You are on page 1of 28

SISTEM PERSARAFAN

I. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Sistem persarafan terdiri dari otak, medula spinalis, dan saraf perifer. Strukturstruktur ini bertanggung jawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras, secara langsung dan terus menerus. Responsnya seketika sebagai hasil dari perubahan potensial elektrik, yang mentransmisikan sinyal-sinyal (Brunner & Suddarth, 2001). Pembagian susunan saraf terdiri dari: A. Susunan Saraf Central

1.

Otak

Otak dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu cerebrum, batang otak, dan cerebellum. Semua berada dalam satu bagian struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak: tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital. Serabut saraf (neurit)=akson Bagian utama serabut saraf disebut sumbu toraks terdapat di tengah-tengah sekali disebut juga benang saraf. Sumbu saraf mempunyai benang saraf terdiri dari zat

lemak dinamakan mielin. Sumbu toraks yang tidak mempunyai selaput kelihatan ke abu-abuan atau serabut saraf gaib (saraf sulung) sekeliling serabut saraf ini ada selaput bening disebut selaput schwan (Syaifuddin,). Impuls motorik yang diangkitkan dalam sebuah sel piramidal pada daerah motorik dalam kortex, melintasi axon atau serabut saraf yang waktu menyusui sumsum tulang belakang, berada di dalam substansi putih. Axon itu mengait dendrit sel saraf motorik pada kornu anterior sumsum tulang belakang. Kemudian impuls merambat pada axon sel-sel tersebut, yang membentuk serabut-serabut motorik akar anterior saraf sumsum tulang belakang dan dihantar kepada tujuan akhirnya dalam otot. Impuls sensorik diterima oleh ujung-ujung saraf dalam kulit, melintasi serabut saraf (dendron) menuju sel sensorik dalam ganglion akar posterior, dan kemudian melalui axon sel-sel ini masuk ke dalam sumsum tulang belakang, lantas naik menuju sebuah nukleus dalam medula oblongata dan akhirnya dikirimkan ke otak (Pearce,1997).

Meningen (Selaput Otak) Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi, memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan. Komposisi meningen berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung, dan memelihara otak. Meningen terdiri dari duramater, arakhnoid, dan piameter (Brunner & Suddarth,2001). Duramater Lapisan paling luar; menutup otak dan medulla spinalis. Sifat duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut, dan berwarna abu-abu. Bagian pemisah dura; falx serebri yang memisahkan kedua hemisfer di bagian longitudinal dan tentorium, yang merupakan lipatan dari dura yang membentuk jaring-jaring membran yang kuat. Jaring ini mendukung hemisfer dan memisahkan hemisfer dengan bagian bawah otak (fossa posterior). Jika tekanan di dalam rongga otak meningkat, jaringan otak tertekan ke arah tentorium atau berpindah ke bawah, keadaan ini disebut herniasi. Arakhnoid Merupakan membran bagian tengah; membran yang bersifat tipis dan lembut ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut arakhnoid. Membran ini

berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yang bertanggung jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa normal, CSS diproduksi 500 ml per hari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh villi. Villi mengabsorbsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, pecahnya aneurisma, stroke, dll), dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila villi arakhnoid tersumbat (peningkatan ukuran ventrikel) dapat menyebabkan hidrosefalus. Fungsi cairan serebrospinalis: Kelembaban otak dan medula spinalis Melindungi alat-alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan Melicinkan alat-alat dalam medula spinalis dan otak Menghantarkan makanan ke jaringan sistem persarafan pusat

Piameter Membran yang paling dalam berupa dinding yang tipis, transparan, yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak. Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalls inferior yang mengeluarkan darah dari flaks serebri. Bagian-bagian otak terdiri dari: a. Cerebrum Bagian terbesar otak terdiri atas dua hemisphere cerebri yang dihubungkan oleh massa substantia alba yang disebut corpus collosum dan empat lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansi alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Sebagian besar hemisphere serebri berisi jaringan sistem saraf pusat. Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegasi. Keempat lobus serebrum adalah sebagai berikut: Lobus frontalis terletak di depan sulcus centralis dan diatas sulcus lateralis. Lobus terbesar; area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri. Lobus parietalis di belakang sulcus centralis dan di atas sulcus lateralis. Area ini meninterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak

bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglect. Lobus occipitalis terletak di bawah sulcus parieto occipitalis. Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan. Area visualis merupakan daerah penerima kesan visual. Terletak pada polus posterior dan aspek medial hemisphere cerebri di daerah sulcus calcarinus. Lobus temporalis terletak dibawah sulcus lateralis. Berfungsi

mengintepretasikan sensai cap, bau, dan pendengaran. Ingatan jangka pendek berhubungan dengan bagian ini. Gyrus temporalis superior terletak di bawah sulcus lateralis. Bagian pusat ini menerima dan menginterpretasi suara (area auditivia). Gyrus precentralis terletak tepat anterior terhadap sulcus centralis dan dikenal sebagai area motoris. Sel saraf motoris besar dalam daerah ini mengendalikan gerakan volunteer sisi tubuh berlawanan. Hampir seluruh serabut saraf menyebrang ke kontralateral setinggi medulla oblongata, sewaktu turun ke medulla spinalis. Pada area motoris, tubuh dipresentasikan dalam posisi terbalik, sel-sel saraf yang mengendalikan gerakan kaki berlokasi di bagian atas, sedangkan yang mengendalikan gerakan muka dan tangan terletak di bagian bawah. Area broca/area bicara motoris: mengatur gerakan berbicara. Area broca hemisphere kiri lebih dominan pada orang bertangan kanan, sedangkan pada orang kidal yang kanan lebih dominan. Fungsi Cerebrum: 1) Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu 2) Pusat persarafan yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan, dan memori 3) Pusat menangis, buang air besar dan air kecil. b. Batang otak 1) Diencephalon Terdiri atas thalamus di dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa substantia grisea yang besar, terletak di kiri-kanan ventriculus tertius. Merupakan stasiun perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju cortex cerebri. Sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua impuls memori, sensasi, dan nyeri melalui bagian ini. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga

bekerjasama sengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional. Fungsi dari diensepalon: a) Vaso kontruktor, mengecilkan pembuluh darah b) Respiratori membantu proses persarafan c) Mengontrol kegiatan reflek d) Membantu pekerjaan jantung 2) Pons Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah otak tengah dan di atas medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabut-serabut saraf yang menghubungkan kedua belahan cerebellum. Beberapa sel saraf dalam pons berfungsi sebagai stasiun perantara, sementara yang lain membentuk nucleus saraf kranialis. 3) Medula Oblongata Medulla oblongata berbentuk kerucut, menghubungkan pons dengan medulla spinalis (serabut-serabut motorik dari dari otak ke medula spinalis dan serabut-serabut sensorik dari medula spinalis ke otak). Fungsi: mengontrol pekerjaan jantung, mengecilkan pembuluh darah, pusat pernapasan, dan mengontrol kegiatan reflek. c. Cerebellum Terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral, lipatan durameter, tentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat serta tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus. Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi, dan

mengintegrasikan input sensorik.

2. Medula Spinalis

Medula spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinue yang keluar dari hemisfer serebral dan memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer, seperti kulit dan otot. Panjangnya rata-rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Medula spinalis ini memanjang dari foramen magnum di dasar tengkorak sampai bagian atas lumbar kedua tulang belakang, yang berakhir di dalam berkas serabut yang disebut konus medullaris. Seterusnya di bawah ruang lumbar kedua adalah akar saraf, yang memanjang melebihi konus, dan disebut kauda equina, akar saraf ini menyerupai ekor kuda. a. Saraf-saraf Spinal Medula spinalis mempunyai 31 pasang saraf spinal yaitu: 1) Servikal 8 pasang 2) Torakal 12 pasang 3) Lumbal 5 pasang 4) Sakral 5 pasang 5) Koksigius 1 pasang Seperti juga otak, medula spinalis terdiri dari substansi grisea dan alba. Substansi grisea di dalam otak ada di daerah eksternal dan substansi alba pada bagian internal. Penyebaran semua saraf medula spinalis dimulai dari torakal I sampai lumbal III mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk fleksus dan ini akan membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari: 1) Fleksus servikalis. Debentuk oleh cabang-cabang saraf servikal anterior, cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus assesorius. Berfungsi untuk mempersarafi beberapa otot leher, saraf prenikus yang mempersarafi diafragma. 2) Fleksus brakialis. Dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dan saraf servikal 4 dan torakal 1, saraf terpenting nervus mediana a) Nervus ulnaris radialis b) Mempersarafi anggota gerak atas (lengan dan beberapa otot leher dan dada) 3) Fleksus lumbalis. Menyalurkan saraf yang utama untuk anggota gerak bawah. Fleksus ini menyalurkan nervus femoralis yang bergerak ke bawah, ligamentum ingualis melalui segitiga karpal mepersarafi otot sebelah depan

paha dan nervus obturatorius untuk mempersarafi di sebelah dalam. Dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12 saraf terbesar yaitu a) Nervus femoralis b) Nervus obturatoir 4) Dibentuk oleh saraf dari lumbal dan sakral, saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah a) Durameter (selaput luar) b) Arakhnoid (selaput jaringan) c) Piameter (selaput dalam) b. Kolumna vertebra Kolumna vertebra melindungi medula spinalis, memungkinkan gerakan kepala dan tungkai, dan menstabilkan struktur tulang untuk ambulasi. Vertebra terpisah oleh potongan-potongan kecuali servikal pertama dan kedua, sakral dan tulang belakang koksigius. Masing-masing tulang belakang mempunyai hubungan dengan ventral tubuh dan dorsal atau lengkungan saraf, dimana semua berada di bagian posterior tubuh. Seterusnya lengkung saraf terbagi menjadi dua yaitu pedikel dan lamina. c. Struktur medula spinalis Medula spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada bagian atas menuju ke bagian bawah sampai servikal dan torakal, pada bagian ini terdapat pelebaran dari vertebra servikal IV sampai vertebra torakal II pada daerah lumbal pelebaran ini semakin kecil disebut konus medularis. Konus ini berakhir pada vertebra lumbal I dan XI, akar saraf yang berasal dari lumbal bersatu menembus foramen intervertebralis. Zat kelabu dibentuk oleh saraf (ganglion) berkatup banyak, di dalamnya terdapat jaringan penunjang (monoglia). Sebelah kiri dan kanan terdapat tiang depan (tanduk depan) dan tiang belakang (tanduk belakang). Kanalis sentralis (saluran pusat) merupakan saluran sempit berhubungan dengan lubang yang terdapat di tengah-tengah otak. Zat putih (tukal) terdapat di antara berkas depan kiri dan kanan dari selaput benang saraf. d. Traktus spinalis Substansia alba membentuk bagian medulla spinalis yang besar dan dapat terbagi menjadi tiga kelompok serabut-serabut disebut traktus atau jaras.

1) Traktus posterior menyalurkan sensasi, persepsi terhadap sentuhan, tekanan, getaran, posisi, dan gerakan pasif bagian-bagian tubuh. Sebelum menjangkau daerah korteks serebri, serabut-serabut ini menyilang ke daerah yang berlawanan pada medula oblongata. 2) Traktus spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang ke sisi yang berlawanan dan masuk medulla spinalis dan naik) bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan korteks serebri 3) Traktus lateral (piramidal, kortikospinal) menyalurkan impuls motorik ke sel-sel tanduk anterior dari sisi yang berlawanan di otak. Serabut-serabut desenden merupakan sel-sel saraf yang didapat pada daerah sebelum pusat korteks. Bagian ini menyilang di medulla oblongata yang disebut piramida.

B. Susunan Saraf Perifer

1.

Susunan saraf somatik Menurut Gibson (2002) nervus kranialis terdiri dari 12 pasang saraf yang memiliki hubungan sentral dengan otak. Beberapa diantaranya adalah serabut saraf sensorik dan motorik tetapi ada yang terdiri dari gabungan di antara keduanya. a. Nervus olfaktorius Nervus olfaktorius terdiri dari sejumlah serat pendek yang berjalan dari area olfaktorius pada puncak rongga hidung melalui lubang-lubang kecil pada lamina cribriformis os ethmoidale untuk memasuki tengkorak dan berakhir pada traktus yang mentransmisikan impuls ke daerah penciuman pada otak (saraf pembau). Gambaran klinis: fraktur pada bagian depan basis kranii dapat memotong nervus atau traktus dan menyebabkan hilangnya penciuman. Tumor pada lobus frontalis dapat menyebabkan hilangnya penciuman akibat penekanan pada traktus b. Nervus optikus Sel-sel nervus optikus berada pada retina. Setiap nervus opticus mengandung sekitar satu juta serat, setiap serat berhubungan dengan batang dan kerucut retina. Saraf berjalan ke belakang melalui foramen optikum pada bagian belakang orbita dan bergabung menjadi satu pada kiasma optikum. Kiasma optikum adalah persilangan di mana serat dari setengah bagian dalam retina berjalan ke sisi yang berlawanan, sedangkan serat dari setengah bagian luar akan tetap berada pada sisi yang sama. Dari kiasma, traktus optikus setiap sisi berjalan ke belakang dan melalui berbagai sambungan impuls visual ditransmisikan ke area visual otak di lobus occipitalis. Gambaran klinis: penyakit atau cidera nervus optikus menyebabkan gangguan penglihatan atau kebutaan. Tumor kelenjar hipofisis dapat menyebabkan kebutaan pada lapang pandang bagian luar karena penekanan serat yang menyilang pada kiasma optikum, yang tepat berada di atas dan di depan kelenjar.

c. Nervus okulomotorius Nervus okulomotorius, nervus troklearis, dan nervus abdusens adalah saraf pada otot yang menggerakkan bola mata. Nervus III menginervasi semua otot kecuali obliqus superior (nervus cranialis IV) dan rectus lateralis (nervus cranialis VI). Saraf ini memasuki orbita melalui foramen orbitalis superior. Gambaran klinis: saraf-saraf tersebut terlibat pada meningitis dalam perjalanannya yang panjang melalui ruang subaraknoid. d. Nervus troklearis Sifatnya motoris, ia mempersarafi otot-otot orbital. Fungsinya: saraf pemutar mata yang pusatnya terletak di belakang pusat saraf penggerak mata dan saraf penggerak mata masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas mata. e. Nervus trigeminus Nervus trigeminus berkombinasi dengan pars sensorik yang besar dan pars motorik yang kecil. Pars sensorik adalah nervus sensorik untuk wajah dan kulit kepala. Saraf ini memiliki tiga cabang: 1) Nervus ophtalmicus : dari dahi, kelopak mata atas, konjungtiva, ujung atas hidung 2) Nervus maxillaris : dari pipi, rahang atas, sinus maxilaris 3) Cabang motorik : menginervasi otot mastikasi (masseter, temporalis, dan pterygoideus) Gambaran klinis: neuralgia trigeminus adalah penyakit, yang tidak diketahui asalnya, ditandai dengan serangan nyeri hebat pada regio yang diinervasi oleh salah satu cabang nervus trigeminus. f. Nervus abdusens Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata dimana saraf ini keluar di sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak sela turiska. g. Nervus fasialis Nervus fasialis adalah saraf motorik untuk otot-otot ekspresi wajah. Saraf ini berjalan melalui saluran sempit pada os temporale keluar melalui lubang kecil pada dasar tengkorak tepat di belakang kelenjar parotis. Saraf

ini bercabang menjadi cabang yang berjalan melalui kelenjar untuk mencapai otot-otot wajah. Gambaran klinis: paralisis bell adalah paralisis otot-otot wajah pada satu sisi wajah, kemungkinan akibat penekanan saraf oleh pembengkakan sepanjang perjalanannya melalui saluran pada os temporale. h. Nervus auditorius Nervus auditorius berjalan dari otak menuju telinga dalam di dalam pars petrosus os temporale. Saraf ini memiliki dua bagian: a. Nervus koklearis : saraf pendengaran b. Nervus vestibularis : saraf keseimbangan dan posisi ruang Gambaran klinis: penyakit nervus koklearis yang menyebabkan ketulian. Penyakit nervus vestibularis menyebabkan pusing (vertigo) dan gangguan keseimbangan. i. Nervus glosofaringeus Nervus glosofaringeus memberi serat sensorik untuk faring dan bagian belakang lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak, di dalamnya mengandung saraf-saraf otonom. Fungsinya sebagai saraf lidah tekak dimana saraf ini melewati lorong di antara tulang belakang dan karang, terdapat 2 buah simpul saraf yang di atas sekali dinamakan ganglion atas dan yang di bawah dinamakan ganglion petrosum/bawah. j. Nervus vagus Vagus adalah saraf panjang yang berjalan ke bawah ke arah leher dan toraks masuk ke dalam abdomen. Sangat penting untuk menyalurkan impuls sistem parasimpatis. Saraf ini memiliki banyak cabang yang menginverasi laring, faring, jantung, paru, ginjal, hati, limpa, dan saluran cerna sampai colon descendens. k. Nervus asesorius Sifatnya motoris, mensarafi muskulus sternokloide mastoid dan muskulus trapezius. Fungsinya sebagai saraf tambahan terdiri dari 2 bagian yang berasal dari otak dan medula spinalis. l. Nervus hipoglosus Nervus hipoglosus adalah saraf motorik untuk otot-otot lidah.

Gambaran klinis: paralisis menyebabkan penyusutan lidah pada satu sisi dan deviasi ke arah ipsilateral ketika lidah dijulurkan ke luar, akibat aksi yang tidak dilawan oleh otot pada sisi yang lain. 2. Susunan saraf otonom a. Susunan saraf simpatis Fungsi unik sistem saraf autonom bagian simpatis adalah sistem ini siap siaga untuk membantu proses kedaruratan. Di bawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabkan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Tubuh mempersiapkan respons fight or flight akibatnya bronkiolus berdilatasi untuk pertukaran gas yang mudah, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung, dilatasi pupil, hati mengeluarkan glukosa untuk energi cepat, peristaltik makin lambat, dan peningkatan keringat. Sistem saraf simpatis terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Kornu anterior segmen torakalis ke-1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3 terdapat nukleus vegetatif yang berisi kumpulankumpulan sel saraf simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut-serabut preganglion yang keluar dari kornu anterior bersama-sama dengan radiks anterior dan nukleus spinalis. Serabut preganglion ini membentuk sinap terhadap sel-sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada pula serabut-serabut preganglion setelah berada di dalam trunkus simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu membentuk sinap menuju ganglion-ganglion/fleksus simpatikus. 2) Trunkus simpatikus beserta cabang-cabangnya. Disebelah kiri dan kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur di sepanjang vertebra. Barisan ganglion-ganglion saraf simpatikus ini disebut trunkus simpatikus. Ganglionganglion ini berisi sel saraf simpatis. Antara ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah kiri dan kanan

dihubungkan oleh saraf simpatis yang keluar masuk ke dalam

ganglion-ganglion itu. Hal ini menyebabkan sepasang trunkus simpatikus berbentuk rongga. Ganglion-ganglion yang terdapat di dalam trunkus simpatikus juga menerima serabut-serabut saraf yang datang dari Kornu anterior. Trunkus simpatikus dibagi menjadi 4 bagiaan yaitu: a) Trunkus simpatikus servikalis. Terdiri dari 3 pasang ganglion, dari ganglion-ganglion ini keluar cabang-cabang saraf simpatis menuju ke jantung dan arteri karotis. Di sekitar arteri karotis membentuk fleksus. Dari fleksus ini keluar cabangcabang yang menuju ke atas cabang lain mempersarafi pembuluh darah serta organ-organ yang terletak di kepala. Misalnya faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot-otot dilatator, pupil mata, dsb. b) Trunkus simpatikus torakalis. Terdiri dari 10-11 ganglion dari ganglion ini keluar cabang-cabang simpatis seperti cabang yang mempersarafi organ-organ di dalam toraks misalnya aorta, paru-paru, bronkus, dan esofagus serta cabang-cabang yang menembus diafragma dan masuk ke dalam abdomen. c) Trunkus simpatikus lumbalis bercabang-cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk fleksus yang bercabang-cabang ke dalam pelvis untuk turur membentuk fleksus pelvini. d) Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang-cabang ke dalam pelvis untuk membentuk fleksus pelvini 3) Fleksus simpatikus beserta cabang-cabangnya. Di dalam

abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ-organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis umumnya terdapat fleksus-fleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis. Fleksus saraf simpatikus mempersarafi otot-otot jantung, otot tak sadar dan semua pembuluh darah serta alat-alat dalam seperti lambung, pankreas, dan usus. Mempertahankan tonus otot, termasuk tonus otot tak sadar dalam kulit, misalnya errektor pilli. Fungsi saraf simpatis terdiri dari: 1) Mempersarafi otot jantung

2) 3)

Mepersarafi pembuluh darah dan otot tak sadar Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pankreas, dan usus

4) 5) 6)

Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit Mempertahankan semua tonus otot sadar.

b.

Susunan saraf parasimpatis Fungsi sistem parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama. Fungsi serabut saraf parasimpatis: 1) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis, dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung 2) Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung berpusat di nuklei lakrimalis, saraf-sarafnya keluar bersama nervus fasialis 3) Mepersarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis) berpusat di nukleus salivatorius superior, saraf-saraf ini mengikuti nervus VII 4) Mempersarafi parotis yang berpusat di nukleus salivatorius inferior di dalam medula oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX 5) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GI, ginjal, pankreas, hepar, dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nukleus dorsalis nervus X 6) Mempersarafi kolon desenden, sigmoid, rektum, vesika urinaria, dan alat kelamin berpusat di sakral II, III, IV. 7) Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu refleks yang berpusat di kornu lateralis medula spinalis bagian sakral, bila kandung kemih dan rektum tegang miksi dan defekasi secara refleks, pada orang dewasa refleks ini dapat dikendalikan oleh kehendak, saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal dari

korteks di daerah lobus parasentralis yang berjalan dalam traktus piramidalis.

II.

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL SARAF KRANIAL FUNGSI Sensasi terhadap bau-bauan. PEMERIKSAAN KLINIS Dengan mata tertutup, pasien diperintahkan mengidentifikasi bau yang sudah tembakau). dikenal (kopi,

I (Olfaktorius)

Masing-masing

lubang hidung diuji secara terpisah. II (Optikus) Ketajaman penglihatan. Pemeriksaan kartu Snellen, lapang pandang; pemeriksaan oftelmoskopi. III (Okulomotorius) IV (Troklear) VI (abdusen) Fungsi saraf kranial III, IV Kaji dan VI dalam rotasi okular, gerakan

gerakan- mengkonjugasikan

gerakan mata; Saraf Kranial nistagmus. III turut dalam pengaturan Kaji refleks pupil dan periksa gerakan kelopak mata, kelopak mata terhadap

kontriksi otot pada pupil dan adanya ptosis. otot siliaris, dengan

mengontrol akomodasi pupil. V (Trigeminal) Sensasi pada wajah Anjurkan menutup pasien kedua untuk mata.

Sentuhkan kapas pada dahi, pipi dan dagu. Bandingkan kedua sisi yang berlawanan. Sensitivitas terhadap nyeri daerah permukaan diuji

dengan menggunakan benda runcing dan diakhiri dengan spatel lidah yang tumpul.

Lakukan pengkajian dengan benda secara tajam dan tumpul Catat

bergantian.

masing-masing gerakan dari tusukan benda tajam dan tumpul. Jika responnya tidak sesuai, uji sensasi suhu

dengan tabung kecil yang berisi air panas atau dingin dan gunakan saling

bergantian. Refleks Kornea Pada saat pasien melihat ke atas, lakukan sentuhan ringan dengan kapas temporal sebuah kecil gumpalan didaerah

masing-masing

kornea. Bila terjadi kedipan mata keluarnya air mata

adalah merupakan respons yang normal. Mengunyah Pegang daerah rahang pasien dan rasakan gerakan dari sisi ke sisi. Palpasi otot maseter dan temporal, apakah

kekuatannya sama atau tidak ada. VII (Fasial) Gerakan otot wajah Ekspresi wajah Sekresi air mata dan ludah Observasi gerakan tersenyum, mengangkat mengerutkan menutup mata dahi, simetrisitas wajah saat bersiul, alis, saat

rapat-rapat

dan saat membuka mata.

Observasi mengalami

apakah

wajah

paralisis-flaksid

(lipatan dangkal nasolabial). Rasa kecap: dua pertiga Pasien lidah. mengekstensikan Kemampuan lidah

anterior lidah

membedakan rasa gula dan garam. VIII (Vestibulokoklear) Keseimbangan pendengaran dan Uji bisikan suara dan bunyi detak jam. Uji untuk lateralisasi

(Weber). Uji untuk konduksi udara dan tulang (Rinne). IX (Glosofaringeus) Rasa kecap: sepertiga lidah Kaji bagian posterior kemampuan pasien

untuk membedakan rasa gula dan garam pada sepertiga bagian posterior lidah.

X (Vagus)

Kontraksi Faring

Tekan bagian

spatel

lidah

pada atau

posterior,

menstimulasi faring posterior untuk menimbulkan refleks menelan. Gerakan simetris dari pita Adanya suara serak suara Gerakan mole simetris palatum Minta ah. pasien mengatakan tehadap simetris Observasi uvula

peninggian

dan palatum mole. Gerakan dan sekresi visera torakal dan abdominal XI (Aksesorius spinal) Gerakan sternokleidomastoid otot Palpasi dan catat kekuatan dan otot trapezius pada saat

trapezius

pasien

mengangkat

bahu

smabil dilakukan penekanan. Palpasi dan catat kekuatan otot sternokleidomastoid

pasien saat memutar kepala sambil dilakukan penahanan dengan tangan penguji

kearah yang berlawanan. XII (Hipoglosus) Gerakan lidah Bila pasien menjulurkan

lidah keluar, terdapat deviasi atau tremor. Kekuatan lidah dikaji dengan cara pasien menjulurkan lidah dan

menggerakan kekiri /kanan sambil diberi tahanan.

A. Pemeriksaan Sistem Motorik Kekuatan otot Kekuatan otot diuji melalui pengkajian kemampuan pasien untuk melakukan fleksi dan ekstensi ekstremitas sambil dilakukan penahanan. Fungsi pada otot individu atau kelompok otot dievaluasi dengan cara menempatkan otot pada keadaan yang tidak menguntungkan. Beberapa dokter mempunyai lima angka untuk menilai ukuran kekuatan otot. Nilai 5 adalah indikasi terhadap kekuatan kontraksi maksimal; nilai 4 untuk kekuatan sedang; nilai 3 indikasi kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi; nilai 2 menunjukkan kemampuan untuk menggerakkan tetapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi; nilai 1 mengindikasikan kekuatan kontraksi minimal; dan 0 mengindikasikan ketidakmampuan sama sekali dalam melakukan kontraksi. Keseimbangan dan koordinasi Pengaruh serebellum pada sistem motorik terlihat pada kontrol keseimbangan dan koordinasi. Koordinasi tangan dan ekstremitas atas dikaji dengan cara meminta pasien melakukan gerakan cepat, berselang-seling, dan uji menunjuk satu titik ke titik lain.

B. Pemeriksaan Refleks 1. Teknik Palu refleks digunakan untuk menimbulkan refleks tendon profunda (RTP). Batang palu perlu dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergelangan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstermitas diposisikan sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan tendon yang melengkapi. Tendon yang bergerak cepat dan respos yang berhubungan dengan refleks dibandingkan dengan sisi tubuh tang berlawann. Variasi yang luas dari respons refleks dapat dianggap normal. Namun lebih penting adalah refleks yang simetris. Temuan yang diperoleh tergantung beberapa faktor : menggunakan palu refleks yang tepat, posisi ekstermitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien. Jika refleks berdasarkan simetrisitasnya kurang atau tidak ada, pemeriksa dapat menggunakan tekhnik yang disebut penguatan. Hal ini meliputi kontraksi isometrik pada kelompok otot lain. Jika refleks ekstermitas bawah berkurang atau

tidak ada, pasien diinstruksikan untuk menggenggam jari bersama-sama dan dorong kearah yang berlawanan. Pasien berusaha menggenggam seperti menjepit atau menekan tumit kearah lantai atau jika dilihat pemeriksa dapat ditemukan keadaan yang sama seperti refleks bisep, trisep dan brakhioradialis. 2. Derajat reflek. 4+ hiperaktif dengan klonus terus menerus 3+ hiperaktif 2+ normal 1+ hipoaktif 0 tidak ada refleks a. Refleks Bisep. Reflek bisep didapat melalui peregangan peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. b. Refleks Triseps. Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan posisikan didepan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2.5 sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku. c. Refleks Brakhioradialis. Pada saat pengkajian refleks brankhioradialis, penguji meletakkan lengan pasien diatas meja laboratorium atau disilangkan diatas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm diatas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi. d. Refleks Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat dibawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal. e. Refleks Ankle. buat pergelangan akki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon. Refleks normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar.

f. Refleks kontraksi abdominal. Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak disadari oleh otot abdomen dan menyebabkan skrotum tertarik. g. Respons Babinski. Refleks yang diketahui sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem motorik, jari-jari kakimenyebar dan menjauh.

C. Pemeriksaan Sensorik Sistem sensorik lebih kompleks dari sstem motorik karena modal dari sensori mempunyai perbedaan traktus, lokasi pada bagian yang berbeda pada medula spinalis. Pengkajian sensori adalah secara subjektif, dengan luas dan membutuhkan kerja sama pasien. Dianjurkan penguji mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari medula spinalis. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer dan sesuai dengan keadaan anatomi yang terganggu. Kerusakan otot akibat lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi, yang memepengaruhi seluruh sisi tubuh dan neuropati yang dihubungkan dengan penggunaan alkohol dengan penyebaran seperti sarung tangan dan kaos kaki. Pengkajian sistem sensori mencakup tes sensasi raba, nyeri superfisial dan posisi rasa. Keseluruhan pengkajian sensori dilakukan dengan mata pasien tertutup. Kerja sama pasien didukung dengan petujunk sederhana dan dengan menenangkan pasien bahwa penguji tidak menyakiti dan mengejutkan pasien. 1. Sensasi taktil dikaji dengan menyentuh lembut gumpalan kapas pada masingmasing sisi tubuh. Sensitivitas ekstermitas bagian proksimal dibandingkan dengan bagian distal. 2. Sensasi nyeri dan suhu, ditransmisi bersama di bagian lateral medula spinalis. Nyeri superfisial dapat dikaji dengan menentukan sensitivitas pasien tehadap objek yang tajam. Pasien diinstruksikan untuk membedakan ujung yang tajam dan tumpul dengan menggunakan lidi kapas yang dipatahkan atau spatel lidah. 3. Vibrasi dan propriosepsi (sensasi terhadap benda berhubungan dengan posisi). Getaran dan propriosepsi ditransmisi bersama pada bagian posterior medulla. Getaran dapat dievaluasi melalui garpu tala frekuensi rendah (128 atau 256 Hertz). Letakkan garpu tala yang bergetar pada sebuah tulang yang menonjol dan

pasien ditanya apakah merasakan sensasi. Jika pasien tidak merasakan getaran pada tulang yang menonjol bagian distal, penguji menaikkan getaran garpu tala sampai dirasakan klien. setelah semua selesai, dibuat perbedaan dari satu sisi ke sisi lain. 4. Merasakan posisi dapat ditentukan dengan menanyakan pasien saat pasien tertutup matanya, kemudian jari kaki digerakan kearah mana pasien mampu menunjukan dengan gerakan. Vibrasi dan sensasi posisi sering hilang bersamaan, sering terjadi dimana yang lain masih berfungsi. 5. Integrasi sensasi diotak perlu dievaluasi. Dapat dilakukan dengan membedakan dua titik .jika pasien disentuh dengan dua objek tajam bersamaan pada posisi tubuh yang berlawanan, apakah pasien meras dua atau satu sentuhan?pasien dengan keadaan normal melaporkan bahwa sentuhan ada pada dua tempat. Jika yang dilaporkan hanya satu, hal ini menunjukan terjadinya kepunahan. Uji yang baik terhadap kemampuan sensori kortikal yang lebih tinggi adalah stereognosis. Pasien diinnstruksikan untuk menutup kedua mata dan mengidentifikasi variasi objek yang ditempatkan pada satu tangan oleh penguji.

KASUS

Ny. B perawat keluarga berkunjung ke rumah Tn. H mengeluhkan kepala sering terasa pusing dan penglihatan mulai tidak jelas sejak 2 bulan yang lalu, penciuman Tn. H juga kadang tidak bisa membaui makanan yang disantap. Tn. H mengidap hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Saat diperiksa, tekanan darah Tn. H 140/90 mmHg. Tn. H tinggal didaerah kawasan industri.

PEMBAHASAN Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur : Tn. H :-

Jenis Kelamin : Laki-laki 2. Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama Sering merasa pusing b. Riwayat penyakit sekarang Sering merasa pusing, kadang tidak bisa membaui makanan yang disantap, penglihatan mulai tidak jelas sejak 2 bulan yang lalu c. Riwayat penyakit dahulu Memiliki hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. d. Keadaan Lingkungan Tempat tinggal berada di daerah kawasan industri

3. Pemeriksaan Fisik a. Status Kesehatan umum Baik b. Pemeriksaan berdasarkan Pola Kebutuhan 1) Aktivitas dan Istirahat

2) Sirkulasi TD : 140/90 mmHg

3) Integritas Ego Klien merasa tidak berdaya, tidak memiliki harapan lagi, cemas akan penderitaan yang ia alami. 4) Eliminasi 5) Pernafasan Indera penciuman terganggu, dan sulit mencium bau. 6) Nutrisi dan Cairan Nutrisi Tn.H kurang terpenuhi karena turunnya nafsu makan karena kadang tidak bisa membau makanan yang disantap. Asupan cairan Tn.H tidak terganggu 7) Sistem integument Kulit tubuh kering

ANALISA DATA DATA DS: pasien mengeluh MASALAH Nyeri akut, sakit kepala PENYEBAB Peningkatan tekanan vascular serebral sering pusing DO: TD: 140/90 mmHg

DS: Pasien mengeluhkan penglihatannya mulai tidak jelas Pasien pusing DO: TD: 140/90 mmHg DS: Pasien mengeluh mengeluh

Potensial perubahan perfusi gangguan sirkulasi jaringan: jantung serebral, ginjal,

Gangguan perseptual

sensori- Gangguan penerimaan sensori/status indera organ

penglihatannya mulai tidak jelas DO:

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vascular serebral Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi. 3. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/ status organ indera

INTERVENSI DIAGNOSA Nyeri sakit b.d peningkatan tekanan vascular serebral TUJUAN INTERVENSI Mandiri: a. Mempertahankan tirah a. Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi b. Berikan nonfarmakologi menghilangkan kepala, mis., tindakan untuk sakit kompres b. Tindakan menurunkan vascular yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam sakit menghilangkan kepala dan yang tekanan dan RASIONAL

akut, Setelah kepala dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah

baring selama fase akut

keperawatan teratasi dengan kriteria hasil: a. Melaporka n nyeri/ketida knyamanan hilang/terk ontrol b. Intensitas sakit kepala berkurang

serebral

dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,

tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan distraksi) dan imajinasi, akivitas

komplikasinya

waktu senggang. c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi c. Akivitas meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan kepala pada sakit adanya tekanan yang

yang dapat meningkatkan sakit kepala, saat missal BAB, panjang,

mengejan batuk

peningkatan vascular serebral

membungkuk. d. Bantu ambulasi kebutuhan pasien dalam sesuai

d. Pusing dan penglihatan kabur berhubungan sering dengan

sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural Kolaborasi:

a. Berikan sesuai indikasi: Analgesik

a. Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang simpatis system saraf

b. Antiansietas, lorazepam

mis., (Ativan),

b. Dapat tegangan

mengurangi dan yang

diazepam (Valium)

ketidaknyamanan diperberat oleh stres

Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur b. Kaji tekanan darah saat masuk lengan; dengan tekanan tersedia c. Ambulasi kemampuan; kelelahan d. Amati adanya hipotensi ortostatik ada sesuai hindari pada tidur, kedua duduk

a. Mempertahankan aliran darah ke otak dan aliran balik ke jantung b. Memantau keadaan

homeostasis tubuh

keperawatan tidak terjadi,

pemantau arteri jika

dengan criteria hasil : a. TD dalam batas yang dapat diterima b. Tidak keluhan sakit kepala, pusing

c. Mencegah otot

kontraktur

d. Menghindari

posisi

berdiri secara tiba-tiba

Gangguan sensoriperseptual: penglihatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Mandiri a. Tentukan ketajaman a. Kebutuhan individu dan pilihan bervariasi kehilangan intervensi sebab penglihatan

penglihatan, apakah satu atau kedua mata terlibat

b.d gangguan selama 3 x 24

penerimaan sensori/status organ indera

jam

masalah

berjalan

lambat

dan

keperawatan teratasi dengan criteria hasil: a.

progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya

satu mata diperbaiki per prosedur b. Perhatikan tentang suram b. Gangguan atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila penglihatan/iritasi dapat

berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan pengguanaan. iritasi dilaporkan tetapi local ke Catatan: harus dokter, hentikan obat

menggunakan tetes mata

jangan

penggunaan sementara.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3. Jakarta: EGC. Doenges, Moorhouse, and Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Gibson, John. 2002. Filosofi dan Anatomi Modern untuk perawat. Jakarta: EGC. Pearce, Evelyn. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. Syaifuddin. . Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

You might also like