You are on page 1of 5

Rumah itu masih saja terlihat sepi. Padahal, yang kudengar rumah tersebu t sudah ada yang membeli.

Entah siapa yang membeli, yang pasti orang tersebut sa ngat berani. Karena, Rumah itu dianggap sudah ada yang menghuni. Hiii!! Aku meri nding mendengarnya. Melewati depan rumah itu saja aku takut. Apalagi membelinya. Anak-anak di kompleks ini, termasuk aku, tidak ada yang berani bermain d i depan rumah tersebut. Jika nekat, ujung-ujungnya Pasti Apes. Seperti si Jean b eberapa Minggu yang lalu, Ia nekat manjat pagar rumah itu. Setelah berhasil samp ai di atas, ia Turun. Naah, Sewaktu turun itulah, kaki Jean seperti ada yang men arik. Akhirnya Jean jatuh. Kaki kirinya Patah. Sejak saat itu, anak-anak komplek s ini tidak berani bermain-main di sana. Namun, pada suatu Hari... * * * * * * * * * * * * Pagi itu ada suara mobil berhenti. Saat ku tengok, ada seorang wanita ca ntik berdiri di depan rumah tersebut. Wanita itu tidak sendirian, ia di temani o leh seorang laki-laki dan Seorang Bapak-bapak. "Hoo, Mungkin itu orang yang mau beli rumah itu ya?? Ah, Masa wanita can tik kayak dia mau sih Beli Rumah kayak gitu." Pikirku. Lalu, Terdengar suara sekitar 2 orang anak memanggilku, "Alex!! Ayo Ke sini!!" Kata suara anak-anak itu. Dengan malas, aku kelua r rumah untuk menemui mereka. Salah satu dari mereka mengenakan baju warna Merah menyala dan ber-rambut warna Hitam. Dia Terry. Sedangkan yang satunya, Seorang gadis manis dengan tinggi sekitar 140 cm-an memakai baju warna Kuning dangan baw ahan Jeans Lama. Dialah Marry. Mereka berdua adalah teman baikku. "Ada apa siih??" Tanyaku sambil membenahi rambut cokelatku yang berantak an. "Kamu lihat? Kamu lihat?" Tanya Tanya Terry Bersemangat. "Lihat apa??" Tanyaku balik. "Lihat Alien..." Kata Marry memotong pembicaraan. "Bukan, liat wanita yang ada di depan rumah itu kaan??" Kata Terry. "Iya, Memang kenapa??" Tanyaku. "Nggak, Bukan apa-apa, Mmmm...Cool aja." Kata Terry. "Hei, Hei, Hei...Kalian?? Mentang-mentang aku kaum wanita sendiri, malah nggak di ajak ngobrol?!" Kata Marry Kesal. "Iya, Iya, Kamu mau nggobrol apa Nyonya Kaum Wanita??" Tanyaku sedikit m eledek. "Mmm, aku ada rencana, Gimana kalo kita nanti malam masuk ke rumah itu? Aku pengin tau, kenapa Wanita itu mau membeli rumah Angker itu. And, Sapa tau, d i dalamnya ada harta karunnya??" Kata Marry lebih bersemangat dari Terry. "What?? Serius??!! Otakmu miring ya?? Dasar, Kaum wanita memang Aneh." K ata Terry kaget yang bener-bener kaget. Seakan tidak mempedulikan ejekan Terry, Marry menatapku, Aku bisa merasakan apa yang ingin ia katakan. "Heee....Aku tidak bisa langsung memutuskan lho?? Aku juga takut, sepert i Terry." Jawabku Singkat, Padat, Namun Jelas. "Apa katamu?! Kata siapa aku Takut?! Aku berani, kkook!!!" Kata Terry Se dikit Teriak. "Mmm, Kata Alex." Marry menyalahkanku. "Hehehehehhehehee," Aku hanya tertawa kecil. "Okkey, Berarti sudah diputuskan!! Nanti Malam yaa??" Kata Marry asal me mutuskan. "Hhh, Ya Tuhan, Tolong berikan Marry Sifat seperti layaknya Gadis biasa..." Doak u dalam hati. "Apa yang perlu di siapkan??" Tanya Terry. Entah kenapa, tiba-tiba wajah Terry sudah ada Tatto untuk perangnya. "Kita mau Berpetualang, Bukan Perang." Kata ku Sok Bijak. "Siapa bilang kita mau berpetualang??" Kata Marry Serius. Terry tersenyu m mengejek ke arahku. Hampir saja aku mau mengambil sepatuku dan kulemparkan pad a Terry. "Tapi, kita mau Ekspedisi." Sambung Marry. Senyum Terry hilang. Kini aku

yang ganti mengejeknya. Terry hanya cemberut kesal. Tangannya sudah mulai bersi ap-siap mengambil sepatunya. Aku juga bersiap mengambil sepatuku. Di saat aku dan Terry akan saling melempar sepatu, Marry melerai kami. "Hei, Siapa ketua di sini?" Tanya Marry sangat Tegas. "Mmm, Kamu...Marry." Kataku dan Terry Bersamaan. "Bagus." Senyum mengaing di bibirnya. "Yang perlu kita siapkan...Pistol air..." Belum selesai Marry bicara, Te rry sudah memotong, "Tuuh, kan mau Perang." Kata Terry Kekanak-kanakan. "...Senter, Tali, Minum, dan Jangan lupa bawa sepeda masing-masing." Lan jut Marry dengan sabar. "Okeey, Tunggu...Apa nama kelompok kita??" Tanyaku. "Betul juga. Ada yang usul?" Kata Marry. "Oh, Oh, Oh, Oh!! Aku t au!! Anak-anak penghancur Kekejaman Alien, Monster dan Makhluk lain!!!" Kata Ter ry Sangat-sangat bersemangat. Aku dan Marry hanya menatap Terry dengan Pandangan aneh. Terry diam sejenak, kemudian ia tiba-tiba menjadi Kalem. "Naah, Begitu do ong, Dasar Monyet." Kata ku. "Oh, Oh, Oh Aku tau!! Gimana kalo, Monyet Petualang??" Kata Marry sama-s ama bersemangat seperti Terry. Sekarang giliranku dan Terry menatap Marry dengan tatapan aneh. "Apa?!" Tanya Marry seakan tidak terima diperlakukan seperti itu. "Haah, Tidak ada yang benar niih......" Kataku. "Okeey, Kalau begitu, kamu punya ide apa??" Tanya Marry menantang. Terry Mengiyakan. "Oke, Mungkin besok ya." Jawabku. "Tidak, sekarang!!" Kata Terry Ngotot. "Hm, Gimana kalau....Go Not Scare?" Jawabku Asal. "Waah! Bagus tuu h! 1, 2, 3...Go Not Scare!! Yeei!!" Kata Marry setuju dengan usulanku yang asalasalan itu. "Bla, Bla, Bla...Pasti dari Lagu Maju Tak Gentar yang kau buat jadi Baha sa Inggris.." Kata Terry sambil mengerutu. "Hehehe, Kok tau??" Kataku sambil cengengesan. "Oke, Sampai dengan nanti malam ya?? Jangan lupa, Siapkan Mental kalian! !" Kata Marry seraya pulang ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah darik u. "Iya, Okee..Bye. Tunggu, Nanti...Bukannya Sepupumu mau datang??" Kata Te rry Ketakutan. "Aduuh!! Betul!! Ryan nanti mau datang!!" Kataku Cemas. "A..Aku tidak mau lagi di siram di toilet lagi seperti tahun lalu.." Kat a Terry ketakutan. "Yaah, Kalau Ryan datang...Terpaksa kita mengajaknya." * * * * * * * * * * * * Siangnya, Sekitar pukul 01.00, Bel rumahku berbunyi. "Alex, Tolong bukak an pintunya!!!" Perintah Mum yang sedang memasak soup jagung di dapur. "Aduuh, I tu Pasti Ryan!!" Grutu-ku yang sedang mempersiapkan barang-barang untuk nanti ma lam. "Oke...Mum..." Jawabku halus agar seperti anak baik. Saat kubuka Pintunya, Benar...Itu Ryan. "Hi?? Alex?? Apa Kabar??" Sapa Ryan pura-pura ramah, karena ad a Mum. "Huuh, tidak usah sok Baik, Ryan. Aku yakin kamu sudah merencanakan sesua tu untuk mengerjaiku kan??" Kata ku Penuh selidik. "Haahahha, Apa kau bercanda, Kawan?? Aku kan saudara sepupumu yang paling baik dan perhatian." Kata Ryan sera ya merangkulku. "Ya, Benar. Kau adalah saudara sepupu paling menjijikkan yang selalu lup a untuk memakai deodoran sebelum memeluk orang lain." Jawabku sambil melepaskan rangkulannya. "Ooh, Ayolah Alex. Aku kan hanya bersenang-senang." Kata Ryan samb il mengangkat satu alisnya. "Terserahlah, yang jelas. Selama seminggu kamu berad a di Rumah ku, kamu harus menuruti peraturan yang kubuat." Kataku ketus. "Okey," Jawab Ryan Singkat.

* * * * * * * * * * * * Malamnya, Saat makan malam... "Ooh, Tante Bella. Soup Jagung yang anda buat lezat sekali." Puji Ryan s embari tersenyum lebar. "Ooh, Ryan. Terima kasih Banyak." Jawab Mum. "Yaakh, Men jijikkan sekali..." Grutuku dalam Hati. "Ya, Sama-sama Tante Bella. Oya, Om Jhon , sudahkah saya katakan kalau warna baju yang anda pakai itu sangat serasi denga n warna Rambut anda?" Puji Ryan pada Dad. "Dasar, Gombal." Grutuku lagi. Kali in i kubiarkan Mum dan Dad mendengarnya. "Alex, kamu tidak boleh begitu. Ryan berniat baik. Contohlah perilakunya ." Kata Mum padaku. "Okee, Mum. Lain kali aku akan membuatnya bersujud di bawah kakiku sambil meminta maaf padaku." Jawabku Ketus. "Alex!" Hardik Dad. "Haahahha ." Kudengar Suara tawa Ryan. "Huuh, aku mau tidur." Kataku seraya meninggalkan m eja makan. Ketika aku akan duduk di tempat tidur, Ryan datang. "Heei, Apa peraturan yang kau bilang tadi siang??" Tanya Ryan sambil masuk ke kamarku tanpa permisi. "Baca saja sendiri. niih." Kataku masih Ketus seraya memberikannya secarik kert as padanya. "Apa ini?" Tanya Ryan. "Tidur harus jam 8 malam tepat, lebih dari itu Alex akan membunuhmu. Tid ak boleh mengikuti Alex ke mana-mana. Tidak boleh Bermain dengan Anjing Alex, Bu ddy.....Heegh Bla, Bla, Bla. Sejak kapan ada Peraturan Konyol semacam ini??" Tan ya Ryan sambil mengangkat satu alisnya. "Sejak kamu membacanya. Sekarang, lekasl ah tidur, jika tidak aku akan benar-benar membunuhmu!!" Perintahku. "Aih, Aih... .Atuut... Ah, Alex Ngeli...Hahahahha, Oke aku tidur.." Kata Ryan sembari meledek ku. Lalu ia pergi ke kamarnya. Okey, Rencrencanaku berjalan lancar. Sekarang tin ggal menunggu Mum dan Dad tidur. * * * * * * * * * * * * Pukul 10 Malam.... "Jam sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Berarti, sekarang saatny a Beraksi." Kataku dalam hati. Kuambil tas berisi perlengkapanku. Lalu, aku berj alan menuju Garasi, untuk mengambil sepeda. Saat Aku akan Keluar, Kulihat Terry dan Marry sudah menungguku di trotoar. "Cepatlah. Mumpung belum ada yang melihat kita!!" Perintah Marry. "Okee. Mulai, Kita berangkat!!" Kata Terry. Beberapa menit kemudian, kami sampai di Rumah tersebut. Ternyata, pada m alam hari, rumah tersebut terlihat lebih mengerikan. "Kita yakin, tetap akan mel anjutkannya??" Tanyaku pada Terry dan Marry. Mereka tampaknya juga tak yakin. Wa jah Terry sedikit memucat. Aku tahu, dia sebenarnya sangat ketakutan. "Tetap harus kita lakukan. Go Not Scare, Ayo!!" Kata Marry Lantang. Lant as, Kami parkirkan Sepeda kami di dekat semak belukar dan segera memanjat Pagarn ya yang terbuat dari Kayu dan Besi. "1, 2, 3..." Hitung Marry. Lalu, Serentak ka mi menaiki Pagar bersamaan. Rupanya, cukup mudah untuk memanjat Pagar ini. Ringan sekali. "Huup!!" A ku berhasil masuk terlebih dahulu dari yang lain. Kemudian Marry menuyusul. "Ter ry, Cepatlah!!" Perintah Ku. "Oke... Pernahkah aku bilang kalau aku takut Keting gian??" Jawab Terry gemetaran. "Belum." Kata Ku dan Marry bersamaan. "O..Okey... Ini Dia!! Huup!!" Terry berhasil turun dengan sukses. "Okey. Kita mulai, aku mendapatkan Denah Rumah ini." Kata Marry sambil m engeluarkan secarik kertas lusuh. "Dari mana kamu mendapatkannya??" Tanya Terry heran. "Aku mendapatkannya di Rumah Mr.Frood." Kata Marry Singkat. "Kamu mencuri ?!" Tanyaku Kanget. "Memang kenapa?" Tanya nya Lagi. "Huum...Tidak apa-apa..." J awabku. "Jadi, kita masuk lewat pintu depan. Kau lihat??" Kata Marry. "Ya." Jawa bku dan Terry Bersamaan. Tiba-tiba...Kresaak, Kreesak. Terdengar suara dari sema k belukar. "Oh Tidak. Jangan sekarang." Kata Marry. "Tuhan...Aku belum mau matii ...." Kata Terry sambil terisak, dia menangis. "Tunggu, Aku kenal suara itu." Ka taku kemudian. Aku tahu siapa di sana. "Ryan, keluarlah." Perintahku. "Hahahaha, Ketahuan ya?" Jawabnya sembari keluar dari semak-semak. "Sepertinya, Besok aku akan benar-benar membunuhmu." Kataku mengancam Ry

an. "Oh...Yeah. Sudah kuduga itu pasti Ryan." Kata Terry Sok-tau. "Woow, tunggu dulu sepupu. Kau merencanakan petualangan seru dan kau tidak mengajak ku? Sepupu mu yang baik ini? Oh, Aku sedih Alex." Kata Ryan dengan nada yang menyebalkan. "Kau akan menyesal bila tidak pulang." Ancam Marry. Kelihatannya, Marry sangat t erganggu dengan kehadiran Ryan. "Ooh, Come on...Ijin kan Aku ikut." Pinta Ryan. "Dengan jaminan...?" Kat a Terry. "Dengan jaminan mulai besok aku takkan menjailimu." Jawab Ryan serius. "Ya, Besok. Tapi nanti ya." Kata ku penuh selidik padanya. "Sudahlah, ayo berang kat. Kita harus sudah pulang sebelum jam 00.00, Jadi cepat!!" Perintah Marry. "Sejak kapan wanita itu jadi pemimpin, Haah?" Tanya Ryan tidak percaya. "Diam, dan ikuti saja apa yang ia katakan." Jawab Terry. "Benar, Ryan. Diam, dan ikuti saja apa yang Marry katakan." Lanjutku. Ryan tidak bisa berbuat apa-apa. Dan akhirnya, petualangan kamipun di mulai........ * * * * * * * * * * * Cngiit, Cngiit...Lantai rumah itu berbunyi tiap kali kami melangkahkan k aki kami. Marry berjalan paling depan, oh dia wanita paling berani yang pernah k utemui. Di susul olehku, Terry, Kemudian...Haah, Siapa lagi kalau bukan sepupu p aling menyebalkan di dunia ini?? Ryan. Kami berjalan tanpa saling berbicara. Kec uali suara gigi Terry yang sejak masuk tadi selalu bergetar. Rumah ini ternyata Lebih kumuh dari yang kubayangkan. Lantainya berdebu. Ruangannya kosong tanpa pe rabot. Kecuali beberapa lemari kecil yang jelas-jelas terkunci. Tiba-tiba, terdengar suara seorang kakek-kakek dari belakang. "Hei, anak -anak!!" Kata suara itu. Serentak kami berteriak kaget, "WAAAAAAAAAAA!!!" Wajah Terry terlihat kian pucat. Ia sangat ketakutan. Marry, wajahnya kelihatan sanga t Kaget, tetapi tidak menunjukkan bahwa ia takut. Sedangkan Ryan, oh. Baru perta ma kali ini aku melihat wajah Ryan begitu ketakutan. Wajahnya pucat pasi. "Hei, anak-anak? Apa yang kalian lakukan malam-malam begini?" Tanya Kake k itu. Wajahnya terlihat ramah. Kakek itu membawa Lilin di tangan kanannya. Baju nya terlihat mahal, biarpun sekarang sudah lusuh. Kami hanya bisa diam membeku. Setahu kami, tidak ada orang yang menjaga rumah ini, apalagi menempatinya. "Anak-anak, maukah kalian minum teh bersama ku?? Sudah sangat lama tidak ada orang yang berkunjung ke sini malam-mala." Kata kakek itu dengan ramah. "Ba ...Bagaimana kami bisa tahu kalau kamu bukan hantu?" Tanya Marry dengan berani. "Hoo? Apakah kalian bercanda? Pegang saja tanganku. Apakah ini terlihat seperti tangan hantu??" Kata kakek itu lagi sambil tersenyum. "Se...Setahuku, tidak ada orang di rumah ini..." Kataku memberanikan diri. "Hohoho, Kakek baru datang hari ini. Jadi, mau minum teh? Malam-malam keluar rumah pasti dingin." Katanya lagi. Wajah Terry kini sedikit cerah. Tidak sepucat tadi. Ryan juga, kini ia sudah se perti biasa walaupun masih terlihat takut. "Baiklah, tapi jangan terlalu lama ya, Kek." Jawab Marry ramah. Aku yaki n, sebenarnya Marry masih sangat curiga pada kakek itu. Tapi, tak ada salahnya m inum teh. Akhirnya kami pergi ke halaman belakang rumah tersebut. Di sana tampak gubung kecil yang belum pernah kulihat. Sepertinya tiba-tiba saja muncul gubug itu. Ayo anak-anak, tunggu apa lagi? The Hangat sudah menunggu kalian. Kata Kak ek itu lagi. Tunggu, Kek.... Kata Ryan serius. Kami semua menatapnya, jangan-janga n Ryan tahu sesuatu. Apakah anda punya Play Stsion? Aku sudah 2 hari tidak main P S. Lanjut Ryan. Semua nya terdiam. Marry terlihat sangat kesal. Aku dan Terry han ya geleng-geleng kepala. Ooh, maaf nak. Saya tidak punya apa tadi?? Saya tidak mengerti apa itu. Ja wab sang Kakek dengan wajah bingung. Huuh, dasar payah. Gerutu Ryan. Untung sang K akek tidak mendengarnya. Atau mungkin lebih tepatnya sang Kakek tidak mempedulik annya. Kecurigaan Marry bertambah ketika Marry masuk ke gubug itu. Suasana gubug itu terasa dingin. Lebih dingin dari suhu di rumah induknya. Di sana hanya terdapat 4 sofa lusuh, meja kecil, tungku dan Perapian yan g belum dinyalakan. Ke...Kenapa di sini dingin...? Tanya Terry sambil menggigil me megangi jaketnya. "Mungkin karena perapiannya belum dinyalakan saja. Duduklah du lu." Kata sang Kakek. Saat perapiannya sudah menyala, tiba-tiba suasana ruangan

menjadi hangat. "Ada yang tidak beres." Kata Marry padaku. "Kenapa?" Tanyakku. " Ketika kita datang, Suhu gubug ini dingin. Tapi, sewaktu perapian di nyalakan, S uhunya berubah derastis. Menjadi lebih hangat." "Bukannya sudah biasa?" Tanyaku sambil meneguk segelas teh hangat dari s ang kakek. "Tidak, ini aneh. Seharusnya butuh waktu beberapa saat sampai hangatn ya merata." Katanya lagi. Sepertinya kini Marry lebih berhati-hati. Ia tidak men yentuh sedikitpun Teh dan Roti yang sang kakek berikan. "Marry, Khenafa khamfu f ifak fkan Roti fa?? (Marry, Kenapa kamu tidak makan rotinya??)" Tanya Terry deng an mulut penuh Roti. "Lebih baik jangan di makan dulu, kita belum tau ini aman a tau tidak." Jawab Marry hati-hati agar sang kakek tidak mendengarnya. Tiba-tiba Marry mengambil pistol air yang sudah ia bawa dan menembak san g kakek. "Marry!! Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Ryan. "Lihat!! Jubahnya!!" Jawa b Marry. Jubah sang kakek yang seharusnya basah, seketika mengering. Aku, Terry dan Ryan terpaku. "Kek...Saya Mohon, Beritahu siapa anda sebenarnya." Tanya Marr y dengan lantang, ia menyodorkan pistol airnya ke arah Kakek. "Oh, Nak. Kau sangat pintar. Maaf ya kalau Kakek membohongi kalian, kali an sangat berani pergi malam-malam ke rumah ini." Katanya sembari tersenyum. "Ja ...Jadi..Anda Hantu??" Kata ku gugup. "Ya, betul sekali. Aku dulu yang tinggal d i sini bersama istri dan seorang putriku." Jawabnya tetap Ramah. Perlahan tapi p asti, SAng Kakek mulai menunjukkan wujudnya yang sebenarnya. Seorang Pria sekita r umur 40-an, memakai baju khas bangsawan dengan seputing rokok di mulutnya. "Sebaiknya kalian tidak berada di sini. Kalian harus pulang." Katanya te tap ramah. "A...Aku tak percaya bisa berbicara dengan hantu.." Kata Terry. "Teri ma Kasih...Sir??" Kata Marry terpotong. "Sir. Nicolas Ruddy, Nona." Kata sang Ha ntu lagi. "Apakah kami bisa se-sekali bermain ke sini?" Tanya Ryan ragu. "Tidak bisa, ini bukan tempat kalian, anak-anak. Lagi pula, sebentar lagi rumah ini aka n di hancurkan." Katanya sembari tersenyum. "Aah!! Wanita itu ya?!" Kata ku. "Be nar, aku mungkin akan sangat berterima kasih apa bila kalian bisa membuat rumah ini tetap bertahan." Jawabnya. Kami diam sejenak. Tiba-tiba, Marry berkata, "Mungkin kami bisa melakuka nnya." "Oh, terima Kasih banyak nona, tapi itu tak mungkin..." Jawabnya dengan w ajah agak sedih. "Kapan tanggal penghancurannya?" Tanyaku mewakili Marry. "3 har i lagi. Tepat pada saat hari di mana anakku berulang tahun." Jawabnya. "Kami akan berusaha, Sir. Nicolas. Beri kami kesempatan!!" Tanya Terry m emberanikan diri. "Ya, betul." Kata Ryan. "Kalau begitu, Sampai besok Sir!! Ayo, kita Pulang!!" Ajak Marry. "Terima Kasih Anak-anak!!" Jawab Hantu itu. Kami lal u berlari keluar, mengambil sepeda untuk pulang, dan berdiskusi esoknya. PART 1- End

You might also like