Dosen Pemandu : PROF. DR. H. Karim Rachim. M.Si DR. Andi Bunyamin. M.Ag
PROGRAM PASCASAR1ANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2011
BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Setelah tumbangnya ideologi komunis (blok timur) sebagai lawan dari kapitalis (blok barat), islam muncul atau dimunculkan sebagai tandingan ideologi barat, hal ini disatu sisi meresahkan umat islam, sebab islam dipaksa menanggung resiko yang tidak ringan. Islam diberbagai belahan dunia disudutkan dengan bermacam cap, bahkan lebih celaka lagi umat islam sendiri mengalami islamophobia merasakan menampakkan simbol-simbol keislamannya. Dilain pihak umat islam merasa tertantang dan bangga dengan adanya stigma tersebut, bahkan umat islam ada yang terjangkit penyakit uIoria sebagian islam ada yang ingin menginginkan islamisasi di segala bidang, bahkan dalam bidang-bidang ilpeng yang di anggap sebagai produk sekuler, tidak terkecuali ilmu psiqologi. Semangat islamisasi ilmu itu tergambar jelas dalam pernyataan ProI. Muhammad Qutub, seorang pemikir ternama mesir. Ia mengatakan bahwa kita umat islam tidak memerlukan psikoligi modern, sebab ilmu itu dengan cabang-cabangnya merupakan kumpulan teori dan praktekdari peradapan asing dan kaIir . 1 Usulan itu oleh DR. Malik badri di anggap sebagai tindakan yang berlebihan, sebab hal itu seperti menyuruh membuang barang berharga bersamaan dengan barang yang berguna, membuang berlian dengan sampah, atau marah kepada nyamuk,kemudian membakar kelambu. Padahal kita tau bahwa psikologi sebagai di siplin ilmu baru muncul pada akhir abad ke-18 M. namun akar-akarnya menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitiI umat manusia sejak saman dahulu kala. Bahkan islampun memberikan kepada psikologi, antara lain melalui ide-ide Ibnu sina tentang ilmu pengobatan jiwa, ide ibnu siirin tentang teIsir mimpi, al Ghosali dan al Muhasibi tentang kajian
1 Achmad Mubarok 5olosl ktlsls ketobooloo Moooslo MoJeto Ilwo Jolom Al Ootoo !akarLa aramadlna 2000 hlm 264 kepribadian yang banyak di serap psikologi modern (barat) sehingga jika membuang ilmu psikologi modern, terbuang juga warisan islam di dalamnya, (Hasan Langgulung, ibid). Pada tahun lima puluhan di amerikamuncul gerakan psikologi islam. Gerakan ini menurut langgulung, pada umumnya hanyalah satu bagian dari suatu gerakan yang menyeluruh yang berusaha menentang dan menunjukan alternatiI lain terhadap konsepsi manusia. Namun di akui bahwa psikologi islam masih mengandung banyak problem yang harus di carikan solusinya, di antaranya problem nama, konsep, sistem dll. Dari segi istilah nama beberapa ahli ada yang menamai psikologi islam oleh jamaluddin ancok, psikolgi Iitrah oleh Iuad nasori psikologi tasawuI olehkomaruddin hidayah, naIsiologi oleh sukanto mulyomartono. B. #:m:san masalah Setelah melihat latar belakang diatas maka penulis mencoba mengambil beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas pada makalah kali ini, diantaranya : 1. Apa pengertian Psikologi Islam? 2. Sampai dimana ruang lingkup psikologi Islam? 3. Apa ManIaat dan tujuan? 4. Apa relasi Psikologi Islam dengan ilmu-ilmu terkait? 5. Apa perbedaan antara psikologi barat dan psikologi Islam?
BAB II PEMBAHASAN Psikologi agama merupakan satu bagian kajian psikologi secara menyeluruh, yang membahas masalah-masalah kejiwaan yang berkaitan dengan keyakinan seseorang. Agama yang sering dijadikan alternatiI pemecahan masalah bagi kehidupan, menjadi sangat penting bagi manusia. Sebab dengan agama manusia dapat menyelesaikan gejolak hatinya yang berkaitan dnegan jiwa dan kehidupan praktis mereka. Kekayaan, jabatan, kekuasaan dan segala bentuk kenikmatan duniawi, tidak menjadi jaminan bagi manusia untuk dapat menyelesaikan masalah dalam hidupnya. 2
Apabila seseorang tergolong pada manusia yang baik, maka penyelesaian-nya adalah dengan agama, tetapi jika sebaliknya, maka pelariannya adalah pada hal-hal yang bersiIat negatiI. Untuk itu agama bagi kebanyakan orang adalah alternatiI yang layak untuk dijadikan sebagai pandangan hidup (way oI liIe). Dengan demikian agama sangat berkaitan dengan jiwa seseorang. Untuk itu kajian psikologi yang mempelajari gejala tingkah laku seseorang akan mempelajari pula tentang gejala keberagamaannya. Karena beragama tidak dapat dipisahkan dari hati atau keadaan jiwa seseorang, maka antara agama dan jiwanya merupakan dua hal yang berbeda dalam satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dari asumsi di atas, maka kajian psikologi agama merupakan cakupan dari dua bagaian yang berbeda, hal ini berlainan dengan cabang-cabang psikologi lainnya. Dimana jika psikologi secara umum mengkaji tentang gejala psikis dan kaitannya dengan tingkahlaku seseorang serta bersiIat empiris, maka agama lebih dari bersiIat metaIisis. Jalaludin dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Agama, mengatakan bahwa ilmu niwa agama merangkum dua bidang kajian yang berbeda, yaitu ilmu jiwa dan agama. Meskipun kedua bidang tersebut sama-sama mencakup masalah-masalah
2 Asep Abdullah MA bttp//kojlooJootelooblslombloqspotcom (dlakses /2008/07/dlnamlkapslkologlagamahLml) yang berkaitan dengan kehidupan batin seseorang, akan tetapi dari sisi tertentu terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Dimana masalah kejiwaan manusia dikajai berdasarkan kajian empiris yang bersiIat proIan, sedangkan agama sebaliknya mengandung kepercayaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai moral yang sulit untuk dikaji secara empiris. Dari perbedaan tersebut di atas, maka terjadi pertentangan antara para ilmuan psikologi dan para agamawan. Hal itu terjadi karena kedua bidang tersebut memiliki metodologi tersendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Dimana para ahli psikologi menolak, karena agama tidak dapat dikaji secara empiris dal ilmiah, dengan alasan agama mengandung nuansa simbolik yang bersiIat abstrak. Demikian pula kaum agamawan, mereka tidak sepakat apabila agama dikaji secara empiris psikologi, karena mereka khawatir agama akan kehilangan kesakralannya dan kajian psikologi mempengaruhi norma-norma agama yang telah diyakini oleh seseorang. Namun demikian pertentangan antara para ahli psikologi dan para agamawan ahirnya terselesaikan pada sekitar akhir abad ke 19, yakni ketika munculnya pendapat William James yang memberikan kuliah di bebrapa universitas di Skotlandia. Tulisan James yang berjudul Varieties oI Religious Eksperience, telah memberikan kesan positiI atas berkembangnya psikologi agama. James beranggapan bahwa psikologi merupakan salah satu metoda untuk mengembangkan pemahaman keagamaan. Untuk itu James menegaskan bahwa Iungsi yang paling esensial bagi para ahli psikologi adlah mengkaji dan mengamati keagamaan tanpa melibatkan dirinya dalam penilaian terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama atau memuji nilai-nilai agama. Berbeda dengan James, Zakiah Darajat berpendapat bahwa ilmu jiwa agama adalah sebuah ilmu yang mengkaji, meneliti, dan menelaah tentang kehidupan beragama seseorang dan mempelajarinya seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu ilmu jiwa agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agam pada seseorang, dan Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. A. Pengertian Psikologi Secara etimologi, psikologi memiliki arti ilmu-ilmu tentang jiwa. Dalam Islam, istilah jiwa memiliki padanan dengan kata nafs, meski ada juga yang menyamakan dengan istilah ruh. Namun begitu, istilah nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah ruh. Dan dengan demikian, psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al nafs atau ilmu al ruh. 3
Selanjutnya, istilah ilmu al naIs banyak dipakai dalam literatur psikologi Islam, meskipun sebenarnya term al naIs tidak dapat disamakan dengan istilah-istilah psikologi kontemporer seperti soul atau psyche. Hal demikian dikarenakan al naIs merupakan gabungan substansi jasmani dan ruhani, sedangkan soul dan psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia. 4
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang relatiI baru, psikologi baru dikenal pada akhir abad ke-18 M, meskipun akarnya telah menghujam jauh ke dalam kehidupan primitive umat manusia sejak zaman dahulu kala. Plato sudah mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, sedangkan badannya hanyalah sekedar alat saja. Aristoteles, berbeda dengan Plato, juga pernah mengatakan bahwa jiwa adalah Iungsi dari badan seperti halnya penglihatan adalah Iungsi dari mata. 5
Meskipun kajian tentang jiwa sudah ada sejak zaman Plato di Yunani, namun kajian tentang jiwa tersebut selanjutnya 'menghilang bersama dengan runtuhnya peradaban Yunani. Kemudian ketika pemikir-pemikir Islam mengisi panggung sejarah melalui gerakan penterjemahan dan kemudian komentar serta karya orisinil
3 Abdul Mujib, et.al., Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja GraIindo Persada, 2001, hlm. 3 4 blJ 3 3 Achmad Mubarok 5olosl ktlsls ketobooloo Moooslo MoJeto Ilwo Jolom Al Ootoo !akarLa aramadlna 2000 hlm 261 LlhaL [uga Abdul Mu[lb etol loc clt yang dilakukan pada masa Daulah Abbasysyiyah, esensi dari pemikiran Yunani diangkat dan diperkaya. 6
Namun begitu, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pemahaman jiwa (naIs) oleh Islam para Ulama` generasi pertama tidaklah diilhami dari pemikiran Yunani, tetapi dari al Qur`an dan Hadits. Hal ini bisa kita lihat dalam al Qur`an yang menyebut kata naIs tidak kurang dari 300 kali. Demikian pula dalam hadits, kata naIs banyak sekali di sebut. Dalam perkembangannya, kaitannya dengan upaya membangun kesehatan mental manusia, kajian naIs ternyata bukan psikologi seperti yang kita kenal saat ini, tetapi tasawuI dan akhlak, yakni ilmu yang menekankan naIs sebagai siIat yang tercela yang perlu disucikan (tazkiyah al naIs) agar menjadi naIs yang sehat (naIs al muthma`innah). 7
Terlepas dari itu semua, ilmu psikologi seharusnya dilihat sebagai upaya manusia untuk membuka rahasia sunnatullah yang bekerja pada diri manusia (ayat- ayat naIsaniyah) dalam arti menemukan berbagai asas, unsur, proses, Iungsi, dan hukum-hukum di seputar kejiwaan manusia. Berangkat dari asumsi di atas, kiranya 'PR yang perlu dikerjakan adalah menjadikan psikologi agar dapat digunakan untuk menerangkan berbagai problem yang dihadapi oleh kaum Muslimin dalam kehidupan kesehariannya, melakukan telaah kritis terhadap konsep-konsep dan teori-teori psikologi yang dipandang menyimpang dari ajaran Islam, kemudian menawarkan konsep alternatiI tentang psikologi yang lebih sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat disebut Psikologi Islami atau Psikologi Islam, meskipun sampai sejauh ini belum ada kesepakatan tentang penyebutan nama, apakah menggunakan nama Psikologi Islami atau Psikologi Islam.
6 Achmad Mubarok Op clt hlm 262 7 blJ Dari kenyataan tersebut dapat dipahami bahwa ilmu Psikologi Islam seperti halnya Sosiologi Islam masih dalam proses pembangunan, dan belum mewujud sebagai sains. 'Kebaruan ini bukan berarti topik tentang psyche, naIs, atau jiwa belum dijamah oleh dunia keilmuan Islam, melainkan karena sejarah keilmuan yang berbeda. 8
Perbedaan yang lain adalah dalam rumusan konsep manusia dan cara mendekatinya. Psikologi Barat semata-mata menggunakan kemampuan intelektual untuk menemukan dan mengungkapakan asas-asas kejiwaan, sementara Psikologi Islam mendekatinya dengan memIungsikan akal dan keimanan sekaligus. 9
Walaupun demikian, sebagai ilmu yang masih dalam proses pembangunan, jika ingin menghasilkan suatu pendekatan baru dalam khasanah Psikologi Islam, maka langkah yang paling tepat bukan memulainya dari nol, melainkan dimulai dari penemuan dan teori psikologi Barat kontemporer. Berangkat dari asumsi demikian, kiranya ada dua model pendekatan, Pertama, psikologi sebagai pisau analisis dalam menghadapi masalah-masalah yang berkembang di kalangan Umat Islam. Kedua, Islam dijadikan sebagai alat untuk menilai konsep-konsep psikologi Barat kontemporer. 10
Diatas itu semua, semangat pengembangan Psikologi Islam hendaknya tetap mengacu pada beberapa hal, diantaranya: 1. Psikologi Islami adalah merupakan ilmu yang berbicara tentang manusia, terutama masalah kepribadian manusia, yang bersiIat IilsaIat, teori, metodologi dan pendekatan problem dengan didasari sumber- sumber Iormal Islam (al Qur`an dan Hadits), akal, indera dan intuisi. 11
8 blJ hlm 261 9 blJ hlm 263 10 Abdul Mu[lb etol Op clt hlm 12 11 !amaluddln Ancok lslkoloql slom ?ogyakarLa usLaka ela[ar 1994 hlm 144 2. Psikologi Islami adalah konsep psikologi modern yang telah melalui proses Iilterisasi dan didalamnya terdapat wawasan Islam. 12
3. Psikologi Islami adalah perspektiI Islam terhadap psikologi modern dengan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai atau bertentangan dengan Islam. 13
4. Psikologi Islami ialah ilmu tentang manusia yang kerangka konsepnya benar-benar dibangun dengan semangat Islam dan bersandarkan pada sumber Iormal (al Qur`an dan Hadits) yang dibangun dengan memenuhi syarat-syarat ilmiah. 14
5. Psikologi Islam merupakan corak psikologi yang berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan. 15
Dengan demikian, jika psikologi mempunyai tugas mencakup, menguraikan, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku manusia, maka psikologi Islam masih memiliki tugas tambahan, yaitu pengembangan psikologi Islam. Dalam hal ini psikologi Islam harus menempatkan agama sebagai pijakan ilmu. Selain itu, psikologi Islam juga harus mampu merumuskan asas-asas kejiwaan dari al Qur`an dan Hadits, yaitu yang berkaitan dengan karakter manusia sebagaimana yang telah banyak disebutkan dalam al Qur`an, seperti dlaiI (lemah), jahl (bodoh), halu` (terburu-buru), zhulm (sewenang-wenang), kaIIar (banyak menentang), kanud (tindak pandai berterimakasih), ghalidl al qalbi (keras dan kasar
12 blJ hlm 146 13 blJ 14 blJ 13 blJ hlm 148 hati), qalbun salim (hati yang bersih), Ii qulubihim maridl (penyakit hati), lahiyah al qulub (hati yang lalai), ru`Iah wa rahmah (cinta dan kasih saying) dan lain-lain. 16
Psikologi Islami juga harus mengkaji amalan-amalan yang telah dilaksanakan umat Islam yang disinyalir memiliki pijakan psikologis. Dalam bidang konseling misalnya, meski para Ulama` tidak mengenal teori Bimbingan dan Konseling modern, tetapi terapi psikologi bukanlah sesuatu yang asing bagi para kiai. Boleh jadi paradigma yang digunakan oleh para kiai tersebut berbeda dengan paradigma psikologi modern, melainkan paradigma tasawuI dan akhlak, tetapi tidak bisa dibantah bahwa tujuan tausiyah para kiai tersebut adalah memberikan solusi atas problem-problem psikologi yang dihadapi. Jadi, jika ruang lingkup psikologi modern terbatas pada tiga dimensi; Iisik- biologi, kejiwaan dan sosio-kultural, maka ruang lingkup psikologi Islami di samping tiga dimensi tersebut juga mencakup dimensi keruhanian, dimensi spiritual, suatu wilayah yang tidak pernah disentuh oleh psikologi Barat karena perbedaan pijakan. 17
B. #:ang Lingk:5 Psikologi Islam. Jika ruang liangkup psikologi modern terbatas pada tiga dimensi; Iisik- biologis, kejiwaan dan sosio kultural, maka ruang lingkup psikiologi islam disamping tiga hal tersebut juga mencakup dimensi kerohanian, dimensi spiritual, suatu wilayah yang tak pernah disentuh oleh psikologi barat karena perbedaan pijakan. Psikologi islam akan menkaji jiwa dengan memperhatikan badan, keadaan badan manusia sebagai cerminan jiwanya, jadi ekspresi badan adalah salah satu Ienomena kaejiawaan. Dalam merumuskan siapa manusia, psikologi islam tidak hanya melihat dari aspek prilaku badannya saja. Psikologi islam bermaksuk menjelaskan manusia dengan memulai dari apa kata Tuhan tentang manusia, sebab dalam diri manusia terdapat kompleksitas yang hanya Tuhannlah yang mampu memahaminya.
16 Achmad Mubarok Op clt hlm 267 17 blJ hlm 270 Kajian tentang manusia meliputi komponen-komponen yang oleh para ilmuwan islam berbeda pendapat tentang apa saja, kedudukan dan Iungsi dari komponen-komponen tersebut. Abdul Razak Al- Kasyani, misalnya mejelaskan bahwa komponen- komponen yang ada dalam diri manusia meliputi ruh, jiwa, hati, dan akal. Menurut Al-Kasyani pada awalnya adalah substansi ruh dan substansi jasad. Setelah keduanya sulit berkomunikasi diciptakanlah jiwa yang merupakan perantara tubuh/jasad dengan ruh. Bisa dikatakan bahwa jiwa terletak antara tubuh dan ruh. Selanjutnya, letak dari hati adalah antara jiwa dan ruh. Selain Al-Kasyani, banyak ahli yang memiliki pandangan tentangan struktur komponen jiwa manusia. Amir bin Usman Al-Makky, sebagaimana diungkapkan oleh Shigeru Kamada, membagi komponen manusia terdiri dari empat tataran, yaitu: raga (tan), qalbu (dil), ruh (jan), dan rahasia (sir). Imam Al-Gazali menghadirkan istilah-istilah ruh, akal, hati, naIsu syahwat, dan naIsu ghadhab. Hati adalah raja, akal adalah perdana menteri, naIsu syahwat adalah tax collector pengumpul pajak, sedangkan naIsu ghadhab adalah diumpamakan sebagai polisi. Ruh adalah bagian akal yang paling tinggi. Senada dengan Al-Gazali adalah Abdul Mujib dan YusuI Mudzakkir membagi komponen rohani atas qalbu, akal, dan naIsu. 18 Sedikit berbeda dengan pandangan Al-Gazali, Abdul Mujib dan YusuI Mudzakkir, Ahmad Mubarak menegaskan bahwa subsistem jiwa terdiri atas: qalbu, ruh, akal dan basyrah. Qalbu adalah alat untuk memahami realita dan nilai-nilai. Qalbu memiliki karakter tidak konsisten. Akal merupakan alat potensi untuk menerima ilmu pengetahuan. Ruh merupakan substansi dalam jiwa manusia yang memliki siIat-siIat positiI secara alamiah. Terakhir adalah basyirah, yaitu ketajaman hati atau kecerdasan dan kemantapan dalam agama, dan keyakinan dalam hal agama dan realitas. 19
Menyikapi berbagai uraian diatas, bahwa ruang lingkup psikologi islam pada awalnya adalah manusia yang memiliki dua substansi asal, yatu ruh dan tubuh (jasad,
18 luad nasarl loteoslloteosl Moooslo (pusLka pela[ar 2004) hlmn111112 19 A Mubarak Ilwo uolom AlOotoo (paramadlna 2006) hlmn 109112 jism). Ketika keduanya bertemu, maka lahirlah substansi ketiga yaitu jiwa. Jiwa ini bukanlah alat, tetapi ia merupakan sub sistem dimana komponen-komponen yang ada didalam dirinya berada dalam wadaq jiwa itu. Wadaq jiwa tersebut terdiri atas qalbu, akal, dan naIsu. Bagaimana kualitas jiwa sangat bergantung kepada tingkat berIungsinya alat-alat yang bekerja dalam wadaq jiwa tersebut. C. anfaat dan t::an. Paling tidak terdapat dua latar belakang bagi perlunya kehadiran psikologi islam yang telah banyak disebutkan oleh para ahli psikologi, yang pertama, islam mempunyai sudut pandang yang Iundamental terhadap diri manusia dan segala keadaannya, berbeda dengan sudut pandang psikologi konvensional (barat) baik dari aspek IilosoIi, metodologi, dan pendekatannya. Al-qur`an sebagai sumber pertama islam mempunyai pandangan-pandangan sendiri tentang manusia, melalui Al-Qur`an Allah memberitahukan banyak tentang rahasia-rahasia manusia. Untuk mengetahui tentang hakikat manusia secara IilosoIis Al-Qur`an menjadi acuan utama bagi pengembangan ilmu psikologi. Psikologi barat yang berkembang saat ini mempunyai kelemahan- kelemahan yang bersiIat Iundamentalis, baik secara IilosoIis maupun secara praktis. Psiko analisis Sigmund Freud ,menganggap sinting (delusi) orang yang percaya Tuhan dan aliran behavioristik tidak peduli akan adanya Tuhan. Hal ini akan memdorong akan pentingnya adantya psikologi yag berwawasan theosentris (berketuhanan) yaitu psikologi islam. Alasan kedua adalah adanya kesadaran bahwa psikologi modern menghadapi beragam krisis. Ahli-ahli psikologi modern baik dari kalangan muslim maupun non muslim telah melontarkan sejumlah kritik terhadap psikologi modern. Malik B. Badri seorang ilmuwan muslim dari Sudan telah melakukan koreksi teoritis dan praktis terhadap psikologi modern. Bahkan Gordon Westland (1978) seorang ilmuwan psikologi barat memandang bahwa krisis psikologi modern telah berkembang sedemikian jauh hingga dapat dikategorikan menjadi berbagai macam krisis. Diantaranya adalah krisis kegunaan (The useIullness crisis), krisis laboratorium (Laboratory crisis), krisis IilsaIat (The philosophical crisis), krisis proIesi (The proIessional crisis), krisis etika (The ethical crisis), dan krisis resolusi (The resolution crisis). 20
Tugas psikologi islam berbeda debgan psikologi barat, psikologi barat hanya menerangkan (explanation) memprediksi (prediction) dan mengontrol (countroling) terhadap prilaku manusia. Sedang psikologi islam menerangkan, memprediksi, mengontrol dan mengarahkan untuk memperolrh ridho Allah. Jadi misi utama psikologi islam adalah menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecenderungan alaminya dan Iitrahnya untuk kembali kepada Allah SWT. Psikologi islam dibangun dengan menggunakan Al-Qur`an sebagain acuan utamanya dan Al-qur`an diturunkan bukan semata-mata untuk umat islam melainkan untuk kebaikan manusia 21 karena itu psikologi islam dibangun dengan arah untuk kesejahteraan manusia. Tujuan utama pengembangan psikologi islam adlah untuk memcahkan problem dan mengembangkan potensi individual dan komunal manusia melalui cara yang tepat dalam memahami hidup mereka. 22
D. #elasi Psikologi dengan Ilm:ilm: terkait Psikologi adalah ilmu yang sangat erat kaitannya dengan ilmu- ilmu lain. Hubungan psikologi dengan ilmu lain dapat dikatakan seperti simbiosis mutualisme, yaitu saling membantu, saling mengisi satu sama lain. Untuk yang pertama, kita akan membahas keterkaitan antara psikologi dengan sosiologi.. - hubungan psikologi dengan sosiologi? Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku hubungan antar individu, dan antar individu dan kelompok dalam perilaku social. Melihat pengertian
20 !amaluddln Ancok dan luad nasorl 1993 139 21 (CS 14 1) 22 8udy dalam http.//rudy.isgreat.org/ (diakses pada tanggal 8 Iebruary 2008) sosiologi jelas hubungan psikologi dan sosiologi amat erat. Lalu seiring berjalannya waktu kita lebih mudah mengatakan psikologi social karena kita melihat hubungan yang erat antar kedua ilmu tsb. Namun psikolog social ternyata berbeda dengan psikologi dan sosiologi. Perbedaannya psikologi social mempelajari tingkah laku/perilaku individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya, objeknya pada individu tersebut. Psikologi dan Sosiologi sama- sama mempelajari perilaku hubungan antar individu. Jadi psikologi sangat erat hubungannya dengan sosiologi. - Apa hubungan psikologi dengan antropologi? Menurut kamus Bahasa Indonesia, antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal- usul manusia, kepercayaannya, bentuk Iisik, warna kulit, dan budayanya di masa silam. Karena eratnya hubungan psikologi dan antropologi sehingga muncullah sub ilmu yang salah satunya bernama anthropology in mental health, pada sub ilmu ini sangat terlihat bahwa psikologi dan antropologi saling terkait, seperti contoh bahwa penyakit jiwa tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kelainan biologis namun juga oleh emosi atau mental yang tertekan sehingga membuat orang tersebut mengalami penyakit jiwa, keadaan jiwa manusia itu tergantung pada aspek- aspek social budaya. Disini terlihat bahwa antara psikologi dan antropologi saling terkait. - Apa hubungan psikologi dengan politik? Mungkin dalam pikiran kita, penuh tanda tanya. lho apa hubungannya psikologi dengan politik?, Ternyata psikologi ada hubungannya dengan psikologi dengan politik, dalam hal ini yang banyak hubungannya dengan politik adalah psikologi social, dalam hal politik psikologi berIungsi untuk memahami perilaku para pelaku politik agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik juga untuk memperlihatkan sikap atau respon yang diberikan oleh masyarakat sehingga pelaku politik bisa mempelajarinya agar pelaku politik dapat member yang terbaik kepada masyarakat. Sikap yang ditunjukkan oleh para masyarakat terhadap para pelaku politik inilah yang diuraikan psikologi social. - Apa hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi? Hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi mungkin hampir sama dengan psikologi social, karena dalam hal ini komunikasi mempelajari peristiwa social yang terjadi ketika manusia melakukan interaksi pada lingkungannya. Sehingga disini terlihat jelas bahwa erat hubungan antara psikologi dan ilmu komunikasi, yaitu pada intinya mempelajari interaksi manusia kepada lingkungannya. - Apa hubungan psikologi dengan biologi? Dilihat secara objeknya, psikologi mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan biologi mempelajari tentang jasmani/Iisik. Disini jasmani/Iisik sangat mempengaruhi kondisi psikis/tingkah laku manusia, sebagai contoh: apabila kita sedang sakit, maka kita akan cenderung menjadi pendiam karena badan kita lemas. Jadi psikologi dengan biologi juga hubungannya erat. - Apa hubungan psikologi dengan ilmu alam? Kaitan psikologi dengan ilmu alam adalah pada tahun sebelumnya psikologi terbentuk sangat terpengaruh dengan ilmu alam. Namun kemudian psikologi menyadari bahwa objek pembelajarannya adalah manusia dan tingkah lakunya. - Apa hubungannya psikologi dengan IilsaIat..? FilsaIat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran yang sedalam- dalamnya. Sebenarnya psikologi adalah salah satu bagian dari IilsaIat. Jadi psikologi dengan IilsaIat hubungannya sangat erat karena psikologi merupakan bagian dari ilmu IilsaIat. - Apa hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan? Psikologi dan ilmu pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pendidikan atau proses belajar mengajar akan baik apabila seorang guru mengerti keadaan psikis setiap anak melalui respon maupun perkembangan pola pikir anak tsb . Perbedaan Psikologi Barat dan 5sikologi Islam Dalam psikologi Barat, psikologi bekerja mengurai tentang tingkah laku, memprediksi dan terkadang mengendalikan tingkah laku yang bersiIat horisontal. Sementara dalam Islam yang diwakili ilmu akhlak dan tasawuI --dua Ilmu yang berbicara tentang jiwa-- berbicara bagaimana mengubah tingkah laku menjadi baik dan bagaimana jiwa dekat dengan Tuhan. Jika Psikologi Barat berbicara tentang perilaku yang nampak (nyatanya), Psikologi Islam berbicara tentang manusia seutuhnya (ideal) dengan mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang dimiliki. Dalam tinjauan agak spesiIik, Psikologi Barat sudah tidak lagi memadai untuk meneliti kejiwaan keberagamaan seseorang, seperti kegagalannya memahami Ienomena revolusi Islam Iran pada masa Khomaeni. Pada saat itu, kematian sebagai syahid menjadi dambaan setiap masyarakat Iran, sehingga lahirlah gagasan atau aliran the indigenous psikologi atau psikologi pribumi sebagai revisi terhadap kekeliruan psikologi Barat. Perbedaan lain antara keduanya adalah pada ranah metodologi. Kalau Psikologi Barat adalah hasil renungan dan eksperimen labolatorium, sedangkan psikologi Islam, sumber inIormasi utamanya adalah Alquran, Hadis Nabi saw, Iilsawat dan tasawuI untuk kemudian dijadikan barometer penghayatan dan pengalaman kejiwaan, serta eksperimentasi labolatorium sebagai upaya veriIikasi, IalsiIikasi dan perbandingan seperti yang dilakukan para psikolog Barat. Karena itu, --paling tidak untuk sementara ini-- dibanding eksperimentasi labolatorium, ahli-ahli psikologi Islam lebih banyak mengutip dalil Alquran dan Hadis serta warisan-warisan (turats) klasik Islam. Ketika berbicara kecerdasan spiritual misalnya, psikologi Barat nampak kering. Tetapi psikologi Islam yang berbasis wahyu, kecerdasan spiritual itu dibahas sangat mendalam, luas dan indah. Kenapa? Karena dimensi spiritual merupakan wilayah agama. Namun kita harus akui, meskipun baju Psikologi Barat nampak ada bolong di sana-sini, kiprahnya hingga kini tetap masih dominan dan populer. Karena kepopuleran dan kekokohan bangunan teorinya, sebagian besar psikolog berbasis psikologi Barat tidak mau mengakui kelahiran adik barunya, Psikologi Islam. Bahkan oleh mereka, adik baru ini dianggap sebagai anak haram yang tidak ilmiah. Sebagian mereka nampak tidak dewasa, cemburu, tidak suka dan khawatir keberadaan sang adik nanti akan melindas eksistensinya yang sudah mapan. Sebagian lagi nampak lebih dewasa, bahkan menaruh harapan baru pada sang adik, Psikologi Islam, yang baru lahir begitu didambakan oleh banyak orang. Mereka dengan gembira menyambut kehadirannya dan menerimanya sebagai anggota baru dari The big Iamily oI psychology. Sang adik diharapkan dapat menjadi mazhab pelengkap dan alternatiI dari mazhab-mazhab psikologi yang ada sekarang, terutama pada tingkat psikologi terapan. Maka, terlepas dari pro dan kontra kakak-kakaknya, Psikologi Barat sangat berjasa besar terhadap kelahiran Psikologi Islam. Tanpa Psikologi Barat, kelahiran Psikologi Islam pasti akan terus menjadi wacana, dan karena itu, ia tidak dapat berdiri sendiri. Jadi, sebesar apapun kelak Psikologi Islam eksis, secara historis, tidak akan pernah bisa lepas dari psikologi Barat. Ia datang sebagai alternatiI dan pelengkap, bukan sebagai saingan atau lawan. Namun, di tengah optimisme kelahiran Psikologi Islam sebagai disiplin keilmuan yang kokoh, kita patut merenungkan apa yang pernah dilontarkan oleh P. Huntington, ProIesor di Harvard University, dalam bukunya 'The Crash oI Civilization. Ia menyebutnya akan ada benturan antar peradaban dunia Islam dengan Barat. Ia meramalkan secara simplistis bahwa peta peradaban dunia akan berubah menjadi tiga sekte besar: Islam, Kristen dan KonIusianisme. Islam mewakili masyarakat dan pikiran kaum muslimin (yang sebagian di negara ketiga dan dunia belahan Timur) dan Kristen mewakili budaya dan masyarakat dunia Barat dan Eropa, serta KonIusianisme mewakili China, Jepang dan sejenis ajarannya. Terlepas dari akan terbukti atau tidak hipotesis Huntington tersebut, para ilmuan, pemerhati dan peminat psikologi Islam patut mengantisipasi, bagaimana jika hal ini benar-benar terjadi? Setelah runtuhnya komunisme, maka musuh terbesar Barat diramalkan adalah Islam. Paling tidak, dunia Barat nampak berusaha mengarahkan perkembangan dunia ke arah prediksi P. Huntington, dan menganggap Islam --minimal Iran saat ini-- sebagai ancaman terbesar dunia Barat ke depan. 23
Dalam hal lain Ridwan Hardiawan menambahkan beberapa perbedaan antara kedua aliaran psikologi tersebut. Diantaranya : 1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur`an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menaIsirkan kitab suci. 2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.
23 http.//psi-islami.blogspot.com (diakses pada /2006/06/ 3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT. 24
24 8ldwan hasan bttp//wwwottlkelpslkoloqlssootsooscom/ (dlakses pada Langgal 7 mareL 2009) BAB III KSIMPULAN 1. Apa pengertian Psikologi Islam? Secara etimologi, psikologi memiliki arti ilmu-ilmu tentang jiwa, Psikologi Islam merupakan corak psikologi yang berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan 2. Sampai dimana ruang lingkup psikologi Islam? Ada 3 hal ruang lingkup psikologi secara keseluruhan yaitu Iisik/biologis, kejiawaan, dan sosiao cultural. ruang lingkup psikiologi islam disamping tiga hal tersebut juga mencakup dimensi kerohanian, dimensi spiritual, suatu wilayah yang tak pernah disentuh oleh psikologi barat karena perbedaan pijakan. 3. Apa ManIaat dan tujuan? psikologi islam adalah menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecenderungan alaminya dan Iitrahnya untuk kembali kepada Allah SWT. Psikologi islam dibangun dengan menggunakan Al-Qur`an sebagain acuan utamanya dan Al-qur`an diturunkan bukan semata-mata untuk umat islam melainkan untuk kebaikan manusia karena itu psikologi islam dibangun dengan arah untuk kesejahteraan manusia. Tujuan utama pengembangan psikologi islam adlah untuk memcahkan problem dan mengembangkan potensi individual dan komunal manusia melalui cara yang tepat dalam memahami hidup merekaApa relasi Psikologi Islam dengan ilmu-ilmu terkait? 4. relasi antara psikologi islam dengan ilmu-ilmu terkait? ada beberapa hubungan antara psikologi dengan ilmu-ilmu terkait diantaranya hubungan antara psikologi dengan ilmu sosiologi, antropologi, politik, komunikasi, biologi, IilsaIat dan pendidikan. 5. Apa perbedaan antara psikologi barat dan psikologi Islam? setidaknya ada 3 perbedaan mendasar antara psikologi islam dan barat diantaranya : O Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur`an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menaIsirkan kitab suci. O Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT. O Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA A. Mubarak, iwa Dalam Al-Quran (paramadina :2006)
Abdul Mujib, et.al., Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja GraIindo Persada,
Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, iwa dalam Al Quran, Jakarta: Paramadina, 2000, Asep Abdullah, M.A http.//kafiandantelaahislam.blogspot.com/ Fuad Nasari, Potensi-Potensi Manusia (pustka pelajar :2004)
Departemen Agama RI, 2005 al quran dan terfemahan. http.//psi-islami.blogspot.com (diakses pada /2006/06/ Jamaluddin Ancok, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994,
Ridwan hasan http.//www.artikelpsikologi.ssantsons.com/ Rudy dalam http.//rudy.isgreat.org/