Professional Documents
Culture Documents
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu:
2.1. Batasan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
• Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
• Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
• Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
• Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih)
• Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin
2.3.1. Anamnesis
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis
diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan
apa alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk:
1. Menentukan tinggi fundus uteri
2. Memantau kontraksi uterus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan
kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala
dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia
memperoleh rasa nyaman dengan meminta ibu untuk menarik nafas dalam berulang-kali.
Jangan biarkan ibu dalam posisi telentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit.
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi
fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian
rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis
dinding abdomen (lihat Gambar 2-1). Lebar pita harus menempel pada dinding abdomen ibu.
Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam
rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit, gunakan jarum detik
pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana
suara DJJ terdengar paling kuat.
Tip: Jika DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentukan
lokasi punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah didengar melalui
dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama
puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30
detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu
kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau
lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100
atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu
untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian
simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu
untuk segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
4. Menentukan presentasi
• Berdiri di samping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai
atas dan menekukkan lutut).
• Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian
terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas simfisis pubis) ibu. Bagian
yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
• Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul maka bagian tersebut masih
dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit
atau tidak dapat digerakkan lagi.
• Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan
pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat,
teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul)
biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar,
dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran
pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika
dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu, cara penilaian
diatas (bila dilakukan secara benar) dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan
hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan
dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah
janin yang masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan
pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas
panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah
masuk ke dalam rongga panggul (lihat Gambar 2-2).
• 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
• 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul
• 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
• 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisi dan (3/5)
bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan)
• 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul
• 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala satu fase aktif dengan kepala janin masih 5/5
(Tabel 2-1) dimana kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi yang tidak lazim.
Alasannya adalah pada kala satu persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke dalam
rongga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian terbawah
janin (kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul. Mengingat
bahwa hal ini patut diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD) maka sebaiknya ibu
dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
operasi seksio sesaria sebagai antisipasi apabila terjadi persalinan macet (disproporsi).
Penyulit lain dari posisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat menumbung yang
disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban yang disertai turunnya tali pusat.
Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan pada
ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati dan anjurkan
ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
1. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan
fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu berada dalam fase
laten kala satu persalinan dan perlu penilain ulang 4 jam kemudian. Jika pembukaan telah
mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu berada dalam fase aktif kala satu persalinan
sehingga perlu dimulai pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
3. Tentukan ada-tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat
diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu
bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil temuan dan diagnosis.
Contoh: Jika kajian hasil temuan berujung pada diagnosis berupa ibu dengan kehamilan
intrauterin, cukup bulan, kala satu persalinan fase aktif dengan DJJ dan tanda-tanda vital
normal, maka rencana selanjutnya adalah terus memantau kondisi ibu serta janin menurut
parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Tetapi apabila
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di
tempat bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan
dan sarana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti
berikut ini:
• Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
• Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk asuhan persalinan
dan kelahiran bayi diuraikan dalam Lampiran 6. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah
bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan
dan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas
kesehatan, bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk
menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan
akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan
ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.
• Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan
yang hilang atau rusak.
• Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin
dan melahirkan bayinya. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.
• Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set,
peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir
sudah dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril (lihat proses peralatan di Bab1).
Kaji ulang rencana rujukan (lihat Bab1) bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu
dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak
siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka lakukan
konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan. Bantu
mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan (lihat Bab 1).
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya
atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk
mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya
dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
• Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
• Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
• Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
• Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang
sesuai jika diperlukan.
• Siap dengan rencana rujukan.
Dukungan Emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan
ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus
diminta untuk menemaninya (Enkin, et al, 2000).
Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu
boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak
seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali
memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan
dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi
setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar
anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses
persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Kamar Mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu
harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau
jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut
jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui
apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi.
Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah urin.
WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan ruang
bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat
berkemih sendiri.
Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa nyeri, meningkatkan risiko infeksi dan perlukaan
saluran kemih ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif,
lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan
oleh tekanan bayi pada rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan maka izinkan
atau perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek
waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pascapersalinan
dan malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin,
et al, 2000).
Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang
bersih dan aman bagi ibu dan bayinya (lihat Bab1). Hal ini merupakan unsur penting dalam
asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang
baik, juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktik-
praktik pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan persalinan dan
proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan pastikan ibu
memakai pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan (Lihat Bab 1). Anjurkan
anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.
Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan
infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap risiko
infeksi.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
• Mencatat kemajuan persalinan
• Mencatat kondisi ibu dan janinnya
• Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
• Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
• Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu
• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan,
baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit
maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
• Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Uumum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit
yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks:
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini
dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju
Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit
dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan
dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan
bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk
menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi.
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8
jam.
Halaman depan partograf (lihat Gambar 2-4) menginstruksikan observasi dimulai pada fase
aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, yaitu:
Kondisi janin:
1. DJJ;
Kemajuan persalinan:
1. pembukaan serviks;
2. penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
3. garis waspada dan garis bertindak.
Kontraksi uterus:
1. frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. lama kontraksi (dalam detik).
Kondisi ibu:
1. nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
2. urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di
sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: ‘jam atau pukul’ pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan Fisik dalam
bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.
Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100.
Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui
kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah
satu dari kedua sisi partograf.
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ
(Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini:
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau
>180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat Tabel 2-1).
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau
tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul
(CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat
penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka
penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD)
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0–10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati
lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain
menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat
penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi
empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut
jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda ‘’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘’ pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda ‘’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis
waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab ini. Setiap
kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tanda-tanda
penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan
seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan
normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin.
Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
mencapai 7 cm.
Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan
angka pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
Contoh: catatan penurunan kepala pada partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6):
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku,
atau inersia uteri hipotonik, dll). Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat
yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawatdarurat
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada.
Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak
maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang
diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk
pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian
bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis
waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada
pukul 15.00, cantumkan tanda ‘’ di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit”
di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit,
raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil
Gambar 2-3
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.
1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30
menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,
obat-obat lainnya dan cairan IV.
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
• Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (•) pada kolom waktu yang sesuai.
• Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai:
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).
Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam
urin.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu
saat membuat catatan persalinan.
INGAT:
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4
cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten
persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau
pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10
cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam
(pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan
serviks pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak
akan melewati garis waspada.
2 Cara pengisian:
Masalah kala IV:…………………………………………………………………………………...……………….……...…………
Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..……………………………..……………………………………….
67
Hasilnya:…… ………………………………………….…………………………………………….…………………..Gambar 2-5: Halaman Belakang Partograf
Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isikan data
pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda √ pada
kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang
sesuai dan untuk pertanyaaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
1. Tanggal: ……………………………………………..…..
2. Nama bidan: …………………………...……………….
3. Tempat persalinan:
Rumah Ibu Puskesmas
Polindes Rumah Sakit
Klinik Swasta Lainnya: ……………..
4. Alamat tempat persalinan: …………..………………
5. Catatan: rujuk, kala: I / II / III / IV
Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika
terdapat masalah lainnya dalam persalinan.
68
Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda √ pada kotak di samping jawaban
yang sesuai. Bila pertanyaan nomor 13, jawabannya “Ya”, tulis indikasinya. Untuk nomor 15
dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi tindakan yang dilakukan. Khusus pada nomor 15,
ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi
kesehatan janin selama kala II dan harus dicatatkan apa hasil pemantauan tersebut (normal,
gawat janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi
pada kotak ‘Ya’ maupun ‘Tidak” untuk pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan
nomor 14, mungkin lebih dari 1. Untuk ‘masalah lain’ pada nomor 17 harus dijelaskan jenis
masalah yang terjadi
13. Episiotomi:
Ya, indikasi ……………………………………………
Tidak
14. Pendamping pada saat persalinan:
suami dukun
keluarga tidak ada
teman
15. Gawat janin:
Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ………………………………………………
b. ………………………………………………
Tidak
Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya: ……………………………………
16. Distosia bahu
Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ………………………………………………
b. ………………………………………………
c. ………… ……………………………………
Tidak
17. Masalah lain, sebutkan: …………………………….…
18. Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………..
19. Hasilnya: ………………………………..…………………
Kala III
Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta
yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang di sediakan dan beri tanda √pada kotak di samping
jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28, lingkari jawaban yang benar.
69
Informasi untuk kala III adalah sebagai berikut:
70
Bayi baru lahir
Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan,
jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. Isi
jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda √pada kotak di samping jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 38,
jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting dari bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting, terutama untuk
menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan
pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada
kolom atau ruang yang sesuai. Bila timbul masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara
menangani masalah tersebut pada bagian masalah kala IV dan bagian berikutnya. Bagian
yang digelapkan tidak usah diisi.
71
Suhu Tinggi Kontraksi Kandung
Jam Ke Waktu Tekanan darah Nadi Fundus Uteri Uterus Kemih Perdarahan
Contoh Partograf
Gambar 2-6 adalah contoh penggunaan partograf untuk kasus berikut ini:
Ibu Rohati, G1: P0: A0, 23 tahun, datang ke Rumah Bersalin diantarkan oleh keluarganya
untuk mendapatkan asuhan dari bidan Ita di Rt 001/Rw 04, Kelurahan Tebet Timur Dalam,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada tanggal 20 Maret 2002 pukul 13.00. Ibu Rohati
menuturkan pada bidan Ita bahwa ia sudah merasakan kontraksi sejak pukul 05.00.
Bidan Ita melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (lihat Bab 1) secara seksama dan ia
menyimpulkan:
• Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), presentasi kepala dengan
penurunan 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 18
detik, dan DJJ 124 x/menit.
• Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
• Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperature tubuh 36,8 ˚C.
• Ibu berkemih 200 ml sebelum dilakukan periksa dalam, hasil pemeriksaan urin tidak
mendeteksi adanya protein dan aseton.
1. Berdasarkan data pukul 13.00, bidan Ita membuat diagnosis: primigravida, hamil cukup
bulan, inpartu dalam fase laten, bayi hidup dengan DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm,
tiga kontraksi dalam 10 menit, dan lama kontraksi kurang dari 20 detik. Bidan Ita
menentramkan hati Ibu Rohati dan menganjurkannya untuk berjalan-jalan dengan
suaminya dan mengkonsumsi cukup cairan. Bidan Ita menuliskan tanggal, waktu, semua
temuan dan asuhan yang diberikan pada catatan kemajuan persalinan.
Bidan Ita melanjutkan pemantauan DJJ, nadi dan kontraksi uterus ibu Rohati setiap jam.
DJJ, nadi dan kontraksinya tetap normal. Bidan Ita mengukur jumlah produksi urin ibu
Rohati setiap kali ia berkemih. Semua temuan dan hasil pemeriksaaan di catatkan dalam
lembar kemajuan persalinan. Bidan Ita juga terus memberikan dukungan dan semangat
untuk ibu Rohati dalam menjalani persalinan dan mempersiapkan kelahiran bayinyai.
72
2. Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu Rohati melaporkan bahwa kontraksinya
terasa lebih kuat dan nyeri. Bidan Ita melakukan pemeriksaan abdomen dan periksa
dalam kedua dan hasilnya: terjadi 4 kontraksi dalam 10 menit, lamanya antara 20 - 40
detik, DJJ 134 x/menit, penurunan kepala 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada
penyusupan kepala janin dan selaput ketuban masih utuh. Tekanan darahnya 120/70 mm
Hg, nadi 88, temperatur 37 ˚C dan ia berkemih + 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
3. Pada pukul 21.00, bidan Ita melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam. Hasilnya: DJJ
130 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45 detik, penurunan kepala
1/5, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput ketuban pecah
sebelum pemeriksaan (pukul 20.45), dan cairan ketuban jernih. Tekanan darah 120/70
mm Hg, temperatur tubuh 37 ˚C, dan nadi 80 x/menit.
4. Pukul 21.30, seorang bayi perempuan lahir, berat badan 3000 gram dan panjang badan 48
cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir
5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan
kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
5. Selama 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45) dan 15 menit berikutnya pada
jam pertama setelah plasenta lahir, catatan bidan Ita menunjukkan semuanya berjalan
normal (catatan kala IV pada Gambar 2-7):
21.50: TD 120/70, nadi 80, suhu tubuh 37,2 ˚C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik
(keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih dalam batas normal.
22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih dalam batas normal.
22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.
22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.
6. Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut (Gambar 2-7):
23.05: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37,0 0C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, ibu Rohati berkemih dan pengeluaran urin 250 cc, sedikit perdarahan per vaginam.
23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, sedikit perdarahan per vaginam.
73
Gambar 2-6
Contoh partograf (lembar depan)
74
CATATAN PERSALINAN 24. Masase fundus uteri?
1. Tanggal:20-03-2001 √ Ya
2. Nama bidan:Bidan ITA Tidak, alasan: ………………………….……………
3. Tempat persalinan: 25. Plasenta lahir lengkap (intact)
Rumah Ibu Puskesmas Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
Polindes Rumah Sakit a. ………………………………………………………
√ Klinik Swasta Lainnya:……………… b. …………………………………………………………
26. Plasenta tidak lahir >30 menit : Ya / Tidak
4. Alamat tempat persalinan:RT001/RW04 Kel.Tebet Tim
Kecamatan Tebet,Jakarta Selatan Ya, tindakan:
5. 5. Catatan: rujuk, kala: I / II / III / IV 6. a. ……………………………………….………
b. ………………………………………….…..
Alasan merujuk: ……….…………….……………..…
c ………………………………………………
7. Tempat rujukan: ..……….………………………..……
27. Laserasi:
8. Pendamping pada saat merujuk:
Ya, dimana …………………………………..………….
bidan teman
√ Tidak
suami dukun
28. Jika laserasi perinium, derajat: 1 / 2 / 3 / 4
keluarga tidak ada
Tindakan:
KALA I Penjahitan, dengan / tanpa anestesi
Tidak dijahit, alasan…………………………….. 29.
9. Partogram melewati garis waspada: Y / T Atoni uteri:
10. Masalah lain, sebutkan: ………………………………….
Ya, tindakan:
11. Penatalaksanaan masalah tsb: ..………… …………
a. …………………………………………
12. Hasilnya:………..…………………………….
KALA II b. ..………………………………………..
13. Episiotomi: c. …………………………………………
Ya, indikasi …………………………………………… √ Tidak
√ Tidak 30. Jumlah perdarahan: ……………………… ml
14. Pendamping pada saat persalinan: 31. Masalah lain, sebutkan ………………………………....
√ suami dukun 32. Penatalaksanaan masalah tersebut: …………………..
keluarga tidak ada ……………………………………………………………..
33. Hasilnya: .………………………..…………………….……
teman
15. Gawat janin: BAYI BARU LAHIR:
Ya, tindakan yang dilakukan: 34. Berat badan 2800 gram
a. ………………………………………………
35. Panjang 48 cm
b. ………………………………………………
36. Jenis kelamin: L / P
√ Tidak 37. Penilaian bayi baru lahir : baik / ada penyulit
√ Pemantauan DJJ setiap 10 menit selalama kala II Bayi lahir:
16. Distosia bahu √ Normal, tindakan:
Ya, tindakan yang dilakukan: √ mengeringkan
a. ……………………………………………… √ menghangatkan
b. ………………………………………………
√ rangsang taktil
c. …… …………………………………..……
√ bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
√ Tidak
√ tindakan pencegahan infeksi mata
17. Masalah lain, sebutkan: ……………………………..
Aspiksia/pucat/biru/lemas, tindakan:
18. Penatalaksanaan masalah tersebut: ……………..
19. Hasilnya…………………….…………………… mengeringkan bebaskan jalan napas
KALA III rangsang taktil menghangatkan
20. Lama kala III: 5 menit bebaskan jalan napas lain-lain, sebutkan:
21. Pemberian Oksitosin 10 U im? bungkus bayi dan …………………………..
√ Ya, waktu: 2 menit sesudah persalinan tempatkan di sisi ibu
Tidak, alasan………………..………………….…. Cacat bawaan, sebutkan:………………….………….
22. Pemberian ulang Oksitosin (2x)? Hipotermi, tindakan:
Ya, alasan……………..…..….……………….…. a ………………………………………………….
√ Tidak b. ...……………………………………………….
23. Penegangan tali pusat terkendali? c. . .……………………………………………….
√ Ya 39. Pemberian ASI,
Tidak, alasan……………..…………….………… √ waktu: ½ jam setelah bayi lahir
Tidak, alasan….…………….……….….…….…….
40 Masalah lain, sebutkan: …….…….….…..
PEMANTAUAN PERSALINAN KALA IV
Hasilnya: ……………….…………………………………
Tinggi Fundus Kontraksi Kandung
Jam Ke Waktu Tekanan darah Nadi Uteri Uterus Kemih Perdarahan
Suhu
1 22.00 120/70 80 38.0 3jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
22.15 120/70 76 3jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
22.30 110/70 76 3jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
22.45 110/70 76 2jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
2 23.15 110/70 80 37.8 2jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
23.45 110/70 80 2jaribwhpst Baik Kosong Tidak ada
75
Gambar 2-7