You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kita merupakan bagian dari mayarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang ber kecimpung dan bersosialisasi di suatu wilayah. Dimana setiap wilayah tersebut memiliki berbagai ragam suku dan bahasa. Oleh karena itu begitu banyak kejadian-kejadian dan tingakah laku masyarakat yang terjadi. Contoh kejadian itu antara lain seperti : 1. 2. 3. 4. 5. Pembunuhan Kenakalan remaja Penindasan sesama manusia Kemiskinan Dan lain-lain Dari contoh di atas penulis sangat tersentuh, dan menyadari masih begitu minimnya pemikiran masyarakat kita tersebut. Padahal kita sudah berada dalam zaman yang begitu modern, dimana dizaman yang modern ini sangat banyak ilmu pengetahuan yang dapat kita peroleh dan yang dapat kita tuntut atau kita pelajari. Salah satunya sosiologi yang pada dasarnya menitik beratkan pada keadaan masyarakat dan perkembangan zaman. Didalam setiap masyarakat terdapat gejala-gejala tertentu yang lazimnya diteliti oleh ilmu-ilmu alamiah. Jika seseorang, misalnya melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara, melaksanakan kontrak-kontrak yang dibuatnya dan seterusnya, maka orang tadi melakukan tugasnya menurut hukum dan adat-istiadat. Pada abad ke-19 setiap orang ataupun kelompok begitu cenderung membicarakan masalah peperangan. Sehingga timbul pada pemikiran para filsafat untuk memikirkan

bagai mana pola pikir masyarakat dan pola kehidupan pada saat itu.setelah sekian lama ditemukanlah kata sosiologi oleh AUGUSTE COMTE, yang kemudian istilah sosiologi tersebut pada ahirnya dikembangkan oleh para ahli menurut pandangannya masingmasing 1.2 TUJUAN PENULISAN 1. 2. 3. 4. Penulis bertujuan untuk mengetahui dan mendalami teori yang setelah penulis memahaminya, penulis ingin membandingkan dengan penulis juga ingin mempraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat selain itu apabila penulis melihat atau mengalami suatu masalah

dikemukan oleh emile durkheim secara detail sehingga penulis dapat memahami. teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang lainnya. sehari-hari guna untuk memperdalam ilmu pengetahuan. tertentu dapat mengaplikasikanya dengan teori yang sudah ada, san mengupas suatu masalah itu sampai tuntas.

1.3. PEMBATASAN MASALAH pembatasan masalah yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun makalah ini mulai dari mengetahui, memahami, mengaplikasikan dan mengamalkan dalam lingkungan bermasyarakat.dikarenakan sosiologi merupakan ilmu yang berkaitan langsung dengan masyarakat yang ada disekitar kita.

1.4 METODE PENULISAN Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut : Study pustaka Dengan menggunakan metode ini penulis secara langsung mencari dan memahami dari teori yang sudah ada guna untuk mendukung data-data yang masih rumpang, sehingga tersusun data yang sistematis agar mudah di pahami dan dimengerti oleh penulis dan pembaca disekitar.

BAB II

PEMBAHASAN
David mile Durkheim (15 April 1858 - 15 November 1917) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Anne Sociologique pada 1896. Durkheim dilahirkan di pinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya. Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke cole Normale Suprieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurs dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis,

yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrgation syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik. Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan Pembagian Kerja dalam Masyarakat, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan Aturan-aturan Metode Sosiologis, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus

dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Anne Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa

dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan Bunuh Diri, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar kuliahkuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan. Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negarainya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, Ren, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi

oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.

KONSEP PEMIKIRAN EMILE DURKHEIM TENTANG MASYARAKAT 1. FAKTA SOSIAL Kata ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-19 oleh sosiolog Perancis mileDurkheim dan banyak mempengaruhi analisa Durkheim (dan para pengikutnya)ketika dalam meneliti masyarakat antara lain (Ritzer 2000:73) mengatakan struktur sosial, norma kebudayaan, dan nilai sosial yang dimasukan dan dipaksakan (koersi) kepada pelaku sosial. Durkheim bertujuan agar sosiologi memiliki dasar positivisme yang kuat, sebagai ilmu di antara ilmu yang lain. Ia berpendapat bahwa setiap ilmu tertentu harus memiliki subyek pembahasan yang unik dan berbeda dengan ilmu lain, namun harus dapat diteliti secara empiris. Durkheim mengemukakan tiga karakteristik fakta sosial yang berbeda. Pertama, gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu. Sesudah memberikan contoh mengenai fakta sosial itu (bahasa, system moneter, norma norma profesional, dll), Durkheim menegaskan bahwa Ini merupakan cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang memperlihatkan sifat patut dilihat sebagai sesuatu yang berada di luar kesadaran individu. Kedua, bahwa fakta sosial itu memaksa individu. Jelas bagi Durkheim bahwa individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong, atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang Durkheim katakan : Tipe tipe perilaku atau berfikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya mereka memaksa individu terlepas dari kemauan individu titu sendiri. Ini tidak berarti bahwa individu itu harus mengalami paksaan fakta sosial dengan cara yang negatif atau membatasi seperti memaksa seseorang untuk berperilaku yang bertentangan dengan kemauannya. Karakteristik fakta sosial yang ketiga, adalah bahwa fakta itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam satu masyarakat. Dengan kata lain, fakta sosial itu merupakan milik bersama, bukan sifat

individu perorangan. Sifat umumnya ini bukan sekedar hasil dari penjumlahan beberapa fakta individu. Fakta sosial benar benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap

individu merupakan hasil dari sifat kolektifnya ini. Durkheim ingin menegakkan pentingnya tingkat social daripada menarik kenyataan sosial dari karakteristik individu.Dalam buku Rules of Sociological Method, Durkheim menulis: "Fakta social adalah setiap cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu." 2. SOLIDARITAS SOSIAL Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim (18581917)dalam mengembangkan teori sosiologi. Durkheim (dalam Lawang, 1994:181) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara ndividu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri: (1) Yang satu mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat, karena individu tergantung dari bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut. (2) Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda

dan khusus, yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan. (3) dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan. Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:

(1) SOLIDARITAS SOSIAL MEKANIK Pandangan Durkheim mengenai masyarakat adalah sesuatu yang hidup, masyrakat berpikir dan bertingkah laku dihadapkan kepada gejala gejala sosial atau fakta-fakta sosial yang seolah-olah berada di luar individu. Fakta sosial yang berada di luar individu memiliki kekuatan untuk memaksa. Pada awalnya, fakta sosial berasal dari pikiran atau tingkah laku individu, namun terdapat pula pikiran dan tingkah laku yang sama dari individu-individu yang lain, sehingga menjadi tingkah laku dan pikiran

masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disesbabkan oleh sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu. (2) SOLIDARITAS SOSIAL ORGANIK Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum. Titik tolak perubahan tersebut berasal dari revolusi industri yang meluas dan sangat pesat dalam masyarakat. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak menimbulkan adanya disintegrasi dalam masyarakat, melainkan dasar integrasi sosial sedang mengalami perubahan ke satu bentuk solidaritas yang baru, yaitu solidaritas organik. Bentuk ini benar-benar didasarkan pada saling ketergantungan diantara bagianbagian yang terspesialisasi.

BAB III PENUTUP


1.1 KESIMPULAN
.

1.2SARAN
1. 2. 3. Penulis berharap kita dapat mempelajari tata cara dalam berusaha. Penulis berharap kita dapat menanamkan sikap kejujuran dan keberanian Mau menerima saran dan kritik dari orang lain.

dalam menjalankan usaha apapun.

You might also like