You are on page 1of 2

Pembalut merupakan salah benda yang tidak lepas dari perempuan karena pembalut masuk dalam daftar kebutuhan

pokok setiap bulan, oleh karenanya tidak mengherankan jikalau pembalut merupakan salah satu barang terbesar yang diproduksi didunia. Karena termasuk kebutuhan pokok para produsen pun saling bersaing untuk menarik hati konsumen dengan berbagai kelebihan produknya. Keamanan dan higiene produkpun menjadi sorotan, hingga isu keamanannya pun mulai dikhawatirkan. Isu dioxin pada pembalut wanita yang dapat menyebabkan kanker kini terus meningkat dan diiringi was-was di hati perempuan benarkah isu tersebut?? Isu mengenai dioxin ini sebernarnya sudah berkembang sejak 10 tahun yang lalu dibeberapa negara-negara maju, concern tentang masalah dioksin sudah sangat tinggi dan pelanggarannya sudah bisa masuk ranah hukum. Yang menjadi pertanyaan apakah sebenarnya dioxin itu?? Dioksin -tetrachlorodibenzo para dioksin (TCDD) merupakan bahan pencemar lingkungan dan sangat beracun. Percobaan telah menunjukkan bahwa dioksin dapat mempengaruhi sejumlah organ dan sistem. Dioksin sendiri merupakan produk sampingan utama dari proses-proses industri, tetapi juga dapat merupakan hasil dari proses alam, seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan. Dioksin merupakan senyawa samping yang tidak diinginkan dari berbagai proses manufaktur termasuk peleburan, pemutihan klorin pulp kertas dan pembuatan beberapa herbisida dan pestisida. Proses pembuatan pemalut Pembalut wanita pada saat ini umumnya terbuat dari katun, rayon, atau campuran rayon dan kapas. Rayon terbuat dari serat selulosa yang berasal dari pulp kayu. Untuk mendapatkan bahan baku rayon, umumnya perlu dilakukan proses pemutihan pulp kayu (bleaching) dan pemurnian. Di bawah ini ada beberapa cara pemutihan: 1. Pemutihan menggunakan gas klorin. Proses ini dapat menghasilkan dioksin sebagai produk sampingannya. Proses ini digunakan oleh pemasok bahan baku rayon untuk tampon di masa lalu. Diperlukan beberapa proses berikutnya untuk menghilangkan dioksin. Di Amerika, proses ini tidak boleh lagi digunakan oleh produsen pembalut wanita atau tampon dan sanitary napkins lainnya. 2. Pemutihan yang bebas elemen klorin. Pemutihan ini tidak menggunakan gas klorin, tetapi menggunakan hidrogen peroksida. Proses ini tidak menghasilkan dioksin sebagai kontaminan, sehingga sering pula disebut proses pemutihan bebas dioksin. Nah, diduga dari proses pemutihan inilah isu pembalut berdioksin penyebab kanker servix muncul. Menurut Prof. Zullies Ikawati (dosen Fakultas Farmasi UGM) , pada dasarnya dioksin tidak akan terdeteksi oleh pandangan mata biasa, apalagi jika kadarnya kecil karena analisis dioksin memerlukan instrumen yang memadai. Kemudian bagaimana dioxin mampu menyebabkan kanker servix? Menurut isu yang tersebar luas, dikatakan bahwa dioksin bisa terserap ke dalam rahim dengan cara sbb: Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut , maka zat dioxin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap tersebut pertamatama akan mengenai permukaan vagina, kemudian diserap ke dalam rahim

melalui saluran Serviks, lalu masuk ke uterus, melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.Sehingga menyebabkan : kanker leher rahim, gatal2, myoma dll. Benarkah demikian? Maka hal ini perlu kita kaji kembali. Berdasarkan sifat-sifat dioxin itu sendiri, titik didih (boiling point) dioksin adalah 446,5 oC dan tidak larut dalam air, dan lebih larut dalam pelarut organic. Sehingga darisini kita berfikir bagaimana ia bisa bercampur dengan darah haid, kemudian menguap dan uapnya masuk ke dalam rahim? Dalam masalah kehegienisan suatu benda sendiri diuji berdasarkan 3 hal, apakah benda tersebut mengandung kontaminan secara kimia, biologi, maupun fisik yang dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit akibat zat tersebut. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, 90 persen kanker leher rahim (seviks) disebabkan oleh virus HPV (human papiloma virus). Virus ini bermacam-macam tipe, tetapi yang menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe, yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18. Penularan umumnya terjadi lewat hubungan seksual (80 persen). Oleh karena itu masyarakat diharapkan tidak mudah percaya pada isu yang menyebutkan penggunaan pembalut akan memicu terjadinya kanker. Hal tersebut juga ditegaskan oleh dr.Laila Nuranna, Sp.OG, Kepala Divisi Onkologi Ginekologi FKUI/RSCM. "Sampai saat ini tidak ada satupun kajian ilmiah yang membuktikan pembalut menyebabkan kanker," katanya di sela seminar mengenai kanker yang diadakan oleh MRCCC Siloam Hospital, Jakarta, Kamis (7/4/2011). Menurut Dr .H. Abidinsyah Siregar, DHSM, MKes, pengamat kesehatan perilaku dari Kementrian Kesehatan RI mengemukakan bahwa pembalut bisa menjadi dilema bagi perempuan. "Tingkat ekonomi seseorang bisa menentukan pilihan pembalut yang digunakan. Dari kalangan yang hanya membutuhkan pembalut saja, sampai yang ingin menggunakan lebih dari sekadar pembalut, misalnya pembalut yang aman, dan sehat,". Walaupun blum ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara pemakaian pembalut dengan kejadian kanker tidak ada salahnya jika kitapun tetap waspada dengan memilih pembalut dengan kualitas yang baik dan nyaman untuk anda. Karena masing-masing orangpun memiliki tingkat respon iritasi terhadap suatu benda yang berbeda. Selain itu gantilah pembalut setiap 3 jam sekali terutama saat darah haid banyak. wallahu alam bishowab Maroji Dari berbagai sumber

You might also like