You are on page 1of 10

COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIF OLEH : CINTA KOMARA

ABSTRACT PENDAHULUAN . Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada hafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya atau berperan aktif. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi pasif. , Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa aktif dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat berinteraksi dengan lingkungannya , dan diperoleh prestasi belajar yang optimal. Apa yang menjadikan belajar aktif ? Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Siswa sering meninggalkan tempat duduk, bergerak leluasadan berfikir keras (moving about and thinking aloud) (Silberman : 2009). Belajar aktif tidak hanya diperlukan untuk menambah kegairahan, namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan beragamnya kecerdasan.

PEMBAHASAN Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial 1. Pengertian Cooperative Learning Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1955) mengemukakan, In cooperative learning methods, student work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara dengan istilah pembelajaran gotongkolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama untuk dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstuktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dan 4-6 orang saja. Istilah cooperative learning pembelajaran kooperatif. 2. Karakteristik Cooperative Learning Menurut Roger dan David Johnson (Lie :30-35), tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus diterapkan dalam sistem pembelajaran kooperatif, yaitu: a) saling ketergantungan positif (positive interdependence), b) tanggung jawab perseorangan (individual accountability), c) interaksi tatap muka (fase to fasepromotive interaction), d) komunikasi antar anggota (appropriate use of collaborative skill), dan e) evaluasi proses kelompok ( group processing evaluation)
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui : (a) saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan dalam bahan atau sumber belajar, (d) saling ketergantungan dalam peran, dan (e) saling ketergantungan reward (hadiah/penghargaan)..
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability).

Unsur dari pembelajaran kooperatif yang kedua ini merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama. Karena keberhasilan kelompok tergantung kepada setiap anggota kelompok, maka setiap individu dalam kelompok dituntut bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik demi keberhasilan kelompoknya.
c. Interaksi tatap muka (face to face promotive interaction).

Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa yang merupakan anggota dalam kelompok diberikan kesempatan yang luas untuk berinteraksi, bertatap muka dan saling memberi informasi dalam rangka pembelajaran.
d. Komunikasi antar anggota (appropriate use of collaborative skill).

Kemampuan berkomunikasi merupakan sesuatu hal yang penting bagi setiap individu dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk dapat berkomunikasi secara aktif. Siswa dibiasakan dengan mengemukakan pendapat atau ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna, menyatakan ketidak setujuan terhadap pendapat orang lain dengan cara santun dan tidak memojokkan, dan juga membiasakan diri untuk menjadi pendengar yang baik.
e. Evaluasi proses kelompok (group processing evaluation)

Evaluasi terhadap proses kerja kelompok dan hasil kerja dari sama mereka (para siswa) dalam pembelajaran kooperatif ini perlu dijadwalkan oleh guru sehingga akan memotivasi untuk bisa bekerja sama lebih efektif. 3. Model-Model Cooperative Learning Dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu :

a. Student Team Ashievement Division (STAD)

Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan in teraksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi : 1) tahap penyajian materi 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok ( Slavin, 1995). b. Jigsaw Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Pada tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing ditugaskan guru. Pada tahap ini siswa akan banyak menemui permasalahan yang tahap kesukarannya bervariasi. Pengalaman seperti ini sangat penting terhadap perkembangan mental anak. Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes/kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. c. Group Investigation (GI) anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang

Pada model ini siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggootakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya telah ditentukan guru, selanjutnta siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau pun di luar sekolah, setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas. d. Rotating Trio Exchange Pada model ini, kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok lainnya di kiri dan dan di kanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0,1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jaru jam. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut. Pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. e. Group Resume Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas diibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang siswa. Berikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat atau pun kemampuannya di kelas. Biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, keterampilan, hobby, bakat, dan lain-lain. Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka. 4. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning

a. Kelebihan Cooperative Learning Di samping dapat meningkatkan hasil perolehan hasil belajar, pembelajaran model cooperative learning juga memiliki beberapa kelebihan. Di bawah ini beberapa kelebihan pembelajaran model cooperative learning menurut Sanjaya (2006:247-248), yaitu:
1. Melalui cooperative learning siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi

dapat menambah kepercayaan kemampun berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
2. Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Cooperative learning dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.


4. Cooperative learning dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.


5. Cooperative learning merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengolah waktu, sikap positif terhadap sekolah.
6. Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamanya sendiri, serta menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Menurut Stahl (1994) dalam buku Isjoni (2010:23), Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,

bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. b. Kelemahan Cooperative Learning Kelemahan model cooperative learning yaitu : 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa siswa yang lain menjadi pasif. 5. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning FASE INDIKATOR 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik 2. Menyajikan informasi 3. Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Membantu kerja tim dalam belajar Evaluasi Memberikan pengakuan atau penghargaan KEGIATAN GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta dididik Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efesien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

4. 5. 6.

Dampak pembelajaran kooperatif pada keaktifan siswa dalam belajar a. Interaksi dengan anggota kelompok
b. Mengemukakan pendapat atau ide

c. Dapat memecahkan masalah


d. Belajar menemukan sendiri dengan cara bertanya pada teman, guru, atau mencari dari

sumber yang lain

e. Siswa bertanggung jawab dalam belajar, karena ada tes kelompok dan individual f. Siswa memiliki keterampilan berpikir dan keterampilan sosial g. Siswa berusaha semaksimal mungkin dalam belajar karena di akhir pelajaran ada penghargaan terhadap prestasi belajar h. Siswa dibiasakan belajar bersama, sehingga motivasi belajar meningkat bila belajar sendiri
i.

Siswa menyadari terhadap kemampuan sendiri, sehingga siswa yang pandai dengan sendirinya membantu siswa yang kurang. (saling membantu) Siswa terbiasa melakukan diskusi dengan teman sekelompok atau dengan kelompok lain

j.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif memberikan salah satu alternatif bagi siswa untuk belajar aktif, karena menggunakan berbagai variasi kegiatan pembelajaran kelompok sehingga banyak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat . Hal itu berarti bahwa model pembelajaran kooperatif cocok digunakan untuk pengembangkan siswa belajar aktif. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Model pembelajaran kooperatif sekolah dan di masyarakat.
B. Saran

dapat mendorong timbulnya kreativitas siswa, untuk

memperoleh ilmu pengetahuan , sehingga dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di

Sudah saatnya para pendidik mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang aktif dan kreatif baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat, model pembelajaran kooperatif perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasa lebih aktif untuk belajar dan berpikir, sehingga siswa dapat memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Dimyati, Mudjiono (2009) Belajar dan Pembelajaran Jakarta: PT. Rineka Cipta Isjoni (2010) Cooperative Learning Bandung: CV. Alfabeta Lie, Anita (2007) Coopererative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS Jakarta: PT. Gramedia Rofiq, Ahmad, (2008) Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Madrasah Aliyah.Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group. Suprijono, Agus (2009) Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM Yogyakarta: Pustaka Pelajar Slavin, E. Robert, Lita (2010) Cooperative Learning Bandung: Nusamedia Solihatin, Etin (2007) Cooperative Learning Jakarta: PT. Bumi Aksara Silberman, Melvin L, Raisul Muttaqien (2009) Aktive Learning Bandung: Nusamedia

You might also like