You are on page 1of 7

ASKEP SECTIO CAESARIA Posted on Maret 26, 2008 by harnawatiaj Pengertian sectio caesaria Ada beberapa pengertian mengenai

sectio caesaria : Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992). Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991). Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. Indikasi sectio caesaria (Sarwono, 1991) Ibu disproporsi kepala panggul/CPD//FPD Disfungsi uterus Distosia jaringan lunak Plasenta previa

Anak Janin besar Gawat janin Letak lingtang Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).

Tipe operasi sektio caesaria

(Mochtar, Rustam, 1992) Sektio Caesaria vaginalis Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut : Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr Sayatan huruf T (T-incision)

Sektio caesaria abdominalis Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari : Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

Prognosis Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 7 % (Mochtar Rustam, 1992). Komplikasi Pada Ibu Pada anak Infeksi puerperal Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan Perdarahan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut paru, dan sebagainya jarang terjadi. statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999). Pemeriksaan diagnostik Pemantauan janin terhadap kesehatan janin Pemantauan EKG JDL dengan diferensial Elektrolit Hemoglobin/Hematokrit Golongan dan pencocokan silang darah Urinalisis Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998) Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator. Buat instruksi perawatan yang meliputi : Perawatan pasca operasi Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan pada No. 1 dan 2. Penatalaksanaan medis Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.

Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan Persiapan kulit pembedahan abdomen Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter foley Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan : Pengkajian Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998) Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ; 1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar. 2. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi. 3. Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi. 4. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria. 5. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan. 6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar. Perencanaan Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar. Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah. Intervensi : Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria. Jelaskan prosedur praoperasi normal dan resiko variasi untuk situasi saat ini. Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar. Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin. Dapatkan urine untuk urinalisis. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi. Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman. Intervensi : Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri. Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang. Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya. Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal. Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi. Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan - Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit. Intervensi : Kaji status pernafasan dengan tanda vital. Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas. Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama. Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi. Anjurkan penggunaan spirometer insentif.

Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria. Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan. Intervensi : Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin. Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan. Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit. Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih. Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan. Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi. Involusi uterus berlanjut secara normal Intervensi : Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi. Observasi insisi terhadap infeksi. Penggantian pembalut atau sesuai pesanan Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan. Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar. Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar. Intervensi : Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana. Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui. Pelaksanaan Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Komponen tahap implementasi terdiri dari : Tindakan keperawatan mandiri Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan. Tindakan keperawatan kolaboratif Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah masalah klien. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan. Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998) Evaluasi Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai. Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 1998) Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit. Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar Sumber: 1. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. 2. Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta. 3. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta. 4. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta. 5. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 6. ______________, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 7. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta. 8. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1. _____________, (1991), Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1 Cet. 2, Yayasn Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/26/askep-sectio-caesaria/

ASKEP DENGAN SECTIO SECARIA Pengkajian Sirkulasi : Hipertensi, pendarahan per vagina Makanan : nyeri epigastrium, g3 pengujian edema Nyeri : distroria, nyeri tekan uterus, persalinan lama Seksualitas : Tumor / neo plasma yang dihambat jalan lahir kehamilan multiple atau gestari, disproposi sopalo pelvis, riwayat sc sebelumnya Diagnosa Keperawatan 1. Resti terhadap nyeri akut b/d luka postop Tujuan : klien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan nyeri Intervensi : - Kaji tingkat nyeri - Hilangkan factor factor yang dihasilkan kecemasan - Instruksikan yteknik relaksasi dan sentuhan terapotik Rasionalisasi - Menandakan ketepatan tindakan - Tingkat toleransi individu dengan dipengaruhi beberpa factor - Dapat membantu dan reduksi asietas dan ketegangan dan kenyamanan - Menaiakan kenyamanan dengan memblok implus nyeri 2. Resti terhadap infeksi b/d prosedur invantif, kerusakan kulit penurunan Hb Tujuan : - bebas dari infeksi

- pencapaian tepat waktu dan pemulihan inka tanpa komplikasi Intervensi - Tinjau ulang kondisi sebelumnya - Kaji tanda tanda infeksi - Berikan perawatan perineal tiap 4 jam - Berikan antibiotik spectrum luas Rasionalisasi - Adanya proses infeksi dapat menaikan resiko kontaminasi janin - Pecah ketuban 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan karidamniosis - Menurunkan resiko infeksi asenden - Antibiotik proptlaksis dapat mencegah terjadinya proses infeksi 3. Resiko terhadap cedera (ibu) berbab / d trauma jaringan Tujuan : - Bebas dari cedera Intervensi - Batas masuknya oral - Pantau haluan dengan warna urin - Bantu pengubahan untuk ansietas - Pasang klekor indewilling Rasional - Menurunkan kemungikann aspirasi karena muntah - Menunjukan tingkat hidrasi, status inkulasi dengan trauma kanung kemih - Mendeteksi ssusna ekstrim, respon pada anestasi dapat terjadi sperti filaksis atau paralysis pernapasan - Menurunkan resiko cedera kndung kemih selama prosedur 4. Resiko terhadap janin pertukaran gas sampai dengan pemb aliran darah ke plasenta Tujuan : - Menunjukan denyut jantung jenin normal Intervensi - Pantau DJJ - Perhatikan pada ibu adanya factor yang mempengaruhi sirkulasi - Perhatikan warna dengan jumlah ammon - Anskultasi jantung janin bila pecah ketuban Rasionalisasi - Distress janin dapat ditinjau dari penurunan variabilitas, takhikardi dan bradi kardi - Penurunan volume sirkulasi dalam plasenta menunjukan kestarium oksigen untuk janin - Prolops terlihat dari tali pusat pada takadanya diatas serviks mencerminkan kelahiran selaras 5. Kurang pengetahuan sampai dengan pembedahan Tujuan : - Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi SC Intervensi - Kaji tingkat pengetahuan - Catat tingkat stress - Berikan imformasi akurat - Berikan HE Rasionalisasi - Membantu menentukan tindakan selanjutnya - Mengidentifikasikan kesiapan prosedur - Memebrikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman k/ terhadap situasi - Menurunkan pada sisi operasi 6. Arisetas sampai dengan ancaman konsep diri Tujuan : - Mengungkapkan rasa rileks i/ perasaan tentang setelah kelainan SC Intervensi - Kaji respon psikologis - Tetap bersama klien - Berikan dukungan positif - Anjurkan k/ atau pasangan untuk mengungkapklan perasaan - Berikan masa piranty Rasionaliasasi - Makin k/ merasakan ancaman makin k/ bertambah tingkat cemas - Membantu membatasi transumsi ansietas interpersonal - Memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan akhir - Mengidentifikasikan perasaan / masalah denga memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan - Memberikan kesempatan k/untuk menginternalisasikan informasi dengan diatasi dengan efektif http://www.anakciremai.com/2008/08/asuhan-keperawatan-askep-dengan-sectio.html

Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria : Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992). Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991). Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. Indikasi Sectio Caesaria Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ) Indikasi sectio caesaria pada Ibu Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul ) Disfungsi uterus Distosia jaringan lunak Plasenta previa His lemah / melemah Rupture uteri mengancam Primi muda atau tua Partus dengan komplikasi Problema plasenta Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak Janin besar Gawat janin Janin dalam posisi sungsang atau melintang Fetal distress Kalainan letak Hydrocephalus Kontra Indikasi Sectio Caesaria : Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991) Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a. Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum Perdarahan tidak begitu banyak Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil Kekurangan : Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi 2. Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar, Rustam, 1992) : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion ) Prognosis Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Pada anak Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 hingga 7 %. (Sarwono, 1999). Komplikasi Operasi Sectio Caesarea Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1. Infeksi puerperal ( Nifas ) - Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung - Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik 2. Perdarahan - Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka - Perdarahan pada plasenta bed 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi 4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya Pemeriksaan Diagnostik Pemantauan janin terhadap kesehatan janin Pemantauan EKG JDL dengan diferensial Elektrolit Hemoglobin/Hematokrit Golongan darah Urinalisis Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998) Asuhan Keperawatan Sektio Caesaria 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Intervensi: a.Kaji kondisi status hemodinamika. R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah. b.Ukur pengeluaran harian. R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian. c.Berikan sejumlah cairan pengganti harian. R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif. d.Evaluasi status hemodinamika. R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik. 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi Intervensi: a.Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk. b.Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum. R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi. c.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. R/ Mengistiratkan klien secara optimal. d.Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien. R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan. e.Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. R/ Menilai kondisi umum klien. 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami. Intervensi: a.Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi. b.Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri. c.Ajarkan teknik distraksi. R/ Pengurangan persepsi nyeri. d.Kolaborasi pemberian analgetika. R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik. 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi. Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi. Intervensi: a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. b.Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. c.Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. d.Lakukan perawatan luka. R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi. e.Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

You might also like