawan juga harus diperhatikan karena hal itu juga bisa mempengaruhi hasil penelitian. Dalam olahraga kelentukan adalah suatu hal yang penting, semakin seseorang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi maka akan cenderung bisa meminimalisir cedera. Tinggi rendahnya kelentukan olahragawan tidak ditentukan oleh postur tubuhnya melainkan karena seringnya berlatih. Dalam makalah ini, penulis memusatkan pada model tes dan pengukuran kelentukan olahragawan. Tes dan pengukuran ini memberikan pengetahuan kita akan pentingnya mengetahui seberapa tinggi tingkat kelentukan yang ada pada diri kita, sehingga diharapkan untuk meningkatkan tingkat kelentuntukan agar terhidar atau minimal mengurangi tingkat cedera. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu: 1. Apa arti dari tes dan pengukuran? 2. Apa arti dari kelentukan?
3. Bagaimana cara mengetes dan mengukur kelentukan?

4. Apasaja macam tes pengukuran kelentukan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dari tes dan pengukuran.

2. Untuk mengetahui pengertian dari kelentukan. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengetes dan mengukur kelentukan. D. Manfaat Penulisan 1. Membantu olahragawan untuk meningkatkan kelentukan tubuhnya. 2. Membantu kesempatan penuh bagi masyarakat untuk belajar mengetes dan mengukur kelentukan. 3. Membantu mahasiswa menjadi manusia berintelektual. 4. Sebagai wacana masyarakat sebagai sumber yang ingin diketahui.

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Tes dan Pengukuran 1. Pengertian Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek. Alat tersebut bisa berbentuk sejumlah pertanyaan yang tertulis di atas kertas seperti; UTS, UAS, ujian masuk perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Atau juga bisa berbentuk performance tes seperti tes lari 2,4 km, tes keterampilan masuk FIK, dan lain sebagainya. Sasaran tes tidak hanya orang atau individu sebagaimana dikemukakan diatas, melainkan juga objek atau suatu benda. Misalnya, untuk memastikan apakah jenis makanan tahu mengandung formalin atau tidak, maka harus dites laboatorium. Demikian juga untuk memastikan apakah kandungan kaporit atau belerang yang ada dalam kolam renang melebihi ambang batas atau tidak, maka harus dites laboratorium. Meskipun demikian perlu dicatat di sini bahwa dalam konteks olahraga, sasaran tes lebih banyak berupa individu. Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi. Jadi, ketika kita telah memiliki tes dan tes tersebut digunakan untuk mengetes, maka hakekatnya kita melakukan pengukuran. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan informasi berupa angka atau bukan angka. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada benda atau kejadian berdasarkan aturan tertentu. Misalnya, kita akan mengukur tinggi badan seseorang maka yang dilakukan adalah menempatkan angka-angka (meteran) pada badan seseorang tersebut. Ketika kita mengukur kecepatan

lari 100 meter, maka pada dasarnya kita memberika angka pada laju gerak lari yang dilakukan seseorang. Lalu, apa yang sebenarnya diukur dari benda atau kejadian tersebut/ yang diukur adalah indicator dari karakteristik benda atau kejadian tersebut. Sebagai contoh, kita akan mengukur prestasi belajar, maka indikatornya bisa berupa Indeks Prestasi Komulatif. Mengukur kecepatan indikatornya bias berupa waktu yang ditempuh dalam lari 100 meter. 2. Kriteria dalam Tes a. Validitas Tes Validitas merujuk pada sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur, atau dengan kata lain, apakah suatu alat ukur sesuai untuk mengukur apa yang hendak diukur. Selain hal tersebut, validitas juga memiliki makna kecermatan, yakni menggambarkan data atau informasi yang diperoleh sedetail mungkin. (tes dan Pengukuran,Ali maksum). Ada Tiga Jenis Validitas:

Validitas Isi Merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.

Validitas Konstrak Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.

Validitas Berdasar Kriteria (kriterium) Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.

b. Reliabilitas Tes Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. Ada Lima Jenis Reliabilitas:

Reliabilitas Tes Retes Metode paling jelas untuk menemukan reliabilitas skor tes adalah dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua. Reliabilitas tes ulang menunjukkan sejauh mana skor pada tes dapat digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda; makin tinggi reliabilitasnya, makin rentanlah skor terhadap perubahan sehari-hari yang acak dalam kondisi peserta tes atau lingkungan testing.

Reliabilitas Bentuk Alternatif Satu cara untuk menghindari kesulitan yang ditemukan dalam reliabilitas tes dan tes ulang adalah melalui penggunaan bentukbentuk tes lainnya. Dengan demikian, orang yang sama bisa dites dengan satu bentuk pada kesempatan pertama dan dengan bentuk lainnya yang ekuivalen pada kesempatan kedua. Korelasi antara skor-skor yang didapatkan pada dua bentuk itu merupakan koefisien reliabilitas tes. Perlu dicatat bahwa koefisien reliabilitas semacam itu adalah ukuran stabilitas temporal dan konsistensi respons terhadap berbagai butir soal contoh (atau bentuk-bentuk tes).

Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability) Dengan cara ini, dua skor didapatkan untuk setiap orang dengan membagi tes menjadi paruhan-paruhan yang ekuivalen.

Jenis reliabilitas ini kadangkala disebut koefisien konsistensi internal, karena hanya dibutuhkan penyelenggaraan tunggal atas satu bentuk tes saja. Untuk mendapatkan reliabilitas belah-separuh, masalah

pertamanya adalah bagaimana membagi tes dalam rangka mendapatkan paruhan-paruhan yang paling ekuivalen. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha Metode ini didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua butir soal dalam tes. Konsistensi antar soal ini dipengaruhi oleh dua sumber varians kesalahan, yaitu : 1. Pencuplikan isi (sebagaimana dalam bentuk alternatif dan reliabilitas belah separuh). 2. Heterogenitas dari domain yang disampelkan. Semakin homogen domainnya, semakin tinggilah konsistensi antar soal. Reliabilitas Pemberi Skor Reliabilitas pemberi skor dapat ditentukan dengan memiliki sampel lembaran tes yang diskor secara terpisah oleh dua penguji. Dengan demikian dua skor yang didapatkan oleh masing-masing peserta tes ini kemudian dikorelasikan dengan cara biasa, dan koefisien korelasi yang dihasilkannya adalah ukuran reliabilitas pemberi skor. Jenis reliabilitas ini umumnya dihitung ketika instrumen-instrumen yang diskor secara subjektif digunakan dalam riset. c. Objektivitas Tes Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya, terutama terkait dengan skoring

yang dilakukan. dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai. Ada Satu Jenis Objektivitas yaitu: Rater Reliability Jika penilai yang satu dengan yang lain (rater reliability) memberikan angka yang relatif sama, maka tes tersebut dianggap objektif. Ini dapat dilakukan dengan cara dua orang penilai (tester) diminta melakukan penilaian terhadap seluruh peserta tes (testee). Kemudian hasil penilaian tester di korelasikan. Semakin tinggi koifisien korelasi maka semakin objektif suatu tes.
d.

Normatif Tes

Setiap survei selalu mengumpulkan data mentah dari sekumpulan orang. Tetapi bagaimana Anda menentukan apa sebenarnya dihasilkan dari data tersebut? Interpretasi atas skor tes seseorang memiliki arti jika dibandingkan dengan sebuah nilai kelompok yang lebih besar, dikenal dengan nama normatif population. Norma adalah satu set skor tes yang memberikan benchmark atas perbandingan ini. Contoh, banyak tes IQ memiliki nilai rata-rata 100; berdasarkan hal ini, memungkinkan untuk menentukan apakah seseorang berada di atas atau di bawah rata-rata. Untuk membangun norma, alat ukur tersebut harus diuji cobakan pada sampel yang sesuai dengan tujuan alat ukur tersebut. Tidak hanya jumlah sampelnya tapi pemilihan sampel juga harus dilakukan dengan hati-hati, termasuk gender, umur, etnis, dan geografi. Sebagai contoh, sebuah alat ukur yang mengukur sales profile, maka sebaiknya diujicobakan ke orang-orang sales dan bukan ke anak sekolah. B. Konsep Kelentukan 1. Pengertian

Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagianbagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot. Ketika kita berbicara tentang kelentukan, tidak terelakkan kita mendengar istilah seperti: pembelokan (flexion), yakni yaitu gerakan ruas tubuh yang menyebabakan pengurangan (memperkecil) sudut sendi pada sumbu tranversal/horizontal atau bidang sagital; perluasan (extension), yakni gerakan ruas tubuh kearah kebalikan dari flexion yang menyebabkan penambahan (pembesaran) sudut sendi; hyperextension, yakni di mana sudut dari suatu sambungan persendian diperluas di luar cakupannya yang normal; persendian ganda , yakni suatu kondisi yang hampir tidak ada, tetapi meskipun demikian istilah tersebut digunakan ketika mengacu pada seseorang dengan kelentukan yang tidak biasa di dalam posisi-posisi tertentu; dan akhirnya, musclesboundness (otot tak berbatas), yakni satu istilah yang digunakan untuk menguraikan kasuskasus dari kekakuan (tak memiliki kelentukan) yakni ketika seseorang mengalami perkembangan otot yang bagus sekali. Dengan mengabaikan bagaimana Anda menggambarkan atau menguraikannya, kelentukan menyediakan dimensi-dimensi lain kinerja yang membiarkan suatu tingkat kebebasan gerakan dan kesenangan gerakan yang lebih tinggi digabungkan dengan beberapa implikasi penting akan keselamatan yang lebih besar dari cidera. Lebih dari itu, pengukuran kelentukan menyoroti konsep-konsep lain yang harus dikenali dengan baik guna memilih dan memberi penilaian (sore) test-test yang tersedia. Contoh, kelihatan perlu mengidentifikasi dua jenis test kelentukan:
a. Tes Kelentukan Relatif, dirancang menjadi relatif dengan panjangnya

atau lebar dari suatu tubuh yang spesifik memisahkan inci-inci menguji

pengukuran anda tidak hanya gerakan, namun juga panjang atau lebar dari bagian tubuh yang mempengaruhi. b. Tes Kelentukan Absolut , di mana pengukuran anda hanya gerakan yang berhubungan dengan sasaran/tujuan kinerja yang absolut. Sebagai contoh, pada pemisahan anda menentukan jarak antara lantai (yang menjadi sasaran) dan duduk seseorang. Lebih lanjut, skor kelentukan mungkin dilaporkan sebagai hasil pengukuran linier, di mana skor-skor terjadi dalam ukuran inci-inci atau milimeter-milimeter seperti yang ditentukan dari penggunaan ukuran pita, ukuran, atau flexomeasure,; dan pengukuran berputar, di mana skor-skor terjadi di dalam tingkat perputaran seperti yang ditentukan oleh pemakaian busur derajat, pengukur sudut, atau flexometer. Meski kelentukan menghubungkan dengan beberapa kemampuan motor secara minimal, ia biasanya dianggap sebagai satu faktor penting di dalam aktivitas tertentu, seperti diberikan contoh oleh kelenturan penyelam dan membentang di udara; atau oleh perenang yang melaksanakan gaya kupu-kupu dengan tendangan ekor ikan dolfin. Karena sulit untuk menentukan berapa banyak perluasan pembelokan adalah baik atau jelek untuk perorangan, pelatih dan siswa harus mengevaluasi tingkat yang diperlukan pada setiap sambungan spesifik di dalam bidang merampas kinerja dan keselamatan di dalam aktivitas atau bagian dari tubuh yang terlibat. Kelentukan biasanya juga disebutkan ketika seseorang sedang menggambarkan kebugaran fisik. Kehilangan kelentukan sering kali dicatat sebagai salah satu tanda pertama mengeluarkan bentuk. 2. Penggunaan Tes Kelentukan

Beberapa cara di mana tes kelentukan digunakan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: a. Sebagai suatu faktor di dalam tes kebugaran fisik. b. Sebagai suatu alat untuk menentukan potensi di dalam aktivitas olahraga-olahraga tertentu. c.Sebagai suatu alat untuk menentukan prestasi dan tingkat keahlian ketika kinerja kelentukan adalah sasaran spesifik di dalam unit pengajaran. d. Sebagai suatu alat untuk mendiagnosa tingkat suatu luka/cidera terdahulu atau penyebab tubuh menjadi lemah. 3. Ujian-Ujian Praktis Kelentukan Leighton Flexometer dan electrogoniometer biasanya dianggap sebagai instrumen yang paling akurat untuk pengukuran kelentukan; bagaimanapun, tes yang diberikan bisa digunakan dengan teliti dan memuaskan dengan satu instrumen yang murah, flexomeasure aluminium, kepada sekolah-sekolah yang tidak mempunyai peralatan yang semakin mahal. Sementara tes yang diberikan dalam halaman-halaman berikut berisi norma-norma usia-perguruan tinggi, melengkapi norma-norma dasar (tingkat satu sampai enam) tersedia dari Brown dan Littleman Company. Norma-norma untuk kelas-kelas tiga dan empat ditampilkan di Appendix H. 4. Macam-macam Tes Kelentukan
a. Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi

Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya

adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujung-ujung jari di luar garis kaki dengan kaki-kaki yang lurus. b. Tes Bridge-up Tujuan: Untuk mengembangkan hyperextension tulang belakang. c. Tes Merobek Sisi Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin dengan lantai.
d. Tes Tingginya Bahu dan Pergelangan Tangan

Tujuan: Untuk mengembangkan kelentukan bahu dan pergelangan tangan. Catatan: karena sulit untuk mengangkat bahu di dalam test ini tanpa membentangkan pergelangan tangan, maka pergerakan dua persendian ini dikombinasikan untuk menghasilkan skor. e. Tes Perluasan Batang Tubuh dan Leher Tujuan: Untuk mengembangkan kemampuan untuk meluaskan batang tubuh dan leher. f. Test Perputaran Bahu Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling mungkin. g. Tes Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki (penekukan tapak kaki).

h.

Tes Pembelokan Mata Kaki (Pembelokan Dorsi) Tujuan: Untuk mengembangkan pembelokan mata kaki dan

meregangkan gastroknemius (anak sapi) dan tumit. 5. Permasalahan dari Pengukuran Beberapa permasalahan bersifat nyata di dalam mengukur kelentukan siswa dengan teliti. Pertama-tama, guru atau pelatih harus memutuskan apakah skor ujian harus berhubungan dengan panjang atau lebar dari suatu bagian tubuh atau absolut dalam kaitan dengan menggunakan istilah apa yang siswa dapat lakukan berkaitan dengan suatu tujuan yang ditentukan dari kinerja. Secara umum, metode absolut diinginkan ketika latihan kelentukan dan pengujian kelentukan adalah untuk tujuan-tujuan dari kinerja olahraga. Melihat kembali contoh sebelumnya dari gerakan splits, di dalam pengujian kelentukan yang absolut, anda pada kenyataannya berkata, "Aku tidak mempedulikan betapa jangkung atau pendek anda, aku hanya ingin mengetahui seberapa dekat anda dapat menurunkan tempat dudukmu ke lantai." Ke dua, kita telah lama mengetahui bahwa kelentukan sangat spesifik secara alami. Ini untuk mengatakan bahwa anda boleh jadi sungguh fleksibel dalam satu bidang tubuh dan hanya sedikit fleksibel di bagian yang lain. Jadi, kita secara umum mematahkan permasalahan atas temuan yang hanya satu item kelentukannya di suatu tes kebugaran fisik. Sementara itu satu item dapat menjadi ideal untuk beberapa siswa, namun bisa jadi menjadi pilihan

yang buruk untuk siswa yang lain. Oleh karena itu, kita benar-benar perlu menyajikan suatu pilihan satu item di luar dari tiga materi kelentukan untuk membiarkan masing-masing siswa melaksanakan satu pilihan yang paling berhasil untuk dia, baik pria maupun wanita. Tes-tes praktis tertentu ketiga, seperti tes gerakan splits depan ke belakang dan perputaran bahu, adalah menghabiskan waktu karena kesulitan mendapatkan para siswa dasar untuk mencapai posisi yang benar. Bagaimanapun, masalah ini dapat dikurangi dengan memberikan peragaperaga yang tersedia atau gambar-gambar yang ditempatkan untuk membantu persiapan masing-masing siswa sebelum menjalani ujian. Dan akhirnya, ada suatu kebutuhan akan skala penentuan nilai dan norma-norma di tingkat dasar, yunior dan senior. 6. Penemuan dan Kesimpula dari Pengukunran Kelentukan dan Riset Mengenai sifat alami Kelentukan Kelentukan tidak ada sebagai suatu karakteristik umum yang tunggal, tetapi lebih sebagai suatu kemampuan sangat spesifik kepada setiap persendian dari tubuh. Jadi, seseorang yang sangat fleksibel dalam satu gabungan-gabungan, bisa rata-rata di dalam gabungan yang lain, dan sangat tidak fleksibel di dalam bagian yang ketiga. Seperti komponen-komponen lain dari kebugaran fisik, kelentukan dapat diperbaiki melalui latihan. Banyak studi-studi mandiri yang mengungkapkan perbaikan penting sebagai hasil dari latihan yang reguler/teratur. Anak-anak, usia 6 sampai 2, secara umum jadinya semakin lebih fleksibel tiap tahun sampai mereka menjangkau masa remaja. Lebih dari itu, studi dari anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan yang diperbandingkan berdasarkan usia setuju bahwa anak-anak perempuan secara umum lebih fleksibel.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari bab pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek. Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasiartikulasi dan pemasangan-pemasangan otot B. Saran Apabila hendah melakukan suatu tes sebaiknya mengikuti aturan-

aturan yang telah ditentukan. Alat yang digunakan harus diketahui seberapa besar valid, reliabel, dan obyektif.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Bl dan Nelson, JK. 1979. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Minnesota : Burgess Publishing Company Bompa, 1983. Theory and metodology Training. Tesis. Universitas Negeri Semarang. Maksum, ali. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Herawati Herawati, dan Wahyuni. 2004. Latihan Peregangan untuk Meningkatkan Feksibilitas Punggung. Skipsi. Universitas Muhammadiah Surakarta. :www.sportindo.com, last acces 28 April 2009 http;// unik-nya-kelenturan-tubuh-seorang-gadis.html

You might also like